Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SUBYEK HUKUM SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA

Disusun Untuk Tugas UAS Mata Kuliah Hukum Acara Pidana

Yang Dibina Oleh Dosen : H. Achmad Chairul Farid, S.E., S.H., M.H..

Disusun Oleh:

SILVIA FAIZZATUR ROSIDA

NIM. 205102010015

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KH ACHMAD SIDDIQ


JEMBER

DESEMBER 2022
PENGANTAR PENULIS

Bismillahirrohmanirrohim, pertama-tama marilah kita panjatkan puja dan puji


syukur terhadap Allah SWT atas rahmat dan ridhonya. karena tanpa khidmad dan
ridho darinya, Penulis tidak akan dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
dan juga tepat selesai pada waktunya. Dengan makalah yang berjudul “Subjek
Hukum Sebagai Pelaku Tindak Pidana”

Kedua kalinya semoga shalawat serta salam tak lupa juga kami panjatkan
kepada baginda kita Nabi Muhammad SAW beserta kelurga dan sahabatnya
hingga akhir zaman.

Ucapan terimakasih Penulis haturkan kepada dosen pengampu mata kuliah


Hukum Acara Pidana yakni Bapak H. Achmad Chairul Farid, S.E., S.H.,
M.H..yang telah membimbing Penulis dalam pembuatan makalah ini dan tak lupa
juga Penulis ucapkan rasa terima kasih kepada teman-teman yang selalu memberi
semangat dan motivasi Penulis.

Penulis juga menyadari bahwa susunan makalah ini belumlah sempurna dan
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif sangatlah
Penulis harapkan untuk kedepannya. Akhirnya, mudah-mudahan makalah ini
dapat bermanfaat bagi Penulis dan teman-teman sekalian. Aamiin.

Jember, 19 Desember 2022

Penulis

(Silvia Faizzatur Rosida)

ii
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR.........................................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................1

B. Rumusan Masalah........................................................................................1

C. Tujuan..........................................................................................................1

BAB II

PEMBAHASAN.....................................................................................................2

A. Pengertian Subyek Hukum Pidana..............................................................2

B. Hak-hak Subyek Hukum Pidana..................................................................3

C. Upaya Hukum Subyek Hukum Pidana......................................................

D. Status Subyek hukum dalam tahap Hukum Acara Pidana.............................

BAB III

PENUTUP...............................................................................................................8

A. Kesimpulan..................................................................................................8

B. Saran.............................................................................................................8

iii
DAFTAR
PUSTAKA..............................................................................................................ii

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum acara pidana merupakan seperangkat hukum atau peraturan yang
mengatur tentang cara alat-alat negara melalui penegak hukumnya dalam
menjalankan dan menegakkan serta mempertahankan hukum pidana.1
Hukum acara yang disebut juga dengan hukum formal merupakan aturan
hukum yang mengatur cara-cara untuk mempertahankan dan melaksanakan hukum
materiil. Melalui proses pelaksanaan hukum acara tersebut berfungsi untuk
menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dianggap telah memenuhinya
norma larangan hukum materiil yang pedomannya mengambil dari peraturan yang
telah dituangkan dalam hukum acara.2
Dalam pelaksanaan hukum acara pidana, istilah subyek hukum memang masih
asing dan tidak secara jelas disebut dalam aturan formil maupun aturan materiil dalam
hukum acara pidana. Namun melalui aturan yang ada di dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP) yang menjadi salah satu sumber hukum materiil dalam
beracara pidana di Indonesia menjelaskan begitu banyak aturan-aturan terhadap
hukum pemidanaan. Adapun subyek hukum menurut KUHP dikenal dengan
natuurlijke person atau manusia. Hal tersebut dipahami dengan adanya sebagian
besar dalam kaidah hukum dalam KUHP diawali dengan kata ”Barangsiapa” yang
mana tiap pasal-pasalnya KUHP baik KUHP Buku II maupun KUHP Buku III
banyak sekali ditemukan frasa “Barangsiapa”. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa KUHP memandang orang perseorangan tersebutlah sebagai subyek hukum
piddana.
Keberadaan subyek hukum pidana sangatlah penting untuk diketahui, karena
meskipun subyek hukum dalam KUHAP disebut sebagai Tersangka atau Terdakwa,
maka dalam proses pemeriksaan tetap harus diperlakukan selayaknya atau
sebagaimana memperlakukan manusia pada umumnya yang juga memiliki harkat,
martabat dan harga diri yang tidak boleh diperlakukan dengan sewenang-wenang.

