Anda di halaman 1dari 10

ASAS-ASAS AKHLAK: TANGGUNG JAWAB MORAL,

HUKUMAN, TUNTUTAN DAN GANJARAN

MAKALAH

Disusun Sebagai Tugas Pada


Mata kuliah Ilmu Akhlak dan Tasawuf

Oleh :

Muhammad Wafiqkhoer 2017503066


Ulul Fatwa Zaharoh 2017503063
Hasnawati 2017503058

PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM


FAKULTAS USHULUDIN ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
PROF. K.H SAIFUDDIN ZUHRI
PURWOKERTO
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang santun karena Islam sangat menjunjung tinggi
pentingnya etika, moral dan Akhlak. Akhlak merupakan hal terpenting dalam
kehidupan manusia karena akhlak mencakup segala pengertian tentang perilaku,
akhlak, baik buruknya akhlak manusia dalam hubungannya dengan Khaliq atau
makhluk hidup lainnya. Akhlak memiliki peran yang penting dalam kehidupan.
Dalam hal ini Pendidikan Agama Islam memiliki peran yang penting dalam dalam
melestarikan nilai-nilai Islam pada generasi selanjutnya. Untuk itu nilai-nilai Islam
yang diolah dalam cultural religious tetap berkembang dalam masyarakat dari masa
ke masa, untuk itu pendidikan dalam hal akhlak sangat dibutuhkan dalam pendidikan
baik itu formal, informal dan non formal.
Dalam makalah ini kita akan membahas mengenai asas-asas akhlak.
Asas Akhlak sendiri merupakan norma dan etika yang berisi nilai-nilai
moral dalam interakasi antar sesama manusia, manusia dengan
lingkungannya dan manusia dengan Allah sang pencipta alam semesta
agar hubungan tersebut menjadi harmonis dan sinergis. Menurut Syed
Muhammad Naquib Al-Attas, seorang cendekiawan dan filsuf asal
Malaysia menyatakan bahwa sifat-sifat asasi (asas-asas akhlak) ini
menjadi asas kepada faham diri dan faham insan (manusia) dalam Islam.
Sifat-sifat ini menjadi dasar kehidupan beragama bagi setiap individu
yang bergelar Muslim. Antara sifat yang menjadi asas kehidupan, yakni
kehidupan yang berakhlak adalah seperti berikut:
1. Paham ilmu
2. Paham kebebasan dan tanggung jawab
3. Budi pekerti luhur yang sempurna
4. Paham keihsanan
5. Paham ukhuwah
6. Persaudaraan diri yang Islam
7. Paham peran dan kelakuan diri seorang dan masyarakat
8. Kekuatan yang saling membantu satu sama lai sehingga membentuk
kesatuan dalam kehidupan bermasyarakat
Dari kedelapan sifat akhlak ini penting dalam melestarikan
kehidupan Islam. Melalui pelestarian Islam dalam paham ilmu, seorang
Muslim itu dapat mengetahui dan memahami peranya dalam dunia ini.
Melalui faham kebebasan, tugas, dan tanggung jawab pula, seorang
Muslim itu dapat melaksanakan peranya dengan baik berdasarkan paham
ilmu yang benar. Melalui paham ihsan dan faham ukhuwah pula, seorang
Muslim itu dapat melaksanakan tanggung jawabnya yang sebenar sebagai
seorang Muslim dalam sebuah masyarakat yang sangat dinamik sifatnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan latar belakang masalah di atas, maka rumusan
masalahnya adalah:
1. Apa pengertian dari asas-asar akhlak yang berupa tanggung jawab
moral, hukuman, tuntutan dan ganjaran ?
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian dari asas-asas akhlak: tanggung jawab moral,
hukuman, tuntutan dan ganjaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Asas-asas Akhlak
