DISUSUN OLEH :
Nim :21042202
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat
tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Penulis sangat
berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami
berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi
kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
JUDUL ............................................................................................................................................ i
ABSTRAK ...................................................................................................................................... ii
Tujuan ....................................................................................................................................... 1
BAB 1V PENUTUP........................................................................................................................ 4
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Hukum acara (dikenal juga sebagai hukum prosedur atau peraturan keadilan) adalah serangkaian
aturan yang mengikat dan mengatur tata cara dijalankannya persidangan pidana, perdata, maupun
tata usaha negara. Hukum acara dibuat untuk menjamin adanya sebuah proses hukum yang
semestinya dalam menegakkan hukum.
2
Menurut fungsinya, hukum dibedakan menjadi hukum materiil dan hukum formil atau hukum
acara. Hukum acara perdata adalah hukum perdata formil, yang pada dasarnya berfungsi
mempertahankan atau menegakkan hukum perdata materiil melalui pengadilan apabila terjadi
pelanggaran terhadap hukum perdata materiil atau terjadi sengketa. Bahkan hukum acara perdata
juga mengatur bagaimana tata cara memperolah hak dan kepastian hukum manakala tidak terjadi
sengketa melalui pengajuan “permohonan” ke pengadilan.Namun demikian, secara umum hukum
acara perdata mengatur proses penyelesaian perkara perdata melalui hakim di pengadilan
penyusunan gugatan, pengajuan gugatan, pemeriksaan gugatan, putusan pengadilan sampai
dengan eksekusi atau pelaksanaan putusan pengadilan.
3
Pengadilan Tinggi Agama. Pengadilan Tinggi Agama merupakan sebuah lembaga
peradilan di lingkungan Peradilan Agama sebagai pengadilan tingkat banding yang
berkedudukan di ibu kota Provinsi.
Pengadilan Negeri Agama. Pengadilan Negeri Agama atau yang biasa disebut Pengadilan
Agama merupakan sebuah lembaga peradilan di lingkungan Peradilan Agama yang
berkedudukan di ibu kota kabupaten atau kota.
Peradilan Tata Usaha Negara adalah lingkungan peradilan di bawah Mahkamah Agung yang
melaksanakan kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan terhadap sengketa Tata Usaha
Negara. Kekuasaan Kehakiman pada Peradilan Tata Usaha Negara dilaksanakan oleh :
4
Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara. Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara merupakan
sebuah lembaga peradilan di lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara pada tingkat
banding yang berkedudukan di ibu kota Provinsi. Susunan pengadilan terdiri atas
Pimpinan, Hakim Anggota, Panitera, dan Sekretaris; dan pemimpin pengadilan terdiri
atas seorang Ketua dan seoirang Wakil Ketua.
Pengadilan Tata Usaha Negara. Pengadilan Tata Usaha Negara merupakan sebuah
lembaga peradilan di lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara pada tingkat pertama yang
berkedudukan di ibu kota kabupaten atau kota. Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara
bertugas dan berwenang:(a) meemeriksa dan memutuskan sengketa Tata Usaha Negaradi
tingkat banding; (b) memeriksa dan memutuskan mengadili antara pengadilan Tata Usaha
Negara di dalam daerah hukumnya; (c) memeriksa, memutus, dan menyelesaikan
ditingkat pertama sengketa Tata Usaha Negara.
Kekuasaan Kehakiman
Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, demi terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia
Kekuasaan kehakiman diartikan sebagai kewenangan menetapkan nilai hukum dari tindakan masyarakat
berdasarkan kaidah hukum dan menyematkan akibat hukum terhadap tindakan tersebut. Kebebasan hakim
dari intervensi pihak manapun dalam memutus perkara dikenal dengan ungkapan "Kekuasaan kehakiman
yang merdeka". Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan dalam pasal 24 ayat 1 UUD 1945.
