Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

FIQIH JINAYAH DAN SIYASAH

KONSEP PENGERTIAN JARIMAH (TINDAK PIDANA)

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1

1. Ahmad Taufik Rahmansyah (105200263)


2. SALMAN ALFARISI (105200164)
3. FANI SAFITRI (105200184)

DOSEN PENGAMPU:

DR. H.UMAR YUSUF.MHI

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SYAIFUDDIN JAMBI

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah kami yang berjudul
"PENGERTIAN JARMAH (TINDAK PIDANA)" mata kuliah FUQIH JINAYAH DAN
SIYASAH  ini dengan baik sesuai dengan waktu yang telah kita tentukan.
Penyusun berharap makalah ini dapat bermanfaat secara maksimal bagi kegiatan
pembelajaran mata kuliah pengantar hukum indonesia di uin sts jambi. Bersama ini kami juga
menyampaikan terima kasih kepada Bapak DR.H.UMAR YUSUF MHI. sebagai dosen mata
kuliah Fiqih jinayah dan siasyah Semoga segala yang telah kita kerjakan merupakan bimbingan
yang lurus dari Yang Maha Kuasa.
Dalam penyusunan tugas ini tentu jauh dari sempurna, oleh karena itu segala kritik dan
saran sangat kami harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan tugas ini dan untuk pelajaran
bagi kita semua dalam pembuatan tugas-tugas yang lain di masa mendatang. Semoga dengan
adanya tugas ini kita dapat belajar bersama demi kemajuan kita dan kemajuan ilmu pengetahuan.

jambi,  maret 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
                                                                                                                                         
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang ....................................................................................... i
A. Rumusan Masalah ..................................................................................ii
B. Tujuan Penulisan .................................................................................... iii

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Jarimah (Tindak pidana ).......................................................
B. Contoh Tindak pidana ......................................................................... .....
C. Unsur unsur jarimah...................................................................................
D. Bentuk bentuk jarimah ..............................................................................

BAB III PENUTUP


A.    Kesimpulan .......................................................................................
B.     Saran ................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 

BAB I
PENDAHULUAN
A.           LATAR BELAKANG

Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari persinggungan atau interaksi antar sesama,
Karena bagaimanapun manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan manusia lainnya.
Sudah merupakan sifat dasar manusia untuk bertindak egois, sehingga apabila sifat tersebut terus
menerus dibiarkan, maka yang terjadi adalah ketidak beraturan yang menyebabkan kehancuran.
Oleh karena itu manusia membutuhkan aturan-aturan yang mengatur hak dan kewajiban
antar manusia satu dengan lainnya, demi mewujudkan itu semua maka dibutuhkannya Undang-
undang maupun aturan yang lainnya. Adanya perbuatan pidana atau yang sering disebut sebagai
tindak pidana sangat merugikan masyarakat. Sehingga sungguh selayaknya kita tidak melakukan
hal tersebut.
Tidak hanya sekedar teori dan perencanaan, pengembangan akan pengetahuan dan wawasan
yang berhubungan dengan tindak pidana seperti mengetahui contoh-contoh tindak pidana juga
sangat penting untuk kita lakukan, yakni dengan belajar mater-materi terkait persoalan yang ada.
Sehingga dikemudian hari kita tidak salah dalam memilih suatu perbuatan, terlebih bisa menjadi
contoh bagi masyarakat luas.

B.       RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang sudah tertera di atas maka rumusan masalah yang kita
temukan adalah:
1. Bagaimana pengertian tindak pidana?
2. Bagaimana contoh-contoh tindak pidana?
3. Bagaimana Unsur unsur jarimah?
4. Bagaimana bentuknya jarimah?

