Anda di halaman 1dari 20

MEMAHAMI PERBEDAAN AKHLAK, MORAL,

ETIKA DAN ETIKET

(Studi Kasus: Teknik Informatika)

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam
Dosen Jajang Jaenudin, S.Ag, M.M, M.Pd

Disusun Oleh:

ROPI ABDUL AZIJ NIM 23152023


DEWANGGA SEPTIAN NIM 23153007
DODI HERDIANA NIM 23154001
AHMAD WILDAN NIM 23152030

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA JENJANG DIPLOMA III


AKADEMI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER
(AMIK Garut)
2015
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari tentu kita bersosial dengan orang-orang yang

ada disekitar kita. Saat kita bersosial dengan mereka, kita pasti menggunakan

tatakrama. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam bertatakrama, yaitu

akhlak, moral, etika dan etiket.

Keempat hal tersebut tidak bisa terlepas dari kehidupan manusia. Setiap orang

harus dan wajib mengamalkan keempat hal tersebut. Jika salah satu saja tidak

diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, maka itu bisa menyebabkan sebuah

penyimpangan di mata masyarakat.

Sebelum mengamalkannya, tentu kita harus memahami ke empat hal tersebut.

Selain itu, kita juga harus mengetahui setiap perbedaan dari akhlak, moral, etika,

dan etiket. Karena kebanyakan orang menganggap bahwa ke empat hal tersebut

adalah sama.

Oleh karena itu, kita harus bisa memahami dan membedakan antara akhlak,

moral, etika dan etiket agar kita bisa mengamalkannya dalam kehidupan sehari-

hari.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalahnya adalah sebagai

berikut;

1. Pengertian Akhlak, Moral, Etika dan Etiket.

2. Contoh-contoh dari Akhlak, Moral, Etika dan Etiket.

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memberikan

pengetahuan kepada pembaca tentang pengertian dari akhlak, moral, etika dan

etiket. Selain itu, makalah ini juga memberikan contoh-contoh dari akhlak, moral,

etika dan etiket.

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah agar pembaca mampu

mengerti dan memahami tentang akhlak, moral, etika dan etiket.

E. Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam karya ilmiah ini adalah dengan
membaca buku, dan mencari sumber lainnya di media cetak. Selain itu penulis
mencari sumber lainnya untuk makalah ini di internet.
Makalah ini disusun dengan berbagai sumber yang lengkap dengan
penggunaan bahasa yang baku dan lugas. Dengan menggunakan bahasa yang baku
dan lugas, pembaca dapat memahami isi makalah ini dengan baik.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak

Akhlak berasal dari kata “akhlaq” yang merupakan jama’ dari “khulqu” dari
bahasa Arab yang artinya perangai, budi, tabiat dan adab. Akhlak itu terbagi dua
yaitu Akhlak yang Mulia atau Akhlak yang Terpuji (Al-Akhlakul Mahmudah) dan
Akhlak yang Buruk atau Akhlak yang Tercela (Al-Ahklakul Mazmumah).
Akhlak yang mulia, menurut Imam Ghazali ada 4 perkara; yaitu bijaksana,
memelihara diri dari sesuatu yang tidak baik, keberanian (menundukkan kekuatan
hawa nafsu) dan bersifat adil. Jelasnya, ia merangkumi sifat-sifat seperti berbakti
pada keluarga dan negara, hidup bermasyarakat dan bersilaturahim, berani
mempertahankan agama, senantiasa bersyukur dan berterima kasih, sabar dan rida
dengan kesengsaraan, berbicara benar dan sebagainya.
 Menurut Ibnu Maskawaih : Menurutnya akhlak ialah "hal li nnafsi

daa'iyatun lahaa ila af'aaliha min ghoiri fikrin walaa ruwiyatin" yaitu

sifat yang tertanam dalam jiwa seseorang yang mendorongnya untuk

melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

 Menurut Abu Hamid Al Ghazali : Akhlak ialah sifat yang terpatri dalam

jiwa manusia yang darinya terlahir perbuatan-perbuatan yang dilakukan

dengan senang dan mudah tanpa memikirkan dirinya serta tanpa adanya

renungan terlebih dahulu.

