Oleh :
NAMA :
NIM :
FAKULTAS HUKUM
i
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Allah Yang Maha Kuasa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini tepat pada
waktunya. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai “Hukum Perorangan”
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Perdata. dengan
berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan
tugas makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar - besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu kami mengajak pembaca untuk memberikan saran serta kritik atau sanggahan
bila ada kekurangan yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata dari kami semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan masalah......................................................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................................................2
BAB II...................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN....................................................................................................................................3
A. Hukum Orang............................................................................................................................3
1. Pengertian Hukum Orang.......................................................................................................3
2. Aspek-aspek hukum orang.....................................................................................................3
B. Manusia sebagai subjek hukum.................................................................................................4
1. Manusia.................................................................................................................................4
2. Perwalian...............................................................................................................................6
3. Pendewasaan..........................................................................................................................6
4. Catatan Sipil...........................................................................................................................7
5. Domisili.................................................................................................................................8
6. Keadaan tidak hadir...............................................................................................................9
BAB III................................................................................................................................................11
PENUTUP...........................................................................................................................................11
A. Kesimpulan..............................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum perdata disebut pula hukum privat atau hukum sipil. Jika hukum publik
mengatur hal-hal yang berkaitan dengan negara serta kepentingan umum, misalnya
politik dan pemilu (hukum tata negara), kegiatan pemerintahan sehari-hari (hukum
administrasi atau tata usaha negara), kejahatan (hukum pidana), maka hukum perdata
mengatur hubungan antara penduduk atau warga negara sehari-hari, seperti
kedewasaan seseorang, perkawinan, perceraian, kematian, pewarisan, harta benda,
kegiatan usaha, dan tindakan-tindakan yang bersifat perdata lainnya.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) terdiri dari empat bagian,
yaitu:
1) Buku I : berisi tentang Orang.
2) Buku II : berisi tentang Kebendaan.
3) Buku III : berisi tentang Perikatan/Perjanjian.
4) Buku IV : berisi tentang Pembuktian dan Kadaluarsa.
Namun, seperti yang tertulis dalam judul makalah, kami hanya akan membahas
Buku I KUH Perdata tentang orang yang lebih spesifik lagi tentang hukum
perorangan atau pribadi.
Definisi ini terlalu sempit karena hukum perorangan tidak hanya mengkaji ketiga
hal tersebut, namun juga mengkaji tentang domisili dan catatan sipil. Jadi, hukum
perorangan adalah keselurah kaidah-kaidah hukum yang mengatur tentang subyek
hukum dan kewenangan, kecakapan, domisili, dan catatan sipil. Definisi ini
dititikberatkan pada wewenang subyek hukum dan ruang lingkup peraturan hukum
perorangan.
Berdasarkan uraian di atas kami sangat tertarik untuk membahas mengenai hukum
orang (personanreacht) yang menjadi salah satu subjek hukum untuk dipahami secara
mendalam tujuannya untuk melindungi hak maupun kewajiban seorang manusia.
B. Rumusan masalah
1. Apa itu hukum orang?
2. Bagaimana hukum orang (personenrecht) memandang manusia sebagai subjek
hukum?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahuai pengertian hukum orang
2. Untuk mengetahui hukum orang sebagai bagian dari subjek hukum
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hukum Orang
1. Manusia
Manusia adalah pengertian biologis ialah gejala dalam alam, gejala biologika
yaitu makhluk hidup yang mempunyai pancaindera dan mempunyai budaya.
Sedangkan orang adalah pengertian yuridis ialah gejala dalam hidup
bermasyarakat. Dalam hukum yang menjadi pusat perhatian adalah orang atau
person.2 Menurut hukum modern,3 seperti hukum yang berlaku sekarang di
Indonesia, setiap manusia diakui sebagai manusia pribadi. Artinya diakui sebagai
orang atau persoon. Karena itu, setiap manusia diakui sebagai subyek hukum
(rechtspersoonlijkheid) yaitu pendukung hak dan kewajiban. Hak dan kewajiban
perdata tidak bergantung kepada agama, golongan, kelamin, umur, waganegara
ataupun orang asing. Demikian pula hak dan kewajiban perdata tidak bergantung
pula kepada kaya atau miskin, kedudukan tinggi atau rendah dalam masyarakat,
penguasa (pejabat) ataupun rakyat biasa, semuanya sama.
