Anda di halaman 1dari 10

PRODI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS DR. SOETOMO SURABAYA
.............................................................................................................

UJIAN AKHIR SEMESTER GANJILTAHUN AKADEMIK 2022/2023

MATA KULIAH : Pengantar Hukum Indonesia


HARI/TANGGAL : Selasa, XX Januari 2024
SEMESTER/KELAS : I/K
WAKTU/SIFAT : 100 Menit/Terbuka
DOSEN : Prof Dr Siti Marwiyah SH MH
Ernu Widodo SH MH
.........................................................................................................................................
....
Petunjuk :
1. Kerjakan soal sesuai nomor urut dan jawaban berdasarkan argumentasi
hukum.
2.Jawaban bersifat orisinal bukan hasil plagiasi atau copy paste.
3.Sanksi bagi Pelanggaran dimaksud adalah Pengurangan nilai 50%.

SOAL :
1. Jelaskan kedudukan hukum Pidana maupun Hukum Internasional dalam Tata
Hukum Indonesia.(100- 125 kata)
2. Jelaskan sumber hukum formil maupun materiil baik dalam Hukum Agraria
maupun Hukum Lingkungan. (100- 125 kata)
3. Jelaskan perbedaan ruang lingkup kajian Hukum Tata Negara dengan Hukum
Administrasi Negara. (100- 125 kata)
4. Jelaskan fungsi dan tujuan diberlakukannya Hukum Acara Pidana sebagaimana
termuat di dalam KUHAP (100- 125 kata)
5. Jelaskan secara singkat alur berperkara dalam Hukum Acara Perdata.(100- 125
kata)
6. Kemukakan keberlakuan asas-asas hukum dalam Hukum Acara Mahkamah
Konstitusi maupun dalam Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara. (100- 125
kata)
Nama :...................................
Nim :..................................
Have a nice moment and good luck . .

Jawaban
1. Hukum pidana internasional merupakan cabanghukung yang mengatur
segala tindak kejahatan yang bertentangnasn dengan norma-norma hukum
internasional, serta mempunyai dampak internasional.
Di dalam hukum pidana nasional, hukum pidana internasional diakui sebagai
salah satu sumber hukumnya, disamping sumber hukum lainnya seperti
undang-undang, doktrin, yurisprudensi, dan kebiasaan.
Hubungan antara hukum pidana internasional dan hukum pidana nasional
adalah hubungan yang bersifat komplementer antara satu dengan yang lain
dan memiliki arti penting dalam rangka penegakan hukum pidana itu sendiri.

2. Perbedaan Hukum Formil dan Materil

Secara yuridis sumber hukum terediri dari sumber hukum formal dan materil:

 Sumber hukum Materil

Sumber hukum materiil ialah sumber hukum yang dilihat dari segi isinya, misalnya :
KUHP segi materilnya adalah pidana umum, kejahatan dan pelanggaran.
KUHPerdata mengatur masalah orang sebagai subjek hukum, benda sebagai objek,
perikatan, perjanjian, pembuktian dan daluarsa sebagaimana fungsi hukum menurut
para ahli .

Sumber hukum yang menentukan isi suatu peraturan atau kaidah hukum yang
mengikat setiap orang. Sumber hukum materiil berasal dari perasaan hukum
masyarakat pendapat umum, kondisi sosial-ekonomi, se!arah, sosiologi, hasil
penelitian ilmiah, filsafat tradisi, agama, moral, perkembangan internasional,
geografis, politik hukum, dan lain-lain. “dalam kata lain sumber hukum materil
adalah faktor faktor masyarakat yang mempengaruhi pembentukan hukum pengaruh
terhadap pembuat keputusan hakim dan sebagainya.

Sumber hukum materil ini merupakan faktor yang mempengaruhi materiisi dari
aturan-aturan hukum atau tempat dari mana materi hukum itu diambil untuk
membantu pembentukan hukum sebagai contoh hukum yang mendidik . & faktor
tersebut adalah faktor idiil dan faktor kemasyarakatan.

 Faktor idiil
Faktor Idiil adalah patokan-patokan yang tetap mengenai keadilan yang harus ditaati
oleh para pembentuk ataupun para pembentuk hukum yang lain dalam melaksanakan
tugasnya.

