TINDAK PIDANA
Disusun Oleh:
1. Rozi
2. Yusril
3. Zainul Muttaqin
4. Zinnurain Hasan
5. Yinnia Sirli Rosita
6. Muh. Hayadi Muawwikin
Dosen Pengampu:
Abdul Hayyi Nukman, MA.
Assalamu'alaikum wr wb
Sekian
Assalamu'alaikum wr wb
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum merupakan peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat,
yang dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintah. Hukum juga dapat diartikan sebagai
undang-undang dan peraturan untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat.
Sementara itu, hukum pidana sendiri terdiri dari norma-norma yang berisi beberapa
kegarusan dan larangan yang dikaitkan dengan suatu sanksi hukuman. Hukum pidana
dapat diartikan sebagai peraturan berupa norma dan sanksi yang diciptakan untuk
mengatur tingkah laku manusia dengan tujuan menjaga ketertiban, keadilan, serta
mencegah terjadinnya tindak kejahatan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
Tindak pidana adalah perbuatan yang melanggar larangan yang diatur oleh aturan
hukum yang di ancam dengan saksi pidana. Kata tindak pidana berasal dari istilah
yang dikenal dalam hukum pidana Belanda, yaitu strafbaar feit, kadang-kadang juga
menggunakan istilah Delict, yang berasal dari bahasa latin delictum. Hukum pidana
negara-negara Angxlo-saxon menggunakan istilah offense atau criminal act untuk
maksud yang sama.1
Istilah offence, criminal act, yang oleh Negara-negara Eropa Kontinental dikenal
dengan istilah strafbaar feit atau delict, ketika diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia, tampaknya mengalami keberagaman istilah. Keberagaman ini baik dalam
Perundang-undangan maupun dalam berbagai literatur hukum yang ditulis oleh para
pakar. Keberagaman istilah para ahli ini meliputi tindak pidana, peristiwa pidana,
delik, pelanggaran pidana, perbuatan yang boleh dihukum, dan perbuatan pidana.3
Pada dasarnya, istilah strafbaar feit jika dijabarkan secara harfiah, terdiri dari tiga
kata. Straf yang diterjemahkan dengan pidana dan hukum. Kata baar diterjemahkan
dengan dapat dan boleh. Kata feit diterjemahkan dengan tindak, peristiwa,
pelanggaran dan perbuatan. Jadi, istilah strafbaar feit secara singkat bisa diartikan
perbuatan yang boleh di hukum. Namun dalam kajian selanjutnya tidak sesederhana
1
Nurul Irfan Muhammad. “Tindak Pidana Korupsi di Indonesia Dalam Perspektif Fiqih Jinayah”, (Jakarta:
Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI,2009), 31.
2
Irfan Muhammad. “Tindak Pidana Korupsi di Indonesia Dalam Perspektif Fiqh Jinayah”, 45.
3
Irfan Muhammad. “Tindak Pidana Korupsi di Indonesia Dalam Prspektif Fiqh Jinayah”, 50.
ini, karena yang bisa dihukum itu bukan perbuatannya melainkan orang yang
melakukan sesuatu perbuatan yang melanggar aturan hukum.
Selanjutnya beberapa rumusan tentang tindak pidana menurut para pakar hukum
pidana perlu dikemukakan bahwa menurut Simons, sebagaimana dikutip oleh Andi
Hamzah, strafbaar feit atau tindak pidana adalah kelakuan yang diancam dengan
pidana yang bersifat melawan hukum yang berhubungan dengan kesalahan dan
kelakuan orang yang mampu bertanggung jawab. Hal ini berkaitan erat dengan dua
aliran monisme dan dualisme dalam hukum pidana.
Dalam mengomentari perbedaan pendapat antara aliran dualisme dan monisme
ini, Andi Hamzah mengatakan bahwa pemisahan tersebut hanya penting diketahui
oleh para penuntut umum dalam menyusun surat dakwaan. Karena surat dakwaan
cukup berisi bagian inti (bestanddelen) delik dan perbuatan nyata4
Berdasarkan rumusan tindak pidana menurut Moeljatno, maka unsur tindak pidana
adalah perbuatan, yang dilarang (oleh aturan hukum), ancaman pidana (bagi yang
melanggar larangan). Dari batasan yang dibuat Jonkers dapat dirincikan unsur-
unsur tindak pidana adalah perbuatan, melawan hukum (yang berhubungan
dengan), kesalahan (yang dilakukan oleh orang yang dapat),
dipertanggungjawabkan. E. Y.Kanter dan SR. Sianturi menyusun unsur-unsur
tindak pidana yaitu : 6
Ke-1 Subjek
4
Nurul Irfan Muhammad. “Tindak Pidana Korupsi di Indonesia Dalam Perspektif Fiqh Jinayah”, 59-60.