1
Luhut M.P. Pangaribuan, Hukum Acara Pidana, cet Ke-1, (Jakarta : Djambatan, 2013),76.

2
R. Abdoel Djamali, Pengantar Hukum Indonesia, (Depok : PT Raja Grafindopersada, 2011), 193.
Dari uraian tersebut di ataslah, cukup beralasan bahwa penulis tertarik untuk
kembali menggali dan mencari bahan untuk menuangkan tulisan mengenai subyek
hukum pidana secara komprehensif di dalam makalah ini. Untuk selanjutnya dalam
pembahasan akan penulis uraikan mengenai subyek hukum pidana sebagai pelaku
tindak pidana mulai dari pengertian, hak-haknya, upaya hukum, hingga status dari
subyek hukum dalam tahap-tahap hukum acara pidana mulai dari tingkat awal
ditetapkannya sebagai tersangka hingga pada pembacaan putusan yang telah inkrah
atau berkekuatan hukum tetap yaitu hingga pemidanaan subyek hukum tersebut
sebagai terpidana.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Subyek Hukum Pidana?
2. Apa Saja Hak-hak Subyek Hukum Pidana?
3. Bagaimana Upaya Hukum Subyek Hukum Pidana?
4. Bagaimana Status Subyek Hukum Dalam Tahap Hukum Acara Pidana?

C. Tujuan
1. Agar Mahasiswa Mengetahui dan Memahami Pengertian Pengertian Subyek
Hukum Pidana.
2. Agar Mahasiswa Mengetahui dan Memahami Hak-hak Subyek Hukum Pidana.
3. Agar Mahasiswa Mengetahui dan Memahami Upaya Hukum Subyek Hukum
Pidana.
4. Agar Mahasiswa Mengetahui dan Memahami Status Subyek hukum dalam tahap
Hukum Acara Pidana.

BAB II

PEMBAHASAN
1
A. Pengertian Subyek Hukum Pidana
Secara harfiah, Subyek hukum terdiri dari dua kata yaitu subyek dan hukum. Subyek dalam
bahasa Belanda dan bahasas Inggris berasal dari bahasa latin yang disebut dengan subjectus yang
berarti di bawah kekuasaan orang lain (subordinasi). 3 Sementara hukum adalah seperangkat
aturan yang mengikat. Adapun subyek hukum adalah orang atau badan hukum yang memegang
hak dan kewajiban brdasarkan hukum. Subyek hukum sangat lekat dengan kehiduoan sehari-hari
yang mana dalam kehiduoan sehari-hari ialah individu dan badan hukum. Dalam suatu sistem
hukum di Indonesia yang pada dasarnya tekah bertitik tolah dari sistem hukum yang dipakai
Belanda yaitu yang dimaksud individu adalah orang atau perdoarangan dan yang dimaksud
dengan badan hukum adalah perusahaan, organisasi, institusi dan lain-lain yang memiliki hak
dan kewajiban).
Secara umum, ada beberapa penngertian dari subyek hukum, diantaranya:
1. Subyek hukum merupakan segala sesuatu yang menurut hukum memiliki hak dan
wewenang melaksanakan perbuatan-perbuatan hukum dan juga siapa saja yang
memiliki hak serta cakap dalam bertindak.
2. Subyek hukum merupakan segala sesuatu yang mendukung hak menurut hukum dan
memiliki kewenangan penuh/ berkuasa untuk menjadi pendukung hak.
3. Secara sederhana, pengertian subyek hukum ialah segala sesuatu yang menurut hukum
dapat memiliki hak dan kewajiban.
Subyek hukum pidana adalah orang atau badan hukum yang oleh hukum pidana dianggap
sebagai pelaku tindak pidana atau oknum kejahatan. Secara umum, subyek hukum ada dua jenis
yaitu orang dan badan hukum, berikut adalah penjelasaannya:
1. Orang