 Menurut Ahmad bin Mushthafa : Akhlak merupakan sebuah ilmu yang

darinya dapat diketahui jenis-jenis keutamaan, dimana keutamaan itu ialah

terwujudnya keseimbangan antara tiga kekuatan yakni kekuatan berpikir,

marah dan syahwat atau nafsu.


 Menurut Muhammad bin Ali Asy Syariif Al Jurjani : Akhlak

merupakan sesuatu yang sifatnya (baik atau buruk) tertanam kuat dalam

diri manusia yang darinyalah terlahir perbuatan-perbuatan dengan mudah

dan ringan tanpa berpikir dan direnungkan.

Dalam Al-Qur'an surat Al-Qolam ayat 4 dikatakan bahwa "Dan sesungguhnya

engkau (Muhammad) berada diatas budi pekerti yang agung". Dan dalam sebuah

haditspun dikatakan bahwa " Aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak

yang mulia".

Akhlak yang mulia yaitu akhlak yang diridai oleh Allah SWT, akhlak yang

baik itu dapat diwujudkan dengan mendekatkan diri kita kepada Allah yaitu

dengan mematuhi segala perintahnya dan meninggalkan semua larangannya,

mengikuti ajaran-ajaran dari sunnah Rasulullah, mencegah diri kita untuk

mendekati yang ma’ruf dan menjauhi yang munkar, seperti firman Allah dalam

surat Al-Imran 110 yang artinya “Kamu adalah umat yang terbaik untuk manusia,

menuju kepada yang makruf dan mencegah yang mungkar dan beriman kepada

Allah”

Akhlak yang buruk itu berasal dari penyakit hati yang keji seperti iri hati,

ujub, dengki, sombong, nifaq (munafik), hasud, suudzaan (berprasangka buruk),

dan penyakit-penyakit hati yang lainnya, akhlak yang buruk dapat mengakibatkan

berbagai macam kerusakan baik bagi orang itu sendiri, orang lain yang di

sekitarnya maupun kerusakan lingkungan sekitarnya sebagai contohnya yakni

kegagalan dalam membentuk masyarakat yang berakhlak mulia samalah seperti


mengakibatkan kehancuran pada bumi ini, sebagai mana firman Allah Subhanahu

Wataala dalam Surat Ar-Ruum ayat 41 yang berbunyi:

Artinya

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan

tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari

(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (Q.S.

Ar-Ruum: 41).

Seperti yang telah disebutkan di atas Akhlak juga dibagi kedalam 2 jenis

yaitu, Akhlak Mahmudah dan Akhlak Mazmumah. Akhlak mahmudah adalah

akhlak yang baik dan dibenarkan oleh Allah. Sedangkan Akhlak Mazmumah

adalah akhlak yang tidak dibenarkan oleh Allah.

B. Moral

Moral merupakan pengetahuan yang menyangkut budi pekerti manusia yang

beradab. Moral juga berarti ajaran yang baik dan buruk perbuatan dan kelakuan

(akhlak). Moralisasi, berarti uraian (pandangan, ajaran) tentang perbuatan dan

kelakuan yang baik. Demoralisasi, berarti kerusakan moral.

Menurut asal katanya “moral” dari kata mores dari bahasa Latin, kemudian

diterjemahkan menjadi “aturan kesusilaan”. Dalam bahasa sehari-hari, yang

dimaksud dengan kesusilaan bukan mores, tetapi petunjuk-petunjuk untuk

kehidupan sopan santun dan tidak cabul. Jadi, moral adalah aturan kesusilaan,

yang meliputi semua norma kelakuan, perbuatan tingkah laku yang baik. Kata

susila berasal dari bahasa Sansekerta, su artinya “lebih baik”, sila berarti “dasar-
dasar”, prinsip-prinsip atau peraturan-peraturan hidup. Jadi susila berarti

peraturan-peraturan hidup yang lebih baik.

Pengertian moral dibedakan dengan pengertian kelaziman, meskipun dalam

praktek kehidupan sehari-hari kedua pengertian itu tidak jelas batas-batasnya.

Kelaziman adalah kebiasaan yang baik tanpa pikiran panjang dianggap baik,

layak, sopan santun, tata krama, dsb. Jadi, kelaziman itu merupakan norma-norma

yang diikuti tanpa berpikir panjang dianggap baik, yang berdasarkan kebiasaan

atau tradisi.