C.       TUJUAN PENULISAN
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Jarimah atau Tindak Pidana

Menurut Abdul Qadir Audah:


‫ سواء وقع الفعل علي نفس اومال او غير ذالك‬.‫فالجناية اسم لفعل محرم شرعا‬
Jinayah adalah suatu istilah untuk perbuatan yang dilarang oleh syara’, baik perbuatan tersebut
mengenai jiwa, harta, atau lainnya.[1]

Dalam konteks ini pengertian Jinayah sama dengan jarimah. Pengertian jarimah sebagimana
dikemukakan oleh Imam Al Mawardi adalah sebagai berikut:[2]
‫الجرائم محظورات شرعية زجر هللا تعالي عنها بحد اوتعزير‬

Jarimah adalah perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh syara’ yang diancam oleh Allah dengan
hukuman had atau ta’zir.
Perbuatan pidana atau tindakan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum
larangan yang mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa
melanggar larangan tersebut.[3]
Dapat juga dikatakan bahwa perbuatan pidana adalah perbuatan yang oleh suatu aturan hukum
dilarang dan diancam pidana, asal saja dalam pidana itu diingat bahwa larangan ditunjukkan
kepada perbuatan (yaitu suatu keadaan atau kejadian yang ditimbulkan oleh kelakuan orang).
Menurut Prof. Dr. Wirjono Prodjodikoro dalam buku asas-asas hukum pidana di Indonesia
memberikan definisi “Tindak Pidana” atau dalam bahasa Belanda disebut Strafbaar feit, yang
sebenarnya merupakan istilah resmi dalam Straftboek atau Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana, yang sekarang berlaku di Indonesia. Istilah bahasa asing menyebutnya sebagai Delict.
Tindak pidana berarti suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenai hukum pidana, dan pelaku
ini dapat dikatakan merupakan subjek tindak pidana.[4]
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian tindak pidana adalah suatu
perbuatan yang dilakukan manusia yang dapat bertanggungjawab yang mana perbuatan tersebut
dilarang atau diperintahkan atau dibolehkan oleh undang-undang hukum pidana yang diberi
sanksi berupa sanksi pidana. Untuk membedakan antara tindak pidana dan bukan tindak pidana
ialah apakah perbuatan tersebut diberi sanksi pidana atau tidak sanksi pidana.

B. Contoh Tindak Pidana


Beberapa contoh perbuatan yang dapat dikategorikan sebagai tindak pidana antara lain:

1. Kekerasan
Dalam bahasa Inggris, kekerasan disebut Violence. Dalam bahasa latin disebut violentus yang
berasal dari kata vi atau vis berarti kekuasaan atau berkuasa, adalah prinsip dasar dalam hukum
publik dan privat romawi yang merupakan sebuah ekspresi baik yang dilakukan secara fisik
ataupun secara verbal yang mencerminkan pada tindakan agresi dan penyerangan pada
kebebasan atau martabat seseorang yang dapat dilakukan oleh perorangan atau sekelompok
orang.
Kekerasan antara lain berupa pelanggaran (penyiksaan, pemerkosaan, pemukulan, dll) yang
menyebabkan penderitaan atau menyakiti orang lain, hingga batas tertentu. Istilah kekerasan juga
berkonotasi kecenderungan agresif melakukan perilaku yang merusak. Kekerasan disini juga bisa
berupa kekerasan dalam rumah tangga, yang telah dibahdah dalam Undang-undang Nomor 23
Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

2. Pembunuhan
Kata pembunuhan berasal dari kata dasar “Bunuh” yang mendapat awalan pe- dan akhiran –an
yang mengandung makna mematikan, menghapuskan atau membinasakan. Dalam pasal 338
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang menerangkan “Barang siapa dengan sengaja
menghilangkan nyawa orang lain, dipidanakan karena pembunuhan, dengan pidana penjara
paling lama 15 (lima belas) tahun.
Ada beberapa jenis tindak pidana pembunuhan, yaitu:
a. Tindak pidana pembunuhan biasa (doodslag) diatur dalam pasal 338 KUHP
b. Tindak pidana pembunuhan berat/berkualifikasi diatur dalam pasal 339 KUHP
c. Tindakan pidana pembunuhan berencana, diatur dalam pasal 340 KUHP
d. Tindakan pidana pembunuhan terhadap bayi atau anak, diatur dalam pasal 341, 342,
dan 343 KUHP
e. Tindakan pidana pembunuhan atas permintaan korban, diatur dalam pasal 334 KUHP
f. Tindakan pidana pembunuhan terhadap diri sendiri (menghasut, memberi pertolongan,
dan upaya terhadap korban bunuh diri), diatur dalam pasal 345 KUHP
g. Tindakan pengguguran kandungan, diatur dalam pasal 346 sampai 349 KUHP

