Anda di halaman 1dari 10

Nama : Aldo Devano

Nim : 1111200097
Kelas : 3B
Mata Kuliah: Hukum Acara Pidana

A. Awal Proses Hukum Acara Pidana


1. Tertangkap Tangan

Tertangkap tangan diatur dalam Pasal 1 angka 19 UU No. 8 Tahun 1981 KUHAP yang berbunyi:

“Tertangkap tangan adalah tertangkapnya seorang pada waktu sedang melakukan tindak
pidana, atau dengan segera sesudah beberapa saat tindak pidana itu dilakukan, atau sesaat
kemudian diserukan oleh khalayak ramai sebagai orang yang melakukannya, atau apabila sesaat
kemudian padanya ditemukan benda yang diduga keras telah dipergunakan untuk melakukan
tindak pidana itu yang menunjukkan bahwa ia adalah pelakunya atau turut melakukan atau
membantu melakukan tindak pidana itu”.

Seseorang yang tertangkap tangan sedang melakukan tindak pidana harus melalui proses
peradilan terlebih dahulu sebelum dapat dipidana jika terbukti bersalah. Selanjutnya, pelaku
tindak pidana menjadi terpidana yakni seorang yang dipidana berdasarkan putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

Tindakan-tindakan yang harus dijalankan terhadap seseorang yang tertangkap tangan dapat
dilihat di ketentuan Pasal 111 KUHAP yakni sebagai berikut:

1) Setiap orang berhak menangkapnya, tidak terkecuali siapa pun, berhak untuk
menangkap orang sedang tertangkap tangan melakukan tindak pidana. Akan tetapi
harus diperhatikan kata “hak” yang terdapat dalam ketentuan ini. Bukan
kewajiban melainkan hak. Berarti, orang yang melihat atau memergokinya, boleh
mempergunakan haknya untuk menangkap, boleh tidak.
2) Bagi setiap orang atau pejabat yang mempunyai wewenang dalam tugas
ketertiban, ketentraman, dan keamanan umum “wajib” menangkap tersangka.
3) Bagi yang melakukan penangkapan, segera “menyerahkan” tersangka termasuk
segala barang bukti yang ada kepada penyidik.
4) Segera setelah penyelidik atau penyidik menerima penyerahan tersangka, secepat
mungkin “wajib” dilakukan pemeriksaan dan tindakan lain yang dianggap perlu
sesuai dengan kebutuhan ruang lingkup penyidikan.
5) Selanjutnya, setelah pejabat penyelidik atau penyidik mendapat laporan tentang
kejadian tertangkap tangan, dia mempunyai kewajiban dan wewenang untuk
segera datang memeriksa tempat kejadian dan berwenang “melarang” setiap
orang untuk meninggalkan tempat tersebut selama pemeriksaan belum selesai di
tempat itu.
6) Mengenai sifat larangan untuk tidak meninggalkan tempat kejadian adalah
bersifat “perintah paksaan” atau “imperatif”.
7) Kewajiban untuk mematuhi perintah atau paksaan untuk tidak meninggalkan
tempat kejadian dalam peristiwa pidana tertangkap tangan, dibatasi sampai
pemeriksaan penyidikan di tempat kejadian selesai, dan hanya terbatas di tempat
kejadian, tidak boleh diperluas penyidik kea tau di tempat lain, batas waktu
pelarangan, hanya diperkenankan selama pemeriksaan di tempat kejadian, belum
selesai.

2. Laporan

Laporan diatur dalam Pasal 1 butir 24 KUHAP yang berbunyi:

“Laporan adalah pemberitahuan yang disampaikan oleh seorang karena hak atau kewajiban
berdasarkan undang-undang kepada pejabat yang berwenang tentang telah atau sedang atau
diduga akan terjadinya peristiwa pidana”. Dalam laporan setiap orang bisa melapor. Setiap orang
yang mengalami, melihat, menyaksikan dan/atau jadi korban tindak pidana berhak mengajukan
laporan kepada penyelidik dan/atau penyidik baik lisan maupun tertulis.

Jika hendak melaporkan suatu tindak pidana atau kejahatan, maka bisa langsung datang ke
kantor polisi terdekat dari lokasi tindak pidana itu terjadi. Misalnya jika melihat ada tindak
pidana di suatu kecamatan, maka kita dapat melapor ke Kepolisian tingkat Sektor (POLSEK)
terdekat di mana tindak pidana itu terjadi. Kita juga boleh melapor ke wilayah administrasi yang
berada di atasnya, seperti POLRES, POLDA atau MABES POLRI.
Laporan tersebut disampaikan ke bagian Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) yang
buka selama 24 jam, 7 hari dalam seminggu. Masyarakat juga bisa mengadu via telepon melalui
call center Polri 110, NTMC (National Traffic Manajement Centre), dan TMC (Traffic
Manajement Centre).

