Anda di halaman 1dari 66

EPILOG

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas AIK


Dosen Syahbana

Disusun oleh
Erly Paryanti 1502102
Naning Sri Mawarni 1502113
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten
Mei 2016

1.

PENDAHULUAN

Kehidupan masyarakat tidak akan tegak tanpa kerjasama antar anggotanya.


Kerjasama ini hanya dapat terjadi jika ada undang-undang yang mengatur
hubungan-hubungan antar anggota masyarakat serta membatasi hak-hak dan
kewajibannya. Sesuai dengan pandangan Islam bahwa secara spiritualitas, islam
memiliki dua aspek ia merupakan hubungan pribadi antar manusia dengan Allah,
sedangkan terhadap sesama manusia dan masyarakat ia juga melahirkan hak-hak
dan kewajiban sosial[1] seperti tugas dan kewajiban manusia baik dalam keluarga,
negara maupun alam sekitar. Lebih-lebih dalam masyarakat juga mengikutsertakan
ukuran-ukuran kesusilaan timbul dari kebutuhan-kebutuhan masyarakat[2] seperti
etika dalam keluarga, masyarakat, negara dan alam sekitar. Tapi undang-undang ini
tetap memerlukan sebuah kekuatan yang memiliki kewibawaan dan supremasi
dalam jiwa manusia dan menjamin terjaganya muamalah dan akhlak.
Kami tegaskan bahwa di muka bumi ini tidak ada kekuatan yang setara atau
mendekati kekuatan agama dalam menjamin hukum, keharmonisan antar anggota
masyarakat, serta terciptanya ketenteraman dan kedamaian di dalamnya.
Akhlak merupakan pilar jiwa pribadi yang memiliki keutamaan dan juga
bermartabat termasuk di dalamnya yaitu muamalah. Suatu masyarakat akan tegak
selama ada akhlak di dalamnya dan akan hancur ketika akhlak tidak ada di
dalamnya.

A. Pengertian Akhlak

Dalam etimologi arti akhlak adalah kebiasaan atau perbuatan.


MenurutProf. Dr. Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak adalah kebiasaan,
kehendak.Di dalam Ensiklopedi pendidikan bahwa akhlak adalah budi pekerti,
watak, kesusilaan yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap
khaliknya dan terhadap sesama manusia.
Sedangkan akhlak menurut Iman Al-Ghozaly, Akhlak ialah sifat yang tertanam
dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan
mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan-pertimbangan.
Jadi pada hakekatnya Akhlak ialah suatu kondisi atau sifat yang telah menetap
dalam jiwa dan kepribadian hingga dari situ timbullah berbagai macam perbuatan
dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa pemikiran.

B. Syarat dan Pembagian Akhlak


Suatu perbuatan baru dapat disebut sebagai cerminan akhlak, jika memenuhi
syarat :
1.

Dilakukan berulang-ulang sehingga hampir menjadi suatu kebiasaan.

2.
Timbul dengan sendirinya, tanpa pertimbangan yang lama dan di pikir-pikir
terlebih dahulu.

v Secara garis besarnya akhlak dibagi dua, yaitu :


1.

Akhlak terhadap Allah SWT.

2.

Akhlak terhadap makhluk (semua ciptaan Allah SWT.)

v Akhlak terhadap makhluk dapat dibagi dua, yaitu :


1.

Akhlak terhadap manusia

2.

Akhlak terhadap bukan manusia

v Akhlak terhadap manusia dibagi dua, yaitu :


1.

Akhlak terhadap diri sendiri

2.

Akhlak terhadap orang lain

v Akhlak terhadap bukan manusia dibagi dua, yaitu :


1.
Akhlak terhadap makhluk hidup bukan manusia, seperti akhlak terhadap
tumbuh-tumbuhan (flora) dan hewan (fauna)
2.
Akhlak terhadap makhluk (mati) bukan manusia, seperti akhlak terhadap
tanah, air, udara dsb. Akhlak terhadap manusia dan bukan manusia, kini disebut
akhlak terhadap lingkungan hidup.
C. Akhlak Kepada Allah
Akhlak kepada allah(Muamalat ma allah) dapat diartikan sebagai sikap atau
perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk kepada tuhan
sebagai khalik. Allah berfirman dalam Al-Quran Tidak diciptakan Jin dan Manusia
Melainkan untuk Beribadah.

Ada empat alasan, sehingga manusia perlu berakhlak kepada allah swt yaitu :

Pertama karena allahlah yang menciptakan manusia.Dia yang menciptakan


manusia dari air yang ditumpahkan keluar dari tulang punggung dan tulang rusuk
hal ini sebagai mana di firmankan oleh Allah dalam surat at-Thariq ayat 5-7.

( )( ) (
Artinya : (5) "Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan?,
(6). Dia tercipta dari air yang terpancar, (7). yang terpancar dari tulang sulbi dan
tulang dada.

Kedua karena allahlah yang telah memberikan kelengkapan panca indra, berupa
pendengaran, penglihatan, akal pikiran dan hati sanubari.disamping anggota badan
yang kokoh dan sempurna kepada manusia. Firman Allah dalam surat, an-Nahl ayat,
78.


Artinya: "Dan Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan,
dan hati, agar kamu bersyukur. ( Q.S an-Nahal : 78)

Ketiga allahlah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang
diperlukan bagi kelangsungan hidupmanusia, seperti bahan makanan yang berasal
dari tumbuh tumbuhan, air, udara, binatang ternak, dan lain lain. Firman Allah
dalam surat al-Jatsiyah ayat 12-13.

)

(- :)

Artinya (13) "Allah-lah yang menundukkan lautan untuk kamu supaya kapal-kapal
dapat berlayar padanya dengan seizin-Nya, supaya kamu dapat mencari sebagian
dari karunia-Nya dan mudah-mudahan kamu bersyukur. (13), "Dan Dia
menundukkan untuk kamu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi
semuanya, (sebagai rahmat) dari pada Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu
terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kamu yang berpikir.(Q.S al-Jatsiyah :
12-13 ).

Keempat , allahlah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya


kemampuan menguasai daratan dan lautan. Firman Allah dalam surat Al-Israa' ayat,
70.

Artinya: "Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak cucu Adam, Kami
angkut mereka dari daratan dan lautan, Kami beri mereka dari rizki yang baik-baik
dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan
makhluk yang telah Kami ciptakan. (Q.S al-Israa : 70).

v Akhlak kepada Allah SWT terbagi menjadi dua jenis yaitu :


1. Akhlak baik atau terpuji yakni perbuatan baik kepada Allah SWT.
2. Ahklak buruk atau tercela yakni perbuatan buruk terhadap Allah SWT.

1. Akhlak Baik terhadap Allah SWT. antara lain :

a. Al-Hubb, yaitu mencintai Allah SWT. melebihi cinta kepada apa dan siapapun juga
dengan mempergunakan firman-Nya dalam Al-Quran sebagai pedoman hidup dan
kehidupan. Kecintaan kita kepada Allah SWT. diwujudkan dengan cara
melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya.

b. Al-Raja, yaitu mengharapkan karunia dan berusaha memperoleh keridhaan Allah


SWT. Atau rasa dan sikap yang penuh keyakinan bahwa Allah SWT adalah tempat
segala harap. Sikap raja atau hidup yang optimis dan penuh harap sangat penting
bagi manusia sebab kehidupan di dunia ini penuh cobaan. Dan sikap raja harus
dimanifestasikan dalam kehidupan yang penuh optimis dan harus diwujudkan
dalam ikhtiar dan doa karena segala amal tidak akan sia-sia dihadapan Allah SWT.
c. As-Syukr, yaitu menyatakan terimah kasih dan mensyukuri segala nikmat dan
karunia Allah SWT yang diterimanya dalam bentuk ucapan maupun tindakan.
Karena dengan bersyukur kita akan terhindar dari kufur yang akan membawa
malapetaka dalam kehidupan kita.
d. Qanaah, yaitu menerima dengna ikhlas semua qadha dan qadhar Allah SWT.
Setelah berikhtiar maksimal (sebanyak-banyaknya, hingga batas tertinggi). Dan
sifat Qonaah ini merupakan sikap lanjut dari Al-Hubb dan hendaknya manusia tidak
keberatan dalam melaksanakan perintah-perintah Allah SWT.
e. Taqwa, yaitu melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangannya
baik
secara sembunyi maupun terang-terangan
f. At-Taubat, yaitu bertaubat hanya kepada Allah SWT. Taubat yang paling tinggi
adalah taubat nasuha yaitu taubat benar-benar taubat, tidak lagi melakukan
perbuatan sama yang dilarang Allah SWT. dan dengan tertib melaksanakan semua
perintah dan menjauhi segala larangan-Nya.

g. Tawakal, yaitu mempercayakan diri kepada Allah SWT dalam melaksanakan suatu
rencana, bersandar kepada kekuatannya dalam melaksanakan pekerjaannya.
2. Akhlak buruk terhadap Allah, antara lain :
a.
Takabbur (Al-Kibru), yaitu sikap yang menyombongkan diri, sehingga tidak
mau mengakui kekuasaan Allah SWT di alam ini, termasuk mengingkari nikmat
Allah SWT yang ada padanya.
b.
Musyrik (Alk-Syirk), yaitu sikap yang mempersekutukan Allah SWT dengan
makhluk-Nya, dengan cara menganggapnya bahwa ada suatu makhluk yang
menyamai kekuasaan-Nya.
c.
Murtad (Ar-Riddah), yaitu sikap yang meninggalkan atau keluar dari agama
Islam, untuk menjadi kafir.
d.
Munafiq (An-Nifaaq), yaitu sikap yang menampilkan dirinya bertentangan
dengan kemauan hatinya dalam kehidupan beragama.
e.
Riya (Ar-Riyaa), yaitu sikap yang selalu menunjuk-nunjukkan perbuatan baik
yang dilakukannya. Maka ia berbuat bukan karena Allah SWT. melainkan hanya
ingin
dipuji oleh sesama manusia. Jadi perbuatan ini kebalikan dari sikap ikhlas.
f.
Boros atau Berfoya-foya (Al-Israaf), yaitu perbuatan yang selalu melampaui
batas-batas ketentuan agama. Allah SWT melarang bersikap boros, karena hal itu
dapat melakukan dosa terhadap-Nya, merusak perekonomian manusia, merusak
hubungan sosial dan merusak diri sendiri.
g.
Rakus atau Tamak (Al-Hirshu atau Ath-Thamau), yaitu sikap yang tidak pernah
merasa cukup, sehingga selalu ingin menambah apa yang seharusnya ia miliki,
tanpa memperhatikan orang lain. Hal ini termasuk kebalikan dari rasa cukup (AlQanaaah)
dan merupakan akhlak buruk terhadap Allah SWT. karena melanggar
ketentuan larangan-Nya.
D. Akhlak Terhadap Makhluk

1. Akhlak Baik terhadap Manusia, diantaranya :


Akhlak terhadap Rasulullah (Nabi Muhammad SAW.), diantaranya :
1.

Mencintai Rasulullah SAW. secara tulus dengan mengikuti semua sunnahnya.

2.
Menjadikan Rasulullah SAW. sebagai idola, suri teladan dalam hidup dan
kehidupan.
3.

Menjalankan apa yang disuruh-Nya, tidak melakukan apa yang dilarang-Nya.

Akhlak terhadap Orang Tua (birrul walidain)


Akhlak kepada orang tua didasarkan pada surat al-Isra ayat 23-24: Dan Rabbmu
telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah
kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang
diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan ah dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada
mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua
dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah :Wahai Rabbku, kasihilah mereka
keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.

Dari ayat di atas terlihat jelas bagaimana penting dan besarnya arti diri orang tua di
sisi Allah SWT. Jika beribadah kepada Allah wajib maka berbakti kepada kedua orang
tua juga wajib. Sebaliknya, kalau ingkar kepada-Nya adalah dosa besar, begitu pula
durhaka kepada orang tua. Dan berbuat baik kepada orang tua bukan hanya
semasa hidupnya akan tetapi sampai matipun anak tetap wajib berbakti kepada
mereka.

Sekiranya suatu saat usia mereka sudah diambang senja, janganlah kita
menghardik, mencaci, memukul, serta perbuatan-perbuatan keji lainnya,
mengucapkan kata ah saja terlarang sebagaiman dalam ayat diatas apalagi
perbuatan-perbuatan yang lebih daripada itu. Dan yang patut dilakukan adalah
berbicara kepada mereka dengan lemah lembut, sikap rendah diri, suara tidak
melebihi suara mereka, dan itu semua adalah ahlak utama seorang anak.

Abu Dawud meriwayat suatu hadis: "Bahwa seorang laki-laki yang berasal dari
Yaman hijrah ke Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Salam. Ia berkata : Wahai
Rasulullah, sesungguhnya aku sekarang sudah hijrah! Beliau bertanya Sudahkah
mereka memberimu izin ? jawabnya : Belum sabda Beliau, Pulanglah dan minta
ijinlah kamu kepada mereka. Kalau sekiranya mereka memberimu izin, silahkan
berjuang. Tetapi kalau tidak, berbuat baiklah kamu kepada mereka.

Di sini agama Islam meletakkan keagungan orang tua dihadapan anak-anaknya


dalam rangka berbakti dan berjuang di jalan Allah. Bukan semata-mata jihad
kemudian orang tua ditinggalkan begitu saja tanpa dimintai izin sama sekali.
Bahakan berangkat ke medan peperangan dinomorduakan jika memang belum

memenuhi kebaktiannya kepada orang tua. Dalam sebuah riwayat Imam Muslim
disebutkan: Rugilah, rugi sekali, rugi sekali, seseorang yang mendapati salah
seorang dari kedua orang tuanya atau kedua-duanya sewaktu mereka sudah
diambang senja, dan tidak memasukkan ia kedalam surga

Sungguh sayang bahwa orang tua masih ada, apalagi sudah tua yang seharusnya
dapat memasukkan dia kedalam surga, tetapi ternyata tidak dapat memasukkan dia
ke dalam surga dikarenakan durhaka kepada mereka dan tidak berbakti kepada
mereka. Betapa banyak manusia-manusia yang sampai begitu tega tidak
menghormati orang tuanya bahkan memperlakukan mereka dengan perlakuan yang
kasar dan menganggap mereka bagaikan pembantu rumah tangga yang siap
melayani tuannya. Sungguh ironis sekali orang tua yang telah mendidik dan
mengasuh anaknya dengan sekuat tenaga, ternyata sesudah besar begitu saja
balas budinya.