Asas akhlak merupakan norma dan etika yang berisi nilai-nilai
moral dalam interaksi antar sesama manusia, manusia dengan
lingkungannya dan manusia dengan Allah sang pencipta alam semesta
agar hubungan tersebut menjadi harmonis dan sinergis. Asas akhlak.
Dalam asas akhlak terdapat beberapa segi pokok yaitu tanggung jawab moral,
hukuman, tuntutan dan ganjaran. Untuk menentukan sikap terhadap segi-segi ini,
selanjutnya menentukan makna, sumber-sumber, ukuran-ukuran, syarat-syaratnya,
dan lain-lain yang berhubungan segi-segi asas akhlak (Al-Syaibany, 1979:363).
B. Tanggung Jawab Moral
Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau
perbuatannya baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Menurut KBBI, tanggung
jawab adalah berkewajiban memikul, menanggung segala sesuatunya dan
menanggung segala akibatnya. Tanggung jawab dapat terbagi menjadi beberapa ruang
lingkup, diantaranya:
1. Tanggung Jawab Agama
Manusia lahir dengan dibekali oleh Allah SWT berbagai profesi yang
dimilikinya, potensi tersebut diberikan Allah agar manusia mampu menjadi
khalifah, wakil Allah di muka bumi. Potensi tersebut diberikan sebagai alat
untuk mengurus alam dan seisinya agar manusia senantiasa menyembah Allah.
Potensi tersebut tidak diberikan dengan gratis dan tanpa pengawasan,
melainkan agar dimintai pertanggungjawabannya. Tentang pertanggung
jawabannya tersebut, tercantum dalam firman Allah.
2. Tanggung Jawab Sosial
Dalam kehidupan masyarakat tentu ada suatu aturan yang harus
dipatuhi oleh semua anggotanya. Peraturan tersebut merupakan wujud
tanggung jawab perseorangan terhadap lingkungan sosialnya yang bertujuan
untuk ketertiban dan kemakmuran serta menciptakan kedamaian dan
kesejahteraan dalam masyarakat tersebut.
3. Tanggung Jawab Akhlak
Fitrah manusia adalah cenderung kepada kebaikan dan tanggung jawab
merupakan bagian dari fitrah manusia. Oleh karena itu, perbuatan buruk
merupakan sesuatu yang bertentangan dengan moralitas manusia. Islam
memandang bahwa tanggung jawab akhlak berperan sebagai atas amal akhlak,
balasan akhlak dan perkara-perkara yang berhubungan dengannya, seperti
pahala, siksaan dengan bentuknya yang bermacam-macam. Ini berarti bahwa
kita sebagai manusia tidak dapat memutuskan mengenai perbuatan akhlak dan
juga tidak dapat memberinya ganjaran akhlak kecuali jika sudah mencukupi
syarat, unsur-unsur tanggung jawab bagi pemiliknya dan hilangnya segala
penghalang dari padanya.
4. Tanggung Jawab Hati Nurani
Tanggung Jawab Hati Nurani diartikan sebagai kekuatan yang
memperingatkan manusia dan mencegahnya untuk berbuat buruk. Tanggung
jawab terhadap hati nurani berbentuk keinginan untuk selalu mengikuti
kehendak hati untuk melakukan kebaikan. Bila tindakan seseorang berlawanan
dengan hati nuraninya maka sudah pasti hidupnya dalam kegelisahan.
5. Tanggung Jawab Amal Perbuatan
Setiap perbuatan manusia berapa pun kecilnya pasti ada pertanggung
jawabannya. Baik secara langsung ataupun tidak langsung. Dengan demikian,
tanggung jawab dalam kerangka akhlak adalah bahwa keyakinan tindakannya
itu baik. Uraian tersebut menunjukkan bahwa tanggung jawab erat kaitannya