Moral juga dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

Moral murni, yaitu moral yang terdapat pada setiap manusia, sebagai suatu

pengejawantahan dari pancaran Ilahi. Moral murni disebut juga hati nurani.

Moral terapan, adalah moral yang didapat dari ajaran pelbagai ajaran filosofis,

agama, adat, yang menguasai pemutaran manusia.

Faktor Penentu Moralitas

Sumaryono (1995) mengemukakan tiga factor penentu moralitas perbuatan

manusia, yaitu:

1. Motivasi

2. Tujuan akhir

3. Lingkungan perbuatan

Perbuatan manusia dikatakan baik apabila motivasi, tujuan akhir dan

lingkungannya juga baik. Apabila salah satu factor penentu itu tidak baik, maka

keseluruhan perbuatan manusia menjadi tidak baik.


Motivasi adalah hal yang diinginkan para pelaku perbuatan dengan maksud untuk

mencapai sasaran yang hendak dituju. Jadi, motivasi itu dikehendaki secara sadar,

sehingga menentukan kadar moralitas perbuatan.

Tujuan akhir (sasaran) adalah diwujudkannya perbuatan yang dikehendakinya

secara bebas. Moralitas perbuatan ada dalam kehendak. Perbuatan itu menjadi

objek perhatian kehendak, artinya memang dikehendaki oleh pelakunya.

Lingkungan perbuatan adalah segala sesuatu yang secara aksidental mengelilingi

atau mewarnai perbuatan. Termasuk dalam pengertian lingkungan perbuatan

adalah:

– manusia yang terlihat

– kualiitas dan kuantitas perbuatan

– cara, waktu, tempat dilakukannya perbuatan

– frekuensi perbuatan

Hal-hal ini dapat diperhitungkan sebelumnya atau dapat dikehendaki ada pada

perbuatan yang dilakukan secara sadar. Lingkungan ini menentukan kadar

moralitas perbuatan yaitu baik atau jahat, benar atau salah.

C. Etika

Dari segi etimologi (asal kata), istilah etika berasal dari kata Latin “Ethicos”

yang berarti kebiasaan. Dengan demikian menurut pengertian yang asli, yang

dikatakan baik itu apabila sesuai dengan kebiasaan masyarakat. Kemudian lambat

laun pengertian ini berubah, bahwa etika adalah suatu ilmu yang mebicarakan

masalah perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dapat dinilai baik dan

mana yang dapat dinilai tidak baik.


Etika juga disebut ilmu normative, maka dengan sendirinya berisi ketentuan-

ketentuan (norma-norma) dan nilai-nilai yang dapat digunakan dalam kehidupan

sehari-hari.

Etika merupakan cabang filsafat yang mempelajari pandangan-pandangan dan

persoalan-persoalan yang berhubungan dengan masalah kesusilaan, dan kadang-

kadang orang memakai filsafat etika, filsafat moral atau filsafat susila. Dengan

demikian dapat dikatakan, etika ialah penyelidikan filosofis mengenai kewajiban-

kewajiban manusia dan hal-hal yang baik dan buruk. Etika adalah penyelidikan

filsafat bidang moral. Etika tidak membahas keadaan manusia, melainkan

membahas bagaimana seharusnya manusia itu berlaku benar. Etika juga

merupakan filsafat praxis manusia. Etika adalah cabang dari aksiologi, yaitu ilmu

tentang nilai, yang menitikberatkan pada pencarian salah dan benar dalam

pengertian lain tentang moral.

Etika dapat dibedakan menjadi tiga macam:

1. Etika sebagai ilmu, yang merupakan kumpulan tentang kebajikan, tentang

penilaian perbuatan seseorang.

2. Etika dalam arti perbuatan, yaitu perbuatan kebajikan. Misalnya,

seseorang dikatakan etis apabila orang tersebut telah berbuat kebajikan.

3. Etika sebagai filsafat, yang mempelajari pandangan-pandangan,

persoalan-persoalan yang berhubungan dengan masalah kesusilaan.

Kita juga sering mendengar istilah descriptive ethics, normative ethics, dan

philosophy ethics.

a. Descriptive ethics, ialah gambaran atau lukisan tentang etika.


b. Normative ethics, ialah norma-norma tertentu tentang etika agar seorang

dapat dikatakan bermoral.

c. Philosophy ethics, ialah etika sebagai filsafat, yang menyelidiki

kebenaran.