3. Pencurian
Pencurian adalah mengambil hak orang lain yang bukan miliknya secara diam-diam tanpa
paksaan dan tidak diketahui oleh pemiliknya. Pengertian lain pencurian adalah mengambil harta
orang lain secara diam-diam yang diambil berupa harta, harta yang diambil merupakan milik
orang lain dan ada niat tidak baik. Pencurian menurut Muhamad Syaltut adalah mengambil harta
orang lain dengan sembunyi-sembunyi yang dilakukan oleh orang yang tidak dipercayai menjaga
barang tersebut. QS. Al-Maidah:38 menjelaskan:

‫سبَا نَ ٰ َكاًل ِّمنَ ٱهَّلل ِ ۗ َوٱهَّلل ُ َع ِزي ٌز َح ِكي ٌم‬


َ ‫سا ِرقَةُ فَٱ ْقطَ ُع ٓو ۟ا أَ ْي ِديَ ُه َما َجزَٓا ۢ ًء ِب َما َك‬
َّ ‫ق َوٱل‬
ُ ‫سا ِر‬
َّ ‫َوٱل‬

” Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai)
pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana”.

4. Korupsi
Setiap orang yang dikategorikan melawan hukum, melakukan perbuatan memperkaya diri
sendiri, menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau korparasi, menyalahgunakan
kewenangan maupun kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan
yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.[5]
Dalam ilmu politik, korupsi didefinisikan sebagai penyalahgunaan jabatan dan administrasi,
ekonomi atau politik, baik yang disebabkan oleh diri sendiri maupun orang lain, atau ditujukan
untuk memperoleh keuntungan pribadi, sehingga menimbulkan kerugian bagi masyarakat umum.
Didalam Al-qur’an ada beberapa ayat yang melarang perbuatan korupsi, karena korupsi selain
merugikan diri sendiri juga merugikan orang banyak. Ayat tersebut adalah QS. Ali imran ayat
161:

َ‫سبَتْ َو ُه ْم اَل يُ ْظلَ ُمون‬


َ ‫س َّما َك‬ ِ ْ‫َو َما َكانَ لِنَبِ ٍّى أَن يَ ُغ َّل ۚ َو َمن يَ ْغلُ ْل يَأ‬
ٍ ‫ت بِ َما َغ َّل يَ ْو َم ٱ ْلقِ ٰيَ َم ِة ۚ ثُ َّم ت َُوفَّ ٰى ُك ُّل نَ ْف‬

“Tidak mungkin seorang nabi berkhianat dalam urusan harta rampasan perang. Barangsiapa yang
berkhianat dalam urusan rampasan perang itu, maka pada hari kiamat ia akan datang membawa
apa yang dikhianatkannya itu, kemudian tiap-tiap diri akan diberi pembalasan tentang apa yang
ia kerjakan dengan (pembalasan) setimpal, sedang mereka tidak dianiaya.”

Dari ayat tersebut dijelaskan bagaimana sikap nabi yang tidak mungkin berkhianat atau terlebih
mengambil harta rampasan perang untuk digunakan sendiri. Ayat tersebut memberikan pelajaran
kepada kita selaku umat muslim untuk tidak menggunakan harta yang bukan milik kita, atau dari
jalan-jalan yang tidak halal. Ayat al-qur’an yang lain adalah QS. Al-Baqarah ayat 188:

َ‫س ِبٱإْل ِ ْث ِم َوأَنتُ ْم تَ ْعلَ ُمون‬ ۟ ُ‫وا ِب َهٓا إِلَى ٱ ْل ُح َّك ِام لِتَأْ ُكل‬
ِ ‫وا فَ ِريقًا ِّمنْ أَ ْم ٰ َو ِل ٱلنَّا‬ ۟ ُ‫َواَل تَأْ ُكلُ ٓو ۟ا أَ ْم ٰ َولَ ُكم بَ ْينَ ُكم بِٱ ْل ٰبَ ِط ِل َوتُ ْدل‬

“Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan
yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat
memakan sebagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal
kamu mengetahui”

Penjelasan tentang larangan memakan harta yang bukan milik sendiri juga dijelaskan dalam surat
Al-Anfal: 27 dan surat Al-Mu’minun:8, ini mengandung arti bahwasannya didalam Al-Qur’an
sudah sangat dijelaskan bagaimana larangan yang tegas terkait tindakan korupsi. Di indonesia,
Undang-undang tentang pemberantasan korupsi dijelaskan pada UU Nomor 31 Tahun 1999 yang
mengggantikan UU Nomor 3 Tahun 1971 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi.

5. Pelecehan seksual dan pemerkosaan


Pemerkosaan adalah suatu tindakan melakukan hubungan seksual dengan orang lain dengan cara
memaksa demi mendapatkan kepuasan seksual sementara. Dampak dari pemerkosaan antara
lain:

a. Mengakibatkan stress hingga gangguan kejiwaan


b. Cidera atau luka-luka karena penganiayaan
c. Kehilangan keperawanan/kesucian bagi seorang gadis
d. Hamil diluar nikah sehingga mengakibatkan banyak masalah sosial
e. Merusak mental korban
f. Dapat mengakibatkan penyakit seksual yang berbahaya
Oleh sebab itu bagaimana hukum hukum yang melarang perbuatan pemerkosaan dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana dijelaskan dalam pasal 285. Dalam hukum islam, perbuatan
pemerkosaan termasuk perbuatan yang tidak dibenarkan, karena agama islam memberikan
kemudahan bagi manusia untuk menikah dengan kepada seseorang yang dicintainya, juga
sebagai sarana ibadah kepada Allah. Ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan anjuran
pernikahan sehingga mencegah perbuatan pemerkosaan adalah:
َ‫سـفِ ِحين‬ ِ ‫َـب هَّللا ِ َعلَ ْي ُك ْم َوأُ ِح َّل لَ ُك ْم َّما َو َرا َء َذلِ ُك ْم أَن تَ ْبتَ ُغو ْا بِأ َ ْم َولِ ُك ْم ُّم ْح‬
َ ‫صنِينَ َغ ْي َر ُم‬ َ ‫سآ ِء إِالَّ َما َملَ ْكتَ أَ ْي َمـنُ ُك ْم ِكت‬
َ ِّ‫صنَـتُ ِمنَ الن‬ َ ‫وَا ْل ُم ْح‬
َ ‫ض ْيتُ ْم ِب ِه ِمن بَ ْع ِد ا ْلفَ ِر‬
ً‫يض ِة إِنَّ هَّللا َ َكانَ َعلِيما ً َح ِكيما‬ َ ‫اح َعلَ ْي ُك ْم فِي َما تَ َرا‬ َ َ‫ضةً َوالَ ُجن‬ َ ‫ستَ ْمتَ ْعتُ ْم بِ ِه ِم ْن ُهنَّ فَـَاتُوهُنَّ أُ ُجو َرهُنَّ فَ ِري‬
ْ ‫فَ َما ا‬

Artinya:
“Juga (dilarang bagimu) wanita2 yang telah menikah, kecuali mereka (budak2) yang dimiliki
tangan kananmu. Demikian Allah telah memerintahkan padamu. Wanita-wanita lainnya adalah
halal bagimu, jika kau memberi mereka (mahar) dari harta milikmu, menginginkan kesucian, dan
bukan perzinahan. Maka dari antara wanita-wanita itu yang telah kau nikmati, berilah mereka
maharnya, tapi jika kau ingin (memberi lebih banyak) dari kewajiban mahar (yang telah
ditetapkan), maka hal itu bukanlah dosa bagimu. Sungguh benar, Allah itu Maha Mengetahui,
Maha Bijaksana”. (QS. An-Nisa: 24)

Masih banyak lagi contoh-contoh tindak pidana, baik itu yang menyangkut individu, kelompok
atau bahkan masyarakat. Setelah kita mengetahui bagaimana contoh-contoh tindak pidana
beserta sanksi yang ada terhadap tindak pidana tersebut, maka sudah seharusnya kita menjadi
salah satu elemen yang membantu untuk meminimalisir tindak kejahatan, khususnya dinegara
kita. Memulai dari diri sendiri dan bisa menjadi contoh bagi orang lain, sehingga tercipta
kehidupan yang aman dan tentram.

