Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PENGANTAR ILMU HUKUM

HUKUM PIDANA

DOSEN : Ade Cici Rohayati, SH, MH

Kelompok 6 :

Andi Aldin Maharaja 4501

Farhan Eka Satria 4510

Hendra Prasetya 4513

Hibatullah Ulya Mukhlish 4514

Muhammad Aditya Wijaya 4522


DAFTAR ISI

BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG ................................................................................................................ 1
B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................................................ 2
C. TUJUAN MASALAH ................................................................................................................ 2
BAB II..................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 3
A. Hukum Menurut R. Soeroso ....................................................................................................... 3
B. Hukum Pidana ............................................................................................................................. 3
C. Sistematis Hukum Pidana ........................................................................................................... 5
BAB III ................................................................................................................................................... 7
PENUTUPAN ..................................................................................................................................... 7
KESIMPULAN ................................................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................. 8

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hal yang tidak dapat ditampik bahwasanya manusia adalah makhluk sosial yang sejak
lahir mempunyai hasrat ataupun keinginan guna melebur dengan manusia lainnya yang ada
pada selingkup serta bagaimana kondisi alam sekitarnya. Yang mana dalam keinginan tersebut
memiliki suatu naluri guna memiliki korelasi dengan sesame yang dinamai dengan interaksi
sosial.1
Dalam korelasi tersebut, menimbulkan adanya keterlibatas atas hubungan hukum yang
tercipta antara manusia satu dengan lainnya yang mana menciptakan adanya hak serta
kewajiban yang bersifat timbal balik serta bersifat melekat dan mengikat. Hal tersebut tentu
harus dipenuhi oleh setiap manusia dalam kehidupan sosialnya. Bilamana terdapat suatu
keharusan yang tidak terlaksana akan menimbulkan permasalahan baru yang memiliki muatan
hukum.
Indonesia merupakan negara Kesatuan yang berbentuk Republik. Dalam hal ini, hukum
perperan sangat penting bagi kelangsungan menjalankan kenegaraan bagi setiap warga negara
beserta dengan pemerintahannya. Hal yang tidak dapat dipungkiri atas adanya suatu negara
ialah dimana adanya permasalahan yang ditimbulkan oleh warga negara sebagaimana menjadi
bentuk atas tindakan melawan hukum.
Pada hakekatnya, permasalahan selalu timbul serta muncul dari perkara-perkara yang
beragama dengan bermacam tingkah laku ataupun perbuatan seseorang. Hal ini dinilai lantaran
kurangnya kedisiplinan atas kepatuhan pada ketentuan serta peraturan negara. Yang mana
muncullah dalam teori hukum sebagaimana adanya hukum pidana. Yang mana hal tersebut
dijadikan sebagai pengenaan atau pelimpahan pidana pada seseorang yang melakukan suatu
tindak melawan hukum. Hal ini lah yang terkadang masih menjadi sebuah dilemma dalam
warga negara. Lantaran terkadang ada suatu penegakan hukum yang dinilai kurang adil.
Berangkat dari pemikiran tersebut, makalah ini akan membahas mengenai bagaimana tinjauan
hukum pidana pada implikasi tindak pidana.

1
Soekanto Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar (PT. Rajagrafindo Persada, 2010), 23.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Hukum Menurut R. Soeroso?
2. Seperti apa hukum pidana dalam pandangan ahli?
3. Apa bentuk sistematis dari hukum pidana?

C. TUJUAN MASALAH
1. Guna memperjelas bagaimana pemikiran R. Soeroso dalam hukum
2. Guna mengetahui serta membandingkan hukum pidana dengan adanya pemikiran-
pemikiran lain.
3. Guna mengetahui gambaran atas sistematis hukum pidana yang berlaku dalam
implikasinya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hukum Menurut R. Soeroso