Prosedur Melaporkan Tindak Pidana kepada Polisi

1. Secara umum, jika mengalami tindak pidana atau melihat tindak kriminal tersebut,
Anda dapat melaporkan peristiwa tersebut ke kantor polisi terdekat terlebih dulu.

Berdasarkan Pasal 4 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2007 tentang
Daerah Hukum Kepolisian Negara Republik Indonesia, terdapat aturan sebagai berikut:

Daerah hukum Kepolisian Markas Besar (Mabes) Polri untuk wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia;

Daerah hukum Lepolisian Daerah (Polda) untuk wilayah Provinsi;

Daerah hukum Kepolisian Resort (Polres) untuk wilayah kabupaten/kota;

Daerah hukum Kepolisian Sektor (Polsek) untuk wilayah kecamatan.

Terkait hal di atas, sebagai contoh, jika melihat ada tindak pidana di suatu kecamatan,
Anda dapat melaporkan hal tersebut ke kepolisian tingkat sektor (Polsek) di mana tindak
pidana itu terjadi. Namun, bukan berarti Anda tidak bisa melaporkan hal tersebut ke
daerah hukum lain. Anda juga dibenarkan/dibolehkan untuk melaporkan hal tersebut ke
wilayah administrasi yang berada di atasnya, misal melapor ke Polres, Polda, atau Mabes
Polri.

2. Setelah mendatangi kantor polisi, Anda bisa langsung menuju ke bagian SPKT (Sentra
Pelayanan Kepolisian Terpadu) yang merupakan unsur pelaksana tugas pokok di bidang
pelayanan kepolisian. Berdasarkan Pasal 106 Ayat (2) Peraturan Kepala Kepolisian
Negara Nomor 23 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja pada Tingkat
Kepolisian Resor dan Kepolisian Sektor, SPKT bertugas memberikan pelayanan
kepolisian secara terpadu terhadap laporan atau pengaduan masyarakat, memberikan
bantuan dan pertolongan, serta memberikan pelayanan informasi. Selanjutnya, setelah
menerima laporan atau pengaduan, penyelidik atau penyidik harus memberikan surat
tanda penerimaan laporan atau pengaduan kepada yang bersangkutan.

3. Setelah itu, dalam Pasal 14 Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor 14
Tahun 2012 tentang Manajemen Penyidikan Tindak Pidana, ada aturan sebagai berikut:

Penyidikan terhadap suatu tindak pidana dilaksanakan berdasarkan laporan polisi dan
surat perintah penyidikan. Setelah laporan polisi dibuat, terhadap pelapor akan dilakukan
pemeriksaan yang dituangkan dalam "Berita Acara Pemeriksaan (BAP) Saksi Pelapor".
Karena itulah, tindak pidana dilaksanakan berdasarkan laporan polisi dan surat perintah
penyidikan. Saat melapor suatu tindak pidana, dengan kata lain, kita telah mengurangi
tugas kepolisian yang seharusnya menjaga kondisi lingkungan agar tetap dalam keadaan
aman. Karena itu, dalam membuat laporan tentang dugaan tindak kejahatan, kita tidak
dipungut biaya. Jika ada yang meminta bayaran, itu adalah oknum yang bisa Anda
laporkan kepada Seksi Profesi dan Pengamanan (Propam) Polri.

Cara Lain untuk Melaporkan Tindak Pidana ke Kepolisian

A . Via Layanan Call Centre Polri 110

Masyarakat yang nantinya melakukan panggilan ke nomor akses 110 akan langsung
terhubung ke agen yang akan memberikan layanan berupa informasi, pelaporan
(kecelakaan, bencana, kerusuhan, dll) serta pengaduan (penghinaan, ancaman, tindak
kekerasan dll).

Masyarakat bisa menggunakan layanan Contact Center 110 ini 24 jam secara gratis.
Namun, Polri mengimbau agar layanan 110 ini tidak dibuat main-main karena jika
nantinya terjadi seperti itu, pihak Polri tentu akan melacak masyarakat yang membuat
laporan bohong.

Alur Layanan Call Center 110

1) Masyarakat menelepon ke 110 melalui telepon rumah atau handphone.


2) Operator akan menerima telepon
3) Operator akan menginput data penelepon
4) Operator akan memfilter jenis telepon apakan pengaduan yang valid atau
pengaduan tidak valid
5) Jika pengaduan tidak valid, maka telepon akan diproses di Polda sampai closing
6) Jika pengaduan valid, telepon akan ditransfer ke Polres
7) Operator Polres akan menerima telepon
8) Operator akan menindaklanjuti laporan dari telepon
9) Operator akan menclosing pengaduan
10) Jika operator sedang sibuk, maka telepon akan kembali diambil alih operator
Polda (lama waktu tunggu misal 3-5 detik)
11) Operator akan terhubung kembali dengan penelepon untuk closing pengaduan dan
akan memberitahukan bahwa pengaduan akan segera diproses dengan Polres
terkait.

