Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH AGAMA ISLAM

PRINSIP-PRINSIP AJARAN ISLAM

Dosen Pembimbing :

Bp. Tohedi, M. Pd. I

KELOMPOK 3

Robby Mahadlir Azhari 138910201045

Imama Rasyada 132010101001

Laksita Paramastuti 132010101002

Revin Fiona Cinintya 132010101003

Finty Arfian 132010101004

Hilda Khairinnisa 132010101081

Dina Faizatur Rahmah 132010101082


PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam adalah agama dan cara hidup berdasarkan syariat Allah SWT
yang terkandung dalam kitab Al-Quran dan sunnah Rasulullah SAW.
Setiap orang yang mengaku dirinya adalah Islam wajib membentuk
seluruh hidup dan kehidupannya berdasarkan syariat yang terkandung
dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Hal tersebut sebagaimana diungkap oleh
Yusuf Qardhawi, syariat Illahi yang tertuang dalam Al-Quran dan Sunnah
merupakan dua pilar kekuatan masyarakat Islam dan agama islam
merupakan suatu cara hidup dan tata sosial yang memiliki hubungan
integral, utuh menyeluruh dengan kehidupan.
Penafsiran syariat Islam atas dua sumber utama dan pertama syariat
Islam. Dewasa ini tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Era
mekanisasi dan modernisasi telah menempatkan manusia menjadi bagian
dan perkembangan yang penuh dengan tantangan dan persaingan yang
menyebabkan munculnya nilai dan kebutuhan baru bagi mereka yang
tidak lagi sekedar sederhana. Prinsipnya tidaklah harus statis, tetapi justru
fleksibel dan dapat mengikuti perkembangan dan kemajuan kehidupan
manusia.
Diperlukan prinsip-prinsip dalam ajaran Islam agar kehidupan di
Islam tidak sekedar sebagi identitas. Namun sudah masuk dan menyatu
dalam tubuh manusia.
Prinsip berasal dari kata principle yang bermakna asal, dasar, prinsip
sebagai dasar pandangan dan keyakinan, pendirian seperti berpendirian,
mempunyai dasar atau prinsip yang kuat. Adapun dasar diartikan asas,
pokok atau pangkal (sesuatu pendapat aturan dan sebagainya). Dengan
demikian prinsip dasar Islam bermakna pandanganyang mendasar
terhadap sesuatu yang menjadi sumber pokok sehingga menjadi
konsep,nilai, dan asas bangunan Islam.
Seperti halnya sebuah bangunan. Prinsip ialah pondasi dalam
menjalankan dan menegakkan agama. Tidaklah kuat bangunan itu, kecuali
ada pondasi yang menjadi sumber kekuatan dalam penegakkan bangunan.
Tidaklah kuat agama itu, jika tanpa prinsip yang menjadi sumber
landasannya.
Tanpa adanya prinsip di dalam agama, makaakan timbul
pertentangan-pertentangan dan kontroversi ditengah-tengah kehidupan
setiap umat beragama. Hal ini jelas bertolak belakang dengan konsep arti
agama sendiri dimana arti agama adalah tidak kacau. Islam yang dari awal
kemunculannya adalah untuk menciptakan perdamaian dimuka bumi,
sejak dulu merupakan sebuah sistem yang sudah jelas konsepnya, terarah
dan memiliki tujuan yang riil dengan berpegang pada sumber yang valid,
yaitu firman Allah SWT.
Berdasar pada sumber tersebut, terbentuklah prinsip-prinsip ajaran
agama Islam yang menjadi penuntun kehidupan seluruh umat muslim agar
tidak terjerumus ke dalam hal-hal negatif. Prinsip-prinsip ini dijadikan
sebagai acuan bertingkah laku dengan berpedoman pada Al-Quran dan Al-
Hadist.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja prinsip-prinsip ajaran agama Islam?
2. Apa tujuan memiliki prinsip-prinsip agama Islam?