Memperlakukan orang tua dengan baik termasuk amalan besar dan yang paling
dicintai oleh Allah. Dari Abdullah bin Masud: Aku pernah bertanya kepada nabi
Salallahu Alaihi Wa Salam: Amal yang manakah yang paling dicintai oleh Allah ?
Jawab beliau :Shalat pada waktunya. Aku bertanya lagi:Kemudian amal apa ?
Jawab beliau :Berbuat baik pada orang tua. Aku bertanya kagi:Sesudah itu amal
apa? Jawab beliau :Jihad di jalan Allah(HR Bukhari Muslim).
Dalam hal berbuat kebaikan kepada orang tua, memang sepantasnya ibu lebih
banyak dicurahkan. Ini mengingat kerja payahnya semenjak ia mengandung sampai
melahirkan ditambah lagi memenuhi semua keperluannya tidak pernah merasa
bosan dan lelah. Dari Abu Hurairah: Telah datang seorang laki-laki menghadap
Rasulullah Salallahu Alaihi Wa Salam lalu bertanya :Wahai Rasulullah siapakah yang
paling berhak aku pergauli dengan cara bagus ? Jawab beliau :Ibumu!. Kemudian
ia bertanya lagi Sesudah itu siapa? Jawab beliau :Ibumu!. ia bertanya
lagi:Sesudah itu siapa ? Jawab beliau :Ibumu!. Ia bertanya lagi :Sesudah itu
siapa? Jawab beliau :Bapakmu!(HR Bukhari Muslim

Dan termasuk dosa besar bila seorang anak berbuat durhaka kepada orang tuanya.
Rasulullah bersabda: Termasuk dosa besar ialah seorang yang mencaci maki orang
tuanya. Seseorang lalu bertanya:Mungkinkah ada seseorang mencaci maki orang
tuanya? Jawab beliau :Ada! Dia mencaci maki bapak seseorang lalu orang itu
membalas memaki bapaknya. Dia mencaci maki ibu seseorang lalu orang itu
membalas memaki ibunya(HR Bukhari Muslim).

Namun bagaiman bila orang tua kita bermaksiat dan musyrik kepada Allah, apakah
kita tetap harus berbuat baik terhadap mereka? Islam memang menganjurkan
untuk berbuat baik kepada orang tua secara umum, tetapi perlu diingat jika orang
tua memaksakan kehendaknya untuk bermaksiat kepada Allah, maka hendaknya
ditolak dengan lemah lembut dan penuh kesopanan. Dalam surat Luqman ayat 15
dijelaskan: Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu
mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah
jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kamu kembali,
maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.

Nash Al-Qur'an tersebut diperkuat oleh hadis riwayat Imam Muslim: Mendengar
dan mentaati itu wajib bagi seorang muslim, menyangkut apa yang ia cintai
maupun apa yang ia benci, selagi tidak disuruh untuk urusan maksiat. Kalau
diperintah untuk maksiat maka tidak boleh mendengar dan tidak ada ketaatan.

Contoh akhlak terhadap kedua orang tua adalah :


1.

Mencintai mereka melebihi cinta kepada kerabat lainnya.

2.

Merendahkan diri kepada keduanya diiringi perasaan kasih sayang.

3.
Berkomunikasi dengan orang tua dengan hikmat, mempergunakan kata-kata
lemah lembut.
4.
Berbuat baik kepada bapak-ibu dengan sebaik-baiknya, dengan mengikuti
nasehat baiknya, tidak menyinggung perasaan dan menyakiti hatinya, membuat
bapak-ibu ridha.
5.
Mendoakan keselamatan dan keampunan bagi mereka kendatipun seorang
atau kedua-duanya telah meninggal dunia.

Akhlak terhadap Diri Sendiri, diantaranya :


1.

Memelihara kesucian diri.

2.
Menutup aurat (bagian tubuh yang tidak boleh kelihatan, menurut hukum dan
akhlak Islam).
3.

Jujur dalam perkataan dan berbuat ikhlas serta rendah diri.

4.

Malu melakukan perbuatan jahat.

5.

Menjauhi dengki dan menjauhi dendam.

6.

Berlaku adil terhadap diri sendiri dan orang lain.

7.

Menjauhi segala perkataan dan perbuatan sia-sia.

Akhlak terhadap Keluarga, diantaranya :


1.

Sering bersilaturahim ke kerabat

Tidak kurang banyaknya dalil yang menganjurkan silaturahim kepada kerabat dekat
baik dari al-Qur'an ataupun hadis Rasulullah Saw. Allah berfirman: "Sembahlah Allah
dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. dan berbuat
baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil
dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong dan membangga-banggakan diri", (Q.S. an-Nisa': 36)

Sedangkan dalam hadis Rasulullah Saw. dikatakan, "Barang siapa yang ingin
dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan usianya, maka hendaknya dia menyambung
tali silaturrahim." (H.R. al-Bukhari dan Muslim)

2.

Mengetahui silsilah atau nasab kerabat

Pentingnya mengetahui dan menelusuri jalur nasab ini, pernah ditegaskan oleh
Rasulullah saw.,"Pelajarilah nasab agar kamu dapat mengeratkan tali
persaudaraanmu. Sebab bersilaturahim dapat menumbuhkan rasa cinta kasih
dalam kekeluargaan, menambah kelapangan rizki, dan memperpanjang umur" (H.R
al-Tirmidzi)
3.

Berbuat baik kepada kerabat

Menyinggung masalah tersebut, Allah menegaskan demikian: "Mereka bertanya


tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa saja harta yang kamu
nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan." dan apa saja
kebaikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha mengetahuinya" (QS alBaqarah: 215)

4.

Berlaku adil

Walaupun Islam mengajarkan perhatian penuh dan berbuat baik kepada kerabat,
tetapi sebagai perimbangan, Islam juga menyerukan kepada kita untuk berlaku adil
kepada kerabat.Artinya, kalau memang kerabat kita berbuat salah sudah
selayaknya kita berlakukan hukum dengan semestinya. Bukan perbuatan yang
benar kalau kita membela mati matian kerabat dengan mencari kambing hitam
kepada orang lain karena kedekatan kita dengannya.

Allah menggariskan kepada kita perlakuan adil, bahkan kepada orang terdekat
sekalipun dalam ayat: "Dan apabila kamu berkata, Maka hendaklah kamu berlaku
adil, kendatipun ia adalah kerabat(mu), dan penuhilah janji Allah yang demikian itu
diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat" (Q.S. al-Anam: 152).

Akhlak terhadap Tetangga, diantaranya :


1.

Mengenal tetangga

Kita sebagai orang yang hidup dalam sebuah komunitas masyarakat perkotaan
akan dihadapkan pada kenyataan kehidupan yang individualistik. Hidup sendirisendiri, tidak saling mengenal.Dalam konteks seperti ini, tidak mengherankan bila
kemudian antartetangga tidak saling mengenal.Karena mereka sibuk dengan
urusan masing-masing.

Padahal masalah bertetangga ini bagi seorang muslim sangatlah krusial. Tidak bisa
dipandang sebelah mata. Hadis Rasulullah saw. di atas yang menganalogikan
hubungan tetangga dengan hubungan saudara patut kita renungkan bersama.
Karena itu, sudah sepantasnya kita pun senantiasa bisa minimal mengenal tetangga
dan bersilaturahim padanya. Himbauan untuk saling mengenal ini termaktub secara
eksplisit dalam Al-Qur'an: Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu
dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsabangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa
diantara kamu.Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS alHujurat [49]:13)

2.

Berbuat baik kepada tetangga

Dalam hal ini, Rasulullah Saw. bersabda, Barang siapa yang beriman kepada Allah
dan hari kiamat, maka janganlah menyakiti tetangganya. Dan barang siapa yang

beriman kepada Allah dan hari kiamat, hendaknya dia berkata benar atau diam
saja." (H.R. al-Bukhari)

Sabda Rasulullah saw. di atas merupakan pelajaran berharga kepada kita semua.
Salah satunya, perlakuan kita terhadap tetangga akan mendatangkan tindakan
serupa dari pihak tetangga. Kalau kita memperlakukan tetangga dengan baik, maka
mereka pun akan memperlakukan kita dengan baik, dan bahkan bisa lebih baik lagi.
Nyaris tidak mungkin, bila kita menumpahkan kebaikan, namun mereka malah
membalasnya dengan keburukan. Akan tetapi, jika kita memperlakukan mereka
dengan buruk dan jahat, maka jangan harap mereka akan memperlakukan kita
dengan baik. Artinya perbuatan kita kepada mereka akan terefleksi pada perbuatan
mereka kepada kita. Apa yang kita tabur, maka itulah yang akan kita panen.
3.

Menjaga hubungan baik dengan tetangga

Perilaku ini juga ditegaskan oleh Rasulullah Saw dalam sabdanya, Apakah kamu
mengetahui hak tetangga?Hak tetangga adalah jika dia meminta pertolongan
kepadamu, maka kamu menolongnya.Jika dia ingin meminjam sesuatu darimu,
maka engkau pun meminjaminya.Jika dia berhajat, kamu membantunya.Apabila dia
sakit, kamu menjenguknya.Apabila dia mati, kamu mengiring jenazahnya. Jika dia
mendapatkan karunia nikmat, kamu memberikan salam atau selamat kepadanya.
Jika dia mendapat bencana, kamu hibur batinnya. Jangan engkau meninggikan
rumahmu melebihi rumahnya, sehingga menghalanginya dari mendapatkan angin
segar kecuali dengan izinnya. Dan jika kamu membeli buah-buahan, maka
hadiahkanlah kepadanya.Dan kalau tidak bisa menghadiahkan, maka masukkan
buah-buaban itu ke rumah dengan sembunyi-sembunyi.Dan janganlah anakanakmu itu membawa keluar buah-buahan itu untuk memanaskan hati anak
tetanggamu.Dan janganlah kamu menyakitinya dengan bau periukmu, kecuali
memberikan barang sedikit kepadanya." (HR. al-Kharaiti)
4.

Memberikan rasa aman kepada tetangga

Hal ini juga ditandaskan oleh Rasulullah Saw.dalam sabdanya, "Demi Allah, tidak
Islam seorang hamba sehingga selamat semua orang dan gangguan hati tangan
dan lisannya. Dan tidak beriman seorang hamba sehingga aman tetangganya dari
gangguannya".Sahabat bertanya, Apakah gangguan-gangguan itu, wahai
Rasulullah Saw?'Beliau bersabda, "Tipuan dan aniaya." (H.R. Abu al-Laits asSamarkandi)

Dalam hadis lain, Rasulullah saw. juga mengecam keras siapa pun yang
mengganggu tetangganya sehingga tetangganya seolah tidak memiliki rasa aman
dalam kehidupannya sehari-hari, "Demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak

beriman, dan demi Allah tidak beriman". Para sahabat bertanya, "Siapakah yang
tidak beriman itu, ya Rasulullah?'Beliau menjawab, "Dialah orang yang para
tetangganya tidak merasa aman dari gangguannya" (HR. al-Bukhari dan Muslim).

5.

Bersabar terhadap perilaku tetangga yang kurang baik

Dalam kehidupan bertetangga sepatutnya masing-masing tetangga bisa


memosisikan dirinya secara tepat dan baik.Seorang tetangga mestinya bisa berlaku
baik kepada tetangganya.Kebaikan dari seorang tetangga seharusnya dibalas
dengan kebaikan pula. Air susu dibalas air susu. Begitu pula, jika tetangga berwatak
tercela, mayoritas pembalasan dari tetangga pun juga tercela. Air tuba dibalas air
tuba. Akan tetapi alangkah paling baik kalau kita sebagai seorang muslim bisa
membalas air tuba dengan air susu.

Akhlak terhadap Kawan


1.

Mengasihi dan berbuat baik kepada teman

Allah berfirman: Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya


dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh,
dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri. (Q.S. anNisa': 36)
2.

Saling menasehati

Allah berfiman: Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam


kerugian.Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan
nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya
menetapi kesabaran.(Q.S. al-'Ashr: 1-3)
3.

Membantu teman.

Tidak selamanya orang itu berada dalam kondisi kecukupan dan kelebihan. Suatu
masa dia pasti mengalami kekurangan yang membutuhkan uluran tangan orang
lain. Maka, di sini peran teman lainnya sangat dibutuhkan. Entah itu bantuan
berupa materi seperti uang, misalnya, ataupun bantuan nonmateri seperti dorongan
dan dukungan ataupun doa. Akhlak Islam juga mengajarkan bahwa orang yang
susah harus dibantu dengan sekuat tenaga.
4.

Kesetiakawanan

5.

Mendamaikan teman yang sedang berselisih

Dalam kitab Riyad ash-Salihin, Rasulullah Saw bersabda: Setiap orang yang
mendamaikan orang lain yang berseteru, maka baginya pahala sedekah setiap hari
pada saat matahari terbit di mana dia bisa mengkompromikan antara dua orang
dengan adil (HR. al-Bukhari dan Muslim).
6.

Toleransi kepada teman

Dalam konteks kehidupan bermasyarakat di Indonesia yang begitu majemuk, tidak


semua teman yang kita punya tergabung dalam satu agama dengan
kita.Adakalanya teman kita juga berasal dari orang yang tidak satu agama. Dalam
hal ini Islam menggariskan akhlak toleransi kepada teman yang tidak muslim,
karena memang agama itu tidak dapat dipaksakan kepada orang lain. Masingmasing orang mempunyai hak untuk memilih agama sekehendak hatinya. Allah
berfirman: Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku (Q.S. al-Kafirun: 6)

Akhlak terhadap Masyarakat, diantaranya :


1.

Memuliakan tamu.

2.

Menghormati nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat bersangkutan.

3.

Saling menolong dalam melakukn kebajikan dan taqwa.

4.
Menganjurkan anggota masyarakat termasuk diri sendiri berbuat baik dan
mencegah diri sendiri dan orang lain melakukan perbuatan jahat (mungkar).
5.
Memberi makan fakir miskin dan berusaha melapangkan hidup dan
kehidupannya.
6.

Bermusyawarah dalam segala urusan mengenai kepentingan bersama.

7.

Mentaati putusan yang telah diambil.

8.
Menunaikan amanah dengan jalan melaksanakan kepercayaan yang diberikan
seseorang atau masyarakat kepada kita.
9.

Menepati janji.

Akhlak terhadap Non-Muslim


1.

Menghormati keyakinan non muslim.

2.

Larangan menghina sesembahan non muslim.

3.

Toleransi pada keyakinan masing-masing.

4.

Tolong menolong dan bekerja sama dengan non muslim.

5.

Senantiasa berbuat adil.

6.

Larangan menzalimi dan melanggar hak non muslim.

7.

Mengunjungi non muslim yang sakit dan mendoakannya.

8.

Menghormati jenazah non muslim.

2.