5
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana II, Rajawali Pers,Jakarta,2002,hlm. 78
6
E Y.Kanter dan S.R. Sianturi,Op. Cit, hlm. 211
Ke-2 Kesalahan
Ke-4 Suatu tindakan yang dilarang dan diharuskan oleh UU/PerUU-an dan
terhadap pelanggaranya diancam dengan pidana
1. Melawan hukum
2. Merugikan masyarakat
8
Mustafa Abdullah dan Ruben Achmad, Intisari Hukum Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1983, hlm. 26-27
unsur yang selalu disebutkan dalam setiap rumusan ialah tingkah laku/perbuatan,
walaupun ada perkecualian seperti Pasal 335 KUHP. Unsur kesalahan dan
melawan hukum terkadang dicantumkan dan seringkali juga tidak dicantumkan.
Sama sekali tidak dicantumkan ialah mengenai unsur kemampuan bertanggung
jawab. Disamping itu banyak mencantumkan unsur-unsur lain baik
sekitar/mengenai objek kejahatan maupun perbuatan secara khusus untuk rumusan
tertentu.
3. Unsur kesalahan
Dalam KUHP, tindak pidana terbagi dua, yakni untuk semua yang dimuat dalam
buku II, dan pelanggaran untuk semua yang terdapat dalam Buku III. Sehingga tindak
pidana merupakan faktor kejahatan.
1. Faktor Ekonomi, meliputi sistem ekonomi, yang tidak saja merupakan sebab
utama (basic causa) dari terjadinya kejahatan terhadap hak milik, juga
mempunyai pengaruh kriminogenik karena membangun egoisme terhadap
9
Stepen Huwitz, Kriminologi, Saduran Moeljatno, Bina Aksara, Jakarta, 1986, hlm. 86
macam-macam kejahatan lain dengan cara pola hidup konsumeristis, dan
persaingan pemenuhan kebutuhan hidup, perubahan harga pasar , yang
mempengaruhi tingkat pencurian, keadaan krisis, pengangguran.
g. Penyakit kejiwaan.
penting terjdi tindak pidana, yaitu niat dan kesempatan. Kedua faktor saling
mempengaruhi dan harus ada untuk terjadinya tindak pidana.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tindak pidana adalah perbuatan yang melanggar larangan yang diatur oleh aturan
hukum yang di ancam dengan saksi pidana. Kata tindak pidana berasal dari istilah
yang dikenal dalam hukum pidana Belanda, yaitu strafbaar feit, kadang-kadang juga
menggunakan istilah Delict, yang berasal dari bahasa latin delictum. Hukum pidana
negara-negara Angxlo-saxon menggunakan istilah offense atau criminal act untuk
maksud yang sama.
Unsur-unsur tindak pidana dapat dibedakan setidak-tidaknya dari dua sudut pandang,
yaitu (1) dari sudut pandang teoritis dan (2) dari sudut pandang Undang-undang.
Maksud teoritis adalah berdasarkan pendapat ahli hukum, yang tercermin daripada
rumusnya. Sedangkan sudut Undang-undang adlah kenyataan tindak pidana itu
dirumuskan menjadi tindak pidana tertentu dalam Pasal-pasal perundang-undangan
yang ada.
Dalam KUHP, tindak pidana terbagi dua, yakni untuk semua yang dimuat dalam
buku II, dan pelanggaran untuk semua yang terdapat dalam Buku III. Sehingga tindak
pidana merupakan faktor kejahatan.
DAFTAR PUSTAKA
Chazawi, Adami. 2002. Pelajaran Hukum Pidana II, Jakarta : Rajawali Pers
Muhammad, Irfan. 2009. Tindak Pidana Korupsi di Indonesia Dalam Perspektif Fiqh
Jinayah, Jakarta : Badan Litbang dan Diklat
Saleh. K.Wantjik. 1998. Kehakiman dan Keadilan, Jakarta : Ghalia Indonesia.