B. SMS 1717

Untuk warga DKI Jakarta, selain Call Centre 110, terdapat juga jalur pengaduan via SMS
ke 1717. Aduan via SMS 1717 ini dikelola oleh Polda Metro Jaya.

C. Online

Pada era digital dan media sosial seperti sekarang ini, seseorang bisa juga melaporkan
adanya tindakan pidana via media sosial, misalnya lewat Facebook, Twitter, atau
Instagram. Terdapat beberapa unit kepolisian yang telah memiliki akun media sosial
sendiri. Warga pun bisa saling berinteraksi dengan kepolisian via medsos tersebut. Selain
itu, di situs Polri pun, ada laman khusus untuk pengaduan. Anda dapat juga menggunakan
jalur tersebut.

3. Pengaduan

Pengaduan diatur pada Pasal 1 butir 25 KUHAP yang berbunyi:

“Pengaduan adalah pemberitahuan disertai permintaan oleh pihak yang berkepentingan kepada
pejabat yang berwenang untuk menindak menurut hukum seorang yang telah melakukan tindak
pidana aduan yang merugikannya”.
Ada dua jenis Tindak Pidana aduan yaitu, Absolut dan Relatif

1) Tindak Pidana aduan absolut yaitu sebagaimana yang diatur dalam pasal-pasal: 284, 287,
293, 310 dan berikutnya, 332, 322, dan 369 KUHP.
2) Tindak Pidana aduan Relatif, ialah delik-delik (peristiwa pidana) yang biasanya bukan
merupakan delik aduan, akan tetapi jika dilakukan oleh sanak keluarga yang ditentukan
dalam Pasal 367, lalu menjadi delik aduan. Delik-delik aduan relatif ini sebagaimana
daitur dalam pasal-pasal: 367, 370, 376, 394, 404, dan 411.

Pihak-pihak yang berhak mengajukan aduan dan jangka waktunya, dapat dilihat dalam ketentuan
Pasal 72 KUHP seperti:

1) Wakilnya yang sah dalam perkara sipil, atau wali, atau pengaduan orang tertentu (khusus
untuk orang yang belum dewasa). Misalnya orang tua korban, pengacara, pengampu dan
wali.
2) Orang yang langsung dikenai kejahatan itu (korban).

Mengacu kepada Lampiran Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor


076/KMA/SK/VI/2009 tanggal 4 Juni 2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Penanganan
Pengaduan di Lingkungan Lembaga Peradilan, berikut Syarat dan Tata Cara Penyampaian
Pengaduan:

1) Disampaikan secara tertulis

Pengaduan hanya dapat diterima dan ditangani oleh Mahkamah Agung, Pengadilan Tingkat
Banding dan Pengadilan Tingkat Pertama apabila disampaikan secara tertulis oleh Pelapor;

Pelapor dianjurkan untuk menggunakan formulir khusus untuk menyampaikan pengaduannya,


baik dalam bentuk cetak maupun elektronik di situs resmi Mahkamah Agung. Meskipun
demikian, pengaduan yang tidak menggunakan formulir khusus tersebut tetap akan diterima dan
ditindaklanjuti;

Dalam hal pelapor memiliki kesulitan untuk membaca dan menulis, petugas di Mahkamah
Agung atau Pengadilan akan membantu menuangkan pengaduan yang ingin disampaikan pelapor
secara tertulis dalam formulir khusus pengaduan.

2) Menyebutkan informasi secara jelas


Untuk mempermudah penanganan dan tindak lanjut terhadap pengaduan yang disampaikan,
pelapor diharapkan dapat menyebutkan secara jelas informasi mengenai:

Identitas aparat yang dilaporkan, termasuk jabatan, serta satuan kerja atau pengadilan
tempat terlapor bertugas;

Perbuatan yang dilaporkan;

Nomor perkara, apabila perbuatan yang diadakan berkaitan dengan pemeriksaan suatu
perkara; dan

Menyertakan bukti atau keterangan yang dapat mendukung pengaduan yang


disampaikan. Bukti atau keterangan ini termasuk nama, alamat dan nomor kontak pihak
lain yang dapat dimintai keterangan lebih lanjut untuk memperkuat pengaduan Pelapor.

Pelapor sedapat mungkin diharuskan untuk mencantumkan identitasnya. Namun demikian


selama dalam informasi dalam pengaduan yang disampaikan benar dan memiliki dasar yang
kuat, pengaduan yang tidak mencantumkan identitas akan tetap ditindaklanjuti oleh Mahkamah
Agung.