Akhlak buruk terhadap Manusia

1.
Mudah marah (Al-Ghadhab), yaitu kondisi emosi seseorang yang tidak dapat
ditahan oleh kesadarannya, sehingga menonjolkan sikap dan perilaku yang tidak
menyenangkan orang lain.
2.
Iri hati atau dengki (Al-Hasadu atau Al-Hiqdu), yaitu sikap kejiwaan seseorang
yang selalu mengingingkan agar kenikmatan dan kebahagiaan hidup orang lain bisa
hilang sama sekali.
3.
Mengadu-adu (An-Namiimah), yaitu perilaku yang suka memindahkan
perkataan seseorang kepada orang lain, dengan maksud agar hubungan sosial
keduanya rusak.
4.
Mengumpat (Al-Ghiibah), yaitu perilaku yang suka membicarakan keburukan
seseorang kepada orang lain.
5.
Bersikap congkak (Al-Asharu), yaitu sikap dan perilaku yang menampilkan
kesombongan, baik dilihat dari tingkah lakunya maupun dari perkataannya.
6.
Sikap kikir (Al-Bukhlu), yaitu sikap yang tidak mau memberikan nilai materi
dan jasa kepada orang lain.
7.
Berbuat aniaya (Azh-Zhulmu), yaitu suatu perbuatan yang merugikan orang
lain, baik kerugian materiil maupun non materiil. Dan ada juga yang mengatakan
bahwa seseorang yang mengambil hak-hak orang lain termasuk perbuatan dzalim
(menganiaya).

3. Akhlak terhadap Bukan Manusia (Lingkungan Hidup), diantaranya :

1.

Sadar dan memelihara kelestarian lingkungan hidup.

2.
Menjaga dan memanfaatkan alam terutama hewani dan nabati, flora dan
fauna yang sengaja diciptakan Allah SWT. untuk kepentingan manusia dan makhluk
lainnya.
3.

Sayang pada sesama makhluk.

Sebagaimana seorang ahli ibadah yang mendapatkan kelezatan dalam beribadah,


iamencintai untuk memperpanjang shalat dia juga senang membiasakan puasa, dia
tidak akan berbuka kecuali pada waktu-waktu ia diperintahkan untuk berbuka
dalam satutahun seperti pada dua hari raya. Yang demikian itu karena puasa itu
makanannya ruhdan akan mendekatkan manusia kepada Yang Maha Tinggi. Berkata
Ibnu Qoyyim ra(wafat: 751 H):"Diciptakan bani Adam itu badannya dari tanah dan
ruhnya dari alam malaikat.Keduanya selalu beriringan maka jika badannya lapar
dan menjadikannya begadangdan menegakkan untuk ibadah maka ruhnya akan
mendapatkam kenyamanan danketenangan maka ia akan berada di mana ia
diciptakan darinya. Dan apabila iamengenyangkan badannya dan memberi
kenikmatan kepadanya serta menidurkannya,sibuk untuk melayani maka
kenikmatan itu akan ...di tempat yang ia diciptakandarinya.Dan ada baiknya aku
sebutkan di sini hukum berpuasa terus menerus, untuk menghilangkan kerancuan
dengan hadits Rasulullah SAW:

"Tidak ada puasa bagi orang yang puasa terus menerus".

Larangan Rasul tentang puasa dahr (terus menerus), menurut madzab dhahiriyyah
danHanafiyyah dari riwayat Imam Ahmad berpendapat memakruhkannya, dan
jumhur ulama berpendapat sunnah bagi yang mampu menjalakannya dan mereka
adalah pengikut Imam Malik, Imam Syafei dan Imam Ahmad. Mereka berhujjah
dengan perkataan shahabat Hamzaah bin Umar Al Aslami kepada
rasulullah,"Sesungguhnyasaya adalah laki-laki yang terus menerus berpuasa", dan
Rasulullah tidaak mengingkarinya dan itu ada di Shahih Muslim. Dan ketika Ibnu
Umar ditanya tentang puasa dahr ia berkata:"Kita mengikuti para pendahulu kita
dari agama ini" BerkataImam Nawawi:"Telah berkata qadli Iyadl dan yang lainnya,
jumhur ulama berpendapat memperbolehkannya jika ia tidak berpuasa pada harihari yang dilarang berpuasa. Jumhur ulama juga melarang berpuasa pada hari-hari
raya daan melarang bagi orang yang berbahaya mengerjakannya.Ibnu Rajab (wafat:
795) berkata di dalam Al Lathoif hal 146-148, dari ringkasannyaorang yang dilarang
berpuasa dahr ia adalah orang yang tidak merasakan puasa dantidak berbuka,
maksudnya dia tidak mendapatkan beban dari puasanya, karena yangdemikian itu
menjadi kebiasaanya baginya, karena badannya mempunyai baginya dan juga
karena kemungkinan akan datang hari yang tidak kuat ia menjalankan puasa.
4.

Membaca Al Qur'an

Allah mensifati orang mukmin pada sisi turunnya Al Qur'an dengan:"


Orang-orang yang beriman, maka surat ini menambah imannya, sedang mereka
merasa gembira
".(QS. At TAubah: 124)Dan Utsman bin Affan pernah berkata:'Jika hati kalian suci
kalian tidak bakalkenyang dengan firman Rabb kalian"Oleh karena itu kita jumpai
para salafush sholih yang mampu mengkhatamkan AlQur'an dalam satu malam
pada waktu yang berfadhilah, diantara nereka adalah ImamAbu Hanifah, Atha' bin
Saib (wafat: 137H), Yahya bin Qathan (wafat: 198 H), danImam Syafei (wafat: 204
H), semoga Allah merahmati mereka.Dan di antara mereka ada yang
mengkhatamkan Al Qur'an dalam dua malam,diantaranya Sa'id bin Jubair, Aswad
bin Yazid (wafat: 75H), Mus'ar bin Kadam(wafat: 152 H), semoga Allah merahmati
mereka.Dan sudah selayaknya di sini saya sebutkan hukum menghatamkan Al
Qur'an kurangdari tiga hari ditinjau dari sabda Rasulullah SAW:

"Belum paham siapa yang membaca Al Qur'an (menghatamkan AL qur'an kurang


daritiga hari".

Dan Imam Ahmad berpendapat dengan riwayat dari Abu Ubaidah dan yang
lainnyamakruh. Sebagaian besar ulama berpendapat memperbolehkannya. Imam
Nawawi berkata dalam kitab At Tibyan setelah menyebutkan pendapat para salaf
dalammasalah itu:"Dan yang paling banyak apa yang kami mampu dalam satu hari
satumalam 4 kali khatam dalam satu malam dan empat kali pada siang harinya.
Dan yangdipilih bahwa yang demikian itu berbeda dengan perbedaan kemampuan
manusia dan barang siapa dengan kecerdasannya dapat memahami seni dan
makna ayat makahendaknya ia memperpendek waktu bacaannya kerena
pemahamnan yang sempurnayang ia dapatkan. Dan begitu juga bagi mereka yang
sibuk menyebarkan agama dandalam pemerintahan orang muslim atau yang
selainnya dari kepentingan agama dankesejahteraan kaum muslimin maka
hendaknya ia membatasi dirinya ataskemampuannya karena kesibukan yang ia
jalani.Maka bersegargeralah wahai saudara dan asaudariku! Untuk memakan
makanan

ruhiyah, dari hidangan Allah taala yakni al quranul karim, cukuplah bagi
kamukelezatannya, sesungguhnya al quran adalah pejaran dari Allah taala maka
terimalah pelajaranNya sungguh Alllah taala senang m
emulyakan hambaNya yang berimanmeski ia tidak berada dalam pendidikanNya
lalu bagaiaman jika berada dalam pendidikanNya?.
5.

bersedih atas ketaatan yang luput.

Di antara tanda rasa kelezatan beribadah adalah seorang mukmin jika lepas
darinyasuatu kebaikan dia akan bersedih, bersedih sehingga terlepasnya kebaikan
tersebuttidak terulang lagi. Bersedih karena yang lainnya telah mendahului menuju
Allah.Sebagaiman kesedihan orang-orang yang tertinggal jihad di dalam perang
'asarahmaka'
lalu mereka kembali, sedang mata mereka bercucuran air mata karenakesedihan,
lantaran mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan
.(QS.9: 92). Dan sebagimana kesedihan Abdullah bin Umar ra yang tertinggal
jihad,dia berkata: "saya datang meminta ikut serta kepada Rasulullah
Sallahualaihiwasallam akan tetapi beliau tidak mengizinkan menganggap saya
masih
kecil, tidak pernah kulalui malam-malam seperti yang kulalui waktu itu
dalamkegundahan kesedihan dan tangis karena Rasulullah tidak menerimaku,
kemudian pada tahun selanjutnya saya meminta untuk ikut serta alhamdulillah
bealiaumengizinkan, sebagaiaman Muadz bin jabal juga menangis ketika menjelang
ajalnyaseraya berkata: itulah Sa'id bin Abdul Aziz At Tanukhi ra (wafat 167 H) jika
terlepasdari sholat jamaah dia menangis.Berkata Sulaiam bin Hamzah Al Maqdisi ra
(wafat 715 H):"Saya tidak pernah sholatsendirian kecuali hanya dua kali dan seolaholah aku tidak sholat (ketika sholatsendirian tersebut).
6.

Berangan-angan untuk mati karena kerinduannya bertemu dengan Allahuntuk


mendapatkan kelezatan yang besar.

Sebagian dari tanda orang yang merasakan kelezatan dalam beribadah adalah
diarindu untuk bertemu dengan Allah SWT sehingga dia betah mendengarkan
danmembaca firman-firman-Nya, sholat dan memerangi hawa nafsunya, shoum
untuk mendapatkan ketaqwaan kepada-Nya. Akan tetapi dia tidak akan
merasakankebahagiaan dengan melihat-Nya (karena dia masih di dunia-pent)
sehingga ia terus-menerus memanjatkan doa:

"Ya, Allah aku mohon kepada-Mu kelezatan memandang wajah-Mu yamg mulia
danmohon agar aku senantiasa merindukan perjumpaan dengan-Mu"

sabda Rasulullah SAW:

"Sesungguhnya jannah itu merindukan kepada tiga orang, yaitu Ali, Umar
danSalman" Jadi bukan hanya mereka yang merindukan jannah bahkan jannah
sendiriyang merindukan mereka karena bersegera dan banyaknya amal mereka
sertakeutamaan mereka sehingga Allah menjadikan mereka dalam pemeliharanNyadengan nikmat dan kasi-sayang-Nya.:

Seandainya Anda mengatakan kepadaku, matilah. matilah maka saya akan


mendengar dan taatDan akan kukatakan kepada penyeru kematian: Selamat
datang.Inilah kebenaran kerinduan bertemu dengan Allah SWT dan ketakutan
dirinya ataslemahnya iman di hari-hari yang akan datang. Akan tetapi bagi siapa
yang cinta akankekekalan dunia dan berhasrat menambah kebaikan serta memberi

manfaat kepadakaum muslimin sesungguhnya ia akan dibalas dengan idzin Allah


Ta'ala sesuaidengan niatnya. Rasulullah SAW bersabda:

" Janganlah salah seorang di antara kalian berangan-angan mati, jika ia seorang
yang baik (muhsin) siapa tahu Allah akan menambah kebaikannya dan jika dia
seorangyang jahat siapa tahu dia akan berhenti".
A. Pengertian Muamalah
Menurut fiqhi, muamalah ialah tukar menukar barang atau sesuatu yang memberi
manfaat dengan cara yang ditentukan. Yang termasuk dalam hal muamalah adalah
jual beli, pinjam meminjam, sewa menyewa dan kerjasama dagang.
a. Jual Beli
Jual beli adalah menukar suatu barang dengan barang yang lain dengan cara yang
tertentu (akad). Firman Allah SWT:

Artinya : Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila.
Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai
kepadanya larangan dari Rabbnya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka
baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan
urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka
orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (QS Al
Baqarah (2) : 275).
b. Ariyah (Pinjam meminjam)

Ariyah adalah memberikan manfaat sesuatu yang halal kepada orang lain untuk
diambil manfaatnya dengan tidak merusak zatnya agar dapat dikembalikan zat
barang itu. Dalam hal ariyah terdapat rukun dan hukumnya yaitu sebagai berikut:
a.

Rukun Ariyah

1. Orang yang meminjamkan syaratnya berhak berbuat kebaikan sekehendaknya,


manfaat barang yang dipinjam dimiliki oleh yang meminjamkan
2. Orang yang meminjam berhak menerima kebaikan
3. Barang yang dipinjam syaratnya barang tersebut bermanfaat, sewaktu diambil
manfaatnya zatnya tetap atau tidak rusak.
Orang yang meminjam boleh mengambil manfaat dari barang yang dipinjamnya
hanya sekedar menurut izin dari yang punya dan apabila barang yang dipinjam
hilang, atau rusak sebab pemakaian yang diizinkan, yang meminjam tidak
menggantinya. Tetapi jikalau sebab lain, dia wajib mengganti.

b.

Hukum Ariyah

Asal hukum meminjamkan sesuatu adalah sunat. Akan tetapi kadang hukumnya
wajib dan kadang-kadang juga haram. Hukumnya wajib contohnya yaitu
meminjamkan pisau untuk menyembelih hewan yang hampir mati. Dan hukumnya
haram contohnya sesuatu yang dipinjam untuk sesuatu yang haram.
c. Sewa Menyewa
Sewa menyewa adalah suatu perjanjian atau kesepakatan dimana penyewa harus
membayarkan atau memberikan imbalan atau manfaat dari benda atau barang
yang dimiliki oleh pemili barang yang di pinjamkan. Hukum dari sewa menyewa ini
mubah atau diperbolehkan.
d. Kerjasama dagang atau bisnis
Dalam istilah syariah, kerja sama bisnis sering disebut sebagai syirkah, syirkah
termasuk salah satu bentuk kerjasama dagang dengan syarat dan rukun tertentu.
Kata syirkah dalam bahasa Arab berasal dari kata syarika (fiil mdhi), yasyraku (fiil
mudhri), syarikan/syirkatan/syarikatan (mashdar/kata dasar); artinya menjadi
sekutu atau serikat. Menurut arti asli bahasa Arab (makna etimologis), syirkah
berarti mencampurkan dua bagian atau lebih sedemikian rupa sehingga tidak dapat
lagi dibedakan satu bagian dengan bagian lainnya. Adapun menurut makna syariat,
syirkah adalah suatu akad antara dua pihak atau lebih, yang bersepakat untuk
melakukan suatu usaha dengan tujuan memperoleh keuntungan.