Selanjutnya yang dimaksud subyek hukum pidana adalah manusia/orang. Orang dalam
pandangan KUHP sebagai subyek hukum ialah seorang manusia yang menjadi oknum
dalam tindak pidana atau tindak kejahatan. Hal ini tidak sukar untuk diketahui karena
di dalam KUHP sendiri yang di dalam perumusan tindak pidananya menampakkan
daya pikir terhadap syarat dari pelaku/oknum sebagai subyek hukum dalam tindak
3
Prof. Dr. Peter Mahmud Marzuki, SH., MS., LL, M, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta : Kencana Prenada Media
Group, 2014), 20.
2
pidana. Selain itu juga, dalam KUHP diperlihatkan mengenai pemidanaan hukuman
yang termuat dalam pasal-pasalnya yang ditujukan kepada pelaku tindak pidana yaitu
berupa hukuman penjara, kurungan, dan hukuman sanksi denda.4
Secara alami manusia telah menjadi barang tentu dikatakan sebagai subyek
hukum, bahkan yang masih berusia muda seperti anak-annak dan balita pun telah dapat
dianggap sebagai subyek hukum karena manusia mulai dilahirkan telah memiliki hak dan
kewajiban. Bahkan seorang bayi yang belum lahir dan masih di dalam kandungan bisa
dianggap sebagai subyek hukum apabila terdapat kepentingan yang menghedakinya.
Namun oleh hukum memandang adad sebagian golongan dari subyek hukum yang “tidak
cakap hukum” sehingga mereka perlu dibantu dalam melakukan perbuatan hukumnya
oleh wakilnya.
2. Badan hukum
Selain orang yang dikenal sebagai subyek hukum pidana, badan hukum juga
merupakan subyek hukum pidana. Badan hukum ialah organisasi atau sekelompok
orang atau korporasi yang mempunyai tujuan tertentu dan juga memiliki hak dan
kewajiban sama halnya dengan manusia/orang.
Badan hukum terdapat dua jenis, yaitu badan hukum publik dan badan hukum
privat. Badan hukum publik adalah badan hukum yang didirikan dan ditatanankan oleh
hukum publik, sementara badan hukum privat ada didirikan dan ditatanankan oleh
hukum privat.5
B. Hak-Hak Subyek Hukum Pidana
Hak-hak tersangka atau terdakwa sebagai subyek hukum dalam hukum pidanna telah
datur di dalam KUHAP, yang mana tersangka atau terdakwa dalam proses pemeriksaan perkara
di pengadilan atau dalam beracara pidana oleh setiap penegak hukum harus dihormati karena
tersangka atau terdakwa juga memiliki kedudukan sebagai manusia yang masih memiliki harkat,
martabat dan harga diri.

4
Prof. Dr. Wirjono Prodjodikoro, S.H., Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia, (Bandung : Refika Aditama, 2003), 59.

5
Tria Dina Pratiwi, “Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Penyidik Anak yang Melakukan Tindak Kekerasan
Terhadap Anak Pada Saat Proses Penyidikan”. (Skripsi, Universitas Airlangga, 2014), 30.
3
Mengenai hak-hak terdangka dan terdakwa disebutkan di KUHAP diatur dalam Pasal 50
hingga pasal 68 dan dalam Pasal 196 ayat (1) KUHAP. Dapat disimpulkan berikut hak-hak
tersangka dan terdakwa dalam KUHAP:6
1. Mempunyai hak untuk mendapatkan pemeriksaan dengan segera.
2. Mempunyai hak untuk mendapatkan pemberitahuan secara jelas dan dapat dimengerti
terkait dengan kasus pidana yang disangkakan.
3. Mempunyai hak untuk memberikan keterangan secara bebasa kepadad peyidik dan
hakim pada saat proses pemeriksaan.
4. Mempunyai hak untuk mendapatkan juru bahasa dalam setiap proses pemeriksaan.
5. Mempunyai hak untuk mendapatkan bantuan hukum guna kepentingan pembelaan.
6. Mempunyai hak untuk memilih Penasehat Hukum secara bebas.
7. Mempunyai hak untuk menghubungi Penasehat hukumnya apabila dikenai
penahanan.
8. Mempunyai hak untuk menghubungi tenaga medis dalam rangka untuk
kesehatannya.
9. Mempunyai hak untuk diberitahu terkait dengan penahanan atas dirinya oleh petugas
yang berwenang.
10. Mempunyai hak untuk menghubungi dan menerima kunjungan keluarga atau pihak
lain yang berhubungan dengan sanak keluarganya baik secara langsung maupun
melalui perantara penasehat hukum.
11. Mempunyai hak untuk menghubungi serta menerima kunjungan dari rohaniawan.
12. Mempunyai hak untuk diadili proses pengadilan yang terbuka untuk umum.
13. Mempunyai hak untuk mengajukan saksi-saksi atau ahli yang dapat
menguntungkannya.
14. Mempunyai hak untuk meminta banding terhadap putusan tingkat pertama
15. Mempunyai hak untuk menuntut ganti rugi atau rehabilitasi.