 Faktor kemasyarakatan

Faktor kemasyarakatan adalah hal-hal yang benar-benar hidup dalam masyarakat dan
tunduk pada aturan aturan yang berlaku sebagai petun!
uk hidup masyarakat yang bersangkutan. Contohnya struktur ekonomi, kebiasaan,
adat istiadat, dan lain-lain. faktor-faktor kemasyarakatan yang mempengaruhi
pembentukan hukum yaitu:

1. Stuktural ekonomi dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat antara lain:


kekayaan alam, susunan geologi, perkembangan-perkembangan perusahaan,
dan pembagian kerja.
2. Kebiasaan yang telah membaku dalam masyarakat yang telah berkembang
dan pada tingkat tertentu ditaati sebagai aturan tingkah laku yang tetap.
3. Hukum yang berlaku.
4. Tata hukum negara-negara lain.
5. Keyakinan tentang agama dan kesusilaan.
6. Kesadaran hukum

 Sumber hukum Formil

Sumber hukum formil adalah dalah sumber hukum yang menentukan bentuk dan
sebab terjadinya suatu peraturan (kaidah hukum). Peraturan perundang-undangan ini
memiliki dua fungsi utama yaitu sebagai legalisasi dan legislasi. Yang dimaksud
dengan legalisasi adalah mengesahkan fenomena yang telah ada di dalam
masyarakat, sedangkan yang dimaksud dengan legislasi adalah proses untuk
melakukan pembaruan hukum sebagaimana juga tujuan hukum acara pidana .

Faktor yang dapat memengaruhi proses pembentukan peraturan perundang-undangan


ini dibedakan menjadi dua hal. Pertama, struktur sosial yang mencakup aspek (unsur
sosial baku) sebagai dasar eksistensi masyarakat, seperti stratifikasi sosial, lembaga
sosial, kebudayaan, serta kekuasaan dan wewenang. Kedua, sistem nilai-nilai
mengenai apa yang baik dan yang tidak baik (buruk) yang merupakan pasangan
nilai-nilai yang harus diselaraskan (diserasikan). Pasangan nilai-nilai inilah yang
seharusnya tercermin di dalam peraturan perundang-undangan agar memiliki makna
komprehensip sebagai asas hukum pidana , antara lain kebebasan dengan ketertiban,
umum dan khusus, perlindungan dengan pembatasan, kebebasan dan ketertiban, dan
lain sebagainya.

Faktor yang menjadi sumber hukum formil merupakan sumber hukum dalam
bentuknya yang tertentu, yang menjadi dasar sah dan berlakunya hukum secara
formal. Ia menjadi dasar kekuatan yang dilihat dari bentuknya, mengikat baik itu
bagi warga masyarakat maupun para pelaksana hukum (penegak hukum) itu sendiri.
Sumber hukum formil yang dikenal di dalam ilmu hukum berasal dari enam jenis,
yaitu Undang-undang, kebiasaan, yurisprudensi, traktrat, doktrin.

 Undang-undang

Undang-Undang/Perundang-undangan (UU) adalah Peraturan Perundang-undangan


yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dengan persetujuan bersama
Presiden. Undang-undang memiliki kedudukan sebagai aturan main bagi rakyat
untuk konsolidasi posisi politik dan hukum, untuk mengatur kehidupan bersama
dalam rangka mewujudkan tujuan dalam bentuk negara. Undang-undang dapat pula
dikatakan sebagai kumpulan-kumpulan prinsip yang mengatur kekuasaan
pemerintah.

 Hukum Kebiasaan

Kebiasaan adalah salah satu hal yang menjadi sumber hukum menurut sistem hukum
di Indonesia. Kebiasaan dapat diartikan sebagai suatu perbuatan yang dilakukan
berulang-ulang, menurut tingkah laku yang tetap, lazim, dan normal sehingga orang
banyak menyukai perbuatan tersebut.

 Traktat

Traktat (Treaty) adalah perjanjian yang dibuat antarnegara yang dituangkan dalam
bentuk tertentu. Pasal 11 UUD menentukan: “Presiden dengan persetujuan DPR
menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain.”

