Anda di halaman 1dari 4

POLICY BRIEF

Elisabeth
STB 3 9 5 5

Peran Pembina Keamanan Ketertiban dalam


Penerapan Zero Phone di Lapas dan Rutan
dikaitkan dengan Integritas Pegawai

Ringkasan Eksekutif
Warga Binaan Pemasyarakatan yaitu Para petugas mempunyai beban moral
Narapidana atau Tahanan yang berada dalam program zero phone ini, dengan
dalam Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) menumbuhkan rasa tanggungjawab
maupun Rumah Tahanan (Rutan) dilarang kepada Warga Binaan Pemasyarakatan
memiliki, membawa, dan/atau menggunakan melalui sosialisasi terkait pengawasan
alat elektronik berupa telepon genggam yang melekat baik diantara sesama
(Handphone). Jika terdapat Narapidana yang petugas maupun Warga Binaan
melanggar aturan tersebut dapat dikenakan Pemasyarakatan. Adanya Peredaran
Hukuman Disiplin tingkat berat dengan handphone di Lembaga
adminitrasi yang berlaku dituliskan dalam Pememasyarakatan merupakan suatu
buku Register F. permasalahan yang memperlukan
Apabila seseorang mengetahui adanya pemecahannya sesegera mungkin, jika
Narapidana dalam Lapas/Rutan yang hal tersebut dibiarkan akan
melakukanterorataumengirimkan/menyebark mengundang kejahatan baru yang bisa
an gambar yang tidak pantas melalui dikendalikan oleh narapidana dibalik
handphone,maka ia dapat membuat Laporan jeruji besi. Adapun pelaksanaan zero
Polisi ke Kantor Kepolisian setempat atas phone ini perlu dilakukannya perbaikan
dugaan tindak pidana informasi dan terhadap sistem kemanan,
transaksi elektonik dengan membawa bukti meningkatkan integritas sumber daya
permulaan yang cukup kuat. Bentuk dari Zero manusia, mengoptimalkan penggunaan
Phone merupakan salah satu program dari sarana prasarana, mengoptimalkan
Zero Halinar (Handphone, Pungli, dan pengawasan serta mengoptimalkan
Narkoba). Untuk bentuk konkret yang harus kompetensi dan tanggung jawab
dilakukan yaitu melakukan razia secara rutin sebagai petugas pemasyarakatan.
tanpa sepengetahuan narapidana atau
tahanan baik tamping serta sewakti-waktu
dapat melakukan razia insidentil.
PENDAHULUAN

Komunikasi bergerak merupakan sarana komunikasi yang dilarang penggunaannya


di blok-blok hunian karena dapat mengganggu keamanan dan ketertiban di Lapas dan
Rumah Tahanan. Dengan implementasi Pernyataan Implementasi Phone Zero ini,
otoritas penjara berharap semua gangguan sosial dan keamanan di Lapas dan Rutan
dapat diminimalkan secara memadai.
Setiap petugas pemasyarakatan yang berjalan melalui pintu depan harus
meninggalkan ponselnya di loker yang disediakan saat memasukin pintu utama. Perlu
diingatkan, Jangan pernah bekerja sama dengan narapidana yang menyelundupkan
ponsel atau barang terlarang lainnya ke dalam Lapas dan Rutan karna jika melakukan
penyimpangan tersebut, akan emndapatkan sanksi tegas dengan kode etik
kepegawaian. Tindakan tegas diambil sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Berkomitmen terhadap penerapan zero phone ini, dapat menjadi landasan bagi para
pejabat untuk bertindak sedemikian rupa agar tidak melakukan hal-hal yang
melanggar peraturan yang berlaku. Selain itu, fase ini juga digunakan sebagai tugas
pengendalian baik sesama petugas maupun Warga Binaan Pemasyarakatan.
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 6 Tahun
2013 tentang Keberadaan Aturan Lapas dan Rutan Negara menyatakan bahwa
kepatuhan terhadap aturan yang berlaku di Lapas dan Rutan merupakan salah satu
indikatornya. . untuk menentukan kriteria Perilaku yang baik untuk narapidana dan
tawanan. Perlu juga diperhatikan bahwa ada aturan-aturan yang harus diikuti oleh
narapidana selama menjalani hukumannya untuk menjamin terpenuhinya kehidupan di
Lapas dan Rutan, termasuk mekanisme penjatuhan sanksi disiplin bagi mereka yang
melanggar aturan tersebut, demikian peraturan Permenkumham. Nomor 6 Tahun 2013
sebagaimana telah dijelaskan di atas.
Padahal, meski narapidana sudah ditampung di fasilitas lapas, masih banyak terjadi
pelanggaran prosedur keamanan lapas. Khususnya, beredarnya alat komunikasi ilegal
seperti handphone. Perawatan yang tepat diperlukan agar hal ini berhenti menjadi
masalah di lingkungan penjara.
Penyebaran komunikasi ilegal, khususnya ponsel, harus dikontrol secara ketat dengan memanfaatkan
sumber daya yang ada sebaik-baiknya. Oleh karena itu, aparat lapas harus selalu jujur dalam
menjalankan tugasnya.
Deskripsi masalah/topik
Uraian masalah dalam implementasi ini adalah sebagai berikut:

1. Beberapa pejabat masih kurang berintegritas dan pelatihan yang memadai untuk menjamin
integritas personel, didukung oleh kondisi yang tidak aman, sarana dan prasarana kerja yang sangat
tidak memadai, dan keadaan fasilitas pengadilan yang sangat mirip dengan keadaan umum,
merupakan suatu kekeliruan. Secara umum, peredaran telepon seluler di Lapas Indonesia yang tidak
banyak berubah selama puluhan tahun, tetap tidak berubah di UPT Pemasyarakatan.
2. Narapidana dan petugas yang memiliki kekuatan setara menginginkan kelonggaran/comfort
advantage, yang mengarah pada hubungan pribadi yang berlebihan dan memungkinkan terjadinya
suap, perbedaan perilaku dari narapidana lain, dan terjadinya kecemburuan sosial di dalam penjara. ,
Of Desire Kenyamanan petugas lapas dan rutan membuat napi dan narapidana menginginkan
handphone untuk hiburan di lapas atau rutan.
3. Sarana dan prasarana tidak memadai tanpa alat pendukung keamanan Lapas, disertai kurangnya
penggunaan alat keamanan informasi. Misalnya, terlihat bahwa pemantauan x-ray tidak optimal.
4. Banyaknya kebutuhan yang mendesak dan kelebihan kapasitas warga yang dilayani di fasilitas
pengadilan dan rutan, sehingga sarana dan prasarana tidak optimal.
5. Minimnya pendidikan (pelatihan) staf reguler dan pemahaman tentang bagaimana menerapkan
kode etik membuat keberhasilan efisiensi dalam penerapan keamanan dan disiplin di fasilitas
penjara, khususnya toko ponsel, dapat diukur.
APermasalahan tersebut di atas harus segera ditangani agar tidak timbul lagi permasalahan
baru sebagaimana Peraturan Lapas dan Rumah Tahanan Negara yang tertuang dalam
Permenkumham Nomor 6 Tahun 2013 sebagai pedoman. implementasinya untuk mencegah
proliferasi ponsel.
Rekomendasi
1. Meningkatkan integritas petugas pemasyarakatan agar bertanggung jawab dan berkomitmen
terhadap tugasnya. Selain itu, lembaga pemasyarakatan dapat memberikan sanksi yang berat
kepada petugas dan narapidana yang melakukan pelanggaran.
2. Ditambah lagi dengan penggunaan sinar X yang kurang optimal sehingga menimbulkan
kerugian, masih ada petugas yang tidak memahami cara penggunaan sinar X dan membaca hasil
di layar monitor. Untuk meningkatkan pemahaman tentang tugas-tugas yang berkaitan dengan
keamanan dan ketertiban di Lapas, petugas Lapas harus dilatih.
3. Infrastruktur yang kurang optimal merupakan kendala yang sering diabaikan oleh aparat
penegak hukum yang hanya mengandalkan alat pengamanan sementara. Untuk mengatasi hal ini,
infrastruktur yang baik harus ditingkatkan dan penggunaan infrastruktur yang ada harus
dioptimalkan, mis. B.Ht (Handy Talky) memperlengkapi petugas untuk komunikasi langsung antara
anggota satpam dan satpam untuk melaporkan segala situasi langsung kepada atasan. tentang
keamanan.
4. Kinerja yang tidak terukur membuat anggota polisi malas atau tidak mau bekerja sehingga
mengurangi integritas anggota polisi. Oleh karena itu, harus ada sistem reward and punishment
di lingkungan lapas. Petugas berprestasi diberi penghargaan dan petugas yang melanggar
aturan dihukum.
5. Anggaran yang tidak mencukupi seringkali menjadi kendala untuk meningkatkan infrastruktur
penjara di lokasi. Oleh karena itu, pengelolaan anggaran yang baik sangat diperlukan untuk
melihat betapa mendesaknya untuk segera bertindak.
Kesimpulan

Peredaran ponsel di lingkungan penjara adalah masalah umum. Dampak dari


permasalahan tersebut menyebabkan munculnya kejahatan baru berada di bawah
kendali lapas bahkan dampak negatif lainnya yaitu terjadinya pelanggaran aturan yang
mengganggu fungsi lapas. Oleh karena itu, sebaiknya cegah penyebaran handphone di
dalam Lapas semaksimal mungkin dengan meningkatkan integritas petugas Lapas,
optimalisasi alat penunjang keamanan, dan pemberlakuan sistem reward and
punishment serta sanksi yang tegas bagi pelanggaran aturan Lapas oleh petugas dan
narapidana. . Jika ada yang mengetahui ada napi atau napi di Lapas yang
menggunakan HP, bisa kami sampaikan ke Kepala Lapas dan Rutan. Selain itu, Kalapat
akan memulai penyelidikan atas dugaan pelanggaran dan kemungkinan jika seorang
narapidana melakukan terorisme atau mengirim/menyebarkan gambar yang tidak
pantas melalui ponsel, kami juga dapat melaporkan dugaan kejahatan tersebut ke
kantor polisi setempat. Data dan transaksi elektronik didukung dengan bukti. Hal ini
sebagai upaya untuk mencegah maraknya telepon genggam di penjara.

Daftar Pustaka

https://www.hukumonline.com/klinik/a/jika-narapidana-menggunakan-ihandphone-i-di-lapas-
lt5cff4643eb22a#!

https://media.neliti.com/media/publications/549278-none-393f9b37.pdf

http://eprints.ums.ac.id/56623/3/BAB%20I.pdf

file:///C:/Users/HP/Downloads/Permenkumham%20Nomor%206%20Tahun%202013.pdf

https://ntt.kemenkumham.go.id/berita-kanwil/berita-utama/7608-hadiri-deklarasi-zero-
handphone-pada-lapas-waikabubak-dan-lapas-terbuka-waikabubak-kadiv-pemasyarakatan-
beri-penguatan-tusi-bagi-seluruh-jajaran

elisabethvwxyz98@gmail.com
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
+87872385144

Anda mungkin juga menyukai