Anda di halaman 1dari 12

RANGKUMAN SINGKAT: TAHAP PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN

Oleh: Rafi Muhammad Ave

Pendahuluan
Manusia sebagai makhluk monodualistik mempunyai kehidupan menyendiri namun juga
sebagai makhluk sosial artinya manusia berada di tengah masyarakat. Menurut
Aristoteles (Yunani, 384-322 SM), manusia adalah Zoon Politicon artinya sebagai
makhluk yang ingin bergaul dari hubungan pergaulan itu timbul hubungan satu sama
lain yang didasari oleh kepentingan masing-masing sehingga tidak menutup
kemungkinan timbulnya pelanggaran dan kejahatan. Peran hukum sangat penting
dalam mengatur kepentingan tersebut agar masing-masing dari kepentingan tersebut
terlindungi sehingga tercapai hidup tertib, adil, aman, dan Makmur. Sehingga hukum
acara pidana mengatur ketika terjadinya suatu tindak pidana maka harus ada
mekanisme penyelesaian dengan dimulai penegakan hukum pada tahap kepolisian.

Penyerahan
Laporan
Penyelidikan Penyidikan berkas
Polisi
kepada JPU

A. LAPORAN POLISI
1.1. Perbedaan Definisi dari Laporan dan Pengaduan
(Peraturan Kepolisian Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pengawasan dan
Pengendalian Penanganan Perkara Pidana di Lingkungan POLRI)
a. Laporan: pemberitahuan yang disampaikan oleh seseorang karena hak atau
kewajiban berdasarkan Undang-Undang bahwa akan, sedang, atau telah terjadi
peristiwa pidana.
b. Pengaduan: pemberitahuan disertai permintaan oleh pihak yang berkepentingan
kepada pejabat yang berwenang untuk menindak menurut hukum terhadap
seseorang yang telah melakukan Tindak Pidana aduan yang merugikannya.

Laporan Pengaduan
Pemberitahuan Pemberitahuan +Permintaan
Delik Biasa Delik Aduan (Hanya orang yang
berkepentingan)
Laporan tidak dapat dicabut Pengaduan dapat dicabut
Tidak sertamerta sebagai Langsung dapat dijadikan sebagai dasar
dasar penangkapan penangkapan

1.2. Mengenai Laporan Polisi


a. Diterima melalui Sentra Pelayanan Kepolisian (SPK)
Laporan atau pengaduan kepada polisi tentang dugaan adanya tindak pidana,
diterima di SPK petugas reserse kriminal pada setiap kesatuan kepolisian.

1
b. Laporan Polisi ada 3 model yakni Model A, B, C
1. Model A dibuat oleh anggota Polri yang mengetahui adanya tindak pidana
2. Model B dibuat oleh petugas di SPK berdasarkan laporan atau pengaduan
yang disampaikan oleh seseorang.
3. Model C dibuat oleh penyidik yang pada saat melakukan penyidikan perkara
telah menemukan tindak pidana atau tersangka yang belum termasuk dalam
laporan polisi yang sedang diproses.
c. Laporan/pengaduan bisa secara lisan atau tertulis
Setiap laporan dan/atau pengaduan disampaikan secara lisan atau tertulis
karena hak atau kewajiban dan wajib diterima

Apabila kejadian tindak pidana (locus delicti) yang dilaporan berada di luar
wilayah hukum, maka laporan diteruskan ke kesatuan yang berwenang.
d. Pelapor/pengadu akan menerima Surat Terima Laporan (STTL)
Wajib memberikan STTL kepada pelapor/ Pengadu sebagai tanda bukti telah
dibuatnya laporan polisi
e. Laporan polisi tersebut disalurkan
Laporan polisi yang dibuat wajib diserahkan dan diterima oleh pejabat reserse
yang berwenang untuk mendestribusikan laporan polisi, yang mana selanjutnya
disalurkan kepada penyidik yang ditunjuk untuk melaksanakan penyidikan
perkara

Khusus laporan polisi untuk perkara luar biasa (extra ordinary), maka disalurkan
kepada penyidik professional dari satuan yang bersangkut seperti tindak pidana
luar biasa seperti narkoba ke satuan reserse narkoba, terorisme ke satuan
khusus anti-terror.
f. Penyatuan penanganan perkara
Hal ini terjadi jika suatu perkara tindak pidana yang menyangkut objek yang
sama atau pelaku yang sama, namun dilaporkan oleh beberapa pelapor pada
kesatuan atau dibeberapa kesatuan berbeda.

