Yang berhak melaporkan tindak pidana ke Polisi sesuai dengan Pasal 108 UU No. 8 Tahun
1981 tentang Hukum Acara Pidana adalah :
1. Setiap orang yang mengalami, melihat, menyaksikan dan atau menjadi korban
peristiwa yang merupakan tindak pidana berhak untuk mengajukan laporan atau
pengaduan kepada penyelidik dan atau penyidik baik lisan maupun tertulis.
2. Setiap orang yang mengetahui permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana
terhadap ketentraman dan keamanan umum atau terhadap jiwa atau terhadap hak
milik wajib seketika itu juga melaporkan hal tersebut kepada penyelidik atau
penyidik.
3. Setiap pegawai negeri dalam rangka melaksanakan tugasnya yang mengetahui
tentang terjadinya peristiwa yang merupakan tindak pidana wajib segera
melaporkan hal itu kepada penyelidik atau penyidik.
4. Laporan atau pengaduan yang diajukan secara tertulis harus ditandatangani oleh
pelapor atau pengadu.
5. Laporan atau pengaduan yang diajukan secara lisan harus dicatat oleh penyidik dan
ditandatangani oleh pelapor atau pengadu dan penyidik.
6. Setelah menerima laporan atau pengaduan, penyelidik atau penyidik harus
memberikan surat tanda penerimaan laporan atau pengaduan kepada yang
bersangkutan.
Berdasarkan Pasal 5 Perkap No. 14 Tahun 2012 tentang Manajemen Penyidikan Tindak
Pidana, laporan Polisi juga terdiri dari 2 macam, yaitu:
1. Laporan Polisi Model A yang merupakan laporan Polisi yang dibuat oleh anggota
Polri yang mengalami, mengetahui atau menemukan langsung peristiwa yang terjadi.
2. Laporan Polisi Model B yang merupakan Laporan Polisi yang dibuat oleh anggota
Polri atas laporan/pengaduan yang diterima dari masyarakat.
3. Laporan Polisi Model C dibuat oleh penyidik yang pada saat melakukan penyidikan
perkara telah menemukan tindak pidana atau tersangka yang belum termasuk dalam
Laporan Polisi yang sedang diproses.
C. PENYIDIKAN :
Penyidikan, adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mengumpulkan alat bukti
guna membuat terang/menemukan tersangkanya. (Psal 1 huruf ke 1,2 dan 3 jo Pasal
6,7,8, 9 KUHAP).
Hak dan Kewajiban Penyidik :
1. Melakukan tindakan yang menjadi kewenangan penyelidik.
2. Melakukan tindak pertama di TKP
3. Melakukan penangkapan, penahanan, penyitaan, penggeledahan.
4. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang.
5. Memanggil seseorang sebagai saksi atau tersangka untuk didengar
keterangannya sebagi tersangka.
6. Mendatangkan seorang ahli untuk dimintai keterangannya.
7. Mengeluarkan surat penetapan penghentian penyidikan (SP3).
8. Mengadakan tindakan tertentu menurut hukum yang dapat
dipertanggungjawabkan.
9. Membuat berita acara pemeriksaan sehubungan dengan pelaksanaan
kewenangan penyidik.
10. Menyerahkan BAP berikut alat bukti dan tersangkanya ke pada penyidik ke JPU.
11. Menjunjung tinggi hukum.
Penetapan tersangka kepada seseorang, berkaitan erat dengan kelayakan dan
ketentraman hak hidup yang nyaman pada seseorang dan berkenaan dengan hak
asasi manusianya. Dalam Pasal 1 angka 14 KUHAP, tersangka salah seorang yang
karena perbuatannya atau keadaannya berdasarkan bukti permulaan patut diduga
sebagai pelaku tindak pidana.
Berdasarkan yang tertuang di dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP, alat bukti yang sah
terdiri dari:
1. Keterangan saksi
2. Keterangan ahli
3. Surat
4. Petunjuk
5. Keterangan terdakwa
Mengenai syarat penetapan tersangka diatur dalam KUHAP yang kemudian telah
disempurnakan dengan adanya putusan Mahkamah Konstitusi No.21/PUU-XII/2014,
dimana putusan tersebut menjelaskan penetapan tersangka harus berdasarkan
minimal 2 alat bukti sebagaimana termuat dalam Pasal 184 KUHAP dan disertai
dengan pemeriksaan calon tersangkanya.