Sebagaimana menurut Utrecht yang telak dilakukan pengutipan oleh R. Soeroso
memberikan sebuah rumusan perihal kepastin hukum yang memiliki mauatan atas dua
pengertian. Yang mana pada pengertian pertamanya memiliki suatu unsur peraturan yang
memiliki sifat umum yang menjadikan individu mengetahui atas perbuatan yang dikategorikan
boleh diperbuat ataupun tidak. Dalam pengertian kedua, yang mana dalam keamanan hukum
bagi setiap individu dari bentuk kesewenangan pemerintah lantaran adanya suatu aturan yang
bersifat umum sebagaimana dalam pengartian pertama tadi.2
Dalam eksistensinya, hukum dalam keilmuannya memang tidak perlu diragukan lagi
lantaran dalam latinnya hukum disebut sebagai scientia iuris. Yang mana pada kata iuris-nya
merupakan suatu unsur atas kepluralan kata dari kata ius yang memiliki artian dalam Bahasa
Indonesia sebagai hukum yang dijadikan sebagai rangkaian atas pedoman guna mencapai suatu
titik keadilan.3
Sehingga, sejauh ini hukum merupakan unsur yang memiliki peranan dengan eksistensi
yang tinggi di setiap negara, termasuk dengan negara Indonesia. Yang mana bahkan dalam
penggunaannya selalu terlibat dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam lingkup warga negara
ataupun pemerintahan. Segala aktivititas yang dilakukan oleh setiap individunya memang
memiliki muatan hukum. Salah satu contoh kecilnya, dimana seseorang melakukan
pembayaran pajak pada badan perpajakan. Hal ini tentu telah memiliki muatan-muatan hukum
yang kompleks. Dimana orang tersebut melakukan pemenuhan atas kewajiban membayarkan
pajak atas pendapatannya, melakukan transaksi secara administratif dengan bantuan pihak
perpajakan serta memiliki tangguhan atas suatu resiko yang nantinya akan ia perjuangkan
bilamana terjadi suatu permaslahaan baru yang disebabkan oleh kesalahan prosedural.

B. Hukum Pidana
Sebagaimana hukum itu memiliki sifat yang umum, sehingga dalam oengartian serta
penafsiran keilmuannya memiliki banyak versi. Begitu pula dengan adanya hukum pidana yang

2
Hanny Kharisma, “AKTA PERJANJIAN KERJASAMA PERSEROAN TERBATAS YANG DIBUAT DI
HADAPAN NOTARIS YANG MERANGKAP JABATAN SEBAGAI DIREKTUR PERSEROAN
TERBATAS” (Universitas Sriwijaya, 2021), 25.
3
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum (Prenada Media, 2021), 8.

3
menuai banyak sekali pengartian dari para ahli hukum yang telah melakukan pengkajian atas
keilmuannya terlebih dahulu. Adanya beberapa ahli yang memberikan pernyataan atas
penafsirannya megenai hukum pidana sebagaimana berikut:
1. Moeljatno
Hukum pidana merupakan suatu bentuk atas bagian dari keseluruhan hukum yang ada serta
berlaku dalam suatu negara. Yang mana memiliki suatu pengadaan atas kumpulan dasar-dasar
serta aturan guna sebagaimana berikut:
a. Melakukan penentuan atas kumpulan perbuatan yang boleh atau tidaknya untuk
diperbuat, dengan adanya ancaman yang menyertai dengan bentuk sanksi yang berupa
pidana tertentu yang ditujukan bagi pihak-pihak yang bersangkutan.
b. Melakukan penentuan atas waktu yang terkair dengan hal-hal yang telah dilanggar oleh
seseorang dlam bentuk melawan hukum, serta dijatuhi pidana dengan suatu sanksi yang
disesuaikan dengan tindakan yang ia langgar disertai dengan ancamannya.
c. Melakukan penentuan melalui cara-cara atas pengenaan pidana tersebut dapat
dilangsungkan apabila terdapat pihak yang melanggar larangan tersebut.

