FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS DR. SOETOMO SURABAYA
.............................................................................................................
SOAL :
1. Jelaskan kedudukan hukum Pidana maupun Hukum Internasional dalam Tata
Hukum Indonesia.(100- 125 kata)
2. Jelaskan sumber hukum formil maupun materiil baik dalam Hukum Agraria
maupun Hukum Lingkungan. (100- 125 kata)
3. Jelaskan perbedaan ruang lingkup kajian Hukum Tata Negara dengan Hukum
Administrasi Negara. (100- 125 kata)
4. Jelaskan fungsi dan tujuan diberlakukannya Hukum Acara Pidana sebagaimana
termuat di dalam KUHAP (100- 125 kata)
5. Jelaskan secara singkat alur berperkara dalam Hukum Acara Perdata.(100- 125
kata)
6. Kemukakan keberlakuan asas-asas hukum dalam Hukum Acara Mahkamah
Konstitusi maupun dalam Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara. (100- 125
kata)
Nama :...................................
Nim :..................................
Have a nice moment and good luck . .
Jawaban
1. Hukum pidana internasional merupakan cabanghukung yang mengatur
segala tindak kejahatan yang bertentangnasn dengan norma-norma hukum
internasional, serta mempunyai dampak internasional.
Di dalam hukum pidana nasional, hukum pidana internasional diakui sebagai
salah satu sumber hukumnya, disamping sumber hukum lainnya seperti
undang-undang, doktrin, yurisprudensi, dan kebiasaan.
Hubungan antara hukum pidana internasional dan hukum pidana nasional
adalah hubungan yang bersifat komplementer antara satu dengan yang lain
dan memiliki arti penting dalam rangka penegakan hukum pidana itu sendiri.
Secara yuridis sumber hukum terediri dari sumber hukum formal dan materil:
Sumber hukum materiil ialah sumber hukum yang dilihat dari segi isinya, misalnya :
KUHP segi materilnya adalah pidana umum, kejahatan dan pelanggaran.
KUHPerdata mengatur masalah orang sebagai subjek hukum, benda sebagai objek,
perikatan, perjanjian, pembuktian dan daluarsa sebagaimana fungsi hukum menurut
para ahli .
Sumber hukum yang menentukan isi suatu peraturan atau kaidah hukum yang
mengikat setiap orang. Sumber hukum materiil berasal dari perasaan hukum
masyarakat pendapat umum, kondisi sosial-ekonomi, se!arah, sosiologi, hasil
penelitian ilmiah, filsafat tradisi, agama, moral, perkembangan internasional,
geografis, politik hukum, dan lain-lain. “dalam kata lain sumber hukum materil
adalah faktor faktor masyarakat yang mempengaruhi pembentukan hukum pengaruh
terhadap pembuat keputusan hakim dan sebagainya.
Sumber hukum materil ini merupakan faktor yang mempengaruhi materiisi dari
aturan-aturan hukum atau tempat dari mana materi hukum itu diambil untuk
membantu pembentukan hukum sebagai contoh hukum yang mendidik . & faktor
tersebut adalah faktor idiil dan faktor kemasyarakatan.
Faktor idiil
Faktor Idiil adalah patokan-patokan yang tetap mengenai keadilan yang harus ditaati
oleh para pembentuk ataupun para pembentuk hukum yang lain dalam melaksanakan
tugasnya.
Faktor kemasyarakatan
Faktor kemasyarakatan adalah hal-hal yang benar-benar hidup dalam masyarakat dan
tunduk pada aturan aturan yang berlaku sebagai petun!
uk hidup masyarakat yang bersangkutan. Contohnya struktur ekonomi, kebiasaan,
adat istiadat, dan lain-lain. faktor-faktor kemasyarakatan yang mempengaruhi
pembentukan hukum yaitu:
Sumber hukum formil adalah dalah sumber hukum yang menentukan bentuk dan
sebab terjadinya suatu peraturan (kaidah hukum). Peraturan perundang-undangan ini
memiliki dua fungsi utama yaitu sebagai legalisasi dan legislasi. Yang dimaksud
dengan legalisasi adalah mengesahkan fenomena yang telah ada di dalam
masyarakat, sedangkan yang dimaksud dengan legislasi adalah proses untuk
melakukan pembaruan hukum sebagaimana juga tujuan hukum acara pidana .