Syarat penyidik Polri (PP 58 tahun 2010)
1. Berpangkat paling rendah Inspektur Dua Polisi dan berpendidikan paling rendah
sarjana strata satu atau yang setara;
2. Bertugas di bidang fungsi penyidikan paling singkat 2 (dua) tahun;
3. Mengikuti dan lulus pendidikan pengembangan spesialisasi fungsi reserse
kriminal;
4. Sehat jasmani dan rohani yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter; dan
5. Memiliki kemampuan dan integritas moral yang tinggi.
6. Dalam hal pada suatu satuan kerja tidak ada Inspektur Dua Polisi yang
berpendidikan paling rendah sarjana strata satu atau yang setara, Kepala
Kepolisian
7. Negara Republik Indonesia atau pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia
yang ditunjuk dapat menunjuk Inspektur Dua Polisi lain sebagai penyidik.
8. Dalam hal pada suatu sektor kepolisian tidak ada penyidik yang memenuhi
persyaratan kepangkatan dan pendidikan sebagaimana tersebut di atas, Kepala
Sektor Kepolisian yang berpangkat Bintara di bawah Inspektur Dua Polisi karena
jabatannya adalah penyidik
Penyidik Pembantu
1. Pejabat kepolisian yang diangkat untuk melaksanakan penyidikan.
2. Berpangkat paling rendah Brigadir Dua Polisi dan berpendidikan paling rendah
sarjana strata satu atau yang setara;
3. Mempunyai kewenangan sebagaimana penyidik, kecuali kewenangan
melaksanakan penahanan.
4. Membuat berita acara pemeriksaan untuk diserahkan kepada penyidik, kecuali
untuk pemeriksaan singkat BAP dapat langsung diserahkan pada penuntut
umum.
Catatan
Berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi No. 130/PUU-XIII/2015 memberikan
pelaksanaan pemberian SPDP dimana penyidik wajib memberikan SPDP kepada
penuntut umum, terlapor/tersangka, dan pelapor/korban dengan diberikan limitatif
waktu paling lambat 7 (tujuh) hari setelah diterbitkan surat perintah penyidikan.
D. PRA PENUNTUTAN
Hasil penyidikan dalam bentuk berkas perkara, dikirimkan oleh penyidik kepada
Penuntut Umum atau Penyerahan Tahap I, dan oleh Penuntut Umum dilakukan
penelitian terhadap kelengkapan berkas perkara baik dari segi formil maupun materil.
Dalam rangka penelitian berkas perkara maka ada 2 (dua) hal yang perlu
diperhatikan yaitu :
Jika hasil penelitian berkas perkara oleh Penuntut Umum, dinyatakan lengkap, maka
penyidik menyerahkan tanggung jawab tersangka dan barang bukti kepada Penuntut
Umum atau Penyerahan Tahap II.
Jika hasil penelitian berkas perkara oleh Penuntut Umum, dinyatakan belum lengkap
atau kurang memenuhi persyaratan formil dan atau materil, maka berkas perkara
dikirim kembali oleh Penuntut Umum kepada Penyidik, untuk dilengkapi disertai
petunjuk dari Penuntut Umum kepada Penyidik.
Setelah berkas perkara dinyatakan lengkap dan penyerahan tersangka dan barang
bukti oleh penyidik kepada Penuntut Umum, maka Penuntut Umum akan menyusun
surat dakwaaan atau masuk pada tahap penuntutan.
Pasal 110 KUHAP (sudut pandang Pasal 138 KUHAP (sudut pandang PU)
penyidik) 1) Penuntut umum setelah
1) Dalam hal penyidik telah selesai menerima hasil penyidikan dari
melakukan penyidikan, penyidik penyidik segera mempelajari dan
wajib segera menyerahkan menelitinya dan dalam waktu
berkas perkara itu kepada tujuh hari wajib
penuntut umum. memberitahukan kepada
2) Dalam hal penuntut umum penyidik apakah hasil penyidikan
berpendapat bahwa hasil itu sudah lengkap atau belum.
penyidikan tersebut ternyata 2) Dalam hal hasil penyidikan
masih kurang lengkap, penuntut ternyata belum lengkap,
umum segera mengembalikan penuntut umum mengembalikan
berkas perkara itu kepada berkas perkara kepada penyidik
penyidik disertai petunjuk untuk disertai petunjuk tentang hal
dilengkapi. yang harus dilakukan untuk
3) Dalam hal penuntut umum dilengkapi dan dalam waktu
mengembalikan hasil penyidikan empat belas hari sejak tanggal
untuk dilengkapi, penyidik wajib penerimaan berkas, penyidik
segera melakukan penyidikan harus sudah menyampaikan
tambahan sesuai dengan kembali berkas perkara itu
petunjuk dari penuntut umum. kepada penuntut umum.
4) Penyidikan dianggap telah
selesai apabila dalam waktu
empat belas hari penuntut
umum tidak mengembalikan
hasil penyidikan atau apabila
sebelum batas waktu tersebut
berakhir telah ada
pemberitahuan tentang hal itu
dari penuntut umum kepada
penyidik.