Anda di halaman 1dari 143

Accelerat ing t he world's research.

Uu 8 1981
Yoyok Prasetyo

Related papers Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Pengadilan Negeri Tangerang No Perkara: 1269/PID.B/2009/PN.T NG Kasus : “Prit a Mulyasari V…


fajri filardi

UUD pengelolaan lingkungan hidup No. 23 t ahun 1997


Hendik Kurniawan

Pengelolaan LIngkungan Hidup


-Yusie Aprilia-
Un da n g Un da n g N o. 8 Ta h u n 1 9 8 1
Te n t a n g : Kit a b Un da n g Un da n g H u k u m Aca r a Pida n a

Oleh : PRESI DEN REPUBLI K I NDONESI A


Nom or : 8 TAHUN 1981 ( 8/ 1981)
Tanggal : 31 DESEMBER 1981 ( JAKARTA)
Sum ber : LN 1981/ 76; TLN NO. 3209

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Presiden Republik I ndonesia,

Menim bang :

a. bahwa negara Republik I ndonesia adalah negara hukum berdasarkan


Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945 yang m enj unj ung t inggi
hak asasi m anusia sert a yang m enj am in segala warganegara
bersam aan kedudukannya di dalam hukum dan pem erint ahan dan
waj ib m enj unj ung hukum dan pem erint ahan it u dengan t idak ada
kecualinya;

b. bahwa dem i pem bangunan di bidang hukum sebagaim ana t erm akt ub
dalam Garis- garis Besar Haluan Negara ( Ket et apan Maj elis
Perm usyawarat an .Rakyat Republik I ndonesia Nom or I V/ MPR/ 1978)
perlu m engadakan usaha peningkat an dan penyem purnaan pem binaan
hukum nasional dengan m engadakan pem baharuan kodifikasi sert a
unifikasi hukum dalam rangkum an pelaksanaan secara nyat a dari
Wawasan Nusant ara;

c. bahwa pem bangunan hukum nasional yang dem ikian it u di bidang


hukum acara pidana adalah agar m asyarakat m enghayat i hak dan
kewaj ibannya dan unt uk m eningkat kan pem binaan sikap para
palaksana penegak hukum sesuai dengan fungai dan wewenang
m asing- m asing ke arah t egaknya hukum , keadilan dan perlindungan
t erhadap harkat dan m art abat m anusia, ket ert iban sert a kepast ian
hukum dem i t erselenggaranya negara hukum sesuai dengan Undang-
Undang Dasar 1945;

d. bahwa hukum acara pidana sebagai yang t erm uat dalam Het Herziene
I nlandsch Reglem ent ( St aat sblad Tahun 1941 Nom or 44) dihubungkan
dengan dan Undang- undang Nom or 1 Drt . Tahun 1951 ( Lem baran
Negara Tahun 1951 Nom or 9, Tam bahan Lem baran Negara Nom or 81)
sert a sem ua perat uran pelaksanaannya dan ket ent uan yang diat ur
dalam perundang- undangan lainnya sepanj ang hal it u m engenai
hukum acara pidana, perlu dicabut , karena sudah t idak sesuai dengan
cit a- cit a hukum nasional;

e. bahwa - oleh karena it u perlu m engadakan undang- undang t ent ang


hukum acara pidana unt uk m elaksanakan peradilan bagi pengadilan
dalam lingkungan peradilan um um dan Mahkam ah Agung dengan
m engat ur hak sert a kewaj iban bagi m ereka yang ada dalam proses
pidana, sehingga dengan dem ikian dasar ut am a negara hukum dapat
dit egakkan.

Mengingat :

1. Pasal 5 ayat ( 1) , Pasal 20 ayat ( 1) dan Pasal 27 ayat ( 1) Undang-


Undang Dasar 1945;

2. Ket et apan Maj elis Perm usyaw arat an Rakyat Republik I ndonesia Nom or
I V/ MPR/ 1978;

3. Undang- undang Nom or 14 Tahun 1970 t ent ang Ket ent uan- ket ent uan
Pokok Kekuasaan Kehakim an ( Lem baran Negara Tahun 1970 Nom or
74, Tam bahan Lem baran Negara Nom or 2951) .

Dengan perset uj uan

DEWAN PERWAKI LAN RAKYAT REPUBLI K I NDONESI A

MEMUTUSKAN :

Dengan m encabut :

1. Het Herziene I nlandsch Reglem ent ( St aat sblad Tahun 1941 Nom or 44)
dihubungkan dengan dan Undang- undang Nom or 1 Drt . Tahun 1951
( Lem baran Negara Tahun 1951 Nom or 9, Tam bahan Lem baran Negara
Nom or 81) besert a sem ua perat uran pelaksanaannya;
2. Ket ent uan yang diat ur dalam perat uran perundang- undangan lain;
dengan ket ent uan bahwa yang t ersebut dalam angka 1 dan angka 2,
sepanj ang hal it u m engenai hukum acara pidana.

Menet apkan :

UNDANG- UNDANG TENTANG HUKUM ACARA PI DANA.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Yang dim aksud dalam undang- undang ini dengan :


1. Penyidik adalah pej abat polisi negara Republik I ndonesia at au pej abat
pegawai negeri sipil t ert ent u yang diberi wewenang khusus oleh
undang- undang unt uk m elakukan penyidikan.

2. Penyidikan adalah serangkaian t indakan penyidik dalam hal dan


m enurut cara yang diat ur dalam undang- undang ini unt uk m encari
sert a m engum pulkan bukt i yang dengan bukt i it u m em buat t erang
t ent ang t indak pidana yang t erj adi dan guna m enem ukan
t ersangkanya.

3. Penyidik pem bant u adalah pej abat kepolisian negara Republik


I ndonesia yang karena diberi w ewenang t ert ent u dapat m elakukan
t ugas penyidikan yang diat ur dalam undang- undang ini.

4. Penyelidik adalah pej abat polisi negara Republik I ndonesia yang diberi
wewenang oleh undang- undang ini unt uk m elakukan penyelidikan.

5. Penyelidikan adalah serangkaian t indakan penyelidik unt uk m encari


dan m enem ukan suat u perist iw a yang diduga sebagai t indak pidana
guna m enent ukan dapat at au t idaknya dilakukan penyidikan m enurut
cara yang diat ur dalam undang- undang ini.

6. a. Jaksa adalah pej abat yang diberi wewenang oleh undang-


undang ini unt uk bert indak sebagai penunt ut um um sert a
m elaksanakan put usan pengadilan yang t elah m em peroleh
kekuat an hukum t et ap.
b. Penunt ut um um adalah j aksa yang diberi wewenang oleh
undang- undang ini unt uk m elakukan penunt ut an dan
m elaksanakan penet apan hakim .

7. Penunt ut an adalah t indakan penunt ut um um unt uk m elim pahkan


perkara pidana ke pengadilan negeri yang berwenang dalam hal dan
m enurut cara yang diat ur dalam undang- undang ini dengan
perm int aan supaya diperiksa dan diput us oleh hakim di sidang
pengadilan.
8. Hakim adalah pej abat peradilan negara yang diberi wewenang oleh
undang- undang unt uk m engadili.

9. Mengadili adalah serangkaian t indakan hakim unt uk m enerim a,


m em eriksa dan m em ut us perkara pidana berdasarkan asas bebas,
j uj ur, dan t idak m em ihak di sidang pengadilan dalam hal dan m enurut
cara yang diat ur dalam undang- undang ini.
10. Praperadilan adalah wewenang pengadilan negeri unt uk m em eriksa
dan m em ut us m enurut cara yang diat ur dalam undang- undang ini,
t ent ang:
a. sah at au t idaknya suat u penangkapan dan at au penahanan at as
perm int aan t ersangka at au keluarganya at au pihak lain at as
kuasa t ersangka;
b. sah at au t idaknya penghent ian penyidikan at au penghent ian
penunt ut an at as perm int aan dem i t egaknya hukum dan
keadilan;
c. perm int aan gant i kerugian at au rehabilit asi oleh t ersangka at au
keluarganya at au pihak lain at as kuasanya yang perkaranya
t idak diaj ukan ke pengadilan.

11. Put usan pengadilan adalah pernyat aan hakim yang diucapkan dalam
sidang pengadilan t erbuka, yang dapat berupa pem idanaan at au bebas
at au lepas dari segala t unt ut an hukum dalam hal sert a m enurut cara
yang diat ur dalam undang- undang ini.

12. Upaya hukum adalah hak t erdakwa at au penunt ut um um unt uk t idak


m enerim a put usan pengadilan yang berupa perlawanan at au banding
at au kasasi at au hak t erpidana unt uk m engaj ukan perm ohonan
peninj auan kem bali dalam hal sert a m enurut cara yang diat ur- dalam
undang- undang ini.

13. Penasihat hukum adalah seorang yang m em enuhi syarat yang


dit ent ukan oleh at au berdasar undang- undang unt uk m em beri bant uan
hukum .

14. Tersangka adalah seorang yang karena perbuat annya at au


keadaannya, berdasarkan bukt i perm ulaan pat ut diduga sebagai
pelaku t indak pidana.

15. Terdakwa adalah seorang t ersangka yang dit unt ut , diperiksa dan
diadili di sidang pengadilan.

16. Penyit aan adalah serangkaian t indakan penyidik unt uk m engam bil alih
dan at au m enyim pan di bawah penguasaannya benda bergerak at au
t idak bergerak, berw uj ud at au t idak berwuj ud unt uk kepent ingan
pem bukt ian dalam penyidikan, penunt ut an dan peradilan.

17. Penggeledahan rum ah adalah t indakan penyidik unt uk m em asuki


rum ah t em pat t inggal dan t em pat t ert ut up lainnya unt uk m elakukan
t indakan pem eriksaan dan at au penyit aan dan at au penangkapan
dalam hal dan m enurut cara yang diat ur dalam undang- undang ini.
18. Penggeledahan badan adalah t indakan penyidik unt uk m engadakan
pem eriksaan badan dan at au pakaian t ersangka unt uk m encari benda
yang didup keras ada pada badannya at au dibawanya sert a, unt uk
disit a.

19. Tert angkap t angan adalah t ert angkapnya seorang pada wakt u sedang
m elakukan t indak pidana, at au dengan segera sesudah beberapa saat
t indak pidana it u dilakukan, at au sesaat kem udian diserukan oleh
khalayak ram ai sebagai orang yang m elakukannya, at au apabila
sesaat kem udian padanya dit em ukan benda yang diduga keras t elah
dipergunakan unt uk m elakukan t indak pidana it u yang m enunj ukkan
bahwa ia adalah pelakunya at au t urut m elakukan at au m em bant u
m elakukan t indak pidana it u.

20. Penangkapan adalah suat u t indakan penyidik berupa pengekangan


sem ent ara wakt u kebebasan t ersangka at au t erdakw a apabila t erdapat
cukup bukt i guna kepent ingan penyidikan at au penunt ut an dan at au
peradilan dalam hal sert a m enurut cara yang diat ur dalam undang-
undang ini.

21. Penahanan adalah penem pat an t ersangka at au t erdakwa di t em pat


t ert ent u oleh penyidik, at au penunt ut um um at au hakim dengan
penet apannya, dalam hal sert a m enurut cara yang diat ur dalam
undang- undang ini.

22. Gant i kerugian adalah hak seorang unt uk m endapat pem enuhan at as
t unt ut annya yang berupa im balan sej um lah uang karena dit angkap,
dit ahan, dit unt ut at aupun diadili t anpa alasan yang berdasarkan
undang- undang at au karena kekeliruan m engenai orangnya at au
hukum yang dit erapkan m enurut cara yang diat ur dalam undang-
undang ini.

23. Rehabilit asi adalah hak seorang unt uk m endapat pem ulihan haknya
dalam kem am puan, kedudukan dan harkat sert a m art abat nya yang
diberikan pada t ingkat penyidikan, penunt ut an at au peradilan karena
dit angkap, dit ahan, dit unt ut at aupun diadili t anpa alasan yang
berdasarkan undang- undang at au karena kekeliruan m engenai
orangnya at au hukum yang dit erapkan m enurut cara yang diat ur
dalam undang- undang ini.

24. Laporan adalah pem berit ahuan yang disam paikan oleh seorang karena
hak at au kewaj iban berdasarkan undang- undang kepada pej abat yang
berwenang t ent ang t elah at au sedang at au diduga akan t erj adinya
perist iwa pidana.
25. Pengaduan adalah pem berit ahuan disert ai perm int aan oleh pihak yang
berkepent ingan kepada pej abat yang berwenang unt uk m enindak
m enurut hukum seorang yang t elah m elakukan t indak pidana aduan
yang m erugikannya.
26. Saksi adalah orang yang dapat m em berikan ket erangan guna
kepent ingan penyidikan, penunt ut an dan peradilan t ent ang suat u
perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alam i
sendiri.

27. Ket erangan saksi adalah salah sat u alat bukt i dalam perkara pidana
yang berupa ket erangan dari saksi m engenai suat u perist iwa pidana
yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alam i sendiri dengan
m enyebut alasan dari penget ahuannya it u.

28. Ket erangan ahli adalah ket erangan yang diberikan oleh seorang yang
m em iliki keahlian khusus t ent ang hal yang diperlukan unt uk m em buat
t erang suat u perkara pidana guna kepent ingan pem eriksaan.

29. Ket erangan anak adalah ket erangan yang diberikan oleh seorang anak
t ent ang hal yang diperlukan unt uk m em buat t erang suat u perkara
pidana guna kepent ingan pem eriksaan dalam hal sert a m enurut cara
yang diat ur dalam undang- undang ini.

30. Keluarga adalah m ereka yang m em punyai hubungan darah sam pai
deraj at t ert ent u at au hubungan perkaw inan dengan m ereka yang
t erlibat dalam suat u proses pidana sebagaim ana diat ur dalam undang-
undang ini.

31. Sat u hari adalah dua puluh em pat j am dan sat u bulan adalah w akt u
t iga puluh hari.

32. Terpidana adalah seorang yang dipidana berdasarkan put usan


pengadilan yang t elah m em peroleh kekuat an hukum t et ap.

BAB I I
RUANG LI NGKUP BERLAKUNYA UNDANG- UNDANG

Pasal 2

Undang- undang ini berlaku unt uk m elaksanakan t at acara peradilan dalam


lingkungan peradilan um um pada sem ua t ingkat peradilan.

BAB I I I
DASAR PERADI LAN

Pasal 3
Peradilan dilakukan m enurut cara yang diat ur dalam undang- undang ini.

BAB I V
PENYI DI K DAN PENUNTUT UMUM

Bagian Kesat u
Penyelidik dan Penyidik

Pasal 4

Penyelidik adalah set iap pej abat polisi negara Republik I ndonesia.

Pasal 5

( 1) Penyelidik sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 4 :


a. karena kewaj ibannya m em punyai w ewenang :
1. m enerim a laporan at au pengaduan dari seorang t ent ang
adanya t indak pidana;
2. m encari ket erangan dan barang bukt i;
3. m enyuruh berhent i seorang yang dicurigai dan
m enanyakan sert a m em eriksa t anda pengenal diri;
4. m engadakan t indakan lain m enurut hukum yang
bert anggung- j awab.

b. at as perint ah penyidik dapat m elakukan t indakan berupa:


1. penangkapan, larangan m eninggalkan t em pat ,
penggeledahan dan penahanan;
2. pem eriksaan dan penyit aan surat ;
3. m engam bil sidik j ari dan m em ot ret seorang;
4. m em bawa dan m enghadapkan seorang pada penyidik.

( 2) Penyelidik m em buat dan m enyam paikan laporan hasil pelaksanaan


t indakan sebagaim ana t ersebut pada ayat ( 1) huruf a dan huruf b
kepada penyidik.

Pasal 6

( 1) Penyidik adalah :
a. pej abat polisi negara Republik I ndonesia;
b. pej abat pegawai negeri sipil t ert ent u yang diberi w ewenang
khusus oleh undang- undang.
( 2) Syarat kepangkat an pej abat sebagaim ana dim aksud dalam ayat ( 1)
akan diat ur lebih lanj ut dalam perat uran pem erint ah.

Pasal 7

( 1) Penyidik sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 6 ayat ( 1) huruf a karena
kewaj ibannya m em punyai w ew enang :
a. m enerim a- laporan at au pengaduan dari seorang t ent ang adanya
t indak pidana;
b. m elakukan t indakan pert am a pada saat di t em pat kej adian;
c. m enyuruh berhent i seorang t ersangka dan m em eriksa t anda
pengenal diri t ersangka ;
d. m elakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan
penyit aan;
e. m elakukan pem eriksaan dan penyit aan surat ;
f. m engam bil sidik j ari dan m em ot ret seorang;
g. m em anggil orang unt uk didengar dan diperiksa sebagai
t ersangka at au saksi;
h. m endat angkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya
dengan pem eriksaan perkara;
i. m engadakan penghent ian penyidikan;
i. m engadakan t indakan hlain m enurut hukum yang bert anggung
j awab.

( 2) Penyidik sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 6 ayat ( 1) huruf b


m em punyai wewenang sesuai dengan undang- undang yang m enj adi
dasar hukum nya m asing- m asing dan dalam pelaksanaan t ugasnya
berada dibawah koordinasi dan pengawasan penyidik t ersebut dalam
Pasal 6 ayat ( 1) huruf a.

( 3) Dalam m elakukan t ugasnya sebagaim ana dim aksud dalam ayat ( 1)


dan ayat ( 2) , penyidik waj ib m enj unj ung t inggi hukum yang berlaku.

Pasal 8

( 1) Penyidik m em buat berit a acara t ent ang pelaksanaan t indakan


sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 75 dengan t idak m engurangi
ket ent uan lain dalam undang- undang ini.

( 2) Penyidik m enyerahkan berkas perkara kepada penunt ut um um .

( 3) Penyerahan berkas perkara sebagaim ana dim aksud dalam ayat ( 2)


dilakukan:
a. pada t ahap pert am a penyidik hanya m enyerahkan berkas
perkara;
b. dalam hal penyidikan sudah dianggap selesai, penyidik
m enyerahkan t anggung j awab at as t ersangka dan barang bukt i
kepada penunt ut um um .

Pasal 9

Penyelidik dan penyidik sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 6 ayat ( 1) huruf
a m em punyai w ewenang m elakukan t ugas m asing- m asing pada um um nya di
seluruh wilayah I ndonesia, khususnya di daerah hukum m asing- m asing di
m ana ia diangkat sesuai dengan ket ent uan undang- undang.

Bagian Kedua
Penyidik Pem bant u

Pasal 10

( 1) Penyidik pem bant u adalah pej abat kepolisian negara Republik


I ndonesia yang diangkat oleh Kepala Kepolisian negara Republik
I ndonesia berdasarkan syarat kepangkat an dalam ayat ( 2) pasal ini.

( 2) Syarat kepangkat an sebagaim ana t ersebut pada ayat ( 1) diat ur


dengan perat uran pem erint ah.

Pasal 11

Penyidik pem bant u m em punyai wewenang sepert i t ersebut dalam Pasal 7


ayat ( 1) , kecuali m engenai penahanan yang waj ib diberikan dengan
pelim pahan wewenang dari penyidik.

Pasal 12

Penyidik pem bant u m em buat berit a acara dan, m enyerahkan berkas perkara
kepada penyidik, kecuali perkara dengan acara pem eriksaan singkat yang
dapat langsung diserahkan kepada penunt ut um um .

Bagian Ket iga


Penunt ut Um um

Pasal 13

Penunt ut um um adalah j aksa yang diberi wewenang oleh undang- undang ini
unt uk m elakukan penunt ut an dan m elaksanakan penet apan hakim .
Pasal 14

Penunt ut um um m em punyai wewenang :


a. m enerim a dan m em eriksa berkas perkara penyidikan dari penyidik
at au penyidik pem bant u;
b. m engadakan prapenunt ut an apabila ada kekurangan pada penyidikan
dengan m em perhat ikan ket ent uan Pasal 110 ayat ( 3) dan ayat ( 4) ,
dengan m em beri pet unj uk dalam rangka penyem purnaan penyidikan
dari penyidik;
c. m em berikan perpanj angan penahanan, m elakukan penahanan at au
penahanan lanj ut an dan at au m engubah st at us t ahanan set elah
perkaranya dilim pahkan oleh penyidik;
d. m em buat surat dakw aan;
e. m elim pahkan perkara ke pengadilan;
f. m enyam paikan pem berit ahuan kepada t erdakwa t ent ang ket ent uan
hari dan w akt u perkara disidangkan yang disert ai surat panggilan, baik
kepada t erdakwa m aupun kepada saksi, unt uk dat ang pada sidang
yang t elah dit ent ukan;
g. m elakukan penunt ut an;
h. m enut up perkara dem i kepent ingan hukum ;
i. m engadakan t indakan lain dalam lingkup t ugas dan t anggung j awab
sebagai penunt ut um um m enurut ket ent uan undang- undang ini;
j. m elaksanakan penet apan hakim .

Pasal 15

Penunt ut um um m enunt ut perkara t indak pidana yang t erj adi dalam daerah
hukum nya m enurut ket ent uan undang- undang.

BAB V
PENANGKAPAN, PENAHANAN, PENGGELEDAHAN BADAN, PEMASUKAN
RUMAH,PENYI TAAN DAN PEMERI KSAAN SURAT

Bagian Kesat u Penangkapan

Pasal 16

( 1) Unt uk kepent ingan penyelidikan, penyelidik at as perint ah penyidik


berwenang m elakukan penangkapan.

( 2) Unt uk kepent ingan penyidikan, penyidik dan penyidik pem bant u


berwenang m elakukan penangkapan.
Pasal 17

Perint ah penangkapan dilakukan t erhadap seorang yang diduga keras


m elakukan t indak pidana berdasarkan bukt i perm ulaan yang cukup.

Pasal 18

( 1) Pelaksanaan t ugas penangkapan. dilakukan oleh pet ugas kepolisian


negara Republik I ndonesia dengan m em perlihat kan surat t ugas sert a
m em berikan kepada t ersangka surat perint ah penangkapan yang
m encant um kan ident it as t ersangka dan m enyebut kan alasan
penangkapan sert a uraian singkat perkara kej ahat an yang
dipersangkakan sert a t em pat ia diperiksa.

( 2) Dalam hal t ert angkap t angan penangkapan- dilakukan t anpa surat


perint ah, dengan ket ent uan bahwa penangkap harus segera
m enyerahkan t ert angkap besert a barang bukt i yang ada kepada
penyidik at au penyidik pem bant u yang t erdekat .

( 3) Tem busan surat perint ah penangkapan sebagaim ana dim aksud dalam
ayat ( 1) harus diberikan kepada keluarganya segera set elah
penangkapan dilakukan.

Pasal 19

( 1) Penangkapan sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 17, dapat dilakukan
unt uk paling lam a sat u hari.

( 2) Terhadap t ersangka pelaku pelanggaran t idak diadakan penangkapan


kecuali dalam hal ia t elah dipanggil secara sah dua kali bert urut - t urut
t idak m em enuhi panggilan it u t anpa alasan yang sah.

Bagian Kedua Penahanan

Pasal 20

( 1) unt uk kepent ingan penyidikan, penyidik at au penyidik pem bant u at as


perint ah penyidik sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 11 berw enang
m elakukan penahanan.

( 2) Unt uk kepent ingan penunt ut an, penunt ut um um berwenang


m elakukan penahanan at au penahanan lanj ut an.
( 3) Unt uk kepent ingan pem eriksaan hakim di sidang pengadilan dengan
penet apannya berwenang m elakukan penahanan.
Pasal 21
( 1) Perint ah penahanan at au penahanan lanj ut an dilakukan t erhadap
seorang t ersangka at au t erdakwa yang diduga keras m elakukan t indak
pidana berdasarkan bukt i yang cukup, dalam hal adanya keadaan
yang m enim bulkan kekhawat iran bahwa t ersangka at au t erdakwa
akan m elarikan diri, m erusak at au m enghilangkan barang bukt i dan
at au m engulangi t indak pidana.

( 2) Penahanan at au penahanan lanj ut an dilakukan oleh penyidik at au


penunt ut um um t erhadap t ersangka at au t erdakwa dengan
m em berikan surat perint ah penahanan at au penet apan hakim yang
m encat um kan ident it as t ersangka at au t erdakwa dan m enyebut kan
alasan penahanan sert a uraian singkat perkara kej ahat an yang
dipersangkakan at au didakwakan sert a t em pat ia dit ahan.

( 3) Tem busan surat perint ah penahanan at au penahanan lanj ut an at au


penet apan hakim sebagaim ana dim aksud dalam ayat ( 2) harus
diberikan kepada keluarganya.

( 4) Penahanan t ersebut hanya dapat dikenakan t erhadap t ersangka at au


t erdakwa yang m elakukan t indak pidana dan at au percobaan m aupun
pem berian bant uan dalam t indak pidana t ersebut dalam hal :
a. t indak pidana it u diancam dengan pidana penj ara lim a t ahun
at au lebih;
b. t indak pidana sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 282 ayat ( 3) ,
Pasal 296, Pasal 335 ayat ( 1) , Pasal 351 ayat ( 1) , Pasal 353
ayat ( 1) , Pasal 372, Pasal 378, Pasal 379 a, Pasal 453, Pasal
454, Pasal 455, Pasal 459, Pasal 480 dan Pasal 506 Kit ab
Undang- undang Hukum Pidana, Pasal 25 dan Pasal 26
Recht enordonnant ie ( pelanggaran t erhadap Ordonansi Bea dan
Cukai, t erakhir diubah dengan St aat sblad Tahun 1931 Nom or
471) , Pasal 1, Pasal 2 dan Pasal 4 Undang- undang Tindak
Pidana I m igrasi ( Undang- undang Nom or 8 Drt . Tahun 1955,
Lem baran Negara Tahun 1955 Nom or 8) , Pasal 36 ayat ( 7) ,
Pasal 41, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 47 dan Pasal 48 Undang-
undang Nom or 9 Tahun 1976 t ent ang Narkot ika ( Lem baran
Negara Tahun 1976 Nom or 37, Tam bahan Lem baran Negara
Nom or 3086) .

Pasal 22
( 1) Jenis penahanan dapat berupa :
a. penahanan rum ah t ahanan negara;
b. penahanan rum ah;
c. penahanan kot a.
( 2) Penahanan rum ah dilaksanakan di rum ah t em pat t inggal at au rum ah
kediam an t ersangka at au t erdakwa dengan m engadakan pengawasan
t erhadapnya unt uk m enghindarkan segala sesuat u yang dapat
m enim bulkan kesulit an dalam penyidikan, penunt ut an at au
pem eriksaan di sidang pengadilan.

( 3) Penahanan kot a dilaksanakan di kot a t em pat t inggal at au t em pat


kediam an t ersangka at au t erdakwa, dengan kewaj iban bagi t ersangka
at au t erdakwa m elapor diri pada wakt u yang dit ent ukan.

( 4) Masa penangkapan dan at au penahanan dikurangkan seluruhnya dari


pidana yang dij at uhkan.

( 5) Unt uk penahanan kot a pengurangan t ersebut seperlim a dari j um lah


lam anya w akt u penahanan sedangkan unt uk penahanan rum ah
sepert iga dari j um lah lam anya wakt u penahanan.

Pasal 23

( 1) Penyidik at au penunt ut um um at au hakim berwenang unt uk m eng


alihkan j enis penahanan yang sat u kepada j enis penahanan yang lain
sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 22.

( 2) Pengalihan j enis penahanan dinyat akan secara t ersendiri dengan surat


perint ah dari penyidik at au penunt ut um um at au penet apan hakim
yang t em busannya diberikan kepada t ersangka at au t erdakwa sert a
keluarganya dan kepada inst ansi yang berkepent ingan.

Pasal 24

( 1) Perint ah penahanan yang diberikan oleh penyidik sebagaim ana


dim aksud dalam Pasal 20, hanya berlaku paling lam a dua puluh hari.

( 2) Jangka wakt u sebagaim ana t ersebut pada ayat ( 1) apabila diperlukan


guna kepent ingan pem eriksaan yang belum selesai, dapat
diperpanj ang oleh penunt ut um um yang berwenang unt uk paling lam a
em pat puluh hari.

( 3) Ket ent uan sebagaim ana t ersebut pada ayat ( 1) dan ayat ( 2) t idak
m enut up kem ungkinan dikeluarkannya t ersangka dari t ahanan
sebelum berakhir wakt u penahanan t ersebut , j ika kepent ingan
pem eriksaan sudah t erpenuhi.
( 4) Set elah wakt u enam puluh hari t ersebut , penyidik harus sudah
m engeluarkan t ersangka dari t ahanan dem i hukum .
Pasal 25

( 1) Perint ah penahanan yang diberikan oleh penunt ut um um sebagaim ana


dim aksud dalam Pasal 20, hanya berlaku paling lam a dua puluh hari.

( 2) Jangka wakt u sebagaim ana t ersebut pada ayat ( 1) apabila diperlukan


guna kepent ingan pem eriksaan yang belum selesai, dapat
diperpanj ang oleh ket ua pengadilan negeri yang berwenang unt uk
paling lam a t iga puluh hari.

( 3) Ket ent uan sebagaim ana t ersebut pada ayat ( 1) dan ayat ( 2) t idak
m enut up kem ungkinan dikeluarkannya t ersangka dari t ahanan
sebelum berakhir wakt u penahanan t ersebut , j ika kepent ingan
pem eriksaan sudah t erpenuhi.

( 4) Set elah wakt u hm a puluh hari t ersebut , penunt ut um um harus sudah


m engeluarkan t ersangka dari t ahanan dem i hukum .

Pasal 26

( 1) Hakim pengadilan negeri yang m engadili perkara sebagaim ana


dim aksud dalam Pasal 84, guna kepent ingan pem eriksaan berwenang
m engeluarkan surat perint ah penahanan unt uk paling lam a t iga puluh
hari.

( 2) Jangka wakt u sebagaim ana t ersebut pada ayat ( 1) apabila diperlukan


guna kepent ingan pem eriksaan yang belum selesai, dapat
diperpanj ang oleh ket ua pengadilan negeri yang bersangkut an unt uk
paling lam a enam puluh hari.

( 3) Ket ent uan sebagaim ana t ersebut pada ayat ( 1) dan ayat ( 2) t idak
m enut up kem ungkinan dikeluarkannya t erdakwa dari t ahanan sebelum
berakhir w akt u penahanan t ersebut , j ika kepent ingan pem eriksaan
sudah t erpenuhi,

( 4) Set elah wakt u sem bilan puluh hari walaupun perkara t ersebut belum
diput us, t erdakwa harus sudah dikeluarkan dari t ahanan dem i hukum .

Pasal 27

( 1) Hakim pengadilan t inggi yang m engadili perkara sebagaim ana


dim aksud dalam Pasal 87, guna kepent ingan pem eriksaan banding
berwenang m engeluarkan surat perint ah penahanan unt uk paling lam a
t iga puluh hari.
( 2) Jangka wakt u sebagaim ana t ersebut pada ayat ( 1) apabila diperlukan
guna kepent ingan pem eriksaan yang belum selesai, dapat
diperpanj ang oleh ket ua pengadilan t inggi yang bersangkut an unt uk
paling lam a enam puluh hari.

( 3) Ket ent uan sebagaim ana t ersebut pada ayat ( 1) dan ayat ( 2) t idak
m enut up kem ungkinan dikeluarkannya t erdakwa dari t ahanan sebelum
berakhir w akt u penahanan t ersebut , j ika kepent ingan pem eriksaan
sudah t erpenuhi.

( 4) Set elah wakt u sem bilan puluh hari walaupun perkara t ersebut belum
diput us, t erdakwa harus sudah dikeluarkan dari t ahanan dem i hukum .

Pasal 28

( 1) Hakim Mahkam ah Agung yang m engadili perkara sebagaim ana


dim aksud dalam Pasal 88, guna kepent ingan pem eriksaan kasasi
berwenang m engeluarkan surat perint ah penahanan unt uk paling lam a
puluh hari.

( 2) Jangka wakt u sebagaim ana t ersebut pada ayat ( 1) apabila diperlukan


guna kepent ingan pem eriksaan yang belum selesai, dapat
diperpanj ang oleh Ket ua Mahkam ah Agung unt uk paling lam a enam
puluh hari.

( 3) Ket ent uan sebagaim ana t ersebut pada ayat ( 1) dan ayat ( 2) t idak
m enut up kem ungkinan dikeluarkannya t erdakwa dari t ahanan sebelum
berakhir w akt u penahanan t ersebut , j ika kepent ingan pem eriksaan
sudah t erpenuhi.

( 4) Set elah wakt u serat us sepuluh hari walaupun perkara t ersebut belum
diput us, t erdakwa harus sudah dikeluarkan dari t ahanan dem i hukum .

Pasal 29

( 1) Dikecualikan dari j angka wakt u penahanan sebagaim ana t ersebut


pada Pasal 24, Pasal 25, Pasal 26, Pasal 27 dan Pasal 28, guna
kepent ingan pem eriksaan, penahanan t erhadap t ersangka at au
t erdakwa dapat diperpanj ang berdasar alasan yang pat ut dan t idak
dapat dihindarkan karena:
a. t ersangka at au t erdakwa m enderit a gangguan fisik at au m ent al
yang berat , yang dibukt ikan dengan surat ket erangan dokt er,
at au
b. perkara yang sedang diperiksa diancam dengan pidana penj ara
sem bilan t ahun at au lebih.
( 2) Perpanj angan t ersebut pada ayat ( 1) diberikan unt uk paling lam a t iga
puluh hari dan dalam hal penahanan t ersebut m asih diperlukan, dapat
diperpanj ang lagi unt uk paling lam a t iga puluh hari.

( 3) Perpanj angan penahanan t ersebut at as dasar perm int aan dan laporan
pem eriksaan dalam t ingkat :
a. penyidikan dan penunt ut an diberikan oleh ket ua pengadilan
negeri;
b. pem eriksaan di pengadilan negari diberikan oleh ket ua
pengadilan t inggi;
c. pem eriksaan banding- diberikan oleh Mahkam ah Agung;
d. pem eriksaan kasasi diberikan oleh Ket ua Mahkam ah Agung.

( 4) Penggunaan kewenangan perpanj angan penahanan oleh pej abat


t ersebut pada ayat ( 3) dilakukan secara bert ahap dan dengan penuh
t anggung j awab.

( 5) Ket ent uan sebagaim ana t ersebut pada ayat ( 2) t idak m enut up
kem ungkinan dikeluarkannya t ersangka at au t erdakwa dari t ahanan
sebelum berakhir wakt u penahanan t ersebut , j ika kepent ingan
pem eriksaan sudah dipenuhi.

( 6) Set elah wakt u enam puluh hari, walaupun perkara t ersebut belum
selesai diperiksa at au belum diput us, t ersangka at au t erdakw a harus
sudah dikeluarkan dari t ahanan dem i hukum .

( 7) Terhadap perpanj angan penahanan t ersebut pada ayat ( 2) t ersangka


at au t erdakwa dapat m engaj ukan keberat an dalam t ingkat :
a. penyidikan dan penunt ut an kepada ket ua pengadilan t inggi;
b. pem eriksaan pengadilan negeri dan pem eriksaan banding
kepada Ket ua Mahkam ah Agung.