2. Soedarto
Sesuai dengan pandangan menurut beliau, terdaoat batasan yang diberikan perihal
pengertian hukum pidana yang menjadi aturan atas hukum. Hal tersebut tentu bersifat mengikat
serta melekat terhadap suatu perbuatann yang mana telah melalui pemenuhan atas kumpulan
syarat tertntu atas suatu akibat pidana. Sehingga menghadirkan adanya dasar hukum pidana
yang dititik beratkan pada 2 pokok sebagaimana berikut:
a. Perbuatan yang dinilai telah memenuhi syarat-syarat tertentu yang telah menjadi sebuah
batasan atas ketentuan.
b. Pidana
Tindakan tersebut tentu memiliki konotasi atas sangkaan akan, sedang serta sudah
terjadinya suatu tindak pidana. Dalam percontohan atas ketiga kata tersebut memiliki
perwujudan dalam hukum pidana formil yang mana terlah termauktub atas peraturannya dalam
KUHAP, berikut uraiannya:
a. Akan terjadinya tindak pidana, contohnya seperti adanya laporan bahwasanya pada
suatu rumah terdapat kerugaan atas suatu pertemuan yang memiliki kegiatan yang
diindikasikan sebagai pengeboman.
b. Sedang terjadinya tindak pidana, contohnya ada yang melapor bahwasanya pada
toko A sedang terjadi aksi perampokan.
4
c. Telah terjadinya tindak pidana, contohnya terdapat suatu laporan yang datang dari
korban selaku pelapor bahwasanya ia telah ditipu oleh pihak lain dalam proses
transaksi.

C. Sistematis Hukum Pidana


Dalam hal ini, hukum pidana memang merupakan hukum pelengkap bagi hukum yang
masih memiliki sifat umum. Pada kefungsiannya, hukum pidana memiliki eksistensi yang
kompleks sebagaimana pada bagan berikut:4

Pada bagan tersebut dapat menuai beberapa pengartian. Salah satunya mengenai hukum
pidana yang mana memiliki dua cabang atas objektif serta subjektifnya. Yang mana masih
mengalami perpecahan lagi pada objektinya menjadi dua bagian yakni metriil dan formil. Pada
metriil diartikan sebagau suatu hakekat bentuk hukum materiil dalam keadaan diam. Lantaran
hal tersebut berupa kesubstansian, isi atas suatu peraturan serta memiliki sifat abstrak lantas
menjadi susunan kata dalam ketentuan UU. Sebagaimana dalam KUHP manakala sedang atau
digunakan dalam mengatur suatu perkara yang berhubungan dengan hukum pidana.
Selanjutnya, pada formil. Yang mana memiliki sifat nyata serta konkrit. Lantaran mampu
berjalan dalam penggunaannya pada suatu perkara. Sehingga menghadirkan garis besar yang
mana formil ini merupakan cabang dari subjektif yang memiliki kefungsian sebagaia

4
Didik Endro Purwoleksono, Hukum Pidana (Percatakan Unari, 2014), 15.

5
penyelidik, penyidik, penuntutan serta adanya pemeriksaan atas perkara dalam siding
pengadilan negeri ataupun Mahkamah Agung.5

5
Ibid., 16.

6
BAB III
PENUTUPAN

KESIMPULAN
Atas segala teori yang telah dicantumkan dalam makalah ini, menuai garis besar.
Bahwasanya hukum pidana mengatur segala persoalan yang berkaitan erat dengan suatu
perbuatan atas melawan hukum yang dikenal sebagai bentuk pelanggaran. Hal inipun telah
diatur dengan ketetapan yang telah dimaktubkan dalam UU serta praturan-peraturan lainnya.
Sesuai dengan perbuatan apa yang telah dilanggar oleh seseorang yang terlibat dalam
perkaranya. Bila disandingkan dengan anggapan para ahli, maka sudah jelas mengenai siapa
dan bagaimana seseorang dapat dikenai pidana dengan disertai adanya ancaman. Hal-hal yang
telah dilanggar akan disesuaikan dengan peraturan terkait, yang kemudian dicari
kerelefansiannya dengan KUHP. Dengan adanya bagan sebagaimana dalam materi yang telah
diuraikan, menjadi suatu petunjuk berikutnya terkait dengan sifat serta kegunaan hukum
pidana.

7
DAFTAR PUSTAKA

Kharisma, Hanny. “AKTA PERJANJIAN KERJASAMA PERSEROAN TERBATAS YANG


DIBUAT DI HADAPAN NOTARIS YANG MERANGKAP JABATAN SEBAGAI
DIREKTUR PERSEROAN TERBATAS.” Universitas Sriwijaya, 2021.
Marzuki, Peter Mahmud. Pengantar Ilmu Hukum. Prenada Media, 2021.
Purwoleksono, Didik Endro. Hukum Pidana. Percatakan Unari, 2014.
Soerjono, Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar. PT. Rajagrafindo Persada, 2010.

Anda mungkin juga menyukai