Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH SITEM HUKUM INDONESIA

“Hukum Acara Dan Macam Macamnya Dalam Praktek Peradilan Di Indonesia”

Dosen Pengampu : Aldri Frinaldi SH, M.Hum., Ph.D.

DISUSUN OLEH :

Nama :Richa Anggelina

Nim :21042202

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat
tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Penulis sangat
berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami
berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi
kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 14 Mei 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................................................ i

ABSTRAK ...................................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1

Latar belakang ........................................................................................................................... 1

Rumusan Masalah ..................................................................................................................... 1

Tujuan ....................................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................ 2

Hukum Acara dan Macam-macamnya ...................................................................................... 2

Sistem Peradilan dan Kekuasaan Kehakiman ........................................................................... 3

BAB 1V PENUTUP........................................................................................................................ 4

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... iv

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hukum acara (dikenal juga sebagai hukum prosedur atau peraturan keadilan) adalah
serangkaian aturan yang mengikat dan mengatur tata cara dijalankannya persidangan pidana,
perdata, maupun tata usaha negara. Hukum acara dibuat untuk menjamin adanya sebuah proses
hukum yang semestinya dalam menegakkan hukum. Menurut fungsinya, hukum dibedakan
menjadi hukum materiil dan hukum formil atau hukum acara. Hukum acara perdata adalah
hukum perdata formil, yang pada dasarnya berfungsi mempertahankan atau menegakkan hukum
perdata materiil melalui pengadilan apabila terjadi pelanggaran terhadap hukum perdata materiil
atau terjadi sengketa. Bahkan hukum acara perdata juga mengatur bagaimana tata cara
memperolah hak dan kepastian hukum manakala tidak terjadi sengketa melalui pengajuan
“permohonan” ke pengadilan.Namun demikian, secara umum hukum acara perdata mengatur
proses penyelesaian perkara perdata melalui hakim di pengadilan penyusunan gugatan, pengajuan
gugatan, pemeriksaan gugatan, putusan pengadilan sampai dengan eksekusi atau pelaksanaan
putusan pengadilan.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Hukum Acara dan Macam-macamnya?
1.2.2 Sistem Peradilan dan Kekuasaan Kehakiman?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui Hukum Acara dan Macam-macamnya
1.3.2 Untuk mengetahui Sistem Peradilan dan Kekuasaan Kehakiman

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hukum Acara dan Macam-macamnya


Hukum sebagai suatu aturan yang mengatur kehidupan masyarakat dan apabila dilanggar
mendapat sanksi. Menjatuhkan sanksi merupakan salah satu faktor yang mendorong untuk
menaati suatu aturan, sehingga fungsi hukum juga dapat terimplementasikan dalam masyarakat.
Hukum yang digunakan sebagai sarana perubahan dalam masyarakat yaitu dapat berupa Hukum
tertulis dan hukum yang tidak tertulis. Hukum yang tertulis dapat berupa undangUndang atau
yurisprudensi sedangkan hukum tidak tertulis merupakan kebiasaan masyarakat baik yang belum
dikodifikasi ataupun yang telah dikodifikasi. Keseluruhan aturan itu dapat menggerakkan
dinamika masyarakat kearah yang lebih baik, jika seandainya hukum itu diaplikasikan dengan
penuh kesadaran dari seluruh lapisan masyarakat, karena walaupun hukumnya baik, akan tetapi
kesadaran hukum masyarakat tidak ada (pelaksanaanya), maka hukum itu tidak dapat terlaksana
dengan baik. Sistem peradilan nasional adalah keseluruhan komponen peradilan nasional, pihak-
pihak dalam proses peradilan, hirarki kelembagaan peradilan, maupun aspek aspek yang bersifat
prosedural yang saling berkait, sehingga terwujud keadilan hukum.

Pengertian hukum menurut para ahli:


2.1.1 Montesquieu
Hukum merupakan gejala sosial dan perbedaan hukum dikarenakan oleh perbedaan alam,
politik, etnis, sejarah dan faktor lain dari tatanan masyarakat, untuk itu hukum suatu
negara harus dibandingkan dengan hukum negara lain.
2.1.2
2.1.3 J.C.T. Simorangkir dan Woerjono Sastropranoto
Hukum adalah peraturan-peraturan bersifat memaksa yang dibuat oleh badan-badan
resmi berwajib, yang menentukan tingkah laku.
2.1.4 Aristoteles
Hukum merupakan kumpulan aturan yang dapat mengikat dan berlaku terhadap
masyarakat saja, tapi juga berlaku kepada hakim itu sendiri. Dengan kata lain hukum
tidak diperuntukkan dan ditaati oleh masyarakat saja, tapi juga wajib dipatuhi oleh
pejabat negara.