 Yurisprudensi

Yurisprudensi adalah keputusan-keputusan dari hakim terdahulu untuk menghadapi


suatu perkara yang tidak diatur di dalam UU dan dijadikan sebagai pedoman bagi
para hakim yang lain untuk menyelesaian suatu perkara yang sama. Lahirnya
Yurisprudensi karena adanya peraturan peraturan UU yang tidak jelas atau masih
kabur, sehingga menyulitkan hakim dalam membuat keputusan mengenai suatu
perkara. Hakim dalam hal ini membuat suatu hukum baru dengan mempelajari
putusan hakim yang terdahulu untuk mengatasi perkara yang sedang dihadapi. Jadi,
putusan dari hakim terdahulu ini yang disebut dengan yurisprudensi.

 Doktrin

Doktrin hukum adalah Suatu pernyataan yang dituangkan kedalam bahasa oleh
semua ahli hukum. dan hasil pernyataannyapun disepakati oleh seluruh pihak.

 Hukum Agama

Hukum Agama adalah hukum yang mengatur keseluruhan persoalan dalam


kehidupan berdasarkan atas ketentuan agama tertentu. Jika seseorang tidak memiliki
iman atau kepercayaan yang kuat maka dapat dikatakan bahwa orang tersebut telah
melanggar norma atau hukum agama.

itulah tadi, perbedaan hukum formil dan materiil berdasarlan sumber hukumnya.
Semoga artikel ini dapat bermanfaat.

3. Hukum administarasi negara memiliki kemiripan dengan hukum tata


negara.kesamaanya terletak dalam hal kebijakan pemerintah ,sedangkan
dalam hal perbedaan hukum tata negara lebih mengacu kepada fungsi
konstitusi/hukum dasar yang digunakan oleh suatu negara dalam hal
pengaturan kebijakan pemerintah
Ruang lingkup Hukum Tata Negara adalah struktur umum
dari negara sebagai organisasi, yaitu: Bentuk Negara (Kesatuan atau
Federasi) Bentuk Pemerintahan (Kerajaan atau Republik) Sistem
Pemerintahan (Presidentil, Parlementer, Monarki absolute)

4. Menjamin Keadilan Proses


Hukum acara pidana bertujuan untuk memastikan bahwa proses peradilan
pidana berjalan dengan adil dan sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan. Hal
ini melibatkan perlindungan hak-hak tersangka, terdakwa, dan pihak-pihak
yang terlibat dalam proses peradilan.

Menjamin Perlindungan Hak Asasi Manusia


Hukum acara pidana melibatkan penegakan hak-hak asasi manusia dalam
proses peradilan. Hak-hak seperti hak atas pendengaran yang adil, hak atas
pembelaan, hak atas praduga tak bersalah, dan hak atas perlakuan yang
manusiawi dipastikan dan dilindungi oleh hukum acara pidana.

Mengatur Prosedur Penegakan Hukum Pidana


Hukum acara pidana menetapkan prosedur dan mekanisme yang harus diikuti
dalam penegakan hukum pidana. Hal ini meliputi proses penyelidikan,
penangkapan, penahanan, penyidikan, persidangan, dan penjatuhan putusan.

Mewujudkan Keamanan Hukum


Hukum acara pidana memberikan kepastian hukum dengan menetapkan aturan
dan prinsip-prinsip yang jelas dalam proses peradilan pidana. Ini membantu
memastikan bahwa semua pihak yang terlibat dalam proses peradilan memiliki
pemahaman yang sama tentang prosedur yang harus diikuti dan hak-hak yang
dilindungi.
Meningkatkan Efisiensi dan Efektivitas Peradilan
Hukum acara pidana juga berfungsi untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas proses peradilan pidana. Ini melibatkan pengaturan mengenai waktu
dan tata cara persidangan, tata cara pemeriksaan, pengumpulan bukti, dan
tindakan lain yang dapat memastikan bahwa proses peradilan berjalan dengan
baik.

Melindungi Masyarakat
Salah satu fungsi penting hukum acara pidana adalah melindungi masyarakat
dari tindakan kriminal. Dalam hal ini, hukum acara pidana memberikan
kerangka kerja dan alat-alat yang diperlukan untuk menginvestigasi, menuntut,
dan mengadili pelaku kejahatan.

Mencegah Penyalahgunaan Wewenang


Hukum acara pidana juga berfungsi sebagai pengendali terhadap
penyalahgunaan wewenang oleh aparat penegak hukum. Melalui ketentuan-
ketentuan yang mengatur prosedur dan prinsip-prinsip yang adil, hukum acara
pidana membantu mencegah penyalahgunaan kekuasaan dalam penegakan
hukum pidana.

