Oleh :
Ni Komang Anggi Widyanti
1804551440
Kelas F Reguler Pagi
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2020
1. Tolong saudara jelaskan sejarah perkembangan hukum acara pidana di Indonesia
hingga berlakunya KUHAP.
Jawaban :
Upaya untuk menerapkan IR/HIR di luar Jawa dan Madura mengalami masalah
karena acara pidana di wilayah tersebut sangat beragam, sehingga pemerintah pada
akhirnya memutuskan untuk menerapkan Rechtsreglement voor de Buitengewesten
(RBg) melalui Staatsblad No. 227 Tahun 1927 mulai tanggal 1 Juli 1927.
4. Bagaimanakah prosesnya hingga seseorang dapat dilabeli sebagai DPO atau Daftar
Pencarian Orang, Jelaskan.
Jawaban :
Daftar Pencarian Orang (DPO) adalah sebuah istilah dibidang hukum atau
kriminalitas yang merujuk kepada daftar orang-orang yang dicari atau yang menjadi
target oleh pihak aparat kepolisian, dan secara umum DPO merujuk kepada dua hal
yaitu orang hilang dan pelaku Kriminal.
Dalam hal ini yang selanjutnya disebut DPO merupakan pelaku kriminal. Sebelum
seseorang dilabeli dengan gelar DPO, maka orang tersebut harus dulu berstatus
sebagai tersangka. Menurut Pasal 1 butir 14 KUHAP, tersangka adalah “Seorang
yang karena perbuatannya atau keadaannya, berdasarkan bukti permulaan patut
diduga sebagai pelaku tindak pidana”.
Ketika dalam pemeriksaan lebih lanjut, orang tersebut (diduga tersangka) dipanggil
lebih dari 3 (tiga) kali secara patut namun tidak juga hadir, maka penyidik berwenang
mengeluarkan penetapan bahwa orang tersebut dalam status sebagai DPO, sesuai
dengan ketentuan dalam Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
Nomor 14 Tahun 2012 Tentang Manajemen Penyidikan Tindak Pidana. Saat
tersangka dan/atau orang yang dicari atau yang ditetapkan sebagai DPO telah
ditemukan atau tidak diperlukan lagi dalam penyidikan, aka wajib dikeluarkan
pencabutan DPO.
5. Tolong saudara cari 1 kasus pidana yang di SP3 kan, analisa kasus tersebut kaitkan
dengan alasan-alasan dapat dihentikannya suatu penyidikan.
Jawaban :
Salah satu contoh kasus pidana yang dihentikan melalui Surat Perintah Penghentian
Penyidikan (SP3) yakni Kasus dugaan tindak pidana gratifikasi yang melibatkan
sebuah perusahaan swasta di Aceh dan penyidikannya dihentikan pada 7 Maret 2012.
Dalam kasus tersebut, dinyatakan dihentikan oleh penyidik dengan SP3 karena tidak
terdapat cukup bukti, padahal penyidik telah menetapkan tersangka sebelumnya.
1. Tidak diperoleh bukti yang cukup, yaitu apabila penyidik tidak memperoleh
cukup bukti untuk menuntut tersangka atau bukti yang diperoleh penyidik tidak
memadai untuk membuktikan kesalahan tersangka.
2. Peristiwa yang disangkakan bukan merupakan tindak pidana.
3. Penghentian penyidikan demi hukum. Alasan ini dapat dipakai apabila ada
alasan-alasan hapusnya hak menuntut dan hilangnya hak menjalankan pidana,
yaitu antara lain karena nebis in idem, tersangka meninggal dunia, atau karena
perkara pidana telah kedaluwarsa.
Jika kembali melihat kenapa kasus yang disebutkan diatas dapat dihentikan
penyidikannya, sesuai dengan pernyataan angka 1 bahwa ‘tidak diperoleh bukti yang
cukup’ untuk menyatakan bahwa tersangka yang ditetapkan penyidik memang
melakukan suatu perbuatan pidana yang dalam kasus ini berupa tindak pidana
gratifikasi. Maka dengan terpenuhinya unsur tersebut, penyidik baik dari pihak
penyidik polri ataupun PNS tidak dapat melanjutkan penyidikan ke tahap berikutnya
atau dengan kata lain harus dihentikan.