Faktor yang menjadi sumber hukum formil merupakan sumber hukum dalam
bentuknya yang tertentu, yang menjadi dasar sah dan berlakunya hukum secara
formal. Ia menjadi dasar kekuatan yang dilihat dari bentuknya, mengikat baik itu
bagi warga masyarakat maupun para pelaksana hukum (penegak hukum) itu sendiri.
Sumber hukum formil yang dikenal di dalam ilmu hukum berasal dari enam jenis,
yaitu Undang-undang, kebiasaan, yurisprudensi, traktrat, doktrin.
Undang-undang
Hukum Kebiasaan
Kebiasaan adalah salah satu hal yang menjadi sumber hukum menurut sistem hukum
di Indonesia. Kebiasaan dapat diartikan sebagai suatu perbuatan yang dilakukan
berulang-ulang, menurut tingkah laku yang tetap, lazim, dan normal sehingga orang
banyak menyukai perbuatan tersebut.
Traktat
Traktat (Treaty) adalah perjanjian yang dibuat antarnegara yang dituangkan dalam
bentuk tertentu. Pasal 11 UUD menentukan: “Presiden dengan persetujuan DPR
menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain.”
Yurisprudensi
Doktrin
Doktrin hukum adalah Suatu pernyataan yang dituangkan kedalam bahasa oleh
semua ahli hukum. dan hasil pernyataannyapun disepakati oleh seluruh pihak.
Hukum Agama
itulah tadi, perbedaan hukum formil dan materiil berdasarlan sumber hukumnya.
Semoga artikel ini dapat bermanfaat.
Melindungi Masyarakat
Salah satu fungsi penting hukum acara pidana adalah melindungi masyarakat
dari tindakan kriminal. Dalam hal ini, hukum acara pidana memberikan
kerangka kerja dan alat-alat yang diperlukan untuk menginvestigasi, menuntut,
dan mengadili pelaku kejahatan.
Arti asas ius curia novit adalah pengadilan tidak boleh menolak untuk
memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara yang diajukan dengan dalih
hukum tidak ada atau kurang jelas, sebaliknya.
Asas ini ditegaskan dalam Pasal 10 UU Kekuasaan Kehakiman yang
menerangkan bahwa:
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menutup usaha
penyelesaian perkara perdata secara perdamaian.
Asas persidangan terbuka untuk umum ini berlaku untuk semua jenis
pengadilan, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang.
(3) Tidak dipenuhinya ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2)
mengakibatkan putusan batal demi hukum.
Asas independen dan imparsial merupakan landasan untuk dapat memeriksa dan
mengadili perkara secara objektif dan memutus dengan adil. Independen artinya
tidak dapat diintervensi oleh lembaga atau kepentingan apapun. Kemudian, imparsial
artinya tidak memihak kepada salah satu pihak yang berperkara.
Asas ini tertuang dalam Pasal 2 UU Mahkamah Konstitusi yang menerangkan bahwa
Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu lembaga negara yang melakukan
kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan.
Kemudian, asas ini juga termaktub dalam Pasal 3 UU Kekuasaan Kehakiman yang
menerangkan ketentuan berikut.
(1) Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, hakim dan hakim konstitusi wajib
menjaga kemandirian peradilan.
(2) Segala campur tangan dalam urusan peradilan oleh pihak lain di luar kekuasaan
kehakiman dilarang, kecuali dalam hal-hal sebagaimana dimaksudkan dalam UUD
1945.
(3) Setiap orang yang dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dipidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Asas atau prinsip ini dimaksudkan untuk mewujudkan proses peradilan dan
keadilan yang dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat. Sederhananya,
asas ini sangat berkaitan dengan equality before the law.
Asas ini disebut Maruarar Siahaan sebagai “hakim pasif dan juga aktif dalam
proses persidangan”. Maksudnya, hakim pasif dalam arti tidak mencari-cari
perkara atau hakim tidak akan memeriksa, mengadili, dan memutus sesuatu
sebelum disampaikan oleh pemohon ke pengadilan.
Arti asas praduga keabsahan adalah tindakan penguasa dianggap sah sesuai
aturan hukum sampai dinyatakan sebaliknya. Lebih lanjut, berdasarkan asas
ini, semua tindakan penguasa (baik produk hukum atau tindakannya) harus
dianggap sah sampai ada pembatalan.
Sebagai konsekuensinya, jika ada upaya hukum untuk melakukan pengajuan
terhadap suatu tindakan, makan tindakan (yang diajukan) tetap berlaku
walaupun sedang dalam proses pengujian.