Anda di halaman 1dari 159

ANALISIS PENGARUH SERTIFIKAT BANK INDONESIA

SYARIAH, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH, DAN


JUMLAH UANG BEREDAR TERHADAP
NILAI AKTIVA BERSIH REKSADANA SYARIAH

Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh
Fitria Saraswati
NIM : 109081000018

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M
i
ii
iii
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
(Curriculum Vitae)

Data Pribadi
Nama : Fitria Saraswati
Tempat & Tanggal Lahir : Tangerang, 22 Juni 1991
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Perumahan Pondok Kacang Prima Jln. Taman Prima
1 Blok H6 No.12 RT.13 RW.08 Pondok Aren-
Tangerang
No. Telepon : (021) 7321660 / 085692457691
Email : saraswatifitria@yahoo.com

Pendidikan Formal
1996 – 1997 : TK Aisyiyah Bustanul Athfal 66
1997 – 2003 : SD Negeri 1 Pondok Aren
2003 – 2006 : SMP Negeri 3 Tangerang
2006 – 2009 : SMA Negeri 3 Tangerang
2009 – 2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen
Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengalaman Organisasi
1. Pengurus BEM Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2010/2011
2. Anggota Pramuka SD Negeri 1 Pondok Aren

Pengalaman Kerja
 Magang/KKN selama 1 bulan di SB Finance Koperasi Serba Usaha
Sejahtera Bersama Ciledug-Tangerang tahun 2012

Keahlian
Komputer : Microsoft Office (Word, Excel, Power Point),
Internet
Olahraga : Badminton

v
ABSTRACT

This research examined the analysis of the effect of Sharia Indonesian


Bank Certificate (SBIS), inflation, exchange rate, and the money supply on the Net
Asset Value (NAV) of Islamic Mutual Fund. Data used in this research is monthly
data start from January 2008 until December 2012. Sampling method used in this
research is purposive sampling. The Islamic Mutual Fund are selected as the
research object is Reksa Dana Syariah BNP Paribas Pesona Amanah, Danareksa
Syariah Berimbang, and Reksadana Haji Syariah. This research used Multiple
Linier Regression Analysis that using SPSS computer program version 16.0 and
Microsoft Excel 2007.
The result in this research showed that SBIS, inflation, exchange rate, and
the money supply simultaneously affect the NAV of Islamic Mutual Fund with the
Sig. 0,000 < 0,05 and F count > F table (28,287 > 2,420). The result also showed
that the partial SBIS does not affect the NAV of Islamic Mutual Fund with the Sig.
0,363 > 0,05 and t count > t table (-0,912 > -1,653). Inflation does not affect the
NAV of Islamic Mutual Fund with the Sig. 0,989 > 0,05 and t count < t table
(0,014 < 1,653). Exchange rate negatively affect the NAV of Islamic Mutual Fund
with the Sig. 0,046 < 0,05 and t count < t table (-2,011 < -1,653). The money
supply has positive affect the NAV of Islamic Mutual Fund with the Sig. 0,000 <
0,05 and t count > t table (7,527 > 1,653).

Keywords: Sharia Indonesian Bank Certificate (SBIS), Inflation, Exchange


Rate, The Money Supply, and Net Asset Value (NAV) of Islamic
Mutual Fund

vi
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Sertifikat Bank


Indonesia Syariah (SBIS), inflasi, nilai tukar rupiah, dan jumlah uang beredar
terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana syariah. Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data bulanan dari Januari 2008 sampai Desember
2012. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive
sampling. Reksadana syariah yang terpilih sebagai objek penelitian adalah Reksa
Dana Syariah BNP Paribas Pesona Amanah, Danareksa Syariah Berimbang, dan
Reksadana Haji Syariah. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linier
berganda dengan menggunakan program komputer SPSS versi 16.0 dan Microsoft
Excel 2007.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa SBIS, inflasi, nilai tukar rupiah, dan
jumlah uang beredar secara simultan berpengaruh terhadap NAB reksadana
syariah dengan nilai Sig. 0,000 < 0,05 dan nilai F hitung > F tabel (28,287 >
2,420). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa secara parsial SBIS tidak
berpengaruh terhadap NAB reksadana syariah dengan nilai Sig. 0,363 > 0,05 dan
nilai t hitung > t tabel (-0,912 > -1,653). Inflasi tidak berpengaruh terhadap NAB
reksadana syariah dengan nilai Sig. 0,989 > 0,05 dan nilai t hitung < t tabel (0,014
< 1,653). Nilai tukar rupiah berpengaruh negatif terhadap NAB reksadana syariah
dengan nilai Sig. 0,046 < 0,05 dan nilai t hitung < t tabel (-2,011 < -1,653).
Jumlah uang beredar berpengaruh positif terhadap NAB reksadana syariah dengan
nilai Sig. 0,000 < 0,05 dan nilai t hitung > t tabel (7,527 > 1,653).

Kata kunci : Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Inflasi, Nilai Tukar
Rupiah, Jumlah Uang Beredar, dan Nilai Aktiva Bersih (NAB)
Reksadana Syariah

vii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan kasih sayang-Nya yang tiada terkira kepada
hambanya. Shalawat dan salam tercurahkan kepada junjungan Nabi besar
Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
sebaik-baiknya. Skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagai syarat mencapai
gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Skripsi ini memiliki judul “Analisis Pengaruh Sertifikat Bank
Indonesia Syariah, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jumlah Uang Beredar
Terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah”. Semoga skripsi ini
memberikan manfaat kepada semua pihak dan menambah wawasan serta
pengetahuan bagi pembaca.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tuaku, Bapak Sayat dan Ibu Turyati yang selalu memberikan
dukungan baik moril maupun materil, memberikan kasih sayang, cinta,
dan selalu mendoakan dengan penuh rasa ikhlas. Kalian adalah motivasi
terkuat bagi penulis untuk bisa segera menyelesaikan skripsi ini.
2. My beloved sister, kakakku Arti Haryati, dan adikku Putri Maulinda yang
selalu memberikan motivasi serta doa yang tulus selama ini.
3. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku dosen pembimbing I dan Bapak
Indo Yama Nassarudin, SE., MAB selaku dosen pembimbing II, yang
telah meluangkan waktunya dengan penuh kesabaran untuk memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan FEB, Ibu Leis
Suzanawaty, SE., M.Si selaku Pudek I FEB, Ibu Yulianti, SE., M.Si selaku
Pudek II FEB, dan Bapak Herni Ali HT, SE., MM selaku Pudek III FEB,
yang telah memberikan jalan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

viii
5. Bapak Dr. Ahmad Dumyathi B, MA selaku Ketua Jurusan Manajemen dan
Ibu Titi Dewi Warninda, SE., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Manajemen.
6. Bapak Herni Ali HT, SE., MM selaku Pembimbing Akademik.
7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, terima kasih atas curahan
ilmu yang Bapak dan Ibu berikan kepada kami.
8. Seluruh jajaran karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, atas kerja
kerasnya melayani mahasiswa dengan baik dan meningkatkan citra
Fakultas Ekonomi dan Bisnis khususnya Pak Heri, Bu Siska, Bu Umi, Bu
Ani, Pak Rahmat, dan Pak Sofyan.
9. Bayu Ayom Gumelar. Sahabat terbaikku berbagi tawa, teman terhebatku
ketika berkonsultasi, jagoan terkuatku ketika ku lemah, dan kekasihku
yang selalu memberikan kasih sayang dan dukungannya agar dapat segera
menyelesaikan skripsi ini.
10. Sahabat-sahabatku yang selalu mendukung dan mendoakanku, yaitu Istiani
Maulida, Ade Setiawati, Putri Nur Pratiwi, Maixel Sri Haryanti, dan Ade
Tri Oktavia.
11. Sahabat-sahabatku “Rempongers” di Manajemen A angkatan 2009, yaitu
Shartika Purnama Dewi, Ade Tiyar Desty, Ika Wulandari, Dety Inayati,
Eka Adianti Wigati, Melissa Akmal, Eis Hartati, Mutia Dwi Amira, dan
Siti Sulhah. Terima kasih untuk kebersamaannya selama ini.
12. Teman-teman Manajemen dan Manajemen Keuangan angkatan 2009.
Terima kasih atas dukungannya, maaf tidak disebutkan satu persatu, tetapi
tidak mengurangi rasa bangga dan rasa persahabatan diantara kita semua.
13. Teman seperjuangan saat ujian komprehensif dan ujian skripsi, yaitu Imas
Atik Aisyah, Fitri Indriana, Risky Indrawan, dan Reza Gandana Putra.

Jakarta, 11 Juni 2013


Penulis

(Fitria Saraswati)

ix
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ...................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ....................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ............................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................ v
ABSTRACT ............................................................................................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. x
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xiv

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian ........................................................................... 1
B. Perumusan Masalah .....................................................................................12
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................................13
1. Tujuan Penelitian.....................................................................................13
2. Manfaat Penelitian...................................................................................13
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ............................................................................................15
1. Reksadana Syariah ...................................................................................15
a. Pihak-pihak yang Terlibat ...................................................................17
b. Jenis-jenis Reksadana..........................................................................20
c. Keuntungan Reksadana Syariah ..........................................................25
d. Risiko Investasi pada Reksadana Syariah ...........................................27
e. Nilai Aktiva Bersih (NAB) ..................................................................28
2. Sertifikat Bank Indonesia Syariah ............................................................30
3. Inflasi ........................................................................................................31
4. Nilai Tukar Rupiah ...................................................................................39
5. Jumlah Uang Beredar ...............................................................................43
B. Keterkaitan antar Variabel Bebas dengan Variabel Terikat.........................47
C. Penelitian Terdahulu ....................................................................................50
D. Kerangka Pemikiran ....................................................................................52
E. Hipotesis .......................................................................................................54
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ..........................................................................55
B. Metode Penentuan Sampel ..........................................................................55
C. Metode Pengumpulan Data .........................................................................57
D. Metode Analisis ..........................................................................................59
E. Operasional Variabel Penelitian ..................................................................71

x
BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................76
1. Sejarah dan Perkembangan Pasar Modal di Indonesia ...........................76
2. Sejarah Reksadana Syariah .....................................................................77
B. Deskripsi Data .............................................................................................81
C. Analisis dan Pembahasan ............................................................................97
1. Uji Asumsi Klasik ....................................................................................97
2. Uji Hipotesis ............................................................................................107
3. Analisis Regresi Linier Berganda ............................................................112
D. Interpretasi ...................................................................................................114
BAB V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan ..................................................................................................118
B. Implikasi ......................................................................................................118

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................120


LAMPIRAN ..............................................................................................................123

xi
DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

1.1 Perkembangan Reksadana Syariah ......................................................... 5


2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 51
3.1 Daftar Reksadana Syariah yang memenuhi kriteria penelitian............... 57
3.2 Kriteria Pengujian Autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson ................. 64
4.1 Daftar Reksadana Syariah....................................................................... 81
4.2 Daftar Reksadana Syariah yang memenuhi kriteria penelitian............... 84
4.3 Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) .............................................. 85
4.4 Inflasi ...................................................................................................... 87
4.5 Kurs/Nilai Tukar Rupiah terhadap USD................................................. 89
4.6 Jumlah Uang Beredar (M2) .................................................................... 91
4.7 NAB Reksa Dana Syariah BNP Paribas Pesona Amanah ...................... 93
4.8 NAB Danareksa Syariah Berimbang ...................................................... 94
4.9 NAB Reksadana Haji Syariah ................................................................ 96
4.10 Uji Kolmogorov-Smirnov....................................................................... 100
4.11 Uji Multikolinieritas dengan Tolerance dan VIF.................................... 101
4.12 Uji Heteroskedastisitas dengan Metode Glejser ..................................... 102
4.13 Uji Durbin-Watson ................................................................................. 104
4.14 Hasil Pengobatan Uji Durbin-Watson .................................................... 106
4.15 Uji F ........................................................................................................ 108
4.16 Uji t ......................................................................................................... 109
4.17 Uji Adjusted R Square ............................................................................ 111
4.18 Analisis Regresi Linier Berganda ........................................................... 112

xii
DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran ............................................................................... 53


4.1 Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) .............................................. 86
4.2 Inflasi ...................................................................................................... 88
4.3 Kurs/Nilai Tukar Rupiah terhadap USD................................................. 90
4.4 Jumlah Uang Beredar (M2) .................................................................... 92
4.5 NAB Reksa Dana Syariah BNP Paribas Pesona Amanah ...................... 94
4.6 NAB Danareksa Syariah Berimbang ...................................................... 95
4.7 NAB Reksadana Haji Syariah ................................................................ 97
4.8 Histogram ............................................................................................... 98
4.9 Grafik P-P Plot........................................................................................ 99
4.10 Scatterplot ............................................................................................... 102

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Halaman

1 Daftar Reksadana Syariah (Januari 2008 s.d. Desember 2012).............. 123


2 Daftar Sampel Penelitian ........................................................................ 125
3 Data Variabel Penelitian ......................................................................... 125
4 Tabel Model Summary, Anova, dan Coefficients .................................. 129
5 Uji Normalitas ........................................................................................ 130
6 Uji Multikolinieritas ............................................................................... 131
7 Uji Autokorelasi...................................................................................... 131
8 Uji Heteroskedastisitas ........................................................................... 132
9 Tabel Durbin-Watson (DW), α = 5% ..................................................... 133
10 Tabel Persentase Distribusi t .................................................................. 136
11 Tabel Persentase Distribusi F untuk α = 0,05 ......................................... 141

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya

yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan untuk memperoleh sejumlah

keuntungan dimasa yang akan datang yang sesuai dengan syariah Islam.

Umumnya investasi dibedakan menjadi dua, yaitu investasi pada asset financial

dan investasi pada asset riil. Seorang investor yang berinvestasi dengan

harapan memperoleh keuntungan dimasa yang akan datang, sebagai imbalan

atas waktu dan risiko yang terkait dengan investasi. Salah satu alasan utama

melakukan investasi adalah mempersiapkan masa depan sedini mungkin

melalui perencanaan kebutuhan yang disesuaikan dengan kemampuan

keuangan saat ini. Adanya suatu perencanaan investasi adalah jauh lebih baik

daripada tidak sama sekali (Ahmad Rodoni, 2009:46).

Menurut Eko Pratomo (2007:14), selain kebutuhan akan masa depan,

seseorang melakukan investasi karena dipicu oleh banyaknya ketidakpastian

atau hal yang tidak terduga dalam hidup ini (keterbatasan dana, kondisi

kesehatan, musibah, kondisi pasar investasi) dan laju inflasi yang tinggi. Tetapi

dengan adanya alternatif instrumen (efek) investasi memungkinkan seseorang

bisa memenuhi kebutuhan masa depan, dengan menentukan prioritas

kebutuhan, menetapkan perencanaan yang baik serta implementasi secara

disiplin.

1
Pasar modal merupakan salah satu wahana investasi bagi masyarakat.

Sejalan dengan hal tersebut, penerbitan produk-produk investasi di pasar modal

sangat penting artinya sebagai alternatif bagi investor dalam menginvestasikan

dananya. Salah satu bentuk investasi tersebut adalah reksadana (Bapepam-LK,

2012:1). Reksadana merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat

pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak

waktu dan keahlian untuk menghitung resiko atas investasi mereka. Reksadana

dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat yang

memiliki modal dan mempunyai keinginan untuk melakukan investasi, tetapi

hanya memiliki waktu dan pengetahuan yang terbatas (Heri Sudarsono,

2008:199).

Menurut Mankiw (2006:88), keunggulan utama dari reksadana adalah

karena reksadana memungkinkan orang-orang yang hanya memiliki sedikit

dana untuk melakukan diversifikasi. Menurut Eko Pratomo dan Ubaidillah

(2005:12), Don’t put all your eggs into one basket! Prinsip ini merupakan

peringatan yang sangat sering dikumandangkan kepada semua investor. Intinya

adalah karena semua investasi mengandung risiko, sehingga jangan sekali-kali

menempatkan seluruh dana investasi dalam satu pihak (bank atau perusahaan

tempat berinvestasi), karena jika hal itu dilakukan dan terjadi sesuatu dengan

pihak tersebut, maka habislah semua dana investasi yang dimiliki.

Saat ini, reksadana syariah merupakan investasi yang menarik bagi

masyarakat yang ingin berinvestasi sesuai dengan syariah. Reksadana syariah

merupakan alternatif investasi yang hanya menempatkan dana pada debitor

2
yang tidak melanggar batasan syariah, dalam fundamental maupun operasional

perusahaan, sesuai dengan fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Sebagai salah satu instrumen investasi, reksadana syariah memiliki kriteria

yang berbeda dengan reksadana konvensional pada umumnya. Dimana

perbedaan ini terletak pada pemilihan instrumen investasi dan mekanisme

investasi yang harus berpedoman pada sumber Alqur’an dan Hadist serta

hukum Islam yang lainnya. Mekanisme transaksi reksadana dalam konsep

Fiqih Muamalah berjalan menggunakan akad wakalah yaitu antara investor

dengan manajer investasi. Dan Mudharabh antara manajer investasi dengan

perusahaan (Abdul Hamid, 2009:79).

Dalam penyusunan portofolio investasinya, reksadana syariah hanya dapat

menempatkan dananya ke dalam instrumen-instrumen investasi yang terbebas

dari riba dan praktek-praktek tidak halal menurut syariah. Pada instrumen pasar

modal, reksadana syariah hanya menempatkan dananya pada emiten atau

perusahaan atau pihak-pihak penerbit instrumen investasi yang tidak

melakukan usaha-usaha yang bertentangan dengan prinsip kehalalan syariah

seperti riba, perjudian, pornografi, minuman haram (alkohol), babi, dan hiburan

yang bertentangan dengan syariah dan lain-lain.

Untuk itu fungsi dan tugas seorang manajer investasi pada reksadana

syariah menjadi lebih luas daripada manajer investasi konvensional yaitu

menyusun strategi portofolio yang baik agar menghasilkan return optimal dan

outperform dibandingkan dengan reksadana lain, dengan tetap menjamin

kehalalan proses investasi yang dilakukan (Abdul Hamid, 2009:80).

3
Menurut Usman (2000) dalam Hariandy Hasbi (2010:64), investor dalam

berinvestasi dapat memilih 4 jenis reksadana berbasis syariah, antara lain: (1)

reksadana syariah saham, jenis reksadana ini menawarkan imbal hasil yang

tertinggi jika dibandingkan reksadana lainnya. Tentunya, imbal hasil yang

tinggi ini juga diimbangi oleh tingkat risiko yang cukup tinggi; (2) reksadana

syariah campuran, reksadana ini menempatkan investasi dalam efek ekuitas

serta hutang. Reksadana jenis ini lebih aman pada kondisi pasar dimana terjadi

volatilitas yang cukup tinggi dikarenakan investasi ditempatkan di berbagai

instrumen, baik itu saham, obligasi, maupun pasar uang; (3) reksadana

pendapatan tetap, jenis reksadana ini menawarkan imbal hasil terendah jika

dibandingkan beberapa reksadana lainnya. Namun, tingkat risiko yang

ditawarkan juga rendah; (4) reksadana terproteksi, reksadana ini memberikan

proteksi sebesar 100% dari nilai investasi awal dengan syarat dan ketentuan

khusus yang berlaku, reksadana ini cenderung diinvestasikan pada instrumen

pasar modal dan pasar uang yang lebih aman.

Salah satu ukuran kinerja investasi untuk reksadana syariah adalah Nilai

Aktiva Bersih (NAB). Menurut Heri Sudarsono (2008:218), nilai aktiva bersih

berasal dari nilai portofolio reksadana yang bersangkutan. Aktiva atau

kekayaan reksadana dapat berupa kas, deposito, SBPU, SBI, surat berharga

komersial, saham, obligasi, right, dan efek lainnya. Sementara kewajiban

reksadana dapat berupa fee manajer investasi yang belum dibayar, fee Bank

Kustodian yang belum dibayar, pajak-pajak yang belum dibayar, fee broker

yang belum dibayar serta efek yang belum dilunasi.

4
Nilai Aktiva Bersih merupakan jumlah aktiva setelah dikurangi kewajiban-

kewajiban yang ada. Sedangkan NAB per Unit Penyertaan merupakan jumlah

NAB dibagi dengan jumlah nilai Unit Penyertaan yang beredar (outstanding)

yang telah beredar (dimiliki investor) pada saat tertentu. NAB per saham/unit

dihitung setiap hari oleh Bank Kustodian setelah mendapat dana dari Manajer

Investasi dan nilainya dapat dilihat dari surat kabar yang dilihat reksadana

bersangkutan setiap hari. Besarnya NAB bisa berfluktuasi setiap hari,

tergantung dari perubahan nilai efek dari portofolio. Meningkatnya NAB

mengindikasikan naiknya nilai investasi pemegang saham per unit penyertaan.

Begitu juga sebaliknya, menurun berarti berkurangnya nilai investasi

pemegang saham per unit penyertaan.

Perkembangan reksadana syariah di Indonesia dari tahun 2008 sampai

tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1
Perkembangan Reksadana Syariah
Tahun Jumlah Reksadana Syariah Total NAB (Rp Miliar)
2008 37 1.814,80
2009 46 4.629,22
2010 48 5.225,78
2011 50 5.564,79
2012 54 8.050,07
Sumber: Bapepam, Statistik Pasar Modal Syariah 2012

Perkembangan reksadana syariah di Indonesia mengalami perkembangan

yang cukup pesat. Apabila dilihat dari statistiknya pada Tabel 1.1 di atas, dapat

dilihat pada kurun waktu tahun 2008 sampai 2012 pertumbuhan jumlah

reksadana syariah di Indonesia menunjukkan kecenderungan meningkat dari

tahun ke tahun. Pertumbuhan yang paling signifikan terjadi pada tahun 2007-
5
2008, yaitu naik 22% dari 26 reksadana syariah di tahun 2007 menjadi 37

reksadana syariah di tahun 2008. Kemudian pada tahun 2009 meningkat

menjadi 46 reksadana syariah. Namun pada periode tahun 2009 hingga 2012,

peningkatan jumlah reksadana syariah tidak terlalu signifikan. Dan secara

kumulatif pada bulan Desember 2012 terdapat 54 reksadana syariah yang

tercatat di pasar modal Indonesia. Selain jumlah reksadana syariah yang

meningkat, total Nilai Aktiva Bersih (NAB) juga terus mengalami peningkatan

selama periode 2008 hingga 2012. Sampai Desember 2012 total NAB

reksadana syariah mencapai Rp 8.050,07 miliar dan telah terdapat 54 reksadana

syariah yang dinyatakan efektif oleh Bapepam. Hal ini menunjukkan bahwa

ada peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya.

Pesatnya perkembangan reksadana syariah tidak terlepas dari kehadiran

Undang-Undang tentang Pasar Modal Indonesia No.8 tahun 1995 berisi 116

pasal yang diberlakukan pada awal tahun 1996 dan juga telah diluncurkannya

Pasar Modal Syariah oleh Bapepam yang bekerjasama dengan Dewan Syariah

Nasional (DSN) yang diawasi langsung oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS),

yang diharapkan agar semua pihak yang terlibat di pasar modal merasa

melindungi hak-hak masyarakat dari praktek-praktek perdagangan yang

merugikan. Disamping itu adanya regulasi dan institusi baru ini memberikan

peluang kepada manajer investasi dan bank kustodian untuk menyelenggarakan

reksadana syariah. Pesatnya peningkatan jumlah reksadana syariah ini juga

tidak terlepas berkat terciptanya iklim usaha yang kondusif yang diberikan oleh

otoritas pasar modal Bapepam dan DSN atau DPS (Abdul Hamid, 2009:81).

6
Perkembangan reksadana syariah juga tidak terlepas dari berbagai macam

faktor yang mendasarinya. Perubahan yang terjadi pada faktor-faktor tersebut

dapat mempengaruhi reksadana syariah baik secara positif maupun negatif.

Variabel yang dapat digunakan untuk menganalisis reksadana syariah adalah

Nilai Aktiva Bersih (NAB). Terdapat 4 faktor yang diduga mempengaruhi

NAB reksadana syariah, yaitu Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS),

inflasi, nilai tukar rupiah, dan jumlah uang beredar.

Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor: 10/11/PBI/2008, Sertifikat

Bank Indonesia Syariah yang selanjutnya disebut sebagai SBIS adalah surat

berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang

Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. SBIS diterbitkan oleh Bank

Indonesia sebagai salah satu instrumen operasi pasar terbuka dalam rangka

pengendalian moneter yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah. Sertifikat

Bank Indonesia Syariah (SBIS) bagi bank syariah dijadikan sebagai alat

instrumen investasi, sebagaimana Sertifikat Bank Indonesia (SBI) di bank

konvensional.

Menurut Virlandana dan Hermana (2005), hubungan NAB dengan SBIS

menunjukkan korelasi kuat negatif. Jadi jika SBIS menurun maka NAB

meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa NAB merupakan alternatif investasi

yang lebih menarik pada saat tingkat suku bunga bank syariah menurun. Jika

tingkat SBIS menurun akan mempengaruhi iklim investasi di pasar modal dan

pasar uang syariah. Dengan turunnya SBIS, maka investasi akan berpindah ke

7
instrumen-instrumen yang memberikan tingkat keuntungan/bagi hasil yang

lebih tinggi di pasar modal, misalnya reksadana syariah.

Situasi ekonomi lainnya seperti kondisi ekonomi makro yang

mempengaruhi NAB reksadana adalah inflasi. Menurut Rahardja dan

Manurung (2004:155), inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang

yang bersifat umum dan terus-menerus. Harga suatu komoditas dikatakan naik

jika menjadi lebih tinggi daripada harga periode sebelumnya. Kenaikan harga

suatu komoditas belum dapat dikatakan inflasi jika kenaikan tersebut tidak

menyebabkan harga-harga secara umum naik. Kenaikan harga yang bersifat

umum juga belum akan memunculkan inflasi, jika terjadinya hanya sesaat.

Karena itu perhitungan inflasi dilakukan dalam rentang waktu minimal

bulanan. Sebab dalam sebulan akan terlihat apakah kenaikan harga bersifat

umum dan terus-menerus.

Menurut Ali dan Beik (2012), inflasi berpengaruh secara signifikan dalam

jangka pendek dengan korelasi positif terhadap NAB reksadana syariah. Hal ini

terjadi karena ketika inflasi mengalami peningkatan, maka bank sentral akan

merespon dengan menaikkan suku bunga dan bonus SBIS untuk mengurangi

jumlah uang beredar. Kenaikan bonus inilah yang kemudian menjadi insentif

bagi para investor yang menginginkan return yang tinggi, untuk berinvestasi

pada reksadana syariah, sehingga NAB reksadana syariah mengalami

peningkatan.

Kondisi ekonomi makro yang kedua adalah nilai tukar rupiah. Menurut

Sadono Sukirno (2006:397), kurs valuta asing atau kurs mata uang asing

8
menunjukkan harga atau nilai mata uang suatu negara dinyatakan dalam nilai

mata uang negara lain. Kurs valuta asing dapat juga didefinisikan sebagai

jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang

dibutuhkan, untuk memperoleh satu unit mata uang asing.

Menurut Suta (2000) dalam Rahmi Hifdzia (2012:8), fluktuasi nilai rupiah

terhadap mata uang asing yang stabil akan sangat mempengaruhi iklim

investasi dalam negeri, khususnya pasar modal. Terjadinya apresiasi kurs

rupiah terhadap dollar misalnya akan memberikan dampak terhadap

perkembangan persaingan produk Indonesia di luar negeri, terutama dalam hal

persaingan harga. Apabila ini terjadi, secara tidak langsung akan memberikan

pengaruh terhadap neraca perdagangan karena meningkatnya nilai ekspor

dibandingkan nilai impor, sebaliknya akan berpengaruh pula kepada neraca

pembayaran Indonesia. Memburuknya neraca pembayaran negara akan

berpengaruh terhadap cadangan devisa, berkurangnya cadangan devisa akan

mempengaruhi kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia, yang

selanjutnya menimbulkan dampak negatif terhadap perdagangan saham di

pasar modal. Keadaan ini, bagi investor asing akan cenderung melakukan

penarikan modal sehingga terjadi capital inflow.

Dalam hal ini menyebabkan menurunnya NAB reksadana karena

pengelolaan dana investasi reksadana yang sebagian dialokasikan pada saham

mengakibatkan kemungkinan investor yang menginvestasikan dananya pada

reksadana saham akan melakukan penarikan modal sehingga NAB reksadana

pun mengalami penurunan.

9
Makro ekonomi berikutnya dalam penelitian ini adalah jumlah uang

beredar. Menurut Veithzal Rivai (2007:7), uang beredar dalam arti luas, yang

sering juga disebut sebagai likuiditas perekonomian dan diberi simbol M2,

didefinisikan sebagai kewajiban sistem moneter terhadap sektor swasta

domestik yang terdiri dari uang kartal (C), uang giral (D), dan uang kuasi (T).

Dengan kata lain, M2 adalah M1 ditambah dengan tabungan dan deposito

berjangka atau disebut juga uang kuasi (T).

Menurut Manurung (1996) dalam Muhamad Alhidadi Muchtar (2005:61),

peningkatan jumlah uang beredar dikaitkan dengan business cycle expansion.

Adanya peningkatan jumlah uang beredar akan mendorong bertambahnya

sumber pembiayaan bagi perusahaan sehingga perusahaan dapat melebarkan

ekspansi usahanya lebih luas yang akhirnya meningkatkan kinerja perusahaan.

Meningkatnya kinerja perusahaan akan merangsang para investor melirik

saham perusahaan tersebut sehingga berdampak positif terhadap harga saham.

Ketika jumlah uang beredar di masyarakat semakin bertambah sehingga

ekspektasi harga-harga barang dan jasa akan naik (inflasi) mengakibatkan

tingkat suku bunga deposito dalam perekonomian menurun. Penurunan tingkat

suku bunga deposito menyebabkan masyarakat lebih memilih untuk

menginvestasikan dananya di pasar saham dengan harapan akan memperoleh

keuntungan yang lebih besar, sehingga akan berdampak pada peningkatan

permintaan saham di pasar modal. Hal ini juga menyebabkan meningkatnya

NAB reksadana karena pengelolaan dana investasi reksadana sebagian

dialokasikan pada saham.

10
Beberapa peneliti yang juga meneliti mengenai reksadana syariah,

diantaranya Prantik Ray dan Vina Vani (2005) dengan judul penelitian “Neural

Network Models for Forecasting Mutual Fund Net Asset Value”. Dalam

penelitiannya ditemukan bahwa variabel Tingkat Suku Bunga, Jumlah Uang

Beredar, Inflasi dan Pasar Ekuitas memiliki pengaruh yang cukup besar dalam

pergerakan NAB pada periode 1999-2004 di India, sedangkan Output Nasional

yang dicerminkan dalam Indeks Produksi Industri memiliki pengaruh yang

sangat diabaikan pada return reksadana.