5. Sebagaimana diatur dalam hukum acara perdata pada umumnya,


bahwa pemeriksaan atau persidangan suatu perkara adalah ditempuh dengan
melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :

 Tahapan upaya perdamaian.


 Tahapan menempuh proses mediasi.
 Pembacaan surat gugatan.
 Jawaban dari pihak tergugat/ termohon
 Replik dari penggugat
 Duplik Tergugat
 Bukti Surat
 Kesimpulan
 Putusan

6. Ius Curia Novit

Arti asas ius curia novit adalah pengadilan tidak boleh menolak untuk
memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara yang diajukan dengan dalih
hukum tidak ada atau kurang jelas, sebaliknya.
Asas ini ditegaskan dalam Pasal 10 UU Kekuasaan Kehakiman yang
menerangkan bahwa:

(1) Pengadilan dilarang menolak untuk memeriksa, mengadili, dan memutus


suatu perkara yang dianjurkan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau
kurang jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menutup usaha
penyelesaian perkara perdata secara perdamaian.

Persidangan Terbuka untuk Umum

Asas persidangan terbuka untuk umum ini berlaku untuk semua jenis
pengadilan, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang.

Asas ini tertuang dalam Pasal 13 UU Kekuasaan Kehakiman yang


menerangkan bahwa:

(1) Semua sidang pemeriksaan pengadilan adalah terbuka untuk umum,


kecuali undang-undang menentukan lain.
 Putusan pengadilan hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum apabila
diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum.

 (3) Tidak dipenuhinya ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2)
mengakibatkan putusan batal demi hukum.

 Selain itu, dalam Pasal 40 ayat (1) UU Mahkamah Konstitusi juga


menerangkan bahwa sidang Mahkamah Konstitusi terbuka untuk umum,
kecuali rapat permusyawaratan hakim. Lebih lanjut, asas persidangan terbuka
untuk umum ini dimaksudkan agar proses persidangan dapat diikuti oleh
publik sehingga dalam memutus perkara, hakim akan bersikap objektif
berdasarkan alat bukti dan argumentasi yang dikemukakan dalam
persidangan. Selain itu, dengan persidangan yang terbuka untuk umum,
publik dapat menilai dan menerima putusan hakim.

 Adapun terkait rapat permusyawaratan hakim (RPH) dilakukan secara


tertutup, dalam Hukum Acara Mahkamah Konstitusi diterangkan bahwa RPH
dilakukan tertutup untuk menjaga kerahasiaan putusan hakim sampai
diucapkan dalam sidang pleno terbuka. Jika RPH tidak dilakukan secara
tertutup, akan timbul kemungkinan terjadinya perjualbelian informasi dan
kebocoran hasil putusan.

 Independen dan Imparsial

Asas independen dan imparsial merupakan landasan untuk dapat memeriksa dan
mengadili perkara secara objektif dan memutus dengan adil. Independen artinya
tidak dapat diintervensi oleh lembaga atau kepentingan apapun. Kemudian, imparsial
artinya tidak memihak kepada salah satu pihak yang berperkara.

Asas ini tertuang dalam Pasal 2 UU Mahkamah Konstitusi yang menerangkan bahwa
Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu lembaga negara yang melakukan
kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan.

Kemudian, asas ini juga termaktub dalam Pasal 3 UU Kekuasaan Kehakiman yang
menerangkan ketentuan berikut.

(1) Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, hakim dan hakim konstitusi wajib
menjaga kemandirian peradilan.

(2) Segala campur tangan dalam urusan peradilan oleh pihak lain di luar kekuasaan
kehakiman dilarang, kecuali dalam hal-hal sebagaimana dimaksudkan dalam UUD
1945.

(3) Setiap orang yang dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dipidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Asas-Asas Hukum Acara Mahkamah Konstitusi


Ada 7 asas hukum acara Mahkamah Konstitusi, yaitu ius curia novit, independen dan
imparsial, hingga asas praduga keabsahan.