2.1.5 Satjipto Rahardjo


Hukum adalah karya manusia berupa norma-norma yang berisikan petunjuk-
petunjuk tingkah laku.
2.1.6 Samidjo
Hukum adalah himpunan peraturan-peraturan yang bersifat memaksa, berisikan suatu
perintah, larangan atau ijin untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu dengan maksud
untuk mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.
2.1.7 Montesquieu
Hukum merupakan gejala sosial dan perbedaan hukum dikarenakan oleh perbedaan alam,
politik, etnis, sejarah dan faktor lain dari tatanan masyarakat, untuk itu hukum suatu
negara harus dibandingkan dengan hukum negara lain.

Hukum acara (dikenal juga sebagai hukum prosedur atau peraturan keadilan) adalah serangkaian
aturan yang mengikat dan mengatur tata cara dijalankannya persidangan pidana, perdata, maupun
tata usaha negara. Hukum acara dibuat untuk menjamin adanya sebuah proses hukum yang
semestinya dalam menegakkan hukum.

2
Menurut fungsinya, hukum dibedakan menjadi hukum materiil dan hukum formil atau hukum
acara. Hukum acara perdata adalah hukum perdata formil, yang pada dasarnya berfungsi
mempertahankan atau menegakkan hukum perdata materiil melalui pengadilan apabila terjadi
pelanggaran terhadap hukum perdata materiil atau terjadi sengketa. Bahkan hukum acara perdata
juga mengatur bagaimana tata cara memperolah hak dan kepastian hukum manakala tidak terjadi
sengketa melalui pengajuan “permohonan” ke pengadilan.Namun demikian, secara umum hukum
acara perdata mengatur proses penyelesaian perkara perdata melalui hakim di pengadilan
penyusunan gugatan, pengajuan gugatan, pemeriksaan gugatan, putusan pengadilan sampai
dengan eksekusi atau pelaksanaan putusan pengadilan.

Berikut ini dikutip beberapa definisi hukum acara perdata;


• Sudikno Mertokusumo mendifinisikan hukum acara perdata sebagai peraturan hukum yang
mengatur bagaimana caranya menjamin ditaatinya hukum perdata materiil dengan
perantaraan hakim (Sudikno Mertokusumo, 1993: 19).
• Menurut Wiryono Prodjodikoro, hukum acara perdata adalah rangkaian peraturan yang
memuat cara bagaimana orang harus bertindak terhadap dan di muka pengadilan dan cara
bagaimana pengadilan itu harus bertindak, semuanya itu untuk melaksanakan peraturan
hukum perdata (Wiryono Prodjodikoro, 1972 :12).

Macam macam hukum acara


• Hukum acara pidana, diatur oleh Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana;
• Hukum acara perdata, diatur oleh Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;
• Hukum acara Peradilan Agama, yang diatur oleh Undang-Undang Peradilan Agama;
• Hukum acara Peradilan Tata Usaha Negara, yang diatur oleh Undang-Undang Peradilan Tata
Usaha Negara;
• Hukum acara Mahkamah Konstitusi, yang diatur oleh Undang-Undang Mahkamah
Konstitusi.

2.2 Sistem Peradilan dan Kekuasaan Kehakiman


Sistem peradilan nasional adalah keseluruhan komponen peradilan nasional, pihak-pihak
dalam proses peradilan, hirarki kelembagaan peradilan, maupun aspek aspek yang bersifat
prosedural yang saling berkait, sehingga terwujud keadilan hukum.
a. Peradilan umum (uu no 2 tahun 1986)
Peradilan Umum adalah lingkungan peradilan di bawah Mahkamah Agung yang menjalankan
kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan pada umumnya. Adapun kekuasaan
kehakiman di lingkungan peradilan umum dilaksanakan oleh lembaga-lembaga berikut ini.

 Pengadilan Tinggi. Pengadilan Tinggi merupakan pengadilan tingkat banding yang


berkedudukan di ibukota provinsi, dengan daerah hukum meliputi wilayah provinsi.

 Pengadilan Negeri. Pengadilan Negeri adalah suatu pengadilan yang sehari-hari


memeriksa dan memutuskan perkaratingkat pertama dari segala perkara perdata dan
pidana untuk semua golongan yang berkedudukan di ibukota kabupaten/kota, dengan
daerah hukum meliputi wilayah kabupaten/kota.

b. Peradilan Agama (uu no 7 tahun 1989)


Peradilan Agama adalah lingkungan peradilan di bawah Mahkamah Agung bagi rakyat pencari
keadilan yang beragama Islam mengenai perkara perdata tertentu yang diatur dalam Undang-
Undang. Dalam lingkungan Peradilan Agama, kekuasaan kehakiman dilaksanakan oleh :

3
 Pengadilan Tinggi Agama. Pengadilan Tinggi Agama merupakan sebuah lembaga
peradilan di lingkungan Peradilan Agama sebagai pengadilan tingkat banding yang
berkedudukan di ibu kota Provinsi.