Manusia sebagai pendukung hak dan kewajiban mulai sejak lahir dan baru
berakhir apabila mati atau meningal dunia. Pengecualian mulainya mendukung hak
dan kewajiban dalam BW disebut pada Pasal 2 yang menentukan sebagai berikut:
(1) "Anak yang ada dalam kandungan seorang perempuan, dianggap sebagai telah
dilahirkan, bilamana juga kepentingan si anak menghendakinya". (2) "Mati
sewaktu dilahirkan, dianggaplah ia tidak pernah telah ada". Ketentuan yang
termuat dalam Pasal 2 BW di atas ini sering disebut "rechtsfictie". Ketentuan ini
sangat penting dalam hal warisan misalnya. Dalam Pasal 638 BW ditentukan
bahwa seseorang hanya dapat menjadi ahli waris kalau ia telah ada pada saat
pewaris meninggal dunia. Ini berarti bahwa seseorang hanya dapat menjadi ahli
waris kalau ia hidup sebagai manusia biasa pada saat pewaris meninggal dunia.
Akan tetapi, dengan adanya Pasal 2 BW, seorang anak yang masih dalam
kandungan ibunya sudah dianggap seolah-olah sudah dilahirkan, manakala
anggapan ini menjadi keuntungan si anak. Tapi kalau anak dalam kandungan itu
kemudian dilahirkan mati, maka ia dianggap sebagai tidak pernah telah ada.
Artinya kalau anak (bayi) itu lahir hidup, meskipun hanya sedetik dan ini dapat
ditentukan, maka ia ketika dalam kandungan dianggap sudah hidup, sehingga
dalam kandunganpun ia sudah merupakan orang yakni pendukung hak. 4
Pentingnya Pasal 2 BW terlihat pada contoh kasus sebagai berikut. Seorang ayah
pada tanggal 1 Agustus 1984 meninggal dunia. Pada saat meninggal dunia ini ia
mempunyai dua orang anak, sedangkan isterinya dalam keadaan hamil
(mengandung).
2. Perwalian
Seperti diketahui bahwa dalam KUH Perdata ada juga disebutkan pengertian dari
Perwalian itu, yaitu: Pada Pasal 330 ayat 3 menyatakan: " Mereka yang belum
dewasa dan tidak berada dibawah kekuasaan orang tua, berada dibawah perwalian
atas dasar dan cara sebagaimana teratur dalam bagian ketiga,keempat, kelima dan
keenam bab ini".
Ada 3 (tiga) macam perwalian, yaitu: 1. Perwalian oleh suami atau isteri yang hidup
lebih lama, pasal 345-354 KUH Perdata. Pasal 345 KUH Perdata menyatakan: "
Apabila salah satu dari kedua orang tua meninggal dunia, maka perwalian terhadap
anak-anak kawin yang belum dewasa, demi hukum dipangku oleh orang tua yang
hidup terlama, sekadar ini tidak telah dibebaskan atau dipecat dari kekuasaan orang
tuanya." Namun pada pasal ini tidak dibuat pengecualian bagi suami-istri yang
hidup terpisah disebabkan perkawinan putus karena perceraian atau pisah meja dan
ranjang. Jadi, bila ayah -setelah perceraian menjadi wali maka dengan meninggalnya
ayah maka si-lbu dengan sendirinya (demi hukum) menjadi wali atas anak-anak
tersebut. 2. Perwalian yang ditunjuk oleh bapak atau ibu dengan surat wasiat atau
akta tersendiri. Pasal 355 ayat 1 KUH Perdata menyatakan bahwa: " Orang tua
masing-masing yang melakukan kekuasaan orang tua atau perwalian atas seorang
anak atau lebih berhak mengangkat seorang wali atas anak itu apabila sesudah ia
meninggal dunia perwalian itu tidak ada pada orang tua yang lain baik dengan
sendirinya ataupun karena putusan hakim seperti termasuk dalam pasal 353 ayat 5
KUH Perdata. Dengan kata lain, orang tua masing-masing yang menjadi wali atau
memegang kekuasaan orang tua berhak mengangkat wali kalau perwalian tersebut
memang masih terbuka. 3. Perwalian yang Diangkat oleh Hakim. Pasal 359 KUH
Perdata menentukan: " Semua minderjarige yang tidak berada dibawah kekuasaan
orang tua dan yang diatur perwaliannya secara sah akan ditunjuk seorang wali oleh
Pengadilan.