Terhadap perkara yang merupakan sengketa antara pihak yang melapor kepada
kantor polisi yang berbeda, penangan dilaksanakan oleh kesatuan yang lebih
tinggi

B. PENYELIDIKAN
2.1 Pengertian dan Tujuan Penyelidikan
Berdasarkan pasal 1 ayat 5 KUHAP, Penyelidikan adalah mencari dan menemukan
suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana serta menentukan dapat atau
tidaknya dilakukan penyidikan.

2
2.2 Siapa Yang Melakukan Penyelidikan
Penyelidikan dilakukan oleh penyelidik (Vide Pasal 1 ayat 4), penyelidik adalah
pejabat POLRI yang diberi wewenang oleh Undang-Undang ini untuk melakukan
penyelidikan

2.3 Kapan Dilakukan Kegiatan Penyelidikan


a. Sebelum ada laporan polisi/ pengaduan dilakukan untuk mencari dan
menemukan tindak pidana
b. Sesudah ada laporan polisi/ pengaduan dilakukan untuk menentukan suatu
peristiwa merupakan tindak pidana atau bukan, membuat terang suatu perkara,
serta sebagai dasar melakukan upaya paksa.

2.4 Kewenangan Penyelidik Karena Kewajiban Dan Atas Perintah Penyidik


Kewenangan karena sebagai penyelidik
1. Menerima laporan atau pengaduan
2. Mencari keterangan dan barang bukti
3. Menyuruh berhenti seseorang yang dicurigai dan menanyakan
serta memeriksa tanda pengenal
4. Mengadakan tindakan lain menurut hukum

Kewenangan atas perintah penyidik


1. Melakukan penangkapan, larangan meninggalkan tempat,
penggeledahan dan penahanan
2. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat.
3. Mengambil sidik jari dan memotret orang.
4. Membawa dan menghadapkan seseorang pd penyidik

2.5 Kegiatan Tindakan Lain Penyelidikan


Syarat tindakan lain untuk kepentingan penyelidikan, yakni:
a. Tidak bertentangan dengan aturan hukum
b. Selaran dengan kewajiban hukum, tindakan tersebut patut, menghormati HAM
dan masuk akal dalam lingkungan jabatannya

2.6 Tertangkap Tangan dan Diluar Tertangkap Tangan


a. Tertangkap tangan (ontdekking op heterdaad)
- Pada waktu sedang melakukan tindak pidana;
- Sesudah dan setelah beberapa saat tindak pidana;
- Sesaat setelah diserukan oleh khalayak ramai sebagai pelaku.
b. Di luar tertangkap tangan, informasi diperoleh dari:

3
- Laporan, pemberitahuan oleh seseorang karena hak atau kewajibannya
kepada pejabat berwenang tentang telah, sedang, atau diduga akan terjadi
tindak pidana.
- Pengaduan, pemberitahuan yang disertai pemintaan untuk menindak menurut
hukum seseorang yang merugikannya.
- Pengetahuan sendiri penyelidik atau penyidik

2.7 Kegiatan Penyelidikan


Vide Pasal 12 Peraturan Kepolisian Nomor 14 Tahun 2012 tentang Manajemen
Penyidikan
a. Pengolahan TKP;
Kegiatan mencari dan mengumpulkan keterangan, petunjuk, barang bukti,
identitas tersangka, dan saksi/ korban untuk kepentingan penyelidikan
selanjutnya serta mencari hubungan dan memperoleh gambaran modus
operandi.
b. Pengamatan (Observasi);
Melakukan pengawasn terhadap objek, tempat, dan lingkungan tertentu untuk
mendapatkan informasi yang dibutuhkan
c. Wawancara (Interview);
Mendapatkan keterangan dari pihak tertentu serta mendapatkan kejelasan tindak
pidana yang terjadi melalui Teknik wawancara secara tertutup maupun terbuka.
d. Pembuntutan (Surveillance);
Mengikuti seseorang yang diduga pelaku tindak pidana, mencari tahu aktivitas,
mengikuti distribusi barang, dan sebagainya.
e. Penyamaran (Under Cover);
Menyusup ke dalam lingkungan tertentu tanpa diketahui identitasnya untuk
memperoleh bahan keterangan atau informasi
f. Pelacakan (Tracking); Dan
Mencari dan mengikuti keberadaan pelaku tindak pidana
g. Penelitian Dan Analisis Dokumen.
Mengkompulir dokumen yang diduga ada kaitan dengan tindak pidana, meneliti
dan menganalisis dokumen yang diperoleh guna Menyusun anatomi perkara
tindak pidana.

