Dosen Pembimbing :
KELOMPOK 3
A. Latar Belakang
Islam adalah agama dan cara hidup berdasarkan syariat Allah SWT
yang terkandung dalam kitab Al-Quran dan sunnah Rasulullah SAW.
Setiap orang yang mengaku dirinya adalah Islam wajib membentuk
seluruh hidup dan kehidupannya berdasarkan syariat yang terkandung
dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Hal tersebut sebagaimana diungkap oleh
Yusuf Qardhawi, syariat Illahi yang tertuang dalam Al-Quran dan Sunnah
merupakan dua pilar kekuatan masyarakat Islam dan agama islam
merupakan suatu cara hidup dan tata sosial yang memiliki hubungan
integral, utuh menyeluruh dengan kehidupan.
Penafsiran syariat Islam atas dua sumber utama dan pertama syariat
Islam. Dewasa ini tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Era
mekanisasi dan modernisasi telah menempatkan manusia menjadi bagian
dan perkembangan yang penuh dengan tantangan dan persaingan yang
menyebabkan munculnya nilai dan kebutuhan baru bagi mereka yang
tidak lagi sekedar sederhana. Prinsipnya tidaklah harus statis, tetapi justru
fleksibel dan dapat mengikuti perkembangan dan kemajuan kehidupan
manusia.
Diperlukan prinsip-prinsip dalam ajaran Islam agar kehidupan di
Islam tidak sekedar sebagi identitas. Namun sudah masuk dan menyatu
dalam tubuh manusia.
Prinsip berasal dari kata principle yang bermakna asal, dasar, prinsip
sebagai dasar pandangan dan keyakinan, pendirian seperti berpendirian,
mempunyai dasar atau prinsip yang kuat. Adapun dasar diartikan asas,
pokok atau pangkal (sesuatu pendapat aturan dan sebagainya). Dengan
demikian prinsip dasar Islam bermakna pandanganyang mendasar
terhadap sesuatu yang menjadi sumber pokok sehingga menjadi
konsep,nilai, dan asas bangunan Islam.
Seperti halnya sebuah bangunan. Prinsip ialah pondasi dalam
menjalankan dan menegakkan agama. Tidaklah kuat bangunan itu, kecuali
ada pondasi yang menjadi sumber kekuatan dalam penegakkan bangunan.
Tidaklah kuat agama itu, jika tanpa prinsip yang menjadi sumber
landasannya.
Tanpa adanya prinsip di dalam agama, makaakan timbul
pertentangan-pertentangan dan kontroversi ditengah-tengah kehidupan
setiap umat beragama. Hal ini jelas bertolak belakang dengan konsep arti
agama sendiri dimana arti agama adalah tidak kacau. Islam yang dari awal
kemunculannya adalah untuk menciptakan perdamaian dimuka bumi,
sejak dulu merupakan sebuah sistem yang sudah jelas konsepnya, terarah
dan memiliki tujuan yang riil dengan berpegang pada sumber yang valid,
yaitu firman Allah SWT.
Berdasar pada sumber tersebut, terbentuklah prinsip-prinsip ajaran
agama Islam yang menjadi penuntun kehidupan seluruh umat muslim agar
tidak terjerumus ke dalam hal-hal negatif. Prinsip-prinsip ini dijadikan
sebagai acuan bertingkah laku dengan berpedoman pada Al-Quran dan Al-
Hadist.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja prinsip-prinsip ajaran agama Islam?
2. Apa tujuan memiliki prinsip-prinsip agama Islam?
Islam adalah satu-satunya jawaban yang benar dan bersih terhadap semua
persoalan manusia. Ia mencakup seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi
keyakinan, ibadat, syari'at dan syi'ar-syi'ar. Islam merupakan neraca dan satu-
satunya tolok ukur untuk semua sisi kehidupan manusia. Dari Islamlah terefleksinya
petunjuk yang benar dan lurus serta selamat dalam segala hal.
Dan Kami turunkan kepadamu (Muhammad) Kitab (al-Qur'an) untuk
menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi
orang-orang yang berserah diri. (Qs.an-Nahl:89)
Bila seseorang masuk Islam, berarti ia telah menyerah secara mutlak kepada
Allah swt dalam semua persoalan yang mencakup semua aspek kehidupan,
termasuk yang berhubungan dengan jiwa, akal, hati, ruh, perasaan, emosi,
perbuatan, pemikiran, kepercayaan dan peribadatan. Termasuk dalam hal konstitusi
dan undang-undang kehakiman. Di samping itu Islam berarti penolakan total
terhadap seluruh bentuk penyekutuan dengan selain Allah. Allah swt berfirman:
....Barangsiapa yang ingkar kepada thaghut dan beriman kepada Allah, maka
sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan
putus.... (Qs.al-Baqarah:256)
Hikmah (ilmu pengetahuan) itu merupakan hak orang Mu'min. Maka di mana
saja ia jumpai, ia lebih berhak terhadapnya.
Namun jika pemikiran-pemikiran eksperimental itu sudah tidak murni lagi,
telah diwarnai oleh sistem hidup yang tidak Islami, maka kita berkewajiban untuk
membersihkannya terlebih dahulu, dan mewarnainya dengan nilai-nilai Islam yang
bersih, sebelum kita menggunakannya.
5. Islam Sempurna
Islam adalah satu sistem yang sempurna dan lengkap, karena ia mencakup
seluruh sistem politik, sosial, ekonomi dan moral. Oleh karena itu mengabaikan atau
melupakan sebagian dari sistem Islam berarti menghalangi perjalanan seluruh
sistem itu sendiri. Begitu juga menegakkan politik yang tidak berdasarkan pada
pilar-pilar Islam merupakan satu kendala dan sekaligus tantangan terhadap Islam.