C. UNSUR UNSUR JARIMAH

Suatu perbuatan dianggap sebagai tindak pidana apabila unsur-unsurnya telah terpenuhi. Abdul
Qadir sudah mengemukakan bahwa unsur-unsur umum jarimah ada tiga macam :
a. Unsur Formal (‫ )الركن الشرعي‬yaitu adanya nash (ketentuan) yang melarang perbuatan dan
mengancamnya dengan hukuman.

Dalam unsur ini terdapat lima masalah pokok :

Asas legalitas dalam hukum pidana islam.


Sumber-sumber aturan-aturan pidana islam.
Masa berlakunya aturan-aturan pidana islam.
Lingkungan berlakunya aturan-aturan pidana islam.
Asas pelaku atau terhadap siapa berlakunya aturan-aturan hukum pidana islam.
b. Unsur Material (‫ )الركن المادي‬yaitu adanya tingkah laku yang membentuk jarimah, baik
berupa perbuatan nyata (positif) maupun sikap tidak berbuat (negatif) yang bersifat melawan
hukum.

Unsur materiil ini mencakup antara lain:

1) Jarimah yang belum selesai atau percobaan.

2) Turut serta melakukan jarimah.

c. Unsur Moral (‫ )الركن االدبي‬yaitu bahwa pelaku adalah orang yang mukallaf, yakni orang
yang dapat dimintai pertanggungjawaban atas tindak pidana yang dilakukan.

Pemahasan mengenai unsur pertanggungawaban ini berkisar dua masalah pokok :

1) Pertanggungjawaban pidana.

2) Hapusnya pertanggungjawaban pidana.

Unsur-unsur diatas merupakan unsur-unsur yang bersifat umum. Artinya unsur-unsur tersebut
adalah unsur yang sama dan berlaku bagi setiap macam jarimah (tindak pidana/delik). Jadi pada
jarimah apapun ketiga unsur tersebut harus terpenuhi. Untuk unsur yang secara khusus bisa
dipelajari pada tiap masing-masing jarimah.

D. BENTUK BENTUK JARIMAH

1. Jarimah Hudud
Hudud adalah bentuk jamak dari kata “had”. Arti menurut bahasa ialah : menahan (menghukum).
Menurut istilah hudud berarti: sanksi bagi orang yang melanggar hukum syara’ dengan cara
didera/ dipukul (dijilid) atau dilempari dengan batu hingga mati (rajam). Sanksi tersebut dapat
pula berupa dipotong tangan lalu sebelah atau kedua-duanya atau kaki dan tangan keduanya,
tergantung kepada kesalahan yang dilakukan. Hukum had ini merupakan hukuman yang
maksimal bagi suatu pelanggaran tertentu bagi setiap hukum.
Jarimah hudud ini dalam beberapa kasus di jelaskan dalam al-Qur’an surah An-Nur ayat 2, surah
an-Nur: 4, surah al-Maidah ayat 33, surat al-Maidah ayat 38.
a. Perzinaan
b. Qadzaf (menuduh berbuat zina)
c. Meminum minuman keras
d. Pencurian
e. Perampokan
f. Pemberontakan
g. Murtad

2. Jarimah Qishash dan Diyat

Jarimah qisas dan diyat adalah jarimah yang diancam dengan hukuman qisas atau diyat. Baik
qisas maupun diyat kedua-duanya adalah hukuman yang sudah ditentukan oleh syara’.
Perbedaannya dengan hukuman hadd adalah bahwa hukuman hadd merupakan hak Allah,
sedangkan qisas dan diyat merupakan hak manusia (hak individu).
Di samping itu, perbedaan yang lain adalah karena hukuman qisas dan diyat merupakan hak
manusia maka hukuman tersebut bisa dimaafkan atau digugurkan oleh korban atau keluarganya,
sedangkan hukuman hadd tidak bisa dimaafkan atau digugurkan.