C. Upaya Hukum Subyek Hukum Pidana

6
Daniel Pradtya, “HAM Tersangka dan Terdakwwa Dalam Proses Peradilan Pidana : Studi Pemahaman HAM Oleh
Polisi Dalam Proses Penyidikan Di Polres Kendal”, (Skripsi, Universitasaa Negeri Semarang, 2015), 36.
4
Tersangka atau Terdakwa sebagai subyek hukum pidana dalam hukum acara pidana
dapat menempuh upaya hukum. Upaya hukum upaya yan diberikan oleh peraturan atau
undang-undang kepada sorang atau badan hukum (dalam hal ini tersangka dan
terdakwa) melawan terjadinya jeratan pidana atau terhadap putusan hakim. Umumnya
yketika dalam pengadilan, upaya hukum yang dikenal ada 2 yaitu upaya hukum biasa
dan upaya hukum luar biasa. 7 Namun dalam proses hukum acara pidana, upaya hukum
yang dimiliki oleh subyek hukum atau tersangka dan terdakwa dapat dilakukan si luar
proses pengadilan yaitu sebelum menginjak pokok perkara disidangkan di pengadilan.
Adapun jenis upaya hukum dalam ruang lingkup hukum acara pidana ada 3 jenis. yaitu:
1. Upaya Hukum Praperadilan
Yang dimaksud dengan praperadilan menurut KUHAP dalam pasal 1 angka 10
yaitu:
“Praperadilan adalah wewenang Pengadilan Negeri untuk memeriksa dan memutus
menurut cara yanng diatur dalam undang-undang ini, tentang:
Sah atau tidaknya suatu penangkapan dan atau penahanan atas permintaan tersangka
atau keluarganya atau pihak lain atas kuasa tersangka; b. Sah atau tidaknya
penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan atas permintaan demi demi
tegaknya hukum dan keadilan; c. Permintaan ganti kerugian atau rehabilitasi oleh
tersangka atau pihak lain atas kuasanya yang perkaranya tidak diajukan ke
pengadilan”.
Kewenangan Praperadilan dibatasi hanya mengenai hal tersebut di atas dan
kemudian dipertegas secara lebih jelas lagi oleh pasal 77 KUHAP yang kemudian
kewenangannya pengadilan adalah memeriksa dan memutus gugatan praperadilan
tentang sah atau tidaknya penangkapan, penahanan, penghentian penyidikan, atau
penghentian penuntutan, dan juga permintaan ganti kerugian dan atau rehabilitasi
bagi seseorang yang perkaranya dihentikan.8
2. Upaya Hukum Biasa