 Pengadilan Negeri Agama. Pengadilan Negeri Agama atau yang biasa disebut Pengadilan
Agama merupakan sebuah lembaga peradilan di lingkungan Peradilan Agama yang
berkedudukan di ibu kota kabupaten atau kota.

c. Peradilan Militer (UU No 5 Tahun1950 UU No 7 Tahun1989)


Peradilan Militer adalah lingkungan peradilan di bawah Mahkamah Agung yang melaksanakan
kekuasaan kehakiman mengenai kejahatan-kejahatan yang berkaitan dengan tindak pidana
militer. Pengadilan dalam lingkungan militer terdiri dari :

 Pengadilan Militer Utama. Pengadilan Militer Utama merupakan badan pelaksana


kekuasaan peradilan di bawah Mahkamah Agung di lingkungan militer yang bertugas
untuk memeriksa dan memutus pada tingkat banding perkara pidana dan sengketa Tata
Usaha Angkatan Bersenjata yang telah diputus pada tingkat pertama oleh Pengadilan
Militer Tinggi yang dimintakan banding. Susunan persidangan Pengadilan Militer Utama
untuk memeriksa dan memutus perkara sengketa Tata Usaha Angkatan Bersenjata pada
tingkat banding adalah 1 orang Hakim Ketua dan 2 orang Hakim Anggota dan dibantu 1
orang Panitera.

 Pengadilan Militer Tinggi. Pengadilan Militer Tinggi merupakan badan pelaksana


kekuasaan peradilan di bawah Mahkamah Agung di lingkungan militer yang bertugas
untuk memeriksa dan memutus pada tingkat pertama perkara pidana yang terdakwanya
adalah prajurit yang berpangkat Mayor ke atas. Susunan persidangan adalah 1 orang
Hakim Ketua dan 2 orang Hakim Anggota yang dihadiri 1 orang Oditur Militer/ Oditur
Militer Tinggi dan dibantu 1orang Panitera.

 Pengadilan Militer. Pengadilan Militer merupakan badan pelaksana kekuasaan peradilan


di bawah Mahkamah Agung di lingkungan militer yang bertugas untuk memeriksa dan
memutus pada tingkat pertama perkara pidana yang terdakwanya adalah prajurit yang
berpangkat Kapten ke bawah. Susunan persidangan adalah 1orang Hakim Ketua dan 2
orang Hakim Anggota yang dihadiri 1orang Oditur Militer/ Oditur Militer Tinggi dan
dibantu 1 orang Panitera

 Pengadilan Militer Pertempuran. Pengadilan Militer Pertempuran merupakan badan


pelaksana kekuasaan kehakiman di lingkungan militer untuk memeriksa dan memutuskan
perkara pidana yang dilakukan oleh prajurit di medan pertempuran. Susunan persidangan
adalah 1 orang Hakim Ketua dengan beberapa Hakim Anggota yang keseluruhannya
selalu berjumlah ganjil, yang dihadiri 1 orang Oditur Militer/ Oditur Militer Tinggi dan
dibantu 1 orang Panitera.

d. Peradilan Tata Usaha Negara ( UU No 5 Tahun1986)

Peradilan Tata Usaha Negara adalah lingkungan peradilan di bawah Mahkamah Agung yang
melaksanakan kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan terhadap sengketa Tata Usaha
Negara. Kekuasaan Kehakiman pada Peradilan Tata Usaha Negara dilaksanakan oleh :

4
 Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara. Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara merupakan
sebuah lembaga peradilan di lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara pada tingkat
banding yang berkedudukan di ibu kota Provinsi. Susunan pengadilan terdiri atas
Pimpinan, Hakim Anggota, Panitera, dan Sekretaris; dan pemimpin pengadilan terdiri
atas seorang Ketua dan seoirang Wakil Ketua.

 Pengadilan Tata Usaha Negara. Pengadilan Tata Usaha Negara merupakan sebuah
lembaga peradilan di lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara pada tingkat pertama yang
berkedudukan di ibu kota kabupaten atau kota. Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara
bertugas dan berwenang:(a) meemeriksa dan memutuskan sengketa Tata Usaha Negaradi
tingkat banding; (b) memeriksa dan memutuskan mengadili antara pengadilan Tata Usaha
Negara di dalam daerah hukumnya; (c) memeriksa, memutus, dan menyelesaikan
ditingkat pertama sengketa Tata Usaha Negara.

