Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENYERTAAN DALAM HUKUM PIDAN

KHAIRI AZAHRA
RAHMAT HIDAYAT MATONDANG

Dosen Pengampu :
SITI ROBIANSYAH MARPAUNG M, H,

PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM


FAKULTAS SYARI’AH dan ILMU HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYEKH ALI HASAN AHMAD ADDARY
PADANGSIDIMPUAN
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT Yang Maha Esa yang telah memberikan
kemampuan, kekuatan, serta keberkahan baik berupa waktu, tenaga, maupun pikiran untuk
penulis yang dapat menyelesaikan makalah Praktik Kewirausahaan dan Bussines Plan
“Perizinan-Perizinan Usaha dan Perizinan Online”.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada IBU SITI ROBIANSYAH MARPAUNG M,H Hukum Pidana Islam
Universitas Islam Negeri Syekh Ali Hasan Ahmad Addary yang telah memberikan kami
semangat dan motivasi untuk menyelesaikan berupa tugas membuat makalah .

Penulis mengingat bahwa masih banyak kekurangan pada pembahasan makalah ini.
Maka dari itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan dari pembaca sekalian.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1. Latar Belakang................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................2
2.1. Judul................................................................................................................2
BAB III PENUTUPAN .....................................................................................................
3.1. Kesimpulan.......................................................................................................
3.2. Saran.................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Banyak orang yang melakukan perbuatan dengan perantaraan orang lain,
Sedang perantara itu hanya digunakan sebagai alat. Dengan demikian ada dua Pihak,
yaitu pembuat langsung dan pembuat tidak langsung. Di
samping itu banyak sekali terdapat kasus dimana pelakunya lebih dari Satu
orang, yang terjadi di masyarakat kita. Sering kali terjadi perdebatan dalam
Menjatuhkan hukuman pada pembuat langsung maupun pada pembuat tidak
Langsung perbuatan pidana. Untuk menjatuhkan pidana atas suatu perkara Tersebut,
maka hakim harus mengetahui mana pembuat yang langsung maupun Yang tidak
langsung dan mendasarkan putusannya selain pada undang – undang Juga
mempertimbangkan tuntutan dari jaksa penuntut umum.
Dalam hukum perdata pertanggungjawaban dapat dialihkan ke orang lain
Tetapi dalam hukum pidana tidak bisa, melainkan harus dipertanggungjawabkan
Masing-masing oleh pelakunya.Untuk mengetahui lebih jelas siapa-siapa dan
bagaimana pertanggungJawabannya yang harus dijatuhi hukuman ketika terjadi
perbuatan penyertaan Dalam hukum pidana maka dalam makalah ini kami akan
membahas tentang Perbuatan penyertaan dalam hukum pidana.

B. Rumusan MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan penyertaan?
2. Bagaimana penyertaan dalam KUHP Indonesia?
3. Bagaimana pertanggungjawaban pembantu dalam penyertaan?
4. Apa saja bentuk-bentuk penyertaan?

C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui pengertian dari penyertaan.
2. Untuk mengetahui penyertaan dalam KUHP Indonesia.
3. Untuk mengetahui pertanggungjawaban pembantu dalam penyertaan.
4. Untuk mengetahui bentuk-bentuk penyertaan.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Istilah Penyertaan


Kata penyertaan (deelneming) berarti turut sertanya seseorang atau lebihPada
waktu seseorang lain melakukan tindak pidana. Dalam praktek sering terjadi Lebih
dari seorang terlibat dalam peristiwa tindak pidana. Di samping si pelak ada seorang
atau beberapa orang lain yang turut serta.
Orang-orang yang terlibat dalam kerjasama yang mewujudkan tindak Pidana
tersebut, masing-masing dari mereka berbeda satu dengan yang lain,Tetapi dari
perbedaan-perbedaan yang ada pada masing-masing itu terjalin suatu Hubungan yang
sedemikian rupa eratnya dimana perbuatan yang satu menunjang Perbuatan yang lain,
yang semuanya mengarah pada satu yaitu terwujudnya Tindak pidana.
Beberapa istilah penyertaan yaitu :
1. Turut campur dalam peristiwa pidana(Tresna)
2. Turut berbuat delik (Karni)
3. Turut serta (Utrecht)
4. Delneming (Belanda); (Jerman); Participation (perancis).