Pelaksana kekuasaan kehakiman di Indonesia adalah mahkamah agung atau MA dan badan peradilan
yang berada di bawahnya dan oleh mahkamah konstitusi atau MK. Selaras dengan MA dan MK, terdapat
lembaga negara independen yang masuk dalam kekuasaan peradilan atau yudikatif yang berwenang
mengusulkan calon hakim agung yaitu komisi yudisial atau KY. Mahkamah agung berwenang mengadili
di tingkat kasasi terhadap putusan yang diberikan pada tingkat terakhir oleh peradilan yang berada di
bawahnya, menguji peraturan perundang-undangan di bawah UU terhadap UU, dan kewenangan lain
yang diberikan undang-undang. Badan peradilan seperti disebutkan dalam pasal 24 ayat 2 UUD 1945
yang berada di bawah mahkamah agung adalah: Peradilan Umum: Berwenang memeriksa, mengadili,
dan memutus perkara pidana dan perdata. Peradilan Umum adalah pelaksana kekuasaan kehakiman bagi
warga negara atau bukan yang mencari keadilan di Indonesia. Peradilan Agama: Berwenang memeriksa,
mengadili, memutus, dan menyelesaikan perkara antara orang-orang beragama Islam. Perkara perdata
yang dihadapi yaitu nikah, talak, dan rujuk. Peradilan Militer: Berwenang memeriksa, mengadili, dan
memutus perkara tindak pidana militer. Dikhususkan bagi anggota militer yang melakukan pelanggaran di
bidang pidana. Peradilan Tata Usaha Negara: Berwenang memeriksa, mengadili, memutus, dan
5
menyelesaikan sengketa tata usaha negara. Peradilan ini melindungi dari tindakan sewenang-wenang
pejabat atau aparat pemerintah. Pelaksana kekuasaan kehakiman lain adalah mahkamah konstitusi.
Mahkamah Konsitusi berwenang menguji UU terhadap UUD.
6
BAB III
PENUTUP
3.1 Keseimpulan
Hukum acara (dikenal juga sebagai hukum prosedur atau peraturan keadilan) adalah serangkaian
aturan yang mengikat dan mengatur tata cara dijalankannya persidangan pidana, perdata, maupun
tata usaha negara. Hukum acara dibuat untuk menjamin adanya sebuah proses hukum yang
semestinya dalam menegakkan hukum
Macam macam hukum acara
• Hukum acara pidana, diatur oleh Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana;
• Hukum acara perdata, diatur oleh Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;
• Hukum acara Peradilan Agama, yang diatur oleh Undang-Undang Peradilan Agama;
• Hukum acara Peradilan Tata Usaha Negara, yang diatur oleh Undang-Undang Peradilan Tata
Usaha Negara;
• Hukum acara Mahkamah Konstitusi, yang diatur oleh Undang-Undang Mahkamah
Konstitusi..
Sistem peradilan nasional adalah keseluruhan komponen peradilan nasional, pihak-pihak dalam
proses peradilan, hirarki kelembagaan peradilan, maupun aspek aspek yang bersifat prosedural
yang saling berkait, sehingga terwujud keadilan hukum.
Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, demi terselenggaranya Negara Hukum Republik
Indonesia
7
DAFTAR PUSTAKA
Rosana, Ellya. "Hukum dan Perkembangan Masyarakat." Jurnal Tapis: Jurnal Teropong Aspirasi Politik
Islam 9.1 (2013): 99-118.
Rosana, Ellya. "Kepatuhan hukum sebagai wujud kesadaran hukum masyarakat." Jurnal Tapis: Jurnal
Teropong Aspirasi Politik Islam 10.1 (2014): 61-84.
Abdulkadir Muhammad, 2008, Hukum Acara Perdata Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.
Efa Laela Fakhriah, 2015, Perbandingan HIR Dan RBG Sebagai Hukum Acara Perdata Positif Di
Indonesia, CV. Keni Media, Bandung
iv