Pengertian etika juga dikemukakan oleh Sumaryono (1995), menurut beliau

etika berasal dati istilah Yunani ethos yang mempunyai arti adat-istiadat atau

kebiasaan yang baik. Bertolak dari pengertian tersebut, etika berkembang menjadi

study tentang kebiasaan manusia berdasarkan kesepakatan menurut ruang dan

waktu yang berbeda, yang menggambarkan perangai manusia dalam kehidupan

manusia pada umumnya. Selain itu, etika juga berkembang menjadi studi tentang

kebenaran dan ketidakbenaran berdasarkan kodrat manusia yang diwujudkan

melalui kehendak manusia. . Berdasarkan perkembangan arti tadi, etika dapat

dibedakan antara etika perangai dan etika moral.

1. Etika Perangai

Etika perangai adalah adat istiadat atau kebiasaan yang menggambaran

perangai manusia dalam kehidupan bermasyarakat di aderah-daerah tertentu, pada

waktu tertentu pula. Etika perangai tersebut diakui dan berlaku karena disepakati

masyarakat berdasarkan hasil penilaian perilaku.

2. Etika Moral

Etika moral berkenaan dengan kebiasaan berperilaku yang baik dan benar

berdasarkan kodrat manusia. Apabila etika ini dilanggar timbullah kejahatan, yaitu

perbuatan yang tidak baik dan tidak benar. Kebiasaan ini berasal dari kodrat

manusia yang disebut moral.


Etika moral ini terwujud dalam bentuk kehendak manusia berdasarkan

kesadaran, dan kesadaran adalah suara hati nurani. Dalam kehidupan, manusia

selalu dikehendaki dengan baik dan tidak baik, antara benar dan tidak benar.

Dengan demikian ia mempertanggung jawabkan pilihan yang telah dipilihnya itu.

Kebebasan kehendak mengarahkan manusia untuk berbuat baik dan benar.

Apabila manusia melakukan pelanggaran etika moral, berarti dia berkehendak

melakukan kejahatan, dengan sendirinya berkehandak untuk di hukum. Dalam

kehidupan bermasyarakat dan bernegara, nilai moral dijadikan dasar hukum

positif yang dibuat oleh penguasa.

D. Etiket

Dua istilah, yaitu etika dan etiket dalam kehidupan sehari-hari kadang-kadang

diartikan sama, dipergunakan silih berganti. Kedua istilah tersebut memang

hampir sama pengertiannya, tetapi tidak sama dalam hal titik berat penerapan atau

pelaksanaannya, yang satu lebih luas dari pada yang lain.

Istilah etiket berasal dari kata Prancis etiquette, yang berarti kartu undangan,

yang lazim dipakai oleh raja-raja Prancis apabila mengadakan pesta. Dalam

perkembangan selanjutnya, istilah etiket berubah bukan lagi berarti kartu

undangan yang dipakai raja-raja dalam mengadakan pesta. Dewasa ini istilah

etiket lebih menitikberatkan pada cara-cara berbicara yang sopan, cara berpakaian,

cara menerima tamu dirumah maupun di kantor dan sopan santun lainnya. Jadi,

etiket adalah aturan sopan santun dalam pergaulan.

Dalam pergaulan hidup, etiket merupakan tata cara dan tata krama yang baik

dalam menggunakan bahasa maupun dalam tingkah laku. Etiket merupakan


sekumpulan peraturan-peraturan kesopanan yang tidak tertulis, namun sangat

penting untuk diketahui oleh setiap orang yang ingin mencapai sukses dalam

perjuangan hidup yang penuh dengan persaingan.

Etiket juga merupakan aturan-aturan konvensional melalui tingkah laku

individual dalam masyarakat beradab, merupakan tatacara formal atau tata krama

lahiriah untuk mengatur relasi antarpribadi, sesuai dengan status social masing-

masing individu. Etiket didukung oleh berbagai macam nilai, antara lain;

1. nilai-nilai kepentingan umum

2. nilai-nilai kehjujuran, keterbukaan dan kebaikan

3. nilai-nilai kesejahteraan

4. nilai-nilai kesopanan, harga-menghargai

5. nilai diskresi (discretion: pertimbangan) penuh piker. Mampu membedakan

sesuatu yang patut dirahasiakan dan boleh dikatakan atau tidak dirahasiakan.