2.8 Sasaran Penyelidikan


Vide Pasal 13 Peraturan Kepolisian Nomor 14 Tahun 2012 tentang Manajemen
Penyidikan
a. Orang;
b. benda atau barang;
c. tempat;
d. peristiwa/kejadian; dan
e. kegiatan.

4
2.9 Hasil dari Penyelidikan
a. Apabila hasil dari penyelidikan bukan sebuah peristiwa pidana maka tetap
dibuatkan hasil laporan penyelidikan.
b. Begitu juga apabila hasil dari penyelidikan menghasilkan peristiwa pidana maka
tahap selanjutnya adalah Penyidikan dengan dimulainya Surat Perintah
Penyidikan (Sprindik) dan Penunjukan pelaksanaan tugas penyidikan.

C. PENYIDIKAN
3.1 Definisi Penyidikan
Penyidikan adalah Tindakan penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti
yang dengan bukti itu membuat terang tentang Tindak Pidana yang terjadi & guna
menemukan tersangkanya. (Vide Pasal 1 ayat (2) KUHAP)

Salah satu tanda dimulainya tahap penyidikan adalah terdapatnya Surat


Pemberitahauan Dimulainya Penyidikan (SPDP) (Vide Pasal 109 ayat 1 KUHAP)

Polisi JPU

3.2 Siapa Yang Melakukan Penyidikan


Penyidikan dilakukan oleh penyidik (Vide Pasal 1 ayat 1 jo Pasal 6), penyilidik
adalah pejabat POLRI/ PPNS tertentu yang diberi kewenangan khusus oleh
Undang-Undang untuk melakukan penyidikan

3.3 Siapa PPNS


PPNS tertentu adalah yang berdasarkan peraturan perundang-undangan ditunjuk
sebagai penyidik, mempunyai weweang untuk melakukan penyidikan tindak pidana
dalam lingkup Undang-Undang yang menjadi dasar hukumnya masing-masing.

(Vide Peraturan Pemerintah Nomor 43/2012 tentang Tata Cara Koordinasi,


Pengawasan, dan Pembinaan Teknis Terhadap Kepolisian Khusus, Penyidik PNS &
Bentuk-bentuk Pengamanan Swakarsa)

Contoh PPNS:
a. Penyidik Tindak Pidana pengurusakan hutan dalam Undang-Undang Nomor 18
Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Pengrusakan Hutan.
b. Penyidik Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika dan Prekursor Narkotika
dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

3.4 Siapa Penyidik Pembantu

5
Penyidik pembantu (Vide Pasal 1 ayat 3 jo Pasal 10), penyidik pembantu adalah
pejabat POLRI yang karena diberi wewenang tertentu dapat melakukan tugas
penyidikan yang diatur dalam Undang-Undang ini

Penyidik dengan syarat kepangkatan lebih rendah dari penyidik baisa, namun
memiliki spesialisasi di bidang reserse kriminal (Vide Peraturan Pemerintah Nomor
58 Tahun 2010)

3.5 Kegiatan Penyidikan

Pemeriksaan Upaya paksa Pemberkasan

a. Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan terhadap saksi-saksi, tersangka, dan ahli apabila
diperlukan
b. Melakukan upaya paksa
Dilakukan upaya paksa karena sifatnya yang memaksa dan membatasi
kemerdekaan seseorang baik terhadap kebebasannya, propertinya, maupun
privasinya.
1. Pemanggilan
Surat panggilan bertujuan sebagai salah satu upaya mencari bukti-bukti untuk
membuat terang suatu tindak pidana.

Sedangkan pemanggilan harus memerhatikan 3 hal yaitu


- Menyebutkan alasan pemanggilan
- Pemanggilan yang sah melalui surat pemanggilan
- Memerhatikan tenggang waktu yang wajar (Vide Pasal 227 KUHAP 3 Hari)

Pada tahap pemanggilan, terpanggil wajib memenuhi panggilan penyidik (Vide


Pasal 224 KUHP), apabila dalam hal yang dipanggil tidak dating maka
dilakukan pemanggilan kedua, apabila tidak datang sekali lagi maka penyidik
dapat menerbitkan surat perintah membawa.

Apabila tersangka yang telah dipanggil 3 kali dan dinyatakan tidak jelas
keberadaannya makan dapat dicatat di dalam Daftar Pencarian Orang (DPO)
dan dibuatkan Surat Pencarian Orang.