3) Tata Cara Pengiriman

Pengaduan ditujukan kepada:

Ketua atau Wakil Ketua pada Pengadilan Tingkat Pertama atau Pengadilan Tingkat
Banding di mana Terlapor bertugas; atau

Ketua Wakil Ketua Mahkamah Agung Bidang Non Yudisial, atau Ketua Muda
Pengawasan dengan tembusan kepada Kepala Badan Pengawasan.

Apabila pengaduan dikirimkan melalui pos dalam amplop tertutup, maka harus
disebutkan secara jelas bahwa isi amplop tersebut adalah pengaduan dengan menuliskan
kata "PENGADUAN pada Pengadilan" pada bagian kiri atas muka amplop.

Batas waktu atau kadaluwarsa pengajuan pengaduan diatur pada KUHPidana tentang masa
daluwarsa mengajukan pengaduan ke pihak kepolisian (Pasal 74): Enam (6) bulan setelah yang
berhak mengadu mengetahui perbuatan yang dilakukan itu, bila ia berada di Indonesia; Sembilan
(9) bulan setelah yang berhak mengadu mengetahui perbuatan itu dilakukan, bila ia berada di
luar negeri.

B. Penyelidik, Penyidik, dan Wewenangnya


1. Penyelidik dan Penyelidikan, Penyelidik diatur pada pasal 1 angka 4 KUHAP yang berbunyi:
“Penyelidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia yang diberi wewenang oleh undang-
undang ini untuk melakukan penyelidikan.”
Sedangkan Penyelidikan diatur pada Pasal 1 angka 5 KUHAP yang berbunyi:
“Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu
peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan
penyidikan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini.”

2. Penyidik dan Penyidikan, Penyidik diatur pada pasal 1 angka 1 KUHAP yang berbunyi:
“Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil
tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan.”
Sedangkan Penyidikan diatur pada Pasal 1 angka 2 KUHAP yang berbunyi:
“Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur
dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu
membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.”
Penyelidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia dan pejabat pegawai negeri sipil
tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang. (Pasal 6 KUHAP)

3. Wewenang Penyelidik dan Penyidik, yaitu:


1. Penyelidik
Sesuai dengan ketentuan pasal 5 KUHAP wewenang Penyelidik adalah:
a. Karena kewajibannya mempunyai wewenang:
-Menerima laporan atau pengaduan dari orng tentang adanya tindak pidana
-Mencari keterangan dan barang bukti
-Menyuruh berhenti seseorang yang dicurigai dan menanyakan serta
memeriksa tanda pengenal diri
-Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab
(pasal 5).

b. Atas perintah penyidik dapat melakukan tindakan berupa:


-Penangkapan, larangan meninggalkan tempat, penggeledahan , penyitaan.
-Pemeriksaan dan penyitaan surat
-Mengambil sidik jari dan memotret seseorang
-Membawa dan menghadapkan seseorang pada penyidik (pasal 5 ayat 1 b)
Sesuai dengan ketentuan pasal 5 ayat (2) bahwa penyelidik membuat dan
menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tindakan sebagaimana pasal 5 ayat 1 a
dan b kepada penyidik.
2. Penyidik
Sesuai dengan ketentuan pasal 7 ayat (1) KUHAP wewenang Penyidik adalah:
1) menerima laporan/ pengaduan.
2) menyuruh berhenti seseorang tersangka.
3) melakukan tindakan pertama di TKP.
4) melakukan penangkapan/penahanan, penggeledahan, penyitaan.
5) melakukan penyitaan dan memeriksa surat.
6) mengambil sidik jari dan memotret orang.
7) memanggil orang sebagai saksi/tersangka.
8) mendatangkan ahli.
9) mengadakan penghentian penyidikan.
10) mengadakan tindakan lain yang bertanggung jawab.
Daftar Pustaka

https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/cl4411/tangkap-tangan
https://litigasi.co.id/hukum-acara/670/tindakan-yang-harus-dilakukan-setelah-tangkap-tangan-
kejahatan
https://menuruthukum.com/2020/03/27/laporan-dan-pengaduan/
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt504d52481c208/mau-melaporkan-tindak-pidana-
ke-polisi-begini-prosedurnya
https://indonesia.go.id/layanan/kependudukan/sosial/cara-lapor-tindak-pidana-kepada-polisi
https://eap-lawyer.com/perbedaan-laporan-dan-pengaduan/
http://pn-sumbawabesar.go.id/v2/index.php/publik/syarat-dan-tata-cara-pengaduan
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt51a4a954b6d2d/soal-penyidik--penyelidik--
penyidikan--dan-penyelidikan

Anda mungkin juga menyukai