Kekuasaan Kehakiman

Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, demi terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia

Kekuasaan kehakiman diartikan sebagai kewenangan menetapkan nilai hukum dari tindakan masyarakat
berdasarkan kaidah hukum dan menyematkan akibat hukum terhadap tindakan tersebut. Kebebasan hakim
dari intervensi pihak manapun dalam memutus perkara dikenal dengan ungkapan "Kekuasaan kehakiman
yang merdeka". Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan dalam pasal 24 ayat 1 UUD 1945.

Pelaksanaan Kekuasaan Kehakiman di Indonesia

Pelaksana kekuasaan kehakiman di Indonesia adalah mahkamah agung atau MA dan badan peradilan
yang berada di bawahnya dan oleh mahkamah konstitusi atau MK. Selaras dengan MA dan MK, terdapat
lembaga negara independen yang masuk dalam kekuasaan peradilan atau yudikatif yang berwenang
mengusulkan calon hakim agung yaitu komisi yudisial atau KY. Mahkamah agung berwenang mengadili
di tingkat kasasi terhadap putusan yang diberikan pada tingkat terakhir oleh peradilan yang berada di
bawahnya, menguji peraturan perundang-undangan di bawah UU terhadap UU, dan kewenangan lain
yang diberikan undang-undang. Badan peradilan seperti disebutkan dalam pasal 24 ayat 2 UUD 1945
yang berada di bawah mahkamah agung adalah: Peradilan Umum: Berwenang memeriksa, mengadili,
dan memutus perkara pidana dan perdata. Peradilan Umum adalah pelaksana kekuasaan kehakiman bagi
warga negara atau bukan yang mencari keadilan di Indonesia. Peradilan Agama: Berwenang memeriksa,
mengadili, memutus, dan menyelesaikan perkara antara orang-orang beragama Islam. Perkara perdata
yang dihadapi yaitu nikah, talak, dan rujuk. Peradilan Militer: Berwenang memeriksa, mengadili, dan
memutus perkara tindak pidana militer. Dikhususkan bagi anggota militer yang melakukan pelanggaran di
bidang pidana. Peradilan Tata Usaha Negara: Berwenang memeriksa, mengadili, memutus, dan

5
menyelesaikan sengketa tata usaha negara. Peradilan ini melindungi dari tindakan sewenang-wenang
pejabat atau aparat pemerintah. Pelaksana kekuasaan kehakiman lain adalah mahkamah konstitusi.
Mahkamah Konsitusi berwenang menguji UU terhadap UUD.

6
BAB III

PENUTUP

3.1 Keseimpulan
Hukum acara (dikenal juga sebagai hukum prosedur atau peraturan keadilan) adalah serangkaian
aturan yang mengikat dan mengatur tata cara dijalankannya persidangan pidana, perdata, maupun
tata usaha negara. Hukum acara dibuat untuk menjamin adanya sebuah proses hukum yang
semestinya dalam menegakkan hukum
Macam macam hukum acara
• Hukum acara pidana, diatur oleh Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana;
• Hukum acara perdata, diatur oleh Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;
• Hukum acara Peradilan Agama, yang diatur oleh Undang-Undang Peradilan Agama;
• Hukum acara Peradilan Tata Usaha Negara, yang diatur oleh Undang-Undang Peradilan Tata
Usaha Negara;
• Hukum acara Mahkamah Konstitusi, yang diatur oleh Undang-Undang Mahkamah
Konstitusi..
Sistem peradilan nasional adalah keseluruhan komponen peradilan nasional, pihak-pihak dalam
proses peradilan, hirarki kelembagaan peradilan, maupun aspek aspek yang bersifat prosedural
yang saling berkait, sehingga terwujud keadilan hukum.
Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, demi terselenggaranya Negara Hukum Republik
Indonesia

7
DAFTAR PUSTAKA

Rosana, Ellya. "Hukum dan Perkembangan Masyarakat." Jurnal Tapis: Jurnal Teropong Aspirasi Politik
Islam 9.1 (2013): 99-118.

Rosana, Ellya. "Kepatuhan hukum sebagai wujud kesadaran hukum masyarakat." Jurnal Tapis: Jurnal
Teropong Aspirasi Politik Islam 10.1 (2014): 61-84.

Abdulkadir Muhammad, 2008, Hukum Acara Perdata Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

Efa Laela Fakhriah, 2015, Perbandingan HIR Dan RBG Sebagai Hukum Acara Perdata Positif Di
Indonesia, CV. Keni Media, Bandung

iv

Anda mungkin juga menyukai