B. Macam-macam Jual Beli


Dalam hal jual beli ada tiga macam yaitu jual beli yang sah dan tidak terlarang, jual
beli yang terlarang dan tidak sah, jual beli yang sah tetapi terlarang:
1. Jual beli yang sah dan tidak terlarang yaitu jual beli yang diizinkan oleh agama
artinya, jual beli yang memenuhi rukun-rukun dan syarat-syaratnya.
2. Jual beli yang terlarang dan tidak sah yaitu jual beli yang tidak diizinkan oleh
agama, artinya jual beli yang tidak memenuhi syarat dan rukunnya jual beli,
contohnya jual beli barang najis, Jual beli anak hewan yang masih berada dalam
perut induknya, jual beli yang ada unsur kecurangan dan jual beli sperma hewan.
3. Jual beli yang sah tapi terlarang yaitu jual belinya sah, tidak membatalkan akad
dalam jual beli tapi dilarang dalam agama Islam karena menyakiti si penjual, si
pembeli atau orang lain; menyempitkan gerakan pasaran dan merusak ketentraman
umum, contohnya membeli barang dengan harga mahal yang tujuannya supaya
orang lain tidak dapat membeli barang tersebut.
C. Rukun Dan Syarat Jual Beli
Jual beli memiliki 3 (tiga) rukun masing-masing rukun memiliki syarat yaitu;
1. Al-Aqid (penjual dan pembeli) haruslah seorang yang merdeka, berakal (tidak
gila), dan baligh atau mumayyiz (sudah dapat membedakan baik/buruk atau
najis/suci, mengerti hitungan harga).
2. Al-Aqdu (transaksi/ijab-qabul) dari penjual dan pembeli. Ijab (penawaran) yaitu
si penjual mengatakan, saya jual barang ini dengan harga sekian. Dan Qabul
(penerimaan) yaitu si pembeli mengatakan, saya terima atau saya beli.
3. Al-Maqud Alaihi ( objek transaksi mencakup barang dan uang ).
D.

Syarat Sah Jual Beli

Agar jual beli dapat dilaksanakan secara sah dan memberi pengaruh yang tepat,
harus dipenuhi beberapa syaratnya terlebih dahulu. Syarat-syarat ini terbagi dalam
dua jenis, yaitu syarat yang berkaitan dengan pihak penjual dan pembeli, dan
syarat yang berkaitan dengan objek yang diperjualbelikan:
1. Yang berkaitan dengan pihak-pihak pelaku, harus memiliki kompetensi untuk
melakukan aktivitas ini, yakni dengan kondisi yang sudah akil baligh serta
berkemampuan memilih. Dengan demikian, tidak sah jual beli yang dilakukan oleh
anak kecil yang belum nalar, orang gila atau orang yang dipaksa.
2. Yang berkaitan dengan objek jual belinya, yaitu sebagai berikut:

1. Objek jual beli harus suci, bermanfaat, bisa diserahterimakan, dan merupakan
milik penuh salah satu pihak.
2. Mengetahui objek yang diperjualbelikan dan juga pembayarannya, agar tidak
terhindar faktor ketidaktahuan atau menjual kucing dalam karung karena hal
tersebut dilarang.
3. Tidak memberikan batasan waktu. Artinya, tidak sah menjual barang untuk
jangka waktu tertentu yang diketahui atau tidak diketahui.

E. Hal-Hal Dalam Melakukan Transaksi


Ada 5 hal yang perlu diingat sebagai landasan tiap kali seorang muslim akan
berinteraksi. Kelima hal ini menjadi batasan secara umum bahwa transaksi yang
dilakukan sah atau tidak, lebih dikenal dengan singkatan MAGHRIB, yaitu Maisir,
Gharar, Haram, Riba, dan Bathil.
1. Maisir : Menurut bahasa maisir berarti gampang/mudah. Menurut istilah maisir
berarti memperoleh keuntungan tanpa harus bekerja keras. Maisir sering dikenal
dengan perjudian karena dalam praktik perjudian seseorang dapat memperoleh
keuntungan dengan cara mudah. Dalam perjudian, seseorang dalam kondisi bisa
untung atau bisa rugi. Padahal islam mengajarkan tentang usaha dan kerja keras.
Larangan terhadap maisir / judi sendiri sudah jelas ada dalam AlQuran (2:219 dan
5:90)
2. Gharar : Menurut bahasa gharar berarti pertaruhan. Terdapat juga mereka yang
menyatakan bahawa gharar bermaksud syak atau keraguan. Setiap transaksi yang
masih belum jelas barangnya atau tidak berada dalam kuasanya alias di luar
jangkauan termasuk jual beli gharar.
3. Haram : Ketika objek yang diperjualbelikan ini adalah haram, maka transaksi
nya menjadi tidak sah. Misalnya jual beli khamr, dan lain-lain.
4. Riba : Pelarangan riba telah dinyatakan dalam beberapa ayat Al Quran. Ayatayat mengenai pelarangan riba diturunkan secara bertahap. Tahapan-tahapan
turunnya ayat dimulai dari peringatan secara halus hingga peringatan secara keras.
5. Bathil : Dalam melakukan transaksi, prinsip yang harus dijunjung adalah tidak
ada kedzhaliman yang dirasa pihak-pihak yang terlibat. Semuanya harus samasama rela dan adil sesuai takarannya.

Keluarga adalah komponen masyarakat yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak.
Atau bisa juga suami dan istri saja (sekiranya pasangan masih belum mmpunyai
anak baik anak kandung atau anak angakat). Keluarga dapat diartikan juga sebagai
kelompok paling kcil dalam masyarakat, sekurang kurangnya dianggotai oleh suami
dan istri atau ibu bapak dan anak. Ia adalah asas pembentukan sebuah masyarakat
kebahagiaan masyarakat adalah bergantung setiap keluarga yang menganggotai
masyarakat.

Sakinah

Dalam bahasa Arab, kata sakinah di dalamnya terkandung arti tenang, terhormat,
aman, merasa dilindungi, penuh kasih sayang, mantap dan memperoleh
pembelaan. Namun, penggunaan nama sakinah itu diambil dari penggalan al Quran
surat 30:21 Litaskunu ilaiha yang artinya bahwa Allah SWT telah menciptakan
perjodohan bagi manusia agar yang satu merasa tenteram terhadap yang lain.Jadi
keluarga sakinah itu adalah keluarga yang semua anggota keluarganya merasakan

cinta kasih, keamanan, ketentraman, perlindungan, bahagia, keberkahan,


terhormat, dihargai, dipercaya dan dirahmati oleh Allah SWT.

Mawaddah

Mawaddah adalah jenis cinta membara, yang menggebu-gebu kasih sayang pada
lawan jenisnya (bisa dikatakan mawaddah ini adalah cinta yang didorong oleh
kekuatan nafsu seseorang pada lawan jenisnya). Karena itu, Setiap mahluk Allah
kiranya diberikan sifat ini, mulai dari hewan sampai manusia. Mawaddah cinta yang
lebih condong pada material seperti cinta karena kecantikan, ketampanan, bodi
yang menggoda, cinta pada harta benda, dan lain sebagainya. Mawaddah itu
sinonimnya adalah mahabbah yang artinya cinta dan kasih sayang.

Warahmah

Wa artinya dan sedangkan Rahmah (dari Allah SWT) yang berarti ampunan,
anugerah, karunia, rahmat, belas kasih, rejeki. (lihat : Kamus Arab, kitab tariifat,
Hisnul Muslim (Perisai Muslim) Jadi, Rahmah adalah jenis cinta kasih sayang yang
lembut, siap berkorban untuk menafkahi dan melayani dan siap melindungi kepada
yang dicintai. Rahmah lebih condong pada sifat qolbiyah atau suasana batin yang
terimplementasikan pada wujud kasih sayang, seperti cinta tulus, kasih sayang,
rasa memiliki, membantu, menghargai, rasa rela berkorban, yang terpancar dari
cahaya iman. Sifat rahmah ini akan muncul manakala niatan pertama saat
melangsungkan pernikahan adalah karena mengikuti perintah Allah dan sunnah
Rasulullah serta bertujuan hanya untuk mendapatkan ridha Allah SWT.

Dengan demikian keluarga sakinah mawadah warohmah adalah sebuah kondisi


sebuah keluarga yang sangat ideal yang terbntuk berlndaskan Al Quran dan sunah
untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Keluarga sakinah akan
terwujud jika para anggota keluarga dapat memenuhi kewajiban-kewajibanya
terhadap allah, terhadap diri sendiri, terhadap keluarga, terhadap masyarakat dan
terhadap lingkunganya,sesuai ajaran Al Quran dan Sunah Rasul.

B.FUNGSI KELUARGA DALAM ISLAM

Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat, perlu diberdayakan fungsinya


agar dapat mensejahterakan ummat secara keseluruhan. Dalam Islam fungsi
keluarga meliputi :

Penerus Misi Ummat Islam


Menurut riwayat Abu Zarah Arrozi bahwa jumlah kaum muslimin ketika Rasulullah
Saw wafat sebanyak 120.000 orang pria dan wanita. Para sahabat sebanyak itu
kemudian berguguran dalam berbagai peperangan, ada yang syahid dalam perang
jamal atau perang Shiffin. Namun sebagian besar dari para syuhada itu telah
meninggalkan keturunan yang berkah sehingga muncullah berpuluh singa yang
semuanya serupa dengan sang ayah dalam hal kepahlawanan dan keimanan. Kaum
muslimin yang jujur tersebut telah menyambut pengarahan Nabi-nya: Nikah-lah
kalian, sesungguhnya aku bangga dengan jumlah kalian dari ummat lainnya, dan
janganlah kalian berfaham seperti rahib nashrani .

Demikianlah, berlomba-lomba untuk mendapatkan keturunan yang bermutu


merupakan faktor penting yang telah memelihara keberadaan ummat Islam yang
sedikit. Pada waktu itu menjadi pendukung Islam dalam mempertahankan
kehidupannya.

Perlindungan Terhadap Akhlaq


Islam memandang pembentukan keluarga sebagai sarana efektif memelihara
pemuda dari kerusakan dan melidungi masyarakat dari kekacauan. Karena itulah
bagi pemuda yang mampu dianjurkan untuk menyambut seruan Rosul.

Wahai pemuda! Siapa di antara kalian berkemampuan maka menikahlah. Karena


nikah lebih melindungi mata dan farji, dan barang siapa yang tidak mampu maka
hendaklah shoum, karena shoum itu baginya adalah penenang ( HR.AL-Khosah dari
Abdullah bin Masud ).

Wahana Pembentukan Generasi Islam


Pembentukan generasi yang handal, utamanya dilakukan oleh keluarga, karena
keluargalah sekolah kepribadian pertama dan utama bagi seorang anak. Penyair
kondang Hafidz Ibrohim mengatakan: Ibu adalah sekolah bagi anak-anaknya. Bila
engaku mendidiknya berarti engkau telah menyiapkan bangsa yang baik

perangainya. Ibu sangat berperan dalam pendidikan keluarga, sementara ayah


mempunyai tugas yang penting yaitu menyediakan sarana bagi berlangsungnya
pendidikan tersebut. Keluarga-lah yang menerapkan sunnah Rosul sejak bangun
tidur, sampai akan tidur lagi, sehingga bimbingan keluarga dalam melahirkan
generasi Islam yang berkualitas sangat dominan.

Memelihara Status Sosial dan Ekonomi


Dalam pembentukan keluarga, Islam mempunyai tujuan untuk mewujudkan ikatan
dan persatuan. Dengan adanya ikatan keturunan maka diharapkan akan
mempererat tali persaudaraan anggota masyarakat dan antar bangsa.

Islam memperbolehkan pernikahan antar bangsa Arab dan Ajam (non Arab), antara
kulit hitam dan kulit putih, antara orang Timur dan orang Barat. Berdasarkan fakta
ini menunjukkan bahwa Islam sudah mendahului semua sistem Demokrasi dalam
mewujudkan persatuan Ummat manusia.

Untuk menjamin hubungan persudaraan yang akrab antara anak-anak satu agama,
maka Islam menganjurkan dilangsungkannya pernikahan dengan orang-orang asing
(jauh), karena dengan tujuan ini akan terwujud apa-apa yang tidak pernah
direalisasikan melalui pernikahan keluarga dekat.

Selain fungsi sosial, fungsi ekonomi dalam berkeluarga juga akan nampak. Mari kita
simak hadist Rosul Nikahilah wanita, karena ia akan mendatangkan Maal (HR. Abu
Dawud, dari Urwah RA). Maksud dari hadist tersebut adalah bahwa perkawinan
merupakan sarana untuk mendapatkan keberkahan, karena apabila kita bandingkan
antara kehidupan bujangan dengan yang telah berkeluarga, maka akan kita
dapatkan bahwa yang telah berkeluarga lebih hemat dan ekonomis dibandingkan
dengan yang bujangan. Selain itu orang yang telah berkeluarga lebih giat dalam
mencari nafkah karena perasaan bertanggung jawab pada keluarga daripada para
bujangan.

Menjaga Kesehatan
Ditinjau dari segi kesehatan, pernikahan berguna untuk memelihara para pemuda
dari kebiasaan onani yang banyak menguras tenaga, dan juga dapat mencegah
timbulnya penyakit kelamin.

Memantapkan Spiritual (Ruhiyyah)


Pernikahan berfungsi sebagai pelengkap, karena ia setengah dari keimanan dan
pelapang jalan menuju sabilillah, hati menjadi bersih dari berbagai kecendrungan
dan jiwa menjadi terlindung dari berbagai waswas.

C.Ciri-ciri keluarga sakinah mawaddah wa rahmah itu antara lain:

Menurut hadis Nabi, pilar keluarga sakinah itu ada empat (idza aradallohu bi ahli
baitin khoiran dst);
(a) memiliki kecenderungan kepada agama,

(b) yang muda menghormati yang tua dan yang tua menyayangi yang muda,

(c) sederhana dalam belanja,

(d) santun dalam bergaul dan

(e) selalu introspeksi.

Hubungan antara suami isteri harus atas dasar saling membutuhkan, seperti
pakaian dan yang memakainya (hunna libasun lakum wa antum libasun lahunna,
Q/2:187).
Suami isteri dalam bergaul memperhatikan hal-hal yang secara sosial dianggap
patut (ma`ruf), tidak asal benar dan hak, Wa`a syiruhunna bil ma`ruf (Q/4:19).
Besarnya mahar, nafkah, cara bergaul dan sebagainya harus memperhatikan nilainilai ma`ruf. Hal ini terutama harus diperhatikan oleh suami isteri yang berasal dari
kultur yang menyolok perbedaannya.
Suami istri secara tulus menjalankan masing-masing kewajibannya dengan didasari
keyakinan bahwa menjalankan kewajiban itu merupakan perintah Allah SWT yang
dalam menjalankannya harus tulus ikhlas.