C. Tujuan dan Manfaat


1. Untuk mengetahui prinsip-prinsip di dalam ajaran agama Islam
2. Untuk menjadikan prinsip-prinsip agama Islam sebagai pedoman
kehidupan sehari-hari
PEMBAHASAN

1. Islam Sebagai Sistem Hidup

Islam adalah satu-satunya sistem hidup yang dibebankan pada seluruh


ummat manusia, di barat atau di timur, di utara atau di selatan, berkulit kuning,
merah, putih atau hitam. Allah swt telah mengumumkan bahwa Dia tidak akan
menerima sistem hidup (ad-Dien) selain Islam dengan firman-Nya:
Sesungguhnya dien (sistem hidup) yang diridhai di sisi Allah ialah Islam.
(Qs.AliImran:19)
Barangsiapa yang mencari dien (sistem hidup) selain Islam, maka sekali-kali
tidak akan diterima (dien itu) darinya. (Qs.Ali Imran:85)
Yang dimaksud dengan Islam adalah risalah yang diturunkan Allah swt
melalui Nabi Muhammad saw. Risalah ini merupakan penutup seluruh risalah Allah
swt, dan demikian risalah atau agama yang diturunkan Allah sebelumnya melalui
para Nabi-Nya yang terdahulu tidak berlaku lagi. Karena itu seluruh manusia
diwajibkan untuk memeluk Islam sampai Hari Kiamat. Barangsiapa yang tidak
mengimani Islam, sedangkan seruan Islam telah sampai kepadanya, maka ia
dianggap sebagai ahli neraka.
Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidak mendengar seseorang
tentangku dari ummat ini, apakah ia Yahudi atau Nasrani, kemudian ia tidak beriman
dengan apa yang diutus kepadaku melainkan ia akan tergolong dari ahli neraka.
(HR.Muslim)

2. Islam Menjawab Persoalan Manusia

Islam adalah satu-satunya jawaban yang benar dan bersih terhadap semua
persoalan manusia. Ia mencakup seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi
keyakinan, ibadat, syari'at dan syi'ar-syi'ar. Islam merupakan neraca dan satu-
satunya tolok ukur untuk semua sisi kehidupan manusia. Dari Islamlah terefleksinya
petunjuk yang benar dan lurus serta selamat dalam segala hal.
Dan Kami turunkan kepadamu (Muhammad) Kitab (al-Qur'an) untuk
menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi
orang-orang yang berserah diri. (Qs.an-Nahl:89)

Al-Qur'an menerangkan segala persoalan, apakah melalui nash-nashnya atau


melalui kesimpulan-kesimpulan yang tepat tentang nash-nash tersebut berdasarkan
hadits, qiyas, ijma' ulama, istihsan, istishab, istislah, 'urf, hukum-hukum yang diakui
oleh akal, syara' atau hukum adat menurut batas-batas yang dibenarkan oleh nash
tersebut.

3. Islam Sebagai Pasrah Diri

Bila seseorang masuk Islam, berarti ia telah menyerah secara mutlak kepada
Allah swt dalam semua persoalan yang mencakup semua aspek kehidupan,
termasuk yang berhubungan dengan jiwa, akal, hati, ruh, perasaan, emosi,
perbuatan, pemikiran, kepercayaan dan peribadatan. Termasuk dalam hal konstitusi
dan undang-undang kehakiman. Di samping itu Islam berarti penolakan total
terhadap seluruh bentuk penyekutuan dengan selain Allah. Allah swt berfirman:

....Barangsiapa yang ingkar kepada thaghut dan beriman kepada Allah, maka
sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan
putus.... (Qs.al-Baqarah:256)

4. Islam Sebagai Pemikiran Eksperimental

Dalam Islam pemikiran eksperimental merupakan salah satu fenomena


proses pembentukan pribadi Muslim atau karakteristik Islam. Oleh karena itu segala
sesuatu yang telah dicapai oleh akal yang sehat dan melalui proses percobaan
adalah sesuatu yang dapat diterima dari sudut pandangan Islam dan diberi jaminan
kepercayaan terhadap kesahannya. Rasulullah pernah bersabda:

Hikmah (ilmu pengetahuan) itu merupakan hak orang Mu'min. Maka di mana
saja ia jumpai, ia lebih berhak terhadapnya.
Namun jika pemikiran-pemikiran eksperimental itu sudah tidak murni lagi,
telah diwarnai oleh sistem hidup yang tidak Islami, maka kita berkewajiban untuk
membersihkannya terlebih dahulu, dan mewarnainya dengan nilai-nilai Islam yang
bersih, sebelum kita menggunakannya.

5. Islam Sempurna

Islam adalah satu sistem yang sempurna dan lengkap, karena ia mencakup
seluruh sistem politik, sosial, ekonomi dan moral. Oleh karena itu mengabaikan atau
melupakan sebagian dari sistem Islam berarti menghalangi perjalanan seluruh
sistem itu sendiri. Begitu juga menegakkan politik yang tidak berdasarkan pada
pilar-pilar Islam merupakan satu kendala dan sekaligus tantangan terhadap Islam.

Seluruh sektor kehidupan kaum Muslimin harus selalu berlandaskan pada


nilai-nilai dan syari'at Islam, ekonominya, politiknya, sosialnya, pendidikannya,
militernya dan sektor-sektor lainnya. Tidak dibenarkan melaksanakan Islam secara
parsial (tentunya selama kondisi dan kemampuan memungkinkannya).

Apakah patut kamu beriman kepada sebagian al-Kitab (Taurat) dan ingkar
terhadap sebagian yang lain? Maka tidak ada balasan bagi yang berbuat demikian
dari kamu, kecuali kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada Hari Kiamat mereka
akan dikembalikan kepada siksa yang amat berat. Allah tidak lengah terhadap apa
yang kamu perbuat. (Qs.al-Baqarah:85)

Barangsiapa yang tidak menghukum menurut apa yang diturunkan Allah,


maka mereka itu adalah orang-orang kafir. (Qs.al-Maidah:44)

6. Islam Menegakkan Kalimat Allah SWT

Seluruh kaum Muslimin dibebani kewajiban menegakkan kalimatullah agar


Islam menjadi satu-satunya Dien yang tegak di bumi ini. Allah berfirman:

Dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itu rendah dan kalimatullah
itulah yang tinggi. (Qs.at-Taubah:40)
Barangsiapa yang berperang untuk menjadikan kalimatullah yang tertinggi
sekali, maka ia berjuang di jalan Allah. (al-Hadits)

Salah satu tujuan Allah mengutus Rasul-Nya adalah agar Islam sebagai
dienullah menang terhadap dien-dien (sistem hidup) lainnya. Karena itu semua
pengikut Muhammad berkewajiban untuk mewujudkan kemenangan Islam dengan
berjihad di jalan-Nya.

Dia-lah Allah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan dien
yang haq, agar dimenangkan-Nya terhadap semua dien. Dan cukuplah Allah menjadi
saksi. (Qs.al-Fath:28)*

Orang-orang yang beriman dan berjihad di jalan Allah dengan harta benda
dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah, dan itulah orang-orang
yang mendapatkan kemenangan. (Qs.at-Taubah:20)*

7. Islam Bersatu

Kaum Muslimin dalam satu negara, bahkan di seluruh dunia harus


merupakan satu sekutu, satu blok dan satu jama'ah. Sekutu ini adalah sekutu iman
dan politik. Apa pun bentuknya yang memisahkan dan mengesampingkan hal ini
adalah satu kekufuran dan kesesatan yang amat besar. Sekutu dan blok tersebut
harus mempunyai imam tersendiri.

