MARKAS BESAR
( Naskah Sementara )
I. PENDAHULUAN
1. Umum
2
2. Dasar
a. Undang-undang No. 8 tahun 1981 tentang
Hukum Acara Pidana.
b. Undang-undang No. 2 tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
c. Keputusan Kapolri No.Pol : Kep/22/VI/2004
tentang Perubahan atas Keputusan Kapolri No.
Kep/30/VI/2003 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Satuan-satuan Organisasi pada tingkat
Mabes Polri.
d. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik
Indonesia No.Pol : 15 tahun 2006 tentang Kode
Etik Profesi Penyidik Kepolisian Negara Republik
Indonesia tanggal 6 November 2006.
e. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik
Indonesia tentang Pedoman Penyidikan Tindak
Pidana.
b. Tujuan
3
penyalahgunaan wewenang oleh para penyidik
dalam melaksanakan penyidikan.
4. Ruang Lingkup
Pedoman pengawasan penyidikan ini meliputi
petunjuk pelaksanaan pengawasan internal polri
terhadap proses penyidikan perkara yang dilakukan
oleh para penyidik sesuai dengan Undang-Undang
dan ketentuan yang berlaku dengan batas waktu yang
telah ditentukan.
5. Tata Urut
I. PENDAHULUAN
II. KONSEP PENGAWASAN PENYIDIKAN
III. KRITERIA TINGKAT KESULITAN PENYIDIKAN
IV. PENGAWASAN PENYIDIKAN PERKARA
V. HUBUNGAN TATA CARA KERJA
VI. PENERAPAN PENGHARGAAN DAN GANJARAN
VII. ADMINISTRASI
VIII. PENUTUP
6. Pengertian
a. Pengawas
4
b. Pengawasan
c. Penyelidik
d. Penyelidikan
e. Penyidik
5
tertentu yang diberi wewenang khusus oleh
Undang-Undang untuk melakukan penyidikan.
f. Penyidik Pembantu
6
dihitung mulai dari saat dimulainya penyidikan
(ketika penyidik telah menerima surat perintah
penyidikan) sampai penyerahan berkas perkara
kepada Jaksa Penuntut Umum pada Tahap I.
l. Laporan Polisi
7
2) Laporan Polisi model B
m.
8
n. Lembaga lain
o. Keterangan Ahli
p. Petunjuk
q. Barang Bukti
r.
9
s. Tersangka
t. Saksi
10
7. Aspek-aspek yang harus dipertimbangkan dalam
pelaksanaan pengawasan penyidikan adalah:
a. Monitoring/pemantauan/ pengamatan.
11
b. Eksaminasi/ Penelitian dan penilaian keabsahan
dan ketelitian administrasi penyidikan.
12
4) Tingkat Kesulitan Penyidikan Sangat Sulit
13
3) Dalam hal disimpulkan bahwa telah terjadi
tindak pidana, selanjutnya atasan penyidik
menentukan klasifikasi kesulitan penyidikan
perkara (mudah, sedang, sulit dan sangat
sulit).
14
2) Tingkat Polres/Ta/Tabes/ Wiltabes adalah
Kasat Reskrim / Narkoba
15
Kabareskrim Polri melalui Kepala Biro
Analisis.
16
Reskrim/Narkoba, setingkat dengan
Kepala Unit dan bertanggung jawab
kepada Kasubbag Reskrim/Narkoba.
1) Kepangkatan
Kepangkatan pengawas penyidikan
adalah: Berpangkat Komisaris Besar
Polisi ( KBP )
17
2) Pengalaman tugas di fungsi Reserse
Kriminal:
a) Pernah menjabat sebagai Direktur
Reskrim / Narkoba / Kaden 88 di
kewilayahan atau Ka Unit / Penyidik
Utama pada Bareskrim.
b. Tingkat Polda :
1) Kepangkatan
18
b) Pernah bertugas menjadi Penyidik
minimal selama 4 (empat) tahun.
1) Kepangkatan
d. Tingkat Polwil
1) Kepangkatan
19
Kepangkatan pengawas penyidikan
berpangkat Ajun Komisaris Polisi ( AKP )
atau setidaknya setara dengan
kepangkatan para Kepala Unit.
20
c) Tidak pernah dihukum karena cacat
dalam pelaksanaan tugas sebagai
Penyidik.
1) Kepangkatan
a. Tugas :
21
a) Atas Perintah Kabareskrim
melakukan supervisi kepada
pengawas penyidikan di tingkat
Direktorat/Den 88 Bareskrim Polri
sampai kepada pengawas
penyidikan pada tingkat
Polres/ta.
b. Wewenang :
1) Melakukan supervisi
2) Memberikanasistensi/bimbingan/arahan
3) Melakukan Klarifikasi
4) Melakukan Koresksi
5) Melakukan pencatatan dan Pelapora.
22
16. Fungsi Pengawas
penyidikan meliputi:
23
(3) Penulisan kata, kalimat, nama,
alamat, tanggal, nomer surat dan
ketentuan perundang-undangan
atau peraturan yang menjadi
dasar.
24
3) Supervisi hasil penindakan/penyidikan
dilakukan terhadap:
c) Kondisi tahanan.
a) Gelar awal:
25
terlapor dan penyidik guna
meyakinkan adanya unsur pidana.
Diselenggarakan untuk
penyempurnaan Berkas perkara
dengan melibatkan penyidik, atasan
penyidik, fungsi lain, instansi terkait,
JPU dengan sasaran utama:
26
a) Dalam hal pejabat pengawas
menemukan suatu kekeliruan tindakan
penyidik yang sifatnya dapat segera
dikoreksi, maka Pengawas dapat
secara langsung memberikan
bimbingan/ arahan atau petunjuk
sebagai saran perbaikan/ koreksi.
27
2) Pengawasan Perkara luar biasa:
28
b) Chek bukti permulaan untuk dasar
melakukan upaya paksa.
29
hukum, juga merupakan salah satu bentuk
perlindungan, pengayoman dan pelayanan
Polri kepada masayarakat.
30
c) Menaati ketentuan dan prosedur
penyidikan.
j) Bersikap transparan:
31
(2) Menginformasikan
perkembangan penanganan
perkara kepada pelapor dan
tersangka, baik diminta ataupun
tidak diminta.
d) Menyalahgunakan wewenang.
e) Meminta imbalan.
g) Menggelapkan, menjual,
menggunakan barang bukti untuk
kepentingan diri sendiri.
32
i) Menganiaya/ meneror/ tindakan
kekerasan terhadap tersangka, saksi
atau korban.
k) Menelantarkan perkara.
33
Penyidik dan Atasan Penyidik untuk mengetahui
hambatan/kendala yang dihadapi oleh petugas
yang menangani perkara.
34
1) Rencana penyelidikan.
2) Rencana penyidikan.
35
bersifat hambatan maupun yang bersifat
penyalahgunaan wewenang dan hal-hal lain
yang terkait dengan prilaku penyidik.
36
c. Saran dari pengawas kesatuan yang lebih tinggi
tersebut butir dua diatas sifatnya tidak
mengikat.
37
VI. PENERAPAN PENGHARGAAN DAN GANJARAN.
26. Penghargaan:
38
27. Ganjaran/ sanksi hukuman:
39
VII. ADMINISTRASI
40
VIII PENUTUP
41