Semua anggota keluarganya seperti anak-anaknya, isrti dan suaminya beriman dan
bertaqwa kepada Allah dan rasul-Nya (shaleh-shalehah). Artinya hukum-hukum
Allah dan agama Allah terimplementasi dalam pergaulan rumah tangganya.
Riskinya selalu bersih dari yang diharamkan Allah SWT. Penghasilan suami sebagai
tonggak berdirinya keluarga itu selalu menjaga rizki yang halal. Suami menjaga
agar anak dan istrinya tidak berpakaian, makan, bertempat tinggal, memakai
kendaraan, dan semua pemenuhan kebutuhan dari harta haram. Dia berjuang untuk
mendapatkan rizki halal saja.
Anggota keluarga selalu ridha terhadap anugrah Allah SWT yang diberikan kepada
mereka. Jika diberi lebih mereka bersyukur dan berbagi dengan fakir miskin. Jika
kekurangan mereka sabar dan terus berikhtiar. Mereka keluarga yang selalu
berusaha untuk memperbaiki semua aspek kehidupan mereka dengan wajib
menuntut ilmu-ilmu agama Allah SWT.
D.mewujudkan keluarga sakinah mawaddah wa rahmah

Untuk mewujudkan keluarga sakinah mawaddah wa rahmah perlu melalui proses


yang panjang dan pengorbanan yang besar, di antaranya:

Pilih pasangan yang shaleh atau shalehah yang taat menjalankan perintah Allah dan
sunnah Rasulullah SWT.
Pilihlah pasangan dengan mengutamakan keimanan dan ketaqwaannya dari pada
kecantikannya, kekayaannya, kedudukannya.
Pilihlah pasangan keturunan keluarga yang terjaga kehormatan dan nasabnya.
Niatkan saat menikah untuk beribadah kepada Allah SWT dan untuk menghidari
hubungan yang dilaran Allah SWT
Suami berusaha menjalankan kewajibannya sebagai seorang suami dengan
dorongan iman, cinta, dan ibadah. Seperti memberi nafkah, memberi keamanan,
memberikan didikan islami pada anak istrinya, memberikan sandang pangan, papan
yang halal, menjadi pemimpin keluarga yang mampu mengajak anggota
keluaganya menuju ridha Allah dan surga -Nya serta dapat menyelamatkan anggota
keluarganya dario siksa api neraka.
Istri berusaha menjalankan kewajibann ya sebagai istri dengan dorongan ibadah
dan berharap ridha Allah semata. Seperti melayani suami, mendidik putra-putrinya
tentan agama islam dan ilmu pengetahuan, mendidik mereka dengan akhlak yang
mulia, menjaga kehormatan keluarga, memelihara harta suaminya, dan
membahagiakan suaminya.

Suami istri saling mengenali kekurangan dan kelebihan pasangannya, saling


menghargai, merasa saling membutuhkan dan melengkapi, menghormati,
mencintai, saling mempercai kesetiaan masing-masing, saling keterbukaan dengan
merajut komunikasi yang intens.
Berkomitmen menempuh perjalanan rumah tangga untuk selalu bersama dalam
mengarungi badai dan gelombang kehidupan.
Suami mengajak anak dan istrinya untuk shalat berjamaah atau ibadah bersamasama, seperti suami mengajak anak istrinya bersedekah pada fakir miskin, dengan
tujuan suami mendidik anaknya agar gemar bersedekah, mendidik istrinya agar
lebih banyak bersukur kepada Allah SWT, berzikir bersama-sama, mengajak anak
istri membaca al-quran, berziarah qubur, menuntut ilmu bersama, bertamasya
untuk melihat keagungan ciptaan Allah SWT. Dan lain-lain.
10.Suami istri selalu meomoh kepada Allah agar diberikan keluarga yang sakinah
mawaddah wa rohmah.

Suami secara berkala mengajak istri dan anaknya melakukan instropeksi diri untuk
melakukan perbaikan dimasa yang akan datang. Misalkan, suami istri, dan anakanaknya saling meminta maaf pada anggota keluarga itu pada setiap hari kamis
malam jumat. Tujuannya hubungan masing-masing keluarga menjadi harmonis,
terbuka, plong, tanpa beban kesalahan pada pasangannnya, dan untuk menjaga
kesetiaan masing-masing anggota keluarga.
Saat menghadapi musibah dan kesusahan, selalu mengadakan musyawarah
keluarga. Dan ketika terjadi perselisihan, maka anggota keluarga cepat-cepat
memohon perlindungan kepada Allah dari keburukan nafsu amarahnya.
E.Ayat ayat Alquran dan Hadits tentang Keluarga Sakinah Mawaddah Warahmah

Sakinah
Yaitu perasaan nyaman, cenderung, tentram atau tenang kepada yang dicintai,

Artinya : supaya kamu merasa nyaman kepadanya.

Seperti orang yang penat dengan kesibukan dan kebisingan siang lalu menemukan
kenyamanan dan ketenangan dalam kegelapan malam.

Surat Yunus ayat 67 :

Artinya : Dialah yang menjadikan malam bagi kamu supaya kamu beristirahat
padanya (litaskunu fihi) dan (menjadikan) siang terang benderang (supaya kamu
mencari karunia Allah). Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tandatanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang mendengar.

Artinya : Dan di antara ayat-ayat-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari
jenismu sendiri, supaya kamu merasa nyaman kepadanya, dan dijadikan-Nya di
antaramu mawadah dan rahmah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benarbenar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir [Ar-Rum 21].

Mawadah
Dalam ayat :

Artinya : dan dijadikan-Nya di antaramu mawadah.

Mawadah adalah perasaan ingin bersatu atau bersama.

Rasulullah shallallahualaihi wasalam bersabda:

Artinya : Tidak ada yang bisa dilihat (lebih indah/lebih baik oleh) orang-orang yang
saling mencintai seperti halnya pernikahan.

Al-Quran juga menegaskan hubungan antara mawadah dan keinginan bersama,

Artinya : Dan sungguh jika kamu beroleh karunia (kemenangan) dari Allah, tentulah
dia mengatakan seolah-olah belum pernah ada mawadah antara kamu dengan dia:
Wahai, kiranya saya ada bersama-sama mereka, tentu saya mendapat
kemenangan yang besar (pula) [An-Nissa 73].

surat Al-Maidah ayat 82-83, tentang doa orang-orang yang memiliki mawadah:

Artinya : Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orangorang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al Quran dan kenabian Muhammad
shallallahualaihi wasalam )

Warahmah
Dalam ayat diatas :

Artinya : dan dijadikan-Nya di antaramu mawadah dan rahmah.

Rahmah adalah kasih sayang dan kelembutan, timbul terutama karena ada ikatan.
Al-Quran menyebut hubungan darah ini al-arham,

Artinya : Orang-orang yang mempunyai al-arham (hubungan) itu sebagiannya lebih


berhak terhadap sebagiannya dalam kitab Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu [Al-Anfal 75]

Allah Taala berfirman yang bermaksud:


Hai orang-orang yang beriman! Jagalah dirimu dan ahli keluargamu dari api
Neraka. (At Tahrim : 6)

Allah Taala berfirman yang bermaksud:


Perintahkanlah keluargamu agar melakukan sholat. (Thaha:132)

Konsep Masyarakat Madani

Konsep masyarakat madani merupakan penerjemahan atau pengislaman konsep


civil society. Orang yang pertama kali mengungkapkan istilah ini adalah Anwar
Ibrahim dan dikembangkan di Indonesia oleh Nurcholish Madjid. Pemaknaan civil
society sebagai masyarakat madani merujuk pada konsep dan bentuk masyarakat
Madinah yang dibangun Nabi Muhammad. Masyarakat Madinah dianggap sebagai
legitimasi historis ketidakbersalahan pembentukan civil society dalam masyarakat
muslim modern.

Makna Civil Society Masyarakat sipil adalah terjemahan dari civil society. Konsep
civil society lahir dan berkembang dari sejarah pergumulan masyarakat. Cicero
adalah orang Barat yang pertama kali menggunakan kata societies civilis dalam
filsafat politiknya. Konsep civil society pertama kali dipahami sebagai negara
(state). Secara historis, istilah civil society berakar dari pemikir Montesque, JJ.
Rousseau, John Locke, dan Hubbes. Ketiga orang ini mulai menata suatu bangunan
masyarakat sipil yang mampu mencairkan otoritarian kekuasaan monarchi-absolut
dan ortodoksi gereja (Larry Diamond, 2003: 278).

Antara Masyarakat Madani dan Civil Society sebagaimana yang telah dikemukakan
di atas, masyarakat madani adalah istilah yang dilahirkan untuk menerjemahkan
konsep di luar menjadi Islami. Menilik dari subtansi civil society lalu
membandingkannya dengan tatanan masyarakat Madinah yang dijadikan
pembenaran atas pembentukan civil society di masyarakat Muslim modern akan
ditemukan persamaan sekaligus perbedaan di antara keduanya.

Perbedaan lain antara civil society dan masyarakat madani adalah civil society
merupakan buah modernitas, sedangkan modernitas adalah buah dari gerakan
Renaisans; gerakan masyarakat sekuler yang meminggirkan Tuhan. Sehingga civil
society mempunyai moral-transendental yang rapuh karena meninggalkan Tuhan.
Sedangkan masyarakat madani lahir dari dalam buaian dan asuhan petunjuk Tuhan.
Dari alasan ini Maarif mendefinisikan masyarakat madani sebagai sebuah
masyarakat yang terbuka, egalitar, dan toleran atas landasan nilai-nilai etik-moral
transendental yang bersumber dari wahyu Allah (A. Syafii Maarif, 2004: 84).

Masyarakat madani merupakan konsep yang berwayuh wajah: memiliki banyak arti
atau sering diartikan dengan makna yang beda-beda. Bila merujuk kepada Bahasa
Inggris, ia berasal dari kata civil society atau masyarakat sipil, sebuah kontraposisi
dari masyarakat militer. Menurut Blakeley dan Suggate (1997), masyarakat madani
sering digunakan untuk menjelaskan the sphere of voluntary activity which takes
place outside of government and the market. Merujuk pada Bahmueller (1997).

2.1.1 Pengertian Masyarakat Madani

Masyarakat madani adalah masyarakat yang beradab, menjunjung tinggi nilai-nilai


kemanusiaan, yang maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan, dan teknologi.

Allah SWT memberikan gambaran dari masyarakat madani dengan firman-Nya


dalam Q.S. Saba ayat 15:

Sesungguhnya bagi kaum Saba ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman
mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka
dikatakan): Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan
bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu)
adalah Tuhan yang Maha Pengampun.

2.1.2 Masyarakat Madani Dalam Sejarah

Ada dua masyarakat madani dalam sejarah yang terdokumentasi sebagai


masyarakat madani, yaitu:

1) Masyarakat Saba, yaitu masyarakat di masa Nabi Sulaiman.

2) Masyarakat Madinah setelah terjadi traktat, perjanjjian Madinah antara


Rasullullah SAW beserta umat Islam dengan penduduk Madinah yang beragama
Yahudi dan beragama Watsani dari kaum Aus dan Khazraj. Perjanjian Madinah berisi
kesepakatan ketiga unsur masyarakat untuk saling menolong, menciptakan
kedamaian dalam kehidupan sosial, menjadikan Al-Quran sebagai konstitusi,
menjadikan Rasullullah SAW sebagai pemimpin dengan ketaatan penuh terhadap
keputusan-keputusannya, dan memberikan kebebasan bagi penduduknya untuk
memeluk agama serta beribadah sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.

2.1.3 Karakteristik Masyarakat Madani

Ada beberapa karakteristik masyarakat madani, diantaranya:

1. Terintegrasinya individu-individu dan kelompok-kelompok ekslusif kedalam


masyarakat melalui kontrak sosial dan aliansi sosial.

2. Menyebarnya kekuasaan sehingga kepentingan-kepentingan yang mendominasi


dalam masyarakat dapat dikurangi oleh kekuatan-kekuatan alternatif.

3. Dilengkapinya program-program pembangunan yang didominasi oleh negara


dengan program-program pembangunan yang berbasis masyarakat.

4. Terjembataninya kepentingan-kepentingan individu dan negara karena


keanggotaan organisasi-organisasi volunter mampu memberikan masukan-masukan
terhadap keputusan-keputusan pemerintah.

5. Tumbuhkembangnya kreatifitas yang pada mulanya terhambat oleh rejim-rejim


totaliter.

6. Meluasnya kesetiaan (loyalty) dan kepercayaan (trust) sehingga individu-individu


mengakui keterkaitannya dengan orang lain dan tidak mementingkan diri sendiri.

7. Adanya pembebasan masyarakat melalui kegiatan lembaga-lembaga sosial


dengan berbagai ragam perspektif.

8. Bertuhan, artinya bahwa masyarakat tersebut adalah masyarakat yang


beragama, yang mengakui adanya Tuhan dan menempatkan hukum Tuhan sebagai
landasan yang mengatur kehidupan sosial.

9. Damai, artinya masing-masing elemen masyarakat, baik secara individu maupun


secara kelompok menghormati pihak lain secara adil.

10. Tolong menolong tanpa mencampuri urusan internal individu lain yang dapat
mengurangi kebebasannya.

11. Toleran, artinya tidak mencampuri urusan pribadi pihak lain yang telah diberikan
oleh Allah sebagai kebebasan manusia dan tidak merasa terganggu oleh aktivitas
pihak lain yang berbeda tersebut.

12. Keseimbangan antara hak dan kewajiban sosial.

13. Berperadaban tinggi, artinya bahwa masyarakat tersebut memiliki kecintaan


terhadap ilmu pengetahuan dan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan untuk
umat manusia.

14. Berakhlak mulia.

Dari beberapa ciri tersebut, kiranya dapat dikatakan bahwa masyarakat madani
adalah sebuah masyarakat demokratis dimana para anggotanya menyadari akan
hak-hak dan kewajibannya dalam menyuarakan pendapat dan mewujudkan
kepentingan-kepentingannya; dimana pemerintahannya memberikan peluang yang
seluas-luasnya bagi kreatifitas warga negara untuk mewujudkan program-program
pembangunan di wilayahnya. Namun demikian, masyarakat madani bukanlah
masyarakat yang sekali jadi, yang hampa udara, taken for granted. Masyarakat
madani adalah onsep yang cair yang dibentuk dari poses sejarah yang panjang dan
perjuangan yang terus menerus. Bila kita kaji, masyarakat di negara-negara maju
yang sudah dapat dikatakan sebagai masyarakat madani, maka ada beberapa
prasyarat yang harus dipenuhi untuk menjadi masyarakat madani, yakni adanya
democratic governance (pemerintahan demokratis) yang dipilih dan berkuasa
secara demokratis dan democratic civilian (masyarakat sipil yang sanggup
menjunjung nilai-nilai civil security; civil responsibility dan civil resilience).

Apabila diurai, dua kriteria tersebut menjadi tujuh prasyarat masyarakat madani
sbb:

1. Terpenuhinya kebutuhan dasar individu, keluarga, dan kelompok dalam


masyarakat.