Annisa Sholihah (2008) dalam penelitiannya ditemukan bahwa JII dan

Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja reksa dana syariah. Dan

Inflasi menjadi variabel yang paling dominan dalam mempengaruhi kinerja

reksa dana syariah. Sedangkan SWBI dan IHSG tidak memiliki pengaruh.

Elena dan Alexandru (2011) dalam penelitiannya ditemukan bahwa dalam

analisis pasar AS, kenaikan inflasi menyebabkan tren kenaikan reksadana

saham, dengan harapan mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi. Kemudian,

tingkat bunga yang lebih rendah di AS menjadikan masyarakat berinvestasi

dalam aset pendapatan tetap (moneter dan obligasi). Sementara dalam industri

investasi Rumania, korelasi ini tidak dapat dibuktikan karena tingkat NAB

reksadana saham yang sangat kecil.

Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian-penelitian

sebelumnya. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sertifikat

Bank Indonesia Syariah (SBIS), Inflasi, Nilai Tukar Rupiah terhadap USD, dan

Jumlah Uang Beredar (M2). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini

11
terdiri dari tiga perusahaan reksadana syariah dengan jenis yang berbeda, yaitu

Reksa Dana Syariah BNP Paribas Pesona Amanah yang merupakan jenis

reksadana saham, Danareksa Syariah Berimbang yang merupakan jenis

reksadana campuran, dan Reksadana Haji Syariah yang merupakan jenis

reksadana pendapatan tetap. Penelitian ini dilakukan pada periode Januari 2008

hingga Desember 2012. Periode tersebut dipilih untuk melihat bagaimana

pengaruh SBIS sebagai salah satu instrumen perbankan syariah, serta Inflasi,

Nilai Tukar Rupiah, dan Jumlah Uang Beredar sebagai indikator perekonomian

nasional dalam mempengaruhi perubahan NAB Reksadana Syariah.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Sertifikat

Bank Indonesia Syariah, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jumlah Uang

Beredar Terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas,

maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah, Inflasi, Nilai Tukar

Rupiah, dan Jumlah Uang Beredar secara parsial terhadap Nilai Aktiva

Bersih Reksadana Syariah.

2. Bagaimana pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah, Inflasi, Nilai Tukar

Rupiah, dan Jumlah Uang Beredar secara simultan terhadap Nilai Aktiva

Bersih Reksadana Syariah.

12
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan dan

manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk menganalisis pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah,

Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jumlah Uang Beredar secara parsial

terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah.

b. Untuk menganalisis pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah,

Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jumlah Uang Beredar secara simultan

terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagi Penulis

Penelitian ini memberikan pengetahuan dan pemahaman bagi penulis

tentang pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah, Inflasi, Nilai

Tukar Rupiah, dan Jumlah Uang Beredar terhadap Nilai Aktiva Bersih

Reksadana Syariah di Indonesia yang terjadi pada tahun 2008 sampai

dengan 2012.

b. Bagi Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi mengenai

reksadana syariah bagi penulis maupun bagi peneliti selanjutnya yang

tertarik untuk meneliti tentang reksadana syariah juga dapat dijadikan

bahan referensi tambahan.

13
c. Bagi Investor

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi yang akan

menambah wawasan dan pengetahuan bagi investor pasar modal

terutama terkait dengan produk reksadana syariah. Sehingga dapat

dijadikan landasan dalam pengambilan keputusan terkait dengan

investasi dalam bentuk reksadana syariah.

14
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Reksadana Syariah

Menurut Manurung (2008:1), dalam kamus keuangan Reksa Dana

didefinisikan sebagai portofolio aset keuangan yang terdiversifikasi,

dicatatkan sebagai perusahaan investasi yang terbuka, yang menjual saham

kepada masyarakat dengan harga penawaran dan penarikannya pada harga

nilai aktiva bersihnya.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

menyebutkan bahwa Reksa Dana adalah wadah yang dipergunakan untuk

menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya

diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi.

Definisi manajer investasi menurut Undang-Undang tentang Pasar

Modal Nomor 8 Tahun 1995 adalah pihak yang kegiatannya mengelola

portofolio efek untuk para nasabah atau mengelola portofolio investasi

kolektif untuk sekelompok nasabah, kecuali perusahaan asuransi, dana

pensiun, dan bank yang melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sementara itu, Reksadana

didefinisikan sebagai wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana

dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam

portofolio efek oleh manajer investasi.

15
Dilihat dari segi perdagangan efek, reksadana adalah suatu produk

yang diperdagangkan, sedangkan manajer investasi sebagai pengelola

produk tersebut. Reksadana dapat berupa Investment Companies dan Unit

Investment Trust (Kontrak Investasi kolektif). Sementara, bank kustodian

akan berperan dalam penyimpanan dana atau portofolio milik investor

serta melakukan penyelesaian transaksi dan administrasi reksadana.

Reksadana merupakan sarana investasi bagi investor untuk dapat

berinvestasi ke berbagai instrumen investasi yang tersedia di pasar.

Melalui reksadana, investor sudah tidak perlu repot mengelola portofolio

investasinya sendiri (Eko Pratomo, 2005:39).

Reksadana menjadi jembatan bertemunya dua kebutuhan, yaitu

kebutuhan investasi bagi investor untuk memenuhi kebutuhan masa

depannya dan kebutuhan perusahaan atau pemerintah untuk mendapatkan

dana bagi pembiayaan kegiatan ekonomi jangka panjang. Reksadana akan

menciptakan permintaan (demand) dari sisi investor akan surat berharga

sebagai instrumen investasi, sekaligus menciptakan supply (dari sisi

perusahaan dan pemerintah) untuk menerbitkan surat-surat berharga, yang

akan menjadi lahan investasi bagi investor. Selain itu, dengan adanya

reksadana akan membuat pasar investasi lebih likuid. Instrumen investasi

yang tersedia di pasar dapat lebih mudah ditransaksikan (mudah untuk

dijual maupun dibeli) dengan harga yang wajar dan mekanisme yang

transparan. Sebagai bagian dari industri investasi, reksadana akan

16
meningkatkan kredibilitas dan efisiensi pasar investasi (Eko Pratomo,

2005:43).

Reksadana syariah berasal dari kata reksa, yang berarti kelola atau

pelihara, dana yang berarti uang dan syariah adalah aturan-aturan yang

sesuai dengan Islam. Jadi reksadana syariah adalah wadah yang

dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal, dan

selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi

serta sesuai dengan ketentuan atau peraturan dan hukum yang telah

ditetapkan pokok-pokoknya oleh Allah SWT (Ahmad Rodoni, 2009:79).

Reksadana di Amerika Serikat dikenal dengan istilah Mutual Fund, di

Inggris dikenal dengan sebutan Unit Trust, dan di Jepang dikenal dengan

istilah investment trust, sedangkan di Malaysia, reksadana dikenal sebagai

Unit trust. Definisi yang diberikan Choong (1999) adalah, “unit trust is an

investment scheme that pools from many investors who share similiar

financial objective investment strategy and risk tolerance” (Ahmad

Rodoni, 2009:80).

a. Pihak-pihak yang Terlibat

Menurut Ahmad Rodoni (2009:87), seorang calon investor yang

akan menginvestasikan dananya pada salah satu Reksadana Terbuka

umumnya akan menghadapi pihak-pihak yang terkait didalamnya yaitu:

1) Perusahaan Reksadana

Merupakan perseroan terbatas yang telah memperoleh izin usaha

dari Bapepam dengan bertujuan untuk Reksadana yang akan

17
mengelola dan bertanggung jawab atas dana para pemegang saham

Reksadana.

2) Manajer Investasi

Merupakan perseroan yang telah memperoleh izin usaha dari

Bapepam sebagai manajer investasi dan minimum ada pegawainya

yang telah memperoleh izin profesi dari Bapepam sebagai wakil

manajer investasi. Perseroan ini mempunyai kontrak dengan

perusahaan Reksadana untuk melaksanakan investasi kembali dana

yang telah dihimpun. Kegiatan manajer investasi adalah manajemen

portofolio (jual beli efek), analisa efek serta perdagangan (jual beli)

efek dengan harga terbaik. Biasanya manajer investasi ini dirangkap

oleh perusahaan Reksadana.

Menurut Eko Pratomo (2007:41), sebelum dapat menjual

reksadana kepada investor, manajer investasi harus terlebih dahulu

membentuk reksadana dengan membuat akta Kontrak Investasi

Kolektif (KIK) bersama bank kustodian. Kemudian, menjalani

proses pernyataan pendaftaran kepada Bapepam untuk mendapatkan

pernyataan efektif, sehingga reksadana dapat dijual kepada investor.

Umumnya, manajer investasi bekerjasama dengan agen penjual

(bank, perusahaan asuransi, atau pihak lainnya) untuk menawarkan

dan menjual reksadana kepada investor. Dari dana yang terkumpul,

manajer investasi akan melakukan pengelolaan investasi, sesuai

18
dengan kebijakan investasi yang telah ditentukan dalam KIK. Proses

investasi yang dilakukan, antara lain:

- Melakukan analisis makro dan mikro

- Menentukan alokasi aset (distribusi penempatan pada efek pasar

uang, efek utang atau efek saham)

- Menentukan alokasi sektor (distribusi jenis industri yang dipilih)

- Menentukan pilihan emiten/pihak tempat berinvestasi

- Melaksanakan transaksi melalui bank atau pialang (broker)

- Memonitor kinerja dan melakukan penyesuaian portofolio

3) Agen Penjualan

Agen penjualan inilah melaksanakan penjualan secara langsung

kepada masyarakat pemodal melalui cabang-cabangnya atau sub-

agensi lainnya. Transaksi jual-beli berlangsung dengan investor

terjadi disini. Disinilah investor dapat meminta prospektus

penawaran umum saham reksadana, agen penjualan ini biasanya

dirangkap oleh manajer investasi.

4) Kustodian

Kustodian (custodian) merupakan institusi yang berfungsi untuk

menyimpan dan mengamankan dokumen efek (surat berharga).

Kustodian tidak terlibat didalam operasi sehari-hari yang

berhubungan dengan keputusan investasi. Untuk menghindari

terjadinya kolusi, maka kustodian tidak boleh berafiliasi dengan

19
manajer investasi. Kustodian umumnya adalah bank, yang telah

memperoleh izin usaha dari Bapepam sebagai kustodian.

Kustodian melaksanakan perintah dari manajer investasi dalam

transaksi jual-beli efek dalam hal pengeluaran dan pemasukan dana

serta penyimpanan efek hasil pembelian yang dilakukan oleh

manajer investasi. Jadi manajer investasi tidak menyimpan efek yang

telah dibeli maupun uang yang dihimpun dari para pemegang saham

reksadana. Praktek Kustodian di Indonesia dipercaya oleh Bapepam

untuk menghitung NAB setiap hari, jadi tidak dilakukan oleh suatu

institusi yang disebut trustee.

5) Transfer Agent

Fungsi dari transfer agent adalah melaksanakan registrasi dari

pencatatan permintaan para pemegang saham reksadana mengenai

pembelian dan penebusan serta membuat daftar para pemegang

saham yang up-to-date. Fungsi ini di Indonesia, dipercayakan

kepada kustodian.

b. Jenis-jenis Reksadana

Menurut Mohamad Heykal (2012:92), berdasarkan jenisnya

reksadana dapat dibagi kepada tiga bagian yaitu:

1) Pembagian Reksadana Berdasarkan Bentuk Hukum

a) Reksadana berbentuk perseroan

Reksadana berbentuk perseroan (PT Reksa Dana) merupakan

suatu perusahaan (dalam hal ini perseroan terbatas) yang bergerak

20
pada pengelolaan portofolio investasi pada surat-surat berharga

yang tersedia di pasar investasi. Dari kegiatan tersebut PT

Reksa Dana akan memperoleh keuntungan dalam bentuk

peningkatan nilai aset perusahaan (sekaligus nilai sahamnya),

yang kemudian juga akan dapat dinikmati oleh para investor yang

memiliki saham pada perusahaan tersebut.

b) Reksadana berbentuk kontrak investasi kolektif (KIK)

Reksadana berbentuk KIK adalah kontrak yang dibuat antara

manajer investasi dan bank kustodian yang juga mengikat

pemegang unit penyertaan sebagai investor. Dengan begitu

reksadana KIK bukan merupakan reksadana yang berbentuk

badan hukum tersendiri. Melalui kontrak ini manajer investasi

diberi wewenang untuk mengelola portofolio kolektif dan bank

kustodian diberikan wewenang untuk melaksanakan investasi

penitipan dan administrasi investasi kolektif. Fungsi dari kontrak

investasi kolektif sama halnya dengan Anggaran Dasar dan

Anggaran Rumah Tangga dalam suatu perusahaan. Saat ini

seluruh reksadana yang ada di Indonesia adalah reksadana

berbentuk KIK.

2) Pembagian Reksadana Berdasarkan Sifat Operasional

Berdasarkan sifat operasionalnya, reksadana dapat dibedakan

menjadi reksadana terbuka (open-end) dan reksadana tertutup (close-

end). Beberapa perbedaan keduanya dapat dijelaskan sebagai

21
berikut. Reksadana terbuka menjual sahamnya melalui penawaran

umum untuk seterusnya dicatatkan pada Bursa Efek. Investor tidak

dapat menjual kembali saham yang dimilikinya kepada reksadana

melainkan kepada investor lain melalui pasar bursa dimana harga

jual belinya ditentukan oleh mekanisme bursa. Penjualan saham

tersebut dilakukan melalui manajer investasi.

Sementara itu, reksadana tertutup menjual saham atau unit

penyertaannya secara terus menerus sepanjang ada investor yang

membeli. Saham ini tidak perlu dicatatkan di Bursa Efek dan

harganya ditentukan didasarkan atas Nilai Aktiva Bersih (NAB) /

Net Asset Value (NAV) per saham yang dihitung oleh Bank

Kustodian.

Pada dasarnya reksadana berbentuk perseroan dapat beroperasi

secara terbuka maupun tertutup, sedangkan reksadana berbentuk

KIK hanya dapat beroperasi secara terbuka.

3) Pembagian Reksadana Berdasarkan Jenis Investasi

Berdasarkan jenis investasinya reksadana terbagi menjadi empat

kategori, yaitu:

a) Reksadana Pasar Uang (Money Market Fund / MMF)

Reksadana pasar uang adalah reksadana yang melakukan

investasi 100% pada efek pasar uang yaitu efek-efek utang yang

berjangka kurang dari satu tahun. Umumnya, instrumen atau efek

yang masuk dalam kategori ini meliputi deposito, SBI, obligasi,

22
serta efek utang lainnya dengan jatuh tempo kurang dari satu

tahun. Reksadana pasar uang merupakan reksadana dengan

tingkat risiko paling rendah dan cocok untuk investor yang ingin

menginvestasikan dananya dalam jangka pendek (kurang dari satu

tahun).

b) Reksadana Pendapatan Tetap (Fixed Income Fund / FIF)

Reksadana pendapatan tetap merupakan reksadana yang

melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari portofolio

yang dikelolanya ke dalam efek bersifat utang, seperti obligasi

dan surat utang lainnya dan 20% dari dana yang dikelola dapat

diinvestasikan pada instrumen lainnya. Reksadana jenis ini

memiliki risiko relatif besar dari reksadana pasar uang dengan

tujuan investasi untuk menghasilkan return yang stabil. Efek

bersifat utang umumnya memberikan penghasilan dalam bentuk

bunga, seperti deposito, SBI, obligasi dan instrumen lainnya. FIF

yang terdapat di Indonesia lebih banyak memanfaatkan instrumen

obligasi sebagai bagian terbesar investasinya.

c) Reksadana Saham (Equity Fund / EF)

Reksadana saham adalah reksadana yang melakukan investasi

sekurang-kurangnya 80% dari portofolio yang dikelolanya ke

dalam efek bersifat ekuitas (saham) dan 20% dari dana yang

dikelola diinvestasikan pada instrumen lainnya. Reksadana jenis

ini memiliki tingkat risiko yang paling tinggi dibandingkan

23
dengan jenis reksadana lain, tentunya juga memiliki return yang

lebih tinggi. Berbeda dengan efek pendapatan tetap seperti

deposito dan obligasi, dimana investor lebih berorientasi pada

pendapatan bunga, efek saham umumnya memberikan potensi

hasil yang lebih tinggi berupa capital gain melalui pertumbuhan

harga-harga saham. Selain hasil dari capital gain, efek saham

juga memberikan hasil lain berupa dividen.

d) Reksadana Campuran (Balance Fund / BF)

Reksadana campuran tidak memiliki batasan alokasi investasi

yang boleh dilakukan. Reksadana campuran dapat melakukan

investasinya baik pada efek utang maupun ekuitas dan porsi

alokasi yang lebih fleksibel.

Perkembangan terakhir, Bapepam mengeluarkan aturan baru

berkaitan dengan jenis-jenis reksadana yang sedikit berbeda dari

reksadana yang selama ini beredar. Sekilas mengenai reksadana

tersebut adalah sebagai berikut (Mohamad Heykal, 2012:96):

 Reksadana Terproteksi (Capital Protected Fund)

Jenisnya reksadana pendapatan tetap, namun manajer investasi

memberikan perlindungan terhadap investasi awal investor sehingga

nilainya tidak berkurang saat jatuh tempo. Sebagian besar dana yang

dikelola akan dimasukkan pada efek bersifat utang yang pada saat

jatuh tempo sekurangnya dapat menutup nilai yang diproteksi.

24
Sisanya diinvestasikan kepada efek lain, sehingga investor masih

punya peluang memperoleh peningkatan NAB (Nilai Aktiva Bersih).

 Reksadana dengan Penjaminan (Guaranted Fund)

Reksadana ini menjamin bahwa investor sekurangnya akan

menerima sebesar nilai investasi awal pada saat jatuh tempo,

sepanjang persyaratannya dipenuhi. Jaminan ini diberikan lembaga

penjamin berdasarkan kontrak lembaga itu dengan manajer investasi

dan bank kustodian (bank yang mewakili kepentingan investor untuk

mengawasi ketaatan manajer investasi). Manajer investasi wajib

menginvestasikan sekurang-kurangnya 80% dari efek bersifat utang

yang masuk kategori layak investasi.

 Reksadana Indeks

Portofolio reksadana terdiri atas efek-efek yang menjadi bagian dari

indeks acuan. Manajer investasi wajib menginvestasikan minimal

80% dari NAB pada sekurangnya 80% efek yang menjadi bagian

indeks acuan.

c. Keuntungan Reksadana Syariah

Menurut Mohamad Heykal (2012:97), pada dasarnya setiap

kegiatan investasi mengandung dua unsur yaitu return (keuntungan)

dan risiko. Berikut ini terdapat beberapa keuntungan dalam

menginvestasikan melalui reksadana:

1) Tingkat likuiditas yang baik, yang dimaksud dengan likuiditas disini

adalah kemampuan untuk mengelola uang masuk dan keluar dari

25
reksadana. Dalam hal ini yang paling sesuai adalah reksadana untuk

saham-saham yang telah dicatatkan di Bursa dimana transaksi terjadi

setiap hari, tidak seperti deposito berjangka atau sertifikat deposito

periode tertentu. Selain itu pemodal dapat mencairkan kembali

saham/unit penyertaan setiap saat sesuai dengan ketetapan yang

dibuat masing-masing reksadana sehingga memudahkan investor

untuk mengelola kasnya.

2) Manajer profesional, reksadana dikelola oleh manajer investasi yang

handal, ia mencari peluang investasi yang paling baik untuk

reksadana tersebut. Pada prinsipnya, manajer investasi bekerja keras

untuk meneliti ribuan peluang investasi bagi pemegang saham/unit

reksadana. Sedangkan pilihan investasi itu sendiri dipengaruhi oleh

tujuan investasi dari reksadana tersebut.

3) Diversifikasi, adalah istilah dimana tidak menempatkan seluruh dana

di dalam suatu satu peluang investasi, dengan maksud membagi

risiko.

4) Biaya rendah, karena reksadana merupakan kumpulan dana dari

banyak investor sehingga besarnya kemampuan melakukan investasi

akan menghasilkan biaya transaksi yang murah.

Sedangkan manfaat yang diberikan Reksadana Syariah bagi

pemerintah dan Bursa Efek yaitu sebagai berikut (Ahmad Rodoni,

2009:94):

26
1) Memobilisasi dana masyarakat, dimana reksadana (sebagai emiten)

merupakan lahan yang tepat bagi investasi pemodal segala strata,

baik besar maupun kecil. Investor-investor lembaga akan lebih

percaya kepada manajer investasi yang mengelola reksadana.

2) Meningkatkan peranan swasta nasional dalam menghimpun dana

masyarakat. Selama ini produk reksadana dikelola oleh manajer

investasi asing, sehingga dikhawatirkan dapat menaikkan capital

outflows yang berimplikasi pada mengguncangnya stabilitas neraca

pembayaran (balance of payment).

3) Mendorong perdagangan surat-surat berharga di pasar modal

Indonesia, sehingga dapat meningkatkan likuiditas bursa dan

kapitalis pasar (market capitalization). Tingginya transaksi

perdagangan efek di bursa akan menarik masuknya modal asing

(capital inflows) sehingga makin menguatkan neraca pembayaran.

4) Dapat mengoreksi tingkat bunga, karena pergeseran dana dari bank

ke capital market.

d. Risiko Investasi pada Reksadana Syariah

Menurut Abdul Manan (2009:161), Bapepam menyebutkan

beberapa risiko yang kemungkinan bisa terjadi apabila investor

berinvestasi di reksadana, antara lain:

1) Risiko berkurangnya nilai unit penyertaan

Risiko ini dipengaruhi oleh turunnya harga dari efek (saham,

obligasi, dan surat-surat berharga lainnya) yang menjadi bagian dari

27
portofolio reksadana di bursa yang mengakibatkan menurunnya nilai

unit penyertaan.

2) Risiko Likuiditas

Penjualan kembali (redemption) sebagian besar unit penyertaan oleh

pemilik kepada manajer investasi secara bersamaan dapat

menyulitkan manajer investasi menyediakan uang tunai bagi

pembayaran tersebut.

3) Risiko Politik dan Ekonomi

Perubahan kebijakan di bidang politik dan ekonomi mempengaruhi

kinerja perusahaan, tidak terkecuali perusahaan yang mempengaruhi

efek yang termasuk dalam portofolio reksadana.

4) Risiko Wanprestasi

Risiko ini dapat timbul saat perubahan asuransi yang mengasuransi

harta kekayaan reksadana tidak dapat membayar ganti rugi atau

membayar lebih rendah dari nilai pertanggungan saat terjadi hal-hal

yang tidak diinginkan, seperti pihak-pihak terkait dengan reksadana

yakni pialang, bank kustodian, agen pembayaran, atau bencana alam,

kebakaran serta kerusuhan yang mungkin dapat mempengaruhi

penurunan NAB yang bersangkutan.

e. Nilai Aktiva Bersih (NAB)

Menurut Ahmad Rodoni (2009:97), Nilai Aktiva Bersih atau Net

Asset Value diperoleh dari hasil penjumlahan nilai seluruh portofolio

yang terdiri dari:

28
- Uang kas

- Deposito

- Instrumen pasar uang lainnya

- Obligasi

- Saham

- Instrumen pasar modal lainnya

Yang ditambah dengan:

- Tagihan kepada Broker

- Piutang dividen

- Piutang bunga

- Dan piutang lainnya

Dan dikurangi dengan kewajiban yang terdiri dari:

- Pinjaman

- Kewajiban ke Broker

- Kewajiban atas fee Broker yang belum dibayar

- Kewajiban atas fee Kustodian yang belum dibayar, dan

- Amortisasi biaya pendirian jika ada.

Nilai Aktiva Bersih (NAB) atau Net Asset Value (NAV) merupakan

salah satu tolak ukur dalam memantau hasil portofolio reksadana. Net

Asset Value (NAV) dapat diformulasikan sebagai berikut:

NAVt = ( MVAt – LIABt/NSOt )

Keterangan:

NAVt = Nilai Aktiva Bersih pada periode t

29
MVAt = Total Nilai Pasar Aktiva pada priode t

LIABt = Total Kewajiban Reksadana pada periode t

NSOt = Jumlah unit penyertaan beredar pada periode t

2. Sertifikat Bank Indonesia Syariah

Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor: 10/11/PBI/2008, Sertifikat

Bank Indonesia Syariah yang selanjutnya disebut sebagai SBIS adalah

surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam

mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. SBIS diterbitkan

oleh Bank Indonesia sebagai salah satu instrumen operasi pasar terbuka

dalam rangka pengendalian moneter yang dilakukan berdasarkan prinsip

syariah. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) bagi bank syariah

dijadikan sebagai alat instrumen investasi, sebagaimana Sertifikat Bank

Indonesia (SBI) di bank konvensional.

Akad yang digunakan dalam SBIS adalah jualah, yaitu perjanjian atau

komitmen (iltizam) untuk memberikan imbalan tertentu („iwadh/ju‟l) atas

pencapaian hasil (natijah) yang ditentukan dalam suatu pekerjaan.

SBIS memiliki karakter sebagai berikut:

a. Satuan unit sebesar Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah);

b. Berjangka waktu paling kurang 1 (satu) bulan dan paling lama 12 (dua

belas) bulan;

c. Diterbitkan tanpa warkat (scripless);

d. Dapat diagunkan kepada Bank Indonesia; dan

e. Tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder.

30
Bank Indonesia menetapkan dan memberikan imbalan atas SBIS yang

diterbitkan. Bank Indonesia membayar imbalan atas SBIS milik BUS atau

UUS pada saat SBIS jatuh tempo. SBIS diterbitkan oleh Bank Indonesia

melalui mekanisme lelang. Pihak yang berhak mengikuti lelang adalah

Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS), dan pialang yang

bertindak untuk dan atas nama BUS atau UUS. Namun, BUS dan UUS

baru dapat mengikuti lelang SBIS jika memenuhi persyaratan Financing to

Deposit Ratio yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Terbitnya SBIS merupakan pengganti dari SWBI (Sertifikat Wadiah

Bank Indonesia). Setelah ketentuan SBIS berlaku, maka SWBI tidak lagi

digunakan. Namun, untuk SWBI yang sudah terbit sebelum PBI No.

10/11/PBI/2008 diberlakukan, SWBI tetap berlaku dan tunduk pada

ketentuan dalam PBI No. 6/7/PBI/2004 tanggal 16 Februari 2004 tentang

SWBI sampai SWBI tersebut jatuh tempo. Penempatan dana dalam SWBI,

sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia sejak bulan April 2008 menjadi

SBI Syariah. Jadi, secara otomatis bank-bank syariah yang telah

menempatkan dananya pada SWBI berarti secara langsung telah

menempatkan dananya pada instrumen Sertifikat Bank Indonesia Syariah

(SBIS).

3. Inflasi

Inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat

umum dan terus-menerus. Harga suatu komoditas dikatakan naik jika

menjadi lebih tinggi daripada harga periode sebelumnya. Kenaikan harga

31
suatu komoditas belum dapat dikatakan inflasi jika kenaikan tersebut tidak

menyebabkan harga-harga secara umum naik. Kenaikan harga yang

bersifat umum juga belum akan memunculkan inflasi, jika terjadinya

hanya sesaat. Karena itu perhitungan inflasi dilakukan dalam rentang

waktu minimal bulanan. Sebab dalam sebulan akan terlihat apakah

kenaikan harga bersifat umum dan terus-menerus. Rentang waktu yang

lebih panjang adalah triwulanan dan tahunan (Rahardja dan Manurung,

2004:155).

Menurut Adiwarman Karim (2008:135), secara umum inflasi berarti

kenaikan tingkat harga secara umum dari barang/komoditas dan jasa

selama suatu periode waktu tertentu. Inflasi dapat dianggap sebagai

fenomena moneter karena terjadinya kenaikan nilai unit penghitungan

moneter terhadap suatu komoditas. Sebaliknya, jika yang terjadi adalah

penurunan nilai unit penghitungan moneter terhadap barang-

barang/komoditas dan jasa didefinisikan sebagai deflasi (deflation).

Menurut Paul A. Samuelson, inflasi dapat digolongkan menurut

tingkat keparahannya, yaitu sebagai berikut (Adiwarman Karim,

2008:137):

a. Moderate Inflation

Karakteristiknya adalah kenaikan tingkat harga yang lambat. Umumnya

disebut sebagai „inflasi satu digit‟. Pada tingkat inflasi seperti ini orang-

orang masih mau untuk memegang uang dan menyimpan kekayaannya

dalam bentuk uang daripada dalam bentuk aset riil.

32
b. Galloping Inflation

Inflasi pada tingkat ini terjadi pada tingkatan 20% sampai dengan 200%

per tahun. Pada tingkatan inflasi seperti ini orang hanya mau memegang

uang seperlunya saja, sedangkan kekayaan disimpan dalam bentuk aset-

aset riil. Orang akan menumpuk barang-barang, membeli rumah dan

tanah. Pasar uang akan mengalami penyusutan dan pendanaan akan

dialokasikan melalui cara-cara selain dari tingkat bunga serta orang

tidak akan memberikan pinjaman kecuali dengan tingkat bunga yang

amat tinggi. Banyak perekonomian yang mengalami tingkat inflasi

seperti ini tetap berhasil „selamat‟ walaupun sistem harganya berlaku

sangat buruk. Perekonomian seperti ini cenderung mengakibatkan

terjadinya gangguan-gangguan besar pada perekonomian karena orang-

orang akan cenderung mengirimkan dananya untuk berinvestasi di luar

negeri daripada berinvestasi di dalam negeri (capital outflow).

c. Hyper Inflation

Inflasi jenis ini terjadi pada tingkatan yang sangat tinggi yaitu jutaan

sampai triliunan persen per tahun. Walaupun sepertinya banyak

pemerintahan yang perekonomiannya dapat bertahan menghadapi

galloping inflation, akan tetapi tidak pernah ada pemerintahan yang

dapat bertahan menghadapi inflasi jenis ketiga yang amat „mematikan‟

ini. Contohnya adalah Weimar Republic di Jerman pada tahun 1920-an.

33
Menurut Sadono Sukirno (2006:333), berdasarkan kepada sumber atau

penyebab kenaikan harga-harga yang berlaku, inflasi biasanya dibedakan

kepada tiga bentuk berikut:

a. Inflasi Tarikan Permintaan (Demand Pull Inflation)

Inflasi ini biasanya terjadi pada masa perekonomian berkembang

dengan pesat. Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan tingkat

pendapatan yang tinggi dan selanjutnya menimbulkan pengeluaran yang

melebihi kemampuan ekonomi mengeluarkan barang dan jasa.

