Anda di halaman 1dari 5

POLICY BRIEF

PERAN WALI PEMASYARAKATAN

DALAM MENINGKATKAN PERILAKU

ASERTIF WARGA BINAAN


DOSEN PENGAMPU
MUHAMMAD SALEH/3977/TPA MARKUS MARSELINUS SOGE, S.H., M.H.

RINGKASAN EKSEKUTIF
Pada aturan Permenkumham RI No. program pembinaaan yang sesuai dengan
M.01PK.04.10. Tahun 2007 tentang Wali bakat, minat dan kebutuhan narapidana.
Pemasyarakatan adalah petugas yang Tahapan wali pemasyarakatan dalam
melakukan pendampingan terhadap mengembangkan perilaku asertif narapidana
Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan ini terbagi dalam tiga tahap yaitu tahap awal
selama menjalani pidananya .Selain itu dalam (orientasi) peneliti menjelaskan tentang
peran wali Pemasyarakatan yaitu sebagai tujuan, kemudian tahap inti berupa intervensi ,
sosial control yang menekankan kepada dan tahap akhir (refleksi).
prilaku narapidana serta mengawasi para
narapidana dengan melakukan mentoring Wali pemasyarakatan juga berwenang untuk
terhadap adanya warga binaan dalam menerima dan melakukan konsultasi terhadap
lembaga pemasyrakatan. Adanya wali narapidana. Dalam pernyataan Butler (Harris,
pemasyrakatan juga dapat membantu 2003) orang yang berperilaku asertif adalah
melakukan proses pembinaan dan terkhusus orang yang dapat mengungkapkan pikiran,
untuk meningkatkan perilaku asertif. Petugas perasaan, dan tindakan dengan terbuka.
dalam peran wali pemasyarakatan untuk Dalam hal narapidana diharapkan dapat
warga binaan untuk meningkatkan asertif membangun interaksi sosial yang
serta proges pembinaan narapidana sangat menguntungkan dua pihak baik bagi dirinya
berperan penting dikarenakan wali maupun orang lain dan tidak dilatarbelakangi
pemasyarakatan dapat mengusulkan oleh maksud tertentu.
PENDAHULUAN

Dalam Peraturan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia Nomor:


M.01.PK.04.10. Tahun 2007 tentang wali pemasyarakatan. Pasal 2 Ayat 1
dapat disimpulkan bahwa “wali pemasyarakatan bertugas untuk
mendampingi warga binaan pemasyarakatan selama menjalani proses
pembinaan, interaksi dengan narapidana, wali pemasyarakatan,
keluarga, maupun anggota masyarakat”. Wali pemasyarakatan sangat
berperan dalam melakukan pengawasan serta menjadi pengingat bagi
narapidana agar tidak terjadinya suatu permasalahan atau
pelanggaran yang dilakukan oleh para narapidana, adanya wali
pemasyarakatan dapat membantu melakukan proses serta proges
pembinaan narapidana. Wali pemasyarakatan dalam mewujudkan
pribadi narapidana yang menyadari kesalahannya serta bermanfaat
bagi lingkungannya dapat mengusulkan dan memberikan beberapa
program untuk membina narapidana tersebut salah satunya adalah
meningkatkan perilaku asertif.

Dalam pernyataan Butler (Harris, 2003) orang yang berperilaku asertif


adalah orang yang dapat mengungkapkan pikiran, perasaan, dan
tindakan dengan terbuka. Dalam hal narapidana diharapkan dapat
membangun interaksi sosial yang menguntungkan dua pihak baik bagi
dirinya maupun orang lain tidak dilatarbelakangi oleh maksud tertentu.
Perilaku asertif bertujuan agar narapidana mempunyai keyakinan dan
juga keberanian dalam bertindak maupun berpendapat, walaupun
tindakan dan pemikirannya berbeda dengan lingkungannya. Selain itu
diharapkan narapidana dapat mengungkapkan pemiikiran dan
pendapatnya dengan jelas, langsung dan tepat dengan tetap
menghormati dirinya sendiri dan orang lain. Hal tersebut sangat
membantu petugas untuk mencapai tujuannya dalam membina
narapidana nantinya.
Deskripsi Masalah

Penjara bisa dideskripsikan sebagai ultimum remedial dalam sistem hukum pidana Indonesia
saat ini, dan pelaksanaannya harus didasarkan pada ketentuan Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia. Terlebih lagi, di dalam penjara pelaku kejahatan tetap memiliki hak yang harus
dilindungi oleh negara. Akan tetapi, tujuan pemidanaan bukan hanya untuk membuat jera atau
membuat si pelaku menderita, tetapi agar si pelaku menjadi pribadi yang mengakui
kesalahannya sendiri dan berdampak positif bagi lingkungannya dikarenakan saat ini sistem
pemenjaraan tidak lagi berkonsep pada pembalasan melainkan berubah menjadi sistem
pemasyarakatan dengan konsep reintegrasi.

Pada awal narapidana masuk ke dalam Lapas yang mereka tidak semuanya bisa
mengungkapkan apa yang mereka sampaikan pada keadaan tertentu dengan terbatasnya
jumlah petugas maka perlu di tunjuknya Wali Pemasyarakatan untuk bisa saling sharing diantara
mereka. Mengacu pada hal tersebut, adanya peran wali pemasyarakatan yang sejalan,
berkualitas serta berkompetensi yang baik sangat dibutuhkan dalam mengimplementasikan
pembinaan terhadap narapidana dengan menggunakan beberapa metode untuk memulihkan
agar mereka mempunyai perilaku arsetif tanpa melanggar aturan atau wewenang orang lain.