2. Berkembangnya modal manusia (human capital) dan modal sosial (socail capital)
yang kondusif bagi terbentuknya kemampuan melaksanakan tugas-tugas kehidupan
dan terjalinya kepercayaan dan relasi sosial antar kelompok.

3. Tidak adanya diskriminasi dalam berbagai bidang pembangunan; dengan kata


lain terbukanya akses terhadap berbagai pelayanan sosial.

4. Adanya hak, kemampuan dan kesempatan bagi masyarakat dan lembagalembaga swadayauntuk terlibat dalam berbagai forum dimana isu-isu kepentingan
bersama dan kebijakan publik dapat dikembangkan.

5. Adanya kohesifitas antar kelompok dalam masyarakat serta tumbuhnya sikap


saling menghargai perbedaan antar budaya dan kepercayaan.

6. Terselenggaranya sistem pemerintahan yang memungkinkan lembaga-lembaga


ekonomi, hukum, dan sosial berjalan secara produktif dan berkeadilan sosial.

7. Adanya jaminan, kepastian dan kepercayaan antara jaringan-jaringan


kemasyarakatan yang memungkinkan terjalinnya hubungan dan komunikasi antar
mereka secara teratur, terbuka dan terpercaya.

Tanpa prasyarat tesebut maka masyarakat madani hanya akan berhenti pada
jargon. Masyarakat madani akan terjerumus pada masyarakat sipilisme yang
sempit yang tidak ubahnya dengan faham militerisme yang anti demokrasi dan
sering melanggar hak azasi manusia. Dengan kata lain, ada beberapa rambu-rambu
yang perlu diwaspadai dalam proses mewujudkan masyarakat madani (lihat DuBois
dan Milley, 1992).

Rambu-rambu tersebut dapat menjadi jebakan yang menggiring masyarakat


menjadi sebuah entitas yang bertolak belakang dengan semangat negara-bangsa:

1. Sentralisme versus lokalisme. Masyarakat pada mulanya ingin mengganti


prototipe pemerintahan yang sentralisme dengan desentralisme. Namun yang
terjadi kemudian malah terjebak ke dalam faham lokalisme yang mengagungkan
mitos-mitos kedaerahan tanpa memperhatikan prinsip nasionalisme, meritokrasi
dan keadilan sosial.

2. Pluralisme versus rasisme. Pluralisme menunjuk pada saling penghormatan


antara berbagai kelompok dalam masyarakat dan penghormatan kaum mayoritas
terhadap minoritas dan sebaliknya, yang memungkinkan mereka mengekspresikan
kebudayaan mereka tanpa prasangka dan permusuhan. Ketimbang berupaya untuk
mengeliminasi karakter etnis, pluralisme budaya berjuang untuk memelihara
integritas budaya. Pluralisme menghindari penyeragaman. Karena, seperti kata
Kleden (2000:5), penyeragaman adalah kekerasan terhadap perbedaan,
pemerkosaan terhadap bakat dan terhadap potensi manusia.

Sebaliknya, rasisme merupakan sebuah ideologi yang membenarkan dominasi satu


kelompok ras tertentu terhadap kelompok lainnya. Rasisme sering diberi legitimasi

oleh suatu klaim bahwa suatu ras minoritas secara genetik dan budaya lebih
inferior dari ras yang dominan. Diskriminasi ras memiliki tiga tingkatan: individual,
organisasional, dan struktural. Pada tingkat individu, diskriminasi ras berwujud sikap
dan perilaku prasangka. Pada tingkat organisasi, diskriminasi ras terlihat manakala
kebijakan, aturan dan perundang-undangan hanya menguntungkan kelompok
tertentu saja. Secara struktural, diskriminasi ras dapat dilacak manakala satu
lembaga sosial memberikan pembatasan-pembatasan dan larangan-larangan
terhadap lembaga lainnya.

3. Elitisme dan communalisme. Elitisme merujuk pada pemujaan yang berlebihan


terhadap strata atau kelas sosial berdasarkan kekayaan, kekuasaan dan prestise.
Seseorang atau sekelompok orang yang memiliki kelas sosial tinggi kemudian
dianggap berhak menentukan potensi-potensi orang lain dalam menjangkau
sumber-sumber atau mencapai kesempatan-kesempatan yang ada dalam
masyarakat.

Konsep Masyarakat Madani semula dimunculkan sebagai jawaban atas usulan untuk
meletakkan peran agama ke dalam suatu masyarakat Multikultural. Multikultural
merupakan produk dari proses demokratisasi di negeri ini yang sedang berlangsung
terus menerus yang kemudian memunculkan ide pluralistik dan implikasinya
kesetaraan hak individual. Perlu kita pahami, perbincangan seputar Masyarakat
Madani sudah ada sejak tahun 1990-an, akan tetapi sampai saat ini, masyarakat
Madani lebih diterjemahkan sebagai masyarakat sipil oleh beberapa pakar Sosiologi.
Untuk lebih jelasnya, kita perlu menganalisa secara historis kemunculan
masyarakat Madani dan kemunculan istilah masyarakat Sipil, agar lebih akurat
membahas tentang peran agama dalam membangun masyarakat bangsa.

Masyarakat Sipil adalah terjemahan dari istilah Inggris Civil Society yang mengambil
dari bahasa Latin civilas societas. Secara historis karya Adam Ferguson merupakan
salah satu titik asal penggunaan ungkapan masyarakat sipil (civil society), yang
kemudian diterjemahkan sebagai masyarakat Madani. Gagasan masyarakat sipil
merupakan tujuan utama dalam membongkar masyarakat Marxis. Masyarakat sipil
menampilkan dirinya sebagai daerah kepentingan diri individual dan pemenuhan
maksud-maksud pribadi secara bebas, dan merupakan bagian dari masyarakat
yang menentang struktur politik (dalam konteks tatanan sosial) atau berbeda dari
negara. Masyarakat sipil, memiliki dua bidang yang berlainan yaitu bidang politik
(juga moral) dan bidang sosial ekonomi yang secara moral netral dan instumental
(lih. Gellner:1996).

Seperti Durkheim, pusat perhatian Ferguson adalah pembagian kerja dalam


masyarakat, dia melihat bahwa konsekuensi sosio-politis dari pembagian kerja jauh
lebih penting dibanding konsekuensi ekonominya. Ferguson melupakan
kemakmuran sebagai landasan berpartisipasi. Dia juga tidak mempertimbangkan
peranan agama ketika menguraikan saling mempengaruhi antara dua partisipan
tersebut (masyarakat komersial dan masyarakat perang), padahal dia memasukan
kebajikan di dalam konsep masyarakatnya. Masyarakat sipil dalam pengertian yang
lebih sempit ialah bagian dari masyarakat yang menentang struktur politik dalam
konteks tatanan sosial di mana pemisahan seperti ini telah terjadi dan mungkin.

Selanjutnya sebagai pembanding, Ferguson mengambil masyarakat feodal, dimana


perbandingan di antara keduanya adalah, pada masyarakat feodal strata politik dan
ekonomi jelas terlihat bahkan dijamin secara hukum dan ritual, tidak ada pemisahan
hanya ada satu tatanan sosial, politik dan ekonomi yang saling memperkuat satu
sama lain. Posisi seperti ini tidak mungkin lagi terjadi pada masyarakat komersial.
Kekhawatiran Ferguson selanjutnya adalah apabila masyarakat perang digantikan
dengan masyarakat komersial, maka negara menjadi lemah dari serangan musuh.
Secara tidak disadari Ferguson menggemakan ahli teori peradaban, yaitu Ibnu
Khaldun yang mengemukakan spesialisme mengatomisasi mereka dan
menghalangi kesatupaduan yang merupakan syarat bagi efektifnya politik dan
militer. Di dalam masyarakat Ibnu Khaldun militer masih memiliki peran dan
berfungsi sebagai penjaga keamanan negara, maka tidak pernah ada dan tidak
mungkin ada bagi dunianya, masyarakat sipil.

Pada kenyataannya, apabila kita konsekuen dengan menggunakan masyarakat


Madani sebagai padanan dari Masyarakat Sipil, maka secara historis kita lebih
mudah secara langsung me-refer kepada masyarakatnya Ibnu Khaldun. Deskripsi
masyarakatnya justru banyak mengandung muatan-muatan moral-spiritual dan
mengunakan agama sebagai landasan analisisnya. Pada kenyataannya masyarakat
sipil tidak sama dengan masyarakat Madani. Masyarakat Madani merujuk kepada
sebuah masyarakat dan negara yang diatur oleh hukum agama, sedangkan
masyarakat sipil merujuk kepada komponen di luar negara. Syed Farid Alatas
seorang sosiolog sepakat dengan Syed M. Al Naquib Al Attas (berbeda dengan para
sosiolog umumnya), menyatakan bahwa faham masyarakat Madani tidak sama
dengan faham masyarakat Sipil. Istilah Madani, Madinah (kota) dan din
(diterjemahkan sebagai agama) semuanya didasarkan dari akar kata dyn.
Kenyataan bahwa nama kota Yathrib berubah menjadi Medinah bermakna di
sanalah din berlaku (lih. Alatas, 2001:7). Secara historispun masyarakat Sipil dan
masyarakat Madani tidak memiliki hubungan sama sekali. Masyarakat Madani

bermula dari perjuangan Nabi Muhammad SAW menghadapi kondisi jahiliyyah


masyarakat Arab Quraisy di Mekkah. Beliau memperjuangkan kedaulatan, agar
ummatnya leluasa menjalankan syariat agama di bawah suatu perlindungan
hukum.

Masyarakat madani sejatinya bukanlah konsep yang ekslusif dan dipandang sebagai
dokumen usang. Ia merupakan konsep yang senantiasa hidup dan dapat
berkembang dalam setiap ruang dan waktu. Mengingat landasan dan motivasi
utama dalam masyarakat madani adalah Alquran.

Meski Alquran tidak menyebutkan secara langsung bentuk masyarakat yang ideal
namun tetap memberikan arahan atau petunjuk mengenai prinsip-prinsip dasar dan
pilar-pilar yang terkandung dalam sebuah masyarakat yang baik. Secara faktual,
sebagai cerminan masyarakat yang ideal kita dapat meneladani perjuangan
rasulullah mendirikan dan menumbuhkembangkan konsep masyarakat madani di
Madinah.

Prinsip terciptanya masyarakat madani bermula sejak hijrahnya Nabi Muhammad


Saw. beserta para pengikutnya dari Makah ke Yatsrib. Hal tersebut terlihat dari
tujuan hijrah sebagai sebuah refleksi gerakan penyelamatan akidah dan sebuah
sikap optimisme dalam mewujudkan cita-cita membentuk yang madaniyyah
(beradab).

Selang dua tahun pascahijrah atau tepatnya 624 M, setelah Rasulullah mempelajari
karakteristik dan struktur masyarakat di Madinah yang cukup plural, beliau
kemudian melakukan beberapa perubahan sosial. Salah satu di antaranya adalah
mengikat perjanjian solidaritas untuk membangun dan mempertahankan sistem
sosial yang baru. Sebuah ikatan perjanjian antara berbagai suku, ras, dan etnis
seperti Bani Qainuqa, Bani Auf, Bani al-Najjar dan lainnya yang beragam saat itu,
juga termasuk Yahudi dan Nasrani.

Dalam pandangan saya, setidaknya ada tiga karakteristik dasar dalam masyarakat
madani. Pertama, diakuinya semangat pluralisme. Artinya, pluralitas telah menjadi
sebuah keniscayaan yang tidak dapat dielakkan sehingga mau tidak mau, pluralitas
telah menjadi suatu kaidah yang abadi dalam pandangan Alquran. Pluralitas juga
pada dasarnya merupakan ketentuan Allah SWT (sunnatullah), sebagaimana
tertuang dalam Alquran surat Al-Hujurat (49) ayat 13.

Dengan kata lain, pluralitas merupakan sesuatu yang kodrati (given) dalam
kehidupan. Dalam ajaran Islam, pluralisme merupakan karunia Allah yang bertujuan
mencerdaskan umat melalui perbedaan konstruktif dan dinamis. Ia (pluralitas) juga
merupakan sumber dan motivator terwujudnya vividitas kreativitas (penggambaran
yang hidup) yang terancam keberadaannya jika tidak terdapat perbedaan
(Muhammad Imarah:1999).

Satu hal yang menjadi catatan penting bagi kita adalah sebuah peradaban yang
kosmopolit akan tercipta manakala umat Islam memiliki sikap inklusif dan
mempunyai kemampuan (ability) menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitar.
Namun, dengan catatan identitas sejati atas parameter-parameter autentik agama
tetap terjaga.

Kedua, adalah tingginya sikap toleransi (tasamuh). Baik terhadap saudara sesama
Muslim maupun terhadap saudara non-Muslim. Secara sederhana toleransi dapat
diartikan sebagai sikap suka mendengar dan menghargai pendapat dan pendirian
orang lain.

Senada dengan hal itu, Quraish Shihab (2000) menyatakan bahwa tujuan Islam
tidak semata-mata mempertahankan kelestariannya sebagai sebuah agama.
Namun juga mengakui eksistensi agama lain dengan memberinya hak hidup,
berdampingan seiring dan saling menghormati satu sama lain. Sebagaimana hal itu
pernah dicontohkan Rasulullah Saw. di Madinah. Setidaknya landasan normatif dari
sikap toleransi dapat kita tilik dalam firman Allah yang termaktub dalam surat AlAnam ayat 108.

Ketiga, adalah tegaknya prinsip demokrasi atau dalam dunia Islam lebih dikenal
dengan istilah musyawarah. Terlepas dari perdebatan mengenai perbedaan konsep
demokrasi dengan musyawarah, saya memandang dalam arti membatasi hanya
pada wilayah terminologi saja, tidak lebih. Mengingat di dalam Alquran juga
terdapat nilai-nilai demokrasi (surat As-Syura:38, surat Al-Mujadilah:11).

Ketiga prinsip dasar setidaknya menjadi refleksi bagi kita yang menginginkan
terwujudnya sebuah tatanan sosial masyarakat madani dalam konteks hari ini.

Paling tidak hal tersebut menjadi modal dasar untuk mewujudkan masyarakat yang
dicita-citakan.

2.2 Peran Umat Islam Dalam Mewujudkan Masyarakat Madani

Dalam sejarah Islam, realisasi keunggulan normatif atau potensial umat Islam
terjadi pada masa Abbassiyah. Pada masa itu umat Islam menunjukkan kemajuan di
bidang kehidupan seperti ilmu pengetahuan dan teknologi, militer, ekonomi, politik
dan kemajuan bidang-bidang lainnya. Umat Islam menjadi kelompok umat terdepan
dan terunggul. Nama-nama ilmuwan besar dunia lahir pada masa itu, seperti Ibnu
Sina, Ubnu Rusyd, Imam al-Ghazali, al-Farabi, dan yang lain.