Apakah patut kamu beriman kepada sebagian al-Kitab (Taurat) dan ingkar
terhadap sebagian yang lain? Maka tidak ada balasan bagi yang berbuat demikian
dari kamu, kecuali kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada Hari Kiamat mereka
akan dikembalikan kepada siksa yang amat berat. Allah tidak lengah terhadap apa
yang kamu perbuat. (Qs.al-Baqarah:85)
Dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itu rendah dan kalimatullah
itulah yang tinggi. (Qs.at-Taubah:40)
Barangsiapa yang berperang untuk menjadikan kalimatullah yang tertinggi
sekali, maka ia berjuang di jalan Allah. (al-Hadits)
Salah satu tujuan Allah mengutus Rasul-Nya adalah agar Islam sebagai
dienullah menang terhadap dien-dien (sistem hidup) lainnya. Karena itu semua
pengikut Muhammad berkewajiban untuk mewujudkan kemenangan Islam dengan
berjihad di jalan-Nya.
Dia-lah Allah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan dien
yang haq, agar dimenangkan-Nya terhadap semua dien. Dan cukuplah Allah menjadi
saksi. (Qs.al-Fath:28)*
Orang-orang yang beriman dan berjihad di jalan Allah dengan harta benda
dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah, dan itulah orang-orang
yang mendapatkan kemenangan. (Qs.at-Taubah:20)*
7. Islam Bersatu
Kepemimpinan dan persatuan bagi umat Islam sangat penting sekali. Para
sahabat Rasulullah saw telah mendahulukan pemilihan khalifah ketimbang
mengubur jenazah Rasulullah saw. Dalam satu kesempatan Rasulullah saw
bersabda:
Tidak boleh bagi tiga orang berada di manapun di bumi ini, kecuali memilih
salah satu seorang di antara mereka itu sebagai pemimpin. (Musnad Imam Ahmad,
jilid II, hal.177)*
Mu'min dengan mu'min lainnya itu ibarat satu tubuh, jika salah satu
anggota tubuhnya ada yang sakit, maka anggota tubuh lainnya ikut merasa
sakit. Demikian Rasulullah pernah mengingatkan ummatnya.
Umar bin Khattab pernah berkata, "Tidak ada Islam tanpa jama'ah,
tidak ada jama'ah tanpa imamah, tidak ada imamah tanpa ketaatan, dan tidak
ada ketaatan tanpa bai'at. Barangsiapa yang keluar dari jama'ah maka ia
telah keluar dari Islam."*
Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu
sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan
persiapan itu) kamu menggentarkan musuh-musuh Allah, musuhmu dan orang-orang
selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya. (Qs.al-Anfaal:60)
Menyertai dan bergabung dengan jama'ah Islam dan imamnya adalah suatu
kewajiban besar di dalam Islam. Kewajiban ini secara langsung tidak memberikan
peluang untuk mengelakkan diri dari keterlibatannya dengan jama'ah dan imamnya,
kecuali dalam kondisi dimana orang-orang Islam tidak mempunyai jama'ah dan
imamnya. Maka dalam keadaan seperti itu, seorang Muslim harus memisahkan diri
dari perkumpulan sesat dan tetap berpegang kepada yang haq.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim serta Abu
Daud, dari Hudzaifah al-Yamani, diriwayatkan sebagai berikut:
Orang-orang yang bertanya pada Rasulullah saw tentang kebaikan, tetapi saya
bertanya tentang kejahatan, sebab saya takut akan terlibat dengannya. Saya
bertanya:
"Wahai Rasulullah, dahulu kita berada dalam masa Jahiliyah dan diliputi
oleh suasana kejahatan, lalu Allah mendatangkan pada kita kebaikan ini, maka
apakah sesudah kebaikan itu akan ada kejahatan?"
"Apakah sesudah kejahatan itu akan ada kebaikan?", Saya bertanya lagi.
"Bagaimana kalau sudah tidak ada lagi jama'ah Islamiah dan imamahnya?"
Saya terus bertanya.
Persoalannya sekarang, apakah bumi yang kita diami ini telah kehilangan
jama'ah dan imamnya, sedang Rasulullah saw bersabda:
Imam Ali ra mengatakan, "Tidak akan sunyi bumi ini dari seorang pemimpin
yang berdiri untuk Allah dengan hujjah-hujjahnya."
Umat Islam, sebenarnya merupakan satu jama'ah atau satu partai, dan maju
mundurnya jama'ah ini tergantung pada pencapaian ilmu, karakteristik, dan
komitmen ummat terhadap Islam. Oleh karena itu segenap kaum Muslimin harus
terikat pada rencana atau program yang telah disusun. Dan rencana atau program
yang disusun secara spontanitas pun harus tunduk kepada kaidah-kaidah yang
ketat, dan tidak boleh membelakangi ke arah tercapainya tujuan.
Karakteristik ummat Islam dan jama'ahnya adalah sesuai dengan ayat 36-43
surat asy-Syura. Karakteristik ummat Islam ialah beriman, bertawakkal,
menjauhkan diri dari dosa-dosa kecil maupun besar dan perbuatan keji, mengontrol
diri dari marah, menyambut seruan Allah dalam semua hal, mendirikan shalat,
berinfaq di jalan Allah dan berlaku adil sesama manusia. Sedangkan ciri-ciri khusus
dari jama'ah Islamiah ialah adanya syura dan selalu menentang kezaliman.
KESIMPULAN DAN SARAN