Kepemimpinan dan persatuan bagi umat Islam sangat penting sekali. Para
sahabat Rasulullah saw telah mendahulukan pemilihan khalifah ketimbang
mengubur jenazah Rasulullah saw. Dalam satu kesempatan Rasulullah saw
bersabda:

Tidak boleh bagi tiga orang berada di manapun di bumi ini, kecuali memilih
salah satu seorang di antara mereka itu sebagai pemimpin. (Musnad Imam Ahmad,
jilid II, hal.177)*
Mu'min dengan mu'min lainnya itu ibarat satu tubuh, jika salah satu
anggota tubuhnya ada yang sakit, maka anggota tubuh lainnya ikut merasa
sakit. Demikian Rasulullah pernah mengingatkan ummatnya.

Umar bin Khattab pernah berkata, "Tidak ada Islam tanpa jama'ah,
tidak ada jama'ah tanpa imamah, tidak ada imamah tanpa ketaatan, dan tidak
ada ketaatan tanpa bai'at. Barangsiapa yang keluar dari jama'ah maka ia
telah keluar dari Islam."*

8. Islam merumuskan Ulang tentang pemimpin

Dalam kondisi kekuasaan politik Islam dan kaum Muslimin di seluruh


penjuru dunia sedang mengalami kehancuran dan kelumpuhan seperti sekarang,
maka merupakan kewajiban bagi setiap Muslim untuk cepat-cepat melantik seorang
imam yang akan memimpin perjuangan, atau untuk mempersiapkan diri
menghadapi peperangan, atau melakukan persiapan yang matang untuk memilih
seorang yang akan memimpin mereka. Hal ini merupakan salah satu masalah yang
sangat mendesak untuk segera dilaksanakan.

Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu
sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan
persiapan itu) kamu menggentarkan musuh-musuh Allah, musuhmu dan orang-orang
selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya. (Qs.al-Anfaal:60)

Dalam memperjuangkan kebenaran (al-Islam) diperlukan kesungguhan,


sumber daya manusia dengan kuantitas dan kualitas yang memadai, sarana dan
prasarana serta pengorganisasian yang rapi. Sayyidina Ali ra pernah mengatakan,
"Kejahatan yang terorganisir dapat megalahkan kebenaran yang tidak terorganisir."
Agar perjuangan dapat terorganisir maka diperlukan kepemimpinan, yang manhaj
kepemimpinannya berpegang kepada al-Qur'an dan as-Sunnah.

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya


dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang
tersusun kokoh. (Qs.ash-Shaff:4)
9. Bergabung jamaah Islamiyah

Menyertai dan bergabung dengan jama'ah Islam dan imamnya adalah suatu
kewajiban besar di dalam Islam. Kewajiban ini secara langsung tidak memberikan
peluang untuk mengelakkan diri dari keterlibatannya dengan jama'ah dan imamnya,
kecuali dalam kondisi dimana orang-orang Islam tidak mempunyai jama'ah dan
imamnya. Maka dalam keadaan seperti itu, seorang Muslim harus memisahkan diri
dari perkumpulan sesat dan tetap berpegang kepada yang haq.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim serta Abu
Daud, dari Hudzaifah al-Yamani, diriwayatkan sebagai berikut:
Orang-orang yang bertanya pada Rasulullah saw tentang kebaikan, tetapi saya
bertanya tentang kejahatan, sebab saya takut akan terlibat dengannya. Saya
bertanya:

"Wahai Rasulullah, dahulu kita berada dalam masa Jahiliyah dan diliputi
oleh suasana kejahatan, lalu Allah mendatangkan pada kita kebaikan ini, maka
apakah sesudah kebaikan itu akan ada kejahatan?"

"Ada," jawab Rasulullah.

"Apakah sesudah kejahatan itu akan ada kebaikan?", Saya bertanya lagi.

Rasulullah menjawab, "Yaitu segolongan ummat yang mengikuti sunnah


bukan sunnahku, dan mengikuti petunjuk bukan petunjukku. Kenalilah mereka
olehmu, dan cegahlah."