2.2.1 Kualitas SDM Umat Islam

Dalam Q.S. Ali Imran ayat 110

Artinya:

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang maruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.
sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka
ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.

Dari ayat tersebut sudah jelas bahwa Allah menyatakan bahwa umat Islam adalah
umat yang terbaik dari semua kelompok manusia yang Allah ciptakan. Di antara
aspek kebaikan umat Islam itu adalah keunggulan kualitas SDMnyadibanding umat
non Islam. Keunggulan kualitas umat Islam yang dimaksud dalam Al-Quran itu
sifatnya normatif, potensial, bukan riil.

2.2.2 Posisi Umat Islam

SDM umat Islam saat ini belum mampu menunjukkan kualitas yang unggul. Karena
itu dalam percaturan global, baik dalam bidang politik, ekonomi, militer, dan ilmu
pengetahuan dan teknologi, belum mampu menunjukkan perannya yang signifikan.
Di Indonesia, jumlah umat Islam lebih dari 85%, tetapi karena kualitas SDM nya
masih rendah, juga belum mampu memberikan peran yang proporsional. Hukum
positif yang berlaku di negeri ini bukan hukum Islam. Sistem sosial politik dan
ekonomi juga belum dijiwai oleh nilai-nilai Islam, bahkan tokoh-tokoh Islam belum
mencerminkan akhlak Islam.

2.3 Sistem Ekonomi Islam dan Kesejahteraan Umat

Menurut ajaran Islam, semua kegiatan manusia termasuk kegiatan sosial dan
ekonomi haruslah berlandaskan tauhid (keesaan Allah). Setiap ikatan atau
hubungan antara seseorang dengan orang lain dan penghasilannya yang tidak
sesuai dengan ajaran tauhid adalah ikatan atau hubungan yang tidak Islami.
Dengan demikian realitas dari adanya hak milik mutlak tidak dapat diterima dalam
Islam, sebab hal ini berarti mengingkari tauhid. Manurut ajaran Islam hak milik
mutlak hanya ada pada Allah saja. Hal ini berarti hak milik yang ada pada manusia
hanyalah hak milik nisbi atau relatif. Islam mengakui setiap individu sebagai pemilik
apa yang diperolehnya melalui bekerja dalam pengertian yang seluas-luasnya, dan
manusia berhak untuk mempertukarkan haknya itu dalam batas-batas yang telah
ditentukan secara khusus dalam hukum Islam. Pernyataan-pernyataan dan batasbatas hak milik dalam Islam sesuai dengan kodrat manusia itu sendiri, yaitu dengan
sistem keadilan dan sesuai dengan hak-hak semua pihak yang terlibat di dalamnya.

Di dalam ajaran Islam terdapat dua prinsip utama, yakni pertama, tidak seorangpun
atau sekelompok orangpun yang berhak mengeksploitasi orang lain; dan kedua,
tidak ada sekelompok orangpun boleh memisahkan diri dari orang lain dengan
tujuan untuk membatasi kegiatan sosial ekonomi di kalangan mereka saja. Islam
memandang umat manusia sebagai satu keluarga, maka setiap manusia adalah
sama derajatnya di mata Allah dan di depan hukum yang diwahyukannya. Konsep
persaudaraan dan perlakuan yang sama terhadap seluruh anggota masyarakat di
muka hukum tidaklah ada artinya kalau tidak disertai dengan keadilan ekonomi
yang memungkinkan setiap orang memperoleh hak atas sumbangan terhadap
masyarakat.

Allah melarang hak orang lain, sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. al-Syuara ayat
183:

Artinya:

Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu
merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan;

Dalam komitmen Islam yang khas dan mendalam terhadap persaudaraan, keadilan
ekonomi dan sosial, maka ketidakadilan dalam pendapatan dan kekayaan
bertentangan dengan Islam. Akan tetapi, konsep Islam dalam distribusi pendapatan
dan kekayaan serta konsepsinya tentang keadilan sosial tidaklah menuntut bahwa
semua orang harus mendapat upah yang sama tanpa memandang kontribusinya
kepada masyarakat. Islam mentoleransi ketidaksamaan pendapatan sampai tingkat
tertentu, akrena setiap orang tidaklah sama sifat, kemampuan, dan pelayanannya
dalam masyarakat.

Dalam Q.S. An-Nahl ayat 71 disebutkan:

Artinya:

Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebagian yang lain dalam hal rezki,
tetapi orang-orang yang dilebihkan (rezkinya itu) tidak mau memberikan rezki
mereka kepada budak-budak yang mereka miliki, agar mereka sama (merasakan)
rezki itu. Maka Mengapa mereka mengingkari nikmat Allah.

Dalam ukuran tauhid, seseorang boleh menikmati penghasilannya sesuai dengan


kebutuhannya. Kelebihan penghasilan atau kekayaannya. Kelebihan penghasilan
atau kekayaannya harus dibelanjakan sebagai sedekah karena Alah.

Banyak ayat-ayat Allah yang mendorong manusia untuk mengamalkan sedekah,


antara lain Q.S. An-nisa ayat 114:

Artinya:

Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan


dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat maruf, atau
mengadakan perdamaian di antara manusia. dan barangsiapa yang berbuat
demikian Karena mencari keredhaan Allah, Maka kelak kami memberi kepadanya
pahala yang besar.

Dalam ajaran Islam ada dua dimensi utama hubungan yang harus dipelihara, yaitu
hubungan manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan manusia dalam
masyarakat. Kedua hubungan itu harus berjalan dengan serentak. Dengan
melaksanakan kedua hungan itu hidup manusia akan sejahtrera baik di dunia
maupun di akhirat kelak.

2.4 Manajemen Zakat

2.4.1 Pengertian dan Dasar Hukum Zakat

Zakat adalah memberikan harta yang telah mencapai nisab dan haul kepada orang
yang berhak menerimanya dengan syarat-syarat tertentu. Nisab adalah ukuran
tertentu dari harta yang dimiliki yang mewajibkan dikeluarkannya zakat, sedangkan
haul adalah berjalan genap satu tahun. Zakat juga berarti kebersihan, setiap
pemeluk Islam yang mempunyai harta cukup banyaknya menurut ketentuan (nisab)
zakat, wajiblah membersihkan hartanya itu dengan mengeluarkan zakatnya.

Dari sudut bahasa, kata zakat berasal dari kata zaka yang berarti berkah, tumbuh,
bersih, dan baik. Segala sesuatu yang bertambah disebut zakat. Menurut istilah
fikih zakat berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah untuk diserahkan
kepada yang berhak. Orang yang wajib zakat disebut muzakki,sedangkan orang
yang berhak menerima zakat disebut mustahiq .Zakat merupakan pengikat
solidaritas dalam masyarakat dan mendidik jiwa untuk mengalahkan kelemahan
dan mempraktikan pengorbanan diri serta kemurahan hati.

Di dalam Alquran Allah telah berfirman sebagai berikut:

Al-Baqarah: 110

Artinya:

Dan Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. dan kebaikan apa saja yang kamu
usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah.
Sesungguhnya Alah Maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan.

At-Taubah: 60

Artinya:

Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi
dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu)
kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka
yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. apa saja yang
kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu
dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).

At-Taubah: 103

Artinya:

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan[658] dan mensucikan[659] mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah
Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.

Adapun hadist yang dipergunakan dasar hukum diwajibkannya zakat antara lain
adalah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas berikut:

Dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah SAW ketika mengutus Muaz ke Yaman, ia
bersabda: Sesungguhnya engkau akan datang ke satu kaum dari Ahli Kitab, oleh
karena itu ajaklah mereka untuk bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan
sesungguhnya aku adalah utusan Allah. Kemudian jika mereka taat kepadamu untuk
ajakan itu, maka beritahukannlah kepada mereka, bahwa Allah telah mewajibkan
kepada mereka atas mereka salat lima kali sehari semalam; lalu jika mereka
mentaatimu untuk ajakan itu, maka beritahukanlah kepada mereka, bahwa Allah
telah mewajibkan zakat atas mereka, yang diambil dari orang-orang kaya mereka;
kemudian jika mereka taat kepadamu untuk ajakan itu, maka berhati-hatilah kamu
terhadap kehormatan harta-harta mereka, dan takutlah terhadap doa orang yang
teraniaya, karena sesungguhnya antara doa itu dan Allah tidak hijab (pembatas).

Adapun harta-harta yang wajib dizakati itu adalah sebagai berikut:

1. Harta yang berharga, seperti emas dan perak.

2. Hasil tanaman dan tumbuh-tumbuhan, seperti padi, gandum, kurma, anggur.

3. Binatang ternak, seperti unta, sapi, kambing, dan domba.

4. Harta perdagangan.

5. Harta galian termasuk juga harta rikaz.

Adapun orang yang berhak menerima zakat adalah:

1. Fakir, ialah orang yang tidak mempunyai dan tidak pula berusaha.

2. Miskin, ialah orang yang tidak cukup penghidupannya dengan pendapatannya


sehingga ia selalu dalam keadaan kekurangan.

3. Amil, ialah orang yang pekerjaannya mengurus dan mengumpulkan zakat untuk
dibagikan kepada orang yang berhak menerimanya.

4. Muallaf, ialah orang yang baru masuk Islam yang masih lemah imannya, diberi
zakat agar menambah kekuatan hatinya dan tetap mempelajari agama Islam.

5. Riqab, ialah hamba sahaya atau budak belian yang diberi kebebasan berusaha
untuk menebus dirinya agar menjadi orang merdeka.

6. Gharim, ialah orang yang berhutang yang tidak ada kesanggupan membayarnya.

7. Fi sabilillah, ialah orang yang berjuang di jalan Allah demi menegakkan Islam.

8. Ibnussabil, ialah orang yang kehabisan biaya atau perbekalan dalam perjalanan
yang bermaksud baik (bukan untuk maksiat).

2.4.2 Sejarah Pelaksanaan Zakat di Indonesia

Sejak Islam memsuki Indonesia, zakat, infak, dan sedekah merupakan sumber
sumber dana untuk pengembangan ajaran Islam dan perjuangan bangsa Indonesia
melawan penjajahan Belanda. Pemerintah Belanda khawatir dana tersebut akan
digunakan untuk melawan mereka jika masalah zakat tidak diatur. Pada tanggal 4
Agustus 1938 pemerintah Belanda mengeluarkan kebijakan pemerintah untuk
mengawasi pelaksanaan zakat dan fitrah yang dilakukan oleh penghulu atau naib
sepanjang tidak terjadi penyelewengan keuangan. Untuk melemahkan kekuatan
rakyat yang bersumber dari zakat itu, pemerintah Belanda melarang semua
pegawai dan priyai pribumi ikut serta membantu pelaksanaan zakat. Larangan itu
memberikan dampak yang sangat negatif bagi pelakasanaan zakat di kalangan
umat Islam, karena dengan sendirinya penerimaan zakat menurun sehingga dana
rakyat untuk melawan tidak memadai. Hal inilah yang tampaknya diinginkan
Pemerintah Kolonial Belanda.

Setelah Indonesia merdeka, di Aceh satu-satunya badan resmi yang mengurus


masalah zakat. Pada masa orde baru barulah perhatian pemerintah terfokus pada
masalah zakat, yang berawal dari anjuran Presiden Soeharto untuk melaksanakan
zakat secara efektif dan efisien serta mengembangkannya dengan cara-cara yang
lebih luas dengan pengarahan yang lebih tepat. Anjuran presiden inilah yang
mendorong dibentuknya badan amil di berbagai propinsi.

2.4.3 Manajemen Pengelolaan Zakat Produktif

Sehubungan pengelolaan zakat yang kurang optimal, sebagian masyarakat yang


tergerak hatinya untuk memikirkan pengelolaan zakat secara produktif, sehingga
mampu meningkatkan kesejahteraan umat Islam pada umumnya dan masyarakat
pada umumnya. Oleh karena itu, pada tahun 1990-an, beberapa perusahaan dan
masyarakat membentuk Baitul Mal atau lembaga yang bertugas mengelola dan
zakat, infak dan sedekah dari karyawan perusahaan yang bersangkutan dan
masyarakat. Sementara pemerintah juga membentuk Badan Amil Zakat Nasional.

Dalam pengelolaan zakat diperlukan beberapa prinsip, antara lain:

1. Pengelolaan harus berlandasakn Alquran dan Assunnah.

2. Keterbukaan. Untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga


amil zakat, pihak pengelola harus menerapkan manajemen yang terbuka.

3. Menggunakan manajemen dan administrasi modern.

4. Badan amil zakat dan lembaga amil zakat harus mengelolah zakat dengan
sebaik-baiknya.

Selain itu amil juga harus berpegang teguh pada tujuan pengelolaan zakat, antara
lain:

1. Mengangkat harkat dan martabat fakir miskin dan membantunya keluar dari
kesulitan dan penderitaan.

2. Membantu pemecahan masalah yang dihadapi oleh para mustahik

3. Menjembatani antara yang kaya dan yang miskin dalam suatu masyarakat.

4. Meningkatkan syiar Islam

5. Mengangkat harkat dan martabat bangsa dan negara.

6. Mewujudkan kesejahteraan dan keadilan sosial dalam masyarakat.

2.4.4 Hikmah Ibadah Zakat

Apabila prinsip-prinsip pengelolaan dan tujuan pengelolaan zakat dilaksanakan


dipegang oleh amil zakat baik itu berupa badan atau lembaga, dan zakat, infak, dan
sedekah dikelola dengan manajemen modern dengan tetap menerapkan empat
fungsi standar manajemen, tampaknya sasaran zakat, infak maupun sedekah akan
tercapai.

Zakat memiliki hikmah yang besar, bagi muzakki, mustahik, maupun bagi
masyarakat muslim pada umumnya. Bagi muzakki zakat berarti mendidik jiwa
manusia untuk suka berkorban dan membersihkan jiwa dari sifat kikir, sombong dan
angkuh yang biasanya menyertai pemilikan harta yang banyak dan berlebih.

Bagi mustahik, zakat memberikan harapan akan adanya perubahan nasib dan
sekaligus menghilangkan sifat iri, dengki dan suudzan terhadap orang-orang kaya,
sehingga jurang pemisah antara si kaya dan si miskin dapat dihilangkan.

Bagi masyarakat muslim, melalui zakat akan terdapat pemerataan pendapatan dan
pemilikan harta di kalangan umat Islam. Sedangkan dalam tata masyarakat muslim
tidak terjadi monopoli, melainkan sistim ekonomi yang menekankan kepada
mekanisme kerja sama dan tolong-menolong.