Pasal 30

Apabila t enggang wakt u penahanan sebagaim ana t ersebut pada Pasal 24,
Pasal 25, Pasal 26, Pasal 27 dan Pasal 28 at au perpanj angan penahanan
sebagaim ana t ersebut pada Pasal 29 t ernyat a t idak sah, t ersangka at au
t erdakwa berhak m int a gant i kerugian sesuai dengan ket ent uan yang
dim aksud dalam Pasal 95 dan Pasal 96.

Pasal 31

( 1) At as perm int aan t ersangka at au t erdakw a, penyidik at au penunt ut


um um at au hakim , sesuai dengan kewenangan m asing- m asing, dapat
m engadakan penangguhan penahanan dengan at au t anpa j am inan
uang at au j am inan orang, berdasarkan syarat yang dit ent ukan.
( 2) Karena j abat annya penyidik at au penunt ut um um at au hakim
sewakt u- w akt u dapat m encabut penangguhan penahanan dalam hal
t ersangka at au t erdakwa m elanggar syarat sebagaim ana dim aksud
dalam ayat ( 1) .

Bagian Ket iga Penggeledahan

Pasal 32

Unt uk kepent ingan penyidikan, penyidik dapat m elakukan penggeledahan


rum ah at au penggeledahan pakaian at au penggeledahan badan m enurut
t at acara yang dit ent ukan dalam undang- undang ini.

Pasal 33

( 1) Dengan surat izin ket ua pengadilan negeri set em pat penyidik dalam
m elakukan penyidikan dapat m engadakan penggeledahan yang
diperlukan.

( 2) Dalam hal yang diperlukan at as perint ah t ert ulis dari penyidik, pet ugas
kepolisian negara Republik I ndonesia dapat m em asuki rum ah.

( 3) Set iap kali m em asuki rum ah harus disaksikan oleh dua orang saksi
dalam hal t ersangka at au penghuni m enyet uj uinya.

( 4) Set iap kali m em asuki nunah harus disaksikan oleh kepala desa at au
ket ua lingkungan dengan dua orang saksi, dalam hal t ersangka at au
penghuni m enolak at au t idak hadir.

( 5) Dalam wakt u dua hari set elah m em asuki dan at au - m enggeledah


rum ah, harus dibuat suat u berit a acara dan t urunannya disam paikan
kepada pem ilik at au penghuni rum ah yang bersangkut an.

Pasal 34

( 1) Dalam keadaan yang sangat perlu dan m endesak bilam ana penyidik
harus segera bert indak dan t idak m ungkin unt uk m endapat kan surat
izin t erlebih dahulu, dengan t idak m engurangi ket ent uan Pasal 33 ayat
( 5) penyidik dapat m elakukan penggeledahan :
a. pada halam an rum ah t ersangka bert em pat t inggal, berdiam
at au ada dan yang ada di at asnya;
b. pada set iap t em pat lain t ersangka bert em pat t inggal, berdiam
at au ada;
c. di t em pat t indak pidana dilakukan at au t erdapat bekasnya;
d. di t em pat penginapan dan t em pat um um lainnya.

( 2) Dalam hal penyidik m elakukan penggeledahan sepert i dim aksud dalam


ayat ( 1) penyidik t idak diperkenankan m em eriksa at au m enyit a surat ,
buku dan t ulisan lain yang t idak m erupakan benda yang berhubungan
dengan t indak pidana yang bersangkut an, kecuali benda yang
berhubungan dengan t indak pidana yang bersangkut an at au yang
diduga t elah dipergunakan unt uk m elakukan t indak pidana t ersebut
dan unt uk it u waj ib segera m elaporkan kepada ket ua pengadilan
negeri set em pat guna m em peroleh perset uj uannya.

Pasal 35

Kecuali dalam hal t ert angkap t angan, penyidik t idak diperkenankan


m em asuki :
a. ruang di m ana sedang berlangsung sidang Maj elis Perm usyawarat an
Rakyat , Dewan Perw akilan Rakyat at au Dewan Perw akilan Rakyat
Daerah;
b. t em pat di m ana sedang berlangsung ibadah dan at au upacara
keagam aan;
c. ruang dim ana sedang berlangsung sidang pengadilan.

Pasal 36

Dalam hal penyidik harus m elakukan penggeledahan rum ah di luar daerah


hukum nya, dengan t idak m engurangi ket ent uan t ersebut dalarn Pasal 33,
m aka penggeledahan t ersebut harus diket ahui oleh ket ua pengadilan negeri
dan didam pingi oleh penyidik dari daerah hukum di m ana penggeledahan it u
dilakukan.

Pasal 37

( 1) Pada w akt u m enangkap t ersangka, penyelidik hanya berwenang


m enggeledah pakaian t erm asuk benda yang dibawanya sert a, apabila
t erdapat dugaan keras dengan alasan yang cukup bahwa pada
t ersangka t ersebut t erdapat benda yang dapat disit a.

( 2) Pada w akt u m enangkap t ersangka at au dalam hal t ersangka


sebagaim ana dim aksud dalam ayat ( 1) dibawa kepada penyidik,
penyidik berwenang m enggeledah pakaian dan at au m enggeledah
badan t ersangka.
Bagian Keem pat Penyit aan

Pasal 38

( 1) Penyit aan hanya dapat dilakukan oleh penyidik dengan surat izin
ket ua pengadilan negeri set em pat .

( 2) Dalam keadaan yang sangat perlu dan m endesak bilam ana penyidik
harus segera bert indak dan t idak m ungkin unt uk m endapat kan surat
izin t erlebih dahulu, t anpa m engurangi ket ent uan ayat ( 1) penyidik
dapat m elakukan penyit aan hanya at as benda bergerak dan unt uk it u
waj ib segera m elaporkan kepada ket ua pengadilan negeri set em pat
guna m em peroleh perset uj uannya.

Pasal 39

( 1) Yang dapat dikenakan penyit aan adalah :


a. benda at au t agihan t ersangka at au t erdakwa yang seluruh at au
sebagian diduga diperoleh dari t indakan pidana at au sebagai
hasil dari t indak pidana;
b. benda yang t elah dipergunakan secara langsung unt uk
m elakukan t indak pidana at au unt uk m em persiapkannya;
c. benda yang dipergunakan unt uk m enghalang- halangi
penyidikan t indak pidana;
d. benda yang khusus dibuat at au diperunt ukkan m elakukan
t indak pidana;
e. benda lain yang m em punyai hubungan lansung dengan t indak
pidana yang dilakukan.

( 2) Benda yang berada dalam sit aan karena perkara perdat a' at au karena
pailit dapat j uga disit a unt uk kepent ingan penyidikan, penunt ut an dan
m engadili perkara pidana, sepanj ang m em enuhi ket ent uan ayat ( 1) .

Pasal 40
Dalam hal t ert angkap t angan penyidik dapat m enyit a benda dan alat yang
t ernyat a at au yang pat ut diduga t elah dipergunakan unt uk m elakukan
t indak pidana at au benda lain yang dapat dipakai sebagai barang bukt i.

Pasal 41

Dalam hal t ert angkap t angan penyidik berwenang m enyit a paket at au surat
at au benda yang pengangkut annya at au pengirim annya dilakukan oleh
kant or pos dan t elekom unikasi, j awat an at au perusahaan kom unikasi at au
pengangkut an, sepanj ang paket , surat at au benda t ersebut diperunt ukkan
bagi t ersangka at au yang berasal daripadanya dan unt uk it u kepada
t ersangka dan at au kepada pej abat kant or pos dan t elekom unikasi, j awat an
at au perusahaan kom unikasi at au pengangkut an yang bersangkut an, harus
diberikan surat t anda penerim aan.

Pasal 42

( 1) Penyidik berwenang m em erint ahkan kepada orang yang m enguasai


benda yang dapat disit a, m enyerahkan benda t ersebut kepadanya
unt uk kepent ingan pem eriksaan dan kepada yang m enyerahkan benda
it u harus diberikan surat t anda penerim aan.

( 2) Surat at au t ulisan lain hanya dapat diperint ahkan unt uk diserahkan


kepada penyidik j ika surat at au t ulisan it u berasal dari t ersangka at au
t erdakwa at au dit uj ukan kepadanya at au kepunyaannya at au
diperunt ukkan baginya at au j ikalau benda t ersebut m erupakan alat
unt uk m elakukan t indak pidana.

Pasal 43

Penyit aan surat at au t ulisan lain dari m ereka yang berkewaj iban m enurut
undang- undang unt uk m erahasiakannya, sepanj ang t idak m enyangkut
rahasia negara, hanya dapat dilakukan at as perset uj uan m ereka at au at as
izin khusus ket ua pengadilan negeri set em pat kecuali undang- undang
m enent ukan lain.

Pasal 44

( 1) Benda sit aan disim pan dalam rum ah penyim panan benda sit aan
negara.

( 2) Penyim panan benda sit aan dilaksanakan dengan sebaik- baiknya dan
t anggung j awab at asnya ada pada pej abat yang berwenang sesuai
dengan t ingkat pem eriksaan dalam proses peradilan dan benda
t ersebut di larang unt uk dipergunakan oleh- siapapun j uga.

Pasal 45

( 1) Dalam hal benda sit aan t erdiri at as benda yang dapat lekas rusak at au
yang m em bahayakan, sehingga t idak m ungkin unt uk disim pan sam pai
put usan pengadilan t erhadap perkara yang bersangkut an m em peroleh
kekuat an hukum t et ap at au j ika biaya penyim panan benda t ersebut
akan m enj adi t erlalu t inggi, sej auh m ungkin dengan perset uj uan
t ersangka at au kuasanya dapat diam bil t indakan sebagai berikut :
a. apabila perkara m asih ada dit angan penyidik at au penunt ut
um um ,. benda t ersebut dapat dij ual lelang at au dapat
diam ankan oleh penyidik at au penunt ut um um , dengan
disaksikan oleh t ersangka at au kuasanya;
b. apabila perkara sudah ada dit angan pengadilan, m aka benda
t ersebut dapat diam ankan at au dij ual lelang oleh penunt ut
um um at as izin hakim yang m enyidangkan perkaranya dan
disaksikan oleh t erdakwa at au kuasanya.

( 2) Hasil pelelangan benda yang bersangkut an yang berupa uang dipakai


sebagai barang bukt i.

( 3) Guna kepent ingan pem bukt ian sedapat m ungkin disisihkan sebagian
dari benda sebagaim ana dim aksud dalam ayat ( 1) .

( 4) Benda sit aan yang bersifat t erlarang at au dilarang unt uk diedarkan,


t idak t erm asuk ket ent uan sebagaim ana dim aksud dalam ayat ( 1) ,
diram pas unt uk dipergunakan bagi kepent ingan negara at au unt uk
dim usnahkan.

Pasal 46

( 1) Benda yang dikenakan penyit aan dikem balikan kepada orang at au


kepada m ereka dari siapa benda it u disit a, at au kepada orang at au
kepada m ereka yang paling berhak apabila :
a. kepent ingan penyidikan dan penunt ut an t idak m em erlukan lagi;
b. perkara t ersebut t idak j adi dit unt ut karena t idak cukup bukt i
at au t ernyat a t idak m erupakan t indak pidana;
c. perkara t ersebut dikesam pingkan unt uk kepent ingan um um
at au perkara t ersebut dit ut up dem i hukum , kecuali apabila
benda it u diperoleh dari suat u t indak pidana at au yang
dipergunakan unt uk m elakukan suat u t indak pidana.

( 2) Apabila perkara sudah diput us, m aka benda yang dikenakan penyit aan
dikem balikan kepada orang at au kepada m ereka yang disebut dalam
put usan t ersebut , kecuali j ika m enurut put usan hakim benda it u
diram pas unt uk negara, unt uk dim usnahkan at au unt uk dirusakkan
sam pai t idak dapat dipergunakan lagi at au, j ika benda t ersebut m asih
diperlukan sebagai barang bukt i dalam perkara lain.

Bagian Kelim a Pem eriksaan Surat

Pasal 47
( 1) Penyidik berhak m em buka, m em eriksa dan m enyit a surat lain yang
dikirim m elalui kant or pos dan. t elekem unikasi, j awat an at au
perusahaan kom unikasi at au pengangkut an j ika benda t ersebut
dicurigai dengan alasan yang kuat m em punyai hubungan dengan
perkara pidana yang sedang diperiksa, dengan izin khusus yang
diberikan unt uk it u dari ket ua pengadilan negeri.

( 2) Unt uk kepent ingan t ersebut penyidik dapat m em int a kepada kepala


kant or pos dan t elekom unikasi, kepala j awat an at au perusahaan
kom unikasi at au pengangkut an lain unt uk m enyerahkan kepadanya
surat yang dim aksud dan unt uk it u harus diberikan surat t anda
penerim aan.

( 3) Hal sebagaim ana dim aksud dalam ayat ( 1) dan ayat ( 2) pasal ini,
dapat dilakukan pada sem ua t ingkat pem eriksaan dalam proses
peradilan m enurut ket ent uan yang diat ur dalam ayat t ersebut .

Pasal 48

( 1) Apabila sesudah dibuka dan diperiksa, t ernyat a bahwa surat it u ada


hubungannya dengan perkara yang sedang diperiksa, surat t ersebut
dilam pirkan pada berkas perkara.

( 2) Apabila sesudah diperiksa t ernyat a surat it u t idak ada hubungannya


dengan perkara t ersebut , surat it u dit ut up rapi dan segera diserahkan
kem bali kepada kant or pos dan t elekom unikasi, j aw at an at au
perusahaan kom unikasi at au pengangkut an lain set elah dibubuhi cap
yang berbunyi " t elah dibuka oleh penyidik" dengan dibubuhi t anggal,
t andat angan besert a ident it as penyidik.

( 3) Penyidik dan para pej abat pada sem ua t ingkat pem eriksaan dalam
proses peradilan waj ib m erahasiakan dengan sungguh- sungguh at as
kekuat an sum pah j abat an isi surat yang dikem balikan it u.

Pasal 49

( 1) Penyidik m em buat berit a acara t ent ang t indakan sebagaim ana


dim aksud dalam Pasal 48 dan Pasal 75.

( 2) Turunan berit a acara t ersebut oleh penyidik dikirim kan kepada kepala
kant or pos dan t elekom unikasi, kepala j awat an at au perusahaan
kom unikasi at au pengangkut an yang bersangkut an.

BAB VI
TERSANGKA DAN TERDAKWA

Pasal 50

( 1) Tersangka berhak segera m endapat pem eriksaan oleh penyidik dan


selanj ut nya dapat diaj ukan kepada penunt ut um um .

( 2) Tersangka berhak perkaranya segera dim aj ukan ke pengadilan oleh


penunt ut um um .

( 3) Terdakwa berhak segera diadili oleh pengadilan.

Pasal 51

Unt uk m em persiapkan pem belaan :


a. t ersangka berhak unt uk diberit ahukan dengan j elas dalam bahasa
yang dim engert i olehnya t ent ang apa yang disangkakan kepadanya
pada wakt u pem eriksaan dim ulai;
b. t erdakwa berhak unt uk diberit ahukan dengan j elas dalam bahasa yang
dim engert i olehnya t ent ang apa yang didakwakan kepadanya.

Pasal 52

Dalam pem eriksaan pada t ingkat penyidikan dan pengadilan, t ersangka


at au t erdakwa berhak m em berikan ket erangan secara bebas keapada
penyidik at au hakim .

Pasal 53

( 1) Dalam pem eriksaan pada t ingkat penyidikan dan pengadilan,


t ersangka at au t erdakwa berhak unt uk set iap wakt u m endapat
bant uan j uru bahasa sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 177.

( 2) Dalam hal t ersangka at au t erdakwa bisu dan at au t uli diberlakukan


ket ent uan sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 178.

Pasal 54

Guna kepent ingan pem belaan, t ersangka at au t erdakwa berhak m endapat


bant uan hukum dari seorang at au lebih penasihat hukum selam a dalam
wakt u dan pada set iap t ingkat pem eriksaan, m enurut t at acara yang
dit ent ukan dalam undang- undang ini.
Pasal 55

Unt uk m endapat kan penasihat hukum t ersebut dalam Pasal 54, t ersangka
at au t erdakwa berhak m em ilih sendiri penasihat hukum nya.

Pasal 56

( 1) Dalam hal t ersangka at au t erdakwa disangka at au didakwa m elakukan


t indak pidana yang diancam dengan pidana m at i at au ancam an pidana
lim a belas t ahun at au lebih at au bagi m ereka yang t idak m am pu yang
diancam dengan pidana lim a t ahun at au lebih yang t idak m em punyai
penasihat hukum sendiri, pej abat yang bersangkut an pada sem ua
t ingkat pem eriksaan dalam proses peradilan waj ib m enunj uk penasihat
hukum bagi m ereka.

( 2) Set iap penasihat hukum yang dit unj uk unt uk bert indak sebagaim ana
dim aksud dalam ayat ( 1) , m em berikan bant uannya dengan cum a-
cum a.

Pasal 57

( 1) Tersangka at au t erdakwa yang dikenakan penahanan berhak


m enghubungi penasihat hukum nya sesuai dengan ket ent uan undang-
undang ini.

( 2) Tersangka at au t erdakwa yang berkebangsaan asing yang dikenakan


penahanan berhak m enghubungi dan berbicara dengan perw akilan
negaranya dalam m enghadapi proses perkaranya.

Pasal 58

Tersangka at au t erdakwa yang dikenakan penahanan berhak


m enghubungi dan m enerim a kunj ungan dokt er pribadinya unt uk
kepent ingan kesehat an baik yang ada hubungannya dengan proses
perkara m aupun t idak.

Pasal 59
Tersangka at au t erdakwa yang dikenakan penahanan berhak
diberit ahukan t ent ang penahanan at as dirinya oleh pej abat yang
berwenang, pada sem ua t ingkat pem eriksaan dalam proses peradilan,
kepada keluarganya at au orang lain yang serum ah dengan t ersangka at au
t erdakwa at aupun orang lain yang bant uannya dibut uhkan oleh t ersangka
at au t erdakwa unt uk m endapat kan bant uan hukum at au j am inan bagi
penangguhannya.
Pasal 60

Tersangka at au t erdakwa berhak m enghubungi dan m enerim a kunj ungan


dari pihak yang m em punyai hubungan kekeluargaan at au lainnya dengan
t ersangka at au t erdakwa guna m endapat kan j am inan bagi penangguhan
penahanan at aupun unt uk usaha m endapat kan bant uan hukum .

Pasal 61

Tersangka at au t erdakwa berhak secara langsung at au dengan


perant araan penasihat hukum nya m enghubungi dan m enerim a kunj ungan
sanak keluarganya dalam hal yang t idak ada hubungannya dengan
perkara t ersangka at au t erdakwa unt uk kepent ingan pekerj aan at au
unt uk kepent ingan kekeluargaan.

Pasal 62

( 1) Tersangka at au t erdakwa berhak m engirim surat kepada penasihat


hukum nya, dan m enerim a surat dari penasihat hukum nya dan sanak
keluarga set iap kali yang diperlukan olehnya, unt uk keperluan it u bagi
t ersangka at au t erdakwa disediakan alat t ulis m enulis.
( 2) Surat m enyurat ant ara t ersangka at au t erdakwa dengan penasihat
hukum nya at au sanak keluarganya t idak diperiksa oleh penyidik,
penunt ut um um , hakim at au pej abat rum ah t ahanan negara kecuali
j ika t erdapat cukup alasan unt uk diduga bahwa surat m enyurat it u
disalahgunakan.

( 3) Dalam hal surat unt uk t ersangka at au t edakwa it u dit ilik at au diperiksa


oleh penyidik, penunt ut um um , hakim at au pej abat rum ah t ahanan
negara, hal it u diberit ahukan kepada t ersangka at au t erdakwa dan
surat t ersebut dikirim kem bali kepada pengirim nya set elah dibubuhi
cap yang berbunyi " t elah dit ilik" .

Pasal 63

Tersangka at au t erdakwa berhak m enghubungi dan m enerim a kunj ungan


dari rohaniwan.

Pasal 64

Terdakwa berhak unt uk diadili di sidang pengadilan yang t erbuka unt uk


um um .
Pasal 65

Tersangka at au t erdakwa berhak unt uk m engusahakan dan m engaj ukan


saksi dan at au seseorang yang m em iliki keahlian khusus guna
m em berikan ket erangan yang m engunt ungkan bagi dirinya.

Pasal 66

Tersangka at au t erdakwa t idak dibebani kewaj iban pem bukt ian.

Pasal 67

Terdakwa at au penunt ut um um berhak unt uk m int a banding t erhadap


put usan pengadilan t ingkat pert am a kecuali t erhadap put usan bebas,
lepas dari segala t unt ut an hukum yang m enyangkut m asalah kurang
t epat nya penerapan hukum dan put usan pengadilan dalam acara cepat .

Pasal 68

Tersangka at au t erdakwa berhak m enunt ut gant i kerugian dan rehabilit asi


sebagaim ana diat ur dalam Pasal 95 dan selanj ut nya.

BAB VI I
BANTUAN HUKUM

Pasal 69

Penasihat hukum berhak m enghubungi t ersangka sej ak saat dit angkap


at au dit ahan pada sem ua t ingkat pem eriksaan m enurut t at acara yang
dit ent ukan dalam undang- undang ini.

Pasal 70

( 1) Penasihat hukum sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 69 berhak


m enghubungi dan berbicara dengan t ersangka pada set iap t ingkat
pem eriksaan dan set iap wakt u unt uk kepent ingan pem belaan
perkaranya.

( 2) Jika t erdapat bukt i bahwa penasihat hukum t ersebut


m enyalahgunakan haknya dalam pem bicaraan dengan t ersangka m aka
sesuai dengan t ingkat pem eriksaan, penyidik, penunt ut um um at au
pet ugas lem baga pem asyarakat an m em beii peringat an kepada
penasihat hukum .

( 3) Apabila peringat an t ersebut t idak diindahkan, m aka hubungan


t ersebut diawasi oleh pej abat yang t ersebut pada ayat ( 2) .

( 4) Apabila set elah diawasi, haknya m asih disalahgunakan, m aka


hubungan t ersebut disaksikan oleh pej abat t ersebut pada ayat ( 2) dan
apabila set elah it u t et ap dilanggar m aka hubungan selanj ut nya
dilarang.

Pasal 71

( 1) Penasihat hukum , sesuai dengan t ingkat pem eriksaan, dalam


berhubungan dengan t ersangka diawasi oleh penyidik, penunt ut um um
at au pet ugas lem baga pem asyarakat an t anpa m endengar isi
pem bicaraan.

( 2) Dalam hal kej ahat an t erhadap keam anan negara, pej abat t ersebut
pada ayat ( 1) dapat m endengar isi pem bicaraan.

Pasal 72

At as perm int aan t ersangka at au penasihat hukum nya pej abat yang
bersangkut an m em berikan t urunan berit a acara pem eriksaan unt uk
kepent ingan pem belaannya.

Pasal 73

Penasihat hukum berhak m engirim dan m enerim a surat dari t ersangka


set iap kali dikehendaki olehnya.

Pasal 74

Pengurangan kebebasan hubungan ant ara penasihat hukum dan


t ersangka sebagaim ana t ersebut pada Pasal 70 ayat ( 2) , ayat ( 3) , ayat
( 4) dan Pasal 71 dilarang, set elah perkara dilim pahkan oleh penunt ut
um um kepada pengadilan negeri unt uk disidangkan, yang t em busan
surat nya disam paikan kepada t ersangka at au penasihat hukum nya sert a
pihak lain dalam proses.

BAB VI I I
BERI TA ACARA

Pasal 75

( 1) Berit a acara dibuat unt uk set iap t indakan t ent ang :


a. pem eriksaan t ersangka;
b. penangkapan;
c. penahanan;
d. penggeledahan;
e. pem asukan rum ah;
f. penyit aan benda;
g. pem eriksaan surat ;
h. pem eriksaan saksi;
i. pem eriksaan di t em pat kej adian;
j. pelaksanaan penet apan dan put usan pengadilan;
j. pelaksanaan t indakan lain sesuai dengan ket ent uan dalam
undang- undang ini.

( 2) Berit a acara dibuat oleh pej abat yang bersangkut an dalam m elakukan
t indakan t ersebut pada ayat ( 1) dan dibuat at as kekuat an sum pah
j abat an.

( 3) Berit a acara t ersebut selain dit andat angani oleh pej abat t ersebut pada
ayat ( 2) dit andat angani pula oleh sem ua pihak yang t erlibat dalam
t indakan t ersebut pada ayat ( 1) .

BAB I X
SUMPAH ATAU JANJI

Pasal 76

( 1) Dalam hal yang berdasarkan ket ent uan dalam undang- undang ini
diharuskan adanya pengam bilan sum pah at au j anj i, m aka unt uk
keperluan t ersebut dipakai perat uran perundang- undangan t ent ang
sum pah at au j anj i yang berlaku, baik m engenai isinya m aupun
m engenai t at acaranya.

( 2) Apabila ket ent uan sebagaim ana dim aksud dalam ayat ( 1) t idak
dipenuhi, m aka sum pah at au j anj i t ersebut bat al m enurut hukum .

BAB X
WEWENANG PENGADI LAN UNTUK MENGADI LI

Bagian Kesat u Praperadilan


Pasal 77

Pengadilan negeri berwenang unt uk m em eriksa dan m em ut us, sesuai


dengan ket ent uan yang diat ur dalam undang- undang ini t ent ang :
a. sah at au t idaknya penangkapan, penahanan, penghent ian penyidikan
at au penghent ian penunt ut an;
b. gant i kerugian dan at au rehabilit asi bagi seorang yang perkara
pidananya dihent ikan pada t ingkat penyidikan at au penunt ut an.

Pasal 78

( 1) Yang m elaksanakan wewenang pengadilan negeri sebagaim ana


dim aksud dalam Pasal 77 adalah praperadilan.

( 2) Pra Peradilan dipim pin oleh hakim t unggal yang dit unj uk oleh ket ua
pengadilan negeri dan dibant u oleh seorang panit era.

Pasal 79

Perm int aan pem eriksaan t ent ang sah at au t idaknya suat u penangkapan
at au penahanan diaj ukan oleh t ersangka, keluarga at au kuasanya kepada
ket ua pengadilan negeri dengan m enyebut kan alasannya.

Pasal 80

Perm int aan unt uk m em eriksa sah at au t idaknya suat u penghent ian
penyidikan at au penunt ut an dapat diaj ukan oleh penyidik at au penunt ut
um um at au pihak ket iga yang berkepent ingan kepada ket ua pengadilan
negeri dengan m enyebut kan alasannya.

Pasal 81

Perm int aan gant i kerugian dan at au rehabilit asi akibat t idak sahnya
penangkapan at au penahanan at au akibat sahnya penghent ian penyidikan
at au penunt ut an diaj ukan oleh t ersangka at au pihak ket iga yang
berkepent ingan kepada ket ua penpdilan negeri dengan m enyebut
alasannya.

Pasal 82

( 1) Acara pem eriksaan praperadilan unt uk hal sebagaim ana dim aksud
dalam Pasal 79, Pasal 80 dan Pasal 81 dit ent ukan sebagai berikut :
a. dalam wakt u t iga hari set elah dit erim anya perm int aan , hakim
yang dit unj uk m enet apkan hari sidang;
b. dalam m em eriksa dan m em ut us t ent ang sah at au t idaknya
penangkapan at au penahanan, sah at au t idaknya penghent ian
penyidikan at au penunt ut an, perm int aan gant i kerugian dan
at au rehabilit asi akibat t idak sahnya penangkapan at au
penahanan, akibat sahnya penghent ian penyidikan at au
penunt ut an dan ada benda yang disit a yang t idak t erm asuk alat
pem bukt ian, hakim m endengar ket erangan baik dari t ersangka
at au pem ohon m aupun dari pej abat yang berwenang;
c. pem eriksaan t ersebut dilakukan secara cepat dan selam bat -
lam bat nya t uj uh hari hakim harus sudah m enj at uhkan
put usannya;
d. dalam hal suat u perkara sudah m ulai. diperiksa oleh pengadilan
negeri, sedangkan pem eriksaan m engenai perm int aan kepada
pra peradilan belum selesai, m aka perm int aan t ersebut gugur;
e. put usan praperadilan pada t ingkat penyidikan t idak m enut up
kem ungkinan unt uk m engadakan pem eriksaan, praperadilan
lagi pada t ingkat pem eriksaan oleh penunt ut um um , j ika unt uk
it u diaj ukan perm int aan baru.

( 2) Put usan hakim dalam acara pem eriksaan praperadilan m engenai hal
sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 79, Pasal 80 dan Pasal 81, harus
m em uat dengan j elas dasar dan alasannya.

( 3) I si put usan selain m em uat ket ent uan sebagaim ana dim aksud dalam
ayat ( 2) j uga m em uat hal sebagai berikut :
a. dalam hal put usan m enet apkan bahwa sesuat u penangkapan
at au penahanan t idak sah, m aka penyidik at au j aksa penunt ut
um um pada t ingkat pem eriksaan m asing- m asing harus segera
m em bebaskan t ersangka;
b. dalam hal put usan m enet apkan bahwa sesuat u penghent ian
penyidikan at au pent unt ut an t idak sah, penyidikan at au
penunt ut an t erhadap t ersangka waj ib dilanj ut kan;
c. dalam hal put usan m enet apkan bahwa suat u penangkapan at au
penahanan t idak sah, m aka dalam put usan dicant um kan j um lah
besarnya gant i kerugian dan rehabilit asi yang diberikan,
sedangkan dalam hal suat u penghent ian penyidikan at au
penunt ut an adalah sah dan t ersangkanya t idak dit ahan, m aka
dalam put usan dican t um kan rehabilit asinya;
d. dalam hal put usan m enet apkan bahwa benda yang disit a ada
yang t idak t erm asuk alat pem bukt ian, m aka dalam put usan
dicant um kan bahwa benda t ersebut harus segera dikem balikan
kepada t ersangka at au dari siapa benda it u disit a.

( 4) Gant i kerugian dapat dim int a, yang m eliput i hal sebagaim ana
dim aksud dalam Pasal 77 dan Pasal 95.
Pasal 83

( 1) Terhadap put usan praperadilan dalam hal sebagaim ana dim aksud
dalam Pasal 79, Pasal 80 dan Pasal 81 t idak dapat dim int akan
banding.

( 2) Dikecualikan dari ket ent uan ayat ( 1) adalah put usan praperadilan
yang m enet apkan t idak sahnya penghent ian penyidikan at au
penunt ut an, yang unt uk it u dapat dim int akan put usan akhir ke
pengadilan t inggi dalam daerah hukum yang bersangkut an.

Bagian Kedua Pengadilan Negeri

Pasal 84

( 1) Pengadilan negeri berwenang m engadili segala perkara m engenai


t indak pidana yang dilakukan dalam daerah hukum nya.

( 2) Pengadilan negeri yang di dalam daerah hukum nya t erdakwa


bert em pat t inggal, berdiam t erakhir, di t em pat ia diket em ukan at au
dit ahan, hanya berw enang m engadili perkara t erdakwa t ersebut ,
apabila t em pat kediam an sebagian besar saksi yang dipanggil lebih
dekat pada t em pat pengadilan negeri it u daripada t em pat kedudukan
pengadilan negeri yang di dalam daerahnya t indak pidana it u
dilakukan.

( 3) Apabila seorang t erdakwa m elakukan beberapa t indak pidana dalam


daerah hukum pelbagai pengadilan negeri, m aka t iap pengadilan
negeri it u m asing- m asing berw enang m engadili perkara pidana it u.

( 4) Terhadap beberapa perkara pidana yang sat u sam a lain ada sangkut
paut nya dan dilakukan oleh seorang dalam daerah hukum pelbagai
pengadilan negeri, diadili oleh m asing- m asing pengadilan negeri
dengan ket ent uan dibuka kem ungkinan penggabungan perkara
t ersebut .

Pasal 85

Dalam hal keadaan daerah t idak m engizinkan suat u pengadilan negeri


unt uk m engadili suat u perkara, m aka at as usul ket ua pengadilan negeri
at au kepala` kej aksaan negeri yang bersangkut an, Mahkam ah Agung
m engusulkan kepada Ment eri Kehakim an unt uk m enet apkan at au
m enunj uk pengadilan negeri lain daripada yang t ersebut pada Pasal 84
unt uk m engadili perkara yang dim aksud.
Pasal 86

Apabila seorang m elakukan t indak pidana di luar negeri yang dapat diadili
m enurut hukum Republik I ndonesia, m aka Pengadilan Negeri Jakart a
Pusat yang berwenang m engadilinya.

Bagian Ket iga Pengadilan Tinggi

Pasal 87

Pengadilan t inggi berwenang m engadili perkara yang diput us oleh


pengadilan negeri dalam daerah hukum nya yang dim int akan banding.

Bagian Keem pat Mahkam ah Agung

Pasal 88

Mahkam ah Agung berwenang m engadili sem ua perkara pidana yang


dim int akan kasasi.

BAB XI
KONEKSI TAS

Pasal 89

( 1) Tindak pidana yang dilakukan bersam a- sam a oleh m ereka yang


t erm asuk lingkungan peradilan um um dan lingkungan peradilan
m ilit er, diperiksa dan diadili oleh pengadilan dalam lingkungan
peradilan um um kecuali j ika m enurut keput usan Ment eri Pert ahanan
dan Keam anan dengan perset uj uan Ment eri Kehakim an perkara it u
harus diperiksa dan diadili oleh pengadilan dalam lingkungan peradilan
m ilit er.

( 2) Penyidikan perkara pidana sebagaim ana dim aksud dalam ayat ( 1)


dilaksanakan oleh suat u t im t et ap yang t erdiri dari penyidik
sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 6 dan polisi m ilit er Angkat an
Bersenj at a Republik I ndonesia dan odit ur m ilit er at au odit ur m ilit er
t inggi sesuai dengan wewenang m ereka m asing- m asing m enurut
hukum yang berlaku unt uk penyidikan perkara pidana.
( 3) Tim sebagaim ana dim aksud dalam ayat ( 2) dibent uk dengan surat
keput usan bersam a Ment eri Pert ahanan dan Keam anan dan Ment eri
Kehakim an.

Pasal 90

( 1) Unt uk m enet apkan apakah pengadilan dalam lingkungan peradilan


m ilit er at au pengadilan dalam lingkungan peradilan um um yang akan
m engadili perkara pidana sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 89 ayat
( 1) , diadakan penelit ian bersam a oleh j aksa at au j aksa t inggi dan
odit ur m ilit er at au odit ur m ilit er t inggi at as dasar hasil penyidikan t im
t ersebut pada Pasal 89 ayat ( 2) .

( 2) Pendapat dari penelit ian bersam a t ersebut dit uangkan dalam berit a
acara yang dit andat angani oleh para pihak sebagaim ana dim aksud
dalam ayat ( 1) .

( 3) Jika dalam penelit ian bersam a it u t erdapat persesuaian pendapat


t ent ang pengadilan yang berw enang m engadili perkara t ersebut , m aka
hal it u dilaporkan oleh j aksa at au j aksa t inggi kepada Jaksa Agung dan
oleh odit ur m ilit er at au odit ur m ilit er t inggi kepada Odit ur Jenderal
Angkat an Bersenj at a Republik I ndonesia.