Diatas dikatakan bahwa etiket merupakan kumpulan cara dan sifat perbuatan

yang lebnih bersifat jasmaniah atau lahiriah saja. Etiket juga sering disebut tata

krama, yakni kebiasaan sopan santun yang disepakati dalam lingkungan pergaulan

antarmanusia setempat. Tata berarti adat, aturan, norma, peraturan. Sedangkan

krama berarti sopan santun, kebiasaan sopan santun atau tata sopan santun.

Sedangkan etika menunjukkan seluruh sikap manusia yang bersikap jasmaniah

maupun yang bersikap rohaniah. Kesadaran manusia terhadap kesadaran baik

buruk disebut kesadaran etis atau kesadaran moral.


Beberapa definisi Etiket adalah sebagai berikut:

1. Etiket adalah kumpulan tata cara dan sikap yang baik dalam pergaulan

antarmanusia yang beradab.

2. Etiket adalah tata krama, sopan santun atau aturan-aturan yang disetujui oleh

masyarakat tertentu dan menjadi norma serta anutan dalam bertingkah laku.

3. Etiket adalah tata peraturan pergaulan yang disetujui oleh masyarakat terten

tu dan menjadi norma dan anutan dalam bertingkah laku anggota masyarakat.

Dari ketiga definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian dari etiket adalah

tata aturan pergaulan yang disetujui oleh masyarakat tertentu dan menjadi norma

serta anutan dalam bertingkahlaku pada anggota masyarakat tersebut.

Dalam buku “Bahan Diskusi Customer Service Group (CSG) dan Allround Teller

(ART)” yang diterbitkan oleh Urusan Operasional KAntor Pusat BRI,

menjelaskan bahwa: “etiket adalah ketentuan tidak tertulis yang mengatur tindak

dan gerak manusia yang berkaitan dengan:

a. sikap dan perilaku

yaitu bagaimana anda bersikap dan berperilaku dalam menghadapi suatu situasi.

b. ekspresi wajah

yaitu bagaimana raut muka yang harus anda tampilkan dalam menghadapi suatu

situasi, misalnya dalam melayani tamu.

c. Penampilan

yaitu sopan santun mengenai cara anda menampilkan diri, misalnya: cara duduk,

cara berdiri adalah wajar dan tidak dibuat-buat dan sebagainya.


d. cara berpakaian

yaitu cara mengatur tentang sopan santun anda dalam mengenakan pakaian, baik

menyangkut gaya pakaian, tata warna, keserasian model yang tidak menyolok dan

lain-lain.

e. cara berbicara

yaitu tata cara/sopan santun anda dalam berbicara caik secara langsung maupun

tidak langsung.

f. gerak-gerik

yaitu sopan santun dalam gerak-gerik badan dalam berbicara secara langsung

berhadapan dengan tamu.


BAB III
CONTOH-CONTOH AKHLAK, MORAL, ETIKA DAN ETIKET

1. Contoh Akhlak

Contoh Akhlak Mahmudah

Akhlak mahmudah (terpuji) adalah perbuatan yang dibenarkan oleh agama

(Allah dan RasulNya). Contohnya : disiplin, hidup bersih, ramah, sopan-santun,

syukur nikmat, rendah hati, jujur, rajin, percaya diri, kasih sayang, taat,

rukun, tolong-menolong, hormat dan patuh, sidik, amanah, tablig, fathanah,

tanggung jawab, adil, bijaksana, teguh pendirian, dermawan, optimis, qana’ah,

dan tawakal, ber-tauhiid, ikhlaas, taubat, ikhtiyaar, sabar, syukur, tawaadu',

husnuzh-zhan, berilmu, kreatif, produktif, akhlak dalam berpakaian, berhias,

perjalanan, bertamu dan menerima tamu, adil, rida, amal salih, persatuan dan

kerukunan, akhlak terpuji dalam pergaulan remaja.