2.5 Manajemen Wakaf

Wakaf adalah salah satu bentuk dari lembaga ekonomi Islam. Ia merupakan
lembaga Islam yang satu sisi berfungsi sebagai ibadah kepada Allah, sedangkan di
sisi lain wakaf juga berfungsi sosial. Wakf muncul dari satu pernyataan dan
perasaan iman yang mantap dan solidaritas yang tinggi antara sesama manusia.
Dalam fungsinya sebagai ibadah ia diharapkan akan menjadi bekal bagi si wakif di
kemudian hari, karena ia merupakan suatu bentuk amalan yang pahalanya akan
terus menerus mengalir selama harta wakaf itu dimanfaatkan. Sedangkan dalam
fungsi sosialnya, wakaf merupakan aset amat bernilai dalam pembangunan umat.

2.5.1 Pengertian Wakaf

Istilah wakaf beradal dari waqb artinya menahan. Menurut H. Moh. Anwar
disebutkan bahwa wakaf ialah menahan sesuatu barang daripada dijual-belikan
atau diberikan atau dipinjamkan oleh yang empunya, guna dijadikan manfaat untuk
kepentingan sesuatu yang diperbolehkan oleh Syara serta tetap bentuknya dan
boleh dipergunakan diambil manfaatnya oleh orang yang ditentukan (yang
meneriman wakafan), perorangan atau umum.

Adapun ayat-ayat Al-Quran dan hadist yang menerangkan tentang wakaf ini ialah:

Al-Baqarah ayat 267:

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil
usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi
untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu
menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya
melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan Ketahuilah, bahwa Allah
Maha Kaya lagi Maha Terpuji.

Al-Hajj ayat 77

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, rukulah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu
dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.

Abu Hurairah r.a. menceritakan, bahwa Rasullullah SAW bersabda, Jika seorang
manusia meninggal dunia, maka terputuslah masa ia melanjutkan amal, kecuali
mengenai tiga hal, yaitu: Sedekah jariyah (waqafnya) selama masih dipergunakan,
ilmunya yang dimanfaatkan masyarakat, dan anak salehnya yang mendoakannya.
(Riwayat Muslim).

Abu Hurairah r.a. menceritakan bahwa Rasullullah SAW mengutus Umar untuk
memungut zakat di dalam hadist itu terdapat pula Khalid mewakafkan baju besi
dan perabot perangnya di jalan Allah.

2.5.2 Rukun Wakaf

Adapun beberapa rukun wakaf ialah:

1) Yang berwakaf, syaratnya:

Berhak berbuat kebaikan walau bukan Isalam sekalipun

Kehendak sendiri, ridak sah karena dipaksa

2) Sesuatu yang diwakafkan, syaratnya:

Kekal zakatnya, berarti bila diambil manfaatnya, barangnya tidak rusak.

Kepunyaan yang mewakafkan walaupun musya (bercampur dan tidak dapat


dipisahkan dari yang lain).

3) Tempat berwakaf (yang berhak menerima hasil wakaf itu).

4) Lafadz wakaf, seperti: saya wakafkan ini kepada orang-orang miskin dan
sebagainya.

2.5.3 Syarat Wakaf

Syarat wakaf ada tiga, yaitu:

1) Tabid, yaitu untuk selama-lamanya/tidak terbatas waktunya.

2) Tanjiz, yaitu diberikan waktu ijab kabul.

3) Imkan-Tamlik, yaitu dapat diserahkan waktu itu juga

2.5.4 Hukum Wakaf

1) Pemberian tanah wakaf tidak dapat ditarik kembali sesudah diamalkannya karena
Allah.

2) Pemberian harta wakaf yang ikhlas karena Allah akan mendapatkan ganjaran
terus-menerus selagi benda itu dapat dimanfaatkan oleh umum dan walaupun
bentuk bendanya ditukar dengan yang lain dan masih bermanfaat.

3) seseorang tidak boleh dipaksa untuk berwakaf karena bisa menimbulkan


perasaan tidak ikhlas bagi pemberiannya.

Ahlak merupakan suatu perlakuan yang tetap sifatnya di dalam jiwa seseorang yang
tidak memerlukan daya pemikiran di dalam melakukan sesuatu tindakan.
Berdasarkan apa yang telah menjadi pokok bahasan pada materi di atas, maka
secara sederhana dapat di tarik sebuah kesimpulan yaitu ahlak merupakan
cerminan dari agama islam itu sendiri, dimana bila ahlak seorang manusia
mencerminkan sebuah kebaikan, kesucian, kesopanan dan lain sebagainya yang
bertujuan menggapai rido allah swt. Yang menjadi ukuran baik dan burukna ahlak
adalah syarak, iaitu apa yang diperintahkan oleh syarak, itulah yang baik dan apa
yang dilarang oleh syarak itulah yang buruk. Perkembangan teknologi dapa
mempengaruhi lingkungan serta kebudayaan masyarakat. Apabila dalam
dingkungan masyarakat tersebut tidak memiliki tembok yang kuat, niscaya
keruntuhan Ahlak dan morallah yang akan terjadi. Yaitu di mulai dengan hilangnya
norma-norma dalam masyarakat tersebut.

Analisis dan Pembahasan


Berdasarkan kebijakan Pemerintah yaitu Permenkes RI No 1691 Tahun 2010
tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan No
1691 setiap rumah sakit wajib mengupayakan pemenuhan sasaran keselamatan
pasien. Sasaran keselamatan pasien meliputi tercapainya ketepatan identifikasi
pasien, peningkatan komunikasi yang efektif, peningkatan keamanan obat yang
perlu diwaspadai, kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi,
pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan, dan pengurangan risiko
pasien jatuh.2
Enam unsur sasaran keselamatan pasien yang utama dari layanan asuhan ke
pasien adalah komunikasi efektif. Menghindari risiko kesalahan dalam pemberian
asuhan keperawatan pasien dan meningkatkan kesinambungan perawat dan
pengobatan maka diharuskan menerapkan komunikasi efektif.
Standar akreditasi RS 2012 SKP.2 / JCI IPSG.2 mensyaratkan agar rumah sakit
menyusun cara komunikasi yang efektif, tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan
dapat dipahami penerima. Hal itu untuk mengurangi kesalahan dan menghasilkan
perbaikan keselamatan pasien.4
Komunikasi adalah penyebab pertama masalah keselamatan pasien (patient
safety). Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam
hubungan antar manusia. Komunikasi yang efektif yang tepat waktu, akurat,
lengkap, jelas, dan dipahami oleh penerima mengurangi kesalahan dan
meningkatkan keselamatan pasien.3
1.

Faktor yang dapat mendukung komunikasi efektif3 :

a. Dalam profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih bermakna karena


merupakan metoda utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan.
b.

Komunikator merupakan peran sentral dari semua peran perawat yang ada.

c.

Kualitas komunikasi adalah faktor kritis dalam memenuhi kebutuhan klien.

2.

Faktor yang tidak mendukung komunikasi efektif3 :

a. Tanpa komunikasi yang jelas, dapat memberikan pelayanan keperawatan yang


tidak efektif,
b.

Tidak dapat membuat keputusan dengan klien/keluarga,

c.

Tidak dapat melindungi klien dari ancaman kesejahteraan,

d. Tidak dapat mengkoordinasi dan mengatur perawatan klien serta memberikan


pendidikan kesehatan.
3.
a.

Aspek yang harus dibangun dalam komunikasi efektif adalah3 :


Kejelasan

Dalam komunikasi harus menggunakan bahasa secara jelas, sehingga mudah


diterima dan dipahami oleh komunikan
b.

Ketepatan

Ketepatan atau akurasi ini menyangkut penggunaan bahasa yang benar dan
kebenaran informasi yang disampaikan.

c.

Konteks

Maksudnya bahwa bahasa dan informasi yang disampaikan harus sesuai dengan
keadaan dan lingkungan dimana komunikasi itu terjadi.
d. Alur
Bahasa dan informasi yang akan disajikan harus disusun dengan alur atau
sistematika yang jelas, sehingga pihak yang menerima informasi cepat tanggap.
e.

Budaya

Aspek ini tidak saja menyangkut bahasa dan informasi, tetapi juga berkaitan
dengan tata krama dan etika. Artinya dalam berkomunikasi harus menyesuaikan
dengan budaya orang yang diajak berkomunikasi, baik dalam penggunaan bahasa
verbal maupun nonverbal, agar tidak menimbulkan kesalahan persepsi.
Kerangka komunikasi efektif yang digunakan di rumah sakit adalah komunikasi
SBAR (Situation, Background, Assessment, Recommendation), metode komunikasi
ini digunakan pada saat perawat melakukan handover ke pasien. Komunikasi SBAR
adalah kerangka teknik komunikasi yang disediakan untuk petugas kesehatan
dalam menyampaikan kondisi pasien.

SBAR adalah metode terstruktur untuk mengkomunikasikan informasi penting


yang membutuhkan perhatian segera dan tindakan berkontribusi terhadap eskalasi
yang efektif dan meningkatkan keselamatan pasien. SBAR juga dapat digunakan
secara efektif untuk meningkatkan serah terima antara shift atau antara staf di
daerah klinis yang sama atau berbeda. Melibatkan semua anggota tim kesehatan
untuk memberikan masukan ke dalam situasi pasien termasuk memberikan
rekomendasi. SBAR memberikan kesempatan untuk diskusi antara anggota tim
kesehatan atau tim kesehatan lainnya.
Keuntungan dari penggunaan metode SBAR adalah
-

Kekuatan perawat berkomunikasi secara efektif.

Dokter percaya pada analisa perawat karena menunjukkan perawat paham


akan kondisi pasien.
-

Memperbaiki komunikasi sama dengan memperbaiki keamanan pasien.

Metode SBAR sama dengan SOAP yaitu Situation, Background, Assessment,


Recommendation. Komunikasi efektif SBAR dapat diterapkan oleh semua tenaga
kesehatan, diharapkan semua tenaga kesehatan maka dokumentasi tidak terpecah
sendiri-sendiri. Diharapkan dokumentasi catatan perkembangan pasien terintegrasi
dengan baik. sehingga tenaga kesehatan lain dapat mengetahui perkembangan
pasien.5
1.

Situation : Bagaimana situasi yang akan dibicarakan/ dilaporkan?

Mengidentifikasi nama diri petugas dan pasien.

Diagnosa medis

Apa yang terjadi dengan pasien yang memprihatinkan

2.
Background : Apa latar belakang informasi klinis yang berhubungan dengan
situasi?
-

Obat saat ini dan alergi

Tanda-tanda vital terbaru

Hasil laboratorium : tanggal dan waktu tes dilakukan dan hasil tes sebelumnya
untuk perbandingan
-

Riwayat medis

Temuan klinis terbaru

3.

Assessment : berbagai hasil penilaian klinis perawat

Apa temuan klinis?

Apa analisis dan pertimbangan perawat

Apakah masalah ini parah atau mengancam kehidupan?

4.

Recommendation : apa yang perawat inginkan terjadi dan kapan?

Apa tindakan / rekomendasi yang diperlukan untuk memperbaiki masalah?

Apa solusi yang bisa perawat tawarkan dokter?

Apa yang perawat butuhkan dari dokter untuk memperbaiki kondisi pasien?

Kapan waktu yang perawat harapkan tindakan ini terjadi?

Sebelum serah terima pasien, perawat harus melakukan :


1.

Perawat mendapatkan pengkajian kondisi pasien terkini.

2.
Perawat mengkumpulkan data-data yang diperlukan yang berhubungan
dengan kondisi pasien yang akan dilaporkan.
3.
Perawat memastikan diagnosa medis pasien dan prioritas masalah
keperawatan yang harus dilanjutkan.
4.
Perawat membaca dan pahami catatan perkembangan terkini & hasil
pengkajian perawat shift sebelumnya.
5.
Perawat menyiapkan medical record pasien termasuk rencana perawat
harian.
Contoh komunikasi efektif SBAR antar shift dinas/ serah terima :
Situation (S) :
Nama : Tn.A umur 35 tahun, tanggal masuk 8 Desember 2013 sudah 3 hari
perawatan, DPJP : dr Setyoko, SpPD, diagnosa medis : Gagal ginjal kronik.
Masalah keperawatan:
-

Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit lebih

Perubahan kebutuhan nutrisi kurang

Background (B) :
-

Pasien bedrest total , urine 50 cc/24 jam, balance cairan 1000 cc/ 24 jam.

Mual tetap ada selama dirawat, ureum 300 mg/dl.

Pasien program HD 2x seminggu Senin dan Kamis.

Terpasang infuse NaCl 10 tetes/menit

Dokter sudah menjelaskan penyakitnya tentang gagal ginjal kronik

Diet : rendah protein 1 gram

Assessment (A) :
Kesadaran composmentis, TD 150/80 mmHg, Nadi 100x/menit, suhu 37 0C,
RR 20 x/menit, oedema pada ekstremitas bawah, tidak sesak napas, urine sedikit,
eliminasi faeses baik.
-

Hasil laboratorium terbaru : Hb 9 mg/dl, albumin 3, ureum 237 mg/dl

Pasien masil mengeluh mual.

Recommendation (R) :
-

Awasi balance cairan

Batasi asupan cairan

Konsul ke dokter untuk pemasangan dower kateter

Pertahankan pemberian pemberian deuritik injeksi furosemit 3 x 1 amp

Bantu pasien memenuhi kebutuhan dasar pasien

Jaga aseptic dan antiseptic setiap melakukan prosedur

Contoh komunikasi efektif SBAR antar perawat dengan dokter lewat telepon :
Situation (S) :
-

Selamat pagi Dokter, saya Noer rochmat perawat Nusa Indah 2

Melaporkan pasien nama Tn A mengalami penurunan pengeluaran urine 40


cc/24 jam, mengalami sesak napas.
Background (B) :
Diagnosa medis gagal ginjal kronik, tanggal masuk 8 Desember 2013,
program HD hari Senin-Kamis
Tindakan yang sudah dilakukan posisi semi fowler, sudah terpasang dower
kateter, pemberian oksigen 3 liter/menit 15 menit yang lalu.

Obat injeksi diuretic 3 x 1 amp

TD 150/80 mmHg, RR 30 x/menit, Nadi 100 x/menit, oedema ekstremitas


bawah dan asites
-

Hasil laboratorium terbaru : Hb 9 mg/dl, albumin 3, ureum 237 mg/dl

Kesadaran composmentis, bunyi nafas rongki.

Assessment (A) :
Saya pikir masalahnya gangguan pola nafas dan gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit lebih
-

Pasien tampak tidak stabil

Recommendation (R) :
-

Haruskah saya mulai dengan pemberian oksigen NRM

Apa advise dokter? Perlukah peningkatan diuretic atau syringe pump?

Apakah dokter akan memindahkan pasien ke ICU?

Anda mungkin juga menyukai