2. Penangkapan (Vide Pasal 16 s/d Pasal 19 KUHAP)


Penangkapan adalah pengekangan sementara waktu kebebasan tersangka,
apabila terdapat cukup bukti, untuk kepentingan penyidikan
Prosedur dalam tahap penangkapan:
- Dilakukan petugas kepolisian

6
- Memperlihatkan Surat Tugas Penangkapan
- Surat Perintah Penangkapan (Identias, Alasan,Uraian Singkat Tindak
Pidana)
- Tembusan Surat Perintah Penangkapan kepada keluarga

Penangkapan dilakukan terhadap orang yang diduga keras melakukan tindak


pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup.

Jika dalam hal tertangkap tangan, maka tindakan penangkapan dapat


dilakukan petugas tanpa dilengkapi surat perintah penangkapan atau surat
perintah tugas

Terdapat 2 unsur pertimbangan tindakan penangkapan terhadap tersangka


dilakukan yakni
- Adanya bukti permulaan yang cukup, dan
- Tersangka telah dipanggil 2 kali berturut-turut namun tidak hadir tanpa
alasan yang patut dan wajar.

3. Penahanan (Vide Pasal 20 s/d Pasal 31 KUHAP)


Penahanan adalah penempatan tersangka atau terdakwa di tempat tertentu
oleh penyidik/ penuntut umum/ hakim dengan suatu surat penetapan dan
menurut cara yang diatur dalam undang-undang.
Ada beberapa hal yang wajib diperhatikan dalam penahanan
- Identitas tersangka
- Menyebutkan alasaan penahanan
- Uraian singkat perkara
- Tempat ditahan
- Serta memberikan tembusan surat perintah penahanan kepada keluarga

Beberapa pertimbangan dapat dilakukan tindakan penahanan terhadap


tersangka, yakni:

- Dikhawatirkan akan melarikan diri;


- Dikhawatirkan akan mengulangi perbuatannya;
- Dikhawatirkan akan menghilangkan barang bukti; dan
- Diperkirakan mempersulit penyidikan.

Tabel jangka waktu penahanan (Vide Pasal 24 – 29 KUHAP)


No. Pejabat Lama Perpanjangan Perpanjangan Jumlah
ke-1 Ke-2 Hari
1. Penyidik 20 JPU: 40 KPN: 30+30 120

7
2. Penuntut 20 KPN: 40 KPN: 30+30 110
Umum
3. Hakim PN 30 KPN: 60 KPT: 30+30 150
4. Hakim PT 30 KPT: 60 Hak.MA: 150
30+30
5. Hakim Agung 50 KMA: 60 KMA: 30+30 170
Total 150 +250 +300 = 700

Kekecualian dari jangka penahanan pada Pasal 24, 25, 26, 27, dan 28
KUHAP, guna kepentingan pemeriksaan, penahanan terhadap tersangka/
terdakwa dapat diperpanjang dengan alasan yang patut dan tidak dapat
dihindarkan karena:
- Tersangka atau terdakwa menderita gangguan fisik atau mental yang
berat berdasarkan surat keterangan dari dokter;
- Perkara yang sedang diperiksan diancam dengan pidana penjara 9
(Sembilan) tahun atau lebih (Vide Pasal 29 ayat 1 KUHAP). Perpanjangan
paling lama 30 hari apabila masih diperlukan maka dapat diperpanjang
untuk 30 hari lagi

(Vide Pasal 22 KUHAP), jenis penahanan berupa:


- Penahanan rumah tahanan negara
- Penahanan rumah
Dilaksanakan di rumah tempat tinggal atau rumah kediaman tersangka
atau terdakwa dengan mengadakan pengawasan terhadapnya untuk
menghindarkan segala sesuatu yang dapat menimbulkan kesulitan dalam
penyidikan, penuntutan atau pemeriksaan di sidang pengadilan.
- Penahanan kota
Dilaksanakan di kota tempat tinggal atau tempat kediaman tersangka atau
terdakwa dengan kewajiban bagi tersangka atau terdakwa melapor diri
pada waktu yang ditentukan.

Masa penangkapan dan atau penahanan dikurangkan seluruhnya dari pidana


yang dijatuhkan (Vide Pasal 22 ayat 4 KUHAP) bersifat imperative.
- Untuk tahanan kota = 1/5 dari jumlah lamanya waktu penahanan
- Untuk tahanan rumah/ RS = 1/3 dari jumlah lamanya waktu penahanan

4. Penggeledahan (Vide Pasal 32 s/d Pasal 37 KUHAP)


Tujuan dari tindakan penggeledahan adalah untuk kepentingan penyidikan
guna mencari dan menemukan barang bukti dan/atau penangkapan
tersangka.