Contoh Akhlak Mazmumah

Akhlak Mazmumah (tercela) adalah perbuatan yang tidak dibenarkan oleh

agama (Allah dan RasulNya). Contohnya : hidup kotor, berbicara jorok/kasar,

bohong, sombong, malas, durhaka, khianat, iri, dengki, membangkang, munafik,

hasud, kikir, serakah, pesimis, putus asa, marah, fasik, dan murtad, kufur, syirik,

riya, nifaaq, anaaniah, putus asa, tamak, takabbur, hasad, dendam, giibah, fitnah,

dan namiimah, aniaya dan diskriminasi, perbuatan dosa besar (seperti mabuk-

mabukan, berjudi, zina, mencuri, mengkonsumsi narkoba), israaf, tabdzir.


2. Contoh Moral

 Contoh moral adalah:

Tidak terdapat adanya unsur suatu pemaksaan suatu agama tertentu kepada

orang lain, dengan demikian masyarakat dan bangsa Indonesia menjunjung

tinggi nilai nilai HAM.

 Contoh moral dalam halnya kehidupan sehari-hari adalah:

kalau kita menemukan tas yang berisikan dokumen penting dan juga

sejumlah uang yang terdapat dalam tas tersebut. Seandainya kita memiliki

moral yang baik maka kita akan memberikan tas itu kepada pemiliknya

atau kalau tidak pada yang berwajib.

3. Contoh Etika

 Contoh Kehidupan sehari-hari: tata cara berbusana yang dipergunakan

harus disesuaikan dengan lingkungan dimana kita berada, maksudnya agar

ada kesopanan dalam tata cara berpakaian.

 Contoh dalam kehidupan sehari-hari: seperti tata cara bicara yang

dipergunakan, yaitu menggunakan bahasa yang baik dan benar.

 Contoh: ketika masuk kerumah orang lain, harus mengetuk pintu rumah

dan memberikan salam.

4. Contoh Etiket

 Di Indonesia menyerahkan sesuatu harus dengan tangan kanan. Bila

dilanggar dianggap melanggar etiket.


 Penipu misalnya tutur katanya lembut, memegang etiket namun menipu.

 Menjabat tangan seseorang yang kita sudah kenal atau akan kita kenal

pada saat berjumpa.

 Mengucapkan ‘terima kasih’ kepada orang lain yang memberikan sesuatu.


BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan beberapa penjelasan diatas, maka perbedaan antara Akhlak,

Moral, Etika dan Etiket adalah sebagai berikut;

Akhlak merupakan sifat manusia yang mendorongnya untuk melakukan suatu

perbuatan. Jika akhlaknya baik, maka dia akan melakukan perbuatan yang baik,

dan sebaliknya.

Moral adalah aturan kesusilaan, yang meliputi semua norma kelakuan,

perbuatan tingkah laku yang baik.

Etika adalah adalah suatu ilmu yang mebicarakan masalah perbuatan atau

tingkah laku manusia, mana yang dapat dinilai baik dan mana yang dapat dinilai

tidak baik.

Etiket merupakan tata cara dan tata krama yang baik dalam menggunakan

bahasa maupun dalam tingkah laku. Etiket merupakan sekumpulan peraturan-

peraturan kesopanan yang tidak tertulis, namun sangat penting untuk diketahui

oleh setiap orang yang ingin mencapai sukses dalam perjuangan hidup yang penuh

dengan persaingan

A. Saran

Manusia merupakan salah satu mahluk ciptaan Allah yang diberikan tanggung jawab

yang lebih. Oleh karena itu manusia diwajikan bertingkah laku sesuai dengan

pedomannya yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits. Di dalamnya mengajarkan mengenai akhlak,

moral, etika dan etiket yang semuanya merupakan tuntunan yang akan mengarahkan
manusia kepada yang disebut ketaqwaan. Jadi marilah semua manusia yang memiliki

keinginan untuk menjadi pribadi yang lebih baik, belajar menerapkan tuntunan yang ada

di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits mengenai perbaikan akhlak, moral, etiak dan etiket

manusia.
Daftar Pustaka

https://af008.wordpress.com/etika-etiket-dan-moral

http://dewi-w-n-fisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-104158-
%20Sosial%20Politik-
Definisi%20Etika,%20Etiket,%20Moralitas,%20dan%20Sikap%20Santun.html

http://tradisional-rahma.blogspot.co.id

Anda mungkin juga menyukai