Di Susun Oleh:
Kelompok 4
1. Chandra Susanti (200204067)
2. Alfira Dwi Rusmayani (200204071)
3. Rahmatdun Hariadi (200204062)
i
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER...........................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan ..................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Awal Proses Hukum Acara Pidana.......................................................2
1. Tertangkap Tangan............................................................................2
2. Laporan dan Pengaduan....................................................................4
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum acara pidana berhubungan erat dengan diadakannya hukum pidana,
oleh karena itu, hukum acara pidana merupakan suatu rangkaian peraturan
yang memuat cara bagaimana badan-badan pemerintah yang berkuasa yaitu
kepolisian, kejaksaan dan pengadiln harus bertindak guna mencapai tujuan
Negara dengan mengadakan hukum pidana. Polri merupakan salah satu
aparat penegak hukum, karena Kepolisian Negara Indonesia bertujuan untuk
mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya
keamanan dan ketertban masyarakat, tertib dan tegakna hukum.
Terselenggaranya perlindungan, pengayoman danpelayanan kepada
masyarakat, serta terbinanya masyarakat yang menjunjung tinggi hak asasi
manusia. Hal ini sesuaisesuai dengan Undang- Undang Negara Republik
Indonesia Pasal , keamanan dan ketertiban tersebut dapat teripta dengan
baik apabila setiap orang mau dam mampu mematuhi peraturan Undang-
Undang yang ada yaitu KUHAP.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja awal proses hukum acara pidana?
2.
C. Tujuan
Untuk mengetahui awal proses hukum acara pidana
1
BAB II
PEMBAHASAN
Awal Proses Hukum Acara Pidana
A. Tertangkap Tangan
1) Pengertian Tertangkap Tangan
2
4. Diketahui sendiri atau pemberitahuan atau cara lain sehingga
penyidik ketahui terjadinya delik seperti baca di surat kabar,
dengar di radio, dengar orang bercerita dan selanjutnya.
Jadi, bagi pelaku tertangkap tangan tidak dapat langsung dijatuhkan sanksi
pidana sebelum melalui proses peradilan.
3
diperhatikan kata “hak” yang terdapat dalam ketentuan ini. Bukan
kewajiban melainkan hak. Berarti oang yang melihat atau menyaksikan
boleh mempergunakan haknya untuk menangkap.
Lain halnya pada kelompok kedua ini, yaitu orang-orang
Yang mempunyai wewenang dalam tugas ketertiban,
Yang mempunyai wewenang dalam tugas ketentraman, kelompok ini
wajib menangkap tersangka.
B. Laporan dan Pengaduan
Laporan
Definisi dari laporan terantum dalam Pasal 1 butir 24 KUHAP dan
bunyi adalah sebagai berikut:
“Laporan adalah pemberitahuan yang disampaikan oleh seorang karena
hak atau kewajiban berdasarkan undang-undang kepada pejabat yang
berwenang tentang telah atau sedang atau diduga akanterjadinya peristiwa
pidana.
Pengaduan
Pengaduan terdapat pada Pasal 1 butir 25 KUHAP dan berbunyi
“pengaduan adalah pemberitahuandisertai permintaan oleh pihak yang
berkepentingan kepada pejabat yang berwenang untuk menindak menurut
hukum seorang yang telah melakukan tindak pidana aduan yang
merugikan.
Perbedaan Laporan dan Pengaduan
Orang-orang tertentu
Pihak yang Setiap orang yang terlibat dalam
Melaporkan tindak pidana
4
Dapat dicabut yaitu
Proses Tidak dapat dicabut plaing lambat 3 bulan
Tindakan sejak diadukannya
pengaduan
Apabila pengadu
Wajib seketika dan berada di Indonesisa
Waktu wajib segera dan batas paling lama 6 bulan
Penyampaian waktu berakhir
tergantung dari Apabila pengadu
daluwarsa perkara berada di luar negeri
paling lama 9 bulan.
1. Tertulis atau lisan, diatur dalam pasal 108 ayat (1) KUHAP
bunyinya sebagai berikut:
“Setiap orang yang mengalami, melihat, menyaksikan dan atau
menjadi korban peristiwa yang merupakan tindak pidana berhak
untuk mengajukan laporan atau pengaduan kepada penyelidik dan
atau penyidik baik lisan maupun tertulis”.
5
2. Bukti Penerimaan laporan atau pengaduan, untuk kontrol
perkembangan khusus, diatur dalam pasal 108 ayat (6) KUHAP
bunyinya sebagai berikut:
“Setelah menerima laporan atau pengaduan, penyelidik atau penyidik
harus memberikan surat taanda penerimaan laporan atau pengaduan
kepada yang bersangkutan”
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Seseorang dapat saja melaporkan sesuatu, baik atas kemauannya sendiri
ataupun atas kewajiban yang dibebankan kepadanya oleh undang-undang.
Aduan bermakna bila seseorang merasa dirugikan hak hukumnya oleh orang
lain, maka ia dapat mengadukan perilaku tersebut dengan disertai keinginan
untuk memperoleh keadilan atau tuntutan hukum.
Menurut R. Tresna, istilah pengaduan (klacht) tidak sama artinya dengan
pelaporan (aangfte) ( R. Tresna, asas-asas Hukum Pidana disertai pembahasan
beberapa perbuatan pidana yang penting (Jakarta: Tiara,1959). Perbedaan secara
umum keduanya adalah sebagai berikut :
Pelaporan dapat diajukan terhadap segala perbuatan pidana, sedangkan
pengaduan hanya mengenai kejahatan-kejahatan, dimana adanya pengaduan itu
menjadi syarat.
Setiap orang dapat melaporkan suatu kejadian sedangkan pengaduan hanya
dapat diajukan oleh orang-orang yang berhak mengajukannya.
Pelaporan tindak menjadi syarat untuk mengadakan tuntutan pidana, sedangkan
pengaduan dalam hal-hal kejahatan tertentu sebaliknya merupakan syarat untuk
mengadakan penuntutan.
Pengaduan yang bersifat khusus hanya bisa dilakukan oleh pihak tertentu yang
berkepentingan, sehingga dapat dicabut sebelum sampai ke persidangan apabila
terjadi perdamaian antara pengadu dan teradu. Jika terjadi pencabutan
pengaduan, maka perkara tidak dapat diproses lagi.
7
DAFTAR PUSTAKA