B. Penyertaan Menurut KUHP Indonesia


Pasal 55 KUHP menyatakan :
1. Dipidana sebagai pembuat (dader) suatu perbuatan pidana:
Ke-1 : mereka yang melakukan, yang meyuruh melakukan, dan yang
turutSerta melakukan perbuatan.
Ke-2 :mereka yangdenganpemberian,kesanggupan,
penyalahgunaanKekuasaan atau martabat, dengan paksaan, ancaman, atau
penipuan, atau Dengan memberikan kesempatan, sarana, atau keterangan
dengan sengaja Membujuk perbuatan itu.
2. Terhadap penganjur hanya perbuatan yang sengaja dianjurkan sajalah yang
diperhitungkan beserta akibat-akibatnya.

2
Pasal 56 berbunyi :
Dipidana sebagai pembantu suatu kejahatan :
Ke-1 : mereka yang sengaja memberikan bantuan pada waktu kejahatan
Dilakukan
.Ke-2 : mereka yang sengaja memberi kesempatan, sarana atau keterangan
untuk Melakukan kejahatan.

Dari Pasal-Pasal di atas dapat disimpulkan bahwa penyertaan adalahapabila


orang yang tersangkut untuk terjadinya suatu perbuatan pidana atau kejahatan itu
tidak hanya satu orang saja, melainkan lebih dari satu orang.

Sehubungan dengan pertanggung jawabannya, maka dikenal beberapa


penanggung jawab suatu tindak pidana yang masing-masing berbeda-beda
pertanggungjawabannya. Berdasarkan hal itu, Mustafa Abdullah dan Ruben Achmad
menyatakan dalam hukum pidana penanggung jawab peristiwa pidana secara
garisbesar dapat diklasifikasikan atas dua bentuk yaitu :

1. Penaggung jawab penuh


2. Penaggung jawab sebagian.

Penyertaan menurut KUHP diatur dalam Pasal 55 dan Pasal 56 KUHP.


Berdasarkan pasal-pasal tersebut, penyertaan dibagi menjadi dua pembagian Besar,
yaitu pembuat dan pembantu.

1. Pembuat/ Dader (Pasal 55) yang terdiri dari :


a. Pelaku (pleger);
Pelaku adalah orang yang melakukan sendiri perbuatan yang
Memenuhi perumusan delik dan dipandang paling bertanggung jawab atas
Kejahatan atau diartikan sebagai orang yang karena perbuatannyalah yang
Melahirkan tindak pidana, tanpa adanya perbuatannya tindak pidana itu Tidak
akan terwujud. Secara formil pleger adalah siapa yang melakukan Dan
menyelesaikan perbuatan terlarang yang dirumuskan dalam tindak Pidana
yang bersangkutan. Pada tindak pidana yang dirumuskan secara Meterial

3
plegen adalah orang yang perbuatannya menimbulkan akibat Yang dilarang
oleh undang-undang.

b. Yang menyuruh melakukan (doenpleger);


Doenpleger adalah orang yang melakukan perbuatan
denganPerantara orang lain, sedang perantara itu hanya digunakan
sebagai alat.Dengan demikian, ada dua pihak, yaitu pembuat
langsung (manusministra/auctor intellectualis), dan pembuat tidak
langsung (manus Domina/auctor intellectualis).
Unsur-unsur pada doenpleger adalah:
1. Alat yang dipakai adalah manusia;
2. Alat yang dipakai berbuat
3. Alat yang dipakai tidak dapat dipertanggngjawabkan.
c. Yang turut serta (medepleger);
Medepleger adalah orang yang melakukan kesepakatan dengan Orang lain
untuk melakukan suatu perbuatan pidana dan secara bersama-Sama pula ia turut
beraksi dalam pelaksanaan perbuatan pidana sesuai Dengan yang telah disepakati.
Di dalam medepleger terdapat tiga cirri penting yangMembedakannya dengan
bentuk penyertaan yang lain. Pertama,Pelaksanaan perbuatan pidana melibatkan dua
orang atau lebih. Kedua,Semua orang yang terlibat benar-benar melakukan kerja sama
secara fisik Dalam pelaksanaan perbuatan pidana yang terjadi. Ketiga, terjadinya kerja
sama fisik bukan karena kebetulan, tetapi memang telah kesepakatan yangtelah
direncanakan sebelumnya.
d. Penganjur (uitlokker).
Penganjur adalah orang yang menganjurkan orang lain untuk
Melakukan suatu perbuatan pidana, dimana orang lain tersebut
tergerak Untuk memenuhi anjurannya disebabkan karena
terpengaruh atau tergoda Oleh upaya-upaya yang dilancarkan
penganjur sebagaimana ditentukan Dalam Pasal 55 ayat (1) ke-2
KUHP.

