Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

HUKUM ACARA PIDANA


“Awal Proses Hukum Acara Pidana
(Tertangkap Tangan, Laporan dan Pengaduan)”
Dosen Pengampu: Imam Edy Ashari, S.H., M.H

Di Susun Oleh:
Kelompok 4
1. Chandra Susanti (200204067)
2. Alfira Dwi Rusmayani (200204071)
3. Rahmatdun Hariadi (200204062)

JURUSAN ILMU FALAK


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
Th. 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT.Atas berkah, rahmat, dan karunia-Nya


sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Awal Proses
Hukum Acara Pidana (Tertangkap Tangan,Laporan, Dan Pengaduan)”. Sholawat
beserta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda nabi besar kita Nabi
Muhammad SAW. Beserta keluarga, sahabat, dan para pengikut-pengikutnya
hingga akhir zaman.
Alhamdulillah dengan selesainya makalah ini penulis berharap kepada
pembaca agar dapat memahami isi dari makalah ini dan dapat mengaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari. Kami selaku penulis juga menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan baik dalam segi penulisan
maupun isi, oleh karena itu penulis sangat berharap kritik, saran, dan solusi dari
pembaca agar bisa menjadi yang lebih baik kedepannya dan bisa menjadi
pembelajaran untuk kita semua.
Sekian dari saya ,penulis mohon maaf sebesar-besar nya apabila ada
kesalahan kata maupun isi. Semoga kritik, saran, dan solusi dari pembaca menjadi
bermanfaat dalam pembuatan makalah kedepannya menjadi lebih baik.

Mataram, 10 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER...........................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan ..................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Awal Proses Hukum Acara Pidana.......................................................2
1. Tertangkap Tangan............................................................................2
2. Laporan dan Pengaduan....................................................................4
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hukum acara pidana berhubungan erat dengan diadakannya hukum pidana,
oleh karena itu, hukum acara pidana merupakan suatu rangkaian peraturan
yang memuat cara bagaimana badan-badan pemerintah yang berkuasa yaitu
kepolisian, kejaksaan dan pengadiln harus bertindak guna mencapai tujuan
Negara dengan mengadakan hukum pidana. Polri merupakan salah satu
aparat penegak hukum, karena Kepolisian Negara Indonesia bertujuan untuk
mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya
keamanan dan ketertban masyarakat, tertib dan tegakna hukum.
Terselenggaranya perlindungan, pengayoman danpelayanan kepada
masyarakat, serta terbinanya masyarakat yang menjunjung tinggi hak asasi
manusia. Hal ini sesuaisesuai dengan Undang- Undang Negara Republik
Indonesia Pasal , keamanan dan ketertiban tersebut dapat teripta dengan
baik apabila setiap orang mau dam mampu mematuhi peraturan Undang-
Undang yang ada yaitu KUHAP.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja awal proses hukum acara pidana?
2.
C. Tujuan
Untuk mengetahui awal proses hukum acara pidana

1
BAB II
PEMBAHASAN
Awal Proses Hukum Acara Pidana
A. Tertangkap Tangan
1) Pengertian Tertangkap Tangan

Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) tertangkap tangan


diartikan sebagai kedapatan waktu melakukan kejahatan atau perbuatan
yang tak boleh dilakukan.
Dalam pasal 1 Angka 19 KUHAP memberi pengertian tertangkap tangan
adalah “tertangkapnya seseorang pada waktu sedang melakukan tindak
pidana, atau dengan segera sesudah beberapa saat tindak pidana itu
dilakukan, atau sesaat kemudian diserukan oleh khalayak ramai sebagai
orang yang melakukannya, atau apabila sesaat kemudian padanya
ditemukan benda yang diduga keras telah dipergunakan untuk melakukan
tindak pidana itu yang menunjukkan bahwa ia adalah pelakunya atau turut
melakukan atau membantu melakukan tindak pidana itu.
2) Keadaan Seseorang dikatakan Tertangkap Tangan

Tertangkap tangan sebagaimana maksud Pasal 1 butir 19 adalah


tertangkapnya seseorang pada waktu:
 Sedang melakukan tindak pidana atau tengah melakukan tindak
pidana;
 Atau dengan segera sesudah beberapa saat tindak pidana itu
dilakukan;
 Atau sesaat kemudian diserukan oleh khalayak sesuai sebagai orang
yang melakukannya;
 atau sesaat kemudian diserukan oleh khalayak ramai sebagai orang
yang melakukannya, atau apabila sesaat kemudian padanya
ditemukan benda yang diduga keras telah dipergunakan untuk
melakukan tindak pidana itu yang menunjukkan bahwa ia adalah
pelakunya atau turut melakukan atau membantu melakukan tindak
pidana itu.

Untuk diketahuinya terjadinya suatu tindak pidana karena:


1. Kedapatan tertangkap tangan (Pasal 1 butir 19 KUHAP)
2. Karena laporan (Pasal 1 butir 24 KUHAP)
3. Karena pengadilan (Pasal 1 butir 25 KUHAP)

2
4. Diketahui sendiri atau pemberitahuan atau cara lain sehingga
penyidik ketahui terjadinya delik seperti baca di surat kabar,
dengar di radio, dengar orang bercerita dan selanjutnya.

Seseorang yang tertangkap tangan sedang melakukan tindak pidana harus


melalui proses peradilan terlebih dahulu sebelum dapat dipidana jika
terbukti bersalah. Selanjutnya, pelaku tindak pidana menjadi terpidana yakni
seorang yang dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap (lihat Pasal 1 angka 32 KUHAP).

Jadi, bagi pelaku tertangkap tangan tidak dapat langsung dijatuhkan sanksi
pidana sebelum melalui proses peradilan.

Dalam kasus perjudian yang pelakunya tertangkap tangan dan ditemukan


bukti alat judi, maka dapat kami uraikan sebagai berikut:
a. Perjudian diatur dalam Pasal 303 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP);
b. Dalam hal pelaku judi tertangkap tangan, pelaku ditangkap tanpa surat
perintah, dengan ketentuan bahwa penangkap harus segera menyerahkan
tertangkap beserta barang bukti yang ada kepada penyidik atau penyidik
pembantu yang terdekat (lihat Pasal 18 ayat [2] KUHAP).

Pada kejadian tertangkap tangan Pasal 111 KUHAP, menyebutkan:


1. Dalam hal tertangkap tangan setiap orang berhak, sedangkan setiap
orang yang mempunyai wewenang dalam tugas ketertiban,
ketentraman dan keamanan, umum wajib menangkap tersangka
guna diserahkan beserta atau tanpa barang bukti penyelidik atau
penyidik.
2. Setelah menerima penyerahan tersangka sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) penyelidik atau penyidik wajib segera melakukan
pemeriksaan dan tindakan lain dalam rangka penyelidikan.
3. Penyelidik dan penyidik yang telah menerima laporan tersebut
segera datang ke tempat kejadian dapat melarang setiap orang
untuk meningalkan tempat itu selama pemeriksaan di situ belum
selesai.
4. Pelanggar larangan tersebut dapat dipaksa tinggal di tempat itu
sampai pemeriksaan dimaksud di atas selesai.
Tindakan tangkap tangan dapat dilakukan oleh siapa saja atau masyarakat
biasa atau dapat dilakukan oleh anggota Kepolisian dengan tidak
dipersyaratkan adanya surat perintah penangkapan. Siapa saja yang melihat
atau menemukan kejahatan sedang terjadi diberikan hak oleh KUHAP untuk
melakukan tangkap tangan terhadap pelakunya. Akan tetapi harus

3
diperhatikan kata “hak” yang terdapat dalam ketentuan ini. Bukan
kewajiban melainkan hak. Berarti oang yang melihat atau menyaksikan
boleh mempergunakan haknya untuk menangkap.
Lain halnya pada kelompok kedua ini, yaitu orang-orang
 Yang mempunyai wewenang dalam tugas ketertiban,
 Yang mempunyai wewenang dalam tugas ketentraman, kelompok ini
wajib menangkap tersangka.
B. Laporan dan Pengaduan
 Laporan
Definisi dari laporan terantum dalam Pasal 1 butir 24 KUHAP dan
bunyi adalah sebagai berikut:
“Laporan adalah pemberitahuan yang disampaikan oleh seorang karena
hak atau kewajiban berdasarkan undang-undang kepada pejabat yang
berwenang tentang telah atau sedang atau diduga akanterjadinya peristiwa
pidana.
 Pengaduan
Pengaduan terdapat pada Pasal 1 butir 25 KUHAP dan berbunyi
“pengaduan adalah pemberitahuandisertai permintaan oleh pihak yang
berkepentingan kepada pejabat yang berwenang untuk menindak menurut
hukum seorang yang telah melakukan tindak pidana aduan yang
merugikan.
 Perbedaan Laporan dan Pengaduan

Pembeda Laporan Pengaduan


Pemberitahuan atau Pemberitahuan disertai
Isi telah atau sedang atau permintaan untuk
akan terjadi tindak menindak pelakunya
pidana

Jenis Tindak Tindak Pidana Umum Tindak Pidana Aduan


Pidana

Orang-orang tertentu
Pihak yang Setiap orang yang terlibat dalam
Melaporkan tindak pidana

4
Dapat dicabut yaitu
Proses Tidak dapat dicabut plaing lambat 3 bulan
Tindakan sejak diadukannya
pengaduan

Apabila pengadu
Wajib seketika dan berada di Indonesisa
Waktu wajib segera dan batas paling lama 6 bulan
Penyampaian waktu berakhir
tergantung dari Apabila pengadu
daluwarsa perkara berada di luar negeri
paling lama 9 bulan.

Terkait laporan maupun aduan, dalam praktiknya di masyarakat, lebih


sering digunakan istilah yang sama, yakni pelaporan. Hal tersebut dikarenakan
status yang disandang yang memasukkan laporan maupun aduan disebut
pelapor.
Laporan dan pengaduan dapat tertulis ataupun lisan. Apabila laporan atau
pengaduan dilakukan secara tertulis maka hal tersebut ditandatangani oleh
pelapor atau pengadu. Apabila laporan dan pengaduan dilakukan secara lisan
maka petugas akan mencatat laporan atau pengaduan tersebut untuk kemudian
ditandatangani oleh petugas dan pelapor atau pengadu.
Dalam melakukan pelaporan atau pengaduan ke kepolisian, dapat
dilakukan sendiri ataupun langsung mengajak atau didampingi oleh kuasa
hukum/pengacara/advokat. Namun, pada prinsipnya, jika si pelapor hendak
melakukan pelaporan sendiri diperbolehkan. Ketika si pelapor datang ke
kepolisian, ia akan diarahkan ke Sentra Pelayanan Kepolisian (SPK) atau juga
sering disebut Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT), serta diminta
menjelaskan maksud dan tujuannya datang ke Kepolisian. Selin itu, jika si
pelapor hendak langsung didampingi atau mewakilkan pelaporan kepada
advokatnya diperbolehkan, sepanjang advokat sudah diberikan surat kuasa
khusus untuk diwakilkan dari pelapor sebagai kliennya.
 Proses Pengajuan Laporan atau Pengajuan

1. Tertulis atau lisan, diatur dalam pasal 108 ayat (1) KUHAP
bunyinya sebagai berikut:
“Setiap orang yang mengalami, melihat, menyaksikan dan atau
menjadi korban peristiwa yang merupakan tindak pidana berhak
untuk mengajukan laporan atau pengaduan kepada penyelidik dan
atau penyidik baik lisan maupun tertulis”.

5
2. Bukti Penerimaan laporan atau pengaduan, untuk kontrol
perkembangan khusus, diatur dalam pasal 108 ayat (6) KUHAP
bunyinya sebagai berikut:
“Setelah menerima laporan atau pengaduan, penyelidik atau penyidik
harus memberikan surat taanda penerimaan laporan atau pengaduan
kepada yang bersangkutan”

3. Petugas segera ambil tindakan yang diperlukan, diatur dalam pasal


102 KUHAP dan 106 KUHAP

Bunyi Pasal 102 ayat (1) KUHAP sebagai berikut:


“Penyelidikan yang mengetahui, menerima laporan atau pengaduan
tentang terjadinya suatu peristiwa yang patut diduga merupakan
tindak pidana wajib segera melakukan tindakan penyelidikan”

Bunyi Pasal 106 KUHAP sebagai berikut:


“Penyidikan yang megetahui, menerima laporan atau pengaduan
tentang terjadinya suatu peristiwa yang patut diduga merupakan
tindak pidana wajib segera melakukan tindakan penyidikan yang
diperlukan”

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Seseorang dapat saja melaporkan sesuatu, baik atas kemauannya sendiri
ataupun atas kewajiban yang dibebankan kepadanya oleh undang-undang.
Aduan bermakna bila seseorang merasa dirugikan hak hukumnya oleh orang
lain, maka ia dapat mengadukan perilaku tersebut dengan disertai keinginan
untuk memperoleh keadilan atau tuntutan hukum.
Menurut R. Tresna, istilah pengaduan (klacht) tidak sama artinya dengan
pelaporan (aangfte) ( R. Tresna, asas-asas Hukum Pidana disertai pembahasan
beberapa perbuatan pidana yang penting (Jakarta: Tiara,1959). Perbedaan secara
umum keduanya adalah sebagai berikut :
Pelaporan dapat diajukan terhadap segala perbuatan pidana, sedangkan
pengaduan hanya mengenai kejahatan-kejahatan, dimana adanya pengaduan itu
menjadi syarat.
Setiap orang dapat melaporkan suatu kejadian sedangkan pengaduan hanya
dapat diajukan oleh orang-orang yang berhak mengajukannya.
Pelaporan tindak menjadi syarat untuk mengadakan tuntutan pidana, sedangkan
pengaduan dalam hal-hal kejahatan tertentu sebaliknya merupakan syarat untuk
mengadakan penuntutan.
Pengaduan yang bersifat khusus hanya bisa dilakukan oleh pihak tertentu yang
berkepentingan, sehingga dapat dicabut sebelum sampai ke persidangan apabila
terjadi perdamaian antara pengadu dan teradu. Jika terjadi pencabutan
pengaduan, maka perkara tidak dapat diproses lagi.

7
DAFTAR PUSTAKA

Andi Hamzar, Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia, Ghalia Indonesia


Jakarta
KUHAP Lengkap, Sinar Grafika Jakarta, 2012
https://lektur.id/arti-tertangkap-tangan/
https://menuruthukum.com/2020/03/27/laporan-dan-pengaduan/
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/cl4411/tangkap-tangan
https://www.rs-lawyer.id/perbedaan-laporan-pengaduan-dan-tertangkap-
tangan/

Anda mungkin juga menyukai