Pengeluaran yang berlebihan ini akan menimbulkan inflasi. Inflasi

tarikan permintaan juga dapat berlaku pada masa perang atau

ketidakstabilan politik yang terus-menerus. Dalam masa seperti ini

pemerintah berbelanja jauh melebihi pajak yang dipungutnya. Untuk

membiayai kelebihan pengeluaran tersebut pemerintah terpaksa

mencetak uang atau meminjam dari bank sentral. Pengeluaran

pemerintah yang berlebihan tersebut menyebabkan permintaan agregat

akan melebihi kemampuan ekonomi tersebut menyediakan barang dan

jasa. Maka keadaan ini akan mewujudkan inflasi.

b. Inflasi Desakan Biaya (Cost Push Inflation)

Inflasi ini terutama berlaku dalam masa perekonomian berkembang

dengan pesat ketika tingkat pengangguran sangat rendah. Apabila

perusahaan-perusahaan masih menghadapi permintaan yang bertambah,

mereka akan berusaha menaikkan produksi dengan cara memberikan

gaji dan upah yang lebih tinggi kepada pekerjanya dan mencari pekerja

34
baru dengan tawaran pembayaran yang lebih tinggi ini. Langkah ini

mengakibatkan biaya produksi meningkat, yang akhirnya akan

menyebabkan kenaikan harga-harga berbagai barang.

c. Inflasi Diimpor

Inflasi dapat juga bersumber dari kenaikan harga-harga barang yang

diimpor. Inflasi ini akan wujud apabila barang-barang impor yang

mengalami kenaikan harga mempunyai peranan yang penting dalam

kegiatan pengeluaran perusahaan-perusahaan.

Ada beberapa indikator ekonomi makro yang digunakan untuk

mengetahui laju inflasi selama satu periode tertentu, yaitu sebagai berikut

(Rahardja dan Manurung, 2004:164):

a. Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index)

IHK adalah angka indeks yang menunjukkan tingkat harga barang dan

jasa yang harus dibeli konsumen dalam satu periode tertentu. Angka

IHK diperoleh dengan menghitung harga-harga barang dan jasa utama

yang dikonsumsi masyarakat dalam satu periode tertentu. Masing-

masing harga barang dan jasa tersebut diberi bobot (weighted)

berdasarkan tingkat keutamaannya. Barang dan jasa yang dianggap

paling penting diberi bobot yang paling besar.

Di Indonesia, penghitungan IHK dilakukan dengan

mempertimbangkan sekitar beberapa ratus komoditas pokok. Untuk

lebih mencerminkan keadaan yang sebenarnya, penghitungan IHK

dilakukan dengan melihat perkembangan regional, yaitu dengan

35
mempertimbangkan tingkat inflasi kota-kota besar, terutama ibukota

propinsi-propinsi di Indonesia. Angka inflasi diperoleh dengan

menggunakan rumus perhitungan di bawah ini.

Inflasi = (IHKt – IHKt-1) x 100%

IHKt-1

Keterangan:

IHKt = Indeks Harga Konsumen pada priode t

IHKt-1 = Indeks Harga Konsumen pada periode sebelum t

b. Indeks Harga Perdagangan Besar (Wholesale Price Index)

Jika IHK melihat inflasi dari sisi konsumen, maka Indeks Harga

Perdagangan Besar (IHPB) melihat inflasi dari sisi produsen. Oleh

karena itu IHPB sering juga disebut sebagai indeks harga produsen

(producer price index). IHPB menunjukkan tingkat harga yang diterima

produsen pada berbagai tingkat produksi. Prinsip menghitung inflasi

berdasarkan data IHPB adalah sama dengan cara berdasarkan IHK:

Inflasi = (IHPBt – IHPBt-1) x 100%

IHPBt-1

Keterangan:

IHPBt = Indeks Harga Perdagangan Besar pada priode t

IHPBt-1 = Indeks Harga Perdagangan Besar pada periode sebelum t

c. Indeks Harga Implisit (GDP Deflator)

Walaupun sangat bermanfaat, IHK dan IHPB memberikan gambaran

laju inflasi yang sangat terbatas. Sebab, dilihat dari metode

36
penghitungannya, kedua indikator tersebut hanya melingkupi beberapa

puluh atau mungkin ratus jenis barang jasa, di beberapa puluh kota saja.

Padahal dalam kenyataan, jenis barang dan jasa yang diproduksi atau

dikonsumsi dalam sebuah perekonomian dapat mencapai ribuan,

puluhan ribu bahkan mungkin ratusan ribu jenis. Kegiatan ekonomi

juga terjadi tidak hanya di beberapa kota saja, melainkan seluruh

pelosok wilayah. Untuk mendapatkan gambaran inflasi yang paling

mewakili keadaan sebenarnya, ekonom menggunakan indeks harga

implisit (GDP Deflator), disingkat IHI. Sama halnya dengan dua

indikator sebelumnya, penghitungan inflasi berdasarkan IHI dilakukan

dengan menghitung perubahan angka indeks.

Inflasi = (IHIt – IHIt-1) x 100%

IHIt-1

Keterangan:

IHIt = Indeks Harga Implisit pada priode t

IHIt-1 = Indeks Harga Implisit pada periode sebelum t

Kenaikan harga-harga yang tinggi dan terus-menerus bukan saja

menimbulkan beberapa efek buruk ke atas kegiatan ekonomi, tetapi juga

kepada kemakmuran individu dan masyarakat, diantaranya (Sadono

Sukirno, 2006:339):

a. Inflasi akan menurunkan pendapatan riil orang-orang yang

berpendapatan tetap. Pada umumnya kenaikan upah tidaklah secepat

37
kenaikan harga-harga. Maka inflasi akan menurunkan upah riil

individu-individu yang berpendapatan tetap.

b. Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang. Sebagian

kekayaan masyarakat disimpan dalam bentuk uang. Simpanan di bank,

simpanan tunai, dan simpanan dalam institusi-institusi keuangan lain

merupakan simpanan keuangan. Nilai riilnya akan menurun apabila

inflasi berlaku.

c. Memperburuk pembagian kekayaan. Telah ditunjukkan bahwa

penerima pendapatan tetap akan menghadapi kemerosotan dalam nilai

riil pendapatannya, dan pemilik kekayaan bersifat keuangan mengalami

penurunan dalam nilai riil kekayaannya. Akan tetapi pemilik harta-harta

tetap (tanah, bangunan, dan rumah) dapat mempertahankan atau

menambah nilai riil kekayaannya. Juga sebagian penjual/pedagang

dapat mempertahankan nilai riil pendapatannya. Dengan demikian

inflasi menyebabkan pembagian pendapatan di antara golongan

berpendapatan tetap dengan pemilik-pemilik harta tetap dan

penjual/pedagang akan menjadi semakin tidak merata.

Menurut Sadono Sukirno (2006:354), bentuk kebijakan pemerintah

perlu dilakukan secara serentak untuk meningkatkan keefektifannya.

Bentuk masing-masing kebijakan pemerintah untuk mengatasi masalah

inflasi adalah sebagai berikut:

a. Kebijakan fiskal; menambah pajak dan mengurangi pengeluaran

pemerintah.

38
b. Kebijakan moneter; mengurangi, menaikkan suku bunga dan

membatasi kredit.

c. Dari segi penawaran; melakukan langkah-langkah yang dapat

mengurangi biaya produksi dan menstabilkan harga seperti mengurangi

pajak impor dan pajak ke atas bahan mentah, melakukan penetapan

harga, menggalakkan pertambahan produksi dan menggalakkan

perkembangan teknologi.

4. Nilai Tukar Rupiah

Nilai tukar valuta asing adalah harga satu satuan mata uang dalam

satuan mata uang lain. Nilai tukar valuta asing ditentukan dalam pasar

valuta asing, yaitu pasar tempat berbagai mata uang yang berbeda

diperdagangkan (Samuelson dan Nordhaus, 2004:305).

Menurut Hamdy Hadi (2010:65), valuta asing (valas) atau foreign

exchange (forex) atau foreign currency diartikan sebagai mata uang asing

dan alat pembayaran lainnya yang digunakan untuk melakukan atau

membiayai transaksi ekonomi keuangan internasional dan yang

mempunyai catatan kurs resmi pada bank sentral.

Menurut Sadono Sukirno (2006:397), kurs valuta asing atau kurs mata

uang asing menunjukkan harga atau nilai mata uang suatu negara

dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain. Kurs valuta asing dapat juga

didefinisikan sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu

banyaknya rupiah yang dibutuhkan, untuk memperoleh satu unit mata

uang asing. Kurs valuta di antara dua negara kerapkali berbeda di antara

39
satu masa dengan masa yang lainnya. Pada dasarnya terdapat dua cara di

dalam menentukan kurs valuta asing, yaitu:

a. Berdasarkan permintaan dan penawaran mata uang asing dalam pasar

bebas

Kurs pertukaran valuta asing adalah faktor yang sangat penting dalam

menentukan apakah barang-barang di negara lain adalah “lebih murah”

atau “lebih mahal” dari barang-barang yang diproduksikan di dalam

negeri. Dalam permintaan mata uang asing, semakin tinggi harga mata

uang suatu negara, semakin sedikit permintaan ke atas mata uang

tersebut. Semakin rendah harga mata uang suatu negara, semakin

banyak permintaan ke atas mata uang tersebut. Sedangkan dalam

penawaran mata uang asing, semakin tinggi harga mata uang suatu

negara, semakin banyak penawaran mata uang tersebut. Semakin

rendah harga mata uang suatu negara, semakin sedikit penawaran mata

uang tersebut.

b. Ditentukan oleh pemerintah

Pemerintah dapat campur tangan dalam menentukan kurs valuta asing.

Tujuannya adalah untuk memastikan kurs yang wujud tidak akan

menimbulkan efek yang buruk ke atas perekonomian. Kurs pertukaran

yang ditetapkan oleh pemerintah adalah berbeda dengan kurs yang

ditentukan oleh pasar bebas. Sejauh mana perbedaan tersebut, dan

apakah ia lebih tinggi atau lebih rendah dari yang ditetapkan oleh pasar

bebas, adalah bergantung kepada kebijakan dan keputusan pemerintah

40
mengenai kurs yang paling sesuai untuk tujuan-tujuan pemerintah

dalam menstabilkan dan mengembangkan perekonomian.

Perubahan dalam permintaan dan penawaran suatu valuta, yang

selanjutnya menyebabkan perubahan dalam kurs valuta, disebabkan oleh

banyak faktor. Di antaranya adalah sebagai berikut (Sadono Sukirno,

2006:402):

a. Perubahan Dalam Citarasa Masyarakat

Citarasa masyarakat mempengaruhi corak konsumsi mereka. Maka

perubahan citarasa masyarakat akan mengubah corak konsumsi mereka

ke atas barang-barang yang diproduksikan di dalam negeri maupun

yang diimpor. Perbaikan kualitas barang-barang dalam negeri

menyebabkan keinginan mengimpor berkurang dan ia dapat pula

menaikkan ekspor. Sedangkan perbaikan kualitas barang-barang impor

menyebabkan keinginan masyarakat untuk mengimpor bertambah

besar.

b. Perubahan Harga Barang Ekspor dan Impor

Harga suatu barang merupakan salah satu faktor penting yang

menentukan apakah suatu barang akan diimpor atau diekspor. Barang-

barang dalam negeri yang dapat dijual dengan harga yang relatif murah

akan menaikkan ekspor dan apabila harganya naik maka ekspornya

akan berkurang. Pengurangan harga barang impor akan menambah

jumlah impor, dan sebaliknya, kenaikan harga barang impor akan

mengurangi impor.

41
c. Kenaikan Harga Umum (Inflasi)

Inflasi sangat besar pengaruhnya kepada kurs pertukaran valuta asing.

Inflasi yang berlaku pada umumnya cenderung untuk menurunkan nilai

suatu valuta asing. Kecenderungan seperti ini disebabkan efek inflasi

yang berikut; (i) inflasi menyebabkan harga-harga di dalam negeri lebih

mahal dari harga-harga di luar negeri dan oleh sebab itu inflasi

berkecenderungan menambah impor, (ii) inflasi menyebabkan harga-

harga barang ekspor menjadi lebih mahal, oleh karena itu inflasi

berkecenderungan mengurangi ekspor. Keadaan (i) menyebabkan

permintaan ke atas valuta asing bertambah, dan keadaan (ii)

menyebabkan penawaran ke atas valuta asing berkurang; maka harga

valuta asing akan bertambah (berarti harga mata uang negara yang

mengalami inflasi merosot).

d. Perubahan Suku Bunga dan Tingkat Pengembalian Investasi

Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi sangat penting

peranannya dalam mempengaruhi aliran modal. Suku bunga dan tingkat

pengembalian investasi yang rendah cenderung akan menyebabkan

modal dalam negeri mengalir ke luar negeri. Sedangkan suku bunga dan

tingkat pengembalian investasi yang tinggi akan menyebabkan modal

luar negeri masuk ke negara itu. Apabila lebih banyak modal mengalir

ke suatu negara, permintaan ke atas mata uangnya bertambah, maka

nilai mata uang tersebut bertambah. Nilai mata uang suatu negara akan

merosot apabila lebih banyak modal negara dialirkan ke luar negeri

42
karena suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang lebih tinggi

di negara-negara lain.

e. Pertumbuhan Ekonomi

Efek yang akan diakibatkan oleh suatu kemajuan ekonomi kepada nilai

mata uangnya tergantung kepada corak pertumbuhan ekonomi yang

berlaku. Apabila kemajuan itu terutama diakibatkan oleh perkembangan

ekspor, maka permintaan ke atas mata uang negara itu bertambah lebih

cepat dari penawarannya dan oleh karenanya nilai mata uang negara itu

naik. Akan tetapi, apabila kemajuan tersebut menyebabkan impor

berkurang lebih cepat dari ekspor, penawaran mata uang negara itu

lebih cepat bertambah dari permintaannya dan oleh karenanya nilai

mata uang negara tersebut akan merosot.

5. Jumlah Uang Beredar

Menurut Rahardja dan Manurung (2004:95), dari sudut pandang

ekonom, uang (money) merupakan stok aset-aset yang digunakan untuk

transaksi. Sedangkan menurut Kasmir (2011:13), pengertian uang secara

luas adalah sesuatu yang dapat diterima secara umum sebagai alat

pembayaran dalam suatu wilayah tertentu atau sebagai alat pembayaran

utang atau sebagai alat untuk melakukan pembelian barang dan jasa.

Uang memiliki empat fungsi penting, yaitu sebagai satuan hitung (unit

of account), alat transaksi/pembayaran (medium of exchange), penyimpan

nilai (store of value), dan standar pembayaran di masa mendatang

(standard of deferred payment) (Rahardja dan Manurung, 2004:96).

43
Untuk memenuhi kebutuhan akan uang, pemerintah negara yang

bersangkutan melalui Bank Sentral berhak menciptakan uang, terutama

uang kartal. Begitu pula dengan jumlah uang beredar perlu dijaga agar

nilai uang tetap stabil. Kemudian kebutuhan akan uang giral biasanya

dicetak oleh bank-bank umum, dimana jumlahnya jauh melebihi jumlah

uang kartal yang beredar. Dalam hal berkaitan dengan uang, maka peranan

lembaga keuangan terutama bank sangatlah besar, hal ini sesuai dengan

fungsi lembaga keuangan, yaitu sebagai perantara keuangan di masyarakat.

Perkembangan jenis mata uang yang beredar di Indonesia setelah

kemerdekaan 1945 beragam. Hal ini tentu tidak terlepas dari kondisi dan

situasi yang penuh gejolak pasca kemerdekaan tersebut. Namun, setelah

tahun 1951 dengan berlakunya Hukum Darurat No.20, ditetapkan alat

pembayaran yang sah, kecuali Irian Barat, adalah rupiah. Kemudian

diperkuat lagi dengan keluarnya Undang-Undang Pokok Perbankan No.13

Tahun 1968 yang menetapkan satuan hitung uang Indonesia adalah Rupiah

dan disingkat Rp (Kasmir, 2011:21).

Menurut Veithzal Rivai (2007:7), tiap negara menggunakan uang

beredar dengan jenis yang beragam. Jenis-jenis uang beredar tersebut

didefinisikan berdasarkan komponen yang tercakup didalamnya.

Komponen tersebut pada umumnya adalah ketiga jenis uang, yaitu uang

kartal, uang giral, dan uang kuasi. Di Indonesia, saat ini dikenal hanya dua

macam uang yang beredar, yaitu sebagai berikut:

44
a. Uang beredar dalam arti sempit, yang sering diberi simbol M1,

didefinisikan sebagai kewajiban sistem moneter terhadap sektor swasta

domestik yang terdiri dari uang kartal (C) dan uang giral (D).

b. Uang beredar dalam arti luas, yang sering juga disebut sebagai

likuiditas perekonomian dan diberi simbol M2, didefinisikan sebagai

kewajiban sistem moneter terhadap sektor swasta domestik yang terdiri

dari uang kartal (C), uang giral (D), dan uang kuasi (T). Dengan kata

lain, M2 adalah M1 ditambah dengan tabungan dan deposito berjangka

atau disebut juga uang kuasi (T).

Sementara itu, pengertian uang beredar di berbagai negara dapat

berbeda dan bervariasi sesuai dengan kondisi sektor keuangan dan

perbankan, serta kebutuhan otoritas moneter negara tersebut. Definisi uang

beredar di Amerika Serikat, misalnya: definisi uang beredar tidak hanya

mengenal istilah M1 dan M2 saja, tetapi juga M3.

Menurut Rahardja dan Manurung (2004:102), secara teknis, yang

dihitung sebagai uang beredar adalah uang yang benar-benar berada di

tangan masyarakat. Uang yang berada di tangan bank (bank umum dan

bank sentral), serta uang kertas dan logam (uang kartal) milik pemerintah

tidak dihitung sebagai uang beredar.

Perkembangan jumlah uang beredar mencerminkan atau seiring

dengan perkembangan ekonomi. Biasanya bila perekonomian bertumbuh

atau berkembang, jumlah uang beredar juga bertambah, sedang

komposisinya berubah. Bila perekonomian makin maju, porsi penggunaan

45
uang kartal (kertas dan logam) makin sedikit, digantikan uang giral atau

cek. Biasanya juga bila perekonomian makin meningkat, komposisi M1

dalam peredaran uang makin kecil, sebab porsi uang kuasi makin besar.

Gejala tersebut di atas juga terjadi di Indonesia, dilihat dari pertambahan

jumlah uang beredar dan perubahan komposisinya.

Teori kuantitas uang dikemukakan oleh Irving Fisher, seorang ahli

ekonomi Amerika yang tergolong dalam golongan ahli-ahli ekonomi

klasik (Adiwarman Karim, 2008:77).

MV = PT

Keterangan :

M = Jumlah uang beredar

V = Tingkat perputaran uang

P = Tingkat harga barang

T = Jumlah barang yang diperdagangkan

Menurut Mustafa Edwin Nasution, dkk (2007:263), sistem keuangan

Islam sesungguhnya merupakan pelengkap dan penyempurna sistem

ekonomi Islam yang berdasarkan kepada produksi dan perdagangan, atau

dikenal dengan istilah sektor riil. Kegiatan yang tinggi dalam bidang

produksi dan perdagangan akan mempertinggi jumlah uang beredar,

sedangkan kegiatan ekonomi yang lesu akan berakibat rendahnya

perputaran dan jumlah uang beredar. Dengan kata lain, permintaan

terhadap uang akan lahir terutama dari motif transaksi dan tindakan

berjaga-jaga yang ditentukan pada umumnya oleh tingkatan pendapatan

46
uang dan distribusinya. Makin merata distribusi pendapatan, makin besar

permintaan akan uang untuk tingkatan pendapatan agregat tertentu.

Dalam perekonomian Islam, keseimbangan antara aktivitas ekonomi

riil dengan tinggi rendahnya jumlah uang beredar senantiasa dijaga. Salah

satu instrumen untuk menjaga adalah sistem perbankan islami.

B. Keterkaitan antar Variabel Bebas dengan Variabel Terikat

1. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dengan Nilai Aktiva Bersih

(NAB) Reksadana Syariah

Penelitian yang dilakukan oleh Annisa Sholihah (2008) menyimpulkan

bahwa SBIS tidak berpengaruh terhadap NAB reksadana syariah. Hal ini

dapat disimpulkan bahwa NAB reksadana syariah tidak bergantung pada

SBIS. Dalam beberapa tahun terakhir ini, SBIS menunjukkan penurunan.

Hal itu menunjukkan bahwa bank syariah lebih suka ekspansi pada

pembiayaan karena memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan bonus

SBIS/tingkat imbalan yang didapatkan. Kondisi tersebut mencerminkan

ekspansi pembiayaan bank syariah yang semakin baik. Hal tersebut secara

umum menunjukkan bahwa perkembangan sektor riil lebih menjadi bahan

pertimbangan investasi bank syariah dibandingkan kondisi pasar uang

(Jurnal Proceeding, Seminar Nasional PESAT 2005).

2. Inflasi dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah

Penelitian yang dilakukan oleh Rahmi Hifdzia (2012) menyimpulkan

bahwa inflasi tidak berpengaruh terhadap NAB reksadana syariah. Hal ini

47
dapat disimpulkan bahwa NAB reksadana syariah tidak bergantung pada

inflasi. Menurut para ekonom Islam, inflasi berakibat sangat buruk bagi

perekonomian karena (i) menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang,

terutama terhadap fungsi tabungan (nilai simpan), (ii) melemahkan

semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari masyarakat

(turunnya Marginal Propensity to Save), (iii) meningkatkan

kecenderungan untuk berbelanja terutama untuk non-primer dan barang-

barang mewah (naiknya Marginal Propensity to Consume), dan (iv)

mengarahkan investasi pada hal-hal yang non-produktif yaitu penumpukan

kekayaan (hoarding) seperti tanah, bangunan, logam mulia, mata uang

asing dengan mengorbankan investasi ke arah produktif seperti pertanian,

industrial, perdagangan, transportasi dan lainnya (Adiwarman Karim,

2008:139).

3. Nilai Tukar Rupiah dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana

Syariah

Penelitian yang dilakukan oleh Rahmi Hifdzia (2012) menyimpulkan

bahwa nilai tukar rupiah berpengaruh negatif terhadap NAB reksadana

syariah. Menurut Suta (2000) dalam Rahmi Hifdzia (2012:49), fluktuasi

nilai rupiah terhadap mata uang asing yang stabil akan sangat

mempengaruhi iklim investasi dalam negeri, khususnya pasar modal.

Terjadinya apresiasi kurs rupiah terhadap dollar misalnya akan

memberikan dampak terhadap perkembangan persaingan produk Indonesia

di luar negeri, terutama dalam hal persaingan harga. Apabila ini terjadi,

48
secara tidak langsung akan memberikan pengaruh terhadap neraca

perdagangan karena meningkatnya nilai ekspor dibandingkan nilai impor,

sebaliknya akan berpengaruh pula kepada neraca pembayaran Indonesia.

Memburuknya neraca pembayaran negara akan berpengaruh terhadap

cadangan devisa, berkurangnya cadangan devisa akan mempengaruhi

kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia, yang selanjutnya

menimbulkan dampak negatif terhadap perdagangan saham di pasar

modal. Keadaan ini, bagi investor asing akan cenderung melakukan

penarikan modal sehingga terjadi capital inflow. Hal ini juga menyebabkan

menurunnya NAB reksadana karena pengelolaan dana investasi reksadana

yang sebagian dialokasikan pada saham mengakibatkan kemungkinan

investor yang menginvestasikan dananya pada reksadana saham akan

melakukan penarikan modal sehingga NAB reksadana pun mengalami

penurunan.

4. Jumlah Uang Beredar (M2) dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB)

Reksadana Syariah

Penelitian yang dilakukan oleh Ray dan Vani (2005) menyimpulkan

bahwa jumlah uang beredar berpengaruh positif terhadap NAB reksadana

syariah. Menurut Manurung (1996) dalam Muhamad Alhidadi Muchtar

(2005:61), peningkatan jumlah uang beredar dikaitkan dengan business

cycle expansion. Adanya peningkatan jumlah uang beredar akan

mendorong bertambahnya sumber pembiayaan bagi perusahaan sehingga

perusahaan dapat melebarkan ekspansi usahanya lebih luas yang akhirnya

49
meningkatkan kinerja perusahaan. Meningkatnya kinerja perusahaan akan

merangsang para investor melirik saham perusahaan tersebut sehingga

berdampak positif terhadap harga saham. Ketika jumlah uang beredar di

masyarakat semakin bertambah sehingga ekspektasi harga-harga barang

dan jasa akan naik (inflasi) mengakibatkan tingkat suku bunga deposito

dalam perekonomian menurun. Penurunan tingkat suku bunga deposito

menyebabkan masyarakat lebih memilih untuk menginvestasikan dananya

di pasar saham dengan harapan akan memperoleh keuntungan yang lebih

besar, sehingga akan berdampak pada peningkatan permintaan saham di

pasar modal. Hal ini juga menyebabkan meningkatnya NAB reksadana

karena pengelolaan dana investasi reksadana sebagian dialokasikan pada

saham.

C. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu akan diuraikan secara ringkas karena

penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya. Meskipun

ruang lingkup hampir sama, tetapi karena beberapa variabel, objek, periode

waktu yang digunakan dan penentuan sampel berbeda maka terdapat banyak

hal yang tidak sama, sehingga dapat dijadikan sebagai referensi untuk saling

melengkapi. Berikut ringkasan beberapa penelitian:

50
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Penulis Judul Model Kesimpulan
Penelitian Analisis
1. Rahmi Pengaruh Analisis Terdapat pengaruh
Hifdzia Variabel Makro Regresi negatif antara BI Rate
(2012) Ekonomi Linier dan Nilai Tukar Rupiah
Terhadap Berganda terhadap NAB
Perkembangan reksadana syariah,
NAB Reksadana sedangkan Inflasi dan
Syariah di Jumlah Uang Beredar
Indonesia Tahun tidak memiliki
2009-2011 pengaruh terhadap
NAB reksadana syariah.
2. Elena dan The Analisis Dalam analisis pasar
Alexandru Relationship Korelasi AS, kenaikan inflasi
(2011) between Mutual menyebabkan tren
Funds – kenaikan reksadana
Inflation Rate saham, dengan harapan
and Benchmark mendapatkan
Interest Rate. keuntungan yang lebih
USA versus tinggi. Kemudian,
Romania tingkat bunga yang
lebih rendah di AS
menjadikan masyarakat
berinvestasi dalam aset
pendapatan tetap
(moneter dan obligasi).
Sementara dalam
industri investasi
Rumania, korelasi ini
tidak dapat dibuktikan
karena tingkat NAB
reksadana saham yang
sangat kecil.
3. Annisa Analisis Analisis Variabel JII dan Inflasi
Sholihah Pengaruh JII, Regresi berpengaruh secara
(2008) SWBI, IHSG, Linier signifikan terhadap
dan Inflasi Berganda kinerja reksa dana
Terhadap syariah. Dan Inflasi
Kinerja Reksa menjadi variabel yang
Dana Syariah paling dominan dalam
mempengaruhi kinerja
reksa dana syariah.
Sedangkan variabel

51
SWBI dan IHSG tidak
memiliki pengaruh.
4. Dinesh A Study On The The Ada hubungan yang
Kumar dan Effect Of granger signifikan dari inflasi
Mihir Dash Maroeconomic causality 23,53%, harga minyak
(2008) Variables On test mentah 35,29%, suku
Indian Mutual bunga Mumbai Inter-
Funds Bank Offer
Rates/MIBOR 23,53%,
nilai tukar INR/USD
17,65%, nilai tukar
ISD/EURO 23,52%,
tingkat return pasar
yang dihitung dari BSE
Sensex sebesar 23,53%.
Dengan demikian,
harga minyak mentah
memiliki pengaruh
terbesar pada return
reksadana.
5. Prantik Ray Neural Network Artificial Variabel Tingkat Suku
dan Vina Models for Neural Bunga, Jumlah Uang
Vani (2005) Forecasting Network Beredar, Inflasi dan
Mutual Fund Pasar Ekuitas memiliki
Net Asset Value pengaruh yang cukup
besar dalam pergerakan
NAB pada periode
1999-2004, sedangkan
Output Nasional yang
dicerminkan dalam
Indeks Produksi
Industri memiliki
pengaruh yang sangat
diabaikan pada return
reksadana.
Sumber: Kumpulan Penelitian Terdahulu

D. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang

tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran

sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi
52
dari serangkaian masalah yang ditetapkan. Kerangka pemikiran dapat

disajikan dalam bentuk bagan, deskripsi kualitatif, dan atau gabungan

keduanya (Abdul Hamid, 2010:15). Kerangka pemikiran dalam penelitian ini

dideskripsikan sebagai berikut:

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran

Faktor-faktor yang Mempengaruhi NAB Reksadana Syariah

Bank Indonesia Bapepam

Variabel Independen (X) : Variabel Dependen (Y) :


 SBIS (X1)  NAB Reksadana Syariah
 Inflasi (X2)
 Nilai Tukar Rupiah (X3)
 Jumlah Uang Beredar (X4)

Uji Model Regresi

Uji Asumsi Klasik :


- Normalitas
- Multikolinieritas
- Heteroskedastisitas
- Autokorelasi

Uji Hipotesis :
- Uji F
- Uji t
- Uji Adjusted R Square

Uji Regresi Berganda

Interpretasi dan Kesimpulan

53
E. Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan tentang suatu konsep yang perlu diuji

kebenarannya (Syofian Siregar, 2011:112). Sesuai dengan teori dan kerangka

pemikiran, maka hipotesis di bawah ini pada dasarnya merupakan jawaban

sementara terhadap suatu masalah yang harus dibuktikan kebenarannya,

adapun hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Sertifikat Bank Indonesia Syariah secara parsial berpengaruh negatif

terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah.

2. Inflasi secara parsial berpengaruh positif terhadap Nilai Aktiva Bersih

Reksadana Syariah.

3. Nilai Tukar Rupiah secara parsial berpengaruh negatif terhadap Nilai

Aktiva Bersih Reksadana Syariah.

4. Jumlah Uang Beredar secara parsial berpengaruh positif terhadap Nilai

Aktiva Bersih Reksadana Syariah.

5. Sertifikat Bank Indonesia Syariah, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jumlah

Uang Beredar secara simultan berpengaruh terhadap Nilai Aktiva Bersih

Reksadana Syariah.

54
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif. Penelitian dilakukan

dimulai dari pengumpulan data yang berhubungan langsung dengan objek

penelitian, menginvestarisasikan, mengolah data hingga akhirnya diperoleh

gambaran yang jelas tentang pokok permasalahan yang diteliti.

Ruang lingkup penelitian ini adalah melihat pengaruh Sertifikat Bank

Indonesia Syariah (SBIS), Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jumlah Uang

Beredar (M2) terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah selama

periode Januari 2008 sampai dengan Desember 2012. Data yang diambil

merupakan data bulanan. Sedangkan jenis data yang penulis gunakan pada

penelitian ini adalah data gabungan antara data cross section dengan data

runtun waktu (time series).