8
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggeledahan:
- Surat izin KPN setempat
- Surat tugas dan surat perintah penggeledahan
- 2 orang saksi apabila pemilik rumah menyetujui, apabila tidak disetujui
maka ditambah dengan Ketua RT dan RW)
- Membuat berita acara penggeledahan dalam jangka 2 hari dan
disampaikan kepada pemilik/ penghuni rumah.

Dalam hal keadaan sangat perlu dan mendesak, penyidik dapat melakukan
penggeledahan dengan menggunakan surat perintah penggeledahan tanpa
surat izin ketua pengadilan dimana setelah dilaksanakan penggeledahan wajib
untuk membuat berita acara penggeledahan dan memberitahukan kepada
Ketua Pengadilan Negeri setempat untuk memperoleh persetujuan
penggeledahan.

5. Penyitaan (Vide Pasal 38 s/d Pasal 46 KUHAP)


Penyitaan dilakukan oleh penyidik terhadap benda/ barang atau tagihan
tersangka yang berkaitan dengan perkara yang ditangani untuk pentingan
penyidikan.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan:


- Surat izin KPN setempat (Vide Pasal 38)
- Membungkus atau menandai benda sitaan (Vide Pasal 130)
- Surat tugas dan surat perintah penyitaan)
- Perlakuan khusus terhadap benda sitaan tertentu (Vide Pasal 45)
- Membuat berita acara penyitaan (Vide Pasal 129)
- Mengembalikan benda sitaan yang tidak terkait (Vide Pasal 46)

Penyitaan berupa apa saja (Vide Pasal 39 KUHAP)


- Benda atau tagihan tersangka/ terdakwa sebagaian atau seluruhnya yang
didugas diperoleh dari hasil tindak pidana
- Benda yang digunakan langsung untuk melakukan tindak pidana dan/atau
mempunyai hubungan langsung.
- Benda yang khusus dibuat untuk melakukan tindak pidana
- Benda yang digunakan untuk menghalangi penyidikan.

6. Pemeriksaan Surat (Vide Pasal 47 s/d Pasal 49 KUHAP)


Pemeriksaan surat dilakukan oleh penyidik untuk memeriksan dan menyita
surat yang dikirim melalui kantor pos dan giro, perusahaan telekomunikasi,
jasa pengiriman barang atau angkutan, jika benda/ barang tersebut didugas
kuat mempunyai hubungan dengan perkara pidana yang sedang ditangani.

9
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yakni:
- Surat izin KPN setempat (Vide Pasal 47 ayat 1)
- Dikembalikan dengan cap “telah dibuka oleh penyidik) (Vide Pasal 48 ayat
2)
- Meminta kepada pihak terkait untuk menyerahkan surat dimaksud dan
diberi tanda terima (Vide Pasal 47 ayat 2)

c. Menetapkan Tersangka
Berdasarkan bukti permulaan yang cukup (Vide Pasal 1 ayat 14 KUHAP)
1. Sekurang-kurangnya 2 alat bukti
2. Penyidik harus terlebih dahulu memeriksa calon tersangka
3. Pengujian keabsahan penetapan tersangka dengan praperadilan.

d. Pemeriksaan Tersangka, saksi, dan permintaan keterangan Ahli


1. Pemeriksaan Tersangka
Penyidik wajib memberitahukan kepada tersangka tentang haknya untuk
mendapatkan bantuan hukum atau wajib didampingi panesehat hukum (Vide
Pasal 144 KUHAP)
- Apabila perkara yang diancam > 15 Tahun
- Perkara yang ancaman hukuman mati
- Tersangka tidak mampu, perkara yang ancaman > 5 Tahun, < 15 Tahun
2. Pemeriksaan Saksi
Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan
penyidikan, penuntutan, dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang dia
dengan sendiri, lihat sendiri, dan ia alami sendiri (Vide Pasal 184 KUHAP
tentang Alat bukti sah)

Dipanggil untuk datang sebagai saksi (dipanggil penyidik pasal 216 KUHAP)
dan/atau hadir di pengadilan (Vide Pasal 224 KUHAP) adalah kewajiban, bila
ditolak dikenakan pidana

