Anda di halaman 1dari 6

HUKUM PERJANJIAN

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah

“Hukum Bisnis”

DOSEN PENGAMPU :

Mukhamad Zulisnto, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh:

1. Marwah Azimatul Hidayah (200210301092)


2. Arga Putra Panjiastiano (200210301096)
3. Sunarti (200210301106)
4. Tasya Kamalia (200210301109)
5. Ardelia Safa Imani (200210301128)

KELOMPOK 2
KELAS C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas rahmat, karunia serta
kasih saying-Nya kami dapat menyelasaikan makalah mengenai “Hukum Perjanjian” ini
dengan sebaik mungkin. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi terakhir,
penutup para Nabi sekaligus satu-satunya uswatun hasanah kita, Nabi Muhammad SAW.
Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Mukhamad Zulisnto, S.Pd., M.Pd.

selaku dosen mata kuliah Manajemen Pemasaran.

Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari terdapat banyak kesalahan dan
kekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan maupun dengan pengetikan.
Walaupun demikian, inilah usaha maksismal kami selaku penulis usahakan. Semoga dalam
makalah ini para pembaca dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan diharapkan kritik
yang membangun dari para pembaca guna memperbaiki kesalahan sebagaimana mestinya.

Jember, 8 Maret 2021

Penyusun
BAB I
PENDAHULAUN
1.1 Latar Belakang
Dalam melakukan bisnis kita kerap kali melakukan perjanjian mengenai kerjasama
atau juga tentang bisnis itu sendiri, hal ini tanpa kita sadari sudah berkaitan dengan hokum
perjanjian yang nantinya akan dibahas, maka dari itu kita harus faham mengenai hokum
bisnis itu sendiri sehingga dapat memahhami tentang seluk beluk dari hokum perjanjian dan
juga hal hal penting mengenai perjanjian tersebut agar nantinya tidak akan terjadi hal-hal
merugikan bagi kita.
Hokum perjanjian juga akan menjadi perlindungan kita saat berbisni, jual beli dan lain
sebagainya, hal ini menghindarkan dari perbuatan kecurangan di dalam bisnis apabila dalam
perjanjiaan itu ada salah satu pihak yang mengingkari janji, bila hal itu terjadi maka salah
satu pihak akan dituntut ke dalam pengadilan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, perjanjian adalah “persetujuan tertulis atau
dengan lisan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih, masing- masing bersepakat akan mentaati
apa yang tersebut dalam persetujuan itu.” Lalu hokum sendiri untuk melindungi hak yang
timbul dari pembuatan kesepakatan dari para pihak yang bersangkutan dalam perjanjian itu.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa itu perjanjian?
2. Apa syarat sah perjanjian?
3. Apa asas-asas perjanjian?
4. Apa jenis-jenis perjanjian?
5. Bagaimana pembatalan dan pelaksanaan suatu perjanjian terjadi?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui tentang perjanjian
2. Mengetahui tentang syarat sah perjanjian
3. Mengetahui tentang asas-asas perjanjian
4. Mengetahui tentangjenis-jenis perjanjian
5. Mengetahui tentang pembatalan dan pelaksanaan suatu perjanjian
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perjanjian
secara umum perjanjian mempunyai pengertian sebagai kesepakatan yang mengakibatkan
hukum, laulu bisa mengkibatkan adanya hak dan kewajiban, lau bila salah satu dari hak dan
kewajiban tersebut tidak terpenuhi maka akan mengakibatkan konsekwensi, dimana salah
satu pihak yang melanggar akan dihukum.
Lalu ada pula pengertian perjanjian menurut para ahli diantaranya adalah:
1. Menurut Sudukno bahwa perjanjian merupakan hubungan hokum antara dua pihak
atau lebih berdasar kata sepakat untuk menimbulkan suatu akibat
2. Menurut Subekti, suatu perjanjian merupakan suatu peristiwa di mana seseorang
berjanji kepada orang lain, atau dimana dua orang saling berjanji untuk melaksanakan
suatu hal.
3. R. Setiawan mengatakan bahwa perjanjian ialah suatu perbuatan hokum di mana satu
orang atau lebih mengikat dirinya atau saling mengikatkan dirinya terhadap satu
orang atau lebih.
4. Sri Soedewi Masjcheon Sofwan, menyatakan bahwa perjanjian merupakan perbautan
hokum dimana seseoarnag atau lebih mengikatkan dirinya terhadap seorang lain atau
lebih.
Dari pendaoat para ahli kita dapat menyimpulkan bahwa perjanjian itu sendiriadalahh
suatu hubungan hokum akibat adanya kesepakatan dari penawaran dan penerimaan dari pihak
pihak yang terkait, sehingga kedua pihak tersebut akan terikat dengan adanya kesepakatan
tersebut.
Definisi perjanjian menurut undang undang hokum perdata (KUH Perdata) Pasal 1313,
yaitu perjanjian atau persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Yang dinamakan persetujuan dalam
pasal ini sama halnya dengan perjajian. Dan pengertian perjanjian ini mengandung unsur:
1. Perbuatan
Yang dimaksud dalam perbuatan dalam hal ini adalah tindakan hukum karena
perbuatan tersebut berakibat hukum bagi para pihak yang memperjanjikan.
2. Satu orang atau lebih terhadap satu orang lain atau lebih
Perjanjiaan dikatakan ada bila ada dua ornag pihak yang saling berhadapan
dan saling memberi pernyataan yang cocok terhadap kedua belah pihak, pihak
tersebut adalah orang atau badan hukum.
3. Mengikatkan dirinya
Dalam perjanjian akan adanya keterikatan karena adanya unsur janji kepada
pihak lain, hal ini diakibatkan hukum yang muncul atas kehendaknya sendiri.
Dalam melakukan sebuah perjanjian kedua belah pihak harus paham tenatang hak dan
kewajiban yang akan diberlakuakn setelah perjanjian telah disepakati dan tak luput juga harus
mengetahui konsekwensi yang akan didapat bila melakukan oelanggaran hukum. Dalam
perjanjian ada dua hal yang sangat penting antara lain adalah objek dan hakikat dari
perjanjian dan syarat-syarat atau ketentuan yang telah disepakati.
2.2 Syarat Sah Perjanjian
Syarat sah perjanjian menurut pasal 1320 KUH Perdata, ada 4 syarat yaitu:
1. Adanya kata sepakat.

2. Kecakapan untuk membuat perjanjian.


3. Adanya suatu hal tertentu
4. Adanya causa yang halal.

2.2 Asas-Asas Perjanjian


2.3 Jenis-Jenis Perjanjian
2.4 Pembatalan dan Pelaksanaan Suatu Perjanjian

Anda mungkin juga menyukai