B. Metode Penentuan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2009:115). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan

55
Reksadana Syariah yang terdaftar di Bapepam dan aktif selama periode

Januari 2008 – Desember 2012.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2009:116). Metode penentuan sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Menurut

Syofian Siregar (2011:148), purposive sampling adalah teknik pemilihan

sampel berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu. Tujuan penelitian ini

adalah menganalisis pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS),

Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jumlah Uang Beredar (M2) terhadap NAB

Reksadana Syariah yang tercatat di Bapepam. Sampel penelitian ini

diambil dari reksadana syariah yang terdaftar di Bapepam. Oleh karena

reksadana syariah yang tercatat di Bapepam dimungkinkan terjadi

perubahan di setiap periodenya, maka sampel penelitian ini diambil

dengan kriteria:

1. Reksadana syariah yang terdaftar di Bapepam selama periode 2008

sampai dengan 2012.

2. Reksadana syariah yang aktif selama periode 2008 sampai dengan

2012.

3. Reksadana syariah yang Nilai Aktiva Bersih meningkat selama

periode 2008 sampai dengan 2012.

56
Berdasarkan kriteria sampel di atas, terdapat tiga reksadana syariah

yang memenuhi syarat untuk dijadikan objek penelitian, yaitu sebagai

berikut:

Tabel 3.1
Daftar Reksadana Syariah yang memenuhi kriteria penelitian

No Nama Reksadana Jenis Manajer Bank Kustodian


Syariah Reksadana Investasi
1 Reksa Dana Syariah Saham PT BNP The Hongkong
BNP Paribas Pesona Paribas and Shanghai
Amanah Investment Banking
Partners Corporation –
Custody
2 Danareksa Syariah Campuran PT Citibank N. A. –
Berimbang Danareksa Custody
Investment
Management
3 Reksadana Haji Pendapatan PT Insight Bank CIMB
Syariah Tetap Investments Niaga - Custody,
Management Tbk, PT
Sumber: Bapepam

C. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan informasi dan data pada

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk data yang

sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain, biasanya sudah

dalam bentuk publikasi (Muhamad, 2008:102). Data-data sekunder yang

digunakan penulis adalah data-data yang berhubungan langsung dengan

penelitian yang dilaksanakan dan bersumber dari Badan Pengawas Pasar

Modal (Bapepam) dan Bank Indonesia.

57
Data-data sekunder yang digunakan oleh penulis adalah sebagai

berikut:

a. Data Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah setiap bulannya

selama periode Januari 2008 sampai dengan Desember 2012 diperoleh

dari laporan bulanan statistik di Bapepam.

b. Data Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) setiap bulannya selama

periode Januari 2008 sampai dengan Desember 2012 diperoleh dari

website Bank Indonesia (www.bi.go.id).

c. Data Inflasi setiap bulannya selama periode Januari 2008 sampai

dengan Desember 2012 diperoleh dari website Bank Indonesia

(www.bi.go.id).

d. Data Nilai Tukar Rupiah terhadap USD setiap bulannya selama periode

Januari 2008 sampai dengan Desember 2012 diperoleh dari website

Bank Indonesia (www.bi.go.id). Data nilai kurs yang digunakan

merupakan data kurs tengah bulanan.

e. Data Jumlah Uang Beredar (M2) setiap bulannya selama periode

Januari 2008 sampai dengan Desember 2012 diperoleh dari Statistik

Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI) yang didapat dari Bank

Indonesia.

2. Studi Kepustakaan (Library Research)

Library Research merupakan teknik pengambilan data yang

dilengkapi pula dengan membaca dan mempelajari serta menganalisis

literature yang bersumber dari buku-buku dan jurnal-jurnal yang

58
berkaitan dengan penelitian ini. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan

landasan teori dan konsep yang tersusun. Penulis melakukan penelitian

dengan membaca dan mengutip bahan-bahan yang berkenaan dengan

penelitian.

3. Pengamatan Langsung (Field Research)

Pengumpulan data yang berhubungan dengan penelitian ini diperoleh

dari Bank Indonesia dan Bapepam. Pencarian data dilakukan dengan dua

cara, yaitu:

a. Pencarian secara manual untuk data yang berbentuk kertas hasil

cetakan.

b. Pencarian dengan membuka website resmi Bapepam dan Bank

Indonesia yang mempublikasikan data yang diperlukan untuk

penelitian ini.

D. Metode Analisis

Penelitian ini menganalisis bagaimana pengaruh Sertifikat Bank

Indonesia Syariah (SBIS), inflasi, nilai tukar rupiah, dan jumlah uang beredar

terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana syariah. Penelitian ini

menggunakan metode analisis regresi linier berganda dengan menggunakan

program komputer (software) SPSS versi 16.0 dan Microsoft Excel 2007.

Berikut adalah metode yang digunakan dalam menganalisis data pada

penelitian ini:

59
1. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah nilai residual

yang telah distandarisasi pada model regresi berdistribusi normal atau

tidak. Nilai residual dikatakan berdistribusi normal jika nilai residual

terstandarisasi tersebut sebagian besar mendekati nilai rata-ratanya.

Untuk mendeteksi apakah nilai residual terstandarisasi berdistribusi

normal atau tidak, maka dapat digunakan metode analisis grafik dan

metode statistik.

Pengujian normalitas menggunakan analisis grafik dilakukan

dengan menggunakan histogram dengan menggambarkan variabel

dependent sebagai sumbu vertikal sedangkan nilai residual

terstandarisasi digambarkan sebagai sumbu horizontal. Jika Histogram

Standardized Regression Residual membentuk kurva seperti lonceng

maka nilai residual tersebut dinyatakan normal. Cara lain untuk

menguji normalitas dengan pendekatan grafik adalah menggunakan

Normal Probability Plot, yaitu dengan membandingkan distribusi

kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari

distribusi normal. Distribusi normal digambarkan dengan sebuah garis

diagonal lurus dari kiri bawah ke kanan atas (Suliyanto, 2011:69).

Menurut Imam Ghozali (2012:163), pada prinsipnya uji

normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik)

60
pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari

residualnya. Dasar pengambilan keputusan:

- Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah

garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola

distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi

normalitas.

- Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak

mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak

menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak

memenuhi asumsi normalitas.

Disamping itu, uji normalitas dengan analisis grafik dapat

memberikan hasil yang subyektif. Artinya, antara orang yang satu

dengan yang lain dapat berbeda dalam menginterpretasikannya, maka

penulis menggunakan uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov.

Nilai residual terstandarisasi berdistribusi normal jika nilai Sig. >

alpha (α) atau K hitung < K tabel (Suliyanto, 2011:75).

b. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi yang terbentuk ada korelasi yang tinggi atau sempurna

diantara variabel bebas atau tidak. Jika dalam model regresi yang

terbentuk terdapat korelasi yang tinggi atau sempurna diantara

variabel bebas maka model regresi tersebut dinyatakan mengandung

gejala multikolinier (Suliyanto, 2011:81).

61
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di

antara variabel bebas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya

multikolinieritas di dalam model regresi dapat dilihat dari nilai

Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini

menunjukkan setiap variabel bebas manakah yang dijelaskan oleh

variabel bebas lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel

bebas menjadi variabel terikat dan diregres terhadap variabel bebas

lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih

yang tidak dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi, nilai tolerance

yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF =

1/Tolerance). Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan

adanya multikolinieritas adalah nilai Tolerance > 0,10 atau sama

dengan VIF < 10, maka model dinyatakan tidak terdapat gejala

multikolinieritas (Imam Ghozali, 2012:105).

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika

berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah

yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas.

Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya

heteroskedastisitas, yaitu melihat Grafik Plot antara nilai prediksi

62
variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya

SRESID. Dasar analisis: (1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik

yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang,

melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi

heteroskedastisitas; (2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik

menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak

terjadi heteroskedastisitas (Imam Ghozali (2012:139).

Analisis dengan grafik plot memiliki kelemahan yang cukup

signifikan oleh karena jumlah pengamatan mempengaruhi hasil

ploting. Oleh sebab itu diperlukan uji statistik yang lebih dapat

menjamin keakuratan hasil. Pengujian heteroskedastisitas dalam

penelitian ini juga dilakukan dengan metode Glejser. Uji

heteroskedastisitas dengan metode Glejser dilakukan dengan

meregresikan semua variabel bebas terhadap nilai mutlak residualnya.

Oleh karena itu persamaan yang digunakan untuk uji Glejser adalah

sebagai berikut: ǀ uiǀ = α + βXi + υi. Keterangan: ǀ uiǀ = nilai

residual mutlak, dan Xi = variabel bebas. Gejala heteroskedastisitas

ditunjukkan oleh koefisien regresi dari masing-masing variabel bebas

terhadap nilai absolut residualnya. Jika nilai probabilitas lebih besar

dari nilai alpha (Sig. > α), maka dapat dipastikan model tidak

mengandung gejala heteroskedastisitas (Suliyanto, 2011:98).

63
d. Uji Autokorelasi

Menurut Suliyanto (2011:125), uji autokorelasi bertujuan untuk

mengetahui apakah ada korelasi antara anggota serangkaian data

observasi yang diuraikan menurut waktu (times-series) atau ruang

(cross section). Beberapa penyebab munculnya masalah autokorelasi

dari sebagian data times-series dalam analisis regresi adalah adanya

kelembaman (inertia) artinya data observasi pada periode sebelumnya

dan periode sekarang, kemungkinan besar akan mengandung saling

ketergantungan (interdependence).

Menurut Gujarati (1995), ada beberapa cara untuk mendeteksi

ada-tidaknya masalah autokorelasi, yaitu menggunakan metode

Durbin-Watson dan metode Run Test sebagai salah satu uji statistik

non-parametrik. Uji Durbin-Watson (Uji D-W) merupakan uji yang

sangat populer untuk menguji ada-tidaknya masalah autokorelasi dari

model empiris yang diestimasi. (Suliyanto, 2011:126).

Tabel 3.2
Kriteria Pengujian Autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson
DW Kesimpulan
< dL Ada autokorelasi (+)
dL s.d dU Tanpa kesimpulan
dU s.d 4 – dU Tidak ada autokorelasi
4 - dU s.d 4-dL Tanpa kesimpulan
> 4 – dL Ada autokorelasi (-)

Menurut Imam Ghozali (2012:121), jika pada model regresi

terjadi autokorelasi, maka ada beberapa opsi penyelesaiannya antara

lain:

64
a. Tentukan apakah autokorelasi yang terjadi merupakan pure

autocorrelation dan bukan karena kesalahan spesifikasi model

regresi. Pola residual dapat terjadi karena adanya kesalahan

spesifikasi model yaitu ada variabel penting yang tidak dimasukkan

kedalam model atau dapat juga karena bentuk fungsi persamaan

regresi tidak benar.

b. Jika yang terjadi adalah pure autocorrelation, maka solusi

autokorelasi adalah dengan mentranformasi model awal menjadi

model difference. Misalkan model regresi dengan dua variabel

sebagai berikut:

Yt = β1 + β2Xt + μt

Dan diasumsikan bahwa residual atau error mengikuti

autoregressive AR(1) sebagai berikut:

μt = ρμt – 1 + εt -1 < ρ < 1

Asumsi ρ tidak diketahui nilainya

 Nilai ρ diestimasi berdasarkan Durbin-Watson d statistik

Secara sederhana nilai ρ dapat diestimasi dengan menggunakan d

statistik dengan rumus seperti di bawah ini:

ρ=1– d
2

Keterangan: d = durbin-watson

Pada kasus dengan jumlah sampel kecil, Theil dan Nagar

mengajukan rumus untuk menghitung nilai ρ sebagai berikut:

65
ρ = n2(1 – d / 2) + k2

n2 – k2

Keterangan: n = jumlah observasi; k = jumlah variabel bebas

2. Uji Hipotesis

a. Uji F

Nilai F hitung digunakan untuk menguji ketepatan model

(goodness of fit). Uji F ini juga sering disebut sebagai uji simultan,

untuk menguji apakah variabel bebas yang digunakan dalam model

mampu menjelaskan perubahan nilai variabel terikat atau tidak.

Adapun cara pengujian dalam uji F ini, yaitu dengan

menggunakan suatu tabel yang disebut dengan Tabel ANOVA

(Analysis of Variance) dengan melihat nilai signifikasi (Sig < 0,05

atau 5 %). Jika nilai signifikasi > 0.05 maka H1 ditolak, sebaliknya

jika nilai signifikasi < 0.05 maka H1 diterima.

Selain itu, dapat juga dilihat dengan membandingkan nilai F

hitung dengan nilai F tabel dengan derajat bebas: df: α, (k-1), (n-k).

Dimana; n = jumlah pengamatan (ukuran sampel), k = jumlah variabel

bebas dan terikat. Jika nilai F hitung > nilai F tabel, maka dapat

disimpulkan bahwa model persamaan regresi yang terbentuk masuk

kriteria fit (cocok) (Suliyanto, 2011:62).

b. Uji t

Uji t merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk

mengetahui apakah koefisien regresi signifikan atau tidak (Nachrowi

66
dan Usman, 2008:24). Nilai t hitung digunakan untuk menguji

pengaruh secara parsial (per variabel) terhadap variabel terikatnya.

Apakah variabel tersebut memiliki pengaruh yang berarti terhadap

variabel terikatnya atau tidak (Suliyanto, 2011:55).

Dalam tabel distribusi t terdapat istilah one tail dan two tail.

Penggunaan tabel one tail atau two tail tergantung pada hipotesis yang

diajukan. Jika hipotesis yang diajukan sudah menunjukkan arah,

misalkan terdapat pengaruh positif, maka menggunakan one tail

sebelah kanan. Akan tetapi jika belum menunjukkan arah, misalnya

terdapat pengaruh (tidak menunjukkan pengaruh positif atau negatif)

maka menggunakan two tail. Jika menggunakan one tail maka df: α,

n-k, tetapi jika menggunakan two tail maka derajat bebasnya adalah

df: α/2, n-k. Keterangan: n = jumlah pengamatan (ukuran sampel);

dan k = jumlah variabel bebas dan terikat (Suliyanto, 2011:45).

Menurut Suliyanto (2011:56), dalam menentukan pengujian

hipotesis uji t adalah sebagai berikut:

1. Hipotesis

Hipotesis 1

Ho: Tidak terdapat pengaruh negatif variabel independent terhadap

variabel dependent

Ha: Terdapat pengaruh negatif variabel independent terhadap

variabel dependent

67
Hipotesis 2

Ho : Tidak terdapat pengaruh positif variabel independent terhadap

variabel dependent

Ha : Terdapat pengaruh positif variabel independent terhadap

variable dependent

2. Kriteria Pengujian

Hipotesis 1

Ho tidak dapat ditolak jika:

 t hitung ≥ -t tabel, atau

 Sig.> 0,05

Ha diterima jika:

 t hitung < -t tabel, atau

 Sig. ≤ 0,05, dan arah koefisien negatif.

Hipotesis 2

Ho tidak dapat ditolak jika:

 t hitung ≤ t tabel, atau

 Sig. > 0,05

Ha diterima jika:

 t hitung > t tabel, atau

Sig. ≤ 0,05, dan arah koefisien positif.

c. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi merupakan besarnya kontribusi variabel

bebas terhadap variabel terikatnya. Semakin tinggi koefisien

68
determinasi, semakin tinggi kemampuan variabel bebas dalam

menjelaskan variasi perubahan pada variabel terikatnya (Suliyanto,

2011:55).

Koefisien determinasi memiliki kelemahan, yaitu bias terhadap

jumlah variabel bebas yang dimasukkan dalam model regresi, dimana

setiap penambahan satu variabel bebas dan pengamatan dalam model

akan meningkatkan nilai R2 meskipun variabel yang dimasukkan itu

tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikatnya.

Untuk mengurangi kelemahan tersebut maka digunakan koefisien

determinasi yang telah disesuaikan, Adjusted R Square (R2adj).

Koefisien determinasi yang telah disesuaikan berarti bahwa koefisien

tersebut telah dikoreksi dengan memasukkan unsur jumlah variabel

dan ukuran sampel yang digunakan. Dengan menggunakan koefisien

determinasi yang disesuaikan, maka nilai koefisien determinasi yang

disesuaikan itu dapat naik atau turun akibat adanya penambahan

variabel baru dalam model (Suliyanto, 2011:43).

3. Analisis Regresi Linier Berganda

Metode analisis data yang digunakan adalah model regresi berganda,

yaitu regresi yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh

variabel independen terhadap variabel dependen. Menurut Suliyanto

(2011:53), pada analisis regresi berganda bahwa regresi berganda variabel

tergantung (terikat) dipengaruhi oleh dua atau lebih variabel bebas

69
sehingga hubungan fungsional antara variabel terikat (Y) dengan variabel

bebas (X1, X2, Xn). Kemudian dapat ditulis sebagai berikut:

Y = f (X1, X2, ….., Xn)

Keterangan:

Y = Variabel tergantung atau terikat (dependent)

X1, X2, ....., Xn = Variabel bebas (independent)

Dalam model di atas terlihat bahwa variabel terikat dipengaruhi dua atau

lebih variabel bebas, disamping itu juga terdapat pengaruh regresi linier

berganda dapat dituliskan sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + …… + bnXn + e

Keterangan:

Y = Variabel tergantung atau terikat (nilai yang diproyeksikan)

a = Intercept (konstanta) X2 = Variabel bebas kedua

b1 = Koefisien regresi untuk X1 Xn = Variabel bebas ke n

b2 = Koefisien regresi untuk X2 e = Nilai residu

bn = Koefisien regresi untuk Xn

X1 = Variabel bebas pertama

Berdasarkan pemaparan di atas maka model persamaan analisis regresi

linier berganda pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

NAB = a + b1SBIS + b2INFLASI + b3KURS +b4JUB + e

70
Keterangan:

Y = Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah

a = Intercept (konstanta)

b = Koefisien regresi dari variabel independen

X1 = Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)

X2 = Inflasi

X3 = Nilai Tukar Rupiah (KURS)

X4 = Jumlah Uang Beredar (JUB)

e = Nilai residu

E. Operasional Variabel Penelitian

a. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Nilai Aktiva Bersih

(NAB) Reksadana Syariah. Menurut Ahmad Rodoni (2009:98), Nilai

Aktiva Bersih (NAB) atau Net Asset Value (NAV) merupakan salah satu

tolak ukur dalam memantau hasil portofolio reksadana. Net Asset Value

(NAV) dapat diformulasikan sebagai berikut:

NAVt = ( MVAt – LIABt/NSOt )

Keterangan:

NAVt = Nilai Aktiva Bersih pada periode t

MVAt = Total Nilai Pasar Aktiva pada priode t

LIABt = Total Kewajiban Reksadana pada periode t

NSOt = Jumlah unit penyertaan beredar pada periode t

71
b. Variabel Independen

1. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)

SBIS merupakan variabel bebas pertama (X1). SBIS merupakan

kebijakan moneter yang bertujuan untuk mengatasi kesulitan likuiditas

pada bank yang beroperasi dengan prinsip syariah. SBIS bagi bank

syariah difungsikan sebagai alat instrumen investasi, sebagaimana

Sertifikat Bank Indonesia di Bank Konvensional. Dalam prakteknya,

SBIS diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai salah satu instrumen

operasi pasar terbuka dalam rangka pengendalian moneter yang

dilakukan berdasarkan prinsip syariah dan akad yang digunakan

adalah akad jualah. Besarnya SBIS dapat dihitung dengan rumus

sebagai berikut :

SBIS = P x R x t x k
360

Keterangan:

P = nilai nominal investasi

R = tingkat realisasi imbalan simpanan investasi

t = jangka waktu investasi (jumlah hari dalam bulan / periode)

k = nisbah (bagi hasil) bagi bank penitip dana

2. Inflasi

Inflasi merupakan variabel bebas kedua (X2). Inflasi adalah proses

kenaikan harga-harga umum secara terus-menerus. Akibat dari inflasi

secara umum adalah menurunnya daya beli masyarakat karena secara

72
riil tingkat pendapatan juga menurun. Tingkat inflasi adalah

perubahan atau naik turunnya angka inflasi yang dikeluarkan oleh

Bank Indonesia pada periode Januari 2008 sampai dengan Desember

2012 yang dihitung tiap bulan dalam satuan persen (%). Indikator

inflasi yang digunakan adalah Indeks Harga Konsumen (IHK)

Indonesia. IHK merupakan pengukur perkembangan daya beli Rupiah

yang dibelanjakan untuk membeli barang dan jasa dari bulan ke bulan.

Rumus perhitungan inflasi adalah sebagai berikut:

INF = (IHKt – IHKt-1) x 100

IHKt-1
Keterangan:

INF = Inflasi

IHKt = Indeks Harga Konsumen pada periode t

IHKt-1 = Indeks Harga Konsumen pada periode sebelum t

3. Nilai Tukar Rupiah

Nilai tukar rupiah (Kurs) merupakan variabel bebas ketiga (X3).

Kurs valuta asing atau kurs mata uang asing menunjukkan harga atau

nilai mata uang suatu negara dinyatakan dalam nilai mata uang negara

lain. Kurs valuta asing dapat juga didefinisikan sebagai jumlah uang

domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan,

untuk memperoleh satu unit mata uang asing. Dalam penelitian ini,

satuan ukur yang digunakan adalah besarnya nilai kurs tengah pada

penutupan perdagangan mata uang/valuta tiap bulan dalam satuan

73
Rupiah, yaitu kurs rupiah terhadap USD selama periode Januari 2008

sampai dengan Desember 2012.

4. Jumlah Uang Beredar

Jumlah Uang Beredar (JUB) merupakan variabel bebas keempat

(X4). Uang secara luas adalah sesuatu yang dapat diterima secara

umum sebagai alat pembayaran dalam suatu wilayah tertentu atau

sebagai alat pembayaran utang atau sebagai alat untuk melakukan

pembelian barang dan jasa. Di Indonesia, saat ini dikenal hanya dua

macam uang yang beredar, yaitu sebagai berikut:

a. Uang beredar dalam arti sempit, yang sering diberi simbol M1,

didefinisikan sebagai kewajiban sistem moneter terhadap sektor

swasta domestik yang terdiri dari uang kartal (C) dan uang giral

(D).

b. Uang beredar dalam arti luas, yang sering juga disebut sebagai

likuiditas perekonomian dan diberi simbol M2, didefinisikan

sebagai kewajiban sistem moneter terhadap sektor swasta domestik

yang terdiri dari uang kartal (C), uang giral (D), dan uang kuasi

(T). Dengan kata lain, M2 adalah M1 ditambah dengan tabungan

dan deposito berjangka atau disebut juga uang kuasi (T).

Teori kuantitas uang dikemukakan oleh Irving Fisher, seorang

ahli ekonomi Amerika yang tergolong dalam golongan ahli-ahli

ekonomi klasik.

MV = PT

74
Keterangan :

M = Jumlah uang beredar

V = Tingkat perputaran uang

P = Tingkat harga barang

T = Jumlah barang yang diperdagangkan

75
BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah dan Perkembangan Pasar Modal di Indonesia

Menurut Abdul Manan (2009:13), aktivitas pasar modal di Indonesia

dimulai sejak tahun 1912 di Jakarta. Efek yang diperdagangkan pada saat

itu adalah saham milik perusahaan orang Belanda dan obligasi yang

diperdagangkan adalah obligasi milik pemerintah Hindia Belanda.

Aktivitas pasar modal ini berhenti ketika terjadi Perang Dunia II. Ketika

Indonesia merdeka, pemerintah menerbitkan obligasi pada tahun 1950.

Pengaktifan pasar modal di Jakarta ditandai dengan diterbitkannya

Undang-Undang Darurat tentang Bursa Nomor 13 Tahun 1951 yang

kemudian ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1952 yang

berkaitan dengan pasar modal.

Pemikiran untuk mendirikan pasar modal syariah dimulai sejak

munculnya instrumen pasar modal yang menggunakan prinsip syariah

yang berbentuk reksadana syariah. Usaha ini baru bisa terlaksana pada

tanggal 14 Maret 2003 dengan dibuka secara resmi pasar modal syariah

oleh Menteri Keuangan Boediono dan didampingi oleh Ketua Bapepam

Herwidayatmo, Wakil dari Majelis Ulama Indonesia dan Wakil dari

Dewan Syariah Nasional serta Direksi SRO, Direksi Perusahaan Efek,

pengurus organisasi pelaku dan asosiasi profesi di pasar Indonesia.

76
Peresmian pasar modal syariah ini menjadi sangat penting sebab Bapepam

menetapkan pasar modal syariah dijadikan prioritas kerja lima tahun ke

depan sebagaimana dituangkan dalam Master Plan Pasar Modal Indonesia

tahun 2005-2009. Dengan program ini, pengembangan pasar modal

syariah memiliki arah yang jelas dan semakin membaik.

Pada tanggal 4 Oktober 2003, Dewan Syariah Nasional (DSN) telah

mengeluarkan Fatwa Nomor: 40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar Modal

dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal.

Fatwa ini dikeluarkan mengingat pasar modal di Indonesia telah lama

berlangsung dan perlu mendapat kajian dan perspektif hukum Islam.

Beberapa dasar hukum atas pelaksanaan pasar modal ini harus sesuai

dengan QS. An-Nisa ayat 29, Al-Maidah ayat 1, dan Al-Jumuah ayat 10

serta beberapa hadist Rasulullah SAW.

2. Sejarah Reksadana Syariah

Menurut Mohamad Heykal (2012:89), reksadana syariah yang ada di

dunia diperkenalkan pertama kali pada tahun 1995 oleh National

Commercial Bank di Saudi Arabia dengan nama Global Trade Equity

dengan kapitalisasi sebesar U$150 juta (Huda, Nurul dan Mohamad

Heykal, 2010). Kemudian industri ini berkembang di Malaysia melalui

pengembangan industri unit trust mereka, yang dimulai pertama kali pada

tahun 1959. Perkembangan unit trust di Malaysia cukup pesat, karena

adanya keinginan untuk memberikan alternatif investasi bagi mayarakat di

negara tersebut. Termasuk juga perkembangan reksadana syariah yang

77
dikenal dengan nama Islamic Unit Trust. Islamic Unit Trust merupakan

reksadana syariah dengan tujuan investasi yang dilakukan pada instrumen

yang sejalan dengan prinsip syariah, dan sudah mendapat persetujuan dari

Suruhanjaya Sekuriti (Bapepam-LK Malaysia). Islamic Unit Trust di

Malaysia mulai berkembang pada periode sebelum 1997.

Sedangkan di Indonesia reksadana syariah diperkenalkan pertama kali

pada tahun 1997 oleh PT Danareksa Investment Management, dimana

pada saat itu PT Danareksa mengeluarkan produk reksadana berdasarkan

prinsip-prinsip syariah dengan jenis reksadana campuran yang dinamakan

Danareksa Islam Berimbang.

Fatwa DSN (Dewan Syariah Nasional) MUI No.20/DSN-

MUI/IX/2000 mendefinisikan reksadana syariah sebagai reksadana yang

beroperasi menurut ketentuan dan prinsip syariah Islam, baik dalam

bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik harta (shahib al-mal/rabb al-

mal) dengan Manajer Investasi sebagai wakil shahib al-mal, maupun

antara Manajer Investasi sebagai wakil shahib al-mal dengan pengguna

investasi.

Fatwa DSN (Dewan Syariah Nasional) MUI No.20/DSN-

MUI/IX/2000 ini memuat antara lain:

1) Dalam reksadana konvensional masih terdapat unsur-unsur yang

bertentangan dengan Islam baik dari segi akad, pelaksanaan investasi

maupun dari segi pembagian keuntungan.

78
2) Investasi hanya dapat dilakukan pada instrumen keuangan yang sesuai

dengan Islam, yang meliputi saham yang sudah melalui penawaran

umum dan pembagian dividen didasarkan pada tingkat laba usaha,

penempatan pada deposito dalam bank umum Islam dan surat utang

yang sesuai dengan Islam.

3) Jenis usaha emiten harus sesuai dengan syariah Islam antara lain tidak

boleh melakukan usaha perjudian dan sejenisnya, usaha pada lembaga

keuangan ribawi, usaha memproduksi, mendistribusi serta

memperdagangkan makanan dan minuman haram serta barang-barang

atau jasa yang merusak moral dan membawa mudharat. Pemilihan dan

pelaksanaan investasi harus dilaksanakan dengan prinsip kehati-hatian

dan tidak boleh ada unsur yang tidak jelas (gharar). Di antaranya tidak

boleh melakukan penawaran palsu, penjualan barang yang belum

dimiliki, insider trading atau menyebarkan informasi yang salah dan

menggunakan informasi orang dalam untuk keuntungan transaksi yang

dilarang, serta melakukan investasi pada perusahaan yang tingkat

utangnya lebih dominan dari modalnya.

4) Emiten dinyatakan tidak layak berinvestasi dalam reksadana syariah

jika struktur utang terhadap modal sangat bergantung pada pembiayaan

dari utang, yang pada intinya merupakan pembiayaan yang

mengandung unsur riba, emiten memiliki nisbah utang terhadap modal

lebih dari 82% (utang 45%, modal 55%), manajemen emiten diketahui

bertindak melanggar prinsip-prinsip usaha yang sesuai syariah.

79
5) Mekanisme operasional reksadana syariah terdiri dari akad wakalah

antara manajer investasi dan pemodal, serta mudharabah antara manajer

investasi dengan pengguna investasi.

6) Karakteristik mudharabah adalah sebagai berikut: (1) pembagian

keuntungan antara pemodal (yang diwakili oleh manajer investasi) dan

pengguna investasi berdasarkan pada proporsi yang ditentukan dalam

akad yang telah ditentukan bersama dan tidak ada jaminan atas hasil

investasi tertentu kepada si pemodal, (2) pemodal menanggung risiko

sebesar dana yang telah diberikan, (3) manajer investasi sebagai wakil

pemodal tidak menanggung risiko kerugian atas investasi yang

dilakukan sepanjang bukan karena kelalaian. Penghasilan investasi

yang dapat diterima dalam reksadana syariah adalah, dari saham dapat

berupa:

a. Dividen yang merupakan bagi hasil atas keuntungan yang dibagi dari

laba baik yang dibayar dalam bentuk tunai maupun dalam bentuk

saham.

b. Right yang merupakan hak umum untuk memesan efek lebih dulu

yang diberikan oleh emiten kepada pihak investor.

c. Capital gain yang merupakan keuntungan yang diperoleh dari jual

beli saham di pasar modal.

d. Dari obligasi yang sesuai dengan Islam: bagi hasil yang diterima

secara periodik dari laba emiten.

80
e. Dari surat berharga pasar uang yang sesuai dengan Islam: bagi hasil

yang diterima oleh issuer.

f. Dari deposito dapat berupa: bagi hasil yang diterima dari bank-bank

Islam.

B. Deskripsi Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah reksadana syariah yang

selalu ada dan aktif selama Januari 2008 sampai dengan Desember 2012.

Adapun reksadana syariah tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai

berikut:

Tabel 4.1
Daftar Reksadana Syariah
(Januari 2008 s.d. Desember 2012)

Jenis
No Nama Reksadana Syariah Tanggal Efektif
Reksadana
1 Panin Dana Syariah Saham Saham 20 Juni 2012
2 Panin Dana Syariah Berimbang Campuran 16 Agustus 2012
Reksadana AAA Amanah Syariah
3 Campuran 17 Juni 2005
Fund
Pendapatan
4 Reksa Dana Syariah Batasa Sukuk 3 September 2008
Tetap
Pendapatan
5 Reksadana BNI Dana Syariah 21 April 2004
Tetap
6 Reksadana BNI Danaplus Syariah Campuran 21 April 2004
Reksa Dana Terproteksi BNIAM
7 Terproteksi 10 Desember 2012
Proteksi Syariah Grenada Seri IV
Reksa Dana Terproteksi BNIAM
8 Terproteksi 8 Maret 2012
Proteksi Syariah Grenada Seri I
Reksa Dana Terproteksi BNIAM
9 Terproteksi 10 Desember 2012
Proteksi Syariah Grenada Seri III
Reksa Dana Terproteksi BNIAM
10 Terproteksi 10 Desember 2012
Proteksi Syariah Grenada Seri II
Reksa Dana Syariah BNP Paribas
11 Campuran 9 April 2007
Pesona Amanah

81
12 Bahana Syariah Protected Fund 2 Terproteksi 11 Desember 2012
13 Bahana Syariah Protected Fund 1 Terproteksi 11 Desember 2012
14 Batavia Dana Saham Syariah Saham 16 Juli 2007
CIMB - Principal Islamic Equity
15 Saham 6 Agustus 2007
Growth Syariah
Terproteksi CIMB Islamic Sukuk II
16 Terproteksi 22 Maret 2010
Syariah
17 Cipta Syariah Equity Saham 16 April 2008
18 Cipta Syariah Balance Campuran 16 April 2008
19 Danareksa Syariah Berimbang Campuran 24 November 2000
Reksa Dana Danareksa Indeks
20 Indeks 17 Maret 2006
Syariah
21 Danareksa Proteksi Syariah II Terproteksi 17 Desember 2012
Reksa Dana Terproteksi Danareksa
22 Terproteksi 17 Desember 2012
Proteksi Syariah I
Pendapatan
23 Reksadana Haji Syariah 13 Januari 2005
Tetap
24 Reksadana IPB Syariah Campuran 14 Desember 2005
Reksa Dana Lautandhana Saham
25 Saham 27 Desember 2012
Syariah
Reksa Dana Terproteksi
26 Terproteksi 3 Agustus 2009
Lautandhana Proteksi Syariah I
Reksa Dana Mega Dana Obligasi Pendapatan
27 21 Mei 2007
Syariah Tetap
28 Reksa Dana Mega Dana Syariah Campuran 11 September 2006
Pendapatan
29 Reksa Dana MNC Dana Syariah 29 Oktober 2004
Tetap
Reksadana MNC Dana Syariah
30 Saham 13 Desember 2012
Ekuitas
Reksadana MNC Dana Kombinasi
31 Campuran 13 Desember 2012
Syariah
Pendapatan
32 Mandiri Investa Dana Syariah 22 Desember 2008
Tetap
33 Mandiri Investa Atraktif-Syariah Saham 19 Desember 2007
Reksadana Mandiri Komoditas
34 Saham 9 September 2011
Syariah Plus
Reksadana Mandiri Saham Syariah
35 Saham 9 September 2011
Atraktif
Reksa Dana Mandiri Investa
36 Campuran 14 Oktober 2004
Syariah Berimbang
Reksadana Mandiri Berimbang
37 Campuran 9 September 2011
Syariah Aktif
82
Mandiri Amanah Syariah Protected
38 Terproteksi 30 Juni 2009
Dollar Fund
Reksa Dana Terproteksi Mandiri
39 Terproteksi 8 Maret 2012
Protected Dynamic Syariah Seri 1
40 Reksa Dana Terproteksi Mandiri Terproteksi 21 Desember 2012
Protected Dynamic Syariah Seri 2
41 Reksa Dana Terproteksi Mandiri Terproteksi 21 Desember 2012
Protected Dynamic Syariah Seri 3
42 Reksa Dana Terproteksi Mandiri Terproteksi 21 Desember 2012
Protected Dynamic Syariah Seri 4
43 Reksa Dana Terproteksi Mandiri Terproteksi 24 Maret 2011
Protected Smart Syariah Seri 1
44 Reksa Dana Terproteksi Mandiri Terproteksi 24 Maret 2011
Protected Smart Syariah Seri 2
45 Reksa Dana Manulife Syariah Saham 16 Januari 2009
Sektoral Amanah
Pendapatan
46 PNM Amanah Syariah 26 Agustus 2004
Tetap
47 Reksa Dana PNM Ekuitas Syariah Saham 26 Juli 2007
48 Reksa Dana PNM Syariah Campuran 15 Mei 2000
Reksa Dana SAM Sukuk Syariah Pendapatan
49 20 Januari 2010
Sejahtera Tetap
50 SAM Sharia Equity Fund Saham 27 Desember 2012
Reksa Dana SAM Syariah
51 Campuran 20 Januari 2010
Berimbang
52 Schroder Syariah Balanced Fund Campuran 22 April 2009
53 RD TRIM Syariah Saham Saham 26 Desember 2006
54 RD TRIM Syariah Berimbang Campuran 26 Desember 2006
Sumber: Bapepam

Dari reksadana-reksadana syariah yang terdaftar di atas, hanya tiga

reksadana syariah yang memenuhi syarat untuk dijadikan objek penelitian,

yaitu sebagai berikut:

83
Tabel 4.2
Daftar Reksadana Syariah yang memenuhi kriteria penelitian

No Nama Reksadana Jenis Manajer Bank Kustodian


Syariah Reksadana Investasi
1 Reksa Dana Syariah Saham PT BNP The Hongkong
BNP Paribas Pesona Paribas and Shanghai
Amanah Investment Banking
Partners Corporation –
Custody
2 Danareksa Syariah Campuran PT Citibank N. A. –
Berimbang Danareksa Custody
Investment
Management
3 Reksadana Haji Pendapatan PT Insight Bank CIMB
Syariah Tetap Investments Niaga - Custody,
Management Tbk, PT
Sumber: Bapepam

Ketiga reksadana syariah di atas terpilih dikarenakan hanya ketiga

reksadana tersebut yang terdaftar dan aktif di Bapepam, serta memiliki Nilai

Aktiva Bersih yang meningkat selama lima tahun masa penelitian, yaitu

Januari 2008 sampai dengan Desember 2012.

Data yang lain digunakan dalam penelitian ini adalah Sertifikat Bank

Indonesia Syariah (SBIS), Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jumlah Uang

Beredar (M2).

Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

Microsoft Excel 2007 dan SPSS versi 16.0, untuk dapat mengolah data dan

memperoleh hasil dari variabel-variabel yang diteliti.

84
Tabel 4.3
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
(dalam persentase)

Tahun
Bulan 2008 2009 2010 2011 2012
Jan 0,496 0,792 0,538 0,507 0,407
Feb 0,505 0,728 0,534 0,558 0,318
Mar 0,527 0,684 0,523 0,560 0,319
Apr 0,666 0,633 0,517 0,598 0,327
Mei 0,693 0,604 0,525 0,613 0,353
Juni 0,728 0,579 0,522 0,613 0,360
Juli 0,769 0,559 0,553 0,606 0,372
Agust 0,773 0,548 0,553 0,564 0,378
Sept 0,809 0,540 0,553 0,523 0,389
Okt 0,915 0,541 0,531 0,481 0,396
Nov 0,937 0,539 0,535 0,435 0,398
Des 0,903 0,538 0,522 0,420 0,400
Total 8,720 7,286 6,403 6,478 4,417
Rata-rata 0,727 0,607 0,534 0,540 0,368
Sumber: Bank Indonesia, data diolah

Berdasarkan Tabel 4.3 di atas, rata-rata nilai SBIS tertinggi terjadi pada

tahun 2008, yaitu sebesar 0,727 dan rata-rata nilai SBIS terendah terjadi pada

tahun 2012, yaitu sebesar 0,368. Sedangkan nilai SBIS tertinggi selama

periode penelitian terjadi pada bulan November 2008, yaitu sebesar 0,937 dan

nilai terendah terjadi pada bulan Februari 2012, yaitu sebesar 0,318.

Grafik mengenai perkembangan SBIS yang ada di Indonesia dapat dilihat

pada Gambar 4.1.

85
Gambar 4.1
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)

Sumber: data diolah

Dapat terlihat pada Gambar 4.1 di atas, bahwa dari tahun ke tahun, SBIS

mengalami trend yang fluktuatif selama periode penelitian. Pada tahun 2008

SBIS terus mengalami peningkatan hingga mencapai nilai tertinggi pada

November 2008. Seperti halnya SBI, kenaikan penempatan dana perbankan

syariah pada SBIS antara lain disebabkan oleh peningkatan belanja

pemerintah pada akhir tahun. Selain itu, hal ini disebabkan pula oleh

penurunan suku bunga simpanan perbankan konvensional, sehingga

mendorong terjadinya perpindahan dana nasabah bank konvensional ke bank

syariah, karena tingkat imbalan yang ditawarkan oleh bank syariah menjadi

lebih menarik. Namun, setelah November 2008 SBIS mengalami penurunan

hingga mencapai nilai terendah pada Februari 2012.

86
Tabel 4.4
Inflasi (dalam persentase)

Tahun
Bulan 2008 2009 2010 2011 2012
Jan 0,613 0,764 0,310 0,585 0,304
Feb 0,617 0,717 0,318 0,570 0,297
Mar 0,681 0,660 0,286 0,554 0,331
Apr 0,747 0,609 0,326 0,513 0,375
Mei 0,865 0,503 0,347 0,498 0,371
Juni 0,919 0,304 0,421 0,462 0,378
Juli 0,992 0,226 0,518 0,384 0,380
Agust 0,988 0,229 0,537 0,399 0,382
Sept 1,012 0,236 0,483 0,384 0,359
Okt 0,981 0,214 0,473 0,368 0,384
Nov 0,973 0,201 0,528 0,346 0,360
Des 0,922 0,232 0,580 0,316 0,358
Total 10,308 4,895 5,125 5,380 4,278
Rata-rata 0,859 0,408 0,427 0,448 0,357
Sumber: Bank Indonesia, data diolah

Berdasarkan Tabel 4.4 di atas, rata-rata nilai Inflasi tertinggi terjadi pada

tahun 2008, yaitu sebesar 0,859 dan rata-rata nilai Inflasi terendah terjadi

pada tahun 2009, yaitu sebesar 0,408. Sedangkan nilai Inflasi tertinggi selama

periode penelitian terjadi pada bulan September 2008, yaitu sebesar 1,012 dan

nilai terendah terjadi pada bulan November 2009, yaitu sebesar 0,201.

Grafik mengenai perkembangan Inflasi yang ada di Indonesia dapat

dilihat pada Gambar 4.2.

87
Gambar 4.2
Inflasi

Sumber: data diolah

Dapat terlihat pada gambar 4.2 di atas, pada tahun 2008 inflasi kembali

bergejolak. Penyumbang inflasi terbesar pada tahun 2008 ini lebih banyak

dari sisi cost push inflation. Meningkatnya harga minyak dunia yang akhirnya

memaksa pemerintah untuk menaikkan harga BBM pada bulan Mei 2008

memberikan kontribusi yang sangat signifikan terhadap tingkat inflasi. Selain

itu, meningkatnya harga komoditas pangan dunia (kebutuhan bahan pangan

impor seperti kedelai, jagung dan terigu), sejak akhir tahun 2007 yang

otomatis meningkatkan biaya pokok produksi perusahaan juga memberikan

kontribusi angka inflasi yang sangat besar.

Hal-hal lain seperti kelangkaan sumber energi baik gas maupun minyak

di berbagai daerah maupun kekurangan suplai listrik yang mengharuskan

terjadinya pemadaman juga berperan meningkatkan inflasi karena mendorong

pembengkakan biaya produksi.

88
Setelah bulan September 2008, tingkat inflasi mulai turun hingga

mencapai nilai terendah pada November 2009. Hal ini dikarenakan turunnya

harga komoditi internasional, pangan, dan energi dunia. Penyebab lain dari

terus menurunnya tingkat inflasi adalah kebijakan pemerintah menurunkan

harga BBM pada Desember 2008 dan produksi pangan dalam negeri yang

relatif bagus.

Pada tahun 2010 tingkat inflasi beranjak naik. Hal ini secara umum

diakibatkan karena iklim basah yang menyebabkan harga pangan meningkat.

Jenis barang dan jasa yang dominan memberikan sumbangan inflasi di tahun

ini antara lain beras, tarif listrik, dan cabai merah. Tingginya inflasi

komoditas bahan makanan terjadi karena kendala pasokan yang dipicu oleh

gangguan produksi dan distribusi akibat tingginya curah hujan di beberapa

daerah.

Pada tahun 2011 inflasi mulai mengalami penurunan, yang disebabkan

oleh penurunan harga bahan pangan. Hingga pada tahun 2012 pergerakan

tingkat inflasi relatif stabil.

Tabel 4.5
Kurs / Nilai Tukar Rupiah terhadap USD
(dalam ribuan rupiah)

Tahun
Bulan 2008 2009 2010 2011 2012
Jan 9291 11355 9365 9057 9000
Feb 9051 11980 9335 8823 9085
Mar 9217 11575 9115 8709 9180
Apr 9234 10713 9012 8574 9190
Mei 9318 10340 9180 8537 9565
Juni 9225 10225 9083 8597 9480
Juli 9118 9920 8952 8508 9485

89
Agust 9153 10060 9041 8578 9560
Sept 9378 9681 8924 8823 9588
Okt 10995 9545 8928 8835 9615
Nov 12151 9480 9013 9170 9605
Des 10950 9400 8991 9068 9670
Total 117081 124274 108939 105279 113023
Rata-rata 9756,75 10356,17 9078,25 8773,25 9418,58
Sumber: Bank Indonesia, data diolah

Berdasarkan Tabel 4.5 di atas, rata-rata nilai Kurs tertinggi terjadi pada

tahun 2009, yaitu sebesar 10356,17 dan rata-rata nilai Kurs terendah terjadi

pada tahun 2011, yaitu sebesar 8773,25. Sedangkan nilai Kurs tertinggi

selama periode penelitian terjadi pada bulan November 2008, yaitu sebesar

12151 dan nilai terendah terjadi pada bulan Juli 2011, yaitu sebesar 8508.

Grafik mengenai perkembangan Kurs/Nilai Tukar Rupiah yang ada di

Indonesia dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3
Kurs / Nilai Tukar Rupiah terhadap USD

Sumber: data diolah


Dapat terlihat pada Gambar 4.3 di atas, pada awal tahun 2008 nilai tukar

rupiah bergerak relatif stabil sampai pertengahan September 2008. Hal ini
90
terutama disebabkan oleh kinerja transaksi berjalan yang masih mencatat

surplus serta kebijakan makro ekonomi yang berhati-hati. Namun sejak

pertengahan September 2008, krisis global yang semakin dalam telah

memberi efek depresiasi terhadap mata uang. Kurs Rupiah melemah menjadi

Rp 12.151 per USD pada November 2008 yang merupakan depresiasi yang

cukup tajam, karena pada bulan sebelumnya Rupiah berada di posisi Rp

10.995 per USD.

Setelah November 2008, pergerakan nilai tukar rupiah terus mengalami

penguatan hingga menguat sampai ke level terendah pada Juli 2011 yaitu

sebesar Rp 8.508 per USD.

Tabel 4.6
Jumlah Uang Beredar (M2)
(dalam jutaan rupiah)

Tahun
Bulan 2008 2009 2010 2011 2012
Jan 1596565 1874145 2073860 2434679 2854978
Feb 1603750 1900208 2066481 2420191 2849796
Mar 1594390 1916752 2112083 2451357 2911920
Apr 1611691 1912623 2116024 2434478 2927259
Mei 1641733 1927070 2143234 2475286 2992057
Juni 1703381 1977533 2231144 2522784 3050355
Juli 1686050 1963180 2217589 2564556 3054836
Agust 1682811 1995294 2236460 2621346 3089011
Sept 1778139 2018031 2274955 2643331 3125533
Okt 1812490 2020829 2308175 2677787 3161726
Nov 1851023 2034489 2346801 2729538 3205129
Des 1895839 2141384 2469399 2877220 3304645
Total 20457862 23681538 26596205 30852553 36527245
Rata-rata 1704822 1973462 2216350 2571046 3043937
Sumber: Bank Indonesia

91
Berdasarkan Tabel 4.6 di atas, rata-rata nilai JUB tertinggi terjadi pada

tahun 2012, yaitu sebesar 3043937 dan rata-rata nilai JUB terendah terjadi

pada tahun 2008, yaitu sebesar 1704822. Sedangkan nilai JUB tertinggi

selama periode penelitian terjadi pada bulan Desember 2012, yaitu sebesar

3304645 dan nilai terendah terjadi pada bulan Maret 2008, yaitu sebesar

1594390.

Grafik mengenai perkembangan Jumlah Uang Beredar yang ada di

Indonesia dapat dilihat pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4
Jumlah Uang Beredar (M2)

Sumber: data diolah

Dapat terlihat pada Gambar 4.4 di atas, bahwa dari tahun ke tahun,

jumlah uang beredar mengalami trend yang terus meningkat selama periode

penelitian. Hingga mencapai nilai tertinggi pada Desember 2012. Peningkatan

jumlah uang beredar selama periode penelitian disebabkan oleh banyak hal

antara lain meningkatnya ekspansi keuangan pemerintah, pertambahan kredit

92
perbankan, berakhirnya kebutuhan uang kartal untuk keperluan perayaan hari

besar (Lebaran dan Natal), depresiasi nilai tukar rupiah, dan lain-lain.

Tabel 4.7
NAB Reksa Dana Syariah BNP Paribas Pesona Amanah
(dalam miliar rupiah)

Tahun
Bulan 2008 2009 2010 2011 2012
Jan 210,952 82,954 135,571 182,883 276,459
Feb 210,792 83,145 139,957 199,227 287,038
Mar 188,925 87,155 136,711 212,642 314,912
Apr 179,429 108,894 150,563 227,080 368,709
Mei 187,533 127,254 151,371 237,551 382,852
Juni 182,541 133,537 148,655 242,407 426,595
Juli 155,931 154,632 152,848 256,504 466,415
Agust 143,361 154,342 150,649 247,335 481,987
Sept 118,235 159,650 155,572 233,798 561,224
Okt 75,712 142,791 160,507 255,697 704,786
Nov 78,963 144,021 162,689 247,407 936,728
Des 84,159 145,878 184,936 270,176 1133,139
Total 1816,534 1524,253 1830,029 2812,705 6340,844
Rata - rata 151,378 127,021 152,502 234,392 528,404
Sumber: Bapepam, data diolah

Berdasarkan Tabel 4.7 di atas, rata-rata nilai NAB tertinggi dari Reksa

Dana Syariah BNP Paribas Pesona Amanah terjadi pada tahun 2012, yaitu

sebesar 528,404 dan rata-rata nilai NAB terendah terjadi pada tahun 2009,

yaitu sebesar 127,021. Sedangkan nilai NAB tertinggi selama periode

penelitian terjadi pada bulan Desember 2012, yaitu sebesar 1133,139 dan

nilai terendah terjadi pada bulan Oktober 2008, yaitu sebesar 75,712.

Grafik mengenai perkembangan NAB Reksa Dana Syariah BNP Paribas

Pesona Amanah dapat dilihat pada Gambar 4.5.

93
Gambar 4.5
NAB Reksa Dana Syariah BNP Paribas Pesona Amanah

Sumber: data diolah

Dapat terlihat pada Gambar 4.5 di atas, bahwa dari tahun ke tahun, NAB

Reksa Dana Syariah BNP Paribas Pesona Amanah mengalami trend yang

terus meningkat selama periode penelitian. Hingga mencapai nilai tertinggi

pada Desember 2012. Hal ini menggambarkan bahwa NAB reksadana syariah

terus mengalami pertumbuhan setiap tahun.

Tabel 4.8
NAB Danareksa Syariah Berimbang
(dalam miliar rupiah)

Tahun
Bulan 2008 2009 2010 2011 2012
Jan 69,076 32,079 45,828 51,511 72,295
Feb 71,376 32,681 47,304 53,554 69,513
Mar 68,873 34,393 48,231 56,339 80,029
Apr 66,986 39,966 55,338 60,158 91,263
Mei 68,830 45,003 56,756 70,596 90,294
Juni 67,205 47,595 59,396 68,028 93,344
Juli 62,277 54,741 44,031 73,746 98,322
Agust 58,011 56,022 43,736 73,482 112,911
Sept 51,077 58,410 45,320 70,406 113,439

94
Okt 39,567 56,002 47,397 72,091 122,463
Nov 31,756 53,966 47,948 70,943 121,788
Des 32,534 43,296 52,084 69,991 127,481
Total 687,569 554,153 593,369 790,843 1193,142
Rata - rata 57,297 46,179 49,447 65,904 99,428
Sumber: Bapepam, data diolah

Berdasarkan Tabel 4.8 di atas, rata-rata nilai NAB tertinggi dari

Danareksa Syariah Berimbang terjadi pada tahun 2012, yaitu sebesar 99,428

dan rata-rata nilai NAB terendah terjadi pada tahun 2009, yaitu sebesar

46,179. Sedangkan nilai NAB tertinggi selama periode penelitian terjadi pada

bulan Desember 2012, yaitu sebesar 127,481 dan nilai terendah terjadi pada

bulan November 2008, yaitu sebesar 31,756.

Grafik mengenai perkembangan NAB Danareksa Syariah Berimbang

dapat dilihat pada Gambar 4.6.

Gambar 4.6
NAB Danareksa Syariah Berimbang

Sumber: data diolah

Dapat terlihat pada Gambar 4.6 di atas, bahwa dari tahun ke tahun, NAB

Danareksa Syariah Berimbang mengalami trend yang terus meningkat selama


95
periode penelitian. Hingga mencapai nilai tertinggi pada Desember 2012. Hal

ini menggambarkan bahwa NAB reksadana syariah terus mengalami

pertumbuhan setiap tahun.

Tabel 4.9
NAB Reksadana Haji Syariah
(dalam miliar rupiah)

Tahun
Bulan 2008 2009 2010 2011 2012
Jan 40,233 49,406 56,903 126,119 194,894
Feb 43,258 49,735 57,772 112,542 202,572
Mar 48,928 50,229 59,659 123,420 182,704
Apr 42,594 50,606 76,369 123,558 221,262
Mei 47,477 50,877 80,025 132,587 240,822
Juni 49,774 51,338 89,334 145,574 246,150
Juli 50,698 56,873 124,236 146,356 256,087
Agust 53,708 56,064 133,372 149,107 268,294
Sept 48,796 56,613 144,143 154,012 265,993
Okt 48,401 55,271 132,274 178,726 269,400
Nov 48,689 55,859 133,140 180,598 296,379
Des 49,026 56,851 125,956 187,305 305,905
Total 571,583 639,723 1213,183 1759,904 2950,463
Rata - rata 47,632 53,310 101,099 146,659 245,872
Sumber: Bapepam, data diolah

Berdasarkan Tabel 4.9 di atas, rata-rata nilai NAB tertinggi dari

Reksadana Haji Syariah terjadi pada tahun 2012, yaitu sebesar 245,872 dan

rata-rata nilai NAB terendah terjadi pada tahun 2008, yaitu sebesar 47,632.

Sedangkan nilai NAB tertinggi selama periode penelitian terjadi pada bulan

Desember 2012, yaitu sebesar 305,905 dan nilai terendah terjadi pada bulan

Januari 2008, yaitu sebesar 40,233.

Grafik mengenai perkembangan NAB Reksadana Haji Syariah dapat

dilihat pada Gambar 4.7.

96
Gambar 4.7
NAB Reksadana Haji Syariah

Sumber: data diolah

Dapat terlihat pada Gambar 4.7 di atas, bahwa dari tahun ke tahun, NAB

Reksadana Haji Syariah mengalami trend yang terus meningkat selama

periode penelitian. Hingga mencapai nilai tertinggi pada Desember 2012. Hal

ini menggambarkan bahwa NAB reksadana syariah terus mengalami

pertumbuhan setiap tahun.

C. Analisis dan Pembahasan

1. Uji Asumsi Klasik

Keseluruhan data variabel dalam penelitian ini diolah atau

ditransformasikan kedalam bentuk log-log/Double Log. Menurut

Nachrowi dan Usman (2008:82), pada prinsipnya model ini merupakan

hasil transformasi dari suatu model tidak linier menjadi model linier,

dengan jalan membuat model dalam bentuk logaritma.

97
Variabel dependen yang digunakan yaitu Nilai Aktiva Bersih (NAB)

Reksadana Syariah dalam bentuk miliar rupiah. Variabel independen yang

digunakan yaitu Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dalam bentuk

persentase, Inflasi dalam bentuk persentase, Nilai Tukar Rupiah (Kurs)

dalam bentuk ribuan rupiah, dan Jumlah Uang Beredar (JUB) dalam

bentuk jutaan rupiah. Seluruh data tersebut dapat ditransformasikan

sehingga parameternya berbentuk linier.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah nilai residual

yang telah distandarisasi pada model regresi berdistribusi normal atau

tidak. Maksud data berdistribusi normal adalah data akan mengikuti

arah garis diagonal dan menyebar disekitar garis diagonal. Nilai

residual dikatakan berdistribusi normal jika nilai residual terstandarisasi

tersebut sebagian besar mendekati nilai rata-ratanya. Dalam penelitian

ini, peneliti menggunakan uji normalitas dengan analisis grafik dan uji

Kolmogorov-Smirnov. Berikut adalah hasil dari uji normalitas:

1) Analisis Grafik Histogram

Gambar 4.8
Histogram

Sumber: data diolah


98
Berdasarkan gambar di atas, histogram Regression Residual

membentuk kurva seperti lonceng maka nilai residual tersebut

dinyatakan normal atau data berdistribusi normal.

2) Analisis Grafik dengan Normal Probability Plot (Normal P-P Plot)

Gambar 4.9
Grafik P-P Plot

Sumber: data diolah

Berdasarkan Gambar 4.9 di atas, terlihat bahwa penyebaran data

(titik) menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal yang berarti bahwa data berdistribusi normal atau model

regresi memenuhi asumsi normalitas.

99
3) Uji Kolmogorov-Smirnov

Tabel 4.10
Uji Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Standardized
Residual
N 180
a
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation .98876369
Most Extreme Differences Absolute .054
Positive .054
Negative -.041
Kolmogorov-Smirnov Z .718
Asymp. Sig. (2-tailed) .681
a. Test distribution is Normal.

Berdasarkan Tabel 4.10 di atas, terlihat bahwa nilai Sig. (2-tailed)

sebesar 0,681 > 0,05 (Sig. > α). Hal itu berarti nilai residual

terstandarisasi dikatakan menyebar secara normal.

b. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi yang terbentuk ada korelasi yang tinggi atau sempurna diantara

variabel bebas atau tidak. Model regresi yang baik seharusnya tidak

terjadi korelasi di antara variabel bebas. Untuk mendeteksi ada atau

tidaknya multikolinieritas di dalam model regresi dapat dilihat dari nilai

Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Nilai cut off yang

umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai

Tolerance > 0,10 atau sama dengan VIF < 10, maka model dinyatakan

tidak terdapat gejala multikolinieritas. Berikut adalah hasil dari uji

multikolinieritas:

100
Tabel 4.11
Uji Multikolinieritas dengan Tolerance dan VIF
a
Coefficients
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 (Constant)

LN_SBIS .296 3.378


LN_INFLASI .573 1.746
LN_KURS .839 1.192
LN_JUB .411 2.435
a. Dependent Variable: LN_NAB

Berdasarkan output pada Coefficient dalam Tabel 4.11 di atas,

terlihat bahwa nilai Tolerance variabel Sertifikat Bank Indonesia

Syariah (SBIS) sebesar 0,296, Inflasi sebesar 0,573, Kurs sebesar 0,839,

dan Jumlah Uang Beredar (JUB) sebesar 0,411. Sedangkan nilai VIF

variabel SBIS sebesar 3,378, Inflasi sebesar 1,746, Kurs sebesar 1,192,

dan JUB sebesar 2,435. Dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi

tidak terdapat gejala multikolinieritas, karena nilai Tolerance > 0,10

dan nilai VIF < 10.

c. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas berarti ada varian variabel pada model regresi

yang tidak sama (konstan). Sebaliknya, jika varian variabel pada model

regresi memiliki nilai yang sama (konstan) maka disebut dengan

homoskedastisitas. Yang diharapkan pada model regresi adalah yang

homoskedastisitas. Berikut adalah hasil dari uji heteroskedastisitas:

101
1) Analisis Grafik dengan Scatterplot

Gambar 4.10
Scatterplot

Sumber: data diolah


Berdasarkan tampilan pada Scatterplot dalam Gambar 4.10 di

atas, terlihat bahwa plot menyebar secara acak di atas maupun di

bawah angka nol pada sumbu Regression Studentized Residual. Oleh

karena itu maka berdasarkan uji heteroskedastisitas menggunakan

metode analisis grafik, pada model regresi yang terbentuk

dinyatakan tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.

2) Metode Glejser

Tabel 4.12
Uji Heteroskedastisitas dengan Metode Glejser
a
Coefficients
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -.792 3.812 -.208 .836
LN_SBIS -.253 .165 -.207 -1.528 .128
LN_INFLASI .055 .070 .076 .776 .439
LN_KURS -.017 .312 -.004 -.055 .956
LN_JUB .089 .172 .060 .517 .606
a. Dependent Variable: ABRES

102
Berdasarkan output pada Coefficient dalam Tabel 4.12 di atas,

terlihat bahwa pada model regresi tidak terjadi gejala

heteroskedastisitas. Hal ini karena nilai probabilitas lebih besar dari

nilai alpha (Sig. > α). Nilai Sig. variabel SBIS terhadap absolut

residual sebesar 0,128 > 0,05, nilai Sig. variabel Inflasi terhadap

absolut residual sebesar 0,439 > 0,05, nilai Sig. variabel Kurs

terhadap absolut residual sebesar 0,956 > 0,05, dan nilai Sig.

variabel JUB terhadap absolut residual sebesar 0,606 > 0,05.

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi

antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan menurut

waktu (times-series) atau ruang (cross section). Beberapa penyebab

munculnya masalah autokorelasi dari sebagian data times-series dalam

analisis regresi adalah adanya kelembaman (inertia) artinya data

observasi pada periode sebelumnya dan periode sekarang, kemungkinan

besar akan mengandung saling ketergantungan (interdependence).

Uji Durbin-Watson (Uji D-W) merupakan uji yang sangat populer

untuk menguji ada-tidaknya masalah autokorelasi dari model empiris

yang diestimasi. Berikut adalah hasil dari uji autokorelasi:

103
Tabel 4.13
Uji Durbin-Watson
b
Model Summary
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson
a
1 .627 .393 .379 .56996 .166
a. Predictors: (Constant), LN_JUB, LN_KURS, LN_INFLASI, LN_SBIS
b. Dependent Variable: LN_NAB

Berdasarkan tabel 4.13 di atas, nilai Durbin-Watson sebesar 0,166.

Jika dibandingkan dengan tabel Durbin-Watson dengan (n) = 180 dan

jumlah variabel independen (k = 4) diperoleh nilai tabel dL (lower) =

1,7109 dan dU (upper) = 1,8017, sehingga nilai 4-dU sebesar 4 –

1,8017 = 2,1983 sedangkan nilai 4-dL sebesar 4 – 1,7109 = 2,2891.

Oleh karena nilai DW = 0,166 berada di bawah dL = 1,7109 maka dapat

disimpulkan terjadi autokorelasi positif.

Oleh karena adanya autokorelasi maka nilai standard error (SE)

dan nilai t-statistik tidak dapat dipercaya sehingga diperlukan

pengobatan. Pengobatan autokorelasi tergantung dari nilai ρ yang dapat

diestimasi dengan beberapa cara seperti di bawah ini (Imam Ghozali,

2012:130):

a. Nilai ρ diestimasi dengan Durbin-Watson d

ρ = 1 - d = 1 – 0,166 = 0,917
2 2
b. Nilai ρ diestimasi dengan Theil-Nagar d

ρ = n2 (1 – d/2) + k2 = (180)2 (1 – 0,166/2) + (4)2 = 0,918


n2 – k2 (180)2 – (4)2

104
Langkah Analisis:

1. Dapatkan nilai lag satu residual (Ut_1) dengan perintah Transform

dan Compute. Isikan pada target variabel Ut_1 dan isikan pada kotak

Numeric Expression Lag(Res_1).

2. Dari menu utama SPSS, pilih Analyze, kemudian submenu

Regression, lalu pilih Linear. Pada kotak dependent isikan variabel

Res_1 (Ut) dan pada kotak independent isikan variabel Ut_1 (Lag

satu dari Ut). Abaikan yang lain dan pilih OK.

a
Coefficients

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) .002 .017 .136 .892
Ut_1 .918 .030 .917 30.559 .000
a. Dependent Variable: Unstandardized Residual

Berdasarkan hasil output SPSS diperoleh nilai ρ sebesar 0,918 (yaitu

nilai koefisien variabel Ut_1).

Berdasarkan pada perhitungan di atas diperoleh nilai ρ menurut

berbagai metode seperti terlihat pada tabel di bawah ini:

Metode Nilai ρ
Durbin-Watson d 0,917
Theil-Nagar d 0,918
Cochrane-Orcutt Step 1 0,918

Ketiga metode ternyata menghasilkan nilai yang hampir sama. Untuk

itu penulis memilih metode Theil-Nagar d untuk mentransformasikan

persamaan regresi.
105
Langkah Analisis:

1. Membentuk variabel LN_NABt@, LN_SBISt@, LN_INFLASIt@,

LN_KURSt@, dan LN_JUBt@ dengan perintah Transform dan

Compute. Pada kotak Target Variable diisikan LN_NABt@, dan

pada kotak Numeric Expression diisikan LN_NAB-

0,918*Lag(LN_NAB). Lakukan hal yang sama untuk semua

variabel X.

2. Dari menu utama SPSS pilih Analyze, kemudian Regression, lalu

pilih Linear. Pada kotak dependent isikan variabel LN_NABt@,

serta pada kotak independent isikan variabel LN_SBISt@,

LN_INFLASIt@, LN_KURSt@, dan LN_JUBt@.

3. Pilih Statistik dan aktifkan Durbin-Watson (untuk menguji apakah

masih terjadi autokorelasi). Abaikan lainnya dan pilih OK.

4. Hasil output SPSS.

Tabel 4.14
Hasil Pengobatan Uji Durbin-Watson
b
Model Summary
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson
a
1 .568 .323 .308 .22204 1.944
a. Predictors: (Constant), LN_JUBt@, LN_KURSt@, LN_SBISt@, LN_INFLASIt@
b. Dependent Variable: LN_NABt@

Membandingkan hasil regresi persamaan awal sebelum dilakukan

pengobatan dan hasil regresi setelah dilakukan pengobatan ternyata

dapat dibandingkan (comparable). Perbedaan tersebut terletak pada

106
nilai Durbin-Watson. Pada persamaan awal nilai Durbin-Watson

sebesar 0,166 dan terjadi autokorelasi positif, sedangkan dengan

persamaan regresi setelah dilakukan pengobatan nilai Durbin-Watson

menjadi sebesar 1,944. Karena nilai Durbin-Watson (1,944) terletak

antara dU dengan 4-dU, maka dapat disimpulkan bahwa model

persamaan regresi tersebut sudah tidak mengandung masalah

autokorelasi.

2. Uji Hipotesis

a. Uji F

Nilai Fhitung digunakan untuk menguji pengaruh secara simultan

variabel bebas terhadap variabel terikatnya atau untuk menguji

ketepatan model (goodness of fit). Jika variabel bebas memiliki

pengaruh secara simultan (bersama-sama) terhadap variabel terikat

maka model persamaan regresi masuk dalam kriteria cocok atau fit.

Sebaliknya, jika tidak terdapat pengaruh secara simultan maka masuk

dalam kategori tidak cocok atau not fit.

Adapun pengujian dalam uji F ini yaitu dengan menggunakan suatu

tabel yang disebut dengan tabel ANOVA (Analysis of Variance)

dengan melihat nilai signifikansi (Sig. < 0,05 atau 5%). Jika nilai

signifikansi > 0,05 maka H1 ditolak, sebaliknya jika nilai signifikansi <

0,05 maka H1 diterima. Berikut adalah hasil uji F:

107
Tabel 4.15
Uji F
b
ANOVA
Sum of Mean
Model Squares Df Square F Sig.
a
1 Regression 36.758 4 9.189 28.287 .000
Residual 56.850 175 .325
Total 93.608 179
a. Predictors: (Constant), LN_JUB, LN_KURS, LN_INFLASI, LN_SBIS
b. Dependent Variable:LN_NAB

Berdasarkan tabel 4.15 di atas, nilai Fhitung sebesar 28,287 dengan

tingkat signifikansi 0,000. Karena tingkat signifikansi lebih kecil dari

0,05 maka H0 ditolak atau H1 diterima dan nilai Fhitung > Ftabel (28,287 >

2,420) dengan nilai F tabel df:α, (k-1), (n-k) atau 0,05, (5-1), (180-5) =

2,420. Dapat disimpulkan bahwa Sertifikat Bank Indonesia Syariah

(SBIS), Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jumlah Uang Beredar secara

simultan berpengaruh terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana

Syariah.

b. Uji t

Setelah melakukan uji koefisien regresi secara keseluruhan, maka

langkah selanjutnya adalah menghitung koefisien regresi secara

individu atau uji t. Uji t digunakan untuk mengetahui ada tidaknya

pengaruh masing-masing variabel independen secara individual

(parsial) terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat

signifikansi 0,05 maka variabel independen berpengaruh terhadap

108
variabel dependen. Hasil pengujian hipotesis dengan uji t adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.16
Uji t
a
Coefficients
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) .616 .431 1.429 .155
LN_SBIS -.254 .278 -.065 -.912 .363
LN_INFLASI .002 .148 .001 .014 .989
LN_KURS -1.006 .501 -.129 -2.011 .046
LN_JUB 1.841 .245 .541 7.527 .000
a. Dependent Variable: LN_NAB

1) Uji t terhadap variabel SBIS

Hasil yang didapat pada tabel 4.16 di atas, variabel SBIS secara

statistik menunjukkan hasil yang tidak signifikan pada nilai lebih

besar dari α (0,363 > 0,05). Sedangkan nilai t hitung X1 = -0,912 dan

t tabel sebesar -1,653 (df (n-k) 180 – 5 = 175, α = 0,05), sehingga t

hitung > t tabel (-0,912 > -1,653). Maka H0 diterima sehingga dapat

disimpulkan bahwa variabel SBIS secara parsial tidak berpengaruh

terhadap NAB reksadana syariah.

2) Uji t terhadap variabel Inflasi

Hasil yang didapat pada tabel 4.16 di atas, variabel inflasi secara

statistik menunjukkan hasil yang tidak signifikan pada nilai lebih

besar dari α (0,989 > 0,05). Sedangkan nilai t hitung X2 = 0,014 dan

t tabel sebesar 1,653 (df (n-k) 180 – 5 = 175, α = 0,05), sehingga t

hitung < t tabel (0,014 < 1,653). Maka H0 diterima sehingga dapat
109
disimpulkan bahwa variabel inflasi secara parsial tidak berpengaruh

terhadap NAB reksadana syariah.

3) Uji t terhadap variabel Kurs / Nilai Tukar Rupiah

Hasil yang didapat pada tabel 4.16 di atas, variabel kurs secara

statistik menunjukkan hasil yang signifikan pada nilai lebih kecil

dari α (0,046 < 0,05). Sedangkan nilai t hitung X3 = -2,011 dan t

tabel sebesar -1,653 (df (n-k) 180 – 5 = 175, α = 0,05), sehingga t

hitung < t tabel (-2,011 < -1,653). Maka H0 ditolak dan Ha diterima

sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel kurs secara parsial

berpengaruh negatif terhadap NAB reksadana syariah.

4) Uji t terhadap variabel Jumlah Uang Beredar

Hasil yang didapat pada tabel 4.16 di atas, variabel jumlah uang

beredar secara statistik menunjukkan hasil yang signifikan pada nilai

lebih kecil dari α (0,000 < 0,05). Sedangkan nilai t hitung X4 = 7,527

dan t tabel sebesar 1,653 (df (n-k) 180 – 5 = 175, α = 0,05), sehingga

t hitung > t tabel (7,527 > 1,653). Maka H0 ditolak dan Ha diterima

sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel jumlah uang beredar

secara parsial berpengaruh positif terhadap NAB reksadana syariah.

c. Uji Adjusted R Square

Koefisien determinasi atau R Square (R2) merupakan besarnya

kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Semakin tinggi

koefisien determinasi, semakin tinggi kemampuan variabel bebas

dalam menjelaskan variasi perubahan pada variabel terikatnya.

110
Koefisien determinasi memiliki kelemahan, yaitu bias terhadap jumlah

variabel bebas yang dimasukkan dalam model regresi di mana setiap

penambahan satu variabel bebas dan jumlah pengamatan dalam model

akan meningkatkan nilai R2 meskipun variabel yang dimasukkan

tersebut tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel

terikatnya. Untuk mengurangi kelemahan tersebut maka digunakan

koefisien determinasi yang telah disesuaikan, Adjusted R Square

(R2adj).

Koefisien determinasi yang telah disesuaikan berarti bahwa

koefisien tersebut telah dikoreksi dengan memasukkan jumlah variabel

dan ukuran sampel yang digunakan. Dengan menggunakan koefisien

determinasi yang disesuaikan maka nilai koefisien determinasi yang

disesuaikan itu dapat naik atau turun oleh adanya penambahan variabel

baru dalam model. Berikut adalah hasil uji Adjusted R Square:

Tabel 4.17
Uji Adjusted R Square (R2adj)
b
Model Summary
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
a
1 .627 .393 .379 .56996
a. Predictors: (Constant), LN_JUB, LN_KURS, LN_INFLASI, LN_SBIS
b. Dependent Variable: LN_NAB

Besarnya angka Adjusted R Square adalah 0,379 atau sebesar

37,9%. Dapat disimpulkan bahwa pengaruh Sertifikat Bank Indonesia

Syariah (SBIS), Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jumlah Uang Beredar

(M2) terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah adalah

111
37,9%. Sedangkan sisanya sebesar 62,1% (100% - 37,9%) dipengaruhi

oleh variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam penelitian

ini misalnya seperti suku bunga deposito, suku bunga SBI, Produk

Domestik Bruto (PDB), dan lain-lain. Adapun angka koefisien korelasi

(R) menunjukkan nilai sebesar 0,627 yang menandakan bahwa

hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat adalah kuat karena

memiliki nilai lebih dari 0,5 (R > 0,5) atau 0,627 > 0,5.

3. Analisis Regresi Linier Berganda

Berdasarkan data-data yang disajikan pada tabel di atas, selanjutnya

akan dianalisis dengan bantuan aplikasi SPSS 16.0 untuk mengetahui

besarnya pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), inflasi, nilai

tukar rupiah (Kurs), dan Jumlah Uang Beredar (JUB) terhadap Nilai

Aktiva Bersih (NAB) reksadana syariah. Hasil pengolahan data dengan

SPSS dapat dilihat pada Tabel 4.18.

Tabel 4.18
Analisis Regresi Linier Berganda
a
Coefficients
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) .616 .431 1.429 .155
LN_SBIS -.254 .278 -.065 -.912 .363
LN_INFLASI .002 .148 .001 .014 .989
LN_KURS -1.006 .501 -.129 -2.011 .046
LN_JUB 1.841 .245 .541 7.527 .000
a. Dependent Variable: LN_NAB

112
Berdasarkan Tabel 4.18 di atas, maka diperoleh model persamaan

regresi sebagai berikut:

LnY = 0,616 – 1,006 LnX3 + 1,841 LnX4

Keterangan:

Y = Logaritma natural Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah

X3 = Logaritma natural Nilai Tukar Rupiah

X4 = Logaritma natural Jumlah Uang Beredar

Adapun interpretasi statistik penulis pada model persamaan regresi di

atas adalah sebagai berikut:

1) Apabila X1, X2, X3, dan X4 bernilai 0, maka nilai Y adalah 0,616%.

Maksudnya adalah jika Reksa Dana Syariah BNP Paribas Pesona

Amanah, Danareksa Syariah Berimbang, dan Reksadana Haji Syariah

(sampel yang diambil) tidak melakukan kegiatan operasional dapat

dikatakan bahwa dalam periode Januari 2008 sampai Desember 2012

jumlah NAB Reksadana Syariah sebesar 0,616%.

2) X3 = -1,006 maksudnya adalah jika setiap kenaikan 1% X3 akan

menyebabkan berkurangnya Y sebesar 1,006%, dengan catatan variabel

lain dianggap konstan.

3) X4 = 1,841 maksudnya adalah jika setiap kenaikan 1% X4 akan

menyebabkan meningkatnya Y sebesar 1,841%, dengan catatan variabel

lain dianggap konstan.

113
D. Interpretasi

Adapun interpretasi penulis terhadap hasil penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap NAB

Reksadana Syariah

Berdasarkan pada Tabel 4.18 di atas, variabel SBIS mempunyai nilai

signifikansi 0,363 > 0,05. Hal ini berarti menerima H0 atau menolak H1

sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel SBIS secara parsial tidak

berpengaruh terhadap NAB reksadana syariah. Hasil penelitian ini

mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Annisa Sholihah (2008)

menyimpulkan bahwa SBIS tidak berpengaruh terhadap NAB reksadana

syariah. Dalam beberapa tahun terakhir ini, SBIS menunjukkan penurunan.

Hal itu menunjukkan bahwa bank syariah lebih suka ekspansi pada

pembiayaan karena memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan bonus

SBIS/tingkat imbalan yang didapatkan. Kondisi tersebut mencerminkan

ekspansi pembiayaan bank syariah yang semakin baik. Hal tersebut secara

umum menunjukkan bahwa perkembangan sektor riil lebih menjadi bahan

pertimbangan investasi bank syariah dibandingkan kondisi pasar uang.

2. Pengaruh Inflasi terhadap NAB Reksadana Syariah

Berdasarkan pada Tabel 4.18 di atas, variabel inflasi mempunyai nilai

signifikansi 0,989 > 0,05. Hal ini berarti menerima H0 atau menolak H1

sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel inflasi secara parsial tidak

berpengaruh terhadap NAB reksadana syariah. Hasil penelitian ini

114
mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmi Hifdzia (2012)

menyimpulkan bahwa inflasi tidak berpengaruh terhadap NAB reksadana

syariah.

Inflasi berakibat sangat buruk bagi perekonomian karena (i)

menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap fungsi

tabungan (nilai simpan), (ii) melemahkan semangat menabung dan sikap

terhadap menabung dari masyarakat (turunnya Marginal Propensity to

Save), (iii) meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja terutama untuk

non-primer dan barang-barang mewah (naiknya Marginal Propensity to

Consume), dan (iv) mengarahkan investasi pada hal-hal yang non-

produktif yaitu penumpukan kekayaan (hoarding) seperti tanah, bangunan,

logam mulia, mata uang asing dengan mengorbankan investasi ke arah

produktif seperti pertanian, industrial, perdagangan, transportasi dan

lainnya (Adiwarman Karim, 2008:139).

3. Pengaruh Nilai Tukar Rupiah terhadap NAB Reksadana Syariah

Berdasarkan pada Tabel 4.18 di atas, variabel nilai tukar rupiah

mempunyai nilai signifikansi 0,046 < 0,05. Hal ini berarti menerima H1

sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel nilai tukar rupiah secara

parsial berpengaruh negatif terhadap NAB reksadana syariah. Hasil

penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmi

Hifdzia (2012) menyimpulkan bahwa nilai tukar rupiah berpengaruh

negatif terhadap NAB reksadana syariah.

115
Fluktuasi nilai rupiah terhadap mata uang asing yang stabil akan

sangat mempengaruhi iklim investasi dalam negeri, khususnya pasar

modal. Terjadinya apresiasi kurs rupiah terhadap dollar misalnya akan

memberikan dampak terhadap perkembangan persaingan produk Indonesia

di luar negeri, terutama dalam hal persaingan harga. Apabila ini terjadi,

secara tidak langsung akan memberikan pengaruh terhadap neraca

perdagangan karena meningkatnya nilai ekspor dibandingkan nilai impor,

sebaliknya akan berpengaruh pula kepada neraca pembayaran Indonesia.

Memburuknya neraca pembayaran negara akan berpengaruh terhadap

cadangan devisa, berkurangnya cadangan devisa akan mempengaruhi

kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia, yang selanjutnya

menimbulkan dampak negatif terhadap perdagangan saham di pasar

modal. Kedaan ini, bagi investor asing akan cenderung melakukan

penarikan modal sehingga terjadi capital inflow.

Hal ini juga menyebabkan menurunnya NAB reksadana karena

pengelolaan dana investasi reksadana yang sebagian dialokasikan pada

saham mengakibatkan kemungkinan investor yang menginvestasikan

dananya pada reksadana saham akan melakukan penarikan modal sehingga

NAB reksadana pun mengalami penurunan.

4. Pengaruh Jumlah Uang Beredar (M2) terhadap NAB Reksadana

Syariah

Berdasarkan pada Tabel 4.18 di atas, variabel jumlah uang beredar

mempunyai nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Hal ini berarti menerima H1

116
sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel jumlah uang beredar secara

parsial berpengaruh positif terhadap NAB reksadana syariah. Hasil

penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Ray dan

Vani (2005) menyimpulkan bahwa jumlah uang beredar berpengaruh

positif terhadap NAB reksadana syariah.

Peningkatan jumlah uang beredar dikaitkan dengan business cycle

expansion. Adanya peningkatan jumlah uang beredar akan mendorong

bertambahnya sumber pembiayaan bagi perusahaan sehingga perusahaan

dapat melebarkan ekspansi usahanya lebih luas yang akhirnya

meningkatkan kinerja perusahaan. Meningkatnya kinerja perusahaan akan

merangsang para investor melirik saham perusahaan tersebut sehingga

berdampak positif terhadap harga saham. Ketika jumlah uang beredar di

masyarakat semakin bertambah sehingga ekspektasi harga-harga barang

dan jasa akan naik (inflasi) mengakibatkan tingkat suku bunga deposito

dalam perekonomian menurun. Penurunan tingkat suku bunga deposito

menyebabkan masyarakat lebih memilih untuk menginvestasikan dananya

di pasar saham dengan harapan akan memperoleh keuntungan yang lebih

besar, sehingga akan berdampak pada peningkatan permintaan saham di

pasar modal. Hal ini juga menyebabkan meningkatnya NAB reksadana

karena pengelolaan dana investasi reksadana sebagian dialokasikan pada

saham.

117
BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dipaparkan pada

bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil uji regresi ditemukan bahwa secara parsial variabel Sertifikat Bank

Indonesia Syariah (SBIS) dan Inflasi tidak berpengaruh terhadap NAB

reksadana syariah, Nilai Tukar Rupiah berpengaruh negatif terhadap NAB

reksadana syariah, dan Jumlah Uang Beredar berpengaruh positif terhadap

NAB reksadana syariah.

2. Hasil uji regresi juga ditemukan bahwa secara simultan variabel Sertifikat

Bank Indonesia Syariah, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jumlah Uang

Beredar berpengaruh terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah.

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, maka penulis mencoba

mengemukakan implikasi yang mungkin bermanfaat diantaranya:

1. Bagi Investor

Penelitian ini dapat digunakan oleh investor sebagai acuan dalam

menjalankan strategi yang tepat dalam menanamkan investasi di reksadana

syariah. Selain itu, penelitian ini juga dapat menjadi pertimbangan bagi

masyarakat dalam melakukan kegiatan perekonomiannya.

118
2. Bagi Akademisi

Penelitian ini akan menambah kepustakaan di bidang pasar modal

khususnya pada produk reksadana syariah dan dapat dijadikan sebagai

bahan bacaan untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Untuk peneliti

selanjutnya sebaiknya memperbanyak jumlah variabel, misalnya: Produk

Domestik Bruto (PDB), Suku Bunga SBI, Indeks Harga Saham Gabungan

(IHSG), Indeks Syariah (Jakarta Islamic Index), dan lain-lain.

3. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan

dalam menentukan kebijakan investasi pada setiap perusahaan reksadana

syariah untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan dapat digunakan

sebagai alat evaluasi terhadap kinerjanya selama ini.

119
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Kasyfurrohman dan Irfan Syauqi Beik. “Pengaruh Makroekonomi Terhadap


Reksadana Syariah di Indonesia”. Jurnal Ekonomi Islam Republika, 23
Agustus 2012.

Dewan Syariah Nasional MUI. “Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional”.


MUI, Jakarta, 2003.

Elena, Delia dan Alexandru. “The Relationship Between Mutual Funds – Inflation
Rate and Benchmark Interest Rate. USA versus Romania”. Jurnal, Faculty of
Economics and Business Administration”, 2011.

Ghozali, Imam. “Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”. Badan Penerbit


Universitas Diponegoro, Semarang, 2006.

Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 20


Edisi 6”. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2012.

Hady, Hamdy. “Manajemen Keuangan Internasional Edisi 2”. Penerbit Mitra


Wacana Media, Jakarta, 2010.

Hamid, Abdul. “Pasar Modal Syariah”. Lembaga Penelitian UIN Jakarta,


Jakarta, 2009.

Hamid, Abdul. “Buku Panduan Penulisan Skripsi”. FEB UIN Jakarta, Jakarta,
2010.

Hasbi, Hariandy. “Kinerja Reksadana Syariah Tahun 2009 di Indonesia”. Jurnal


Keuangan dan Perbankan, Vol. 14, No.1 Januari 2010, hal.62-73.

Heykal, Mohamad. “Tuntunan dan Aplikasi Investasi Syariah”. PT Elex Media


Komputindo, Jakarta, 2012.

Hifdzia, Rahmi. “Pengaruh Variabel Makro Ekonomi Terhadap Perkembangan


NAB Reksadana Syariah di Indonesia Tahun 2009-2011”. Skripsi, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
2012.

Karim, Adiwarman. “Ekonomi Makro Islami Edisi Kedua”. PT RajaGrafindo


Persada, Jakarta, 2008.

Kasmir. “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”. PT RajaGrafindo Persada,


Jakarta, 2011.
120
Kementerian Keuangan Republik Indonesia Bapepam-LK. “Kajian Sinplifikasi
Prosedur Pengelolaan Efek Syariah Pengelolaan Investasi”. Tim Kerjasama
Simplifikasi Prosedur Penerbitan Efek Syariah, Jakarta, 2012.

Kumar, G. Dinesh dan Mihir Dash. “A Study On The Effect Of Macroeconomic


Variables On Indian Mutual Funds”. Jurnal, Alliance Business Academy,
BTM Layout II Stage, Bangalore – 560076, 2008.

Manan, Abdul. “Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar Modal


Syariah Indonesia”. Kencana, Jakarta, 2009.

Mankiw, N. Gregory. “Principle of Economics Pengantar Ekonomi Makro”.


Edisi Tiga, Salemba Empat, Jakarta, 2006.

Manurung, Adler Haymans. “Reksa Dana Investasiku”. Kompas, Jakarta, 2008.

Martono. “Bank & Lembaga Keuangan Lain”. Ekonisia, Yogyakarta, 2010.

Muchtar, Muhamad Alhidadi. “Analisis Pengaruh SBI, Jumlah Uang Beredar,


Inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Kinerja Reksa Dana Saham di
Indonesia Periode 1999.07-2004.11”. Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas
Padjadjaran Bandung, 2005.

Muhamad. “Metodologi Penelitian Ekonomi Islam”. Rajawali Pers, Jakarta, 2008.

Nachrowi, Djalal dan Hardius Usman. “Penggunaan Teknik Ekonometri”. PT


RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2008.

Nasution, Mustafa Edwin, Muhammad Arief Mufraeni, Nurul Huda, dkk.


“Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam”. Kencana, Jakarta, 2007.

Prantik, Ray dan Vina Vani. “Neural Network Models for Forecasting Mutual
Fund Net Asset Value”. Jurnal, National Institute of Management, Kolkata,
India & FORE School of Management, New Delhi, India, 2005.

Pratomo, Eko P. “Berwisata ke Dunia Reksa Dana”. PT Gramedia Pustaka


Utama, Jakarta, 2007.

Pratomo, Eko Priyo dan Ubaidillah Nugraha. “Reksa Dana Solusi Perencanaan
Investasi di Era Modern”. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005.

Rahardja, Prathama dan Mandala Manurung. “Teori Ekonomi Makro Suatu


Pengantar Edisi Kedua”. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, Jakarta, 2004.

121
Rivai, Veithzal., Andria Permata Veithzal., & Ferry N. Idroes. “Bank and
Financial Institution Management Conventional & Sharia System”. PT
RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2007.

Rodoni, Ahmad. “Investasi Syariah”. Lembaga Penelitian UIN Jakarta, Jakarta,


2009.

Samuelson, Paul A. dan William D. Nordhaus. “Ilmu Makroekonomi Edisi 17”.


PT Media Global Edukasi, Jakarta, 2004.

Sholihah, Annisa. “Analisis Pengaruh JII, SWBI, IHSG, dan Inflasi Terhadap
Kinerja Reksa Dana Syariah”. Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.

Siregar, Syofian. “Statistika Deskriptif untuk Penelitian”. PT RajaGrafindo


Persada, Jakarta, 2011.

Sudarsono, Heri. “Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Edisi 3”. Ekonisia,
Yogyakarta, 2008.

Sugiyono. “Metode Penelitian Bisnis”. Alfabeta, Bandung, 2009.

Sukirno, Sadono. “Makroekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga”. PT


RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2006.

Suliyanto. “Ekonometrika Terapan: Teori & Aplikasi dengan SPSS”. Andi,


Yogyakarta, 2011.

Suta, I Putu G.A. “Menuju Pasar Modal Modern”. Yayasan Sad Satria Bhakti,
Jakarta, 2000.

Virlandana, Reno dan Budi Hermana. “Hubungan Antara Reksa Dana Syariah,
Nisbah Bank Syariah dan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia Pada Periode
Januari 2001-Desember 2004”. Jurnal Proceeding, Seminar Nasional
PESAT, 2005.

www.bapepam.go.id

www.bi.go.id

122
Lampiran 1: Daftar Reksadana Syariah (Januari 2008 s.d. Desember 2012)

No Nama Reksadana Syariah Jenis Reksadana Tanggal Efektif


1 Panin Dana Syariah Saham Saham 20 Juni 2012
2 Panin Dana Syariah Berimbang Campuran 16 Agustus 2012
Reksadana AAA Amanah Syariah
3 Campuran 17 Juni 2005
Fund
Reksa Dana Syariah Batasa
4 Pendapatan Tetap 3 September 2008
Sukuk
5 Reksadana BNI Dana Syariah Pendapatan Tetap 21 April 2004
6 Reksadana BNI Danaplus Syariah Campuran 21 April 2004
Reksa Dana Terproteksi BNIAM
7 Terproteksi 10 Desember 2012
Proteksi Syariah Grenada Seri IV
Reksa Dana Terproteksi BNIAM
8 Terproteksi 8 Maret 2012
Proteksi Syariah Grenada Seri I
Reksa Dana Terproteksi BNIAM
9 Terproteksi 10 Desember 2012
Proteksi Syariah Grenada Seri III
Reksa Dana Terproteksi BNIAM
10 Terproteksi 10 Desember 2012
Proteksi Syariah Grenada Seri II
Reksa Dana Syariah BNP Paribas
11 Campuran 9 April 2007
Pesona Amanah
12 Bahana Syariah Protected Fund 2 Terproteksi 11 Desember 2012
13 Bahana Syariah Protected Fund 1 Terproteksi 11 Desember 2012
14 Batavia Dana Saham Syariah Saham 16 Juli 2007
CIMB - Principal Islamic Equity
15 Saham 6 Agustus 2007
Growth Syariah
Terproteksi CIMB Islamic Sukuk
16 Terproteksi 22 Maret 2010
II Syariah
17 Cipta Syariah Equity Saham 16 April 2008
18 Cipta Syariah Balance Campuran 16 April 2008
19 Danareksa Syariah Berimbang Campuran 24 November 2000
Reksa Dana Danareksa Indeks
20 Indeks 17 Maret 2006
Syariah
21 Danareksa Proteksi Syariah II Terproteksi 17 Desember 2012
Reksa Dana Terproteksi
22 Terproteksi 17 Desember 2012
Danareksa Proteksi Syariah I
23 Reksadana Haji Syariah Pendapatan Tetap 13 Januari 2005
24 Reksadana IPB Syariah Campuran 14 Desember 2005
Reksa Dana Lautandhana Saham
25 Saham 27 Desember 2012
Syariah
Reksa Dana Terproteksi
26 Terproteksi 3 Agustus 2009
Lautandhana Proteksi Syariah I
123
Reksa Dana Mega Dana Obligasi
27 Pendapatan Tetap 21 Mei 2007
Syariah
28 Reksa Dana Mega Dana Syariah Campuran 11 September 2006
29 Reksa Dana MNC Dana Syariah Pendapatan Tetap 29 Oktober 2004
Reksadana MNC Dana Syariah
30 Saham 13 Desember 2012
Ekuitas
Reksadana MNC Dana
31 Campuran 13 Desember 2012
Kombinasi Syariah
32 Mandiri Investa Dana Syariah Pendapatan Tetap 22 Desember 2008
33 Mandiri Investa Atraktif-Syariah Saham 19 Desember 2007
Reksadana Mandiri Komoditas
34 Saham 9 September 2011
Syariah Plus
Reksadana Mandiri Saham
35 Saham 9 September 2011
Syariah Atraktif
Reksa Dana Mandiri Investa
36 Campuran 14 Oktober 2004
Syariah Berimbang
Reksadana Mandiri Berimbang
37 Campuran 9 September 2011
Syariah Aktif
Mandiri Amanah Syariah
38 Terproteksi 30 Juni 2009
Protected Dollar Fund
Reksa Dana Terproteksi Mandiri
39 Terproteksi 8 Maret 2012
Protected Dynamic Syariah Seri 1
40 Reksa Dana Terproteksi Mandiri Terproteksi 21 Desember 2012
Protected Dynamic Syariah Seri 2
41 Reksa Dana Terproteksi Mandiri Terproteksi 21 Desember 2012
Protected Dynamic Syariah Seri 3
42 Reksa Dana Terproteksi Mandiri Terproteksi 21 Desember 2012
Protected Dynamic Syariah Seri 4
43 Reksa Dana Terproteksi Mandiri Terproteksi 24 Maret 2011
Protected Smart Syariah Seri 1
44 Reksa Dana Terproteksi Mandiri Terproteksi 24 Maret 2011
Protected Smart Syariah Seri 2
45 Reksa Dana Manulife Syariah Saham 16 Januari 2009
Sektoral Amanah
46 PNM Amanah Syariah Pendapatan Tetap 26 Agustus 2004
47 Reksa Dana PNM Ekuitas Syariah Saham 26 Juli 2007
48 Reksa Dana PNM Syariah Campuran 15 Mei 2000
Reksa Dana SAM Sukuk Syariah
49 Pendapatan Tetap 20 Januari 2010
Sejahtera
50 SAM Sharia Equity Fund Saham 27 Desember 2012
Reksa Dana SAM Syariah
51 Campuran 20 Januari 2010
Berimbang
124
52 Schroder Syariah Balanced Fund Campuran 22 April 2009
53 RD TRIM Syariah Saham Saham 26 Desember 2006
54 RD TRIM Syariah Berimbang Campuran 26 Desember 2006
Sumber: Bapepam

Lampiran 2: Daftar Sampel Penelitian

No Nama Reksadana Jenis Manajer Bank Kustodian


Syariah Reksadana Investasi
1 Reksa Dana Syariah Saham PT BNP The Hongkong
BNP Paribas Pesona Paribas and Shanghai
Amanah Investment Banking
Partners Corporation –
Custody
2 Danareksa Syariah Campuran PT Citibank N. A. –
Berimbang Danareksa Custody
Investment
Management
3 Reksadana Haji Pendapatan PT Insight Bank CIMB
Syariah Tetap Investments Niaga - Custody,
Management Tbk, PT
Sumber: Bapepam

Lampiran 3: Data Variabel Penelitian

1. Variabel Independen
a. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) (dalam persentase)
Tahun
Bulan 2008 2009 2010 2011 2012
Jan 0,496 0,792 0,538 0,507 0,407
Feb 0,505 0,728 0,534 0,558 0,318
Mar 0,527 0,684 0,523 0,560 0,319
Apr 0,666 0,633 0,517 0,598 0,327
Mei 0,693 0,604 0,525 0,613 0,353
Juni 0,728 0,579 0,522 0,613 0,360
Juli 0,769 0,559 0,553 0,606 0,372
Agust 0,773 0,548 0,553 0,564 0,378
Sept 0,809 0,540 0,553 0,523 0,389
Okt 0,915 0,541 0,531 0,481 0,396
Nov 0,937 0,539 0,535 0,435 0,398
Des 0,903 0,538 0,522 0,420 0,400
Total 8,720 7,286 6,403 6,478 4,417
125
Rata-rata 0,727 0,607 0,534 0,540 0,368
Sumber: Bank Indonesia, data diolah

b. Inflasi (dalam persentase)


Tahun
Bulan 2008 2009 2010 2011 2012
Jan 0,613 0,764 0,310 0,585 0,304
Feb 0,617 0,717 0,318 0,570 0,297
Mar 0,681 0,660 0,286 0,554 0,331
Apr 0,747 0,609 0,326 0,513 0,375
Mei 0,865 0,503 0,347 0,498 0,371
Juni 0,919 0,304 0,421 0,462 0,378
Juli 0,992 0,226 0,518 0,384 0,380
Agust 0,988 0,229 0,537 0,399 0,382
Sept 1,012 0,236 0,483 0,384 0,359
Okt 0,981 0,214 0,473 0,368 0,384
Nov 0,973 0,201 0,528 0,346 0,360
Des 0,922 0,232 0,580 0,316 0,358
Total 10,308 4,895 5,125 5,380 4,278
Rata-rata 0,859 0,408 0,427 0,448 0,357
Sumber: Bank Indonesia, data diolah

c. Kurs/Nilai Tukar Rupiah terhadap USD (dalam ribuan rupiah)


Tahun
Bulan 2008 2009 2010 2011 2012
Jan 9291 11355 9365 9057 9000
Feb 9051 11980 9335 8823 9085
Mar 9217 11575 9115 8709 9180
Apr 9234 10713 9012 8574 9190
Mei 9318 10340 9180 8537 9565
Juni 9225 10225 9083 8597 9480
Juli 9118 9920 8952 8508 9485
Agust 9153 10060 9041 8578 9560
Sept 9378 9681 8924 8823 9588
Okt 10995 9545 8928 8835 9615
Nov 12151 9480 9013 9170 9605
Des 10950 9400 8991 9068 9670
Total 117081 124274 108939 105279 113023
Rata-rata 9756,75 10356,17 9078,25 8773,25 9418,58
Sumber: Bank Indonesia, data diolah

126
d. Jumlah Uang Beredar (M2) (dalam jutaan rupiah)
Tahun
Bulan 2008 2009 2010 2011 2012
Jan 1596565 1874145 2073860 2434679 2854978
Feb 1603750 1900208 2066481 2420191 2849796
Mar 1594390 1916752 2112083 2451357 2911920
Apr 1611691 1912623 2116024 2434478 2927259
Mei 1641733 1927070 2143234 2475286 2992057
Juni 1703381 1977533 2231144 2522784 3050355
Juli 1686050 1963180 2217589 2564556 3054836
Agust 1682811 1995294 2236460 2621346 3089011
Sept 1778139 2018031 2274955 2643331 3125533
Okt 1812490 2020829 2308175 2677787 3161726
Nov 1851023 2034489 2346801 2729538 3205129
Des 1895839 2141384 2469399 2877220 3304645
Total 20457862 23681538 26596205 30852553 36527245
Rata-rata 1704822 1973462 2216350 2571046 3043937
Sumber: Bank Indonesia

2. Variabel Dependen
Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah
(dalam miliar rupiah)
Reksa Dana Syariah Danareksa Reksadana Haji
BNP Paribas Pesona Syariah Syariah
Amanah Berimbang
Jan-08 210952095158 69076353146 40233157929
Feb-08 210791990572 71375750529 43257727445
Mar-08 188924939998 68872957496 48927855428
Apr-08 179428536655 66986338242 42594383810
Mei-08 187532948553 68830087271 47476774289
Juni-08 182541228494 67204819940 49774185217
Juli-08 155931091409 62277283359 50698330114
Agust-08 143361226363 58011389523 53708119197
Sept-08 118235171442 51076998974 48795998396
Okt-08 75711607861 39566895173 48400594783
Nov-08 78963185517 31755786092 48689461327
Des-08 84159485885 32534130204 49026035024
Jan-09 82953926472 32078695698 49406178967
Feb-09 83144514187 32681458432 49735408700
Mar-09 87155354959 34392502768 50229342611
Apr-09 108894210304 39965528608 50605627355

127
Mei-09 127254220370 45002616849 50877274508
Juni-09 133537170262 47595195568 51338240591
Juli-09 154632264009 54741019443 56872518423
Agust-09 154342029920 56021946859 56064215789
Sept-09 159650055343 58409575199 56613339925
Okt-09 142790512483 56002492402 55270856854
Nov-09 144020703381 53965981287 55859474285
Des-09 145878277104 43295971269 56850854356
Jan-10 135571427500 45828054759 56903022877
Feb-10 139956599936 47303541246 57772390108
Mar-10 136710661791 48231299268 59658881431
Apr-10 150563411832 55338415819 76368656476
Mei-10 151371435616 56755753723 80025085946
Juni-10 148654655266 59396411929 89334286757
Juli-10 152848378406 44030786913 124236111745
Agust-10 150648515848 43735601758 133371778637
Sept-10 155571558550 45320387499 144143363909
Okt-10 160507392266 47396923940 132274000699
Nov-10 162688944599 47947705092 133139665205
Des-10 184935965479 52084413515 125956212058
Jan-11 182882710777 51510799142 126119202220
Feb-11 199227199708 53553990299 112542263929
Mar-11 212641928704 56339293923 123419827277
Apr-11 227079818338 60158027292 123558277768
Mei-11 237550840987 70596049252 132586651143
Juni-11 242406966046 68027504745 145573875123
Juli-11 256503620017 73745689644 146356165868
Agust-11 247334775975 73481694792 149107445738
Sept-11 233798282988 70405970233 154012040292
Okt-11 255696563196 72090674606 178725500191
Nov-11 247406710244 70942731173 180598333345
Des-11 270175640383 69991035280 187304657902
Jan-12 276459250555 72295413271 194893985188
Feb-12 287038395295 69513007734 202571504785
Mar-12 314911501564 80028821514 182704429971
Apr-12 368709382041 91263362993 221261655031
Mei-12 382851578037 90294182150 240821653831
Juni-12 426594778035 93344284839 246150372035
Juli-12 466414969576 98321653594 256086652240

128
Agust-12 481987162954 112910507826 268294455553
Sept-12 561224465449 113438915129 265993400532
Okt-12 704785673640 122462892339 269399697382
Nov-12 936727987452 121787578404 296379407285
Des-12 1133138513529 127481094287 305905410464
Sumber: Bapepam

Lampiran 4: Tabel Model Summary, Anova, dan Coefficients

b
Model Summary
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson
a
1 .627 .393 .379 .56996 .166
a. Predictors: (Constant), LN_JUB, LN_KURS, LN_INFLASI, LN_SBIS
b. Dependent Variable: LN_NAB

b
ANOVA
Sum of Mean
Model Squares Df Square F Sig.
a
1 Regression 36.758 4 9.189 28.287 .000
Residual 56.850 175 .325
Total 93.608 179
a. Predictors: (Constant), LN_JUB, LN_KURS, LN_INFLASI, LN_SBIS
b. Dependent Variable:LN_NAB

a
Coefficients
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) .616 .431 1.429 .155
LN_SBIS -.254 .278 -.065 -.912 .363
LN_INFLASI .002 .148 .001 .014 .989
LN_KURS -1.006 .501 -.129 -2.011 .046
LN_JUB 1.841 .245 .541 7.527 .000
a. Dependent Variable: LN_NAB

129
Lampiran 5: Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Standardized
Residual
N 180
a
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation .98876369
Most Extreme Differences Absolute .054
Positive .054
Negative -.041
Kolmogorov-Smirnov Z .718
Asymp. Sig. (2-tailed) .681
a. Test distribution is Normal.

130
Lampiran 6: Uji Multikolinieritas

a
Coefficients
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 (Constant)

LN_SBIS .296 3.378


LN_INFLASI .573 1.746
LN_KURS .839 1.192
LN_JUB .411 2.435
a. Dependent Variable: LN_NAB

Lampiran 7: Uji Autokorelasi

1. Uji Durbin-Watson awal


b
Model Summary
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson
a
1 .627 .393 .379 .56996 .166
a. Predictors: (Constant), LN_JUB, LN_KURS, LN_INFLASI, LN_SBIS
b. Dependent Variable: LN_NAB

2. Uji Durbin-Watson Setelah Pengobatan


b
Model Summary
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson
a
1 .568 .323 .308 .22204 1.944
a. Predictors: (Constant), LN_JUBt@, LN_KURSt@, LN_SBISt@, LN_INFLASIt@
b. Dependent Variable: LN_NABt@

131
Lampiran 8: Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas Metode Glejser


a
Coefficients
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -.792 3.812 -.208 .836
LN_SBIS -.253 .165 -.207 -1.528 .128
LN_INFLASI .055 .070 .076 .776 .439
LN_KURS -.017 .312 -.004 -.055 .956
LN_JUB .089 .172 .060 .517 .606
a. Dependent Variable: ABRES

132
       

Tabel Durbin-

k=1 k=2 k=3 k=4 k=5


n dL dU dL dU dL dU dL dU dL dU
6 0.6102 1.4002
7 0.6996 1.3564 0.4672 1.8964
8 0.7629 1.3324 0.5591 1.7771 0.3674 2.2866
9 0.8243 1.3199 0.6291 1.6993 0.4548 2.1282 0.2957 2.5881
10 0.8791 1.3197 0.6972 1.6413 0.5253 2.0163 0.3760 2.4137 0.2427 2.8217
11 0.9273 1.3241 0.7580 1.6044 0.5948 1.9280 0.4441 2.2833 0.3155 2.6446
12 0.9708 1.3314 0.8122 1.5794 0.6577 1.8640 0.5120 2.1766 0.3796 2.5061
13 1.0097 1.3404 0.8612 1.5621 0.7147 1.8159 0.5745 2.0943 0.4445 2.3897
14 1.0450 1.3503 0.9054 1.5507 0.7667 1.7788 0.6321 2.0296 0.5052 2.2959
15 1.0770 1.3605 0.9455 1.5432 0.8140 1.7501 0.6852 1.9774 0.5620 2.2198
16 1.1062 1.3709 0.9820 1.5386 0.8572 1.7277 0.7340 1.9351 0.6150 2.1567
17 1.1330 1.3812 1.0154 1.5361 0.8968 1.7101 0.7790 1.9005 0.6641 2.1041
18 1.1576 1.3913 1.0461 1.5353 0.9331 1.6961 0.8204 1.8719 0.7098 2.0600
19 1.1804 1.4012 1.0743 1.5355 0.9666 1.6851 0.8588 1.8482 0.7523 2.0226
20 1.2015 1.4107 1.1004 1.5367 0.9976 1.6763 0.8943 1.8283 0.7918 1.9908
21 1.2212 1.4200 1.1246 1.5385 1.0262 1.6694 0.9272 1.8116 0.8286 1.9635
22 1.2395 1.4289 1.1471 1.5408 1.0529 1.6640 0.9578 1.7974 0.8629 1.9400
23 1.2567 1.4375 1.1682 1.5435 1.0778 1.6597 0.9864 1.7855 0.8949 1.9196
24 1.2728 1.4458 1.1878 1.5464 1.1010 1.6565 1.0131 1.7753 0.9249 1.9018
25 1.2879 1.4537 1.2063 1.5495 1.1228 1.6540 1.0381 1.7666 0.9530 1.8863
26 1.3022 1.4614 1.2236 1.5528 1.1432 1.6523 1.0616 1.7591 0.9794 1.8727
27 1.3157 1.4688 1.2399 1.5562 1.1624 1.6510 1.0836 1.7527 1.0042 1.8608
28 1.3284 1.4759 1.2553 1.5596 1.1805 1.6503 1.1044 1.7473 1.0276 1.8502
29 1.3405 1.4828 1.2699 1.5631 1.1976 1.6499 1.1241 1.7426 1.0497 1.8409
30 1.3520 1.4894 1.2837 1.5666 1.2138 1.6498 1.1426 1.7386 1.0706 1.8326
31 1.3630 1.4957 1.2969 1.5701 1.2292 1.6500 1.1602 1.7352 1.0904 1.8252
32 1.3734 1.5019 1.3093 1.5736 1.2437 1.6505 1.1769 1.7323 1.1092 1.8187
33 1.3834 1.5078 1.3212 1.5770 1.2576 1.6511 1.1927 1.7298 1.1270 1.8128
34 1.3929 1.5136 1.3325 1.5805 1.2707 1.6519 1.2078 1.7277 1.1439 1.8076
35 1.4019 1.5191 1.3433 1.5838 1.2833 1.6528 1.2221 1.7259 1.1601 1.8029
36 1.4107 1.5245 1.3537 1.5872 1.2953 1.6539 1.2358 1.7245 1.1755 1.7987
37 1.4190 1.5297 1.3635 1.5904 1.3068 1.6550 1.2489 1.7233 1.1901 1.7950
38 1.4270 1.5348 1.3730 1.5937 1.3177 1.6563 1.2614 1.7223 1.2042 1.7916
39 1.4347 1.5396 1.3821 1.5969 1.3283 1.6575 1.2734 1.7215 1.2176 1.7886
40 1.4421 1.5444 1.3908 1.6000 1.3384 1.6589 1.2848 1.7209 1.2305 1.7859
41 1.4493 1.5490 1.3992 1.6031 1.3480 1.6603 1.2958 1.7205 1.2428 1.7835
42 1.4562 1.5534 1.4073 1.6061 1.3573 1.6617 1.3064 1.7202 1.2546 1.7814
43 1.4628 1.5577 1.4151 1.6091 1.3663 1.6632 1.3166 1.7200 1.2660 1.7794
44 1.4692 1.5619 1.4226 1.6120 1.3749 1.6647 1.3263 1.7200 1.2769 1.7777
45 1.4754 1.5660 1.4298 1.6148 1.3832 1.6662 1.3357 1.7200 1.2874 1.7762
46 1.4814 1.5700 1.4368 1.6176 1.3912 1.6677 1.3448 1.7201 1.2976 1.7748
47 1.4872 1.5739 1.4435 1.6204 1.3989 1.6692 1.3535 1.7203 1.3073 1.7736
48 1.4928 1.5776 1.4500 1.6231 1.4064 1.6708 1.3619 1.7206 1.3167 1.7725
49 1.4982 1.5813 1.4564 1.6257 1.4136 1.6723 1.3701 1.7210 1.3258 1.7716
50 1.5035 1.5849 1.4625 1.6283 1.4206 1.6739 1.3779 1.7214 1.3346 1.7708
51 1.5086 1.5884 1.4684 1.6309 1.4273 1.6754 1.3855 1.7218 1.3431 1.7701
52 1.5135 1.5917 1.4741 1.6334 1.4339 1.6769 1.3929 1.7223 1.3512 1.7694
53 1.5183 1.5951 1.4797 1.6359 1.4402 1.6785 1.4000 1.7228 1.3592 1.7689
54 1.5230 1.5983 1.4851 1.6383 1.4464 1.6800 1.4069 1.7234 1.3669 1.7684
55 1.5276 1.6014 1.4903 1.6406 1.4523 1.6815 1.4136 1.7240 1.3743 1.7681
56 1.5320 1.6045 1.4954 1.6430 1.4581 1.6830 1.4201 1.7246 1.3815 1.7678
57 1.5363 1.6075 1.5004 1.6452 1.4637 1.6845 1.4264 1.7253 1.3885 1.7675
58 1.5405 1.6105 1.5052 1.6475 1.4692 1.6860 1.4325 1.7259 1.3953 1.7673
59 1.5446 1.6134 1.5099 1.6497 1.4745 1.6875 1.4385 1.7266 1.4019 1.7672
60 1.5485 1.6162 1.5144 1.6518 1.4797 1.6889 1.4443 1.7274 1.4083 1.7671
61 1.5524 1.6189 1.5189 1.6540 1.4847 1.6904 1.4499 1.7281 1.4146 1.7671
62 1.5562 1.6216 1.5232 1.6561 1.4896 1.6918 1.4554 1.7288 1.4206 1.7671
63 1.5599 1.6243 1.5274 1.6581 1.4943 1.6932 1.4607 1.7296 1.4265 1.7671
64 1.5635 1.6268 1.5315 1.6601 1.4990 1.6946 1.4659 1.7303 1.4322 1.7672
65 1.5670 1.6294 1.5355 1.6621 1.5035 1.6960 1.4709 1.7311 1.4378 1.7673
66 1.5704 1.6318 1.5395 1.6640 1.5079 1.6974 1.4758 1.7319 1.4433 1.7675
67 1.5738 1.6343 1.5433 1.6660 1.5122 1.6988 1.4806 1.7327 1.4486 1.7676
68 1.5771 1.6367 1.5470 1.6678 1.5164 1.7001 1.4853 1.7335 1.4537 1.7678
69 1.5803 1.6390 1.5507 1.6697 1.5205 1.7015 1.4899 1.7343 1.4588 1.7680
70 1.5834 1.6413 1.5542 1.6715 1.5245 1.7028 1.4943 1.7351 1.4637 1.7683

Direproduksi oleh: Junaidi (http://junaidichaniago.wordpress.com) dari: http://www.standford.edu Page


       

Tabel Durbin-

k=1 k=2 k=3 k=4 k=5


n dL dU dL dU dL dU dL dU dL dU
71 1.5865 1.6435 1.5577 1.6733 1.5284 1.7041 1.4987 1.7358 1.4685 1.7685
72 1.5895 1.6457 1.5611 1.6751 1.5323 1.7054 1.5029 1.7366 1.4732 1.7688
73 1.5924 1.6479 1.5645 1.6768 1.5360 1.7067 1.5071 1.7375 1.4778 1.7691
74 1.5953 1.6500 1.5677 1.6785 1.5397 1.7079 1.5112 1.7383 1.4822 1.7694
75 1.5981 1.6521 1.5709 1.6802 1.5432 1.7092 1.5151 1.7390 1.4866 1.7698
76 1.6009 1.6541 1.5740 1.6819 1.5467 1.7104 1.5190 1.7399 1.4909 1.7701
77 1.6036 1.6561 1.5771 1.6835 1.5502 1.7117 1.5228 1.7407 1.4950 1.7704
78 1.6063 1.6581 1.5801 1.6851 1.5535 1.7129 1.5265 1.7415 1.4991 1.7708
79 1.6089 1.6601 1.5830 1.6867 1.5568 1.7141 1.5302 1.7423 1.5031 1.7712
80 1.6114 1.6620 1.5859 1.6882 1.5600 1.7153 1.5337 1.7430 1.5070 1.7716
81 1.6139 1.6639 1.5888 1.6898 1.5632 1.7164 1.5372 1.7438 1.5109 1.7720
82 1.6164 1.6657 1.5915 1.6913 1.5663 1.7176 1.5406 1.7446 1.5146 1.7724
83 1.6188 1.6675 1.5942 1.6928 1.5693 1.7187 1.5440 1.7454 1.5183 1.7728
84 1.6212 1.6693 1.5969 1.6942 1.5723 1.7199 1.5472 1.7462 1.5219 1.7732
85 1.6235 1.6711 1.5995 1.6957 1.5752 1.7210 1.5505 1.7470 1.5254 1.7736
86 1.6258 1.6728 1.6021 1.6971 1.5780 1.7221 1.5536 1.7478 1.5289 1.7740
87 1.6280 1.6745 1.6046 1.6985 1.5808 1.7232 1.5567 1.7485 1.5322 1.7745
88 1.6302 1.6762 1.6071 1.6999 1.5836 1.7243 1.5597 1.7493 1.5356 1.7749
89 1.6324 1.6778 1.6095 1.7013 1.5863 1.7254 1.5627 1.7501 1.5388 1.7754
90 1.6345 1.6794 1.6119 1.7026 1.5889 1.7264 1.5656 1.7508 1.5420 1.7758
91 1.6366 1.6810 1.6143 1.7040 1.5915 1.7275 1.5685 1.7516 1.5452 1.7763
92 1.6387 1.6826 1.6166 1.7053 1.5941 1.7285 1.5713 1.7523 1.5482 1.7767
93 1.6407 1.6841 1.6188 1.7066 1.5966 1.7295 1.5741 1.7531 1.5513 1.7772
94 1.6427 1.6857 1.6211 1.7078 1.5991 1.7306 1.5768 1.7538 1.5542 1.7776
95 1.6447 1.6872 1.6233 1.7091 1.6015 1.7316 1.5795 1.7546 1.5572 1.7781
96 1.6466 1.6887 1.6254 1.7103 1.6039 1.7326 1.5821 1.7553 1.5600 1.7785
97 1.6485 1.6901 1.6275 1.7116 1.6063 1.7335 1.5847 1.7560 1.5628 1.7790
98 1.6504 1.6916 1.6296 1.7128 1.6086 1.7345 1.5872 1.7567 1.5656 1.7795
99 1.6522 1.6930 1.6317 1.7140 1.6108 1.7355 1.5897 1.7575 1.5683 1.7799
100 1.6540 1.6944 1.6337 1.7152 1.6131 1.7364 1.5922 1.7582 1.5710 1.7804
101 1.6558 1.6958 1.6357 1.7163 1.6153 1.7374 1.5946 1.7589 1.5736 1.7809
102 1.6576 1.6971 1.6376 1.7175 1.6174 1.7383 1.5969 1.7596 1.5762 1.7813
103 1.6593 1.6985 1.6396 1.7186 1.6196 1.7392 1.5993 1.7603 1.5788 1.7818
104 1.6610 1.6998 1.6415 1.7198 1.6217 1.7402 1.6016 1.7610 1.5813 1.7823
105 1.6627 1.7011 1.6433 1.7209 1.6237 1.7411 1.6038 1.7617 1.5837 1.7827
106 1.6644 1.7024 1.6452 1.7220 1.6258 1.7420 1.6061 1.7624 1.5861 1.7832
107 1.6660 1.7037 1.6470 1.7231 1.6277 1.7428 1.6083 1.7631 1.5885 1.7837
108 1.6676 1.7050 1.6488 1.7241 1.6297 1.7437 1.6104 1.7637 1.5909 1.7841
109 1.6692 1.7062 1.6505 1.7252 1.6317 1.7446 1.6125 1.7644 1.5932 1.7846
110 1.6708 1.7074 1.6523 1.7262 1.6336 1.7455 1.6146 1.7651 1.5955 1.7851
111 1.6723 1.7086 1.6540 1.7273 1.6355 1.7463 1.6167 1.7657 1.5977 1.7855
112 1.6738 1.7098 1.6557 1.7283 1.6373 1.7472 1.6187 1.7664 1.5999 1.7860
113 1.6753 1.7110 1.6574 1.7293 1.6391 1.7480 1.6207 1.7670 1.6021 1.7864
114 1.6768 1.7122 1.6590 1.7303 1.6410 1.7488 1.6227 1.7677 1.6042 1.7869
115 1.6783 1.7133 1.6606 1.7313 1.6427 1.7496 1.6246 1.7683 1.6063 1.7874
116 1.6797 1.7145 1.6622 1.7323 1.6445 1.7504 1.6265 1.7690 1.6084 1.7878
117 1.6812 1.7156 1.6638 1.7332 1.6462 1.7512 1.6284 1.7696 1.6105 1.7883
118 1.6826 1.7167 1.6653 1.7342 1.6479 1.7520 1.6303 1.7702 1.6125 1.7887
119 1.6839 1.7178 1.6669 1.7352 1.6496 1.7528 1.6321 1.7709 1.6145 1.7892
120 1.6853 1.7189 1.6684 1.7361 1.6513 1.7536 1.6339 1.7715 1.6164 1.7896
121 1.6867 1.7200 1.6699 1.7370 1.6529 1.7544 1.6357 1.7721 1.6184 1.7901
122 1.6880 1.7210 1.6714 1.7379 1.6545 1.7552 1.6375 1.7727 1.6203 1.7905
123 1.6893 1.7221 1.6728 1.7388 1.6561 1.7559 1.6392 1.7733 1.6222 1.7910
124 1.6906 1.7231 1.6743 1.7397 1.6577 1.7567 1.6409 1.7739 1.6240 1.7914
125 1.6919 1.7241 1.6757 1.7406 1.6592 1.7574 1.6426 1.7745 1.6258 1.7919
126 1.6932 1.7252 1.6771 1.7415 1.6608 1.7582 1.6443 1.7751 1.6276 1.7923
127 1.6944 1.7261 1.6785 1.7424 1.6623 1.7589 1.6460 1.7757 1.6294 1.7928
128 1.6957 1.7271 1.6798 1.7432 1.6638 1.7596 1.6476 1.7763 1.6312 1.7932
129 1.6969 1.7281 1.6812 1.7441 1.6653 1.7603 1.6492 1.7769 1.6329 1.7937
130 1.6981 1.7291 1.6825 1.7449 1.6667 1.7610 1.6508 1.7774 1.6346 1.7941
131 1.6993 1.7301 1.6838 1.7458 1.6682 1.7617 1.6523 1.7780 1.6363 1.7945
132 1.7005 1.7310 1.6851 1.7466 1.6696 1.7624 1.6539 1.7786 1.6380 1.7950
133 1.7017 1.7319 1.6864 1.7474 1.6710 1.7631 1.6554 1.7791 1.6397 1.7954
134 1.7028 1.7329 1.6877 1.7482 1.6724 1.7638 1.6569 1.7797 1.6413 1.7958
135 1.7040 1.7338 1.6889 1.7490 1.6738 1.7645 1.6584 1.7802 1.6429 1.7962
136 1.7051 1.7347 1.6902 1.7498 1.6751 1.7652 1.6599 1.7808 1.6445 1.7967

Direproduksi oleh: Junaidi (http://junaidichaniago.wordpress.com) dari: http://www.standford.edu Page


       