Saksi tidak boleh dipaksa menandatangani berita acara, penyidik cukup


mencatatkan di dalam berita acara dengan menyebutkan alasan nya (Vide
Pasal 118 KUHAP)
3. Pemeriksaan dan Permintaan Keterangan Ahli
Bila dianggap perlu, penyidik dapat meminta bantuan orang ahli (misal: dokter
forensik untuk bedah mayat, psikologi)

e. Membuat Berita Acara Pemeriksaan (BAP)


Berita acara pemeriksaan (BAP) berisikan mengenai semua hal yang dilakukan
selama penyidikan, tindak pidana yang disangkakan, serta memuat identitas
tersangka, saksi maupun keterangannya. (Vide Pasal 75 jo Pasal 121 KUHAP)

10
f. Melakukan gelar perkara untuk tindakan-tindakan tertentu
Gelar perkara terbagi atas gelar perkara biasa dan khusus (Vide Perkara Nomor
14 Tahun 2012)

Gelar perkara tbertujuan untuk mendapatkan hasil penyidikan lebih sempurna


karena dapat mencegah kesalahan administrasi penyidikan/ penetapan
tersangka yang tidak tepat serta mencegah gugatan praperadilan terhadap
penyidik yang menangani perkara tersebut.

Gelar perkara dilakukan pada tahap awal proses penyidikan, pertengahan dan
akhir proses penyidikan.
1. Gelar perkara biasa
2. Gelar perkara khusus
Bertujuan untuk Merespon laporan/ pengaduan atau complain dari pihak yang
berpekara setelah ada perintah dari atasan penyidik, membuka kembali
penyidikan yang telah dihentikan, menentukan tindakan kepolisian secara
khusus, atau dibuka kembali penyidikan berdasarkan putusan praperadilan

g. Menyerahkan berkas perkara, tersangka, dan barang bukti kepada JPU


Penyerahan berkas perkara (Vide Pasal 8 ayat 2 dan 3 Jo Pasal 110 KUHAP),
dimana penelitian berkas perkara oleh Penuntut Umum

Beberapa kemungkinan jika berkas perkara:


1. Jika berkas perkara dinyatakan lengkap maka dilakukan penyerahan barang
bukti dan tersangka serta beralihkan tanggungjawab yuridis atas tersangka
dan barang bukti atau dalam waktu 14 hari berkas perkara tidak dikembalikan
oleh JPU
2. Jika berkara perkara belum dinyatakan lengkap maka pengembalian berkas
perkara disertai dengan petunjuk untuk melengkapi berkas perkara (Vide
Pasal 138 KUHAP) maka akan dilakukan penyidikan tambahan.

h. Menghentikan penyidikan
Ada beberapa alasan dilakukan penghentian penyidikan, yakni:
1. Bukan merupakan tindak pidana
2. Tidak terdapat cukup bukti
3. Dihentikan demi hukum (Vide Pasal 109 ayat 2 KUHAP)

Penyidikan dikatakan selesai bila :


1. Dalam waktu 7 hari setelah penuntut umum menerima hasil penyelidikan &
penyidikan ada pemberitahuan dari penuntut umum (Vide Pasal 138 KUHAP)

11
2. Penuntut Umum mempelajari hasil penyidikan & menelitinya apakah sudah
lengkap atau tidak
3. Meneliti adalah tindakan PU dalam mempersiapkan penuntutan, telah
memenuhi syarat pembuktian dan telah sesuai objek dan orang dalam
berkas perkara
4. Dalam waktu 14 hari penuntut umum tidak mengembalikan berkas perkara
kepada penyidik (Vide Pasal 110 ayat 4 KUHAP)
Penyelidikan & penyidikan dihentikan bila :
1. menurut pendapat penyidik tidak terdapat cukup alat bukti, atau
2. peristiwa tersebut bukan merupakan peristiwa pidana, atau
3. penyidikan dihentikan demi hukum.
4. Dengan diterbitkan nya Surat Penetapan Penghentian Penyidikan (SP3) dan
memberitahukan kepada jaksa, tersangka dan keluarganya.

Penghentian penyidikan dilakukan dengan mengeluarkan Surat Perintah


penghentian penyidikan (SP3) dan diberitahukan kepada JPU, tersangka/
Keluarga serta pelapor)

Dihentikan demi hukum misalnya karena:


1. Terdakwan meninggal dunia (Vide Pasal 77 KUHP)
2. Perkaranya ne bis in idem (Vide Pasal 78 KUHP)
3. Perkaranya daluwarsa (verjaring) (Vide Pasal 78 KUHP)

Terima kasih.

*Apabila ada kesalahan keterangan dan informasi mohon dimaafkan

12

Anda mungkin juga menyukai