Pasal 91

( 1) Jika m enurut pendapat sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 90 ayat
( 3) t it ik berat kerugian yang dit im bulkan oleh t indak pidana t ersebut
t erlet ak pada kepent ingan um um dan karenanya perkara pidana it u
harus diadili oleh pengadilan dalam lingkungan peradilan um um ,
m aka perw ira penyerah perkara segera m em buat surat keput usan
penyerahan perkara yang diserahkan m elalui odit ur m ilit er at au
odit ur m ilit er t inggi kepada penunt ut um um , unt uk dij adikan dasar
m engaj ukan perkara t ersebut kepada pengadilan negeri yang
berwenang.

( 2) Apabila m enurut pendapat it u t it ik berat kerugian yang dit im bulkan


oleh t indak pidana t ersebut t erlet ak pada kepent ingan m ilit er
sehingga perkara pidana it u harus diadili oleh pengadilan dalam
lingkungan peradilan m ilit er, m aka pendapat sebagaim ana dim aksud
dalam Pasal 90 ayat ( 3) dij adikan dasar bagi Odit ur Jenderal
Angkat an Bersenj at a Republik I ndonesia unt uk m engusulkan kepada
Ment eri Pert ahanan dan Keam anan, agar dengan perset uj uan
Ment eri Kehakim aan dikeluarkan keput usan Ment eri Pert ahanan dan
Keam anan yang m enet apkan, bahwa perkara pidana t ersebut diadili
oleh pengadilan dalam lingkungan peradilan m ilit er.
( 3) Surat keput usan t ersebut pada ayat ( 2) dij adikan dasar bagi perw ira
penyerah perkara dan j aksa at au j aksa t inggi unt uk m enyerahkan
perkara t ersebut kepada m ahkam ah m ilit er at au m ahkam ah m ilit er
t inggi.

Pasal 92

( 1) Apabila perkara diaj ukan kepada pengadilan negeri sebagaim ana


dim aksud dalam Pasal 91 ayat ( 1) , m aka berit a acara pem eriksaan
yang dibuat oleh t im sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 89 ayat ( 2)
dibubuhi cat at an oleh penunt ut um um yang m engaj ukan perkara,
bahwa berit a acara t ersebut t elah diam bil alih olehnya.

( 2) Ket ent uan sebagaim ana dim aksud dalam ayat ( 1) berlaku j uga bagi
odit ur m ilit er at au odit ur m ilit er t inggi apabila perkara t ersebut akan
diaj ukan kepada pengadilan dalam lingkungan peradilan m ilit er.

Pasal 93

( 1) Apabila dalam penelit ian sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 90
ayat ( l) t erdapat perbedaan pendapat ant ara penunt ut um um dan
odit ur m ilit er at au odit ur m ilit er t inggi, m ereka m asing- m asing
m elaporkan t ent ang perbedaan pendapat it u secara t ert ulis, dengan
disert ai berkas perkara yang bersangkut an m elalui j aksa t inggi,
kepada Jaksa Agung dan kepada Odit ur Jenderal Angkat an Bersenj at a
Republik I ndonesia.

( 2) Jaksa Agung dan Odit ur Jenderal Angkat an Bersenj at a Republik


I ndonesia berm usyawarah unt uk m engam bil keput usan guna
m engakhiri perbedaan pendapat sebagaim ana dim aksud dalam ayat
( 1) .

( 3) Dalam hal t erj adi perbedaan pendapat ant ara Jaksa Agung dan Odit ur
Jenderal Angkat an Bersenj at a Republik I ndonesia, pendapat Jaksa
Agung yang m enent ukan.

Pasal 94

( 1) Dalam hal perkara pidana sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 89 ayat
( 1) diadili oleh pengadilan dalam lingkungan peradilan um um at au
lingkungan peradilan m ilit er, yang m engadili perkara t ersebut adalah
m aj elis hakim yang t erdiri dari sekurang- kurangnya t iga orang hakim .
( 2) Dalam hal pengadilan dalam lingkungan peradilan um um yang
m engadili perkara pidana sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 89 ayat
( 1) , m aj elis hakim t erdiri dari hakim ket ua dari lingkungan peradilan
um um dan hakim anggot a m asing- m asing dit et apkan dari peradilan
um um dan peradilan m ilit er secara berim bang.

( 3) Dalam hal pengadilan dalam lingkungan peradilan m ilit er yang


m engadili perkara pidana t ersebut pada Pasal 89 ayat ( 1) , m aj elis
hakim t erdiri dari, hakim ket ua dari lingkungan peradilan m ilit er dan
hakim anggot a secara berim bang dari m asing- m asing lingkungan
peradilan m ilit er dan dari peradilan um um yang diberi pangkat m ilit er
t it uler.

( 4) Ket ent uan t ersebut pada ayat ( 2) dan ayat ( 3) berlaku j uga bagi
pengadilan t ingkat banding.

( 5) Ment eri Kehakim an dan Ment eri Pert ahanan dan Keam anan secara
t im bal balik m engusulkan pengangkat an hakim anggot a sebagaim ana
dim aksud dalam ayat ( 2) , ayat ( 3) dan ayat ( 4) dan hakim perwira
sebagaim ana dim aksud dalam ayat ( 3) dan ayat ( 4) .

BAB XI I
GANTI KERUGI AN DAN REHABI LI TASI

Bagian Kesat u Gant i Kerugian

Pasal 95

( 1) Tersangka, t erdakwa at au t erpidana berhak m enunt ut gant i kerugian


karena dit angkap, dit ahan, dit unt ut dan diadili at au dikenakan
t indakan lain, t anpa alasan yang berdasarkan undang- undang at au
karena kekeliruan m engenai orangnya at au hukum yang dit erapkan.

( 2) Tunt ut an gant i kerugian oleh t ersangka at au ahli warisnya at as


penangkapan at au penahanan sert a t indakan lain t anpa alasan yang
berdasarkan undang- undang at au karena kekeliruan m engenai orang
at au hukum yang dit erapkan sebagaim ana dim aksud dalam ayat ( 1)
yang perkaranya t idak diaj ukan ke pengadilan negeri, diput us di
sidang praperadilan sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 77.

( 3) Tunt ut an gant i kerugian sebagaim ana dim aksud dalam ayat ( 1)


diaj ukan oleh t ersangka, t erdakwa, t erpidana at au ahli warisnya
kepada pengadilan yang berw enang m engadili perkara yang
bersangkut an.
( 4) Unt uk m em eriksa dan m em ut us perkara t unt ut an gant i kerugian
t ersebut pada ayat ( 1) ket ua pengadilan sej auh m ungkin m enunj uk
hakim yang sam a yang t elah m engadili perkara pidana yang
bersangkut an.
( 5) Pem eriksaan t erhadap gant i kerugian sebagaim ana t ersebut pada ayat
( 4) m engikut i acara praperadilan.

Pasal 96

( 1) Put usan pem berian gant i kerugian berbent uk penet apan.

( 2) Penet apan sebagaim ana dim aksud dalam ayat ( 1) m em uat dengan
lengkap sem ua hal yang dipert im bangkan sebagai alasan bagi put usan
t ersebut .

Bagian Kedua Rehabilit asi

Pasal 97

( 1) Seorang berhak m em peroleh rehabilit asi apabila oleh pengadilan


diput us bebas at au diput us lepas dari segala t unt ut an hukum yang
put usannya t elah m em punyai kekuat an hukum t et ap.

( 2) Rehabilit asi t ersebut diberikan dan dicant um kan sekaligus dalam


put usan pengadilan sebagaim ana dim aksud dalam ayat .( 1) .

( 3) Perm int aan rehabilit asi oleh t ersangka at as penangkapan at au


penahanan t anpa alasan yang berdasarkan undang- undang at au
kekeliruan m engenai orang at au hukum yang dit erapkan sebagaim ana
dim aksud dalam Pasal 95 ayat ( 1) yang perkaranya t idak diaj ukan ke
pengadilan negeri diput us oleh hakim praperadilan yang dim aksud
dalam Pasal 77.

BAB XI I I
PENGGABUNGAN PERKARA GUGATAN GANTI KERUGI AN

Pasal 98

( 1) Jika suat u perbuat an yang m enj adi dasar dakwaan di dalam suat u
pem eriksaan perkara pidana oleh pengadilan negeri m enim bulkan
kerugian bagi orang lain, m aka hakim ket ua sidang at as perm int aan
orang it u dapat m enet apkan unt uk m enggabungkan perkara gugat an
gant i kerugian kepada perkara pidana it u.

( 2) Perm int aan sebagaim ana dim aksud dalam ayat ( 1) hanya dapat
diaj ukan selam bat - lam bat nya sebelum penunt ut um um . m engaj ukan
t unt ut an pidana. Dalam hal penunt ut um um t idak hadir, perm int aan
diaj ukan selam bat - lam bat nya sebelum hakim m enj at uhkan put usan.

Pasal 99

( 1) Apabila pihak yang dirugikan m int a penggabungan perkara


gugat annya pada perkara pidana sebagaiam ana dim aksud dalam Pasal
98, m aka pengadilan negeri m enim bang t ent ang kewenangannya
unt uk m engadili gugat an t ersebut , t ent ang kebenaran dasar gugat an
dan t ent ang hukum an penggant ian biaya yang t elah dikeluarkan oleh
pihak yang dirugikan t ersebut .

( 2) Kecuali dalam hal pengadilan negeri m enyat akan t idak berwenang


m engadili gugat an sebagaim ana dim aksud dalam ayat ( 1) at au
gugat an dinyat akan t idak dapat dit erim a, put usan hakim hanya
m em uat t ent ang penet apan hukum an penggant ian biaya yang t elah
dikeluarkan oleh pihak yang dirugikan.

( 3) Put usan m engenai gant i kerugian dengan sendirinya m endapat


kekuat an t et ap, apabila put usan pidananya j uga m endapat kekuat an
hukum t et ap.

Pasal 100

( 1) Apabila t erj adi penggabungan ant ara perkara perdat a dan perkara
pidana, m aka penggabungan it u dengan sendirinya berlangsung dalam
pem eriksaan t ingkat banding.

( 2) Apabila t erhadap suat u perkara pidana t idak diaj ukan perm int aan
banding, m aka perm int aan banding m engenai put usan gant i rugi t idak
diperkenankan.

Pasal 101

Ket ent uan dari at uran hukum acara perdat a berlaku bagi gugat an gant i
kerugian sepanj ang dalam undang- undang ini t idak diat ur lain.

BAB XI V
PENYI DI KAN

Bagian Kesat u Penyelidikan


Pasal 102

( 1) Penyelidik yang m enget ahui, m enerim a laporan at au pengaduan


t ent ang t erj adinya suat u perist iwa yang 'pat ut diduga m erupakan
t indak pidana waj ib segera m elakukan t indakan penyelidikan yang
diperlukan.

( 2) Dalam hal t ert angkap t angan t anpa m enunggu perint ah penyidik,


penyelidik waj ib segera m elakukan t indakan yang diperlukan dalam
rangka penyelidikan sebagaim ana t ersebut pada Pasal 5 ayat ( 1) huruf
b.

( 3) Terhadap t indakan yang dilakukan t ersebut pada ayat ( 1) dan ayat ( 2)


penyelidik waj ib m em buat berit a acara dan m elaporkannya kepada
penyidik sedaerah hukum .

Pasal 103

( 1) Laporan at au pengaduan yang diaj ukan secara t ert ulis harus dit anda-
t angani oleh pelapor at au pengadu.

( 2) Laporan at au pengaduan yang diaj ukan secara lisan harus dicat at oleh
penyelidik dan dit andat angani oleh pelapor at au pengadu dan
penyelidik.

( 3) Dalam hal pelapor at au pengadu t idak dapat m enulis, hal it u harus


disebut kan sebagai cat at an dalam laporan at au pengaduan t ersebut .

Pasal 104
Dalam m elaksanakan t ugas penyelidikan, penyelidik, waj ib m enunj ukkan
t anda pengenalnya.

Pasal 105
Dalam m elaksanakan t ugas penyelidikan, penyelidik dikoordinasi, diawasi
dan diberi pet unj uk oleh penyidik t ersebut pada Pasal 6 ayat ( 1) huruf a.

Bagian Kedua Penyidikan

Pasal 106

Penyidik yang m enget ahui, m enerim a laporan at au pengaduan t ent ang


t erj adinya suat u perist iwa yang pat ut diduga m erupakan t indak pidana
waj ib segera m elakukan t indakan penyidikan yang diperlukan.
Pasal 107

( 1) Unt uk kepent ingan penyidikan, penyidik t ersebut pada Pasal 6 ayat ( 1)


huruf a m em berikan pet unj uk kepada penyidik t ersebut pada Pasal 6
ayat ( 1) huruf b dan m em berikan bant uan penyidikan yang diperlukan.

( 2) Dalam hal suat u perist iwa yang pat ut diduga m erupakan t indak pidana
sedang dalam penyidikan oleh penyidik t ersebut pada Pasal 6 ayat ( 1)
huruf b dan kem udian dit em ukan bukt i yang kuat unt uk diaj ukan
kepada penunt ut um um , penyidik t ersebut pada Pasal 6 ayat ( 1) huruf
b m elaporkan hal it u kepada penyidik t ersebut pada Pasal 6 ayat ( 1)
huruf a.

( 3) Dalam hal t indak pidana t elah selesal disidik oleh penyidik t ersebut
pada Pasal 6 ayat ( 1) huruf b, ia segera m enyerahkan hasil
penyidikannya kepada penunt ut um t im m elalui penyidik t ersebut pada
Pasal 6 ayat ( 1) huruf a.

Pasal 108

( 1) Set iap orang yang m engalam i, m elihat , m enyaksikan dan at au


m enj adi korban perist iwa yang m erupakan t indak pidana berhak unt uk
m engaj ukan laporan at au pengaduan kepada penyelidik dan at au
penyidik baik lisan m aupun t ert ulis.

( 2) Set iap orang yang m enget ahui perm ufakat an j ahat unt uk m elakukan
t indak pidana t erhadap ket ent eram an dan keam anan um um at au
t erhadap j iwa at au t erhadap hak m ilik waj ib seket ika it u j uga
m elaporkan hal t ersebut kepada penyelidik at au penyidik.

( 3) Set iap pegawai negeri dalam rangka m elaksanakan t ugasnya yang


m enget ahui t ent ang t erj adinya perist iwa yang m erupakan t indak
pidana w aj ib segera m elaporkan hal it u kepada penyelidik at au
penyidik.

( 4) Laporan at au pengaduan yang diaj ukan secara t ert ulis harus dit anda-
t angani oleh pelapor at au pengadu.

( 5) Laporan at au pengaduan yang diaj ukan secara lisan harus dicat at oleh
penyidik dan dit andat angani oleh pelapor at au pengadu dan penyidik.
( 6) Set elah m enerim a laporan at au pengaduan, penyelidik at au penyidik
harus m em berikan surat t anda penerim aan laporan at au pengaduan
kepada yang bersangkut an.

Pasal 109
( 1) Dalam hal penyidik t elah m ulai m elakukan penyidikan suat u perist iwa
yang m erupakan t indak pidana, penyidik m em berit ahukan hal it u
kepada penunt ut um um .

( 2) Dalam hal penyidik m enghent ikan penyidikan karena t idak t erdapat


cukup bukt i at au perist iwa t ersebut t ernyat a bukan m erupakan t indak
pidana at au penyidikan dihent ikan dem i hukum , m aka penyidik
m em berit ahukan hal it u kepada penunt ut um um , t ersangka at au
keluarganya.

( 3) Dalam hal penghent ian t ersebut pada ayat ( 2) dilakukan oleh penyidik
sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 6 ayat ( 1) huruf b, pem berit ahuan
m engenai hal it u segera disam paikan kepada penyidik dan penunt ut
um um .

Pasal 110

( 1) Dalam hal penyidik t elah selesai m elakukan penyidikan, penyidik waj ib


segera m enyerahkan berkas perkara it u kepada penunt ut um um .

( 2) Dalam hal penunt ut um um berpendapat bahwa hasil penyidikan


t ersebut t ernyat a m asih kurang lengkap, penunt ut um um segera
m engem balikan berkas perkara it u kepada penyidik disert ai pet unj uk
unt uk dilengkapi.

( 3) Dalam hal penunt ut um um m engem balikan hasil penyidikan unt uk


dilengkapi, penyidik waj ib segera m elakukan penyidikan t am bahan
sesuai dengan pet unj uk dari penunt ut um um .

( 4) Penyidikan dianggap t elah selesai apabila dalam wakt u em pat belas


hari penunt ut um um t idak m engem balikan hasil penyidikan at au
apabila sebelum bat as wakt u t ersebut berakhir t elah ada
pem berit ahuan t ent ang hal it u dari penunt ut um um kepada penyidik.

Pasal 111

( 1) Dalam hal t ert angkap t angan set iap orang berhak, sedangkan set iap
orang yang m em punyai w ewenang dalam t ugas ket ert iban,
ket ent eram an dan keam anan um um waj ib, m enangkap t ersangka
guna diserahkan bersert a at au t anpa barang bukt i kepada penyelidik
at au penyidik.
( 2) Set elah m enerim a penyerahan t ersangka sebagaim ana dim aksud
dalam ayat ( 1) penyelidik at au penyidik w aj ib segera m elakukan
pem eriksaan dan t indakan lain dalam rangka penyidikan.

( 3) Penyelidik dan penyidik yang t elah m enerim a laporan t ersebut segera


dat ang ke t em pat kej adian dapat m elarang set iap orang unt uk
m eninggalkan t em pat it u selam a pem eriksaan di sit u belum selesai.

( 4) Pelanggar larangan t ersebut dapat dipaksa t inggal di t em pat it u


sam pai pem eriksaan dim aksud di at as selesai.

Pasal 112

( 1) Penyidik yang m elakukan pem eriksaan, dengan m enyebut kan alasan


pem anggilan secara j elas, berw enang m em anggil t ersangka dan saksi
yang dianggap perlu unt uk diperiksa dengan surat panggilan yang sah
dengan m em perhat ikan t enggang wakt u yang waj ar ant ara
dit erim anya panggilan dan hari seorang it u diharuskan m em enuhi
panggilan t ersebut .

( 2) Orang yang dipanggil waj ib dat ang kepada penyidik dan j ika ia t idak
dat ang, penyidik m em anggil sekali lagi, dengan perint ah kepada
pet ugas unt uk m em bawa kepadanya.

Pasal 113

Jika seorang t ersangka at au saksi yang dipanggil m em beri alasan yang pat ut
dan waj ar bahwa ia t idak dapat dat ang kepada penyidik yang m elakukan
pem eriksaan, penyidik it u dat ang ke t em pat kediam annya.

Pasal 114

Dalam hal seorang disangka m elakukan suat u t indak pidana sebelum


dim ulainya pem eriksaan oleh penyidik, penyidik waj ib m em berit ahukan
kepadanya t ent ang haknya unt uk m endapat kan bant uan hukum at au bahwa
ia dalam perkaranya it u waj ib didam pingi oleh penasihat hukum
sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 56.

Pasal 115
( 1) Dalam hal penyidik sedang m elakukan pem eriksaan t erhadap
t ersangka, penasihat hukum dapat m engikut i j alannya pem eriksaan
dengan cara m elihat sert a- m endengar pem eriksaan.
( 2) Dalam hal kej ahat an t erhadap keam anan negara penasihat hukum
dapat hadir dengan cara m elihat t et api t idak dapat m endengar
pem eriksaan t erhadap t ersangka.

Pasal 116

( 1) Saksi diperiksa dengan t idak disum pah kecuali apabila ada cukup
alasan unt uk diduga bahwa ia t idak akan dapat hadir dalam
pem eriksaan di pengadilan.

( 2) Saksi diperiksa secara t ersendiri, t et api boleh dipert em ukan yang sat u
dengan yang lain dan m ereka waj ib m em berikan ket erangan yang
sebenarnya.

( 3) Dalam pem eriksaan t ersangka dit anya apakah ia m enghendaki


didengarnya saksi yang dapat m engunt ungkan baginya dan bilam ana
ada m aka hal it u dicat at dalam berit a acara.

( 4) Dalam hal sebagaim ana dim aksud dalam ayat ( 3) penyidik waj ib
m em anggil dan m em eriksa saksi t ersebut .

Pasal 117

( 1) Ket erangan t ersangka dan at au saksi kepada penyidik diberikan t anpa


t ekanan dari siapa pun dan at au dalm n bent uk apapun.

( 2) Dalam hal t ersangka m em beri ket erangan t ent ang apa yang
sebenarnya ia t elah lakukan sehubungan dengan t indak pidana yang
dipersangkakan kepadanya, penyidik m encat at dalam berit a acara
set elit i- t elit inya sesuai dengan kat a yang dipergunakan oleh t ersangka
sendiri.

Pasal 118

( 1) Ket erangan t ersangka dan at au saksi dicat at dalam berit a acara yang
dit andat angani oleh penyidik dan oleh yang m em beri ket erangan it u
set elah m ereka m enyet uj ui isinya.

( 2) Dalam hal t ersangka dan at au saksi t idak m au m em bubuhkan t anda-


t angannya, penyidik m encat at hal it u dalam berit a acara dengan
m enyebut alasannya.

Pasal 119
Dalam hal t ersangka dan at au saksi yang harus didengar ket erangannya
berdiam at au bert em pat t inggal di luar daerah hukum penyidik yang
m enj alankan penyidikan, pem eriksaan t erhadap t ersangka dan at au saksi
dapat dibebankan kepada penyidik di t em pat kediam an at au t em pat t inggal
t ersangka dan at au saksi t ersebut .

Pasal 120

( 1) Dalam hal penyidik m enganggap perlu, ia dapat m int a pendapat orang


ahli at au orang yang m em iliki keahlian khusus.

( 2) Ahli t ersebut m engangkat sum pah at au m engucapkan j anj i di m uka


penyidik bahwa ia akan m em beri ket erangan m enurut
penget ahuannya yang sebaik- baiknya kecuali bila disebabkan karena
harkat sert a m art abat , pekerj aan at au j abat annya yang m ewaj ibkan ia
m enyim pan rahasia dapat m enolak unt uk m em berikan ket erangan
yang dim int a.

Pasal 121

Penyidik at as kekuat an sum pah j abat annya segera m em buat berit a acara
yang diberi t anggal dan m em uat t indak pidana yang dipersangkakan, dengan
m enyebut wakt u, t em pat dan keadaan pada wakt u t indak pidana dilakukan,
nam a dan t em pat t inggal dari t ersangka dan at au saksi, ket erangan m ereka,
cat at an m engenai. akt a dan at au benda sert a segala sesuat u yang dianggap
perlu unt uk kepent ingan penyelesaian perkara.

Pasal 122

Dalam hal t ersangka dit ahan dalam wakt u sat u hari set elah perint ah
penahanan it u dij alankan, ia harus m ulai diperiksa oleh penyidik.

Pasal 123

( 1) Tersangka, keluarga at au penasihat hukum dapat m engaj ukan


keberat an at as penahanan at au j enis penahanan t ersangka kepada
penyidik yang m elakukan penahanan it u.

( 2) Unt uk it u penyidik dapat m engabulkan perm int aan t ersebut dengan


m em pert im bangkan t ent ang perlu at au t idaknya t ersangka it u t et ap
dit ahan at au t et ap ada dalam j enis penahanan t ert ent u.
( 3) Apabila dalam wakt u t iga hari perm int aan t ersebut belum dikabulkan
oleh penyidik, t ersangka, keluarga at au penasihat hukum dapat
m engaj ukan hal it u kepada at asan penyidik.
( 4) Unt uk it u at asan penyidik dapat m engabulkan perm int aan t ersebut
dengan m em pert im bangkan t ent ang perlu at au t idaknya t ersangka it u
t et ap dit ahan at au t et ap ada dalam j enis t ahanan t ert ent u.

( 5) Penyidik at au at asan penyidik sebagaim ana dim aksud dalam ayat


t ersebut di at as dapat m engabulkan pennint aan dengan at au t anpa
syarat .

Pasal 124

Dalam hal apakah sesuat u penahanan sah at au t idak sah m enurut hukum ,
t ersangka, keluarga at au penasihat hukum dapat m engaj ukan hal it u kepada
pengadilan negeri set em pat unt uk diadakan praperadilan guna m em peroleh
put usan apakah penahanan at as diri t ersangka t ersebut sah at au t idak sah
m enurut undang- undang ini.

Pasal 125

Dalam hal penyidik m elakukan penggeledahan rum ah t erlebih dahulu


m enunj ukkan t anda pengenalnya kepada t ersangka at au keluarganya,
selanj ut nya berlaku ket ent uan sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 33 dan
Pasal 34.

Pasal 126

( 1) Penyidik m em buat berit a acara t ent ang j alannya dan hasil


penggeledahan rum ah sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 33 ayat
( 5) .

( 2) Penyidik m em bacakan lebih dahulu berit a acara t ent ang


penggeledahan rum ah kepada yang bersangkut an, kem udian diberi
t anggal dan dit anda- t angani oleh penyidik m aupun t ersangka at au
keluarganya dan at au kepala desa at au ket ua lingkungan dengan dua
orang saksi.

( 3) Dalam hal t ersangka at au keluarganya t idak m au m em bubuhkan


t anda- t angannya, hal it u dicat at dalam berit a acara dengan m enyebut
alasannya.

Pasal 127

( 1) Unt uk keam anan dan ket ert iban penggeledahan rum ah, penyidik dapat
m engadakan penj agaan at au penut upan t em pat yang bersangkut an.
( 2) Dalam hal ini penyidik berhak m em erint ahkan set iap orang yang
dianggap perlu t idak m eninggalkan t em pat t ersebut selam a
penggeledahan berlangsung.

Pasal 128

Dalam hal penyidik m elakukan penyit aan, t erlebih dahulu ia m enunj ukkan
t anda pengenalnya kepada orang dari m ana benda it u disit a.

Pasal 129

( 1) Penyidik m em perlihat kan benda yang akan disit a kepada orang dari
m ana benda it u akan disit a at au kepada keluarganya dan dapat m int a
ket erangan t ent ang benda yang akan disit a it u dengan disaksikan oleh
kepala desa at au ket ua lingkungan dengan dua orang saksi.

( 2) Penyidik m em buat berit a acara penyit aan yang dibacakan t erlebih


dahulu kepada orang dari m ana benda it u disit a at au keluarganya
dengan diberi t anggal dan dit andat angani oleh penyidik m aupun orang
at au keluarganya dan at au kepala desa at au ket ua lingkungan dengan
dua orang saksi.

( 3) Dalam hal orang dari m ana benda it u disit a at au keluarganya t idak


m au m em bubuhkan t andat angannya hal it u dicat at dalam berit a acara
dengan m enyebut alasannya.

( 4) Turunan dari berit a acara it u disam paikan oleh penyidik kepada


at asannya, orang dari m ana benda it u disit a at au keluarganya dan
kepala desa.

Pasal 130

( 1) Benda sit aan sebelum dibungkus, dicat at berat dan.at au j um lah


m enurut j enis m asing- m asing, ciri m aupun sifat khas, t em pat , hari
dan t anggal penyit aan, ident it as orang dari m ana benda it u disit a dan
lain- lainnya yang kem udian diberi lak dan cap j abat an dan
dit andat angani oleh penyidik.

( 2) Dalam hal benda sit aan t idak m ungkin dibungkus, penyidik m em beri
cat at an sebagaim ana dim aksud dalam ayat ( 1) , yang dit ulis di at as
label yang dit em pelkan dan at au dikait kan pada benda t ersebut .

Pasal 131
( 1) Dalam hal sesuat u t indak pidana sedem ikian rupa sifat nya sehingga
ada dugaan kuat dapat diperoleh ket erangan dari berbagai surat , buku
at au kit ab, daft ar dan sebagainya, penyidik segera pergi ke t em pat
yang dipersangkakan unt uk m enggeledah, m em eriksa surat , buku
at au kit ab, daft ar dan sebagainya dan j ika perlu m enyit anya.

( 2) Penyit aan t ersebut dilaksanakan m enurut ket ent uan sebagaim ana
diat ur dalam Pasal 129 undang- undang ini.

Pasal 132

( 1) Dalam hal dit erim a pengaduan bahwa sesuat u surat at au t ulisan palsu
at au dipalsukan at au diduga palsu oleh penyidik, m aka unt uk
kepent ingan penyidikan, oleh penyidik dapat dim int akan ket erangan
m engenai hal it u dari orang ahli.

( 2) Dalam hal t im bul dugaan kuat bahwa ada surat palsu at au yang
dipalsukan, penyidik dengan surat izin ket ua pengadilan negeri
set em pat dapat dat ang at au dapat m int a kepada pej abat penyim pan
um um yang waj ib dipenuhi, supaya ia m engirim kan surat asli yang
disim pannya it u kepadanya unt uk dipergunakan sebagai bahan
perbandingan.

( 3) Dalam hal suat u surat yang dipandang perlu unt uk pem eriksaan,
m enj adi bagian sert a t idak dapat dipisahkan dari daft ar sebagaim ana
dim aksud dalam Pasal 131, penyidik dapat m int a supaya daft ar it u
seluruhnya selam a w akt u yang dit ent ukan dalam surat perm int aan
dikirim kan kepadanya unt uk diperiksa, dengan m enyerahkan t anda
penerim aan.

( 4) Dalam hal surat sebagaim ana dim aksud dalam ayat ( 2) t idak m enj adi
bagian dari suat u daft ar, penyim pan m em buat salinan sebagai
penggant inya sam pai surat yang asli dit erim a kem bali yang di bagian
bawah dari salinan it u penyim pan m encat at apa sebab salinan it u
dibuat .

( 5) Dalam hal surat at au daft ar it u t idak dikirim kan dalam wakt u yang
dit ent ukan dalam surat perm int aan, t anpa alasan yang sah, penyidik
berwenang m engam bilnya.

( 6) Sem ua pengeluaran unt uk penyelesaian hal t ersebut dalam pasal ini


dibebankan pada dan sebagai biaya perkara.

Pasal 133
( 1) Dalam hal penyidik unt uk kepent ingan peradilan m enangani seorang
korban baik luka, keracunan at aupun m at i yang diduga karena
perist iwa yang m erupakan t indak pidana, ia berwenang m engaj ukan
perm int aan ket erangan ahli kepada ahli kedokt eran kehakim an at au
dokt er dan at au ahli lainnya.

( 2) Perm int aan ket erangan ahli sebagaim ana dim aksud dalam ayat ( 1)
dilakukan secara t ert ulis, yang dalam surat it u disebut kan dengan
t egas unt uk pem eriksaan luka at au pem eriksaan m ayat dan at au
pem eriksaan bedah m ayat .

( 3) Mayat yang dikiriin kepada ahli kedokt eran kehakim an at au dokt er


pada rum ah sakit harus diperlakukan secara baik dengan penuh
penghorm at an t erhadap m ayat t ersebut dan diberi label yang m em uat
ident it as m ayat , dilak dengan diberi cap j abat an yang dilekat kan pada
ibu j ari kaki at au bagian lain badan m ayat .

Pasal 134

( 1) Dalam hal sangat diperlukan di m ana unt uk keperluan pem bukt ian
bedah m ayat t idak m ungkin lagi dihindari, penyidik waj ib
m em berit ahukan t erlebih dahulu kepada keluarga korban.

( 2) Dalam hal keluarga keberat an, penyidik w aj ib m enerangkan dengan


sej elas- j elasnya t ent ang m aksud dan t uj uan perlu dilakukannya
pem bedahan t ersebut .

( 3) Apabila dalam wakt u dua hari t idak ada t anggapan apapun dari
keluarga at au pihak yang perlu diberit ahu t idak diket em ukan, penyidik
segera m elaksanakan ket ent uan sebagaim ana dim aksud dalam Pasal
133 ayat ( 3) undang- undang ini.

Pasal 135

Dalam hal penyidik unt uk kepent ingan peradilan perlu m elakukan penggalian
m ayat , dilaksanakan m enurut ket ent uan sebagaim ana dim aksud dalam Pasal
133 ayat ( 2) dan Pasal 134 ayat ( 1) undang- undang ini.

Pasal 136

Sem ua biaya yang dikeluarkan unt uk kepent ingan pem eriksaan sebagaim ana
dim aksud dalam Bagian Kedua Bab XI V dit anggung oleh negara.

BAB XV
PENUNTUTAN

Pasal 137

Penunt ut um um berw enang m elakukan penunt ut an t erhadap siapapun yang


didakwa m elakukan suat u t indak pidana dalam daerah hukum nya dengan'
m elim pahkan perkara ke pengadilan yang berwenang m engadili.

Pasal 138

( 1) Penunt ut um um set elah m enerim a hasil penyidikan dari penyidik


segera m em pelaj ari dan m enelit inya dan dalam wakt u t uj uh hari waj ib
m em berit ahukan kepada penyidik apakah hasil penyidikan it u sudah
lengkap at au belum .

( 2) Dalam hal hasil penyidikan t ernyat a belum lengkap, penunt ut um um


m engem balikan berkas perkara kepada penyidik disert ai pet unj uk
t ent ang hal yang harus dilakukan unt uk dilengkapi dan dalam wakt u
em pat belas hari sej ak t anggal penerim aan berkas, penyidik harus
sudah m enyam paikan kem bali berkas perkara it u kepada penunt ut
um um .

Pasal 139

Set elah penunt ut um um m enerim a at au m enerim a kem bali hasil penyidikan


yang lengkap dari penyidik, ia segera, m enent ukan apakah berkas perkara
it u sudah m em enuhi persyarat an unt uk dapat at au t idak dilim pahkan ke
pengadilan.

Pasal 140

( 1) Dalam hal penunt ut um um berpendapat bahwa dari hasil penyidikan


dapat dilakukan penunt ut an, ia dalam wakt u secepat nya m em buat
surat dakw aan.

( 2) a. Dalam hal penunt ut um um m em ut uskan unt uk m enghent ikan


penunt ut an karena t idak t erdapat cukup bukt i at au perist iwa
t ersebut t ernyat a bukan m erupakan t indak pidana at au perkara
dit ut up dem i hukum , penunt ut um um m enuangkan hal t ersebut
dalam surat ket et apan.
b. I si surat ket et apan t ersebut diberit ahukan kepada t ersangka
dan bila ia dit ahan, w aj ib segera dibebaskan.
c. Turunan surat ket et apan it u waj ib disam paikan kepada
t ersangka at au keluarga at au penasihat hukum , pej abat rum ah
t ahanan negara, penyidik dan hakim .
d. Apabila kem udian t ernyat a ada alasan baru, penunt ut um um
dapat m elakukan penunt ut an t erhadap t ersangka.

Pasal 141

Penunt ut um um dapat m elakukan penggabungan perkara dan m em buat nya


dalam sat u surat dakwaan, apabila pada wakt u yang sam a at au ham pir
bersam aan ia m enerim a beberapa berkas perkara dalam hal:
a. beberapa t indak pidana yang dilakukan oleh seorang yang sam a dan
kepent ingan pem eriksaan t idak m enj adikan halangan t erhadap
penggabungannya;
b. beberapa t indak pidana yang bersangkut - paut sat u dengan yang lain;
c. beberapa t indak pidana yang t idak bersangkut - paut sat u dengan yang
lain, akan t et api yang sat u dengan yang lain it u ada hubungannya,
yang dalam hal ini penggabungan t ersebut perlu bagi kepent ingan
pem eriksaan.

Pasal 142

Dalam hal penunt ut um um m enerim a sat u berkas perkara yang m em uat


beberapa t indak pidana yang dilakukan oleh beberapa orang t ersangka yang
t idak t erm asuk dalm ket ent uan Pasal 141, penunt ut um um dapat m elakukan
penunt ut an t erhadap m asing- m asing t erdakwa secara t erpisah.

Pasal 143

( 1) Penunt ut um um m elim pahkan perkara ke pengadilan negeri dengan


perm int aan agar. segera m engadili perkara t ersebut disert ai dengan
surat dakw aan.

( 2) Penunt ut um um m em buat surat dakwaan yang diberi t anggal dan


dit andat angani sert a berisi :
a. nam a lengkap, t em pat lahir, um ur at au t anggal lahir, j enis
kelam in,kebangsaan, t em pat t inggal, agam a dan pekerj aan
t ersangka;
b. uraian secara cerm at , j elas dan lengkap m engenai t indak pidana
yang didakwakan dengan m enyebut kan w akt u dan t em pat
t indak pidana it u dilakukan.

( 3) Surat dakwaan yang t idak m em enuhi ket ent uan sebagaim ana
dim aksud dalam ayat ( 2) huruf b bat al dem i hukum .
( 4) Turunan surat pelim pahan perkara besert a surat dakwaan
disam paikan kepada t ersangka at au kuasanya at au penasihat
hukum nya dan penyidik, pada saat yang bersam aan dengan
penyam paian surat pelim pahan perkara t ersebut ke pengadilan negeri.
Pasal 144

( 1) Penunt ut um um dapat m engubah surat dakwaan sebelum pengadilan


m enet apkan hari sidang, baik dengan t uj uan unt uk m enyem purnakan
m aupun unt uk t idak m elanj ut kan penunt ut annya.

( 2) Pengubahan surat dakwaan t ersebut dapat dilakukan hanya sat u kali


selam bat - lam bat nya t uj uh hari sebelum sidang dim ulai.

( 3) Dalam hal penunt ut um um m engubah surat dakwaan ia m enyam pai


kan t urunannya kepada t ersangka at au penasihat hukum dan
penyidik.

BAB XVI
PEMERI KSAAN DI SI DANG PENGADI LAN

Bagian Kesat u Panggilan dan Dakwaan

Pasal 145

( 1) Pem berit ahuan unt uk dat ang ke sidang pengadilan dilakukan secara
sah, apabila disam paikan dengan surat panggilan kepada t erdakwa di
alam at t em pat t inggalnya at au apabila t em pat t inggalnya t idak
diket ahui, disam paikan di t em pat kediam an t erakhir.

( 2) Apabila t erdakwa t idak ada di t em pat t inggalnya at au di t em pat


kediam an t erakhir, surat panggilan disam paikan m elalui kepala desa
yang berdaerah hukum t em pat t inggal t erdakwa at au t em pat
kediam an t erakhir.

( 3) Dalam hal t erdakwa ada dalam t ahanan surat panggilan disam paikan
kepadanya m elalui pej abat rum ah t ahanan negara.

( 4) Penerim aan surat panggilan oleh t erdakw a sendiri at aupun oleh orang
lain at au m elalui orang lain, dilakukan dengan t anda penerim aan.

( 5) Apabila t em pat t inggal m aupun t em pat kediam an t erakhir t idak


dikenal, surat panggilan dit em pelkan pada t em pat pengum um an di
gedung pengadilan yang berw enang m engadili perkaranya.

Pasal 146
( 1) Penunt ut um um m enyam paikan surat panggilan kepada t erdakwa
yang m em uat t anggal, hari, sert a j am sidang dan unt uk perkara apa ia
dipanggil yang harus sudah dit erim a oleh yang bersangkut an
selam bat - lam bat nya t iga hari sebelum sidang dim ulai.

( 2) Penunt ut um um m enyam paikan surat panggilan kepada saksi yang


m em uat t anggal, hari sert a j am sidang dan unt uk perkara apa ia
dipanggil yang harus sudah dit erim a oleh yang bersangkut an
selam bat - lam bat nya t iga hari sebelum sidang dim ulai.

Bagian Kedua
Mem ut us Sengket a m engenai Wewenang Mengadili

Pasal 147

Set elah pengadilan negeri m enerim a surat pelim pahan perkara dari penunt ut
um um , ket ua m em pelaj ari apakah perkara it u t erm asuk wewenang
pengadilan yang dipim pinnya.

Pasal 148

( 1) Dalam hal ket ua pengadilan negeri berpendapat , bahwa perkara


pidana it u t idak t erm asuk wewenang pengadilan yang dipim pinnya,
t et api t erm asuk wewenang pengadilan negeri lain, ia m enyerahkan
surat pelim pahan perkara t ersebut kepada pengadilan negeri lain yang
dianggap berwenang m engadilinya dengan surat penet apan yang
m em uat alasannya.

( 2) Surat pelim pahan perkara t ersebut diserahkan kem bali kepada


penunt ut um um selanj ut nya kej aksaan negeri yang bersangkut an
m enyam paikannya kepada kej aksaan negeri di t em pat pengadilan
negeri yang t ercant um dalam surat penet apan.

( 3) Turunan surat penet apan sebagaim ana dim aksud dalam ayat ( 1)
disam paikan kepada t erdakwa at au penasihat hukum dan penyidik.

Pasal 149

( 1) Dalam hal penunt ut um um berkeberat an t erhadap surat penet apan


pengadilan negeri sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 148, m aka :

a. I a m engaj ukan perlawanan kepada Pengadilan t inggi yang


bersangkut an dalam wakt u t uj uh hari set elah penet apan
t ersebut dit erim a;
b. t idak dipenuhinya t enggang wakt u t ersebut di at as
m engakibat kan bat alnya perlaw anan;
c. perlawanan t ersebut disam paikan kepada ket ua pengadilan
negeri sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 148 dan hal it u
dicat at dalam buku daft ar panit era;
d. dalam wakt u t uj uh hari pengadilan negeri waj ib m eneruskan
perlawanan t ersebut kepada pengadilan t inggi yang
bersangkut an.

( 2) Pengadilan t inggi dalam wakt u paling lam a em pat belas hari set elah
m enerim a perlawanan t ersebut dapat m enguat kan at au m enolak
perlawanan it u dengan surat penet apan.

( 3) Dalam hal pengadilan t inggi m enguat kan perlawanan penunt ut um um ,


m aka dengan surat penet apan diperint ahkan kepada pengadilan negeri
yang bersangkut an unt uk m enyidangkan perkara t ersebut .

( 4) Jika pengadilan t inggi m enguat kan pendapat pengadilan negeri,


pengadilan t inggi m engirim kan berkas perkara pidana t ersebut kepada
pengadilan negeri yang bersangkut an.

( 5) Tem busan surat penet apan pengadilan t inggi sebagaim ana dim aksud
dalam ayat ( 3) dan ayat ( 4) disam paikan kepada penunt ut um um .

Pasal 150

Sengket a t ent ang wewenang m engadili t erj adi:


a. j ika dua pengadilan at au lebih m enyat akan dirinya berwenang
m engadili at as perkara yang sam a;
b. j ika dua pengadilan at au lebih m enyat akan dirinya t idak berwenang
m engadili perkara yang sam a.

Pasal 151

( 1) Pengadilan t inggi m em ut us sengket a wew enang m engadili ant ara dua


pengadilan negeri at au lebih yang berkedudukan dalam daerah
hukum nya.

( 2) Mahkarnah Agung m em ut us pada t ingkat pert am a dan t erakhir- sem ua


sengket a t ent ang wewenang m engadili :
a. ant ara pengadilan dari sat u lingkungan peradilan dengan
pengadilan dari lingkungan peradilan yang lain;
b. ant ara dua pengadilan negeri yang berkedudukan dalam daerah
hukum pengadilan t inggi yang berlainan;
c. ant ara dua pengadilan t inggi at au lebih.
Bagian Ket iga Acara Pem eriksaan Biasa

Pasal 152

( 1) Dalam hal pengadilan negeri m enerim a surat pelim pahan perkara dan
berpendapat bahwa perkara it a t erm asuk wewenangnya, ket ua
pengadilan m enunj uk hakim yang akan m enyidangkan perkara
t ersebut dan hakim yang dit unj uk it u m enet apkan hari sidang.

( 2) Hakim dalam m enet apkan hari sidang sebagaim ana dim aksud dalam
ayat ( 1) m em erint ahkan kepada penunt ut um um supaya m em anggil
t erdakwa dan saksi unt uk dat ang di sidang pengadilan.

Pasal 153

( 1) Pada hari yang dit ent ukan m enurut Pasal 152 pengadilan bersidang.

( 2) a. Hakim ket ua sidang m em im pin pem eriksaan di sidang


pengadilan yang dilakukan secara lisan dalam bahasa I ndonesia
yang dim engert i oleh t erdakwa dan saksi.
b. I a waj ib m enj aga supaya t idak dilakukan hal at au diaj ukan
pert anyaan yang m engakibat kan t erdakw a at au saksi
m em berikan j awaban secara t idak bebas.

( 3) Unt uk keperluan pem eriksaan hakim ket ua sidang m em buka sidang


dan m enyat akan t erbuka unt uk um um kecuali dalam perkara
m engenai kesusilaan at au t erdakwanya anak- anak.

( 4) Tidak dipenuhinya ket ent uan dalam ayat ( 2) dan ayat ( 3)


m engakibat kan bat alnya put usan dem i hukum .

( 5) Hakim ket ua sidang dapat m enent ukan bahwa anak yang belum
m encapai um ur t uj uh belas t ahun t idak diperkenankan m enghadiri
sidang.

Pasal 154

( 1) Hakim ket ua sidang m em erint ahkan supaya t erdakwa dipanggil m asuk


dan j ika ia dalam t ahanan, ia dihadapkan dalam keadaan bebas.
( 2) Jika dalam pem eriksaan perkara t erdakwa yang t idak dit ahan t idak
hadir pada hari sidang yang t elah dit et apkan, hakim ket ua sidang
m enelit i apakah t erdakwa sudah dipanggil secara sah.
( 3) Jika t erdakwa dipanggil secara t idak sah, hakim ket ua sidang
m enunda persidangan dan m em erint ahkan supaya t erdakwa dipanggil
lagi unt uk hadir pada hari sidang berikut nya.

( 4) Jika t erdakwa t ernyat a t elah dipanggil secara sah t et api t idak dat ang
di sidang t anpa alasan yang sah, pem eriksaan perkara t ersebut t idak
dapat dilangsungkan dan hakim ket ua sidang m em erint ahkan agar
t erdakwa dipanggil sekali lagi.

( 5) Jika dalam suat u perkara ada lebih dari seorang t erdakwa dan t idak
sem ua t erdakwa hadir pada hari sidang, pem eriksaan t erhadap
t erdakwa yang hadir dapat dilangsunkan.

( 6) Hakim ket ua sidang m em erint ahkan agar t erdakwa yang t idak hadir
t anpa alasan yang sah set elah dipanggil secara sah unt uk kedua
kalinya, dihadirkan dengan paksa pada sidang pert am a berikut nya.

( 7) Panit era m encat at laporan dari penunt ut um um t ent ang pelaksanaan


sebagaim ana dim aksud dalam ayat ( 3) dan ayat ( 6) dan
m enyam paikannya kepada hakim ket ua sidang.

Pasal 155

( 1) Pada perm ulaan sidang, hakim ket ua sidang m enanyakan kepada


t erdakwa t ent ang nam a lengkap, t em pat lahir, um ur at au t anggal
lahir, j enis kelam in, kebangsaan, t em pat t inggal, agam a dan
pekerj aannya sert a m engingat kan t erdakwa supaya m em perhat ikan
segala sesuat u yang didengar dan dilihat nya di sidang.

( 2) a. Sesudah it u hakim ket ua sidang m int a kepada penunt ut um um


unt uk m em bacakan surat dakw aan;
b. Selanj ut nya hakim ket ua sidang m enanyakan kepada t erdakwa
apakah ia sudah benar- benar m engert i, apabila t erdakwa
t ernyat a t idak m engert i, penunt ut um um at as perm int aan
hakim ket ua sidang waj ib m em beri penj elasan yang diperlukan.

Pasal 156

( 1) Dalam hal t erdakwa at au penasihat hukum m engaj ukan keberat an


bahwa pengadilan t idak berwenang m engadili perkaranya at au
dakwaan t idak dapat dit erim a at au surat dakwaan harus dibat alkan,
m aka set elah diberi kesem pat an kepada penunt ut um um unt uk
m enyat akan pendapat nya, hakim m em pert im bangkan keberat an
t ersebut unt uk selanj ut nya m engam bil keput usan.
( 2) Jika hakim m enyat akan keberat an t ersebut dit erim a, m aka perkara it u
t idak diperiksa lebih lanj ut , sebaiknya dalam hal t idak dit erim a at au
hakim berpendapat hal t ersebut baru dapat diput us set elah selesai
pem eriksaan, m aka sidang dilakukan.

( 3) Dalam hal penunt ut um um berkeberat an t erhadap keput usan t ersebut ,


m aka ia dapat m engaj ukan perlawanan kepada pengadilan t inggi
m elalui pengadilan negeri yang bersangkut an.

( 4) Dalam hal perlawanan yang diaj ukan oleh t erdakwa at au penasihat


hukum nya dit erim a olah pengadilan t inggi, m aka dalam wakt u em pat
belas hari, pengadilan t inggi dengan surat penet apannya m em bat alkan
put usan pengadilan negeri dan m em erint ahkan pengadilan negeri yang
berwenang unt uk m em eriksa perkara it u.

( 5) a. Dalam hal perlawanan diaj ukan bersam a- sam a dengan


perm int aan banding oleh t erdakwa at au pennasihat hukum nya
kepada pengadilan t inggi, m aka dalam w akt u em pat belas hari
sej ak ia m enerim a perkara dan m em benarkan perlawanan
t erdakwa, pengadilan t inggi dengan keput usan m em bat alkan
keput usan pengadilan negeri yang bersangkut an dan m enunj uk
pengadilan negeri yang berw enang.
b. Pengadilan t inggi m enyam paikan salinan keput usan t ersebut
kepada pengadilan negeri yang berwenang dan kepada
pengadilan negeri yang sem ula m engadili perkara yang
bersangkut an dengan disert ai berkas perkara unt uk dit eruskan
kepada kaj aksaan negeri yang t elah m elim pahkan perkara it u.

( 6) Apabila pengadilan yang berw enang sebagaim ana dim aksud dalam
ayat ( 5) berkedudukan di daerah hukum pengadilan t inggi lain m aka
kej aksaan negeri m engirim kan perkara t ersebut kepada kej aksaan
negeri dalam daerah hukum pengadilan negeri yang berwenang di
t em pat it u.

( 7) Hakim ket ua sidang karena j abat annya w alaupun t idak ada


perlawanan, set elah m endengar pendapat penunt ut um um dan
t erdakwa dengan surat penet apan yang m em uat alasannya dapat
m enyat akan pengadilan t idak berwenang.

Pasal 157

( 1) Seorang hakim waj ib m engundurkan diri dari m engadili perkara


t ert ent u apabila ia t erikat hubungan keluarga sedarah at au sem enda
sam pai deraj at ket iga, hubungan suam i at au ist eri m eskipun sudah
bercerai dengan hakim ket ua sidang, salah seorang hakim anggot a,
penunt ut um um at au panit era.
( 2) Hakim ket ua sidang, hakim anggot a, penunt ut um um at au panit era
waj ib m angundurkan diri dari m enangani perkara apabila t erikat
hubungan keluarga sedarah at au sem enda sam pai deraj at ket iga at au
hubungan suam i at au ist eri m eskipun sudah bercerai dengan t erdakwa
at au dengan penasihat hukum .

( 3) Jika dipanuhi kat ent uan ayat ( 1) dan ayat ( 2) m ereka yang
m engundurkin diri harus digant i dan apabila t idak dipanuhi at au t idak
digant i sedangkan perkara t elah diput us, m aka perkara waj ib segera
diadili ulang dengan susunan yang lain.

Pasal 158

Hakim dilarang m enunj ukkan sikap at au m engeluarkan penyat aan di sidang


t ent ang keyakinan m engenai salah at au t idaknya t erdakwa.

Pasal 159

( 1) Hakim ket ua sidang selanj ut nya m enelit i apakah sam ua saksi yang
dipanggil t elah hadir dan m em beri perint ah unt uk m encegah j angan
sam pai saksi berhubungan sat u dengan yang lain sebelum m em beri
ket erangan di sidang.

( 2) Dalam hal saksi t idak hadir, m eskipun t elah dipanggil dengan sah dan
hakim ket ua sidang m em punyai cukup alasan unt uk m anyangka
bahwa saksi it u t idak.akan m au hadir, m aka hakim ket ua sidang dapat
m em erint ahkan supaya saksi t ersebut dihadapkan ke persidangan.

Pasal 160

( 1) a. Saksi dipanggil ke dalam ruang sidang seorang dem i seorang


m enurut urut an yang dipandang sebaik- baiknya oleh hakim
ket ua sidang set elah m endengar pendapat penunt ut um um ,
t erdakwa at au penasihat hukum ;
b. Yang pert am a- t am a didengar ket erangannya adalah korban
yang m enj adi saksi;
c. Dalam hal ada saksi baik yang m engunt ungkan m aupun yang
m em berat kan t erdakwa yang t ercant um dalam surat
pelim pahan perkara dan at au yang dim int a oleh t erdakwa at au
penasihat hukum at au penunt ut um um selam a berlangsungnya
sidang at au sebelum dij at uhkannya put usan, hakim ket ua
sidang waj ib m endengar ket erangan saksi t ersebut .
( 2) Hakim ket ua sidang m enanyakan kepada saksi ket erangan t ent ang
nam a lengkap, t em pat lahir, um ur at au t anggal lahir, j enis kelam in,
kebangsaan, t em pat t inggal, agam a dan pekerj aan, selanj ut nya
apakah ia kenal t erdakwa sebelum t erdakwa m elakukan perbuat an
yang m enj adi dasar dakwaan sert a apakah ia berkeluarga sedarah
at au sem enda dan sam pai deraj at keberapa dengan t erdakwa, at au
apakah ia suam i at au ist eri t erdakwa m eskipun sudah bercerai at au
t erikat hubungan kerj a dengannya.

( 3) Sebelum m em beri ket erangan, saksi waj ib m engucapkan sum pah at au


j anj i m enurut cara agam anya m asing- m asing, bahwa ia akan
m em berikan ket erangan yang sebenarnya dan t idak lain daripada
yang sebenarnya.

( 4) Jika pengadilan m enganggap perlu, seorang saksi at au ahli waj ib


bersum pah at au berj anj i sesudah saksi at au ahli it u selesai m em beri
ket erangan.

Pasal 161

( 1) Dalam hal saksi at au ahli t anpa alasan yang sah m enolak unt uk
bersum pah at au berj anj i sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 160 ayat
( 3) dan ayat ( 4) , m aka pem eriksaan t erhadapnya t et ap dilakukan,
sedang ia dengan surat penet apan hakim ket ua sidang dapat
dikenakan sandera di t em pat rum ah t ahanan negara paling lam a
em pat belas hari.

( 2) Dalam hal t enggang wakt u penyanderaan t ersebut t elah lam pau dan
saksi at au ahli t et ap t idak m au disum pah at au m engucapkan j anj i,
m aka ket erangan yang t elah diberikan m erupakan ket erangan yang
dapat m enguat kan keyakinan hakim .

Pasal 162

( 1) Jika saksi sesudah m em beri ket erangan dalam penyidikan m eninggal


dunia at au karena halangan yang sah t idak dapat hadir di sidang at au
t idak dipanggil karena j auh t em pat kediam an at au t em pat t inggalnya
at au karena sebab lain yang berhubungan dengan kepent ingan
negara, m aka ket erangan yang t elah diberikannya it u dibacakan.

( 2) Jika ket erangan it u sebelum nya t elah diberikan di bawah sum pah,
m aka ket erangan it u disam akan nilainya dengan ket erangan saksi di
bawah sum pah yang diucapkan di sidang.

Pasal 163
Jika ket erangan saksi di sidang berbeda dengan ket erangannya yang
t erdapat dalam berit a acara, hakim ket ua sidang m engingat kan saksi t ent ang
hal it u sert a m int a ket erangan m engenai perbedaan yang ada dan dicat at
dalam berit a acara pem eriksaan sidang.

Pasal 164

( 1) Set iap kali seorang saksi selesai m em berikan ket erangan, hakim ket ua
sidang m enanyakan kepada t erdakwa bagaim ana pendapat nya
t ent ang ket erangan t ersebut .

( 2) Penunt ut um um at au penasihat hukum dengan perant araan hakim


ket ua sidang diberi kesem pat an unt uk m engaj ukan pert anyaan kepada
saksi dan t erdakwa.

( 3) Hakim ket ua sidang dapat m enolak pert anyaan yang diaj ukan oleh
penunt ut um um at au penasihat hukum kepada saksi at au t erdakwa
dengan m em berikan alasannya.

Pasal 165

( 1) Hakim ket ua sidang dan hakim anggot a dapat m int a kepada saksi
segala ket erangan yang dipandang perlu unt uk m endapat kan
kebenaran.

( 2) Penunt ut um um , t erdakwa at au penasihat hukum dengan perant araan


hakim ket ua sidang diberi kesem pat an unt uk m engaj ukan pert anyaan
kepada saksi.

( 3) Hakim ket ua sidang dapat m enolak pert anyaan yang diaj ukan oleh
penunt ut um um , t erdakwa at au penasihat hukum kepada saksi dengan
m em berikan alasannya.

( 4) Hakim dan penunt ut um um at au t erdakw a at au penasihat hukum


dengan perant araan hakim ket ua sidang, dapat saling m enghadapkan
saksi unt uk m enguj i kebenaran ket erangan m ereka m asing- m asing.

Pasal 166

Pert anyaan yang bersifat m enj erat t idak boleh diaj ukan baik kepada
t erdakwa m aupun kepada saksi.

Pasal 167
( 1) Set elah saksi m em beri ket erangan, ia t et ap hadir di sidang kecuali
hakim ket ua sidang m em beri izin unt uk m eninggalkannya.

( 2) I zin it u t idak diberikan j ika penunt ut um um at au t erdakwa at au


penasihat hukum m engaj ukan perm int aan supaya saksi it u t et ap
m enghadiri sidang.

( 3) Para saksi selam a sidang dilarang saling bercakap- cakap.

Pasal 168

Kecuali dit ent ukan lain dalam undang- undang ini, m aka t idak dapat didengar
kat erangannya dan dapat m engundurkan diri sebagai saksi:
a. keluarga sedarah at au sem anda dalam garis lurus ke at as at au ke
bawah sam pai deraj at ket iga dari t erdakwa at au yang bersam a- sam a
sebagai t erdakwa;
b. saudara dari t erdakw a at au yang bersam a- sam a sebagai t erdakwa,
saudara ibu at au saudara bapak, j uga m ereka yang m em punyai
hubungan karena parkawinan dan anak- anak saudara t erdakw a
sam pai deraj at ket iga;
c. suam i at au ist eri t erdakwa m aupun sudah bercerai at au yang
bersam a- sam a sebagai t erdakw a.

Pasal 169

( 1) Dalam hal m ereka sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 168
m enghendakinya dan penunt ut um um sert a t erdakw a secara t egas
m enyet uj uinya dapat m em beri ket erangan di bawah sum pah.

( 2) Tanpa perset uj uan sebagaim ana dim aksud dalam ayat ( 1) , m ereka
diperbolehkan m em berikan ket erangan t anpa sum pah.

Pasal 170

( 1) Mereka yang karena pekerj aan, harkat m art abat at au j abat annya
diwaj ibkan m enyim pan rahasia, dapat m int a dibebaskan dari
kewaj iban unt uk m em beri ket erangan sebagai saksi, yait u t ent ang hal
yang dipercayakan kepada m ereka.

( 2) Hakim m enent ukan sah at au t idaknya segala alasan unt uk perm int aan
t ersebut .

Pasal 171
Yang boleh diperiksa unt uk m em beri.ket erangan t anpa sum pah ialah:
a. anak yang um urnya belum cukup lim a belas t ahun dan belum pernah
kawin;
b. orang sakit ingat an at au sakit j iwa m eskipun kadang- kadang
ingat annya baik kem bali.

Pasal 172

( 1) Sat elah saksi m em beri ket erangan m aka t erdakwa at au penasihat


hukum at au penunt ut um um dapat m engaj ukan perm int aan kepada
hakim ket ua sidang, agar di ant ara saksi t ersebut yang t idak m ereka
kehendaki kahadirannya, dikeluarkan dari ruang sidang, supaya saksi
lainnya di panggil m asuk oleh hakim ket ua sidang unt uk didengar
kat erangannya, baik seorang dem i seorang m aupun bersam a- sam a
t anpa hadirnya saksi yang dikeluarkan t ersebut .

( 2) Apabila dipandang perlu hakim karena j abat annya dapat m int a supaya
saksi yang t elah didengar ket erangannya ke luar dari ruang sidang
unt uk selanj ut nya m andengar ket erangan saksi yang lain.

Pasal 173

Hakim ket ua sidang dapat m endengar ket erangan saksi m engenai hal
t ert ent u t anpa hadirnya t erdakwa, unt uk it u ia m int a t erdakw a ke luar dari
ruang sidang akan t et api sesudah it u pem eriksaan perkara t idak boleh
dit eruskan sebelum kepada t erdakwa diberit ahukan sem ua hal pada wakt u ia
t idak hadir.

Pasal 174

( 1) Apabila ket erangan saksi di sidang disangka palsu, hakim ket ua sidang
m em peringat kan dengan sungguh- sungguh kepadanya supaya
m em berikan ket erangan yang sebenarnya dan m engem ukakan
ancam an pidana yang dapat dikenakan kepadanya apabila ia t et ap
m em berikan ket erangan palsu.

( 2) Apabila saksi t et ap pada ket erangannya it u, hakim ket ua sidang


karena j abat annya at au at as perm int aan penunt ut um um 'at au
t erdakwa dapat m em beri perint ah supaya saksi it u dit ahan unt uk
selanj ut nya dit unt ut perkara dengan dakw aan sum pah palsu.

( 3) Dalam hal yang dem ikian oleh panit era segera dibuat berit a acara
pem em eriksaan sidang yang m em uat ket erangan saksi dengan
m enyebut kan alasan persangkaan, bahwa ket erangan saksi it u adalah
palsu dan berit a acara t ersebut dit andat angani oleh hakim ket ua
sidang sert a panit era dan segera diserahkan kapada penunt ut um um
unt uk diselesaikan m enurut ket ent uan undang- undang ini.

( 4) Jika perlu hakim ket ua sidang m enangguhkan sidang dalam perkara


sem ula sam pai pem eriksaan perkara pidana t erhadap saksi it u selesai.

Pasal 175

Jika t erdakwa t idak m au m enj aw ab at au m enolak unt uk m enj aw ab


pert anyaan yang diaj ukan kepadanya, hakim ket ua sidang m enganj urkan
unt uk m enj awab dan set elah it u pem eriksaan dilanj ut kan.

Pasal 176

( 1) Jika t erdakwa bert ingkah laku yang t idak pat ut sehingga m engganggu
ket ert iban sidang, hakim ket ua sidang m enegurnya dan j ika t eguran
it u t idak diindahkan ia m em erint ahkan supaya t erdakwa dikeluarkan
dari ruang sidang , kem udian pem eriksaan perkara pada wakt u it u
dilanj ut kan t anpa hadirnya t erdakwa.

( 2) Dalam hal t erdakwa secara t erus m enerus bert ingkah laku yang t idak
pat ut sehingga m engganggu ket ert iban sidang, hakim ket ua sidang
m engusahakan upaya sedem ikian rupa sehingga put usan t et ap dapat
dij at uhkan dengan hadirnya t erdakwa.

Pasal 177

( 1) Jika t erdakwa at au saksi t idak paham bahasa I ndonesia, hakim ket ua


sidang m enunj uk seorang j uru bahasa yang bersum pah at au berj anj i
akan m ent erj em ahkan dengan benar sem ua yang harus
dit erj em ahkan.

( 2) Dalam hal seorang t idak boleh m enj adi saksi dalam suat u perkara ia
t idak boleh pula m enj adi j uru bahasa dalam perkara it u.

Pasal 178

( 1) Jika t erdakwa at au saksi bisu dan at au t uli sert a t idak dapat m enulis,
hakim ket ua sidang .m engangkat sebagai pent erj em ah orang yang
pandai bergaul dengan t erdakw a at au saksi it u.
( 2) Jika t erdakwa at au saksi bisu dan at au t uli t et api dapat m enulis, hakim
ket ua sidang m enyam paikan sem ua pert anyaan at au t eguran
kepadanya secara t ert ulis dan kepada t erdakwa at au saksi t ersebut
diperint ahkan unt uk m enulis j awabannya dan selanj ut nya sem ua
pert anyaan sert a j awaban harus dibacakan.

Pasal 179

( 1) Set iap orang yang dim int a pendapat nya sebagai ahli kedokt eran
kehakim an at au dokt er at au ahli lainnya w aj ib m em berikan
ket erangan ahli dem i keadilan.

( 2) Sem ua ket ent uan t ersebut di at as unt uk saksi berlaku j uga bagi
m ereka yang m em berikan ket erangan ahli, dengan ket ent uan bahwa
m ereka m engucapkan sum pah at au j anj i akan m em berikan
ket erangan yang sebaik- baiknya dan yang sebenarnya m enurut
penget ahuan dalam bidang keahliannya.

Pasal 180

( 1) Dalam hal diperlukan unt uk m enj ernihkan duduknya persoalan yang


t im bul di sidang pengadilan, hakim ket ua sidang dapat m int a
ket erangan ahli dan dapat pula m int a agar diaj ukan bahan baru oleh
yang berkepent ingan.

( 2) Dalam hal t im bul keberat an yang beralasan dari t erdakw a at au


penasihat hukum t erhadap hasil ket erangan ahli sebagaim ana
dim aksud dalam ayat ( 1) hakim m em erint ahkan agar hal it u dilakukan
penelit ian ulang.

( 3) Hakim karena j abat annya dapat m em erint ahkan unt uk dilakukan


penelit ian ulang sebagaim ana t ersebut pada ayat ( 2) .

( 4) Penelit ian ulang sebagaim ana t ersebut pada ayat ( 2) dan ayat ( 3)
dilakukan oleh inst ansi sem ula dengan kom posisi personil yang
berbeda dan inst ansi lain yang m em punyai wewenang unt uk it u.

Pasal 181

( 1) Hakim ket ua sidang m em perlihat kan kepada t erdakwa segala barang


bukt i dan m enanyakan kepadanya apakah ia m engenal benda it u
dengan m em perhat ikan ket ent uan sebagaim ana dim aksud dalam Pasal
45 undang- undang ini.

( 2) Jika perlu benda it u diperlihat kan j uga oleh hakim ket ua sidang
kepada saksi.
( 3) Apabila dianggap perlu unt uk pem bukt ian, hakim ket ua sidang
m em bacakan at au m em perlihat kan surat at au berit a acara kepada
t erdakwa at au saksi dan selanj ut nya m int a ket erangan seperlunya
t ent ang hal it u.

Pasal 182

( 1) a. Set elah pem eriksaan dinyat akan selesai, penunt ut um um


m engaj ukan t unt ut an pidana;
b. Selanj ut nya t erdakw a dan at au penasihat hukum m engaj ukan
pem belaannya yang dapat dij awab oleh penunt ut um um ,
dengan ket ent uan bahwa t erdakwa at au penasihat hukum selalu
m endapat giliran t erakhir;
c. Tunt ut an, pem belaan dan j aw aban at as pem belaan dilakukan
secara t ert ulis dan set elah dibacakan segera diserahkan kepada
hakim ket ua sidang dan t urunannya kepada pihak yang
berkepent ingan.

( 2) Jika acara t ersebut pada ayat ( 1) t elah selesai, hakim ket ua sidang
m enyat akan bahwa pem eriksaan dinyat akan dit ut up, dengan
ket ent uan dapat m em bukanya sekali lagi, baik at as kewenangan
hakim - ket ua sidang karena j abat annya, m aupun at as perm int aan
penunt ut um um at au t erdakwa at au penasihat hukum dengan
m em berikan alasannya..

( 3) Sesudah it u hakim m engadakan m usyawarah t erakhir unt uk


m engam bil keput usan dan apabila perlu m usyawarah it u diadakan
set elah t erdakwa, saksi, penasihat hukum , penunt ut um um dan
hadirin m eninggalkan ruangan sidang.

( 4) Musyawarah t ersebut pada ayat ( 3) harus didasarkan at as surat


dakwaan dan segala sesuat u yang t erbukt i dalam pem eriksaan di
sidang.

( 5) Dalam m usyawarah t ersebut , hakim ket ua m aj elis m engaj ukan


pert anyaan dim ulai dari hakim yang t erm uda sam pai hakim yang
t ert ua, sedangkan yang t erakhir m engem ukakan pendapat nya adalah
hakim ket ua m aj elis dan sem ua pendapat harus disert ai pert im bangan
besert a alasannya.

( 6) Pada asasnya put usan dalam m usyawarah m aj elis m erupakan hasil


perm ufakat an bulat kecuali j ika hal it u set elah diusahakan dengan
sungguh- sungguh t idak dapat dicapai, m aka berlaku ket ent uan
sebagai berikut :
a. put usan diam bil dengan suara t erbanyak;
b. j ika ket ent uan t ersebut huruf a t idak j uga dapat diperoleh
put usan yang dipilih adalah pendapat hakim yang paling
m engunt ungkan bagi t erdakwa.

( 7) Pelaksanaan pengam bilan put usan sebagaim ana dim aksud dalam ayat
( 6) dicat at dalam buku him punan put usan yang disediakan khusus
unt uk keperluan it u dan isi buku t ersebut sifat nya rahasia.

( 8) Put usan pengadilan negeri dapat dij at uhkan dan dium um kan pada hari
it u j uga at au pada hari lain yang sebelum nya harus diberit ahukan
kepada penunt ut um um , t erdakwa at au penasihat hukum .

Bagian keem pat Pem bukt ian dan Put usan


Dalam Acara Pem eriksaan Biasa

Pasal 183

Hakim t idak boleh m enj at uhkan pidana kepada seorang kecuali apabila
dengan sekurang- kurangnya dua alat bukt i yang sah ia m em peroleh
keyakinan bahwa suat u t indak pidana benar- benar t erj adi dan bahwa
t erdakwalah yang bersalah m elakukannya.

Pasal 184

( 1) Alat bukt i yang sah ialah :


a. ket erangan saksi;
b. ket erangan ahli;
c. surat ;
d. pet unj uk;
e. ket erangan t erdakw a.

( 2) Hal yang secara um um sudah diket ahui t idak perlu dibukt ikan.

Pasal 185

( 1) Ket erangan saksi sebagai alat bukt i ialah apa yang saksi nyat akan di
sidang pengadilan.

( 2) Ket erangan seorang saksi saj a t idak cukup unt uk m em bukt ikan bahwa
t erdakwa bersalah t erhadap perbuat an yang didakwakan kepadanya.

( 3) Ket ent uan sebagaim ana dim aksud dalam ayat ( 2) t idak berlaku
apabila disert ai dengan suat u alat bukt i yang sah lainnya.
( 4) Ket erangan beberapa saksi yang berdiri sendiri- sendiri t ent ang suat u
kej adian at au keadaan dapat digunakan sebagai suat u alat bukt i yang
sah apabila ket erangan saksi it u ada hubungannya sat u dengan yang
lain sedem ikian rupa, sehingga dapat m em benarkan adanya suat u
kej adian at au keadaan t ert ent u.

( 5) Baik pendapat m aupun rekaan, yang diperoleh dari hasil pem ikiran
saj a, bukan m erupakan ket erangan ahli.

( 6) Dalam m enilai kebenaran ket erangan seorang saksi, hakim harus


dengan sungguh- sungguh m em perhat ikan:
a. persesuaian ant ara ket erangan saksi sat u dengan yang lain;
b. persesuaian ant ara ket erangan saksi dengan alat bukt i lain;
c. alasan yang m ungkin dipergunakan oleh saksi unt uk m em beri
ket erangan yang t ert ent u;
d. cara hidup dan kesusilaan saksi sert a segala sesuat u yang pada
um um nya dapat m em pengaruhi dapat t idaknya ket erangan it u
dipercaya;

( 7) Ket erangan dari saksi yang t idak disum pah m eskipun sesuai sat u
dengan yang lain, t idak m erupakan alat bukt i, nam un apabila
ket erangan it u sesuai dengan ket erangan dari saksi yang disum pah
dapat dipergunakan sebagai t am bahan alat bukt i sah yang lain.

Pasal 186

Ket erangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyat akan di sidang pengadilan.

Pasal 187

Surat sebagaim ana t ersebut pada Pasal 184 ayat ( 1) huruf c, dibuat at as
sum pah j abat an at au dikuat kan dengan sum pah, adalah :
a. berit a acara dan surat lain dalam bent uk resm i yang dibuat oleh
pej abat um um yang berwenang at au yang dibuat di hadapannya, yang
m em uat ket erangan t ent ang kej adian at au keadaan yang didengar,
dilihat at au yang dialam inya sendiri, disert ai dengan alasan yang j elas
dan t egas t ent ang ket erangannya it u
b. surat yang dibuat m enurut ket ent uan perat uran perundang- undangan
at au surat yang dibuat oleh pej abat m engenai hal yang t erm asuk
dalam t at a laksana yang m enj adi t anggung j awabnya dan yang
diperunt ukkan bagi pem bukt ian sesuat u hal at au sesuat u keadaan;
c. surat ket erangan dari seorang ahli yang m em uat pendapat
berdasarkan keahliannya m engenai sesuat u hal at au sesuat u keadaan
yang dim int a secara resm i dari padanya;
d. surat lain yang hanya dapat berlaku j ika ada hubungannya dengan isi
dari alat pem bukt ian yang lain.

Pasal 188

( 1) Pet unj uk adalah perbuat an, kej adian at au keadaan, yang karena
persesuaiannya, baik ant ara yang sat u dengan yang lain, m aupun
dengan t indak pidana it u sendiri, m enandakan bahw a t elah t erj adi
suat u t indak pidana dan siapa pelakunya.

( 2) Pet unj uk sebagaim ana dim aksud dalam ayat ( 1) hanya dapat
diperoleh dari :
a. ket erangan saksi;
b. surat ;
c. ket erangan t erdakw a.

( 3) Penilaian at as kekuat an pem bukt ian dari suat u pet unj uk dalam set iap
keadaan t ert ent u dilakukan oleh hakim dengan arif lagi bidj aksana
set elah ia m engadakan pem eriksaan dengan penuh kecerm at an dan
kesaksam aan berdasarkan hat i nuraninya.

Pasal 189

( 1) Ket erangan t erdakw a ialah apa yang t erdakwa nyat akan di sidang
t ent ang perbuat an yang ia lakukan at au yang ia ket ahui sendiri at au
alam i sendiri.

( 2) Ket erangan t erdakw a yang diberikan di luar sidang dapat digunakan


unt uk m em bant u m enem ukan bukt i di sidang, asalkan ket erangan it u
didukung oleh suat u alat bukt i yang sah sepanj ang m engenai hal yang
didakwakan kepadanya.

( 3) Ket erangan t erdakw a hanya dapat digunakan t erhadap dirinya sendiri.

( 4) Ket erangan t erdakw a saj a t idak cukup unt uk m em bukt ikan bahwa ia
bersalah m elakukan perbuat an yang didakwakan kepadanya,
m elainkan harus disert ai dengan alat bukt i yang lain.

Pasal 190

a. Selam a pem eriksaan di sidang, j ika t erdakwa t idak dit ahan,


pengadilan dapat m em erint ahkan dengan surat penet apannya unt uk
m enahan t erdakwa apabila dipenuhi ket ent uan Pasal 21 dan t erdapat
alasan cukup unt uk it u.
b. Dalam hal t erdakwa dit ahan, pengadilan dapat m em erint ahkan dengan
surat penet apannya unt uk m em bebaskan t erdakw a, j ika t erdapat
alasan cukup unt uk it u dengan m engingat ket ent uan Pasal 30.

Pasal 191

( 1) Jika pengadilan berpendapat bahwa dari hasil pem eriksaan di sidang,


kesalahan t erdakwa at as perbuat an yang didakwakan kepadanya t idak
t erbukt i secara sah dan m eyakinkan, m aka t erdakw a diput us bebas.

( 2) Jika pengadilan berpendapat bahwa perbuat an yang didakwakan


kepada t erdakwa t erbukt i, t et api perbuat an it u t idak m erupakan suat u
t indak pidana, m aka t erdakwa diput us lepas dari segala t unt ut an
hukum .

( 3) Dalam hal sebagaim ana dim aksud dalam ayat ( 1) dan ayat ( 2) ,
t erdakwa yang ada dalam st at us t ahanan diperint ahkan unt uk
dibebaskan seket ika it u j uga kecuali karena ada alasan lain yang sah,
t erdakwa perlu dit ahan.

Pasal 192

( 1) Perint ah unt uk m em bebaskan t erdakwa sebagaim ana dim aksud dalam


Pasal 191 ayat ( 3) segera dilaksanakan oleh j aksa sesudah put usan
diucapkan.

( 2) Laporan t ert ulis m engenai pelaksanaan perint ah t ersebut yang


dilam piri surat penglepasan, disam paikan kepada ket ua pengadilan
yang bersangkut an selam bat - lam bat nya dalam wakt u t iga kali dua
puluh em pat j am .

Pasal 193

( 1) Jika pengadilan berpendapat bahwa t erdakwa bersalah m elakukan


t indak pidana yang didakwakan kepadanya, m aka pengadilan
m enj at uhkan pidana.

( 2) a. Pengadilan dalam m enj at uhkan put usan, j ika t erdakwa t idak


dit ahan, dapat m em erint ahkan supaya t erdakwa t ersebut
dit ahan, apabila dipenuhi ket ent uan Pasal 21 dan t erdapat
alasan, cukup unt uk it u.
b. Dalam hal t erdakwa dit ahan, pengadilan dalam m enj at uhkan
put usannya, dapat m enet apkan t erdakwa t et ap ada dalam
t ahanan at au m em bebaskannya, apabila t erdapat alasan cukup
unt uk it u.
Pasal 194

( 1) Dalam hal put usan pem idanaan at au bebas at au lepas dari segala
t unt ut an hukum , pengadilan m enet apkan supaya barang bukt i yang
disit a diserahkan kepada pihak yang paling berhak m enerim a kem bali
yang nam anya t ercant um dalam put usan t ersebut kecuali j ika m enurut
ket ent uan undang- undang barang bukt i it u harus diram pas unt uk
kepent ingan negara at au dim usnahkan at au dirusak sehingga t idak
dapat dipergunakan lagi.

( 2) Kecuali apabila t erdapat alasan yang sah, pengadilan m enet apkan


supaya barang bukt i diserahkan segera sesudah sidang selesai.

( 3) Perint ah penyerahan barang bukt i dilakukan t anpa disert ai sesuat u


syarat apapun kecuali dalam hal put usan pengadilan belum
m em punyai kekuat an hukum t et ap.

Pasal 195

Sem ua put usan pengadilan hanya sah dan m em punyai kekuat an hukum
apabila diucapkan di sidang t erbuka unt uk um um .

Pasal 196

( 1) Pengadilan m em ut us perkara dengan hadirnya t erdakwa kecuali dalam


hal undang- undang ini m enent ukan lain.

( 2) Dalam hal t erdapat lebih dari seorang t erdakwa dalam sat u perkara,
put usan dapat diucapkan dengan hadirnya t erdakw a yang ada.

( 3) Segera sesudah put usan pem idanaan diucapkan, bahwa hakim ket ua
sidang waj ib m em berit ahukan kepada t erdakwa t ent ang segala apa
yang m enj adi haknya, yait u :
a. hak segera m enerim a at au segera m enolak put usan;
b. hak m em pelaj ari put usan sebelum m enyat akan m enerim a at au
m enolak put usan, dalam t enggang wakt u yang dit ent ukan oleh
undang- undang ini;
c. hak m int a penangguhan pelaksanaan put usan dalam t enggang
wakt u yang dit ent ukan oleh undang- undang unt uk dapat
m engaj ukan grasi, dalam hal ia m enerim a put usan;
d. hak. m int a diperiksa perkaranya dalam t ingkat banding dalam
t enggang wakt u yang dit ent ukan oleh undang- undang ini, dalam
hal ia m enolak put usan;
e. hak m encabut pernyat aan sebagaim ana dim aksud dalam huruf
a dalam t enggang wakt u yang dit ent ukan oleh undang- undang
ini.

Pasal 197

( 1) Surat put usan pem idanaan m em uat :


a. kepala put usan yang dit uliskan berbunyi : " DEMI KEADI LAN
BERDASARI KAN KETUHANAN YANG MAHA ESA" ;
b. nam a lengkap, t em pat lahir, um ur at au t anggal, j enis kelam in,
kebangsaan, t em pat t inggal, agam a dan pekerj aan t erdakwa;
c. dakwaan, sebagaim ana t erdapat dalam surat dakwaan;
d. pert im bangan yang disusun secara ringkas m engenai fakt a dan
keadaan besert a alat - pem bukt ian yang diperoleh dari
pem eriksaan di sidang yang m enj adi dasar penent uan kesalahan
t erdakwa;
e. t unt ut an pidana, sebagaim ana t erdapat dalam surat t unt ut an;
f. pasal perat uran perundang- undangan yang m enj adi dasar
pem idanaan at au t indakan dan pasal perat uran perundang-
undangan yang m enj adi dasar hukum dari put usan, disert ai
keadaan yang m em berat kan dan yang m eringankan t erdakwa;
g. hari dan t anggal diadakannya m usyawarah m aj elis hakim
kecuali perkara diperiksa oleh hakim t unggal;
h. pernyat aan kesalahan t erdakw a, pernyat aan t elah t erpenuhi
sem ua unsur dalam rum usan t indak pidana disert ai dengan
kualifikasinya dan pem idanaan at au t indakan yang dij at uhkan;
i. ket ent uan kepada siapa biaya perkara dibebankan dengan
m enyebut kan j um lahnya yang past i dan ket ent uan m engenai
barang bukt i;
j. ket erangan bahwa seluruh surat t ernyat a palsu at au ket erangan
di m ana let aknya kepalsuan it u, j ika t erdapat surat ot ent ik
dianggap palsu;
k. perint ah supaya t erdakwa dit ahan at au t et ap dalam 't ahanan
at au dibebaskan;
1. hari dan t anggal put usan, nam a penunt ut um um , nam a hakim
yang m em ut us dan nam a panit era;

( 2) Tidak dipenuhinya ket ent uan dalam ayat ( 1) huruf a, b, c, d, e, f, h, i,


j , k dan I pasal ini m engakibat kan put usan bat al dem i hukum .

( 3) Put usan dilaksanakan dengan segera m enurut ket ent uan dalam
undang- undang ini.

Pasal 198
( 1) Dalam hal seorang hakim at au penunt ut um um berhalangan, m aka
ket ua pengadilan at au pej abat kej aksaan yang berw enang waj ib
segera m enunj uk penggant i pej abat yang berhalangan t ersebut .

( 2) Dalam hal penasihat hukum berhalangan, ia m enunj uk penggant inya


dan apabila penggant i t ernyat a t idak ada at au j uga berhalangan, m aka
sidang berj alan t erus.

Pasal 199

( 1) Surat put usan bukan pem idanaan m em uat :


a. ket ent uan sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 197 ayat ( 1)
kecuali huruf e, f dan h;
b. pernyat aan bahwa t erdakwa diput us bebas at au lepas dari
segala t unt ut an hukum , dengan m enyebut kan alasan dan pasal
perat uran perundang- undangan yang m enj adi dasar put usan;
c. perint ah supaya t erdakwa segera dibebaskan j ika ia dit ahan.

( 2) Ket ent uan sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 197 ayat ( 2) dan ayat
( 3) berlaku j uga bagi pasal ini.

Pasal 200

Surat put usan dit andat angani oleh hakim dan panit era seket ika set elah
put usan it u diucapkan.

Pasal 201

( 1) Dalam hal t erdapat surat palsu at au dipalsukan, m aka panit era


m elekat kan pet ikan put usan yang dit andat anginya pada surat t ersebut
yang m em uat ket erangan sebgaim ana dim aksud dalam Pasal 197 ayat
( 1) huruf j dan surat palsu at au yang dipalsukan t ersebut diberi
cat at an dengan m enunj uk pada pet ikan put usan it u.

( 2) Tidak akan diberikan salinan pert am ana at au salinan dari surat asli
palsu at au yang dipalsukan kecuali panit era sudah m em bubuhi cat at an
pada cat at an sebagaim ana dim aksud dalam ayat ( 1) disert ai dengan
salinan pet ikan put usan.

Pasal 202
( 1) Panit era m em buat berit a acara sidang, dengan m em perhat ikan
persyarat an yang diperlukan dan m em uat segala kej adian di sidang
yang berhubungan dengan pem eriksaan it u.
( 2) Berit a acara sidang sebagaim ana dim aksud dalam ayat ( 1) m em uat
j uga hal yang pent ing dari ket erangan saksi, t erdakw a dan ahli kecuali
j ika hakim ket ua sidang m enyat akan bahw a unt uk ini cukup dit unj uk
kepada ket erangan dalam berit a acara pem eriksaan dengan m enyebut
perbedaan yang t erdapat ant ara yang sat u dengan lainnya.

( 3) At as perm int aan penunt ut um um , t erdakwa at au penasihat hukum ,


hakim ket ua sidang waj ib m em erint ahkan kepada panit era supaya
dibuat cat at an secara khusus t ent ang suat u keadaan at au ket erangan.

( 4) Berit a acara sidang dit andat angani oleh hakim ket ua sidang dan
panit era kecuali apabila salah seorang dari m ereka berhalangan, m aka
hal it u dinyat akan dalam berit a acara t ersebut .

Bagian Kelim a Acara Pem eriksaan Singkat

Pasal 203

( 1) Yang diperiksa m enurut acara pem eriksaan singkat ialah perkara


kej ahat an at au pelanggaran yang t idak t erm asuk ket ent uan Pasal 205
dan yang m enurut penunt ut um um pem bukt ian sert a penerapan
hukum nya m udah dan sifat nya sederhana.

( 2) Dalam perkara sebagaim ana dim aksud dalam ayat ( 1) , penunt ut


um um m enghadapkan t erdakw a besert a saksi, ahli, j uru bahasa dan
barang bukt i yang diperlukan.

( 3) Dalam acara ini berlaku ket ent uan dalam Bagian Kesat u, Bagian Kedua
dan Bagian Ket iga Bab ini sepanj ang perat uran it u t idak bert ent angan
dengan ket ent uan di bawah ini :
a. 1. penunt ut um um dengan segera set elah t erdakwa di
sidang m enj awab segala pert anyaan sebagaim ana dim aksud
dalam Pasal 155 ayat ( 1) m em berit ahukan dengan lisan dari
cat at annya kepada t erdakwa t ent ang t indak pidana yang
didakwakan kepadanya dengan m enerangkan wakt u, t em pat
dan keadaan pada w akt u t indak pidana it u dilakukan;
2. pem berit ahuan ini dicat at dalam berit a acara sidang dan
m erupakan penggant i surat dakwaan;

b. dalam hal hakim m em andang perlu pem eriksaan t am bahan,


supaya diadakan pem eriksaan t am bahan dalam wakt u paling
lam a em pat belas hari dan bilam ana dalam wakt u t ersebut
penunt ut um um belum j uga dapat m enyelesaikan pem eriksaan
t am bahan, m aka hakim m em erint ahkan perkara it u diaj ukan ke
sidang pengadilan dengan cara biasa;
c. guna kepent ingan pem belaan, m aka at as perm int aan t erdakw a
dan at au penasihat hukum , hakim dapat m enunda pem eriksaan
paling lam a t uj uh hari;
d. put usan t idak dibuat secara khusus, t et api dicat at dalam berit a
acara sidang;
e. hakim m em berikan surat yang m em uat am ar put usan t ersebut ;
e. isi surat t ersebut m em punyai kekuat an hukum yang sam a
sepert i put usan pengadilan dalam acara biasa.

Pasal 204

Jika dari pem eriksaan di sidang sesuat u perkara yang diperiksa dengan acara
singkat t ernyat a sifat nya j elas dan ringan, yang seharusnya diperiksa dengan
acara cepat , m aka hakim dengan perset uj uan t erdakwa dapat m elanj ut kan
pem eriksaan t ersebut .

Bagian Keenam Acara Pem eriksaan Cepat

Paragraf 1
Acara Pem eriksaan Tindak Pidana Ringan

Pasal 205

( 1) Yang diperiksa m enurut acara pem eriksana t indak pidana ringan ialah
perkara yang diancam dengan pidana penj ara at au kurungan paling
lam a t iga bulan dan at au denda sebanyak- banyaknya t uj uh ribu lim a
rat us rupiah dan penghinaan ringan kecuali yang dit ent ukan dalam
Paragraf 2 Bagian ini.

( 2) Dalam perkara sebagaim ana dim aksud dalam ayat ( 1) , penyidik at as


kuasa penunt ut um um , dalam wakt u t iga hari sej ak berit a acara
pem eriksaan selesai dibuat , m enghadapkan t erdakw a besert a barang
bukt i, saksi, ahli dan at au j uru bahasa ke sidang pengadilan.

( 3) Dalam acara pem eriksaan sebagaim ana dim aksud dalam ayat ( 1) ,
pengadilan m engadili dengan hakim t unggal pada t ingkat pert am a dan
t erakhir, kecuali dalam hal dij at uhkan pidana peram pasan
kem erdekaan t erdakwa dapat m int a banding.

Pasal 206
Pengadilan m enet apkan hari t ert ent u dalam t uj uh hari unt uk m engadili
perkara dengan acara pem eriksaan t indak pidana ringan.
Pasal 207

( 1) a. Penyidik m em berit ahukan secara t ert ulis kepada t erdakwa


t ent ang hari, t anggal, j am dan t em pat ia harus m enghadap sidang
pengadilan. dan hal t ersebut dicat at dengan baik oleh penyidik,
selanj ut nya cat at an bersam a berkas dikirim ke pengadilan.
b. Perkara dengan acara pem eriksaan t indak pidana ringan yang
dit erim a harus segera disidangkan pada hari sidang it u j uga.

( 2) a. Hakim yang bersangkut an m em erint ahkan panit era m encat at


dalam buku regist er sem ua perkara yang dit erim anya.
b. Dalam buku regist er dim uat nam a lengkap, t em pat lahir, um ur
at au t anggal lahir, j enis kelam in, kebangsaan, t em pat t inggal, agam a
dan pekerj aan t erdakwa sert a apa yang didakwakan kepadanya.

Pasal 208

Saksi dalam acara pem eriksaan t indak pidana ringan t idak m engucapkan
sum pah at au j anj i kecuali hakim m enganggap perlu.

Pasal 209

( 1) Put usan dicat at oleh hakim dalam daft ar cat at an perkara dan
selanj ut nya oleh panit era dicat at dalam buku regist er sert a
dit andat angani oleh hakim yang bersangkut an dan panit era.

( 2) Berit a acara pem eriksaan sidang t idak dibuat kecuali j ika dalam
pem eriksaan t ersebut t em yat a ada hal yang t idak sesuai dengan berit a
acara pem eriksaan yang dibuat oleh penyidik.

Pasal 210

Ket ent uan dalam Bagian Kesat u, Bagian Kedua dan Bagian Ket iga Bab ini
t et ap berlaku sepanj ang perat uran it u t idak bert ent angan dengan Paragraf
ini.

Paragraf 2
Acara Pem eriksaan Perkara Pelanggaran Lalu Lint as Jalan

Pasal 211
Yang diperiksa m enurut acara pem eriksaan pada Paragraf ini ialah perkara
pelanggaran t ert ent u t erhadap perat uran perundang- undangan lalu lint as
j alan.

Pasal 212

Unt uk perkara pelanggaran lalu lint as j alan t idak diperlukan berit a acara
pem eriksaan, oleh karena it u cat at an sebagaim ana dim aksud dalam Pasal
207 ayat ( 1) huruf a segera diserahkan kepada pengadilan selam bat -
lam bat nya pada kesem pat an hari sidang pert am a berikut nya.

Pasal 213

Terdakwa dapat m enunj uk seorang dengan surat unt uk m ewakilinya di


sidang.

Pasal 214

( 1) Jika t erdakwa at au w akilnya t idak hadir di sidang, pem eriksaan


perkara dilanj ut kan.

( 2) Dalam hal put usan diucapkan di luar hadirnya t erdakwa, surat am ar


put usan segera disam paikan kepada t erpidana.

( 3) Bukt i bahwa surat am ar put usan t elah disam paikan oleh penyidik
kepada t erpidana, diserahkan kepada panit era unt uk dicat at dalam
buku regist er.

( 4) Dalam hal put usan dij at uhkan di luar hadirnya t erdakwa dan put usan
it u berupa pidana peram pasan kem erdekaan, t erdakwa dapat
m engaj ukan perlawanan.

( 5) Dalam wakt u t uj uh hari sesudah put usan diberit ahukan secara sah
kepada t erdakwa, ia dapat m engaj ukan perlawanan kepada pengadilan
yang m enj at uhkan put usan it u.

( 6) Dengan perlawanan it u put usan di luar hadirnya t erdakwa m enj adi


gugur.

( 7) Set elah panit era m em berit ahukan kepada penyidik t ent ang
perlawanan it u hakim m enet apkan hari sidang unt uk m em eriksa
kem bali perkara it u.
( 8) Jika put usan set elah diaj ukannya perlawanan t et ap berupa pidana
sebagaim ana dim aksud dalam ayat ( 4) , t erhadap put usan t ersebut
t erdakwa dapat m engaj ukan banding.
Pasal 215

Pengem balian benda sit aan dilakukan t anpa syarat kepada yang paling
berhak, segera set elah put usan dij at uhkan j ika t erpidana t elah m em enuhi isi
am ar put usan.

Pasal 216
Ket ent uan dalam Pasal 210 t et ap berlaku sepanj ang perat uran it u t idak
bert ent angan dengan Paragraf ini.

Bagian Ket uj uh Pelbagai Ket ent uan

Pasal 217

( 1) Hakim ket ua sidang m em im pin pem eriksaan dan m em elihara t at a


t ert ib di persidangan.

( 2) Segala sesuat u yang diperint ahkan oleh hakim ket ua sidang unt uk
m em elihara t at a t ert ib di persidangan waj ib dilaksanakan dengan
segera dan cerm at .

Pasal 218

( 1) Dalam ruang sidang siapa pun waj ib m enunj ukkan sikap horm at
kepada pengadilan.

( 2) Siapa pun yang di sidang pengadilan bersikap t idak sesuai dengan


m art abat pengadilan dan t idak m ent aat i t at a t ert ib set elah m endapat
peringat an dari hakim ket ua sidang, at as perint ahnya yang
bersangkut an dikeluarkan dari ruang sidang.

( 3) Dalam hal pelanggaran t at a t ert ib sebagaim ana dim aksud dalam ayat
( 2) bersifat suat u t indak pidana, t idak m engurangi kem ungkinan
dilakukan penunt ut an t erhadap pelakunya.

Pasal 219

( 1) Siapa pun dilarang m em bawa senj at a api, senj at a t aj am , bahan


peledak at au alat m aupun benda yang dapat m em bahayakan
keam anan sidang dan siapa yang m em baw anya waj ib m enit ipkan di
t em pat yang khusus disediakan unt uk it u.
( 2) Tanpa surat perint ah, pet ugas keam anan pengadilan karena t ugas
j abat annya dapat m engadakan penggeledahan badan unt uk m enj am in
bahwa kehadiran seorang di ruang sidang t idak m em bawa senj at a,
bahan at au alat m aupun benda sebagaim ana dim aksud dalam ayat ( 1)
dan apabila t erdapat m aka pet ugas m em persilahkan yang
bersangkut an unt uk m enit ipkannya.

( 3) Apabila yang bersangkut an berm aksud m eninggalkan ruang sidang


m aka pet ugas waj ib m enyerahkan kem bali benda t it ipannya.

( 4) Ket et ent uan ayat ( 1) dan ayat ( 2) t idak m engurangi kem ungkinan
unt uk dilaukan penunt ut an bila t ernyat a bahwa penguasaan at as
benda t ersebut bersifat suat u t indak pidana.

Pasal 220

( 1) Tiada seorang hakim pun diperkenankan m engadili suat u perkara yang


ia sendiri berkepent ingan, baik langsung m aupun t idak langsung,

( 2) Dalam hal sebagaim ana dim aksud dalam ayat ( 1) hakim yang
bersangkut an, waj ib m engundurkan diri baik at as kehendak sendiri
m aupun at as perm int aan penunt ut um um , t erdakwa at au penasihat
hukum nya.

( 3) Apabila ada keraguan at au perbedaan pendapat m engenai hal


sebagaim ana dim aksud dalam ayat ( 1) , m aka pej abat pengadilan yang
berwenang yang m enet apkannya.

( 4) Ket ent uan sebagaim ana dim aksud dalam m akna ayat t ersebut di at as
berlaku bagi penunt ut um um .

Pasal 221

Bila dipandang perlu hakim di sidang at as kehendaknya sendiri m aupun at as


perm int aan t erdakw a at au penasihat hukum nya dapat m em beri penj elasan
t ent ang hukum yang berlaku.

Pasal 222
( 1) Siapa pun yang diput us pidana dibebani m em bayar biaya perkara dan
dalam hal put usan bebas at au lepas dari segala t unt ut an hukum , biaya
perkara dibebankan pada negara.

( 2) Dalam hal t erdakwa sebelum nya t elah m engaj ukan perm ohonan
pem bebasan dari pem bayaran biaya perkara berdasarkan syarat
t ert ent u dengan perset uj uan pengadilan, biaya perkara dibebankan
pada negara.

Pasal 223

( 1) Jika hakim m em beri perint ah kepada seorang unt uk m engucapkan


sum pah at au j anj i di luar sidang, hakim dapat m enunda pem eriksaan
perkara sam pai pada hari sidang yang lain.

( 2) Dalam hal sum pah at au j anj i dilakukan sebagaim ana dim aksud dalam
ayat ( 1) , hakim m enunj uk panit era unt uk m enghadiri pengucapan
sum pah at au j anj i t ersebut dan m em buat berit a acaranya.

Pasal 224

Sem ua surat put usan pengadilan disim pan dalam arsip pengadilan yang
m engadili perkara it u pada t ingkat pert am a t idak dibolehkan dipindahkan
kecuali undang- undang m enent ukan lain.

Pasal 225

( 1) Panit era m enyelenggarakan buku daft ar unt uk sem ua perkara.

( 2) Dalam daft ar it u dicat at nam a dan ident it as t erdakw a, t indak pidana


yang didakwakan, t anggal penerim aan perkara, t anggal t erdakwa
m ulai dit ahan apabila ia ada didalam t ahanan, t anggal dan isi put usan
secara singkat , t anggal penerim aan perm int aan dan put usan banding
at au kasasi, dan lain hal yang erat hubungannya dengan proses
perkara.

Pasal 226

( 1) Pet ikan surat put usan pengadilan diberikan kepada t erdakwa at au


penasihat hukum nya segera set elah put usan diucapkan.

( 2) Salinan surat put usan pengadilan diberikan kepada penunt ut um um


dan penyidik, sedangkan kepada t erdakw a at au penasihat hukum nya
diberikan at as perm int aan.
( 3) Salinan surat put usan pengadilan hanya boleh diberikan kepada orang
lain dengan seizin ket ua pengadilan set elah m em pert im bangkan
kepent ingan dari perm int aan t ersebut .

Pasal 227
( 1) Sem ua j enis pem berit ahuan at au panggilan oleh pihak yang
berwenang dalam sem ua t ingkat pem eriksaan kepada t erdakwa, saksi
at au ahli disam paikan selam bat - lam bat nya t iga hari sebelum t anggal
hadir yang dit ent ukan, dit em pat t inggal m ereka at au di t em pat
kediam an m ereka t erakhir.

( 2) Pet ugas yang m elaksanakan panggilan t ersebut harus bert em u sendiri


dan berbicara langsung dengan orang yang dipanggil dan m em buat
cat at an bahwa panggilan t elah dit erim a oleh yang bersangkut an
dengan m em bubuhkan t anggal sert a t andat angan, baik oleh pet ugas
m aupun orang yang dipanggil dan apabila yang dipanggil t idak
m enandat angani m aka pet ugas harus m encat at alasannya.

( 3) Dalam hal orang yang dipanggil t idak t erdapat di salah sat u t em pat
sebagaim ana dim aksud dalam ayat ( 1) , surat panggilan disam paikan
m elalui kepala desa at au pej abat dan j ika di luar negeri m elalui
perwakilan Republik I ndonesia di t em pat di m ana orang yang dipanggil
biasa berdiam dan apabila m asih belum j uga disam paikan, m aka surat
panggilan dit em pelkan di t em pat pengum um an kant or pej abat yang
m engeluarkan panggilan t ersebut .

Pasal 228

Jangka at au t enggang wakt u m enurut undang- undang ini m ulai


diperhit ungkan pada hari berikut nya.

Pasal 229

( 1) Saksi at au ahli yang t elah hadir m em enuhi panggilan dalam rangka


m em berikan ket erangan di sem ua t ingkat pem eriksaan, berhak
m endapat penggant ian biaya m enurut perat uran perundang- undangan
yang berlaku.

( 2) Pej abat yang m elakukan pem ananggilan waj ib m em berit ahukan


kepada saksi at au ahli t ent ang haknya sebagaim ana dim aksud dalam
ayat ( 1) .

Pasal 230
( 1) Sidang pengadilan dilangsungkan di gedung pengadilan dalam ruang
sidang.

( 2) Dalam ruang sidang, hakim , penunt ut um um , penasihat hukum dan


panit era m engenakan.pakaian sidang dan at ribut m asingm asing.
( 3) Ruang sidang sebagaim ana dim aksud dalam ayat ( 1) dit at a m enurut
ket ent uan sebagai berikut :
a. t em pat m ej a dan kursi hakim t erlet ak lebih t inggi dari em pat
penunt ut um um , t erdakwa, penasihat hukum dan pengunj ung;
b. t em pat panit era t erlet ak di belakang sisi kanan t em pat hakim
ket ua sidang;
c. t em pat penunt ut um um t erlet ak di sisi kanan depan t em pat
hakim ;
d. t em pat t erdakwa dan penasehat hukum t erlet ak di sebelah kiri
depan dari t em pat hakim dan t em pat t erdakwa di sebelah kanan
t em pat penasihat hukum ;
e. t em pat kursi pem eriksaan t erdakwa dan saksi t erlet ak di depan
t em pat hakim ;
f. t em pat saksi at au ahli yang t elah didengar t erlet ak di belakang
kursi pem eriksaan;
g. t em pat pengunj ung t erlet ak di belakang t em pat saksi yang t elah
didengar;
h. bendera Nasional dit em pat kan di sebelah kanan m ej a hakim dan
panj i Pengayom an dit em pat kan di sebelah kiri m ej a hakim
sedangkan lam bang Negara di t em pat kan pada dinding bagian
at as di belakang m ej a hakim ;
i. t em pat rohaniwan t erlet ak di sebelah kiri t em pat panit era;
k. t em pat sebagaim ana dim aksud huruf a sam pai huruf i diberi
t anda pengenal;
k. t em pat pet ugas keam anan di bagian dalam pint u m asuk ut am a
ruang sidang dan di t em pat lain yang dianggap perlu.

( 4) Apabila sidang pengadilan dilangsungkan di luar gedung pengadilan,


m aka t at a t em pat sej auh m ungkin disesuaikan dengan ket ent uan ayat
( 3) t ersebut di at as.

( 5) Dalam hal ket ent uan ayat ( 3) t idak m ungkin dipenuhi m aka sekurang-
kurangnya bendera Nasional harus ada.

Pasal 231

( 1) Jenis, bent uk dan warna pakaian sidang sert a at ribut dan hal yang
berhubungan dengan perangkat kelengkapan sebagaim ana dim aksud
dalam Pasal 230 ayat ( 2) dan ayat ( 3) diat ur dengan perat uran
pem erint ah.
( 2) Pengat uran lebih lanj ut t at a t ert ib persidangan sebagaim ana dim aksud
dalam Pasal 217 dit et apkan dengan keput usan Ment eri Kehakim an.

Pasal 232
( 1) Sebelum sidang dim ulai, panit era, penunt ut um um , penasihat hukum
dan pengunj ung yang sudah ada, duduk di t em pat nya m asing- m asing
dalam ruang sidang.

( 2) Pada saat hakim m em asuki dan m eninggalkan ruang sidang sem ua


yang hadir berdiri unt uk m enghorm at .

( 3) Selam a sidang berlangsung set iap orang yang ke luar m asuk ruang
sidang diw aj ibkan m em beri horm at .

BAB XVI I
UPAYA HUKUM BI ASA

Bagian Kesat u Pem eriksaan Tingkat Banding

Pasal 233

( 1) Perm int aan banding sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 67 dapat
diaj ukan ke pengadilan t inggi oleh t erdakwa at au yang khusus
dikuasakan unt uk it u at au penunt ut um um ;

( 2) Hanya pem int aan banding sebagaim ana dim aksud dalam ayat ( 1)
'boleh dit erim a oleh panit era pengadilan negeri dalam wakt u t uj uh hari
sesudah put usan dij at uhkan at au set elah put usan diberit ahukan
kepada t erdakwa yang t idak hadir sebagaim ana dim aksud dalam Pasal
196 ayat ( 2) .

( 3) Tent ang perm int aan it u oleh panit era dibuat sebuah surat ket erangan
yang dit andat angani olehnya dan j uga oleh pem ohon sert a
t em busannya diberikan kepada pem ohon yang bersangkut an.

( 4) Dalam hal pem ohon t idak dapat m enghadap, hal ini harus dicat at oleh
panit era dengan disert ai alasannya dan cat at an harus dilam pirkan
dalam berkas perkara sert a j uga dit ulis dalam daft ar perkara pidana.

( 5) Dalam hal pengadilan negeri m enerim a perm int aan banding, baik yang
diaj ukan oleh penunt ut um um at au t erdakwa m aupun yang diaj ukan
oleh penunt ut um um dan t erdakwa sekaligus, m aka panit era w aj ib
m em berit ahukan perm int aan dari pihak yang sat u kepada pihak yang
lain.

Pasal 234

( 1) Apabila t enggang wakt u sebagaim ana dim aksud dalam Pasal '233 ayat
( 2) t elah lewat t anpa diaj ukan perm int aan banding oleh yang
bersangkut an, m aka yang bersangkut an dianggap m enerim a put usan.

( 2) Dalam hal sebagaim ana dim aksud dalam ayat ( 1) , m aka panit era
m encat at dan m em buat akt a m engenai hal it u sert a m elekat kan akt a
t ersebut pada berkas perkara.

Pasal 235

( 1) Selam a perkara banding belum diput us oleh pengadilan t inggi,


perm int aan banding dapat dicabut sewakt u- wakt u dan dalam hal
sudah dicabut , perm int aan banding dalam perkara it u t idak boleh
diaj ukan lagi.

( 2) Apabila perkara t elah m ulai diperiksa akan t et api belum diput us


sedangkan sem ent ara it u pem ohon m encabut perm int aan bandingnya,
m aka pem ohon dibebani m em bayar biaya perkara yang t elah
dikeluarkan oleh pengadilan t inggi hingga saat pencabut annya.

Pasal 236

( 1) Selam bat - lam bat nya dalam wakt u em pat belas hari sej ak perm int aan
banding diaj ukan,panit era m engirim kan salinan put usan pengadilan
negeri dan berkas perkara sert a surat bukt i kepada pengadilan t inggi.

( 2) Selam a t uj uh hari sebelum pengirim an berkas perkara kepada


pengadilan t inggi, pem ohon banding waj ib diberi kesem pat an unt uk
m em pelaj ari berkas perkara t ersebut di pengadilan negeri.

( 3) Dalam hal pem ohon banding yang dengan j elas m enyat akan secara
t ert ulis bahwa ia akan m em pelaj ari berkas t ersebut di pengadilan
t inggi, m aka kepadanya waj ib diberi kesem pat an unt uk it u secepat nya
t uj uh hari set elah berkas perkara dit erim a oleh pengadilan t inggi.

( 4) Kepada set iap pem ohon banding waj ib diberi kesem pat an unt uk
sewakt u- w akt u m enelit i keaslian berkas perkaranya yang sudah ada di
pengadilan t inggi.

Pasal 237
Selam a pengadilan t inggi belum m ulai m em eriksa suat u perkara dalam
t ingkat banding, baik t erdakw a at au kuasanya m aupun penunt ut um um
dapat m enyerahkan m em ori banding at au kont ra m em ori banding kepada
pengadilan t inggi.
Pasal 238

( 1) Pem eriksaan dalam t ingkat banding dilakukan oleh pengadilan t inggi


dengan sekurang- kurangnya t iga orang hakim at as dasar berkas
perkara yang dit erim a dari pengadilan negeri yang t erdiri dari berit a
acara pem eriksaan dari penyidik, berit a acara pem eriksaan di sidang
pengadilan negeri, besert a sem ua surat yang t im bul di sidang yang
berhubungan dengan perkara it u dan put usan pengadilan negeri.

( 2) Wewenang unt uk m enent ukan penahanan beralih ke pengadilan t inggi


sej ak saat diaj ukannya perm int aan banding.

( 3) Dalam wakt u t iga hari sej ak m enerim a berkas perkara banding dari
pengadilan negeri, pengadilan t inggi waj ib m em pelaj arinya unt uk
m enet apkan apakah t erdakwa perlu t et ap dit ahan at au t idak, baik
karena wewenang j abat annya m aupun at as perm int aan t erdakwa.

( 4) Jika dipandang perlu pengadilan t inggi m endengar sendiri ket erangan


t erdakwa at au saksi at au penunt ut um um dengan m enj elaskan secara
singkat dalam surat panggilan kepada m ereka t ent ang apa yang ingin
diket ahuinya.

Pasal 239

( 1) Ket ent uan sebagaim ana diat ur dalam Pasal 157 dan Pasal 220 ayat ( l) ,
ayat ( 2) dan ayat ( 3) berlaku j uga bagi pem eriksaan perkara dalam
t ingkat banding.

( 2) Hubungan keluarga sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 157 ayat ( 1)
berlaku j uga ant ara hakim dan at au panit era t ingkat banding, dengan
hakim at au panit era t ingkat pert am a yang t elah m engadili perkara
yang sam a.

( 3) Jika seorang hakim yang m em ut us perkara dalam t ingkat pert am a


kem udian t elah m enj adi hakim pada pengadilan t inggi, m aka hakim
t ersebut dilarang m em eriksa perkara yang sam a dalam t ingkat
banding.

Pasal 240

( 1) Jika pengadilan t inggi berpendapat bahwa dalam pem eriksaan t ingkat


pert am a t ernyat a ada kelalaian dalam penerapan hukum acara at au
kekeliruan at au ada yang kurang lengkap, m aka pengadilan t inggi
dengan suat u keput usan dapat m em erint ahkan pengadilan negeri
unt uk m em perbaiki hal it u at au pengadilan t inggi m elakukannya
sendiri.

( 2) Jika perlu pengadilan t inggi dengan keput usan dapat m em bat alkan
penet apan dari pengadilan negeri sebelum put usan pengadilan t inggi
dij at uhkan.

Pasal 241

( 1) Set elah sem ua hal sebagaim ana dim aksud dalam ket ent uan t ersebut
di at as dipert im bangkan dan dilaksanakan, pengadilan t inggi
m em ut uskan, m enguat kan at au m engubah at au dalam hal
m em bat alkan put usan pengadilan negeri, pengadilan t inggi
m engadakan put usan sendiri.

( 2) Dalam hal pem bat alan t ersebut t erj adi at as put usan pengadilan negeri
karena ia t idak berwenang m em eriksa perkara it u, m aka berlaku
ket ent uan t ersebut pada Pasal 148.

Pasal 242

Jika dalam pem eriksaan t ingkat banding t erdakwa yang dipidana it u ada
dalam t ahanan, m aka pengadilan t inggi dalam put usannya m em erint ahkan
supaya t erdakwa perlu t et ap dit ahan at au dibebaskan.

Pasal 243

( 1) Salinan surat put usan pengadilan t inggi besert a berkas perkara dalam
wakt u t uj uh hari set elah put usan t ersebut dij at uhkan, dikirim kepada
pengadilan negeri yang m em ut us pada t ingkat pert am a.

( 2) I si surat put usan- set elah dicat at dalam buku regist er segera
diberit ahukan kepada t erdakw a dan penunt ut um um oleh panit era
pengadilan negeri dan selanj ut nya pem berit ahuan t ersebut dicat at
dalam ' salinan surat put usan pengadilan t inggi.

( 3) Ket ent uan m engenai put usan pengadilan negeri sebagaim ana
dim aksud Pasal 226 berlaku j uga bagi put usan pengadilan t inggi.

( 4) Dalam hal t erdakwa bert em pat t inggal di luar daerah hukum


pengadilan negeri t ersebut panit era m int a bant uan kepada panit era
pengadilan negeri yang dalam daerah hukum nya t erdakwa bert em pat
t inggal unt uk m em berit ahukan isi surat put usan it u kepadanya.

( 5) Dalam hal t erdakwa t idak diket ahui t em pat t inggalnya at au bert em pat
t inggal di luar negeri, m aka isi surat put usan sebagaim ana dim aksud
dalam ayat ( 2) disam paikan m elalui kepala desa at au pej abat at au
m elalui perwakilan Republik I ndonesia, di m ana t erdakwa biasa
berdiam dan apabila m asih belum j uga berhasil disam paikan, t erdakwa
dipanggil dua kali bert urut - t urut m elaluil dua buah surat kabar yang
t erbit dalam daerah hukum pengadilan negeri it u sendiri at au daerah
yang berdekat an dengan daerah it u.

Bagian Kedua Pem eriksaan Unt uk Kasasi

Pasal 244

Terhadap put usan perkara pidana yang diberikan pada t ingkat t erakhir oleh
pengadilan lain selain daripada Mahkam ah Agung, t erdakwa at au penunt ut
um um dapat m engaj ukan perm int aan pem eriksaan kasasi kepada Mahkam ah
Agung kecuali t erhadap put usan bebas.

Pasal 245

( 1) Perm ohonan kasasi disam paikan oleh pem ohon kepada panit era
pengadilan yang t elah m em ut us perkaranya dalam t ingkat pert am a,
dalam wakt u em pat belas hari sesudah put usan pengadilan yang
dim int akan kasasi it u.diberit ahukan kepada t erdakwa.

( 2) Perm int aan t ersebut oleh panit era dit ulis dalam sebuah surat
ket erangan yang dit andat angani oleh panit era sert a pem ohon, dan
dicat at dalam daft ar yang dilam pirkan pada berkas perkara.

( 3) Dalam hal pengadilan negeri m enerim a perm ohonan kasasi, baik yang
diaj ukan oleh penunt ut um un, at au t erdakwa m aupun yang diaj ukan
oleh penunt ut um um dan t erdakwa sekaligus, m aka panit era w aj ib
m em berit ahukan perm int aan dari pihak yang sat u kepada pihak yang
lain.

Pasal 246

( 1) Apabila t enggang wakt u sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 245 ayat
( 1) t elah lewat t anpa diaj ukan perm ohonan kasasi oleh yang
bersangkut an, m aka yang bersangkut an dianggap m enerim a put usan.
'

( 2) Apabila dalam t enggang wakt u sebagaim ana dim aksud dalam ayat ( 1) ,
pem ohon t erlam bat m engaj ukan perm ohonan kasasi m aka hak unt uk
it u gugur.
( 3) Dalam hal sebagaim ana dim aksud dalam ayat ( 1) at au ayat ( 2) , m aka
panit era, m encat at dan m em buat akt a.m engenai hal it u sert a
m elekat kan akt a t ersebut pada berkas perkara.

Pasal 247

( 1) Selam a perkara perm ohonan kasasi belum diput us oleh Mahkam ah


Agung, perm ohonan kasasi dapat dicabut sewakt u- w akt u dan dalam
hal sudah dicabut , perm ohonan kasasi dalam perkara it u t idak dapat
diaj ukan lagi.

( 2) Jika pencabut an dilakukan sebelum berkas perkara dikirim ke


Mahkam ah Agung, berkas t ersebut t idak j adi dikirim kan.

( 3) Apabila perkara t elah m ulai diperiksa akan t et api belum diput us,
sedangkan sem ent ara it u pem ohon m encabut perm ohonan kasasinya,
m aka pem ohon dibebani m em bayar biaya perkara yang t elah
dikeluarkan oleh Mahkam ah Agung hingga saat pencabut annya.

( 4) Perm ohonan kasasi hanya dapat dilakukan sat u kali.

Pasal 248

( 1) Pem ohon kasasi waj ib m engaj ukan m em ori kasasi yang m em uat
alasan perm ohonan kasasinya dan dalam wakt u em pat belas hari
set elah m engaj ukan perm ohonan t ersebut , harus sudah
m enyerahkannya kepada panit era yang unt uk it u ia m em berikan surat
t anda t erim a.

( 2) Dalam hal pem ohon kasasi adalah t erdakwa yang kurang m em aham i
hukum , panit era pada wakt u m enerim a perm ohonan kasasi w aj ib
m enanyakan apakah alasan ia m engaj ukan perm ohonan t ersebut dan
unt uk it u panit era m em buat kan m em ori kasasinya.

( 3) Alasan yang t ersebut pada ayat ( 1) dan ayat ( 2) adalah sebagaim ana
dim aksud dalam Pasal 253 ayat ( l) undang- undang ini.

( 4) Apabila dalam t enggang wakt u sebagaim ana dim aksud dalam ayat ( 1) ,
pem ohon t erlam bat m enyerahkan m em ori kasasi m aka hak unt uk
m engaj ukan perm ohonan kasasi gugur.

( 5) Ket ent uan sebagaim ana diat ur dalam Pasal 246 ayat ( 3) berlaku j uga
unt uk ayat ( 4) pasal ini.
( 6) Tem busan m em ori kasasi yang diaj ukan oleh salah sat u pihak, oleh
panit era disam paikan kepada pihak lainnya dan pihak lain it u berhak
m engaj ukan kont ra m em ori kasasi.

( 7) Dalam t enggang wakt u sebagaim ana t ersebut pada ayat ( 1) , panit era
m enyam paikan t em busan kont ra m em ori kasasi kepada pihak yang
sem ula m engaj ukan m em ori kasasi.

Pasal 249

( 1) Dalam hal salah sat u pihak berpendapat m asih ada sesuat u yang perlu
dit am bahkan dalam m em ori kasasi at au kont ra m em ori kasasi,
kepadanya diberikan kesem pat an unt uk m engaj ukan t am bahan it u
dalam t enggang wakt u sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 248 ayat
( 1) .

( 2) Tam bahan sebagaim ana dim aksud dalam ayat ( 1) di at as diserahkan


ke pada panit era pengadilan.

( 3) Selam bat - lam bat nya dalam wakt u em pat belas hari set elah t enggang
wakt u t ersebut dalam ayat ( 1) , perm ohonan kasasi t ersebut
selengkapnya oleh panit era pengadilan segera disam paikan kepada
Mahkam ah Agung.

Pasal 250

( 1) Set elah panit era, pengadilan negeri m enerim a m em ori dan at au kont ra
m em ori sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 248 ayat ( 1) dan ayat
( 4) , ia waj ib segera m engirim berkas perkara kepada Mahkam ah
Agung.

( 2) Set elah panit era Mahkam ah Agung m enerim a berkas perkara t ersebut
ia seket ika m encat at nya dalam buku agenda surat , buku regist er
perkara dan pada kart u penunj uk.

( 3) Buku regist er perkara t ersebut pada ayat ( 2) waj ib dikerj akan, dit ut up
dan dit andat angani oleh panit era pada set iap hari kerj a dan unt uk
diket ahul dit andat angani j uga karena j abat annya oleh Ket ua
Mahkam ah Agung.

( 4) Dalam hal Ket ua Mahkam ah Agung berhalangan, m aka


penandat anganan dilakukan oleh Wakil Ket ua Mahkam ah Agung dan
j ika keduanya berhalangan m aka dengan surat keput usan Ket ua
Mahkam ah Agung dit unj uk hakim anggot a yang t ert ua dalam j abat an.
( 5) Selanj ut nya panit era Mahkam ah Agung m engeluarkan surat bukt i
penerim aan yang aslinya dikirim kan kepada panit era pengadilan
negeri yang bersangkut an, sedangkan kepada para pihak dikirim kan
t em busannya.

Pasal 251

( 1) Ket ent uan sebagaim ana diat ur dalam pasa 157 berlaku j uga bagi
pem eriksaan perkara dalam t ingkat kasasi.

( 2) Hubungan keluarga sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 157 ayat ( 1)
berlaku j uga ant ara hakim dan.at au panit era t ingkat kasasi dengan
hakim dan at au panit era t ingkat banding sert a t ingkat pert am a, yang
t elah m engadili perkara yang sam a.

( 3) Jika seorang hakim yang m engadili perkara dalam t ingkat pert am a


at au t ingkat banding, kem udian t elah m enj adi hakim at au panit era
pada Mahkam ah Agung, m ereka dilarang bert indak sebagai hakim
at au panit era unt uk perkara yang sam a dalam t ingkat kasasi.

Pasal 252

( 1) Ket ent uan sebagaim ana diat ur dalam Pasal 220 ayat ( 1) dan ayat ( 21)
berlaku j uga bagi pem eriksaan perkara dalam t ingkat kasasi.

( 2) Apabila ada keraguan at au perbedaan pendapat m engenai hal


sebagaim ana t ersebut pada ayat ( 1) , m aka dalam t ingkat kasasi :
a. Ket ua Mahkam ah Agung karena j abat annya bert indak sebagai
pej abat yang berw enang m enet apkan;
b. dalam hal m enyangkut Ket ua Mahakam ah Agung sendiri, yang
berwenang m enet apkannya adalah suat u panit ia yang t erdiri
dari t iga orang yang dipilih oleh dan ant ar hakim anggot a yang
seorang diant aranya harus hakim anggot a yang t ert ua dalam
j abat an.

Pasal 253

( 1) Pem eriksaan dalam t ingkat kasasi dilakukan oleh Mahkam ah Agung


at as perm int aan para pihak sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 244
dan Pasal 249 guna m enent ukan :

a. apakah benar suat u perat uran hukum t idak dit erapkan at au


dit erapkan t idak sebagaim ana m est inya;
b. apakah benar cara m engadili t idak dilaksanakan m enurut
ket ent uan undang- undang;
c. apakah benar pengadilan t elah m elam paui bat as w ewenangnya.

( 2) Pem eriksaan sebagaim ana t ersebut pada ayat ( 1) dilakukan dengan


sekurang- kurangnya t iga orang hakim at as dasar berkas perkara yang
dit erim a dari pengadilan lain dari pada Mahkam ah Agung, yang t erdiri
dari berit a acara pem eriksaan dari penyidik, berit a acara pem eriksaan
di sidang, sem ua surat yang t im bul di sidang yang berhubungan
dengan perkara it u bersert a put usan pengadilan t ingkat pert am a dan
at au t ingkat t erakhir.

( 3) Jika dipandang perlu unt uk kepent ingan pem eriksaan sebagaim ana
t ersebut pada ayat ( 1) , Mahkam ah Agung dapat m endengar sendiri
ket erangan t erdakw a at au saksi at au penunt ut um um , dengan
m enj elaskan secara singkat dalam surat panggilan kepada m ereka
t ent ang apa yang ingin diket ahuinya at au Mahkam ah Agung dapat
pula m em erint ahkan pengadilan sebagaim ana dim aksud dalam ayat
( 2) 'unt uk m endeng'ar ket erangan m ereka, dengan cara pem anggilan
yang sam a.

( 4) Wewenang unt uk m enent ukan penahanan beralih ke Mahkam ah Agung


sej ak diaj ukan perm ohonan kasasi.

( 5) a. Dalam 'wakt u t iga bari sej ak m enerim a berkas perkara kasasi


sebagaim ana dim aksud dalam ayat ( 2) Mahkam ah Agung waj ib
m em pelaj arinya unt uk m enet apkan apakah t erdakw a perlu t et ap
dit ahan at au t idak, baik karena wewenang j abat annya m aupun at as
perm int aan t erdakw a.
b. Dalam hal t erdakwa t et ap dit ahan, m aka dalam wakt u em pat
belas hari, sej ak penet apan penahanan Mahkam ah Agung waj ib
m em eriksa perkara t ersebut .

Pasal 254

Dalam hal Mahkam ah Agung m em eriksa perm ohonan kasasi karena t elah
m em enuhi ket ent uan sebagaim ana dim aksud dalam Pasal245, Pasal246,.
dan Pasal 247. m engenai hukum nya Mahkam ah Agung dapat m em ut us
m enolak at au m engabulkan perm ohonan kasasi.

Pasal 255

( 1) Dalam hal suat u put usan dibat alkan karena perat uran hukum t idak
dit erapkan at au dit erapkan t idak sebagaim ana m est inya, Mahkam ah
Agung m engadili sendiri perkara t ersebut .

( 2) Dalam hal suat u put usan dibat alkan karena cara m engadili t idak
dilaksanakan m enurut ket ent uan undang- undang, Mahkam ah Agung
m enet apkan disert ai pet unj uk agar pengadilan yang m em ut us perkara
yang bersangkut an m em eriksanya . lagi m engenai. bagian yang
dibat alkan, at au berdasarkan alasan t ert ent u Mahkam ah Agung dapat
m enet apkan perkara t ersebut diperiksa oleh pengadilan set ingkat yang
lain.

( 3) Dalam hal suat u put usan dibat alkan karena pengadilan at au hakim
yang bersangkut an t idak berwenang m engadili perkara t ersebut ,
Mahkam ah Agung m enet apkan pengadilan at au hakim lain m engadili
perkara t ersebut .

Pasal 256

Jika Mahkam ah Agung m engabulkan perm ohonan kasasi sebagaim ana


dim aksud dalam Pasal 254, Mahkam ah Agung m em bat alkan put usan
pengadilan yang dim int akan kasasi dan dalam hal it u berlaku ket ent uan
Pasal 255.

Pasal 257

Ket ent uan sebagaim ana diat ur dalam Pasal 226 dan Pasal 243 berlaku j uga
bagi put usan kasasi Mahkam ah'Agung, kecuali t enggang wakt u t ent ang
pengirim an salinan put usan besert a berkas perkaranya kepada pengadilan
yang m em ut us pada t ingkat pert am a dalam wakt u t uj uh hari.

Pasal 258

Ket ent uan sebgaim ana t ersebut pada Pasal 244 sam pai dengan Pasal 257
berlaku bagi acara perm ohonan kasasi t erhadap put usan pengadilan dalam
lingkungan peradilan m ilit er.

BAB XVI I I
UPAYA HUKUM LUAR BI ASA

Bagian Kesat u
Pem eriksaan Tingkat Kasasi Dem i Kepent ingan Hukum

Pasal 259

( 1) Dem i kepent ingan hukum t erhadap sem ua put usan yang t elah
m em peroleh kekuat an hukum t et ap dari pengadilan lain selain
daripada Mahkam ah Agung, dapat diaj ukan sat u kali perm ohonan
kasasi oleh Jaksa Agung.

( 2) Put usan kasasi dem i kepent ingan hukum t idak boleh m erugikan pihak
yang berkepent ingan.

Pasal 260

( 1) Perm ohonan kasasi dem i kepent ingan hukum disam paikan secara
t ert ulis oleh Jaksa Agung kepada Mahkam ah Agung m elalui panit era
pengadilan yang t elah m em ut us perkara dalam t ingkat pert am a,
disert ai risalah yang m em uat alasan perm int aan it u.

( 2) Salinan risalah sebagaim ana dim aksud dalam ayat ( 1) oleh panit era
segera disam paikan kepada pihak yang berkepent ingan.

( 3) Ket ua pengadilan yang bersangkut an segera. m eneruskan perm int aan


it u kepada Mahkam ah Agung.

Pasal 261

( 1) Salinan put usan kasasi dem i kepent ingan hukum oleh Mahkam ah
Agung disam paikan kepada Jaksa Agung dan kepada pengadilan yang
bersangkut an dengan disert ai berkas perkara.

( 2) Ket ent uan sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 243 ayat ( 2) dan ayat
( 4) berlaku j uga dalam hal ini.

Pasal 262

Ket ent uan sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 259, Pasal 260 dan Pasal 261
berlaku bagi acara perm ohonan kasasi dem i kepent ingan hukum t erhadap
put usan pengadilan dalam lingkungan peradilan m ilit er.

Bagian Kedua Peninj auan Kem bali Put usan Pengadilan Yang Telah
Mem peroleh Kekuat an Hukum Tet ap

Pasal 263

( 1) Terhadap put usan pengadilan yang t elah m em peroleh kekuat an


hukum t et ap, kecuali put usan bebas at au lepas dari segala t unt ut an
hukum , t erpidana at au ahli warisnya dapat m engaj ukan perm int aan
peninj auan. kem bali kepada Mahkam ah Agung.
( 2) Perm int aan peninj auan kem bali dilakukan at as dasar :

a. apabila t erdapat keadaan baru yang m enim bulkan dugaan kuat ,


bahwa j ika keadaan it u sudah diket ahui pada wakt u sidang
m asih berlangsung, hasilnya akan berupa put usan bebas at au
put usan lepas dari segala t unt ut an hukum at au t unt ut an
penunt ut um um t idak dapat dit erim a at au t erhadap perkara it u
dit erapkan ket ent uan pidana yang lebih ringan;
b. apabila dalam pelbagai put usan t erdapat pernyat aan bahwa
sesuat u t elah t erbukt i, akan t et api hal at au keadaan sebagai
dasar dan alasan put usan yang dinyat akan t elah t erbukt i it u,
t ernyat a t elah bert ent angan sat u dengan yang lain;
c. apabila put usan it u dengan j elas m em perlihat kan suat u
kekhilafan hakim at au suat u kekeliruan yang nyat a.

( 3) At as dasar alasan yang sam a sebagaim ana t ersebut pada ayat ( 2)


t erhadap suat u put usan pengadilan yang t elah m em peroleh kekuat an
hukum t et ap dapat diaj ukan perm int aan peninj auan kem bali apabila
dalam put usan it u suat u perbuat an yang didakwakan t elah dinyat akan
t erbukt i akan t et api t idak diikut i oleh suat u pem idanaan.

Pasal 264

( 1) Perm int aan peninj auan kem bali oleh pem ohon sebagaim ana dim aksud
dalam Pasal 263 ayat ( 1) diaj ukan kepada panit era pengadilan yang
t elah m em ut us perkaranya dalam t ingkat pert am a dengan
m enyebut kan secara j elas alasannya.

( 2) Ket ent uan sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 245 ayat ( 2) berlaku
j uga bagi perm int aan peninj auan kem bali

( 3) Perm int aan peninj auan kem bali t idak dibat asi dengan suat u j angka
wakt u.

( 4) Dalam hal pem ohon peninj auan kem bali adalah t erpidana yang kurang
m em aham i hukum , panit era pada wakt u m enerim a perm int aan
peninj auan kem bali w aj ib m enanyakan apakah alasan ia m engaj ukan
perm int aan t ersebut dan unt uk it u panit era m em buat kan surat
perm int aan peninj auan kem bali

( 5) Ket ua pengadilan segera m engirim kan surat perm int aan peninj auan-
kem bali besert a berkas perkaranya kepada Mahkam ah Agung, disert ai
suat u cat at an penj elasan.

Pasal 265
( 1) Ket ua peagadilan set elah m enerim a perm int aan peninj auan kem bali
sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 263 ayat ( 1) m enunj uk hakim
yang t idak m em eriksa perkara sem ula yangdim int akan peninj auan-
kem bali it u unt uk m em eriksa apakah perm int aan peninj auan kem bali
t ersebut m em enuhi alasan sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 263
ayat ( 2) .

( 2) Dalam pem eriksaan sebagaim ana t ersebut pada ayat ( 1) , pem ohon
dan j aksa ikut hadir dan dapat m enyam paikan pendapat nya.

( 3) At as pem eriksaan t ersebut dibuat berit a acara pem eriksaan yang


dit andat angani oleh hakim , j aksa, pem ohon dan panit era dan
berdasarkan berit a acara it u dibuat berit a acara pendapat yang
dit andat angani oleh hakim dan panit era.

( 4) Ket ua pengadilan segera m elanj ut kan perm int aan peninj auan kem bali
yang dilam piri berkas perkara sem ula, berit a acara pem eriksaan dan
berit a acara pendapat kepada Mahkam ah Agung yang t em busan surat
pengant arnya disam paikan kepada pem ohon dan j aksa.

( 5) Dalam hal suat u perkara yang dim int akan peninj auan kem bali adalah
put usan pengadilan banding, m aka t em busan surat pengant ar t ersebut
harus dilam piri t em busan berit a acara pem eriksaan sert a berit a acara
pendapat dan disam paikan kepada pengadilan banding yang
bersangkut an.

Pasal 266

( 1) Dalam hal perm int aan peninj auan kem bali t idak m em enuhi ket ent uan
sebagaim ana t ersebut pada Pasal 263 ayat ( 2) , Mahkam ah Agung
m enyat akan bahwa perm int aan peninj auan kem bali t idak dapat
dit erim a dengan disert ai dasar alasannya.

( 2) Dalam hal Mahkam ah Agung berpendapat bahwa perm int aan penin
j auan kem bali dapat dit erim a unt uk diperiksa, berlaku ket ent uan
sebagai berikut :
a. apabila Mahkam ah Agung t idak m em benarkan alasan pem ohon,
Mahkam ah Agung m enolak perm int aan peninj auan kem bali
dengan m enet apkan bahwa put usan yang dim int akan
peninj auan kem bali it u t et ap berlaku disert ai dasar
pert im bangannya;
b. apabila Mahkam ah Agung m em benarkan alasan pem ohon, Mah
kam ah Agung m em bat alkan put usan yang dim int akan
peninj auan- kem bali it u dan m enj at uhkan put usan yang dapat
berupa :
1. put usan bebas;
2. put usan lepas dari segala t unt ut an hukum ;
3. put usan t idak dapat m enerim a t unt ut an penunt ut um um ;
3. put usan dengan m enerapkan ket ent uan pidana yang lebih
ringan.

( 3) Pidana yang dij at uhkan dalam put usan peninj auan kem bali t idak boleh
m elebihi pidana yang t elah dij at uhkan dalam put usan sem ula.

Pasal 267

( 1) Salinan put usan Mahkam ah Agung t ent ang peninj auan kem bali besert a
berkas perkaranya dalam wakt u t uj uh hari set elah put usan t ersebut
dij at uhkan, dikirim kepada pengadilan yang m elanj ut kan perm int aan
peninj auan kem bali

( 2) Ket ent uan sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 243 ayat ( 2) , ayat ( 3) ,
ayat ( 4) dan ayat ( 5) berlaku j uga bagi put usan Mahkam ah Agung
m engenai peninj auan kem bali

Pasal 268

( 1) Perm int aan peninj auan kem bali at as suat u put usan t idak
m enangguhkan m aupun m enghent ikan pelaksanaan dari put usan
t ersebut .

( 2) Apabila suat u perm int aan peninj auan kem bali sudah dit erim a oleh
Mahkam ah Agung dan sem ent ara it u pem ohon m eninggal dunia,
m engenai dit eruskan at au t idaknya peninj auan kem bali t ersebut
diserahkan kepada kehendak ahli warisnya.

( 3) Perm int aan peninj auan kem bali at as suat u put usan hanya dapat
dilakukan sat u kali saj a.

Pasal 269

Ket ent uan sebagaim ana t ersebut pada Pasal 263 sam pai dengan Pasal 268
berlaku bagi acara perm int aan peninj auan kem bali t erhadap put usan
pengadilan dalam lingkungan peradilan m ilit er.

BAB XI X
PELAKSANAAN PUTUSAN PENGADI LAN

Pasal 270
Pelaksanaan put usan pengadilan yang t elah m em peroleh kekuat an hukum
t et ap dilakukan oleh j aksa, yang unt uk it u panit era m engirim kan salinan
surat put usan kepadanya.

Pasal 271

Dalam hal pidana m at i pelaksanaannya dilakukan t idak dim uka um um dan


m enurut ket ent uan undang- undang.

Pasal 272

Jika t erpidana dipidana penj ara at au kurungan dan kem udian dij at uhi pidana
yang sej enis sebelum ia m enj alani pidana yang dij at uhkan t erdahulu, m aka
pidana it u dij alankan bert urut - t urut dim ulai dengan pidana yang dij at uhkan
lebih dahulu.

Pasal 273

( 1) Jika put usan pengadilan m enj at uhkan pidana denda, kepada t erpidana
diberikan j angka w akt u sat u bulan unt uk m em bayar denda t ersebut
kecuali dalam put usan acara pem eriksaan cepat yang harus seket ika
dilunasi.

( 2) Dalam hal t erdapat alasan kuat , j angka wakt u sebagaim ana t ersebut
pada ayat ( 1) dapat diperpanj ang unt uk paling lam a sat u bulan.

( 3) Jika put usan pengadilan j uga m enet apkan bahwa barang bukt i
diram pas unt uk negara, selain pengecualian sebagaim ana t ersebut
pada Pasal 46, j aksa m enguasakan benda t ersebut kepada kant or
lelang negara dan dalam wakt u t iga bulan unt uk dij ual lelang, yang
hasilnya dim asukkan ke kas negara unt uk dan at as nam a j aksa.

( 4) Jangka wakt u sebagaim ana t ersebut pada ayat ( 3) dapat diperpanj ang
unt uk paling lam a sat u bulan.

Pasal 274

Dalam hal pengadilan m enj at uhkan j uga put usan gant i kerugian
sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 99, m aka pelaksanaannya dilakukan
m enurut t at acara put usan perdat a.

Pasal 275
Apabila lebih dari sat u orang dipidana dalam sat u perkara, m aka biaya
perkara dan at au gant i kerugian sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 274
dibebankan kepada m ereka bersam a- sam a secara berim bang.

Pasal 276

Dalam hal pengadilan m enj at uhkan pidana bersyarat , m aka pelaksanaannya


dilakukan dengan pengawasan sert a pengam at an yang sungguh- sungguh
dan m enurut ket ent uan undang- undang.

BAB XX
PENGAWASAN DAN PENGAMATAN PELAKSANAAN PUTUSAN PENGADI LAN

Pasal 277

( 1) Pada set iap pengadilan harus ada hakim yang diberi t ugas khusus
unt uk m em bant u ket ua dalam m elakukan pengawasan dan
pengam at an t erhadap put usan pengadilan yang m enj at uhkan pidana
peram pasan kem erdekaan.

( 2) Hakim sebagaim ana dim aksud dalam ayat ( 1) yang disebut hakim
pengawas dan pengam at , dit unj uk oleh ket ua pengadilan unt uk paling
lam a dua t ahun.

Pasal 278

Jaksa m engirim kan t em busan berit a acara pelaksanaan put usan pengadilan
yang dit andat angani olehnya, kepala lem baga pem asyarakat an dan t erpidana
kepada pengadilan yang m em ut us perkara pada t ingkat pert am a dan
panit era m encat at nya dalam regist er pengawasan dan pengam at an.

Pasal 279

Regist er pengawasan dan pengam at an sebagaim ana t ersebut pada Pasal278


waj ib dikerj akan, dit ut up dan dit andat angani oleh panit era pada set iap hari
kerj a dan unt uk diket ahui dit andat angani j uga oleh hakim sebagaim ana
dim aksud dalam Pasal 277
Pasal 280

( 1) Hakim pengawas dan pengam at m engadakan pengawasan guna


m em peroleh kepast ian bahwa put usan pengadilan dilaksanakan
sebagaim ana m est inya.

( 2) Hakim pengawas dan pengam at m engadakan pengam at an unt uk


bahan penelit ian dem i ket et apan yang berm anfaat bagi pem idanaan,
yang diperoleh dari perilaku narapidana at au pem binaan lem baga
pem asyarakat an sert a pengaruh t im bal balik t erhadap nara pidana
selam a m enj alani pidananya.

( 3) Pengam at an sebagaiam ana dim aksud dalam a ayat ( 2) t et ap


dilaksanakan set elah t erpidana selesai m enj alani pidananya.

( 4) Pengawas dan pengam at an sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 277
berlaku pula bagi pem idanaan bersyarat .

Pasal 281

At as perm int aan hakim pengaw as dan pengam at , kepala lem baga
pem asyarakat an m enyam paikan inform asi secara berkala at au sewakt u-
wakt u t ent ang perilaku narapidana t ert ent u yang ada dalam pengam at an
hakim t ersebut .

Pasal 282

Jika dipandang perlu dem i pendayagunaan pengam at an, hakim pengaw as


dan pengam at dapat m em bicarakan dengan kepala lem baga pem asyarakat an
t ent ang cara pem binaan narapidana t ert ent u.

Pasal 283

Hasil pengawasan dan pengam at an dilaporkan oleh hakim pengawas dan


pengam at kepada ket ua pengadilan secara berkala.

BAB XXI
KETENTUAN PERALI HAN

Pasal 284
( 1) Terhadap perkara yang ada sebelum undang- undang ini diundangkan,
sej auh m ungkin diberlakukan ket ent uan undang- undang ini.

( 2) Dalam wakt u dua t ahun set elah undang- undang ini diundangkan,
m aka t erhadap sem ua perkara diberlakukan ket ent uan undang-
undang ini, dengan pengecualian unt uk sem ent ara m engenai
ket ent uan khusus acara pidana sebagaim ana t ersebut pada undang-
undang t ert ent u, sam pai ada perubahan dan at au dinyat akan t idak
berlaku lagi.

BAB XXI I
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 285

Undang- undang ini disebut Kit ab Undang- undang Hukum Acara Pidana.

Pasal 286

Undang- undang ini m ulai berlaku pada t anggal diundangkan.

Agar supaya set iap orang m enget ahuinya, m em erint ahkan


pengundangan undang- undang ini dengan penem pat annya dalam Lem baran
Negara Republik I ndonesia.

Disahkan di Jakart a
pada t anggal 31 Desem ber 1981
PRESI DEN REPUBLI K I NDONESI A,

SOEHARTO

Diundangkan di Jakart a
pada t anggal 31 Desem ber 1981
MENTERI / SEKRETARI S NEGARA
REPUBLI K I NDONESI A,
SUDHARMONO, SH.

PENJELASAN ATAS UNDANG- UNDANG REPUBLI K I NDONESI A NOMOR 8


TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PI DANA

I. PENJELASAN UMUM.

1. Perat uran yang m enj adi dasar bagi pelaksanaan hukum acara
pidana dalam lingkungan peradilan um um sebelum undang-
undang ini berlaku adalah " Reglem en I ndonesia yang dibaharui
at au yang t erkenal dengan nam a " Het Herziene I nlandsch
Reglem ent " at au H.I .R. ( St aat sblad Tahun 1941 Nom or 44) ,
Yang berdasarkan Pasal 6 ayat ( 1) Undang- undang Nom or 1
Drt . Tahun 1951, seberapa m ungkin harus diam bil sebagai
pedom an t ent ang acara perkara pidana sipil oleh sem ua
pengadilan dan kej aksaan negeri dalam w ilayah Republik
I ndonesia, kecuali at as beberapa perubahan dan t am bahannya.
Dengan Undang- undang Nom or 1 Drt . Tahun 1951 it u
dim aksudkan unt uk m engadakan unifikasi hukum acara pidana,
yang sebelum nya t erdiri dari hukum acara pidana bagi landraad
dan hukum acara pidana bagi raad van j ust it ie.
Adanya dua m acam hukum acara pidana it u, m erupakan akibat
sem at a dari perbedaan peradilan bagi golongan penduduk
Bum iput era dan peradilan bagi golongan bangsa Eropa di Jam an
Hindia Belanda yang m asih t et ap dipert ahankan, w alaupun
Reglem en I ndonesia yang lam a ( St aat sblad Tahun 1848 Nom or
16) t elah diperbaharui dengan Reglem en I ndonesia yang
dibaharui ( R.I .B.) , karena t uj uan dari pem baharuan it u
bukanlah dim aksudkan unt uk m encapai sat u kesat uan hukum
acara pidana, t et api j ust eru ingin m eningkat kan hukum acara
pidana bagi raad van j ust it ie.
Meskipun Undang- undang Nom or 1 Drt . Tahun 1951 t elah
m enet apkan bahwa hanya ada sat u hukum acara pidana yang
berlaku unt uk seluruh I ndonesia, yait u R.I .B, akan t et api
ket ent uan yang t ercant um di dalam nya t ernyat a belum
m em berikan j am inan dan perlindungan t erhadap hak asasi
m anusia, perlindungan t erhadap harkat dan m art abat m anusia
sebagaim ana waj arnya dim iliki oleh suat u negara hukum .
Khususnya m engenai bant uan hukum di dalam pem eriksaan
oleh penyidik at au penunt ut um um t idak diat ur dalam R.I .B.,
sedangkan m engenai hak pem berian gant i kerugian j uga t idak
t erdapat ket ent uannya.
Oleh karena it u dem i pem bangunan dalam bidang hukum dan
sehubungan dengan hal sebagaim ana t elah dij elaskan di m uka,
m aka " Het Herziene I nlandsch Reglem ent " ( St aat sblad Tahun
1941 Nom or 44) berhubungan dengan dan Undang- undang
Nom or 1 Drt . Tahun 1951 ( Lem baran Negara Tahun 1951
Nom or 59, Tam bahan Lem baran Negara Nom or 81) sert a sem ua
perat uran pelaksanaannya dan ket ent uan yang diat ur dalam
perat uran perundang- undangan lainnya, sepanj ang hal it u
m engenai hukum acara pidana, perlu dicabut karena t idak
sesuai dengan cit a- cit a hukum nasional dan digant i dengan
undang- undang hukum acara pidana baru yang m em punyai ciri
kondifikat if dan unifikat if berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945.

2. Undang- Undang Dasar 1945 m enj elaskan dengan t egas, bahw a


Negara I ndonesia berdasarkan at as hukum ( recht sst aat ) ,t idak
berdasarkan at as kekuasaan belaka ( m acht sst aat ) . Hal it u
berart i bahwa Republik I ndonesia ialah negara hukum yang
dem okrat is berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar
1945, m enj unj ung t inggi hak asasi m anusia dan m enj am in
segala warganegara bersam aan kedudukannya di dalam hukum
dan pem erint ahan, sert a waj ib m enj unj ung hukum dan
Pem erint ahan it u dengan t idak ada kecualinya.
Jelaslah bahwa penghayat an, pengam alan dan pelaksanaan hak
asasi m anusia m aupun hak sert a kewaj iban warganegara unt uk
m enegakkan keadilan t idak boleh dit inggalkan oleh set iap
warganegara, set iap penyelenggara negara, set iap lem baga
kenegaraan dan lem baga kem asyarakat an baik di pusat m aupun
di daerah yang perlu t erwuj ud pula dalam dan dengan adanya
hukum acara pidana ini.
Selanj ut nya sebagaim ana t ercant um dalam Garis- garis Besar
Haluan Negara ( Ket et apan Maj elis Perm usyawarat an Rakyat
Republik I ndonesia Nom or I V/ MPR/ 1978) , m aka w awasan unt uk
m encapai t uj uan pem bangunan nasional adalah Waw asan
Nusant ara yang dalam bidang hukum m enyat akan bahwa
seluruh kepulauan Nusant ara ini sebagai sat u kesat uan hukum
dalam art i bahwa hanya ada sat u hukum nasional yang
m engabdi pada kepent ingan nasional.
Unt uk it u perlu diadakan pem bangunan sert a pem baharuan
hukum dengan m enyem purnakan perundang- undangan sert a
dilanj ut kan dan dit ingkat kan usaha kodifikasi dan unifikasi
hukum dalam bidang t ert ent u dengan m em perhat ikan
kesadaran hukum dalam m asyarakat yang berkem bang ke arah
m odernisasi m enurut t ingkat an kem aj uan pem bangunan di
segala bidang.
Pem bangunan yang sedem ikian it u di bidang hukum acara
pidana bert uj uan, agar m asyarakat dapat m enghayat i hak dan
kewaj ibannya dan agar dapat dicapai sert a dit ingkat kan
pem binaan sikap para pelaksana penegak hukum sesuai dengan
fungsi dan wewenang m asing- m asing ke arah t egak m ant apnya
hukum , keadilan dan perlindungan yang m erupakan
pengayom an t erhadap keluhuran harkat sert a m art abat
m anusia, ket ert iban dan kepast ian hukum dem i t egaknya
Republik I ndonesia sebagai negara hukum sesuai dengan
Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945.

3. Oleh karena it u undang- undang ini yang m engat ur t ent ang


hukum acara pidana nasional, waj ib didasarkan pada
falsafah/ pandangan hidup bangsa dan dasar negara, m aka
sudah seharusnyalah di dalam ket ent uan m at eri pasal at au ayat
t ercerm in perlindungan t erhadap hak asasi m anusia sert a
kewaj iban warganegara sepert i t elah diuraikan di m uka,
m aupun asas yang akan disebut kan selanj ut nya.
Asas yang m engat ur perlindungan t erhadap keluhuran harkat
sert a m art abat m anusia yang t elah dilet akkan di dalam Undang-
undang t ent ang Ket ent uan- ket ent uan Pokok Kekuasaan
Kehakim an, yait u Undang- undang Nom or 14 Tahun 1970 harus
dit egakkan dalam dan dengan undang- undang ini.
Adapun asas t ersebut ant ara lain adalah :
a. Perlakuan yang sam a at as diri set iap orang di m uka
hukum dengan t idak m engadakan pem bedaan perlakuan.

b. Penangkapan, panahanan, penggeledahan dan penyit aan


hanya dilakukan berdasarkan perint ah t ert ulis oleh
pej abat yang diberi wewenang oleh undang- undang dan
hanya dalam hal dan dengan cara yang diat ur dengan
undang- undang,

c. Set iap orang yang disangka, dit angkap, dit ahan, dit unt ut
dan at au dihadapkan di m uka sidang pengadilan, waj ib
dianggap t idak bersalah sam pai adanya put usan
pengadilan yang m enyat akan kesalahannya dan
m em peroleh kekuat an hukum t et ap.

d. Kepada seorang yang dit angkap, dit ahan, dit unt ut


at aupun diadili t anpa alasan yang berdasarkan undang-
undang dan at au karena kekeliruan m engenai orangnya
at au hukum yang dit erapkan w aj ib diberi gant i kerugian
dan rehabilit asi sej ak t ingkat penyidikan dan para pej abat
penegak hukum , yang dengan sengaj a at au karena
kelalaiannya m enyebabkan asas hukum t ersebut
dilanggar, dit unt ut , dipidana dan at au dikenakan
hukum an adm inist rasi.

e. Peradilan yang harus dilakukan dengan cepat , sederhana


dan biaya ringan sert a bebas, j uj ur dan t idak m em ihak
harus dit erapkan secara konsekuen dalam seluruh t ingkat
peradilan.
f. Set iap orang yang t ersangkut perkara waj ib diberi
kesem pat an m em peroleh bant uan hukum yang sem at a-
m at a diberikan unt uk m elaksanakan kepent ingan
pem belaan at as dirinya.

g. Kepada seorang t ersangka, sej ak saat dilakukan


penangkapan dan at au penahanan selain waj ib diberit ahu
dakwaan dan dasar hukum apa yang didakwa,
kepadanya, j uga waj ib diberit ahu haknya it u t erm asuk
hak unt uk m enghubungi dan m int a bant uan penasihat
hukum .

h. Pengadilan m em eriksa perkara pidana dengan hadirnya


t erdakwa.

i. Sidang pem eriksaan pengadilan adalah t erbuka unt uk


um um kecuali dalam hal yang diat ur dalam undang-
undang.

j. Pengawasan pelaksanaan put usan pengadilan dalam


perkara pidana dit et apkan oleh ket ua pengadilan negeri
yang bersangkut an.

4. Dengan landasan sebagaim ana t elah diuraikan di m uka dalam


kebulat annya yang ut uh sert a m enyeluruh, diadakanlah
pem baharuan at as hukum acara pidana yang sekaligus
dim aksudkan sebagai suat u upaya unt uk m enghim pun
ket ent uan acara pidana, yang dengan ini m asih t erdapat dalam
berbagai undang- undang ke dalam sat u undang- undang hukum
acara pidana nasional sesuai dengan t uj uan kodifikasi dan
unifikasi it u. At as pert im bangan yang sedem ikian it ulah,
undang- undang hukum acara pidana ini disebut Kit ab Undang-
undang Hukum Acara Pidana, disingkat K.U.H.A.P.

Kit ab Undang- undang ini t idak saj a m em uat ket ent uan
t ent ang t at acara dari suat u proses pidana, t et api kit ab inipun
j uga m em uat hak dan kewaj iban dari m ereka yang ada dalam
suat u proses pidana dan m em uat pula hukum acara pidana
Mahkam ah Agung set elah dicabut nya Undang- undang
Mahkam ah Agung ( Undang- undang Nom or 1 Tahun 1950) oleh
Undang- undang Nom or 13 Tahun 1965.

I I . PENJELASAN PASAL DEMI PASAL.


Pasal 1
Cukup j elas.

Pasal 2

a. Ruang lingkup undang- undang ini m engikut i asas- asas yang


dianut oleh hukum pidana I ndonesia.
b. Yang dim aksud dengan " peradilan um um " t erm asuk
pengkhususannya sebagaim ana t ercant um dalam penj elasan
Pasal 10 ayat ( 1) alinea t erakhir Undang- undang Nom or 14
Tahun 1970.

Pasal 3
Cukup j elas.

Pasal 4
Cukup j elas

Pasal 5

Ayat ( 1) .
Huruf a
Angka 1 s/ d 3
Cukup j elas
Angka 4
Yang dim aksud dengan " t indakan lain" adalah t indakan
dari penyelidik unt uk kepent ingan penyelidikan dengan
syarat :
a) t idak bert ent angan dengan suat u at uran
hukum ;
b) selaras dengan kewaj iban hukum yang
m engharuskan dilakukannya t indakan
j abat an;
c) t indakan it u harus pat ut dan m asuk akal dan
t erm asuk dalam lingkungan j abat annya;
d) at as pert im bangan yang layak berdasarkan
keadaan m em aksa;
e) m enghorm at i hak asasi m anusia.

Huruf b
Cukup j elas.
Ayat ( 2)
Cukup j elas.

Pasal 6
Ayat ( 1)
Cukup j elas.

Ayat ( 2)
Kedudukan dan kepangkat an penyidik yang diat ur dalam
perat uran pem erint ah diselaraskan dan diseim bangkan dengan
kedudukan dan kepangkat an penunt ut um um dan hakim
peradilan um um .

Pasal 7

Ayat ( 1)
Huruf a s/ d h
Cukup j elas.
Huruf i
Lihat Pasal 109 ayat ( 2) .
Huruf j
Lihat penj elasan Pasal 5 ayat ( 1) huruf a angka 4.
Ayat ( 2)
Yang dim aksud dengan " penyidik dalam ayat ini" adalah
m isalnya pej abat bea dan cukai, pej abat im igrasi dan pej abat
kehut anan, yang m elakukan t ugas penyidikan sesuai dengan
wewenang khusus yang diberikan oleh undang- undang yang
m enj adi dasar hukum nya m asing- m asing.

Ayat ( 3)
Cukup j elas.

Pasal 8
Cukup j elas.

Pasal 9

Dalam keadaan yang m endesak dan perlu, unt uk t ugas t ert ent u dem i
kepent ingan penyelidikan, at as perint ah t ert ulis Ment eri Kehakim an
pej abat im igrasi dapat m elakukan t ugasnya sesuai dengan ket ent uan
undang- undang yang berlaku.

Pasal 10

Ayat ( 1)
Yang dim aksud dengan " paj abat kepolisian negara Republik
I ndonesia" t erm asuk pegawai negeri sipil t ert ent u dalam
lingkungan kepolisian negara Republik I ndonesia.
Ayat ( 2)
Cukup j elas.

Pasal 11

Pelim pahan wewenang penahanan kepada penyidik pem bant u hanya


diberikan apabila perint ah dari penyidik t idak dim ungkinkan karena hal dan
dalam keadaan yang sangat diperlukan at au di m ana t erdapat ham bat an
perhubungan di daerah t erpencil at au di t em pat yang belum ada pet ugas
penyidik dan at au dalam hal lain yang dapat dit erim a m enurut kewaj aran.

Pasal 12
Cukup j elas.

Pasal 13
Cukup j elas.

Pasal 14

Huruf a s/ d h.
Cukup j elas.
Huruf i
Yang dim aksud dengan " t indakan lain" ialah ant ara lain
m enelit i indent it a; t ersangka, barang bukt i dengan
m em perhat ikan secara t egas bat as w ewenang dan fungsi
ant ara penyidik, penunt ut um um dan pengadilan.

Huruf j
Cukup j elas.

Pasal 15
Cukup j elas

Pasal 16

Ayat ( 1)
Yang dengan " at as perint ah penyidik" t erm asuk j uga penyidik
pem bant u sebagaim ana dim aksud dalam penj elasan Pasal 11. Perint ah
yang dim aksud berupa suat u surat perint ah yang dibuat secara
t ersendiri, dikeluarkan sebelum penangkapan dilakukan.

Ayat ( 2)
Cukup j elas.
Pasal 17

Yang dim aksud dengan " bukt i perm ulaan yang cukup" ialah bukt i
perm ulaan unt uk m enduga adanya t indak pidana sesuai dengan bunyi Pasal
1 but ir 14. Pasal ini m enent ukan bahwa perint ah penangkapan t idak dapat
dilakukan dengan sewenang- w enang, t et api dit uj ukan kepada m ereka yang
bet u- bet ul m elakukan t indak pidana.

Pasal 18

Ayat ( 1)
Surat perint ah penangkapan dikeluarkan oleh pej abat kepolisian
negara Republik I ndonesia yang berw enang dalam m elakukan
penyidikan didaerah hukum nya.

Ayat ( 2)
Cukup j elas.
Ayat ( 3)
Cukup j elas.

Pasal 19
Cukup j elas.

Pasal 20
Cukup j elas

Pasal 21
Ayat ( 1)
Cukup j elas.
Ayat ( 2)
Cukup j elas.
Ayat ( 3)
Cukup j elas.
Ayat ( 4)
Huruf a
Cukup j elas.

Huruf b
Tersangka at au t erdakwa pecandu narkot ika sej auh
m ungkin dit ahan dit em pat t ert ent u yang sekaligus
m erupakan t em pat perawat an.

Pasal 22

Ayat ( 1)
Selam a belum ada rum ah t ahanan negara di t em pat yang
bersangkut an, penahanan dapat dilakukan di kant or kepolisian
negara, dikant or kej aksaan negeri, di lem baga pem asyarakat an,
di rum ah sakit dan dalam keadaan yang m em aksa dit em pat
lain.

Ayat ( 2) dan ayat ( 3)


Tersangka at au t erdakwa hanya boleh keluar rum ah at au kot a
dengan izin dari penyidik, penunt ut um um at au hakim yang
m em beri perint ah penahanan.

Ayat ( 4)
Cukup j elas.
Ayat ( 5)
Cukup j elas.

Pasal 23
Cukup j elas.

Pasal 24
Ayat ( 1)
Cukup j elas.

Ayat ( 2)
Set iap perpanj angan penahanan hanya dapat diberikan oleh
pej abat yang berw enang unt uk it u at as dasar alasan dan
resum e hasil pem eriksaan yang diaj ukan kepadanya.
Ayat ( 3)
Cukup j elas.
Ayat ( 4)
Cukup j elas.

Pasal 25
Ayat ( 1)
Cukup j elas.

Ayat ( 2)
Set iap perpanj angan penahanan hanya dapat diberikan oleh
pej abat yang berw enang unt uk it u at as dasar alasan dan
resum e hasil pem eriksaan yang diaj ukan kepadanya.

Ayat ( 3)
Cukup j elas.

Ayat ( 4)
Cukup j elas
Pasal 26
Cukup j elas.

Pasal 27
Cukup j elas.

Pasal 28
Cukup j elas.

Pasal 29
Ayat ( 1)
Yang dim aksud dengan " kepent ingan pem eriksaan" ialah
pem eriksaan yang belum dapat diselesaikan dalam wakt u
penahanan yang dit ent ukan. Yang dim aksud dengan " gangguan
fisik at au m ent al yang berat " ialah keadaan t ersangka at au
t erdakwa yang t idak m em ungkinkan unt uk diperiksa karena
alasan fisik at au m ent al.

Ayat ( 2)
Cukup j elas

Ayat ( 3)
Cukup j elas

Ayat ( 4)
Cukup j elas

Ayat ( 5)
Cukup j elas.

Ayat ( 6)
Cukup j elas.

Ayat ( 7)
a. Walaupun berkas perkara belum dilim pahkan ke pengadilan
negeri keberat an t erhadap sah at au t idaknya penahanan pada
t ingkat penyidikan at au penunt ut an yang diperpanj ang
berdasarkan Pasal 29, diaj ukan kepada ket ua pengadilan t inggi
unt uk

b. Terhadap perpanj angan penahan dalam t ingkat pem eriksaan


kasasi sebagaim ana t ersebut pada ayat ( 2) dan ayat ( 3) , t idak
dapat diaj ukan keberat an karena Mahkam ah Agung m erupakan
peradilan t ingkat t erakhir dan yang m elakukan pengawasan
t ert inggi t erhadap perbuat an pengadilan
Pasal 30
Cukup j elas.

Pasal 31

Yang dim aksud dengan " syarat yang dit ent ukan" ialah waj ib lapor,
t idak keluar rum ah at au kot a. Masa penangguhan penahanan dari seorang
t ersangka at au t erdakwa t idak t erm asuk m asa st at us t ahanan.

Pasal 32
Cukup j elas.

Pasal 33
Ayat ( 1)
Penyidik unt uk m elakukan penggeledahan rum ah harus ada surat izin
ket ua pengadilan negeri guna m enj am in hak asasi seorang at as rum ah
kediam annya.

Ayat ( 2)
Jika yang kelakukan penggeledahan rum ah it u bukan penyidik sendiri,
m aka pet ugas kepolisian lainnya harus dapat m enunj ukan selain surat
izin ket ua pengadilan negeri j uga surat perint ah t ert ulis dari penyidik.

Ayat ( 3)
Cukup j elas.

Ayat ( 4)
Yang dim aksud dengan " dua orang saksi" adalah warga dari
lingkungan yang bersangkut an. Yang dim aksud dengan " ket ua
lingkungan" adalah ket ua at au wakil ket ua rukun kam pung, ket ua at au
wakil ket ua rukun t et angga, ket ua at au w akil ket ua rukun warga,
ket ua at au wakil ket ua lem baga yang sederaj at .

Ayat ( 5)
Cukup j elas.

Pasal 34
Ayat ( 1)
" keadaan yang sangat perlu dan m endesak" ialah bilam ana dit em pat
pat ut dikhawat irkan segera m elarikan diri at au m engulangi t indak
pidana at au benda yang dapat disit a dikhawat irkan segera
dim usnahkan at au dipindahkan sedangkan surat izin dari ket ua
pengadilan negeri t idak m ungkin diperoleh dengan cara yang layak
dan dalam wakt u yang singkat .
Ayat ( 2)
Cukup j elas

Pasal 35
Cukup j elas.

Pasal 36
Cukup j elas.

Pasal 37
Penggeledahan badan m eliput i pem eriksaan rongga badan, yang wanit a
dilakukan oleh pej abat wanit a. Dalam hal penyidik berpendapat perlu
dilakukan pem eriksaan rongga badan, penyidik m int a bant uan kepada
pej abat kesehat an.

Pasal 38
Cukup j elas.

Pasal 39
Cukup j elas.

Pasal 40
Cukup j elas.

Pasal 41

Yang dim aksud dengan " surat " t erm asuk surat kawat , surat t eleks dan lain
sej enisnya yang m engandung suat u berit a.

Pasal 42
Cukup j elas.

Pasal 43
Cukup j elas.

Pasal 44
Ayat ( 1)
Selam a belum ada rum ah penyim panan benda sit aan negara di t em pat
yang bersangkut an, penyim panan benda sit aan t ersebut dapat
dilakukan di kant or kepolisian negara Republik I ndonesia, di kant or
kej aksaan negeri, di kant or pengadilan negeri, di gedung bank
pem erint ah, dan dalam keadaan m em aksa di t em pat penyim panan lain
at au t et ap dit em pat sem ula benda it u disit a.

Ayat ( 2)
Cukup j elas.
Pasal 45
Ayat ( 1)
Yang dim aksud dengan benda yang dapat diam ankan ant ara lain ialah
benda yang m udah t erbakar, m udah m eledak, yang unt uk it u harus
dij aga sert a diberi t anda khusus at au benda yang dapat
m em bahayakan kesehat an orang dan lingkungan. Pelaksanaan lelang
dilakukan oleh kant or lelang negara set elah diadakan konsult asi
dengan pihak penyidik at au penunt ut um um set em pat at au hakim
yang bersangkut an sesuai dengan t ingkat pem eriksaan dalam proses
peradilan dan lem baga yang ahli dalam m enent ukan sifat benda yang
m udah rusak.

Ayat ( 2) dan ayat ( 3)


Benda unt uk pem bukt ian yang m enurut sifat nya lekas rusak dapat di
j ual lelang dan uang hasil pelelangan dipakai sebagai gant i unt uk
diaj ukan di sidang pengadilan sedangkan sebagian kecil dari benda it u
disisihkan unt uk dij adikan barang bukt i.

Ayat ( 4)
Yang dim aksud dengan " benda yang diram pas unt uk negara" ialah
benda yang harus diserahkan kepada depart em en yang bersangkut an,
sesuai dengan ket ent uan perat uran perundang- undangan yang
berlaku.

Pasal 46
Ayat ( 1)
Benda yang dikenakan penyit aan diperlukan bagi pem eriksaan sebagai
barang bukt i. Selam a pem eriksaan berlangsung, dapat diket ahui
benda it u m asih diperlukan at au t idak. Dalam hal penyidik at au
penunt ut um um berpendapat , benda yang disit a it u t idak diperlukan
lagi unt uk pem bukt ian, m aka benda t ersebut dapat dikem balikan
kepada yang berkepent ingan at au pem iliknya. Dalam pengem balian
benda sit aan hendaknya sej auh m ungkin diperhat ikan segi
kem anusiaan, dengan m engut am akan pengem balian benda yang
m enj adi sum ber kehidupan.

Ayat ( 2)
Cukup j elas.

Pasal 47
Ayat ( 1)
Yang dim aksud dengan " surat lain" adalah surat yang t idak langsung
m em punyai hubungan dengan t indak pidana yang diperiksa akan
t et api dicurigai dengan alasan yang kuat .

Ayat ( 2)
Cukup j elas.

Ayat ( 3)
Cukup j elas.

Pasal 48
Cukup j elas.

Pasal 49
Cukup j elas.

Pasal 50

Diberikannya hak kepada t ersangka at au t erdakwa dalam pasal ini adalah


unt uk m enj auhkan kem ungkinan t erkat ung- kat ungnya nasib seorang yang
disangka m elakukan t indak pidana t erut am a m ereka yang dikenakan
penahanan, j angan sam pai lam a t idak m endapat pem eriksaan. sehingga
dirasakan t idak adanya kepast ian hukum , adanya perlakuan sewenang-
wenang dan t idak waj ar. Selain it u j uga unt uk m ewuj udkan peradilan yang
dilakukan dengan sederhana, cepat dan biaya ringan.

Pasal 51
Huruf a
Dengan diket ahui sert a dim engert i oleh orang yang disangka
m elakukan t indak pidana t ent ang perbuat an apa yang
sebenarnya disangka t elah dilakukan olehnya, m aka ia akan
m erasa t erj am in kepent ingannya unt uk m engadakan persiapan
dalam usaha pem belaan. Dengan dem ikian ia akan m enget ahui
berat ringannya sangkaan t erhadap dirinya sehingga
selanj ut nya ia akan dapat m em pert im bangkan t ingkat at au
pem belaan yang dibut uhkan, m isalnya perlu at au t idaknya ia
m engusahakan bant uan hukum unt uk pem belaan t ersebut .

Huruf b
Unt uk m engindari kem ungkinan bahwa seorang t erdakwa
diperiksa sert a diadili di sidang pengadilan at as suat u t indakan
yang didakwakan at as dirinya t idak dim engert i olehnya dan
karena sidang pengadilan adalah t em pat yang t erpent ing bagi
t erdakwa unt uk pem belaan diri, sebab disanalah ia dengan
bebas akan dapat m engem ukakan segala sesuat u yang
dibut uhkannya bagi pem belaan, m aka unt uk keperluan t ersebut
pengadilan m enyediakan j uru bahasa bagi t erdakwa yang
berkebangsaan asing at au yang t idak bisa m enguasai bahasa
I ndonesia.
Pasal 52

Supaya pem eriksaan dapat m encapai hasil yang t idak m enyim pang daripada
yang sebenarnya m aka t ersangka at au t erdakwa harus dij auhkan. dari rasa
t akut . Oleh karena it u waj ib dicegah adanya paksaan at au t ekanan t erhadap
t ersangka at au t erdakwa.

Pasal 53

Tidak sem ua t ersangka at au t erdakwa m engert i bahasa I ndonesia dengan


baik, t erut am a orang asing, sehingga m ereka t idak m engert i apa yang
sebenarnya disangkakan at au didakwakan. Oleh karena it u m ereka berhak
m endapat bant uan j uru bahasa.

Pasal 54
Cukup j elas.

Pasal 55
Cukup j elas.

Pasal 56
Ayat ( 1)
Menyadari asas peradilan yang waj ib dilaksanakan secara sederhana,
cepat dan dengan biaya ringan sert a dengan pert im bangan bahwa
m ereka yang diancam dengan pidana kurang dari lim a t ahun t idak
dikenakan penahanan kecuali t indak pidana t ersebut dalam pasal 21
ayat ( 4) huruf b, m aka unt uk it u bagi m ereka yang diancam dengan
pidana lim a t ahun at au lebih, t et api kurang dari lim a belas t ahun,
penunj ukan penasihat hukum nya disesuaikan dengan perkem bangan
dan keadaan t ersedianya t enaga penasihat hukum di t em pat it u.

Ayat ( 2)
Cukup j elas.

Pasal 57
Cukup j elas

Pasal 58
Cukup j elas.

Pasal 59
Cukup j elas.

Pasal 60
Cukup j elas.
Pasal 61
Cukup j elas.

Pasal 62
Cukup j elas.

Pasal 63
Cukup j elas.

Pasal 64
Cukup j elas.

Pasal 65
Cukup j elas.

Pasal 66

Ket ent uan ini adalah penj elm aan dari asas " praduga t ak bersalah" .

Pasal 67
Cukup j elas.

Pasal 68
Cukup j elas.

Pasal 69
Cukup j elas.

Pasal 70
Cukup j elas.

Pasal 71
Cukup j elas.

Pasal 72

Yang dim aksud dengan " unt uk kepent ingan pem belaannya" ialah bahwa
m ereka waj ib m enyim pan isi berit a acara t ersebut unt uk diri sendiri. Yang
dim aksud dengan " t urunan" ialah dapat berupa fot o copy. Yang dim aksud
dengan " pem eriksaan" dalam pasal ini ialah pem eriksaan dalam t ingkat
penyidikan, hanya unt uk pem eriksaan t ersangka. Dalam t ingkat penunt ut an
ialah sem ua berkas perkara t erm asuk surat - dakwaan. Pem eriksaan di
t ingkat pengadilan adalah seluruh berkas perkara t erm asuk put usan hakim .
Pasal 73

Apabila t erbukt i ada penyalahgunaan dalam pasal ini diberikan ket ent uan
Pasal 70 ayat ( 2) , ayat ( 3) dan ayat ( 4) . Pasal 74

Pasal 74
Cukup j elas.

Pasal 75
Cukup j elas.

Pasal 76
Cukup j elas.

Pasal 77

Yang dim aksud dengan " penghent ian penunt ut an" t idak t erm asuk
penyam pingan perkara unt uk kepent ingan um um yang m enj adi wewenang
Jaksa Agung.

Pasal 78
Cukup j elas.

Pasal 79
Cukup j elas.

Pasal 80

Pasal ini berm aksud unt uk m enegakkan hukum , keadilan dan kebenaran
m elalui sarana pengawasan secara horizont al.

Pasal 81
Cukup j elas.

Pasal 82
Cukup j elas

Pasal 83
Cukup j elas.

Pasal 84
Cukup j elas.

Pasal 85
Yang dim aksud dengan " keadaan daerah t idak m engizinkan" ialah ant ara lain
t idak am annya daerah at au adanya bencana alam .

Pasal 86

Kit ab Undang- undang Hukum Pidana kit a m enganut asas personalit as akt if
dan asas personalit as pasif, yang m em buka kem ungkinan t indak pidana yang
dilakukan diluar negeri dapat diadili m enurut Kit ab Undang- undang Hukum
Pidana Republik I ndonesia. Dengan m aksud agar j alannya- peradilan
t erhadap perkara pidana t ersebut dapat m udah dan lancar, m aka dit unj uk
Pengadilan Negeri Jakart a- Pusat yang berwenang m engadilinya.

Pasal 87
Cukup j elas

Pasal 88
Cukup j elas

Pasal 89
Cukup j elas

Pasal 90
Cukup j elas

Pasal 91
Cukup j elas.

Pasal 92
Cukup j elas.

Pasal 93
Cukup j elas

Pasal 94
Cukup j elas.

Pasal 95
Ayat ( 1)
Yang dim aksud dengan " kerugian karena dikenakan t indakan lain"
ialah kerugian yang dit im bulkan oleh pem asukan rum ah,
penggeledahan dan penyit aan yang t idak sah m enurut hukum .
Term asuk penahanan t anpa alasan ialah penahanan yang lebih lam a
daripada pidana yang dij at uhkan.

Ayat ( 2)
Cukup j elas.
Ayat ( 3)
Cukup j elas.

Ayat ( 4)
Cukup j elas.

Ayat ( 5)
Cukup j elas.

Pasal 96
Cukup j elas.

Pasal 97
Cukup j elas

Pasal 98
Ayat ( 1)
Maksud Penggabungan perkara gugat an pada perkara pidana ini
adalah supaya perkara gugat an t ersebut pada suat u ket ika yang sam a
diperiksa sert a diput us sekaligus dengan perkara pidana yang
bersangkut an. Yang dim aksud dengan " kerugian bagi orang lain"
t erm asuk kerugian pihak korban.

Ayat ( 2)
Tidak hadirnya penunt ut um um adalah dalam hal acara pem eriksaan
cepat .

Pasal 99
Cukup j elas.

Pasal 100
Cukup j elas.

Pasal 101
Cukup j elas.

Pasal 102
Cukup j elas.

Pasal 103
Cukup j elas.

Pasal 104
Cukup j elas.
Pasal 105
Cukup j elas.
Pasal 106
Cukup j elas.

Pasal 107
Ayat ( 1)
Penyidik sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 6 ayat ( 1) huruf a,
dim int a, at au t idak dim int a berdasarkan t anggung j awabnya w aj ib
m em berikan bant uan penyidikan kepada penyidik sebagaim ana
dim aksud dalam Pasal 6 ayat ( 1) huruf b. Unt uk it u penyidik
sebagaim ana t ersebut pada Pasal 6 ayat ( 1) huruf b sej ak awal waj ib
m em berit ahukan t ent ang penyidikan it u kepada penyidik t ersebut
pada Pasal 6 ayat ( 1) huruf a.

Ayat ( 2)
Penyidik sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 6 ayat ( 1) huruf b dalam
m elakukan penyidikan suat u perkara pidana waj ib m elaporkan hal. it u
kepada penyidik sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 6 ayat ( 1) huruf
a. Hal ini diperlukan dalam rangka koordinasi dan pengawasan.

Ayat ( 3)
Laporan dari penyidik sebagaim ana dim aksud dalam Pasal. 6 ayat ( 1)
huruf b kepada penyidik sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 6 ayat
( 1) huruf a disert ai dengan berit a acara pem eriksaan yang dikirim
kepada penunt ut um um . Dem ikian j uga halnya apabila perkara pidana
it u t idak diserahkan kepada penunt ut um um .

Pasal 108
Cukup j elas.

Pasal 109

Dalam hal pem berit ahuan oleh penyidik sebagaim ana t ersebut pada Pasal 6
ayat ( 1) huruf b dilakukan m elalui penyidik t ersebut pada Pasal 6 ayat ( 1)
huruf a.

Pasal 110
Cukup j elas.

Pasal 111
Cukup j elas.

Pasal 112
Ayat ( 1)
Pem anggilan t ersebut harus dilakukan dengan surat panggilan yang
sah, art inya, surat panggilan yang dit andat angani oleh pej abat
penyidik yang berw enang.

Ayat ( 2)
Cukup j elas.

Pasal 113
Cukup j elas.

Pasal 114

Unt uk m enj unj ung t inggi hak asasi m anusia, m aka sej ak dalam t araf
penyidikan kepada t ersangka sudah dij elaskan bahw a t ersangka berhak
didam pingi penasihat hukum pada pem eriksaan di sidang pengadilan.

Pasal 115

Ayat ( 1)
Penasihat hukum m engikut i j alannya pem eriksaan secara pasif.

Ayat ( 2)
Cukup j elas.

Pasal 116
Ayat ( 1)
Cukup j elas.
Ayat ( 2)
Cukup j elas.
Ayat ( 3)
Yang dim aksud dengan saksi yang dapat m engunt ungkan t ersangka
ant ara lain adalah saksi a decharge.
Ayat ( 4)
Cukup j elas.

Pasal 117
Cukup j elas.

Pasal 118
Ayat ( 1)
Cukup j elas.
Ayat ( 2)
Dalam hal saksi t idak m au m enandat angani berit a acara ia harus
m em beri alasan yang kuat .

Pasal 119

Apabila penyidikan di luar daerah hukum it u dilakukan oleh penyidik sem ula,
m aka ia w aj ib didam pingi oleh penyidik dari daerah hukum di m ana
penyidikan it u dilakukan.

Pasal 120
Cukup j elas.

Pasal 121
Cukup j elas.

Pasal 122
Cukup j elas.

Pasal 123

Ayat ( 1)
At as penahanan t ersangka oleh penyidik m aka t ersangka, keluarga
at au penasihat hukum nya dapat m enyat akan keberat annya t erhadap
penahanan t ersebut kepada penyidik, m aupun kepada inst ansi yang
bersangkut an, dengan disert ai alasannya.
Ayat ( 2)
Cukup j elas.
Ayat ( 3)
Cukup j elas.

Ayat ( 4)
Cukup j elas.
Ayat ( 5)
Cukup j elas.

Pasal 124
Cukup j elas

Pasal 125

Pasal ini unt uk m enghindari t indakan sew enang- wenang yang dilakukan
t erhadap seorang.

Pasal 126
Cukup j elas.
Pasal 127
Cukup j elas.

Pasal 128
Cukup j elas.

Pasal 129
Cukup j elas.

Pasal 130

Pasal ini unt uk m encegah kekeliruan dengan benda lain yang t idak ada
hubungannya dengan perkara yang bersangkut an unt uk penyit aan benda
t ersebut t elah dilakukan.

Pasal 131
Cukup j elas.

Pasal 132
Ayat ( 1)
Cukup j elas.
Ayat ( 2)
Yang dim aksud dengan pej abat penyim pan um um ant ara lain adalah
pej abat yang berw enang dari arsip negara, cat at an sipil, balai hart a
peninggalan, not aris sesuai dengan perat uran perundang- undangan
yang berlaku.

Ayat ( 3)
Cukup j elas.

Ayat ( 4)
Cukup j elas.

Ayat ( 5)
Cukup j elas.

Ayat ( 6)
Cukup j elas.

Pasal 133
Ayat ( 1)
Cukup j elas.

Ayat ( 2)
Ket erangan yang diberikan oleh ahli kedokt eran kehakim an disebut
ket erangan ahli; sedangkan ket erangan yang diberikan oleh dokt er
bukan " kedokt eran kehakim an disebut ket erangan.

Ayat ( 3)
Cukup j elas.

Pasal 134
Cukup j elas.

Pasal 135

Yang dim aksud dengan " penggalian m ayat " t erm asuk pengam bilan m ayat
dari sem ua j enis t em pat dan cara penguburan.

Pasal 136
Cukup j elas.

Pasal 137
Cukup j elas.

Pasal 138

Yang dim aksud dengan " m enelit i" adalah t indakan penunt ut um um dalam
m em persiapkan penunt ut an apakah orang dan at au benda yang t ersebut
dalam hasil penyidikan t elah sesuai at aukah t elah m em enuhi syarat
pem bukt ian yang dilakukan dalam rangka pem berian pet unj uk kepada
penyidik.

Pasal 139
Cukup j elas

Pasal 140
Ayat ( 1)
Cukup j elas.
Ayat ( 2)
Huruf a
Cukup j elas.
Huruf b
Cukup j elas.
Huruf c
Cukup j elas.
Huruf d
Alasan baru t ersebut diperoleh penunt ut um um dari penyidik
yang berasal dari ket erangan t ersangka, saksi, benda at au,
pet unj uk yang baru kem udian diket ahui at au didapat .

Pasal 141
Huruf a
Cukup j elas.
Huruf b
Yang dim aksud dengan " t indak pidana dianggap m em punyai
sangkut paut sat u dengan yang lain" apabila t indak pidana
t ersebut dilakukan dilakukan:
1. oleh lebih dari seorang yang bekerj asam a dan dilakukan
pada saat yang bersam aan;

2. oleh lebih dari seorang pada saat dan t em pat yang


berbeda, akan t et api m erupakan pelaksanaan dari
perm ufakat an j ahat yang dibuat oleh m ereka
sebelum nya;

3. oleh seorang at au lebih dengan m aksud m endapat kan


alat yang akan dipergunakan unt uk m elakukan t indak
pidana lain at au m enghindarkan diri dari pem idanaan
karena t indak pidana lain.

Huruf c
Cukup j elas.

Pasal 142
Cukup j elas.

Pasal 143

Yang dim aksud dengan " surat pelim pahan perkara" adalah surat pelim pahan
perkara it u sendiri lengkap besert a surat dakwaan dan berkas perkara.

Pasal 144
Cukup j elas.

Pasal 145
Ayat ( 1)
Cukup j elas
Ayat ( 2)
Cukup j elas.
Ayat ( 3)
Cukup j elas.
Ayat ( 4)
Yang dim aksud dengan " orang lain" ialah keluarga at au penasihat
hukum .
Ayat ( 5)
Cukup j elas.

Pasal 146
Cukup j elas.

Pasal 147
Cukup j elas.

Pasal 148
Ayat ( 1)
Cukup j elas.

Ayat ( 2)
Dalam hal kej aksaan negeri yang m enerim a surat pelim pahan perkara
yang dim aksud dari kej aksaan negeri sem ula, ia m em buat surat
pelim pahan baru unt uk disam paikan ke pengadilan negeri yang
t ercant um dalam surat ket et apan.

Ayat ( 3)
Cukup j elas.

Pasal 149
Cukup j elas.

Pasal 150
Cukup j elas.

Pasal 151
Cukup j elas.

Pasal 152
Ayat ( 1)
Yang dim aksud dengan " hakim yang dit unj uk" ialah m aj elis hakim
at au hakim t unggal.

Ayat ( 2)
Pem anggilan t erdakwa dan saksi dilakukan dengan surat panggilan
oleh penunt ut um um secara sah dan harus t elah dit erim a oleh
t erdakwa dalam j angka wakt u sekurang- kurangnya t iga hari sebelum
sidang dim ulai.
Pasal 153
Ayat ( 1)
Cukup j elas.
Ayat ( 2)
Cukup j elas.
Ayat ( 3)
Cukup j elas.

Ayat ( 4)
Jam inan yang diat ur dalam ayat ( 3) di at as diperkuat berlakunya,
t erbukt i dengan t im bulnya akibat hukum j ika asas peradilan t erbuka
t idak dipenuhi.

Ayat ( 5)
Unt uk m enj aga supaya j iwa anak yang m asih di baw ah um ur t idak
t erpengaruh oleh perbuat an yang dilakukan oleh t erdakwa, lebih. lebih
dalam perkara kej ahat an berat , m aka hakim dapat m enent ukan bahwa
anak di bawah um ur t uj uh belas t ahun, kecuali yang t elah at au pernah
kawin, t idak dibolehkan m engikut i sidang.

Pasal 154

Ayat ( 1)
Yang dim aksud dengan " keadaan bebas" adalah keadaan t idak
dibelenggu t anpa m engurangi pengawalan.

Ayat ( 2)
Cukup j elas.
Ayat ( 3)
Cukup j elas.

Ayat ( 4)
Kehadiran t erdakwa di sidang m erupakan kewaj iban dari t erdakwa,
bukan m erupakan haknya, j adi t erdakwa harus hadir di sidang
pengadilan.
Ayat ( 5)
Cukup j elas.

Ayat ( 6)
Dalam hal t erdakwa set elah diupayakan dengan sungguh- sungguh
t idak dapat dihadirkan dengan baik, m aka t erdakwa dapat dihadirkan
dengan paksa.

Ayat ( 7)
Cukup j elas.

Pasal 155
Ayat ( 1)
Cukup j elas.
Ayat ( 2)
Unt uk m enj am in t erlindungnya hak t erdakwa guna m em berikan
pem belaannya, m aka penunt ut um um m em berikan penj elasan at as
dakwaan t et api penj elasan ini hanya dapat dilaksanakan pada
perm ulaan sidang.

Pasal 156
Cukup j elas.
Pasal 157
Cukup j elas.
Pasal 158
Cukup j elas.

Pasal 159

Ayat ( 1)
Yang dim aksud dengan ayat ini adalah unt uk m encegah j angan sam pai
t erj adi saling m em pengaruhi di ant ara para saksi, sehingga
ket erangan saksi t idak dapat diberikan secara bebas.

Ayat ( 2)
Menj adi saksi adalah salah sat u kewaj iban set iap orang. Orang yang
m enj adi saksi set elah dipanggil ke suat u sidang pengadilan unt uk
m em berikan ket erangan t et api dengan m enolak kewaj iban it u ia dapat
dikenakan pidana berdasarkan ket ent uan undang- undang yang
berlaku. Dem ikian pula halnya dengan ahli.

Pasal 160
Cukup j elas.

Pasal 161
Ayat ( 1)
Cukup j elas,
Ayat ( 2)
Ket erangan saksi at au ahli yang t idak disum pah at au m engucapkan
j anj i, t idak dapat dianggap sebagai alat bukt i yang sah, t et api
hanyalah m erupakan ket erangan yang dapat m enguat kan keyakinan
hakim .

Pasal 162
Cukup j elas.

Pasal 163
Cukup j elas.
Pasal 164
Ayat ( 1)
Cukup j elas.
Ayat ( 2)
Cukup j elas.

Ayat ( 3)
Hakim berwenang unt uk m em peringat kan baik kepada penunt ut
um um m aupun kepada penasihat hukum , apabila pert anyaan yang
diaj ukan it u t idak ada kait annya dengan perkara.

Pasal 165
Cukup j elas.

Pasal 166

Jika dalam salah sat u pert anyaan disebut kan suat u t indak pidana yang t idak
diakui t elah dilakukan oleh t erdakwa at au t idak dinyat akan oleh saksi, t et api
dianggap seolah- olah diakui at au dinyat akan, m aka pert anyaan yang
sedem ikian it u dianggap sebagai pert anyaan yang bersifat m enj erat . Pasal ini
pent ing karena pert anyaan yang bersifat m enj erat it u t idak hanya t idak
boleh diaj ukan kepada t erdakw a, akan t et api j uga t idak boleh diaj ukan
kepada saksi. I ni sesuai dengan prinsip bahwa ket erangan t erdakwa at au
saksi harus diberikan secara bebas di sem ua t ingkat pem eriksaan. Dalam
pem eriksaan penyidik at au penunt ut um um t idak boleh m engadakan t ekanan
yang bagaim anapun caranya, lebih- lebih di dalam pem eriksaan di sidang
pengadilan. Tekanan. it u, m isalnya ancam an dan sebagainya yang
m enyebabkan t erdakwa at au saksi m enerangkan hal yang berlainan daripada
hal yang dapat dianggap sebagai peryat aan pikirannya yang bebas.

Pasal 167
Ayat ( 1)
Unt uk m elancarkan j alannya pem eriksaan saksi, m aka ada kalanya
hakim ket ua sidang m enganggap bahwa saksi yang sudah didengar
ket erangannya m ungkin akan m erugikan saksi berikut nya yang akan
m em berikan ket erangan, sehingga perlu saksi pert am a t ersebut unt uk
sem ent ara ke luar dari ruang sidang selam a m asih didengar
ket erangannya.

Ayat ( 2)
Ada kalanya t erdakw a at au penunt ut um um berkeberat an t erhadap
dikeluarkannya saksi dari ruang sidang sebagaim ana dim aksud dalam
ayat ( 1) , m isalnya diperlukan kehadiran saksi t ersebut , agar supaya ia
dapat ikut m endengarkan ket erangan yang diberikan oleh saksi yang
didengar berikut nya dem i kesem purnaan hasil ket erangan saksi.

Ayat ( 3)
Cukup j elas.

Pasal 168
Cukup j elas.

Pasal 169
Cukup j elas.

Pasal 170

Ayat ( 1)
Pekerj aan at au j abat an yang m enent ukan adanya kewaj iban unt uk
m enyim pan rahasia dit ent ukan oleh perat uran perundang- undangan.

Ayat ( 2)
Jika t idak ada ket ent uan perat uran perundang- undangan yang
m engat ur t ent ang j abat an at au pekerj aan yang dim aksud, m aka
sepert i yang dit ent ukan oleh ayat ini, hakim yang m enent ukan sah
at au t idaknya alasan yang dikem ukakan unt uk m endapat kan
kebebasan t ersebut .

Pasal 171

Mengingat bahwa anak yang belum berum ur lim a belas t ahun, dem ikian j uga
orang yang sakit ingat an, sakit j iwa, sakit gila m eskipun hanya kadang-
kadang saj a, yang dalam ilm u penyakit j iw a disebut psychopaat , m ereka ini
t idak dapat dipert anggungj awabkan secara sem purna dalam hukum pidana
m aka m ereka t idak dapat diam bil sum pah at au j anj i dalam m em berikan
ket erangan, karena it u ket erangan m ereka hanya dipakai sebagai pet unj uk
saj a.

Pasal 172
Cukup j elas.

Pasal 173
Apabila m enurut pendapat hakim seorang saksi it u akan m erasa t ert ekan
at au t idak bebas dalam m em berikan ket erangan apabila t erdakwa hadir di
sidang, m aka unt uk m enj aga hal yang t idak diinginkan hakim dapat
m enyuruh t erdakwa ke luar unt uk sem ent ara dari persidangan selam a hakim
m engaj ukan pert anyaan kepada saksi

Pasal 174
Cukup j elas.

Pasal 175
Cukup j elas.

Pasal 176
Cukup j elas.

Pasal 177
Cukup j elas.

Pasal 178
Cukup j elas.

Pasal 179
Cukup j elas.

Pasal 180
Cukup j elas.

Pasal 181
Cukup j elas.

Pasal 182
Ayat ( 1)
Huruf a
Cukup j elas.
Huruf b
Cukup j elas.
Huruf c
Dalam hal t erdakwa t idak dapat m enulis, panit era m encat at
pem belaannya.

Ayat ( 2)
Sidang dibuka kem bali dim aksudkan unt uk m enam pung dat a
t am bahan sebagai bahan unt uk m usyaw arah hakim .

Ayat ( 3)
Cukup j elas.
Ayat ( 4)
Cukup j elas.
Ayat ( 5)
Cukup j elas.

Ayat ( 6)
Apabila t idak t erdapat m ufakat bulat , pendapat lain dari salah seorang
hakim m aj elis dicat at dalam berit a acara sidang m aj elis yang sifat nya
rahasia.

Ayat ( 7)
Cukup j elas.
Ayat ( 8)
Cukup j elas.

Pasal 183

Ket ent uan ini adalah unt uk m enj am in t egaknya kebenaran, keadilan dan
kepast ian hukum bagi seorang.

Pasal 184

Dalam acara pem eriksaan cepat , keyakinan hakim cukup didukung sat u alat
bukt i yang sah.

Pasal 185
Ayat ( 1)
Dalam ket erangan saksi t idak t erm asuk ket erangan yang diperoleh
dari orang lain at au t est im onium de audit u.

Ayat ( 2)
Cukup j elas.
Ayat ( 3)
Cukup j elas.
Ayat ( 4)
Cukup j elas.
Ayat ( 5)
Cukup j elas.

Ayat ( 6)
Yang dim aksud dengan ayat ini ialah unt uk m engingat kan hakim agar
m em perhat ikan ket erangan saksi harus benar- benar diberikan secara
bebas, j uj ur dan obyekt if.

Ayat ( 7)
Cukup j elas.

Pasal 186

Ket erangan ahli ini dapat j uga sudah diberikan pada wakt u pem eriksaan oleh
penyidik at au penunt ut um um yang dit uangkan dalam suat u bent uk laporan
dan dibuat dengan m engingat sum pah di wakt u ia m enerim a j abat an at au
pekerj aan. Jika hal it u t idak diberikan pada wakt u pem eriksaan oleh penyidik
at au penunt ut um um , m aka pada pem eriksaan di sidang, dim int a unt uk
m em berikan ket erangan dan, dicat at dalam berit a acara pem eriksaan.
Ket erangan t ersebut diberikan set elah ia m engucapkan sum pah at au j anj i di
hadapan hakim .

Pasal 187
Huruf a
Cukup j elas.

Huruf b
Yang dim aksud dengan surat yang dibuat oleh pej abat , t erm asuk surat
yang dikeluarkan oleh suat u m aj elis yang berwenang unt uk it u.
Huruf c
Cukup j elas.
Huruf d
Cukup j elas.

Pasal 188
Cukup j elas.

Pasal 189
Cukup j elas.

Pasal 190
Cukup j elas.

Pasal 191

Ayat ( 1)
Yang dim aksud dengan " perbuat an yang didakwakan kepadanya t idak
t erbukt i sah dan m eyakinkan" adalah t idak cukup t erbukt i m enurut
penilaian hakim at as dasar pem bukt ian dengan m enggunakan alat
bukt i m enurut ket ent uan hukum acara pidana ini.

Ayat ( 2)
Cukup j elas.
Ayat ( 3)
Jika t erdakwa t et ap dikenakan penahanan at as dasar alasan lain yang
sah, m aka alasan t ersebut secara j elas diberit ahukan kepada ket ua
pengadilan negeri sebagai pengawas dan pengam at t erhadap
pelaksanaan put usan pengadilan.

Pasal 192
Cukup j elas.

Pasal 193
Ayat ( 1)
Cukup j elas.
Ayat ( 2)
Huruf a
Perint ah penahanan t erdakwa yang dim aksud adalah bilam ana
hakim pengadilan t ingkat pert am a yang m em beri put usan
berpendapat perlu dilakukannya penahanan t ersebut karena
dikhawat irkan bahw a selam a put usan belum m em peroleh
kekuat an hukum t et ap, t erdakwa akan m elarikan diri, m erusak
at au m enghilangkan barang bukt i at aupun m engulangi t indak
pidana lagi.
Huruf b
Cukup j elas.

Pasal 194

Ayat ( 1)
Cukup j elas.

Ayat ( 2)
Penet apan m engenai penyerahan barang t ersebut m isalnya sangat
diperlukan unt uk m encari nafkah, sepert i kendaraan, alat pert anian
dan lain- lain.

Ayat ( 3)
Penyerahan barang bukt i t ersebut dapat dilakukan m eskipun put usan
belum m em punyai kekuat an hukum t et ap, akan t et api harus disert ai
dengan syarat t ert ent u, ant ara lain barang t ersebut set iap wakt u
dapat dihadapkan ke pengadilan dalam keadaan ut uh.

Pasal 195
Cukup j elas.
Pasal 196

Ayat ( 1)
Ayat ini diam bil dari asas yang t erm akt ub dalam Pasal 16 Undang-
undang Nom or 14 Tahun 1970. Oleh karena ket ent uan m engenai
" pem eriksaan" sudah diat ur t erlebih dahulu, m aka dalam ayat ini
hanya diat ur m engenai segi " m em ut us perkara" .

Ayat ( 2)
Set elah diucapkan put usan t ersebut berlaku baik bagi t erdakwa yang
hadir m aupun yang t idak hadir. Ayat ini berm aksud m elindungi
kepent ingan t erdakw a yang hadir dan m enj am in kepast ian hukum
secara keseluruhan dalam

Ayat ( 3)
Dengan pem berit ahuan ini dim aksudkan supaya t erdakwa m enget ahui
haknya.

Pasal 197
Ayat ( 1)
Huruf a
Cukup j elas.
Huruf b
Cukup j elas.
Huruf c
Cukup j elas.
Huruf d
Yang dim aksud dengan " fakt a dan keadaan di sini" ialah.segala
apa yang ada dan apa yang diket em ukan di sidang oleh pihak
dalam proses, ant ara lain penunt ut um um , saksi, ahli,t erdakwa,
penasihat hukum dan saksi korban.

Ayat ( 2)
Kecuali yang t ersebut pada huruf a, e, f dan h, apabila t erj adi
kekhilafan dan at au kekeliruan dalam penulisan, m aka kekhilafan dan
at au kekeliruan penulisan at au penget ikan t idak m enyebabkan
bat alnya put usan dem i hukum .

Ayat ( 3)
Cukup j elas

Pasal 198
Cukup j elas.
Pasal 199
Cukup j elas.

Pasal 200

Ket ent uan ini unt uk m em beri kepast ian bagi t erdakwa agar t idak berlarut -
larut wakt unya unt uk m endapat kan surat put usan t ersebut , dalam rangka ia
akan m enggunakan upaya hukum . Pasal 201 Ket ent uan ini adalah
m em berikan suat u kepast ian unt uk m em buka kem ungkinan surat palsu at au
yang dipalsukan it u dipakai sebagai barang bukt i, dalam hal dipergunakan
upaya hukum . Di sam ping it u ket ent uan t ersebut dit uj ukan sebagai j am inan
ket elit ian panit era dalam berkas perkara.

Pasal 201

Ket ent uan ini adalah m em berikan suat u kepast ian unt uk m em buka
kem ungkinan surat palsu at au yang dipalsukan it u sebagai barang bukt i,
dalam hal dipergunakan upaya hukum .
Di sam ping it u ket ent uan t ersebut dit uj ukan sebagai j am inan ket elit ian
panit era dalam berkas perkara.

Pasal 202.
Cukup j elas

Pasal 203
Cukup j elas.

Pasal 204
Cukup j elas.

Pasal 205
Ayat ( 1)
Tindak pidana " penghinaan ringan" ikut digolongkan di sini dengan
disebut t ersendiri, karena sifat nya ringan sekalipun ancam an, pidana
penj ara paling lam a em pat bulan.

Ayat ( 2)
Yang dim aksud dengan " at as kuasa" dari penunt ut um um kepada
penyidik adalah dem i hukum . Dalam hal penunt ut um um hadir, t idak
m engurangi nilai " at as kuasa" t ersebut .

Ayat ( 3)
Cukup j elas.

Pasal 206
Cukup j elas.

Pasal 207
Ayat ( 1)
Huruf a
Pem berit ahuan t ersebut dim aksudkan agar t erdakw a dapat
m em enuhi kewaj ibannya unt uk dat ang ke sidang pengadilan
pada hari, t anggal, j am dan t em pat yang dit ent ukan.

Huruf b
Sesuai dengan acara pem eriksaan cepat , m aka pem eriksaan
dilakukan hari it u j uga.

Ayat ( 2)
Huruf a
Oleh karena penyelesaiannya yang cepat m aka perkara yang
diadili m enurut acara pem eriksaan cepat sekaligus dim uat
dalam buku regist er dengan m asing- m asing diberi nom or unt uk
dapat diselesaikan secara berurut an.

Huruf b
Ket ent uan ini m em berikan kepast ian di dalam m engadili
m enurut acara pem eriksaan cepat t ersebut t idak diperlukan
surat dakw aan yang dibuat oleh penunt ut um um sepert i unt uk
pem eriksaan dengan acara biasa, m elainkan t indak pidana yang
didakwakan cukup dit ulis dalam buku regist er t ersebut pada
huruf a.

Pasal 208
Cukup j elas.

Pasal 209

Ket ent uan pasal ini dim aksudkan unt uk m em percepat penyelesaian perkara,
m eskipun dem ikian dilakukan dengan penuh ket elit ian.

Pasal 210
Cukup j elas.

Pasal 211

Yang dim aksud dengan " perkara pelanggaran t ert ent u" adalah :
a. m em pergunakan j alan dengan cara yang dapat m erint angi,
m em bahayakan ket ert iban at au keam anan lalu lint as at au yang
m ungkin m enim bulkan kerusakan pada j alan;
b. m engem udikan kendaraan berm ot or yang t idak dapat
m em perlihat kan surat izin m engem udi ( SI M) , surat t anda
nom or kendaraan, surat t anda uj i kendaraan yang sah at au
t anda bukt i lainnya yang diwaj ibkan m enurut ket ent uan
perat uran perundang- undangan lalu lint as j alan at au ia dapat
m em perlihat kannya t et api m asa berlakunya sudah kadaluwarsa;
c. m em biarkan at au m em perkenankan kendaraan berm ot or
dikem udikan oleh orang yang t idak m em iliki surat izin
m engem udi;
d. t idak m em enuhi ket ent uan perat uran perundang- undangan lalu
lint as j alan t ent ang penom oran, penerangan, peralat an,
perlengkapan, pem uat an kendaraan dan syarat penggandengan
dengan kendaraan lain;
e. m em biarkan kendaraan berm ot or yang ada di j alan t anpa
dilengkapi plat t anda nom or kendaraan yang sah, sesuai dengan
surat t anda nom or kendaraan yang bersangkut an;
f. pelanggaran t erhadap perint ah yang diberikan oleh pet ugas
pengat ur lalu lint as j alan dan at au isyarat alat pengat ur lalu
lint as j alan, ram bu- ram bu at au t anda yang ada diperm ukaan
j alan;
g. pelanggaran t erhadap ket ent uan t ent ang ukuran dan m uat an
yang diizinkan, cara m enaikkan dan m enurunkan penum pang
dan at au cara m em uat dan m em bongkar barang.
h. pelanggaran t erhadap izin t rayek, j enis kendaraan yang
diperbolehkan beroperasi di j alan yang dit ent ukan.

Pasal 212
Cukup j elas.

Pasal 213

Berbeda dengan pem eriksaan m enurut acara biasa, m aka pem eriksaan
m enurut acara pem eriksaan perkara pelanggaran lalu lint as j alan, t erdakwa
boleh m ew akilkan di sidang.

Pasal 214
Cukup j elas.

Pasal 215

Sesuai dengan m akna yang t erkandung dalam acara pem eriksaan cepat ,
segala sesuat u berj alan dengan cepat dan t unt as, m aka benda sit aan
dikem balikan kepada yang paling berhak pada saat am ar put usan t elah
dipenuhi.

Pasal 216
Cukup j elas.

Pasal 217
Cukup j elas.

Pasal 218

Tugas pengadilan luhur sifat nya, oleh karena t idak hanya bert anggung- j awab
kepada hukum , sesam a m anusia dan dirinya, t et api j uga kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Oleh karenanya set iap orang w aj ib m enghorm at i m art abat
lem baga ini, khususnya bagi m ereka yang berada di ruang sidang sewakt u
persidangan sedang berlangsung bersikap horm at secara w aj ar dan sopan
sert a t ingkah laku yang t idak m enyebabkan kegaduhan at au t erhalangnya
persidangan.

Pasal 219

Yang dim aksud dengan " pet ugas keam anan dalam pasal ini" ialah pej abat
kepolisian negara Republik I ndonesia dan t anpa m engurangi wewenangnya
dalam m elakukan t ugasnya waj ib m elaksanakan pet unj uk ket ua pengadilan
negeri yang bersangkut an.

Pasal 220
Cukup j elas.

Pasal 221
Cukup j elas.

Pasal 222
Cukup j elas.

Pasal 223
Cukup j elas.

Pasal 224

Penyim panan surat put usan pengadilan m eliput i seluruh berkas m engenai
perkara yang bersangkut an.

Pasal 225
Cukup j elas.
Pasal 226
Ayat ( 1)
Cukup j elas.

Ayat ( 2)
Salinan surat put usan dapat diberikan dengan cum a- cum a

Ayat ( 3)
Pelaksanaan Ayat ini t idak boleh sedem ikian rupa sifat nya sehingga
akan m erupakan pidana t am bahan sebagaim ana dim aksud di dalam
Kit ab Undang- undang Hukum Pidana.

Pasal 227
Cukup j elas.

Pasal 228

Tiap j angka wakt u yang dit ent ukan dalam undang- undang ini, selalu dihit ung
hari berikut nya set elah hari pengum um an, perint ah at au penet apan
dikeluarkan.

Pasal 229
Cukup j elas.

Pasal 230
Cukup j elas.

Pasal 231
Cukup j elas.

Pasal 232
Cukup j elas.

Pasal 233
Ayat ( 1)
Cukup j elas.

Ayat ( 2)
Dengan m em perhat ikan pasal 233 ayat ( 1) dan pasal 234 ayat ( 1)
penit era dilarang m enerim a perm int aaan banding perkara yang t idak
dapat dibanding at au perm int aan banding yang diaj ukan set elah
t enggang wakt u yang dit ent ukan berakhir.

Ayat ( 3)
Cukup j elas.
Ayat ( 4)
Cukup j elas.
Ayat ( 5)
Cukup j elas.

Pasal 234
Cukup j elas.

Pasal 235
Cukup j elas.

Pasal 236

Ayat ( 1)
Maksud pem berian bat as w akt u em pat belas hari ialah agar perkara
banding t ersebut t idak t ert um puk di pengadilan negeri dan segera
dit eruskan ke pengadilan t inggi.

Ayat ( 2)
Cukup j elas.

Ayat ( 3)
Cukup j elas.

Ayat ( 4)
Cukup j elas.

Pasal 237
Cukup j elas.

Pasal 238
Ayat ( 1)
Cukup j elas.

Ayat ( 2)
Apabila dalam perkara pidana t erdakwa m enurut undang- undang
dapat dit ahan, m aka sej ak perm int aan banding diaj ukan, pengadilan
t inggi yang m enent ukan dit ahan at au t idaknya. Jika penahanan yang
dikenakan kepada pem banding m encapai j angka w akt u yang sam a
dengan pidana yang dij at uhkan oleh pengadilan negeri kepadanya, ia
harus dibebaskan seket ika it u.
Ayat ( 3)
Cukup j elas.

Ayat ( 4)
Cukup j elas.

Pasal 239
Cukup j elas.

Pasal 240

Ayat ( 1)
Perbaikan pem eriksaan dalam hal ada kelalaian dalam penerapan
hukum acara harus dilakukan sendiri oleh pengadilan negeri yang
bersangkut an.

Ayat ( 2)
Cukup j elas.

Pasal 241
Cukup j elas.
Pasal 242
Cukup j elas.
Pasal 243
Cukup j elas.
Pasal 244
Cukup j elas.
Pasal 245
Cukup j elas.
Pasal 246
Cukup j elas.
Pasal 247
Cukup j elas.
Pasal 248
Cukup j elas.
Pasal 249
Cukup j elas.
Pasal 250
Cukup j elas.

Pasal 251
Cukup j elas.
Pasal 252
Cukup j elas.
Pasal 253
Cukup j elas.
Pasal 254
Cukup j elas.
Pasal 255
Cukup j elas
Pasal 256
Cukup j elas.

Pasal 257
Cukup j elas.
Pasal 258
Cukup j elas.
Pasal 259
Cukup j elas.
Pasal 260
Cukup j elas.
Pasal 261
Cukup j elas.
Pasal 262
Cukup j elas.

Pasal 263

Pasal ini m em uat alasan secara lim it at if unt uk dapat dipergunakan m em int a
peninj auan kem bali suat u put us" perkara pidana yang t elah m em peroleh
kekuat an hukum t et ap.

Pasal 264
Cukup j elas.
Pasal 265
Cukup j elas.
Pasal 266
Cukup j elas.
Pasal 267
Cukup j elas.
Pasal 268
Cukup j elas.
Pasal 269
Cukup j elas
Pasal 270
Cukup j elas.

Pasal 271
Cukup j elas.

Pasal 272
Ket ent uan yang dim aksud dalam pasal ini ialah bahwa pidana yang
dij at uhkan bert urut - t urut it u dit et apkan unt uk dij alani oleh t erpidana
bert urut - t urut secara berkesinam bungan di ant ara m enj alani pidana yang
sat u dengan yang

Pasal 273

Ayat ( 1)
Cukup j elas.
Ayat ( 2)
Cukup j elas.
Ayat ( 3)
Jangka wakt u t iga bulan dalam ayat ini dim aksudkan unt uk
m em perhat ikan hal yang t idak m ungkin diat asi pengat urannya dalam
wakt u singkat .
Ayat ( 4)
Perpanj angan wakt u sebagaim ana t ersebut pada ayat ini t et ap dij aga
agar pelaksanaan lelang it u t idak t ert unda.

Pasal 274
Cukup j elas.

Pasal 275

Karena t erdakwa dalam hal yang dim aksud dalam pasal ini bersam a- sam a
dij at uhi pidana karena dipersalahkan m elakukan t indak pidana dalam sat u
perkara, m aka waj ar bilam ana biaya perkara dan at au gant i kerugian
dit anggung bersam a secara berim bang.

Pasal 276
Cukup j elas.
Pasal 277
Cukup j elas.
Pasal 278
Cukup j elas.
Pasal 279
Cukup j elas.

Pasal 280
Cukup j elas.

Pasal 281
I nform asi yang dim aksud dalam pasal ini dit uangkan dalam bent uk yang
t elah dit ent ukan.

Pasal 282
Cukup j elas.
Pasal 283
Cukup j elas.

Pasal 284
Ayat ( 1)
Cukup j elas.
Ayat ( 2)
a. Yang dim aksud dengan sem ua perkara adalah perkara yang
t elah dilim pahkan ke pengadilan.
b. Yang dim aksud dengan " ket ent uan khusus acara pidana
sebagaim ana t ersebut pada undang- undang t ert ent u" ialah
ket ent uan khusus acara pidana sebagaim ana t ersebut pada,
ant ara lain :
1. Undang- undang t ent ang pengusut an, penunt ut an
dan peradilan t indak pidana ekonom i ( Undang-
undang Nom or 7 Drt . Tahun 1955) ;
2. Undang- undang t ent ang pem berant asan t indak
pidana korupsi ( Undang- undang Nom or 3 t ahun
1971) ; dengan cat at an bahwa sem ua ket ent uan
khusus acara pidana sebagaim ana t ersebut pada
undang- undang t ert ent u akan dit inj au kem bali,
diubah at au dicabut dalam wakt u yang sesingkat -
singkat nya.

Pasal 285

Kit ab Undang- undang Hukum Acara Pidana ini disingkat " K.U.H A.P."

Pasal 286
Cukup j elas.

______________________________________

Anda mungkin juga menyukai