Anda di halaman 1dari 5

Nama : Hana Nurjannah

NIM : P07120420019
Prodi : Sarjana Terapan Keperawatan + Ners (PPNI)
TUGAS RESUME BUDI PEKERTI
Konsep Dasar Moral
Dosen Pengampu: Eko Suryani, S.Pd., S.Kp., MA
(Selasa, 26 Januari 2021)

A. Pengertian Moral
Secara Etimologi moral berasal dari bahasa Latin “mos” (jamak: mores)
yang berarti kebiasaan, adat. Di dalam bahasa Indonesia, kata moral
diterjemahkan dengan “aturan kesusilaan” ataupun suatu istilah yang
digunakan untuk menentukan sebuah batas-batas dari sifat peran lain,
kehendak, pendapat atau batasan perbuatan yang secara layak dapat dikatakan
benar, salah, baik maupun buruk.
Jadi, moral merupakan aturan ataupun batasan yang diterima secara
umum untuk membatasi atau menentukan batas antara baik buruk, benar
salah, perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, dll.
B. Manfaat Moral
1. Penanda Kualitas Diri
Apabila seseorang memiliki moral yang baik, maka orang lain akan
menganggapnya sebagai seseorang atau individu dengan kualitas yang
baik. Hal ini karena sudah tertanan nilai – nilai baik sebagai pedoman
hidupnya.
2. Pengendali
Moral sebagai pengendali ialah sebagai perlindungan bagi
kepentingan-kepentingan yang telah dilindungi agama, kaidah kesusilaan
dan kaidah kesopanan.
3. Pedoman Hidup
Pedoman dalam hidup sangan diperlukan karena ada banyak hal
positif dan negatif dalam kehidupan. Oleh karena itu, moral sebagai
pegangan dalam hidup ini berguna agar segala perbuatan yang manusia
lakukan sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dalam kehidupan
bermasyarakat.
C. Teori Perkembangan Moral Menurut Kohlberg
1. Tahap Moral Pre – Konvensional
Pada tahap ini anak sangat tanggap terhap moral. Anak akan menilai
moral itu sesuai dengan akibat yang akan dihadapi atas tindakan yang
dilakukan dan menilai norma-norma tersebut berdasarkan kekuatan fisik
dari yang menerapkan norma-norma tersebut.
a. Tahap Punishment and Obedience Orientation
Secara umum anak menganggap bahwa konsekuensi yang
ditimbulkan dari suatu tindakan sangat menentukan baik-buruknya
suatu tindakan yang dilakukan, tanpa melihat sisi manusianya.
b. Tahap Instrumental – Relativist atau Hedonistic Orientation
Suatu tindakan dikatakan benar apabila tindakan tersebut mampu
memenuhi kebutuhan untuk diri sendiri maupun orang lain, serta
tindakan tersebut tidak merugikan. Hubungan antar manusia
digambarkan sebagaimana hubungan timbal balik.
2. Tahap Konvensional
Pada tahap ini suatu tindakan yang terpuji adalah memenuhi harapan
keluarga, kelompok, masyarakat, maupun bangsanya.
a. Tahap Interpersonal Concordance
Anak menganggap tindakan yang bermoral adalah tindakan yang
menyenangkan, membantu, atau tindakan yang diakui dan diterima
oleh orang lain.
b. Tahap Law and Order Orientation
Pandangan anak selalu mengarah pada otoritas, pemenuhan aturan-
aturan, dan juga upaya untuk memelihara tertib sosial.
3. Tahap Post – Konvensional
Pada tingkat ketiga ini, terdapat usaha dalam diri anak untuk
menentukan nilai-nilai dan prinsip-prinsip moral yang memiliki validitas
yang diwujudkan tanpa harus mengaitkan dengan otoritas kelompok
maupun individu dan terlepas dari hubungan seseorang dengan
kelompok.
a. Tahap Social – Contract Legalistic Orientation