7
“Band,” Casa de Calexico, accessed December 16, 2022, http://radityowisnu.blogspot.com/2012/06/upaya-
hukum.html.
8
Dr. Jaholden, S.h., M.Hum., Praperadilan dan Pembaharuan Hukum Pidana, (Banten: CV AA Rizky,2021), 4.
5
Upaya hukum biasa merupakan upaya hukum yang dapat dilakukan oleh
terdakwa ketika sudah dijatuhi putusan pemidanaan, namun terdakwa tidak
menerima terhadap putusan tersebut. Upaya hukum biasa oleh terdakwa ada dua
yaitu banding dan kasasi.
Banding adalah salah satu bentuk upaya hukum terdakwa yang merasas
tidak puas dan tidak adil setelah dijatuhkannya utusan sehingga eksekusi
putusannya tidak boleh diljalankan karena putusan tersebut belum memiliki
kekuatan hukum tetap. Sementara kasasi adalah upaya hukum terdakwa terhadap
putusan yang dianggap menyalahi dan tidak sesuai dengan undang-undang
kemudian dilakukan pembatalan dan pernyataan tidak sah oleh Mahkamah Agung
terhadap putusan tersebut. Sehingga kasasi ini yang berhak dan berwenang adalah
MA.
3. Upaya Hukum Luar Biasa
Upaya hukum luar biasa terdiri dari kasasi demi kepentingan hukum dan peninjauan
kembali. Kasasi demi kepentingan hukum adalah upaya hukum yang dilakukan oleh
jaksa agung yang hanya dapat diajukan satu kali dan putusan dari kasasi demi
kepentingan hukum ini tidak boleh membuat rugi para pihak yang berperkara
dengan cara menunda eksekusi putusannya.9

D. Status Subyek Hukum Dalam Tahap Hukum Acara Pidana


1. Tahap Awal Pelaporan atau Pengaduan
Dalam tahap awal pelaporan atau pengaduan tindak pidana oleh subyek hukum ini,
pelaku berstatus sebagai terlapor. terlapor ialah orang yang tengah dilaporkan karena
diduga telah melakukan suatu tindakan pidana atau kejahatan. Status terlapor di sini
belum tentu nantinya akan naik menjadi tersangka, namun untuk proses selanjutnya
yaitu pada penyelidikan dan penyidikanlah yang menentukan apakah terlapor
memenuhi unsur dan telah cukup bukti untuk ditetapkan sebagai tersangka.
2. Tahap Penyidikan/di Kepolisian
Dalam tahap penyidikan di tingkat kepolisian ini tindak pidana oleh subyek hukum
yaitu pelaku telah berstatus sebagai tersangka yaitu ketika seorang terlapor telah
9
“Band,” Casa de Calexico, accessed December 16, 2022,http://vanylucas92.blogspot.com/.
6
melalui tahap penyelidikan kemudian ditemukan bukti yang mengarah padanya. Hal
ini sesuai dengan Pasal 1 butir 14 KUHAP, yang dimaksud tersangka ialah orang
yang karena perbuatan dan keadaannya berdasarkan bukti-bukti permulaan diduga
sebagai pelaku tindak pidana.
3. Tahap Penuntutan/di Kejaksaan
Dalam tahap penuntutan oleh kejaksaan status tersangka tetap melekat pada pelaku
atau subyek hukum pidana tersebut. Yang membedakannya adalah status tersangka di
penuntutan atau kejaksaan nantinya perkara yang mengenai tersangka berhak untuk
segera disidangkan dalam pengadilan.
4. Tahap Peradilan/ di Pengadilan Negeri
Setelah menyandang status tersangka pada tahap penyelidikan dan penuntutan di
kejaksaan, untuk selannjutnya tersangka yang telah memasuki pada tahap
persidangan peradilan di pengadilan statusnya berubah menjadi terdakwa.
Pemberian status terdakwa kepada tersangka dimulai sejak dibacakannya sidang
pertama pembacaan surat dakwaan oleh jaksa penuntut umum.
Di dalam pasal 1 butir 15 KUHAP dinyatakan yang dimaksud dengan terdakwa ialah
tersangka yang dituntut, diperiksa dan diadili di dalam sidang pengadilan.
Seorang tersangka dapat ditetapkan menjadi terdakwa berdasarkan bukti yang cukup.
Seorang tersangka yang sedang menjalani proses persidangan di pengadilan disebut
juga sebagai terdakwa.
5. Tahap Akhir Peradilan/Setelah pembacaan Putusan
Dalam tahap yang terakhir ini, terdakwa yang telah melewati bebebrapa tahap dan
proses dalam hukum acara pidana dii atas, kemudian mendapat putusan vonis hakim,
terdakwa secara otomatis akann berubah statusnya. Terdakwa yang telah dijatuhi
putusan yang berkekuatan hukum tetap statusnya berubah menjadi terpidana. Hal ini
sesuai yang ada di dalam pasal 1 butir 32 KUHAP yang mengatakan bahwa terdakwa
diartikan sebagai orang yang dijatuhi pidana berdasarkan vonis putusan yang telah
berkekuatan hukum tetap.10