3. Pendewasaan
4. Catatan Sipil
Catatan Sipil (Burgelijke Stand) artinya catatan mengenai peristiwa perdata yang
dialami oleh seseorang atau untuk memastikan status perdata seseorang. Ada lima
peristiwa hukum dalam kehidupan manusia yang perlu dilakukan pencatatan, yaitu :
1. Kelahiran, menentukan status hukum seseorang sebagai subyek hukum
pendukung hak dan kewajiban.
2. Perkawinan, menentukan status hukum seseorang sebagai suami atau isteri
dalam ikatan perkawinan menurut hukum.
3. Perceraian, menentukan status hukum seseorang sebagai janda atau duda
yang bebas dari ikatan suatu perkawinan.
4. Kematian, menentukan status hukum seseorang sebagai ahli waris, sebagai
janda atau duda dari almarhum/almarhumah.
5. Penggantian nama, menentukan status hukum seseorang dengan identitas
tertentu dalam hukum perdata.
.
5. Domisili
Tiap orang menurut hukum, harus mempunyai tempat tinggal yang dapat
dicari. Tempat tersebut dinamakan Domisisili. Bahwa domisili adalah tempat
kediaman mana seseorang melakukan perbuatan hukum. Perbuatan hukum adalah
segala perbuatan yang menimbulkan akibat hukum, yang termasuk perbuatan
hukum adalah jual-beli, tukar-menukar, beli sewa, leasing, sewa-menyewa, hibah
dll. Tujuan daripada domisili ini adalah untuk mempermudah para pihak dalam
mengadakan hubungan hukum dengan pihak-pihak lain yang terkait. Unsur-unsur
daripada domisili, meliputi :
(1) Adanya tempat tertentu (baik tetap maupun sementara)
(2) Adanya orang yang selalu hadir dalam tempat tersebut
(3) Adanya hak dan kewajiban
(4) Adanya prestasi.
(1) Domicili of Origin, yaitu tempat tinggal seseorang yang mana sesuai
tempat kelahiran ayahnya yang sah
(2) Domicili of Dependence, yaitu tempat tinggal disesuaikan dengan tempat
tinggal ayah bagi anak yang belum dewasa, domisili ibu bagi anak yang
tidak sah, dan bagi seorang istri ditentukan oleh domisili suaminya
(3) Domicili of Choice, yaitu tempat tinggal yang ditentukan oleh/ dari pilihan
seseorang yang telah dewasa, disamping tindak tan-duknya sehari-hari.
A. Kesimpulan
a. Hukum orang adaah hukum yang mengatru orang sebagai subyek hukum. Hukum
perorangan adalah kaidah hukum yang mengatur kedudukan hukum (status
orang) berkaitan dengan wewenang hukum dan kecakapan bertindak dalam lalu
lintas hukum.
b. Buatan hukum atau siapa yang mempunyai hak dan cakap untuk bertindak dalam
hukum. Pada dasarnya yang dapat menjadi subyek hukum manusia atau orang
atau person. Ada dua pengertian orang atau person sebagai subyek hukum :
a) Natuurlijk person (orang atau manusia pribadi)
b) Recht person (badan hukum)
Secara hukum termasuk hukum perdata semua manusia adalah subyek hukum
sejak dilahirkan sampai meninggal dunia, bahkan dalam kandunganpun, menurut
pasal 2 KUHPerdata sudah dianggap manusia dan karenanya menjadi subyek
hukum perdata apabila ada kepentingan hukumnya dan pada saat lahir dia hidup.
Namun apabila ketika lahir meninggal, maka dianggaplah dia tidak pernah ada.
Status manusia sebagai subyek hukum perdata disandang sampai meninggal
dunia, sejalan dengan logika hukum yang ditentukan pasal 3 KUHPerdata: “Tiada
suatu hukumanpun yang mengakibatkan seseorang kehilangan hak
keperdataannya.”
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, Akhmad Budi and Surini Ahlan Sjarif (2008). Mengenal Hukum Perdata. Depok:
CV Gitama Jaya.
Prof. Sudiman Kartohadiprodjo, S.H. cet. VII, (1977). Pengantar Tata Hukum Indonesia.
Ghalia Indonesia, Jakata.
Sri Soedewi M. Sofwan, S.H., Prof. Dr. Ny (1980). Hukum Jaminan di Indonesia, Pokok-
pokok Hukum Jaminan dan Jaminan Perorangan, Liberty, Yogyakarta.