Sesi ini berisi petugas memberikan


pertanyaan mengenai perilaku arsetif dan
diharapkan narapidana menjawab sesuai
kondisi yang dialami oleh narapidana.
Kemudian petugas mencatat apa saja
Rekomendasi jawaban yang telah diberikan oleh
narapidana.

Tahapan dalam meningkatkan perilaku asertif b) Penjelasan secara umum kepada


narapidana dilakukan berdasarkan kesepakatan narapidana terhadap perilaku asertif
petugas dengan narapidana baik mengenai dengan acuan hasil Pre-test. Tujuannya
waktu ataupun tempat. Pelaksanaan dibagi adalah narapidana dapat memahami
dalam pre-test dan post-test serta konseling. kondisi awal perilaku asertif dirinya.
Adapun tahapan yang dilaksanakan yaitu; Pada sesi ini, petugas menyerahkan
hasil mengenai kondisi awal perilaku
1.Tahap Awal (Orientasi) asertif kepada masing masing narapidana,
Tahap awal berisi pembukaan pertemuan oleh kemudian menjelaskannya. Kemudian
petugas dilanjut dengan pemaparan penjelasan narapidana menyimak dan diarahkan untuk
mengenai maksud dari kegiatan. Tahapan ini berperan aktif dalam diskusi. Setelah itu
terbagi dalam dua sesi pertemuan, diantaranya; petugas mempersilahkan narapidana untuk
a) Pemaparan kondisi awal dengan maksud bertanya dan sebelum kegiatan berakhir
narapidana bisa memahami tujuan umum dan petugas menyampaikan kegiatan
garis besar, lalu memahami tujuan selanjutnya dalam rangka meningkatkan
pengungkapan perilaku asertif. perilaku asertif.
b) Pengaturan adegan dan penugasan,
harapannya narapidana bisa meningkatkan
perilaku asertif berupa parameter penerimaan
diri dan berperan serta dalam pergaulan.
c) Pemeranan, harapannya narapidana bisa
mengembangkan perilaku asertif berupa
parameter kepercayaan diri, penghargaan diri,
sikap tenggang rasa, komunikasi langsung, dan
postur tubuh terbuka.
d) Pemeranan ulang, narapidana mampu
2.Tahap Inti meningkatkan perilaku asertif berupa parameter
Tahap inti adalah intervensi yang berisi 7 sub menerima dan memberi feedback dari
tahap yang didasarkan pada role-play model, sekitarnya.
yaitu: (a) pemanasan; (b) pemilihan peran; (c) e) Berbagi pengalaman dan pengambilan
pengaturan adegan; (d) penugasan; (e) kesimpulan, parameter perilaku asertif yang
pemeranan; (f) pemeranan ulang; (g) berbagi diharapkan dapat dikembangkan oleh
pengalaman dan pengambilan keputusan. narapidana dari sesi ini adalah mendengakan
Ketujuh sub tahap tersebut diruncingkan lagi orang lain.
menjadi 5 sesi, antara lain;
a) Pemanasan dan pemilihan peran, dalam sesi 3.Tahap Akhir (Refleksi)
ini harapannya narapidana dapat menumbuhkan Tahap akhir berisi refleksi atau Post-test dengan
perilaku asertif yang meliputi parameter tujuan memahami pengaruh pemberian
penghormatan terhadap diri dan orang lain, perlakuan kepada narapidana terhadap
memiliki pemikiran positif, tanggung jawab perkembangan perilaku asertif mereka. Hampir
terhadap pemikirannya serta menerima sama dengan Pre-test, dalam kegiatan ini
terjadinya perubahan. narapidana akan menjadi terbuka sesuai dengan
kondisi yang dialami narapidana tersebut .

Terkait dengan perkembangan perilaku asertif, tidak terlepas dari faktor-faktor yang
mempengaruhinya, seperti yang dinyatakan oleh (Rathus & Nevid, 1980) yaitu; (1) Jenis
kelamin, (2) Kepribadian, (3) intelegensi, (4) kebudayaan, (5) usia. Sehingga diharapkan
petugas dapat memiliki kompetensi yang dibutuhkan agar dapat menggali lebih dalam dan
meningkatkan perilaku asertif narapidana. Sehingga nantinya narapidana mendapatkan
pengalaman yang kuat yang dibutuhkan oleh para narapidana yaitu penghormatan
terhadap diri dan orang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Silmi, R.M., & Padmono, W. (2022). Implementasi Permenkumham Nomor M.02.PK04.10


Tahun 2007 Tentang Wali Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B
Cianjur. Jurnal Pendidikan dan Konseling, 4(5), 2390–2396.

Eha, J., dkk. (2019). Konseling Analisis Transaksional (AT) Untuk Meningkatkan Perilaku
Asertif Warga Binaan Rumah Tahanan Negara Klas 1 Pelabuhan Kota Cirebon.
Dimasejati, 1(1), 13–26.

Harris, T. A. (2003). I’m OK, You’re OK. Washington: Bundle

Rathus, S., & Nevid, J. . (1980). Behavior Therapy of Solving Problem in Living. New York:
The New American Library.

Undang-undang
Peraturan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia Nomor: M.01.PK.04.10. Tahun
2007 tentang wali pemasyarakatan.

Anda mungkin juga menyukai