Tahap ini merupakan tahap kematangan moral yang cukup tinggi.
Pada tahap ini tindakan yang dianggap bermoral merupakan
tindakan-tindakan yang mampu merefleksikan hak-hak individu dan
memenuhi ukuran-ukuran yang telah diuji secara kritis dan telah
disepakati oleh masyarakat luas.
b. Tahap Orientation of Universal Ethical Principles
Pada tahap yang tertinggi ini, moral dipandang benar tidak harus
dibatasi oleh hukum atau aturan dari kelompok sosial atau
masyarakat.
D. Faktor yang mempengaruhi Perkembangan Moral menurut Kohlberg
1. Kesempatan Pengambilan Peran
Perkembangan penalaran moral meningkat ketika seseorang terlibat
dalam situasi yang memungkinkan seseorang mengambil perspektif
sosial seperti situasi dimana seseorang sulit untuk menerima ide,
perasaan, opini, keinginan, kebutuhan, hak, kewajiban, nilai dan standar
orang lain.
2. Situasi Moral
Setiap lingkungan sosial dikarakteristikkan sebagai hak dan
kewajiban yang fundamental yang didistribusiakan dan melibatkan
keputusan. Dalam beberapa lingkungan, keputusan diambil sesuai dengan
aturan, tradisi, hukum, atau figur otoritas (tahap 1).
3. Konflik Moral Kognitif
Konflik moral kognitif merupakan pertentangan penalaran moral
seseorang dengan penalaran orang lain.
E. Perkembangan Moral Anak Menurut Piaget
1. Rentang Usia 4 – 7 Tahun
Anak berpikir bahwa keadilan dan peraturan adalah properti dunia yang
tidak bisa diubah dan tidak bisa dikontrol oleh orang lain.
2. Rentang Usia 7 – 10 Tahun
Anak berada dalam transisi menunjukkan sebagian ciri-ciri dari tahap
pertama perkembangan moral dan sebagian ciri dari tahap kedua
moralitas otonom.
3. Rentang Usia 10 Tahun Keatas
Anak menunjukkan moralitas otonom. Mereka sadar bahwa peraturan
dan hukuman dibuat oleh manusia dan ketika menilai sebuah perbuatan,
mereka mempertimbangkan niat dan juga konsekwensinya.
F. Prinsip Moral Dalam Praktik Keperawatan
1. Autonomy (Otonimi)
Autonomi berarti kemampuan untuk menentukan sendiri atau mengatur
diri sendiri, berarti menghargai manusia sehingga memperlakukan
mereka sebagai seseorang yang mempunyai harga diri dan martabat serta
mampu menentukan sesuatu bagi dirinya. Melibatkan pasien dalam
membuat keputusan yang berhubungan dengan Asuhan Keperawatan .
2. Beneficience (Berperilaku baik terhadap sesama)
Prinsip untuk melakukan yang baik dan tidak merugikan orang lain
(kemurahan hati).
3. Justice (Keadilan)
Prinsip moral untuk berlaku adil bagi semua individu setiap individu
mendapat tindakan yang sama/konstribusi yang sama.
4. Veracity (Kejujuran)
Merupakan suatu kewajiban untuk mengatakan yang sebenarnya atau
untuk tidak membohongi orang lain/pasien.
5. Avoiding Killing
Menekankan kewajiban perawat untuk menghargai kehidupan manusia,
tidak membunuh atau mengakhiri kehidupan.
6. Fidelity (Kesetiaan/ ketaatan)
Menjelaskan kewajiban perawat untuk tetap setia pada komitmennya.
7. Confidenciality (Kerahasisaan)
Upaya merahasiakan informasi yang sifatnya rahasia bagi pasien untuk
menjaga privasi pasien prinsip etik yang mendasar.
8. Accountability (Akuntabilitas)
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang
profesional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa
terkecuali

Anda mungkin juga menyukai