Pengertian qishash, sebagaimana dikemukakan oleh Muhammad Abu Zahrah adalah :

‫اَ ْل ُم َسا َواةُ بَ ْينَ ْال َج ِر ْي َم ِة َو ْال ُعقُوْ بَ ِة‬


"Persamaan dan keseimbangan antara jarimah dan hukuman."

Jarimah qishash dan diyat ini hanya ada dua macam, yaitu pembunuhan dan penganiayaan.
Namun apabila diperluas, jumlahnya ada lima macam, yakni:
1) Pembunuhan sengaja (ُ‫)اَ ْلقَ ْت ُل ْال َع ْمد‬
2) Pembunuhan menyerupai sengaja (ُ‫)اَ ْلقَ ْت ُل ِش ْبهُ ْال َع ْمد‬
3) Pembunuhan karena kesalahan (ُ ‫)اَ ْلقَ ْت ُل ْال َخطَأ‬
4) Penganiayaan sengaja (‫س َع ْمدًا‬ ِ ‫)اَ ْل ِجنَايَةُ َعلَى َما ُدوْ نَ النَّ ْف‬
5) Penganiyaan tidak sengaja (ً ‫س خَ طَأ‬ ِ ‫)اَ ْل ِجنَايَةُ َعلَى َما ُدوْ نَ النَّ ْف‬

BAB III
PENUTUP

A.       KESIMPULAN

Perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan yang mana disertai
hukuman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut.
Arti perbuatan pidana juga lahir dari istilah Strafbaar feit yaitu Tindak Pidana, Peristiwa Pidana, Delik,
Pelanggaran Pidana, Perbuatan yang boleh dihukum, Perbuatan yang dapat dihukum, dan Perbuatan
Pidana.

Didalam Al-qur’an maupun Undang negara Indonesia telah banyak yang mengatur mengenai tindak
pidana beserta sanksi-sanksinya. Contoh tindak pidana antara lain kekerasan, pembunuhan, pencurian
yang marak terjadi, pelecehan seksual dan pemerkosaan. Segala jenis perbuatan tersebut mempunyai
undang-undang tersendiri yang menjelaskan sanksi-sanksi bagi tindak pidana terkait.

B. SARAN

Penulis menyarankan, sebagai seorang pelajar perguruan tinggi, hendaknya bisa mempelajari bagaimana
hukum-hukum telah berkembang terutama hukum pada zaman sekarang ini. Berbagai kasus-kasus yang
berkaitan dengan tindak pidana tidak asing bila diketahui, khususnya bagi mahasiswa yang menempuh
jurusan hukum. Kemudian, untuk menunjang pemecahan masalah terkait kasus-kasus tindak pidana juga
lebih baik jika diimbangi dengan pengetahuan dalil-dalil Al-qur’an sebagai landasan hukum islam. Oleh
karena itu, pentingnya pendidikan dan wawasan terkait masalah yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Audah, Abdul Qadir. Tt . At Tasyri’ Al Jina’iy Al Ialamiy. Beirut. Beirut: Sinar Grafika.

Moeljatno. 2008. Asas-asas Hukum Pidana. Jakarta: Rieneka cipta.

Prodjodikoro, Wirjono. 2008. Asas-Asas Hukum Pidana Di Indonesia. Bandung: Refika Aditama.

Ray Pratama Siadari, S.H., M.H. http://raypratama.blogspot.com/2012/02/pengertian-


pembunuhan.html , diakses pada hari Sabtu pukul 11.00 am

http://id.wikipedia.org/wiki/Kekerasan diakses pada hari Sabtu pukul 10.51 am.

Anda mungkin juga menyukai