10
Farid Achyadi Siregar, “ Apa Perbedaan Terlapor, Tersangka, Terdakwa dan Terpidana. Dipublish pada Jumat 5
Agustus 2022 pukul 15:20 WIB, https://www.detik.com/sumut/berita/d-6218298/apa-perbedaan-terlapor-
tersangka-terdakwa-dan-terpidana.
7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Subyek hukum pidana adalah orang atau badan hukum yang oleh hukum pidana dianggap
sebagai pelaku tindak pidana atau oknum kejahatan. Hak-hak tersangka atau terdakwa sebagai
subyek hukum dalam hukum pidanna telah datur di dalam KUHAP, yang mana tersangka atau
terdakwa dalam proses pemeriksaan perkara di pengadilan atau dalam beracara pidana oleh
setiap penegak hukum harus dihormati karena tersangka atau terdakwa juga memiliki kedudukan
sebagai manusia yang masih memiliki harkat, martabat dan harga diri.

8
Upaya hukum yang dimiliki oleh subyek hukum ada 3 jenis yaitu upaya hukum
praperadilan, upaya hukum biasa dna upaya hukum luar biasa. Mengenai status dari subyek
hukum pidana dari tahap aeal hingga akhir yaitu terlapor, tersangka, terdakwa, dan terakhir yaitu
dijatuhkannya putusan yang berkekuatan hukum tetap statusnya berubah menjadi terpidana.

B. Saran
Sekian makalah dari Penulis yang bertema “Subjek Hukum Sebagai Pelaku Tindak
Pidana”. Makalah yang disusun oleh Penulis ini sesungguhnya tidak jauh dari kekurangan dan
kesalahan. Maka dari itu Penulis mohon maaf apabila makalah yang telah Penulis tulis ini masih
jauh dari kata sempurna. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah yang
Penulis susun ini kepada teman-teman sekalian para pembaca dengan harapan semoga makalah
yang kami buat ini bermanfaat bagi kita.

DAFTAR PUSTAKA

Daniel Pradtya, “HAM Tersangka dan Terdakwwa Dalam Proses Peradilan Pidana : Studi
Pemahaman HAM Oleh Polisi Dalam Proses Penyidikan Di Polres Kendal”. Skripsi,
Universitas Negeri Semarang, 2015.
Dina, Tria “Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Penyidik Anak yang Melakukan Tindak
Kekerasan Terhadap Anak Pada Saat Proses Penyidikan”. Skripsi, Universitas
Airlangga, 2014.
Djamali, Abdoel. Pengantar Hukum Indonesia. Depok : PT Raja Grafindopersada, 2011.

9
Jaholden. Praperadilan dan Pembaharuan Hukum Pidana. Banten: CV AA Rizky,2021.
Mahmud, Peter. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2014.
Pangaribuan, Luhut. Hukum Acara Pidana, cet Ke-1. Jakarta : Djambatan, 2013.

Prof. Dr. Wirjono Prodjodikoro, S.H., Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia,


Bandung : Refika Aditama, 2003.
“Band,” Casa de Calexico, accessed December 16, 2022,
http://radityowisnu.blogspot.com/2012/06/upaya-hukum.html.
“Band,” Casa de Calexico, accessed December 16, 2022,http://vanylucas92.blogspot.com/.
Farid Achyadi Siregar, “ Apa Perbedaan Terlapor, Tersangka, Terdakwa dan Terpidana. Accesed
Decenber 16, 2022. https://www.detik.com/sumut/berita/d-6218298/apa-perbedaan
terlapor-tersangka-terdakwa-dan-terpidana.

10

Anda mungkin juga menyukai