dengan kesengajaan atau perbuatan yang dilakukan dengan kesadaran. Orang
yang melakukan perbuatan tapi dalam keadaan tidur atau mabuk dan
semacamnya tidak dapat dikatakan sebagai perbuatan yang dapat
dipertanggungjawabkan, karena perbuatan tersebut dilakukan bukan karena
pilihan akalnya yang sehat.
C. Hukuman
1. Pengertian Hukuman
Hukuman (punishment) adalah sebuah cara untuk mengarahkan sebuah
tingkah laku agar sesuai dengan tingkah laku yang berlaku secara umum.
Hukuman diberikan ketika tingkah laku yang tidak diharapkan, justru
dilakukan oleh orang yang bersangkutan atau orang yang bersangkutan tidak
menampilkan perbuatan yang diharapkan.
Mursal (2004:86) pengertian hukuman adalah suatu perbuatan dimana
orang sadar dan sengaja menjatuhkan nestapa pada orang lain dengan tujuan
untuk memperbaiki atau melindungi dirinya sendiri dari kelemahan jasmani
dan rohani sehingga terhindar dari segala pelanggaran.
Menurut Ahmadi dan Uhbiyanti (2003:150) hukuman adalah suatu
perbuatan di mana kita secara sadar dan sengaja menjatuhkan nestapa kepada
orang lain, baik dari segi kejasmanian maupun dari segi kerohanian.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa hukuman
adalah pemberian sesuatu yang tidak menyenangkan dengan maksud
perbaikan, bukan balas dendam.
Hukum akhlak yang dimaksud adalah menghargai nilai-nilai akhlak
bagi perbuatan manusia sekedar unsur-unsur kebaikan dan keburukan yang
terkandung di dalamnya. Jadi, hukum akhlak ini harus memiliki norma-norma
yang menjadi dasarnya. Bagi seorang muslim, tidaklah keluar dari prinsip-
prinsip dan dasar-dasar akhlak yang umum yang dibawa oleh agama Islam dan
terkandung dalam perintah-perintah dan larangan-larangannya. Ini berdasar
pada prinsip bahwa syara’ adalah sumber hukum terhadap baik dan buruknya
perbuatan manusia. Yang baik adalah yang dianggap baik oleh syara’ dan
yang buruk ialah yang dianggap buruk oleh syara’.
2. Fungsi dan Tujuan Hukuman
Nurdin (2013) menjelaskan bahwa terdapat tiga fungsi dan tujuan dari
hukiman yang berperan bagi pembentukan tingkah laku yang diharapkan :
a. Membatasi seseorang agar tingkah laku yang tidak diulangi
b. Mendidik
c. Memotivasi untuk menghindari terjadinya tingkah laku sosial yang
tidak diharapkan.
Menurut Ahmadi (1991) tujuan diberikannya hukuman adalah untuk
mendorong agar seseorang selalu bertindak sesuai dengan keinsyafannya akan
moralitas dan kerelaannya untuk berbuat dengan moralitas.
3. Macam-macam Hukuman
a. Hukuman Preventif adalah hukuman yang dilakukan dengan maksud
tidak terjadi pelanggaran atau mencegah seseorang agar tidak
melakukan pelanggaran.
b. Hukuman Represif adalah hukuman yang dilakukan karena adanya
pelanggaran atau diadakannya setelah terjadi pelanggaran.
4. Bentuk-bentuk Hukuman
Menurut J.J Hasibuan (1988:56-61) bahwa bentuk-bentuk hukuman dapat
dikelompokkan menjadi empat, yaitu :
a. Hukuman fisik, misalnya dengan mencubit, menampar, memukul
dan lain sebagainya.
b. Hukuman dengan kata-kata atau kalimat yang tidak menyenangkan,
seperti omelan, ancaman kritikan, sindiran, cemoohan dan
sejenisnya.
c. Hukuman dengan stimulus fisik yang tidak menyenangkan, misalnya
menuding, memelototi, mencemburui dan lain sebagainya.