Saya bertanya lagi, "Kemudian setelah kebaikan tersebut masih adakah


kejahatan lagi?"

Rasulullah menjawab, "Masih, yaitu para penda'wah yang menyeru manusia


ke pintu neraka. Barangsiapa menyambut seruan mereka, niscaya mereka akan
dilemparkan ke dalam neraka."
Lalu saya bertanya kepada Rasulullah, "Apa yang harus saya lakukan jika
saya menghadapi keadaan yang demikian itu?"

Jawab Rasulullah, "Hendaklah kamu teguh pendirian dengan jama'ah


Islamiah dan imamahnya."

"Bagaimana kalau sudah tidak ada lagi jama'ah Islamiah dan imamahnya?"
Saya terus bertanya.

Rasulullah menjawab, "Tinggalkan golongan-golongan itu semua, walaupun


kamu akan menggigit sebatang pohon kayu, sampai kamu mati dalam keadaan
demikian."

Persoalannya sekarang, apakah bumi yang kita diami ini telah kehilangan
jama'ah dan imamnya, sedang Rasulullah saw bersabda:

Akan selalu ada di kalangan ummatku, satu golongan yang mendukung


kebenaran, golongan yang selalu menentang dan membelakangi mereka tidak akan
memberikan kemudharatan apa-apa kepada mereka sehingga Hari Kiamat.

Imam Ali ra mengatakan, "Tidak akan sunyi bumi ini dari seorang pemimpin
yang berdiri untuk Allah dengan hujjah-hujjahnya."

10. Islam sebagai pemersatu jamaah

Umat Islam, sebenarnya merupakan satu jama'ah atau satu partai, dan maju
mundurnya jama'ah ini tergantung pada pencapaian ilmu, karakteristik, dan
komitmen ummat terhadap Islam. Oleh karena itu segenap kaum Muslimin harus
terikat pada rencana atau program yang telah disusun. Dan rencana atau program
yang disusun secara spontanitas pun harus tunduk kepada kaidah-kaidah yang
ketat, dan tidak boleh membelakangi ke arah tercapainya tujuan.

Karakteristik ummat Islam dan jama'ahnya adalah sesuai dengan ayat 36-43
surat asy-Syura. Karakteristik ummat Islam ialah beriman, bertawakkal,
menjauhkan diri dari dosa-dosa kecil maupun besar dan perbuatan keji, mengontrol
diri dari marah, menyambut seruan Allah dalam semua hal, mendirikan shalat,
berinfaq di jalan Allah dan berlaku adil sesama manusia. Sedangkan ciri-ciri khusus
dari jama'ah Islamiah ialah adanya syura dan selalu menentang kezaliman.
KESIMPULAN DAN SARAN

Prinsip ialah pondasi dalammenjalankan dan menegakkan agama.


Prinsipnya tidaklah harus statis tetapi justru harus fleksibel dan dapat mengikuti
perkembangan dan kemajuan kehidupan manusia. Dalam makalah ini dibahas
sepuluh prinsip dalam Islam. Secara ringkas prinsip dalam Islam meliputi Islam
sebagai satu-satunya sistem hidup yang dibebankan kepada seluruh manusia, islam
sebagai satu-satunya jawaban dari segala permasalahan, berserah diri secara mutlak
kepada Allah SWT, pemikiran eksperimantal yang sesuai kaidah Islam, Islam sebagai
sistem yang lengkap mencakup seluruh sektor kehidupan, setiap muslim dibebani
tugas untuk menegakkan kalimatullah, kaum muslimin haruslah bersatu, apabila
terbentuk sebuah kelompok maka harus ada seorang pemimpin atau imam,
kewajiban untuk bergabung dalam sebuah jamaah Islam, dan yang terakhir Umat
Islam yang merupakan sebuah jamaah harus memiliki program yang berdasarkan
kaidah.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai