DOSEN PENGAMPU:
KELOMPOK 1:
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ANDALAS
2023/2024
i
PRAKATA
Puji syukur diucapkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik pikiran maupun materinya. Kami berharap bahwa makalah ini dapat memberikan
wawasan baru dan untuk mengantar pembaca menuju ke pemahaman yang lebih baik
terhadap Praktik Peradilan Pidana. Kami juga berharap bahwa makalah ini dapat menjadi
sumber inspirasi bagi pembaca untuk terlibat dalam diskusi dan pemikiran yang lebih
mendalam mengenai Praktik Peradilan Pidana dan perannya dalam menjaga keadilan dan
keamanan di masyarakat.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat
DAFTAR ISI
i
PRAKATA.................................................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................... ii
BAB I......................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN.......................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG........................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH....................................................................................3
1.3 TUJUAN........................................................................................................3
BAB II....................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN.......................................................................................................... 4
2.1 PENGERTIAN PRAKTIK PERADILAN PIDANA................................................4
2.2 Tujuan Praktik Peradilan Pidana.................................................................17
BAB III................................................................................................................... 29
PENUTUP................................................................................................................ 29
3.1 KESIMPULAN..............................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................31
ii
BAB I
PENDAHULUAN
perkembangan sejarah hukum dan kebutuhan manusia akan keadilan dan keamanan
dalam masyarakat. Berikut ini adalah penjelasan secara rinci dan sistematis terkait
masyarakat. Hukum pidana merupakan bagian dari sistem hukum yang berfungsi
untuk menjaga keadilan dan memberikan sanksi kepada pelaku tindak pidana.
masyarakat yang kompleks, tindak pidana dapat merusak ketertiban sosial dan
yang dapat menangani kasus-kasus pidana dan memberikan sanksi yang sesuai
penjatuhan hukuman. Tujuan dari proses ini adalah untuk menegakkan hukum
1
dan memastikan bahwa pelaku tindak pidana menerima sanksi yang sesuai
dengan perbuatannya.
tujuan untuk mencegah terjadinya tindak pidana di masa depan. Dengan adanya
sistem peradilan yang efektif dan adil, diharapkan pelaku potensial akan berpikir
dua kali sebelum melakukan tindak pidana karena mereka tahu bahwa akan ada
5. Perlindungan Hak Asasi Manusia: Praktik peradilan pidana juga berkaitan dengan
atau terdakwa harus dihormati dan dilindungi. Prinsip-prinsip seperti praduga tak
bersalah, hak atas pembelaan, dan hak atas pengadilan yang adil menjadi
keadilan dan keamanan dalam masyarakat serta memberikan sanksi yang sesuai
2
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana definisi dan pengertian terkait Praktik Peradilan Pidana?
2. Apa yang menjadi tujuan Praktik Peradilan Pidana?
1.3 TUJUAN
3
BAB II
PEMBAHASAN
dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana dan sebagian yang lain terdapat pada
yang diancam dengan hukum pidana; (b) penunjukkan syarat-syarat umum yang harns
dihukum pidana; (e) penunjukkan orang-orang atau badan-badan hukum yang pada
umumnya dapat dipidana , dan (d) penunjukkan maeam hukuman pidana yang dapat
oleh Pengadilan , dan pelaksanaan putusan Pengadilan diatur dalam Hukum Acara
Pidana (Witjono, 1980: 15). Jadi, kata Hukum Pidana menetapkan "bila", kepada
"siapa", dan "bagaimana hukuman pidana dapat dijatuhkan oleh Hakim; sedangkan
Hukum Acara Pidana mengetur prosedur dan proses peradilan atas dasar hukum
pidana.
Hukum Acara Pidana disebut juga hukum pidana formal, yang mengatur
pidana, sedangkan hukum pidana material berisi petunjuk dan uraian tentang delik
yaitu peraturan tentang material berisi petunjuk dan uraian tentang delik yaitu
mengenai ornag yang dapat dipidana serta aturan tentang pemidanaan, yaitu
4
mengatur kepada siapa dan bagaimana pidana itu dapat dijatuhkan. Sedangkan
KUHAP mengatur tata laksana penanganan perkara pidana sejak diketahui terjadinya
suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana, hingga sampai tahap akhir berupa
pelaksanaan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap.
kesalahannya guna ketertiban dan keamanan masyarakat. Pihak kedua adalah orang
yang dituntut, yakni bahwa yang bersangkutan harus diperlakukan secara adil
sedemikian rupa sehingga jangan sampai terjadi orang yang tidak bersalab mendapat
mendapat hukuman yang terlalu berat yang tidak seimbang dengan kesalahan 'yang
dibuatnya. Titik herat Hukum Pidana pada perlindungan masyarakat, sedangkan titk
berat Hukum Acara Pidana pada perlindungan hak tersangka pelalru pelanggaran
hukum pidana.
hukum dikenal adanya dua sistem, yakni sistem "accusatoirft (penuduhan) dan sistem
(kepolisian atau kejaksaan) sedemikian rupa sehingga kedua belah pihak masing-
masing mempunyai hak yang sarna dan Hakim berkedudukan di atas kedua belah
pihak yang berperkara pidana menurut Hukum Pidana yang berlaku. Sedangkan sistem
inquisitoir mendudukkan tersangka sebagai "obyek" yang hams diperiksa atas dasar
pendakwaan yang sedikit banyak telah diyakini kebenarannya oleh pendakwa atas
5
lebih merupakan upaya untuk mendorong tersangka agar mengakui saja
"kesalahannya".
Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
(UU No. 8 Tahun 1981), yang kemudian lazim disebut sebagai “Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana” atau “KUHAP” berdasarkan Pasal 285 KUHAP. Seperti
pada umumnya, para ilmuwan hukum pidana memberikan pendapat yang berbeda-
Adapun yang dimaksud dengan Hukum Acara Pidana menurut para ahli
sebagai berikut:
Pengadilan harus bertindak guna mencapai tujuan Negara dengan mengadakan hukum
pidana.
Rd. Achmad S Soema Dipradja, S.H., mengatakan bahwa ilmu Hukum Acara
Pidana mempelajari peraturan yang diadakan oleh Negara dalam hal adanya
Van Bemmelen dinyatakan pula bahwa pada pokoknya hukum acara pidana mengatur
hal-hal berikut:
6
1. Diusutnya kebenaran dari adanya persangkaan oleh alat-alat negara yang
3. Diikhtiarkan segala daya upaya agar para pelaku dari erbuatan tadi dapat
4. Alat-alat bukri yang telah diperoleh dan terkumpul hasil pengusutan dari
daripada perbuatan yang disangka dilakukan oleh tersangka dan tindakan atau
7. Putusan yang pada akhirnya diambil berupa pidana atau tindakan untuk
melaksanakan.
Dapat disimpulkan bahwa tujuan pokok hukum acara pidana adalah untuk:
7
hukum yang mengatur bagaimana cara dan proses pengambilan putusan oleh
hakim; dan (3) peraturan hukum yang mengatur tahap pelaksanaan terhadap
menyatakan, hukum acara pidana erat dengan adanya hukum pidana, maka
tersebut.
8
Praktik Peradilan Pidana merupakan salah satu mata kuliah yang dipelajari
pada jurusan ilmu Hukum untuk mengimplementasikan teori yang sudah diperoleh
setelah mempelajari mata kuliah hukum pidana dan Hukum Acara Pidana. Praktik
Peradilan Pidana berasal dari kata Praktik dan Peradilan Pidana. Kata “praktik” berarti
pidana” berarti proses untuk menerapkan keseluruhan aturan pidana baik materil
atau formil dalam rangka penegakan hukum pidana guna memperoleh kepastian
hukum dan mendapatkan keadilan. Oleh karena itu, praktik peradilan pidana dapat
aturan materil maupun formil dalam rangka penegakan hukum, guna memperoleh
Dalam mata kuliah dan praktek hukum peradilan pidana, mahasiswa dan
penuntut umum dan seorang advokat serta penyidik, tetapi lebih dari itu yaitu harus
peradilan semu untuk persiapan dalam praktek sistem peradilan pidana, untuk
membuktikan terdakwa bersalah atau tidak berdasarkan analisa dalam berkas yang
disusunnya. Pengenalan mata kuliah hukum acara pidana dan praktek peradilan
kemampuan teori dan berpraktek. Terutama membuat surat – surat penting yang
digunakan dalam perkara pidana serta kemahiran dan keterampilan hukum dalam
9
kegiatan belajar dan berlatih membuat surat – surat penting sekaligus menjalankan
praktek persidangan seharusnya berpedoman pada literatur yang tepat dan baik
rangkaian proses dalam praktek penyusunan berkas perkara pidana yang digunakan
di dalam pemeriksaan di pengadilan oleh Hakim atau Majelis Hakim, yang diawali
adanya berkas pada tingkat penyidikan, berkas pada tingkat penuntutan, berkas
pada tingkat persidangan dan berkas pada tingkat putusan pengadilan serta berkas
yang berkaitan dengan administratif. Langkah awal yang harus dilakukan sebelum
pidana, sehingga muncul banyak dugaan yang dimulai dari banyaknya nama- nama
orang yang terlibat dalam tindak pidana, nama-nama lokasi atau tempat terjadinya
tindak pidana, tanggal-tanggal yang berkaitan dengan perkara tindak pidana serta
barang-barang bukti yang berkaitan dengan tindak pidana. Sehingga hal-hal tersebut
dapat dianalisa, bahwa tidak semua yang muncul dalam uraian atau keterangan dan
10
a). Tempus Delictie (Waktu terjadinya / dugaan Tindak Pidana);
Dalam perkara tindak pidana pasti akan muncul tanggal-tanggal yang berkaitan
tersebut dibuat pedoman dalam menentukan kronologi perkara tindak pidana dan
penentuan waktu terjadinya tindak pidana berkaitan erat dengan pasal-pasal yang
Dalam penentuan tempat terjadinya perkara tindak pidana sangat penting untuk
memastikan dimanakah perkara tindak pidana ini akan diajukan dalam proses
perkara yang akan dianalisis terkadang tidak menunjukkan pada satu tempat yang
pasti, melainkan menunjuk dan atau menyebut banyak tempat atau lokasi. Untuk itu
penentuan tempat atau lokasi terjadinya tindak pidana jangan hanya semata-mata di
seseorang atau beberapa orang yang diduga melakukan tindak pidana, maka
ditunjuk dalam perkara tindak pidana tersebut. Dengan demikian untuk menentukan
lokasi atau temapat yang ada hubungannya peristiwa tindak pidana, akan dipilih
pengembangan berita acara pemeriksaan para pihak dan atau skenario perkara
11
c). Para Pihak yang terlibat dalam Tindak Pidana;
Dalam menangani suatu perkara tindak pidana atau menentukan kasus posisinya,
pasti menyebutkan pihak-pihak yang terlibat dalam perkara tindak pidana tersebut,
dahulu menentukan tersangkanya, lebih baik nama-nama para pihak yang terlibat
dalam tindak pidana yang muncul diinventaris lebih dahulu secara tuntas dan
sebagaimana ditentukan dalam kasus posisi dari skenario perkara tindak pidana.
kekeliruan yang nyata terjadi (seperti perkara tindak pidana Singkong dan Karta).
Untuk itu lebih baik fokus pada satu nama, sehingga pengembangan perkara selalu
diarahkan ke nama yang telah ditetapkan sebagai calon tersangka. Jangan sampai
menentukan tersangka yang hanaya kasat mata yang patut diduga keras melakukan
tindak pidana, karena kemungkinan ada aktor baru yang muncul dalam perkara
tindak pidana tersebut. Suatu misal kasus nebis in idem, tersangkanya seorang
pemuda tidak berbuat apa-apa tetapi dituduh oleh pejabat setempat melakukan
tindak pidana pembunuhan terhadap anak pejabat tersebut, hanya karena tersangka
atau pemuda itu tidak disenangi oleh pejabat tersebut dan ternyata anaknya di
tingkat peradilan. diputuskan pemuda tersebut bersalah yang harus menjalani pidana
penjara selama 10 (sepuluh) tahun. Kemudian Pemuda itu menjalani hukuman dan
keluar dari penjara mencari anak pejabat tesebut dan ketemu anaknya dibunuh,
12
maka peristiwa tersebut merupakan nebis in idem yaitu suatu perkara tindak pidana
tidak boleh diputus 2 (dua) kali dalam kasus yang sama dan terdakwa yang sama.
Bukti-bukti yang berkaitan dengan perkara tindak pidana yang dijadikan fakta-fakta
dapat dilakukan di dalam tahap skenario perkara tindak pidana. Dimungkinkan juga
melakukan pemeriksaan terhadap para pihak yang terlibat dalam peristiwa perkara
Fakta-fakta hukum tersebut harus memuat tentang syarat minimal yaitu: tempus
delictie, locus delictie, para pihak yang terlibat dalam tindak pidana dan bukti-bukti
yang berkaitan dengan tindak pidana. Berdasarkan fakta-fakta hukum yang ada
tersebut, maka dapat diputuskan kemungkinan untuk dipilih siapa sebagai calon
ditemukan barang bukti yang berkaitan dengan tindak pidana dan dimungkinkan ada
lain tersebut, sehingga perkara tindak pidana tersebut dapat ditangani dengan tuntas
13
Bahwa pada umumnya perkara tindak pidana dibuat dengan sebuah uraian
secara umum dari suatu peristiwa yang diduga merupakan tindak pidana, maka
uraian tersebut dicari fakta-fakta hukum yang berkaitan dengan locus delictie,
tempus delictie, para pihak yang terlibat dan barang bukti atas tindak pidana.
Kemudian disusun sebagai skenario tindak pidana yang berfungsi layaknya jalan
cerita suatu perkara tindak pidana yang dengan tegas akan menentukan siapa
tersangka, korban, saksi-saksi yang akan di panggil untuk hadir dalam pemeriksaan
sampai dengan perkara tindak pidana itu di putus. Dalam skenario perkara tindak
berikut:
Dalam penyusunan fakta-fakta hukum yang baru haruslah dibuat denga cermat
berkaitan dengan fakta-fakta hukum yang sudah ada dan tidak perlu berbelit-belit,
mengingat fakta-fakta hukum yang baru itu hanya berfungsi untuk memperjelas
perkara tindak pidana, sehingga kalau terlalu berbelit-belit justru akan semakin
membingungkan, maka perlu sekali adanya sinkronisasi antara fakta hukum yang
Bahwa setiap penambahan di dalam skenario perkara tindak pidana terhadap para
pihak dan barang bukti hendaknya yang memiliki kualifikasi yang layak baik sebagai
saksi dan penambahan barang bukti dalam perkara tersebut, artinya dapat
menjelaskan dan atau memperjelas suatu peristiwa perkara tindak pidana yang
14
meringankan tersangka, selain itu bukti-bukti yang menguatkan terjadinya peristiwa
perkara tindak pidana hendaknya perlu sekali dimunculkan. Penambahan para pihak
dalam skenario perkara tindak pidana tidak hanya untuk memperkuat pembuktian
saja, akan tetapi juga diperlukan untuk pengembangan kasus dan variasi serta
improvisasi perkara tindak pidana. Suatu misal penambahan saksi warga negara
asing, maka akan menambah kaitannya dengan tata cara pemeriksaan warga negara
Bahwa untuk tahapan skenario perkara tindak pidana, hendaknya diarahkan sesuai
dengan unsur-unsur pasal dari pada perkara tindak pidana yang akan disangkakan
atau didakwakan. Secara garis besar perkara tersebut dapat ditemukan perkiraan
awal mengenai kualifikasi tindak pidana tentang apakah yang terjadi. Maka skenario
hukum yang ada diarahkan sesuai unsur-unsur tindak pidana sesuai pasal yang akan
Bahwa penerapan dasar hukum atau pasal dalam perkara tindak pidana
harus tepat dengan perbuatan tindak pidana yang dilakukan, sehingga analisis dari
perkara yang ada setelah dikembangkan dengan skenario yang akan membuat alur
perkara, maupun penerapan hukum yang dipilih akan menjadikan titik utama.
1 Tolib Effendi, Kemahiran Beracara Pidana Pada Pengadilan Tingkat Pertama, Setara Press, Malang,
2016, h.50.
15
Mengingat analisis perkara tindak pidana yang berdasarkan fakta- fakta hukum
dikaitkan dengan penerapan pasal yang dipilih menjadi awal mula dalam penyusunan
pedoman awal untuk menentukan undang-undang yang tepat adalah dengan melihat
delicti dalam perkara yang di analisis. Selain tanggal diundangkan perlu diperhatikan
diundangkan, melainkan pada waktu yang akan datang (tertentu). Sebagai contoh
perkara tindak pidana korupsi yang bersangkut paut dengan pengadaan barang dan
jasa.
korupsi, peraturan tentang pengadaan barang dan jasa, serta peraturan tentang
penyempurnaan dari tahun 2003, 2007 dan 2011, sehingga pada prinsipnya aturan
mengkaitkan dengan pihak-pihak lain di luar sistem peradilan pidana, dimana KPK
16
(Komisi Pemberantasan Korupsi) memiliki yurisdiksi untuk menangani perkara tindak
pidana korupsi dengan kualifikasi khusus (Pasal 11 Undang Undang No.30 Tahun
skenario perkara tersebut dengan unsur-unsur tindak pidana yang diarahkan dalam
didakwakan dalam perkara tindak pidana dengan skenario perkara tindak pidana
pidana. Sehingga harus dipahami unsur-unsur pasal yang akan didakwakan agar
pengembangan skenario perkara tindak pidana dapat diarahkan sesuai dengan apa
telah dipelajari dalam Hukum Acara, baik itu Hukum Acara Pidana, Hukum Acara
Perdata, atau bahkan Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara. Karena itu, Praktik
Peradilan menjadi mata kuliah yang harus diikuti oleh semua mahasiswa di Fakultas
17
Hukum.Mata kuliah Praktik Peradilan, terutama dalam konteks peradilan pidana,
mahasiswa dapat menguasai proses dan praktik yang terkait dengan peradilan pidana
secara nyata.
Tujuan Praktik Peradilan Pidana dalam hal pelatihan dan simulasi adalah suatu
dan menguasai proses peradilan pidana secara praktis. Dalam konteks ini, kegiatan
tentang bagaimana sistem peradilan pidana bekerja dalam praktiknya. Ini bisa
kasus nyata.
18
untuk berpartisipasi secara efektif dalam proses persidangan dalam peradilan
pidana.
dalam konteks persidangan. Praktik ini membantu mahasiswa menjadi lebih siap
untuk menghadapi situasi nyata di ruang sidang dan menjadi profesional hukum
pidana.
3. Kemahiran Surat-menyurat
19
Dalam praktik peradilan pidana, mahasiswa dapat belajar cara menyusun
dokumen hukum yang tepat, jelas, dan sesuai dengan ketentuan hukum yang
berlaku. Dan juga dapat memahami format, struktur, dan tata bahasa yang sesuai
kasus yang kuat untuk menunjang argumentasi hukum dalam sebuah tulisan.
1) Surat Dakwaan
penuntutan perkara pidana dan merupakan bagian dari hukum acara pidana.
Surat dakwaan adalah dokumen tertulis yang berisi tuduhan resmi terhadap
terdakwa atas tindak pidana yang diduga dilakukannya. Ada beberapa jenis
sebelum waktu penahanannya selesai. Ini merupakan salah satu cara untuk
penahanannya ditunda.
3) Surat Banding
20
Banding yaitu salah satu upaya hukum biasa yang dapat diminta oleh salah
satu pihak atau kedua belah pihak yang berperkara terhadap suatu putusan
adalah hal yang pasti. Setiap mahasiswa yang mempelajari mata kuliah Hukum Acara
Pidana akan menyadari bahwa teori yang dipelajari dalam kelas seringkali berbeda
dengan situasi praktis di lapangan. Oleh karena itu, Praktik Peradilan Pidana menjadi
situasi nyata. Mahasiswa dapat melihat bagaimana teori-teori yang telah dipelajari
21
Praktik Peradilan Pidana menjadi langkah penting sebagai pelengkap mata kuliah
hukum pidana mulai dari proses penyelidikan dan penyidikan, penangkapan dan
putusan pengadilan. atau dengan kata lain bekerjanya institusi kepolisian, institusi
yang mempunyai tujuan dalam hal ini adalah usaha pencegahan kejahatan
sosial.[1]
Praktik peradilan pidana merupakan lanjutan dari hukum pidana dan hukum
acara pidana dimana Tujuan hukum pidana adalah mencari kebenaran materiil.
Hukum pidana materiil menentukan perbuatan mana yang termasuk tindak pidana.
Hukum pidana materiil tercantum pada KUHP. Sedangkan hukum acara adalah
seperangkat aturan yang diberikan aparat penegak hukum. Yang dimaksud aparat
penegak hukum adalah hakim, polisi, jaksa, dan advokat. Hukum pidana formil
22
3. Mengusahakan agar mereka yang pernah melakukan kejahatan tidak
komponen yang berada dalam sistem peradilan pidana yakni Kepolisian, Kejaksaan,
Pengadilan dan Lembaga Pemasyarakatan diharapkan dapat bekerja sama dan dapat
menjalankan tugas dan fungsinya, maka akan diperkirakan terdapat tiga kerugian
sistem yang ada dalam masyarakat yang memiliki fungsi untuk menanggulangi
agar tetap dalam batas toleransi masyarakat tidak bermakna bahwa hal ini
kejahatan tersebut terjadi. Namun, toleransi tersebut harus dijadikan sebagai suatu
23
kesadaran bahwa kejahatan akan tetap ada selama masih ada manusia di dalam
masyarakat. Sehingga dalam hal ini, dimana ada masyarakat pasti disitu pula tetap
nyata dari tujuan hukum acara pidana. Atau biasa disebut hukum pidana formil.
Hukum acara pidana memiliki tujuan menyelesaikan masalah yang memenuhi kriteria
hukum substantif melalui proses berdasarkan aturan yang terkandung dalam hukum
acara. Ini berarti bahwa hukum acara hanya bekerja ketika ada masalah yang
dihadapi oleh individu. Masalah ini harus ditangani secara adil untuk mendapatkan
kebenaran.
a) Tujuan jangka pendek berupa resosialisasi pelaku tindak pidana. Tujuan jangka
pendek lebih diarahkan kepada pelaku tindak pidana dan mereka yang
perbuatannya sehingga tidak melakukan kejahatan lagi, demikian pula orang lain
masyarakat. Tentu tujuan menengah ini akan dapat tercapai jika tujuan jangka
pendek tercapai sebab tidak mungkin akan tercipta rasa aman dan damai di
24
c) Tujuan jangka panjang berupa kesejahteraan sosial Sementara tujuan jangka
tujuan-tujuan sebelumnya.
c) Segala upaya akan dilakukan agar pelaku perbuatan ini bisa ditangkap dan bila
perlu ditahan.
d) Alat bukti yang diperoleh dan dikumpulkan dari hasil pemeriksaan kebenaran
dugaan telah diserahkan kepada hakim, serta diproses agar tersangka dapat
perbuatan yang dituduhkan dan tindakan atau hukuman apa yang akan
hakim.
25
Dengan demikian, berdasarkan pertanyaan di atas, dapat disimpulkan bahwa
Demikian pula menurut Rd. Achmad S. Soema Dipradja, hukum acara pidana
26
Dalam Pedoman Penerapan KUHAP telah dirumuskan tujuan hukum
dibuktikan atau tidak. kejahatan itu dilakukan dan apakah terdakwa dapat
dipersalahkan.”
Jika melihat susunan kata di atas, maka tujuan hukum acara pidana
1. Kebenaran materiil adalah kebenaran yang hakiki dan utuh dari suatu
tindak pidana.
27
Tujuan hukum acara pidana sebagaimana dimaksud dalam KUHAP dijelaskan
sebagai berikut:
3. Pelaksanaan keputusan.
Dari ketiga tujuan tersebut, yang terpenting karena merupakan dasar dari
menemukan kebenaran adalah menurut ketentuan Pasal 183 KUHAP, tujuan hukum
acara pidana adalah untuk mengetahui hakikat suatu hal, pantas atau tidak?
material”
28
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana dan sebagian yang lain terdapat pada
Hukum Acara Pidana disebut juga hukum pidana formal, yang mengatur bagaimana
hukum pidana material berisi petunjuk dan uraian tentang delik yaitu peraturan
tentang material berisi petunjuk dan uraian tentang delik yaitu peraturan tentang
dapat dipidana serta aturan tentang pemidanaan, yaitu mengatur kepada siapa dan
bagaimana pidana itu dapat dijatuhkan. Sedangkan KUHAP mengatur tata laksana
penanganan perkara pidana sejak diketahui terjadinya suatu peristiwa yang diduga
sebagai tindak pidana, hingga sampai tahap akhir berupa pelaksanaan putusan
Praktik Peradilan Pidana merupakan salah satu mata kuliah yang dipelajari
pada jurusan ilmu Hukum untuk mengimplementasikan teori yang sudah diperoleh
setelah mempelajari mata kuliah hukum pidana dan Hukum Acara Pidana. Praktik
Peradilan Pidana berasal dari kata Praktik dan Peradilan Pidana. Kata “praktik” berarti
pidana” berarti proses untuk menerapkan keseluruhan aturan pidana baik materil
atau formil dalam rangka penegakan hukum pidana guna memperoleh kepastian
29
hukum dan mendapatkan keadilan. Oleh karena itu, praktik peradilan pidana dapat
aturan materil maupun formil dalam rangka penegakan hukum, guna memperoleh
rangkaian proses dalam praktek penyusunan berkas perkara pidana yang digunakan
di dalam pemeriksaan di pengadilan oleh Hakim atau Majelis Hakim, yang diawali
adanya berkas pada tingkat penyidikan, berkas pada tingkat penuntutan, berkas
pada tingkat persidangan dan berkas pada tingkat putusan pengadilan serta berkas
30
DAFTAR PUSTAKA
Mardjono Reksodipoetro, 1994. Sistem Peradilan Pidana Indonesia (Peran Penegak Hukum
Romli Atmasasmita, 1996. Sistem Peradilan Pidana (Criminal Justice System) Perspektif
Roesnawati, Emy. (2019). Buku Ajar Praktik Peradilan Pidana. Sidoarjo: UMSIDA Press.
Sugianto. (2018). Hukum Acara Pidana dalam Praktek Peradilan di Indonesia. Yogyakarta:
Deepublish.
32