4
Penganjur (uitlokker) mirip dengan menyuruh melakukan(doenpleger), yaitu melalui
perbuatan orang lain sebagai perantara.Namun perbedaannya terletak pada: Pada
penganjuran, menggerakkan dengan sarana-sarana tertentu (limitatif) yang tersebut dalam
undang-undang (KUHP), sedangkan Menyuruh melakukan menggerakkannya dengan sarana
yang tidak Ditentukan; Pada penganjuran, pembuat materiil dapat
dipertanggungjawabkan,Sedang dalam menyuruhkan pembuat materiil tidak dapat
Dipertanggungjawabkan.

Syarat penganjuran yang dapat dipidana, antara lain;

1) Ada kesengajaan menggerakan orang lain;

2) Menggerakkan dengan sarana/upaya seperti tersebut limitatif dalam

KUHP;

3) Putusan kehendak pembuat meteriil ditimbulkan karena upaya-


upaya

Tersebut;

4) Pembuat materiil melakukan/mencoba melkukan tindak pidana


yang

Dianjurkan;

Pembuat materiil dapat dipertanggungjawabkan. Penganjuran yang Gagal tetap dipidana


berdasarkan pasal 163 KUHP.

5
2. Pembantu/ Medeplichtige
Pembantu adalah orang yang sengaja member bantuan berupa saran,

Informasi atau kesempatan kepada orang lain yang melakukan tindak pidana.

Sebagaimana disebutkan dalam pasal 56 KUHP, pembantuan ada dua jenis;

a. Pembantuan pada saat kejahatan dilakukan. Cara


bagaimana pembantunya

Tidak disebutkan dalam KUHP. Ini mirip dengan medeplegen (turut serta),

Namun perbedaannya terletak pada:

1) Pembantu perbuatannya hanya bersifat membantu/menunjang, sedang

Pada turut serta merupakan perbuatan pelaksanaan;

2) Pembantuan, pembantu hanya sengaja memberi bantuan tanpa

Disyaratkan harus kerjasama dan tidak bertujuan/berkepentingan

Sendiri, sedangkan dalam turut serta,orang yang turut serta sengaja

Melakukan tindak pidana, dengan cara bekerjasama dan mempunyai

Tujuan sendiri;

3) Pembantuan dalam pelanggaran tidak dipidana (pasal 60 KUHP),

Sedangkan dalam turut serta dalam pelanggaran tetap dipidana;

6
4) Maksimum pidana pembantu adalah maksimum pidana yang

Bersangkutan dikurangi sepertiga, sedangkan turut serta dipidana

Sama.

b. Pembantuan sebelum kejahatan dilakukan, yang


dilakukan dengan cara

Memberi kesempatan, sarana atau keterangan. Ini mirip dengan

Penganjuran (uitlokking).

Perbedaan pada niat/kehendak, pada pembantu kehendak jahat

Materiil sudah ada sejak semula/ tidak ditimbulkan oleh pembantu, sedangkan

Dalam penganjuran, kehendak melakukan kejahatan pada pembuat meteriil

Ditimbulkan oleh si penganjur.

C. Pertanggungjawaban Pembantu Dalam Penyertaan


Berbeda dengan Pertanggungjawaban pembuat yang semuanya dipidana

Sama dengan pelaku, Akan tetapi, pembantu dipidana lebih ringan daripada

Pembuatnya, yaitu dikurangi sepertiga dari ancaman maksimal pidana yang

Dilakukan (pasal 57 ayat (1)). Jika kejahatan diancam dengan pidana mati atau

Pidana seumur hidup, pembantu dipidana penjara maksimal 15 tahun.

Namun ada beberapa catatan pengecualian :

7
1. Pembantu dipidana sama berat dengan pembuat,yaitu pada kasus tindak

Pidana:

a. Membantu merampas kemerdekaan (Pasal 333 ayat (4)) dengan cara

Memberi tempat untuk perampasan kemerdekaan;

b. Membantu menggelapkan uang/surat oleh penjabat(Pasal 415);

c. Meniadakan surat-surat penting (Pasal 417).

2. Pembantu dipidana lebih berat daripada pembuat, yaitu tindak pidana:

a. Membantu menyembunyikan barang barang titipan hakim (Pasal 231 ayat

(3));

b. Dokter yang membantu menggugurkan kandungan (Pasal 349).

Sedangkan dalam pidana tambahan bagi pembantu adalah sama dengan

Pembuatnya (Pasal 57 ayat (3)) dan Pertanggungjawaban pembantu adalah


berdiri

Sendiri, tidak digantungkan pada pertanggungjawaban pembuat.