 Dimensi fungsionalitas: larangan terhadap lembaga negara lain dan semua


pihak untuk mengintervensi proses memeriksa, mengadili, dan memutus
suatu perkara.
 Dimensi struktural atau kelembagaan: lembaga peradilan harus bersifat
independen dan imparsial sepanjang diperlukan agar jalannya peradilan tidak
dapat diintervwnsi dan tidak memihak.
 Dimensi personal: hakim memiliki kebebasan atas kemampuan yang dimiliki,
pertanggungjawaban, dan ketaatan pada kode etik dan pedoman perilaku.

4. Peradilan Dilaksanakan secara Cepat, Sederhana, dan Biaya Ringan

Asas atau prinsip ini dimaksudkan untuk mewujudkan proses peradilan dan
keadilan yang dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat. Sederhananya,
asas ini sangat berkaitan dengan equality before the law.

Seperti yang bisa dibayangkan, apabila suatu peradilan berjalan dengan


kompleks, berbelit-belit, dan membutuhkan biaya mahal, hanya akan ada
sedikit orang tertentu yang mampu berperkara di pengadilan, dan orang-orang
yang “mampu” tersebutlah yang dapat menikmati keadilan.
Ketentuan asas hukum acara MK peradilan dilaksanakan secara cepat,
sederhana, dan biaya ringan ini diatur dalam Pasal 2 ayat (4) UU Kekuasaan
Kehakiman yang menerangkan bahwa peradilan dilakukan dengan sederhana,
cepat, dan biaya ringan.

Terkait biaya, peradilan MK bebas dari biaya. Semua beban penanganan


perkara di Mahkamah Konstitusi dibebankan kepada anggaran negara.
Pembebasan biaya perkara ini dinilai rasional karena perkara di Mahkamah
Konstitusi menyangkut masalah konstitusional, di mana kepentingan umum
berada di atas kepentingan individual.

5. Hak untuk Didengar secara Seimbang

Dalam peradilan Mahkamah Konstitusi, hak untuk didengar secara seimbang


ini berlaku untuk semua pihak, baik yang saling berhadapan ataupun pihak
terkait yang memiliki kepentingan dengan perkara yang disidangkan.

Sebagai contoh, untuk perkara perselisihan hasil pemilu, yang berhak


didengar bukan hanya partai politik peserta pemilu dan KPU semata saja.
Melainkan juga berlaku untuk semua pihak yang terkait dan memiliki
kepentingan dengan pemilu. Lebih lanjut, untuk menjadi pihak terkait (dan
berhak menyampaikan keterangan dalam persidangan konstitusi), dapat
dilakukan dengan mengajukan diri sebagai pihak terkait atau undangan
Mahkamah Konstitusi.

6. Hakim Aktif dalam Persidangan

Asas ini disebut Maruarar Siahaan sebagai “hakim pasif dan juga aktif dalam
proses persidangan”. Maksudnya, hakim pasif dalam arti tidak mencari-cari
perkara atau hakim tidak akan memeriksa, mengadili, dan memutus sesuatu
sebelum disampaikan oleh pemohon ke pengadilan.

Selanjutnya, saat suatu perkara sudah masuk ke pengadilan, hakim dapat


bertindak pasif atau aktif tergantung jenis kepentingannya. Namun,
ditekankan dalam Hukum Acara Mahkamah Konstitusi, dalam perkara yang
menyangkut kepentingan individual, hakim cenderung pasif. Sebaliknya,
untuk perkara yang menyangkut kepentingan umum, hakim cenderung aktif.

7. Asas Praduga Keabsahan

Arti asas praduga keabsahan adalah tindakan penguasa dianggap sah sesuai
aturan hukum sampai dinyatakan sebaliknya. Lebih lanjut, berdasarkan asas
ini, semua tindakan penguasa (baik produk hukum atau tindakannya) harus
dianggap sah sampai ada pembatalan.
Sebagai konsekuensinya, jika ada upaya hukum untuk melakukan pengajuan
terhadap suatu tindakan, makan tindakan (yang diajukan) tetap berlaku
walaupun sedang dalam proses pengujian.

Adapun perwujudan dari asas praesumptio iustae causa dalam wewenang


Mahkamah Konstitusi dapat dilihat pada kekuatan mengikat putusan MK
yang berlaku sejak selesai dibacakan dalam suatu sidang pleno yang
pengucapan putusannya terbuka untuk umum. Sebelum adanya putusan MK
tersebut, tindakan penguasa yang dimohonkan dapat berlaku dan dapat
dilaksanakan.

Anda mungkin juga menyukai