D. Tuntutan Akhlak
Tuntutan berarti gugatan, dakwaan, atau kewajiban. Secara umum tuntutan
merupakan suatu hak yang pelaksanaannya sesuai dengan kepentingan yang ada dan
demi kemaslahatan bersama yang menimbulkan adanya kewajiban. Dalam tuntutan
akhlak manusia ditempatkan sebagai perkara yang berhubungan dengan kewajiban
berbuat baik kepada semua makhluk serta kewajiban beribadah kepada Allah.
Tuntutan akhlak ini juga dapat dilihat dari sikap dan norma-norma yang ada dalam
agama dan lingkungan. Tuntutan bisa ditempatkan salah satu hukum syara’ dimana
apabila suatu perbuatan dikerjakan akan mendapat pahala dan apabila di tinggalkan
akan mendapat siksa. Jika dilihat dari kacamata islam, hal ini berhubungan dengan
tuntutan atau kewajiban yang berlaku dalam agama islam yang pelaksanaanya
diwajibkan oleh Allah.
E. Ganjaran Akhlak (Moral Rewards)
Ganjaran akhlak menurut pandangan Islam dianggap sebagai perkara yang
menyempurnakan tanggung jawab akhlak dan hukum akhlak, di mana orang yang
memiliki syarat-syarat tanggung jawab akhlak dan sah diberikan padanya sifat baik
atau buruk, maka ialah lebih layak menerima ganjaran, baik pahala atau siksaan.
Maka tanggung jawab akhlak, hukum akhlak, dan ganjaran akhlak adalah perkara-
perkara yang berkaitan antar satu sama lain dan ada hubungan timbal balik, sehingga
jika salah satu wujud maka dua perkara yang lain wujud juga (Al-Syaibany,
1979:390).
Dalam bahasa arab, istilah lain dari ganjaran adalah tsawab yang berarti
pahala, upah dan balasan. Secara umum ganjaran bisa didefinisikan sebagai sesuatu
yang diterima oleh seseorang dari hasil perbuatannya. Dari pengertian ganjaran secara
umum, diketahui bahwa ganjaran akhlak dapat diperoleh melalui serangkaian
perbuatan yang dilakukan oleh manusia dimana orang yang melakukannya sudah
mewujudkan semua perkara yang ada. Dalam melakukannya tidak hanya di perlukan
sebuah perkara tetapi juga sebuah pemikiran dan perasaan yang di terapkan sehingga
nantinya ganjaran itu muncul baik dari sisi baik maupun buruk. Seperti pendapat Al-
Syaibany, ada timbal balik dari ganjaran akhlak yang sebenarnya bagi manusia sendiri
ini berhubungan dengan Allah swt dimana dari ganjaran perbuatan yang kita lakukan
nantinya juga akan berupa pahala yang berguna di akhirat nanti.
KESIMPULAN
Perlu di garis bawahi bahwa pengertian asas akhlak berupa tanggung jawab moral
adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya baik yang disengaja
maupun tidak disengaja. Tanggung jawab dapat terbagi menjadi beberapa ruang
lingkup, yang di bagi menjadi 5 yaitu Tanggung jawab agama, sosial, akhlak, hati
nurani dan amal perbuatan, selain asas akhlak berupa tanggung jawab adapun asas
akhlak berupa hukuman yaitu Hukum akhlak yang dimaksud adalah menghargai nilai-
nilai akhlak bagi perbuatan manusia sekedar unsur-unsur kebaikan dan keburukan
yang terkandung di dalamnya. Jadi, hukum akhlak ini harus memiliki norma-norma
yang menjadi dasarnya. Adapun tuntutan akhlak yang artinya gugatan, dakwaan, atau
kewajiban. Secara umum tuntutan merupakan suatu hak yang pelaksanaannya sesuai
dengan kepentingan yang ada dan demi kemaslahatan bersama yang menimbulkan
adanya kewajiban, dan yang terakhir yaitu ganjaran akhlak yang menurut pandangan
Islam dianggap sebagai perkara yang menyempurnakan tanggung jawab akhlak dan
hukum akhlak, di mana orang yang memiliki syarat-syarat tanggung jawab akhlak
dan sah diberikan padanya sifat baik atau buruk, maka ialah lebih layak menerima
ganjaran, baik pahala atau siksaan.
DAFTAR PUSTAKA

https://bacamedia.com/akidah-akhlak-tuntutan-dan-ganjaran/ diakses pada tanggal 21


September pukul 00.23
Irwansyah SHI, 2017, Makalah Akhlak Tasawuf Kebebasan, Tanggung Jawab, dan Hati
Nurani; https://id.scribd.com/document/411519817/Makalah-Akhlak-Tasawuf-Kebebasan-
Tanggung-Jawab-Dan-Hati-Nurani diakses pada tanggal 21 September 2022

Tatang Hidayat, dkk; 2019. Prinsip Dasar Falsafah Akhlak Omar Muhammad Al-Toumy Al-
Syaibany dan Implikasinya dalam Pendidikan di Indonesia. Jurnal Kajian Peradaban Islam.
2(1). Bandung.

Anda mungkin juga menyukai