D. Bentuk-Bentuk Penyertaan
Dalam bab V KUHP yang ditentukan mengenai penyertaan terbatas

Hanya sejauh yang tercatum dalam pasal 55 sampai dengan 60 yang pada garis

Besarnya berbentuk penyertaan dalam arti sempit (Pasal 55) dan pembantu (56

8
Dan 59), bentuk-bentuknya diperinci sebagai berikut:

1. Dua orang atu lebih bersama-sama (berbarengan) melakukan tindak pidana,

2. Ada yang menyuruh (dan ada yang disuruh) melakukan suatu tindak pidana,

3. Ada yang melakukan dan ada yang turut serta melakukan tindak pidana,

4. Ada yang menggerakkan dan ada yang digerakkan dengan syarat tertentu

Untuk melakukan tindak pidana.

5. Pengurus-pengurus, anggota-anggota badan pengurus atau komisaris-

Komisaris yang dipraanggakan turut campur dalam suatu pelanggaran tertentu.

6. Ada petindak (dader) dan ada pembantu untuk melakukan suatu kejahatan.
Mengenai bentuk-bentuk dari penyertaan apabila ditinjau dari sudut

Peserta akan ditemukan variasi sebagi berikut:

1. Penyertaan yang satu dan lainnya sama-sama memenuhi unsur tindak pidana,

2. Penyertaan yang (turut) melakukan tindak pidana itu, tidak mengetahui bahwa

Tindakannya merupakan tindak pidana, atau ia terpaksa melakukannya dan

Sebagainya (Manus ministra).


3. Penyertaan benar-banarsadar dan langsung turut serta untuk melkukan tindak

9
Pidana (Medeplegen),

4. Penyertaan melkukan tindak pidana karena adanya suatu keuntungan baginya

Atau ia dipermudah untuk melakukannya,

5. Ia dipandang sebagai penyerta dalam suatu pelanggaran karena ia adalah

Pengurus dan sebaginya.

6. Penyertaan hanyalah sekedar membantu saja.

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Penyertaan (deelneming) berarti turut sertanya seseorang atau lebih pada

waktu seseorang lain melakukan tindak pidana. Penyertaan dibagi menjadi dua

pembagian besar, yaitu pembuat dan pembantu.

Pembuat terdiri dari pelaku, yang menyuruh melakukan, yang turut serta,

dan penganjur. Sedangkan pembantu ada dua jenis yaitu pembantu saat kejahatan

dilakukan dan sebelum kejahatan dilakukan.

Pertanggungjawaban pembuat yaitu semuanya dipidana sama dengan

pelaku, akan tetapi, pembantu dipidana lebih ringan daripada pembuatnya, yaitu

dikurangi sepertiga dari ancaman maksimal pidana yang dilakukan (pasal 57 ayat

(1)). Jika kejahatan diancam dengan pidana mati atau pidana seumur hidup,

pembantu dipidana penjara maksimal 15 tahun.

Bentuk-bentuk penyertaan secara rinci yaitu :

10
1. Dua orang atu lebih bersama-sama melakukan tindak pidana,

2. Ada yang menyuruh (dan ada yang disuruh) melakukan tindak pidana,

3. Ada yang melakukan dan yang turut serta melakukan tindak pidana,

4. Ada yang menggerakkan dan digerakkan melakukan tindak pidana.

5. Pengurus-pengurus, anggota-anggota badan pengurus atau komisaris-

komisaris yang turut campur dalam suatu pelanggaran tertentu.

6. Ada petindak dan ada pembantu untuk melakukan suatu kejahatan.

1. Dua orang atu lebih bersama-sama melakukan tindak pidana,

2. Ada yang menyuruh (dan ada yang disuruh) melakukan tindak pidana,

3. Ada yang melakukan dan yang turut serta melakukan tindak pidana,

4. Ada yang menggerakkan dan digerakkan melakukan tindak pidana.

5. Pengurus-pengurus, anggota-anggota badan pengurus atau komisaris-

komisaris yang turut campur dalam suatu pelanggaran tertentu.

6. Ada petindak dan ada pembantu untuk melakukan suatu kejahatan.

3.2. Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh

Karena itu penulis senantiasa dengan lapang dada menerima bimbingan dan

11
Arahan serta saran dan kritik yang sifatnya membangun demi perbaikan makalah

Berikutnya

DAFTAR PUSTAKA

12

Anda mungkin juga menyukai