Tabel Durbin-

k=1 k=2 k=3 k=4 k=5


n dL dU dL dU dL dU dL dU dL dU
137 1.7062 1.7356 1.6914 1.7506 1.6765 1.7659 1.6613 1.7813 1.6461 1.7971
138 1.7073 1.7365 1.6926 1.7514 1.6778 1.7665 1.6628 1.7819 1.6476 1.7975
139 1.7084 1.7374 1.6938 1.7521 1.6791 1.7672 1.6642 1.7824 1.6491 1.7979
140 1.7095 1.7382 1.6950 1.7529 1.6804 1.7678 1.6656 1.7830 1.6507 1.7984
141 1.7106 1.7391 1.6962 1.7537 1.6817 1.7685 1.6670 1.7835 1.6522 1.7988
142 1.7116 1.7400 1.6974 1.7544 1.6829 1.7691 1.6684 1.7840 1.6536 1.7992
143 1.7127 1.7408 1.6985 1.7552 1.6842 1.7697 1.6697 1.7846 1.6551 1.7996
144 1.7137 1.7417 1.6996 1.7559 1.6854 1.7704 1.6710 1.7851 1.6565 1.8000
145 1.7147 1.7425 1.7008 1.7566 1.6866 1.7710 1.6724 1.7856 1.6580 1.8004
146 1.7157 1.7433 1.7019 1.7574 1.6878 1.7716 1.6737 1.7861 1.6594 1.8008
147 1.7167 1.7441 1.7030 1.7581 1.6890 1.7722 1.6750 1.7866 1.6608 1.8012
148 1.7177 1.7449 1.7041 1.7588 1.6902 1.7729 1.6762 1.7871 1.6622 1.8016
149 1.7187 1.7457 1.7051 1.7595 1.6914 1.7735 1.6775 1.7876 1.6635 1.8020
150 1.7197 1.7465 1.7062 1.7602 1.6926 1.7741 1.6788 1.7881 1.6649 1.8024
151 1.7207 1.7473 1.7072 1.7609 1.6937 1.7747 1.6800 1.7886 1.6662 1.8028
152 1.7216 1.7481 1.7083 1.7616 1.6948 1.7752 1.6812 1.7891 1.6675 1.8032
153 1.7226 1.7488 1.7093 1.7622 1.6959 1.7758 1.6824 1.7896 1.6688 1.8036
154 1.7235 1.7496 1.7103 1.7629 1.6971 1.7764 1.6836 1.7901 1.6701 1.8040
155 1.7244 1.7504 1.7114 1.7636 1.6982 1.7770 1.6848 1.7906 1.6714 1.8044
156 1.7253 1.7511 1.7123 1.7642 1.6992 1.7776 1.6860 1.7911 1.6727 1.8048
157 1.7262 1.7519 1.7133 1.7649 1.7003 1.7781 1.6872 1.7915 1.6739 1.8052
158 1.7271 1.7526 1.7143 1.7656 1.7014 1.7787 1.6883 1.7920 1.6751 1.8055
159 1.7280 1.7533 1.7153 1.7662 1.7024 1.7792 1.6895 1.7925 1.6764 1.8059
160 1.7289 1.7541 1.7163 1.7668 1.7035 1.7798 1.6906 1.7930 1.6776 1.8063
161 1.7298 1.7548 1.7172 1.7675 1.7045 1.7804 1.6917 1.7934 1.6788 1.8067
162 1.7306 1.7555 1.7182 1.7681 1.7055 1.7809 1.6928 1.7939 1.6800 1.8070
163 1.7315 1.7562 1.7191 1.7687 1.7066 1.7814 1.6939 1.7943 1.6811 1.8074
164 1.7324 1.7569 1.7200 1.7693 1.7075 1.7820 1.6950 1.7948 1.6823 1.8078
165 1.7332 1.7576 1.7209 1.7700 1.7085 1.7825 1.6960 1.7953 1.6834 1.8082
166 1.7340 1.7582 1.7218 1.7706 1.7095 1.7831 1.6971 1.7957 1.6846 1.8085
167 1.7348 1.7589 1.7227 1.7712 1.7105 1.7836 1.6982 1.7961 1.6857 1.8089
168 1.7357 1.7596 1.7236 1.7718 1.7115 1.7841 1.6992 1.7966 1.6868 1.8092
169 1.7365 1.7603 1.7245 1.7724 1.7124 1.7846 1.7002 1.7970 1.6879 1.8096
170 1.7373 1.7609 1.7254 1.7730 1.7134 1.7851 1.7012 1.7975 1.6890 1.8100
171 1.7381 1.7616 1.7262 1.7735 1.7143 1.7856 1.7023 1.7979 1.6901 1.8103
172 1.7389 1.7622 1.7271 1.7741 1.7152 1.7861 1.7033 1.7983 1.6912 1.8107
173 1.7396 1.7629 1.7279 1.7747 1.7162 1.7866 1.7042 1.7988 1.6922 1.8110
174 1.7404 1.7635 1.7288 1.7753 1.7171 1.7872 1.7052 1.7992 1.6933 1.8114
175 1.7412 1.7642 1.7296 1.7758 1.7180 1.7877 1.7062 1.7996 1.6943 1.8117
176 1.7420 1.7648 1.7305 1.7764 1.7189 1.7881 1.7072 1.8000 1.6954 1.8121
177 1.7427 1.7654 1.7313 1.7769 1.7197 1.7886 1.7081 1.8005 1.6964 1.8124
178 1.7435 1.7660 1.7321 1.7775 1.7206 1.7891 1.7091 1.8009 1.6974 1.8128
179 1.7442 1.7667 1.7329 1.7780 1.7215 1.7896 1.7100 1.8013 1.6984 1.8131
180 1.7449 1.7673 1.7337 1.7786 1.7224 1.7901 1.7109 1.8017 1.6994 1.8135
181 1.7457 1.7679 1.7345 1.7791 1.7232 1.7906 1.7118 1.8021 1.7004 1.8138
182 1.7464 1.7685 1.7353 1.7797 1.7241 1.7910 1.7128 1.8025 1.7014 1.8141
183 1.7471 1.7691 1.7360 1.7802 1.7249 1.7915 1.7137 1.8029 1.7023 1.8145
184 1.7478 1.7697 1.7368 1.7807 1.7257 1.7920 1.7146 1.8033 1.7033 1.8148
185 1.7485 1.7702 1.7376 1.7813 1.7266 1.7924 1.7155 1.8037 1.7042 1.8151
186 1.7492 1.7708 1.7384 1.7818 1.7274 1.7929 1.7163 1.8041 1.7052 1.8155
187 1.7499 1.7714 1.7391 1.7823 1.7282 1.7933 1.7172 1.8045 1.7061 1.8158
188 1.7506 1.7720 1.7398 1.7828 1.7290 1.7938 1.7181 1.8049 1.7070 1.8161
189 1.7513 1.7725 1.7406 1.7833 1.7298 1.7942 1.7189 1.8053 1.7080 1.8165
190 1.7520 1.7731 1.7413 1.7838 1.7306 1.7947 1.7198 1.8057 1.7089 1.8168
191 1.7526 1.7737 1.7420 1.7843 1.7314 1.7951 1.7206 1.8061 1.7098 1.8171
192 1.7533 1.7742 1.7428 1.7848 1.7322 1.7956 1.7215 1.8064 1.7107 1.8174
193 1.7540 1.7748 1.7435 1.7853 1.7329 1.7960 1.7223 1.8068 1.7116 1.8178
194 1.7546 1.7753 1.7442 1.7858 1.7337 1.7965 1.7231 1.8072 1.7124 1.8181
195 1.7553 1.7759 1.7449 1.7863 1.7345 1.7969 1.7239 1.8076 1.7133 1.8184
196 1.7559 1.7764 1.7456 1.7868 1.7352 1.7973 1.7247 1.8079 1.7142 1.8187
197 1.7566 1.7769 1.7463 1.7873 1.7360 1.7977 1.7255 1.8083 1.7150 1.8190
198 1.7572 1.7775 1.7470 1.7878 1.7367 1.7982 1.7263 1.8087 1.7159 1.8193
199 1.7578 1.7780 1.7477 1.7882 1.7374 1.7986 1.7271 1.8091 1.7167 1.8196
200 1.7584 1.7785 1.7483 1.7887 1.7382 1.7990 1.7279 1.8094 1.7176 1.8199

Direproduksi oleh: Junaidi (http://junaidichaniago.wordpress.com) dari: http://www.standford.edu Page


Titik Persentase Distribusi t (df = 1 40)

Pr 0.25 0.10 0.05 0.025 0.01 0.005 0.001


df 0.50 0.20 0.10 0.050 0.02 0.010 0.002
1 1.00000 3.07768 6.31375 12.70620 31.82052 63.65674 318.30884
2 0.81650 1.88562 2.91999 4.30265 6.96456 9.92484 22.32712
3 0.76489 1.63774 2.35336 3.18245 4.54070 5.84091 10.21453
4 0.74070 1.53321 2.13185 2.77645 3.74695 4.60409 7.17318
5 0.72669 1.47588 2.01505 2.57058 3.36493 4.03214 5.89343
6 0.71756 1.43976 1.94318 2.44691 3.14267 3.70743 5.20763
7 0.71114 1.41492 1.89458 2.36462 2.99795 3.49948 4.78529
8 0.70639 1.39682 1.85955 2.30600 2.89646 3.35539 4.50079
9 0.70272 1.38303 1.83311 2.26216 2.82144 3.24984 4.29681
10 0.69981 1.37218 1.81246 2.22814 2.76377 3.16927 4.14370
11 0.69745 1.36343 1.79588 2.20099 2.71808 3.10581 4.02470
12 0.69548 1.35622 1.78229 2.17881 2.68100 3.05454 3.92963
13 0.69383 1.35017 1.77093 2.16037 2.65031 3.01228 3.85198
14 0.69242 1.34503 1.76131 2.14479 2.62449 2.97684 3.78739
15 0.69120 1.34061 1.75305 2.13145 2.60248 2.94671 3.73283
16 0.69013 1.33676 1.74588 2.11991 2.58349 2.92078 3.68615
17 0.68920 1.33338 1.73961 2.10982 2.56693 2.89823 3.64577
18 0.68836 1.33039 1.73406 2.10092 2.55238 2.87844 3.61048
19 0.68762 1.32773 1.72913 2.09302 2.53948 2.86093 3.57940
20 0.68695 1.32534 1.72472 2.08596 2.52798 2.84534 3.55181
21 0.68635 1.32319 1.72074 2.07961 2.51765 2.83136 3.52715
22 0.68581 1.32124 1.71714 2.07387 2.50832 2.81876 3.50499
23 0.68531 1.31946 1.71387 2.06866 2.49987 2.80734 3.48496
24 0.68485 1.31784 1.71088 2.06390 2.49216 2.79694 3.46678
25 0.68443 1.31635 1.70814 2.05954 2.48511 2.78744 3.45019
26 0.68404 1.31497 1.70562 2.05553 2.47863 2.77871 3.43500
27 0.68368 1.31370 1.70329 2.05183 2.47266 2.77068 3.42103
28 0.68335 1.31253 1.70113 2.04841 2.46714 2.76326 3.40816
29 0.68304 1.31143 1.69913 2.04523 2.46202 2.75639 3.39624
30 0.68276 1.31042 1.69726 2.04227 2.45726 2.75000 3.38518
31 0.68249 1.30946 1.69552 2.03951 2.45282 2.74404 3.37490
32 0.68223 1.30857 1.69389 2.03693 2.44868 2.73848 3.36531
33 0.68200 1.30774 1.69236 2.03452 2.44479 2.73328 3.35634
34 0.68177 1.30695 1.69092 2.03224 2.44115 2.72839 3.34793
35 0.68156 1.30621 1.68957 2.03011 2.43772 2.72381 3.34005
36 0.68137 1.30551 1.68830 2.02809 2.43449 2.71948 3.33262
37 0.68118 1.30485 1.68709 2.02619 2.43145 2.71541 3.32563
38 0.68100 1.30423 1.68595 2.02439 2.42857 2.71156 3.31903
39 0.68083 1.30364 1.68488 2.02269 2.42584 2.70791 3.31279
40 0.68067 1.30308 1.68385 2.02108 2.42326 2.70446 3.30688

Catatan: Probabilita yang lebih kecil yang ditunjukkan pada judul tiap kolom adalah luas daerah
dalam satu ujung, sedangkan probabilitas yang lebih besar adalah luas daerah dalam
kedua ujung
Titik Persentase Distribusi t (df = 41 80)

Pr 0.25 0.10 0.05 0.025 0.01 0.005 0.001


df 0.50 0.20 0.10 0.050 0.02 0.010 0.002
41 0.68052 1.30254 1.68288 2.01954 2.42080 2.70118 3.30127
42 0.68038 1.30204 1.68195 2.01808 2.41847 2.69807 3.29595
43 0.68024 1.30155 1.68107 2.01669 2.41625 2.69510 3.29089
44 0.68011 1.30109 1.68023 2.01537 2.41413 2.69228 3.28607
45 0.67998 1.30065 1.67943 2.01410 2.41212 2.68959 3.28148
46 0.67986 1.30023 1.67866 2.01290 2.41019 2.68701 3.27710
47 0.67975 1.29982 1.67793 2.01174 2.40835 2.68456 3.27291
48 0.67964 1.29944 1.67722 2.01063 2.40658 2.68220 3.26891
49 0.67953 1.29907 1.67655 2.00958 2.40489 2.67995 3.26508
50 0.67943 1.29871 1.67591 2.00856 2.40327 2.67779 3.26141
51 0.67933 1.29837 1.67528 2.00758 2.40172 2.67572 3.25789
52 0.67924 1.29805 1.67469 2.00665 2.40022 2.67373 3.25451
53 0.67915 1.29773 1.67412 2.00575 2.39879 2.67182 3.25127
54 0.67906 1.29743 1.67356 2.00488 2.39741 2.66998 3.24815
55 0.67898 1.29713 1.67303 2.00404 2.39608 2.66822 3.24515
56 0.67890 1.29685 1.67252 2.00324 2.39480 2.66651 3.24226
57 0.67882 1.29658 1.67203 2.00247 2.39357 2.66487 3.23948
58 0.67874 1.29632 1.67155 2.00172 2.39238 2.66329 3.23680
59 0.67867 1.29607 1.67109 2.00100 2.39123 2.66176 3.23421
60 0.67860 1.29582 1.67065 2.00030 2.39012 2.66028 3.23171
61 0.67853 1.29558 1.67022 1.99962 2.38905 2.65886 3.22930
62 0.67847 1.29536 1.66980 1.99897 2.38801 2.65748 3.22696
63 0.67840 1.29513 1.66940 1.99834 2.38701 2.65615 3.22471
64 0.67834 1.29492 1.66901 1.99773 2.38604 2.65485 3.22253
65 0.67828 1.29471 1.66864 1.99714 2.38510 2.65360 3.22041
66 0.67823 1.29451 1.66827 1.99656 2.38419 2.65239 3.21837
67 0.67817 1.29432 1.66792 1.99601 2.38330 2.65122 3.21639
68 0.67811 1.29413 1.66757 1.99547 2.38245 2.65008 3.21446
69 0.67806 1.29394 1.66724 1.99495 2.38161 2.64898 3.21260
70 0.67801 1.29376 1.66691 1.99444 2.38081 2.64790 3.21079
71 0.67796 1.29359 1.66660 1.99394 2.38002 2.64686 3.20903
72 0.67791 1.29342 1.66629 1.99346 2.37926 2.64585 3.20733
73 0.67787 1.29326 1.66600 1.99300 2.37852 2.64487 3.20567
74 0.67782 1.29310 1.66571 1.99254 2.37780 2.64391 3.20406
75 0.67778 1.29294 1.66543 1.99210 2.37710 2.64298 3.20249
76 0.67773 1.29279 1.66515 1.99167 2.37642 2.64208 3.20096
77 0.67769 1.29264 1.66488 1.99125 2.37576 2.64120 3.19948
78 0.67765 1.29250 1.66462 1.99085 2.37511 2.64034 3.19804
79 0.67761 1.29236 1.66437 1.99045 2.37448 2.63950 3.19663
80 0.67757 1.29222 1.66412 1.99006 2.37387 2.63869 3.19526

Catatan: Probabilita yang lebih kecil yang ditunjukkan pada judul tiap kolom adalah luas daerah
dalam satu ujung, sedangkan probabilitas yang lebih besar adalah luas daerah dalam
kedua ujung
Titik Persentase Distribusi t (df = 81 120)

Pr 0.25 0.10 0.05 0.025 0.01 0.005 0.001


df 0.50 0.20 0.10 0.050 0.02 0.010 0.002
81 0.67753 1.29209 1.66388 1.98969 2.37327 2.63790 3.19392
82 0.67749 1.29196 1.66365 1.98932 2.37269 2.63712 3.19262
83 0.67746 1.29183 1.66342 1.98896 2.37212 2.63637 3.19135
84 0.67742 1.29171 1.66320 1.98861 2.37156 2.63563 3.19011
85 0.67739 1.29159 1.66298 1.98827 2.37102 2.63491 3.18890
86 0.67735 1.29147 1.66277 1.98793 2.37049 2.63421 3.18772
87 0.67732 1.29136 1.66256 1.98761 2.36998 2.63353 3.18657
88 0.67729 1.29125 1.66235 1.98729 2.36947 2.63286 3.18544
89 0.67726 1.29114 1.66216 1.98698 2.36898 2.63220 3.18434
90 0.67723 1.29103 1.66196 1.98667 2.36850 2.63157 3.18327
91 0.67720 1.29092 1.66177 1.98638 2.36803 2.63094 3.18222
92 0.67717 1.29082 1.66159 1.98609 2.36757 2.63033 3.18119
93 0.67714 1.29072 1.66140 1.98580 2.36712 2.62973 3.18019
94 0.67711 1.29062 1.66123 1.98552 2.36667 2.62915 3.17921
95 0.67708 1.29053 1.66105 1.98525 2.36624 2.62858 3.17825
96 0.67705 1.29043 1.66088 1.98498 2.36582 2.62802 3.17731
97 0.67703 1.29034 1.66071 1.98472 2.36541 2.62747 3.17639
98 0.67700 1.29025 1.66055 1.98447 2.36500 2.62693 3.17549
99 0.67698 1.29016 1.66039 1.98422 2.36461 2.62641 3.17460
100 0.67695 1.29007 1.66023 1.98397 2.36422 2.62589 3.17374
101 0.67693 1.28999 1.66008 1.98373 2.36384 2.62539 3.17289
102 0.67690 1.28991 1.65993 1.98350 2.36346 2.62489 3.17206
103 0.67688 1.28982 1.65978 1.98326 2.36310 2.62441 3.17125
104 0.67686 1.28974 1.65964 1.98304 2.36274 2.62393 3.17045
105 0.67683 1.28967 1.65950 1.98282 2.36239 2.62347 3.16967
106 0.67681 1.28959 1.65936 1.98260 2.36204 2.62301 3.16890
107 0.67679 1.28951 1.65922 1.98238 2.36170 2.62256 3.16815
108 0.67677 1.28944 1.65909 1.98217 2.36137 2.62212 3.16741
109 0.67675 1.28937 1.65895 1.98197 2.36105 2.62169 3.16669
110 0.67673 1.28930 1.65882 1.98177 2.36073 2.62126 3.16598
111 0.67671 1.28922 1.65870 1.98157 2.36041 2.62085 3.16528
112 0.67669 1.28916 1.65857 1.98137 2.36010 2.62044 3.16460
113 0.67667 1.28909 1.65845 1.98118 2.35980 2.62004 3.16392
114 0.67665 1.28902 1.65833 1.98099 2.35950 2.61964 3.16326
115 0.67663 1.28896 1.65821 1.98081 2.35921 2.61926 3.16262
116 0.67661 1.28889 1.65810 1.98063 2.35892 2.61888 3.16198
117 0.67659 1.28883 1.65798 1.98045 2.35864 2.61850 3.16135
118 0.67657 1.28877 1.65787 1.98027 2.35837 2.61814 3.16074
119 0.67656 1.28871 1.65776 1.98010 2.35809 2.61778 3.16013
120 0.67654 1.28865 1.65765 1.97993 2.35782 2.61742 3.15954

Catatan: Probabilita yang lebih kecil yang ditunjukkan pada judul tiap kolom adalah luas daerah
dalam satu ujung, sedangkan probabilitas yang lebih besar adalah luas daerah dalam
kedua ujung
Titik Persentase Distribusi t (df = 121 160)

Pr 0.25 0.10 0.05 0.025 0.01 0.005 0.001


df 0.50 0.20 0.10 0.050 0.02 0.010 0.002
121 0.67652 1.28859 1.65754 1.97976 2.35756 2.61707 3.15895
122 0.67651 1.28853 1.65744 1.97960 2.35730 2.61673 3.15838
123 0.67649 1.28847 1.65734 1.97944 2.35705 2.61639 3.15781
124 0.67647 1.28842 1.65723 1.97928 2.35680 2.61606 3.15726
125 0.67646 1.28836 1.65714 1.97912 2.35655 2.61573 3.15671
126 0.67644 1.28831 1.65704 1.97897 2.35631 2.61541 3.15617
127 0.67643 1.28825 1.65694 1.97882 2.35607 2.61510 3.15565
128 0.67641 1.28820 1.65685 1.97867 2.35583 2.61478 3.15512
129 0.67640 1.28815 1.65675 1.97852 2.35560 2.61448 3.15461
130 0.67638 1.28810 1.65666 1.97838 2.35537 2.61418 3.15411
131 0.67637 1.28805 1.65657 1.97824 2.35515 2.61388 3.15361
132 0.67635 1.28800 1.65648 1.97810 2.35493 2.61359 3.15312
133 0.67634 1.28795 1.65639 1.97796 2.35471 2.61330 3.15264
134 0.67633 1.28790 1.65630 1.97783 2.35450 2.61302 3.15217
135 0.67631 1.28785 1.65622 1.97769 2.35429 2.61274 3.15170
136 0.67630 1.28781 1.65613 1.97756 2.35408 2.61246 3.15124
137 0.67628 1.28776 1.65605 1.97743 2.35387 2.61219 3.15079
138 0.67627 1.28772 1.65597 1.97730 2.35367 2.61193 3.15034
139 0.67626 1.28767 1.65589 1.97718 2.35347 2.61166 3.14990
140 0.67625 1.28763 1.65581 1.97705 2.35328 2.61140 3.14947
141 0.67623 1.28758 1.65573 1.97693 2.35309 2.61115 3.14904
142 0.67622 1.28754 1.65566 1.97681 2.35289 2.61090 3.14862
143 0.67621 1.28750 1.65558 1.97669 2.35271 2.61065 3.14820
144 0.67620 1.28746 1.65550 1.97658 2.35252 2.61040 3.14779
145 0.67619 1.28742 1.65543 1.97646 2.35234 2.61016 3.14739
146 0.67617 1.28738 1.65536 1.97635 2.35216 2.60992 3.14699
147 0.67616 1.28734 1.65529 1.97623 2.35198 2.60969 3.14660
148 0.67615 1.28730 1.65521 1.97612 2.35181 2.60946 3.14621
149 0.67614 1.28726 1.65514 1.97601 2.35163 2.60923 3.14583
150 0.67613 1.28722 1.65508 1.97591 2.35146 2.60900 3.14545
151 0.67612 1.28718 1.65501 1.97580 2.35130 2.60878 3.14508
152 0.67611 1.28715 1.65494 1.97569 2.35113 2.60856 3.14471
153 0.67610 1.28711 1.65487 1.97559 2.35097 2.60834 3.14435
154 0.67609 1.28707 1.65481 1.97549 2.35081 2.60813 3.14400
155 0.67608 1.28704 1.65474 1.97539 2.35065 2.60792 3.14364
156 0.67607 1.28700 1.65468 1.97529 2.35049 2.60771 3.14330
157 0.67606 1.28697 1.65462 1.97519 2.35033 2.60751 3.14295
158 0.67605 1.28693 1.65455 1.97509 2.35018 2.60730 3.14261
159 0.67604 1.28690 1.65449 1.97500 2.35003 2.60710 3.14228
160 0.67603 1.28687 1.65443 1.97490 2.34988 2.60691 3.14195

Catatan: Probabilita yang lebih kecil yang ditunjukkan pada judul tiap kolom adalah luas daerah
dalam satu ujung, sedangkan probabilitas yang lebih besar adalah luas daerah dalam
kedua ujung
Titik Persentase Distribusi t (df = 161 200)

Pr 0.25 0.10 0.05 0.025 0.01 0.005 0.001


df 0.50 0.20 0.10 0.050 0.02 0.010 0.002
161 0.67602 1.28683 1.65437 1.97481 2.34973 2.60671 3.14162
162 0.67601 1.28680 1.65431 1.97472 2.34959 2.60652 3.14130
163 0.67600 1.28677 1.65426 1.97462 2.34944 2.60633 3.14098
164 0.67599 1.28673 1.65420 1.97453 2.34930 2.60614 3.14067
165 0.67598 1.28670 1.65414 1.97445 2.34916 2.60595 3.14036
166 0.67597 1.28667 1.65408 1.97436 2.34902 2.60577 3.14005
167 0.67596 1.28664 1.65403 1.97427 2.34888 2.60559 3.13975
168 0.67595 1.28661 1.65397 1.97419 2.34875 2.60541 3.13945
169 0.67594 1.28658 1.65392 1.97410 2.34862 2.60523 3.13915
170 0.67594 1.28655 1.65387 1.97402 2.34848 2.60506 3.13886
171 0.67593 1.28652 1.65381 1.97393 2.34835 2.60489 3.13857
172 0.67592 1.28649 1.65376 1.97385 2.34822 2.60471 3.13829
173 0.67591 1.28646 1.65371 1.97377 2.34810 2.60455 3.13801
174 0.67590 1.28644 1.65366 1.97369 2.34797 2.60438 3.13773
175 0.67589 1.28641 1.65361 1.97361 2.34784 2.60421 3.13745
176 0.67589 1.28638 1.65356 1.97353 2.34772 2.60405 3.13718
177 0.67588 1.28635 1.65351 1.97346 2.34760 2.60389 3.13691
178 0.67587 1.28633 1.65346 1.97338 2.34748 2.60373 3.13665
179 0.67586 1.28630 1.65341 1.97331 2.34736 2.60357 3.13638
180 0.67586 1.28627 1.65336 1.97323 2.34724 2.60342 3.13612
181 0.67585 1.28625 1.65332 1.97316 2.34713 2.60326 3.13587
182 0.67584 1.28622 1.65327 1.97308 2.34701 2.60311 3.13561
183 0.67583 1.28619 1.65322 1.97301 2.34690 2.60296 3.13536
184 0.67583 1.28617 1.65318 1.97294 2.34678 2.60281 3.13511
185 0.67582 1.28614 1.65313 1.97287 2.34667 2.60267 3.13487
186 0.67581 1.28612 1.65309 1.97280 2.34656 2.60252 3.13463
187 0.67580 1.28610 1.65304 1.97273 2.34645 2.60238 3.13438
188 0.67580 1.28607 1.65300 1.97266 2.34635 2.60223 3.13415
189 0.67579 1.28605 1.65296 1.97260 2.34624 2.60209 3.13391
190 0.67578 1.28602 1.65291 1.97253 2.34613 2.60195 3.13368
191 0.67578 1.28600 1.65287 1.97246 2.34603 2.60181 3.13345
192 0.67577 1.28598 1.65283 1.97240 2.34593 2.60168 3.13322
193 0.67576 1.28595 1.65279 1.97233 2.34582 2.60154 3.13299
194 0.67576 1.28593 1.65275 1.97227 2.34572 2.60141 3.13277
195 0.67575 1.28591 1.65271 1.97220 2.34562 2.60128 3.13255
196 0.67574 1.28589 1.65267 1.97214 2.34552 2.60115 3.13233
197 0.67574 1.28586 1.65263 1.97208 2.34543 2.60102 3.13212
198 0.67573 1.28584 1.65259 1.97202 2.34533 2.60089 3.13190
199 0.67572 1.28582 1.65255 1.97196 2.34523 2.60076 3.13169
200 0.67572 1.28580 1.65251 1.97190 2.34514 2.60063 3.13148

Catatan: Probabilita yang lebih kecil yang ditunjukkan pada judul tiap kolom adalah luas daerah
dalam satu ujung, sedangkan probabilitas yang lebih besar adalah luas daerah dalam
kedua ujung
Titik Persentase Distribusi F untuk Probabilita = 0,05

df untuk pembilang (N1)


df untuk
penyebut
(N2) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 161 199 216 225 230 234 237 239 241 242 243 244 245 245 246
2 18.51 19.00 19.16 19.25 19.30 19.33 19.35 19.37 19.38 19.40 19.40 19.41 19.42 19.42 19.43
3 10.13 9.55 9.28 9.12 9.01 8.94 8.89 8.85 8.81 8.79 8.76 8.74 8.73 8.71 8.70
4 7.71 6.94 6.59 6.39 6.26 6.16 6.09 6.04 6.00 5.96 5.94 5.91 5.89 5.87 5.86
5 6.61 5.79 5.41 5.19 5.05 4.95 4.88 4.82 4.77 4.74 4.70 4.68 4.66 4.64 4.62
6 5.99 5.14 4.76 4.53 4.39 4.28 4.21 4.15 4.10 4.06 4.03 4.00 3.98 3.96 3.94
7 5.59 4.74 4.35 4.12 3.97 3.87 3.79 3.73 3.68 3.64 3.60 3.57 3.55 3.53 3.51
8 5.32 4.46 4.07 3.84 3.69 3.58 3.50 3.44 3.39 3.35 3.31 3.28 3.26 3.24 3.22
9 5.12 4.26 3.86 3.63 3.48 3.37 3.29 3.23 3.18 3.14 3.10 3.07 3.05 3.03 3.01
10 4.96 4.10 3.71 3.48 3.33 3.22 3.14 3.07 3.02 2.98 2.94 2.91 2.89 2.86 2.85
11 4.84 3.98 3.59 3.36 3.20 3.09 3.01 2.95 2.90 2.85 2.82 2.79 2.76 2.74 2.72
12 4.75 3.89 3.49 3.26 3.11 3.00 2.91 2.85 2.80 2.75 2.72 2.69 2.66 2.64 2.62
13 4.67 3.81 3.41 3.18 3.03 2.92 2.83 2.77 2.71 2.67 2.63 2.60 2.58 2.55 2.53
14 4.60 3.74 3.34 3.11 2.96 2.85 2.76 2.70 2.65 2.60 2.57 2.53 2.51 2.48 2.46
15 4.54 3.68 3.29 3.06 2.90 2.79 2.71 2.64 2.59 2.54 2.51 2.48 2.45 2.42 2.40
16 4.49 3.63 3.24 3.01 2.85 2.74 2.66 2.59 2.54 2.49 2.46 2.42 2.40 2.37 2.35
17 4.45 3.59 3.20 2.96 2.81 2.70 2.61 2.55 2.49 2.45 2.41 2.38 2.35 2.33 2.31
18 4.41 3.55 3.16 2.93 2.77 2.66 2.58 2.51 2.46 2.41 2.37 2.34 2.31 2.29 2.27
19 4.38 3.52 3.13 2.90 2.74 2.63 2.54 2.48 2.42 2.38 2.34 2.31 2.28 2.26 2.23
20 4.35 3.49 3.10 2.87 2.71 2.60 2.51 2.45 2.39 2.35 2.31 2.28 2.25 2.22 2.20
21 4.32 3.47 3.07 2.84 2.68 2.57 2.49 2.42 2.37 2.32 2.28 2.25 2.22 2.20 2.18
22 4.30 3.44 3.05 2.82 2.66 2.55 2.46 2.40 2.34 2.30 2.26 2.23 2.20 2.17 2.15
23 4.28 3.42 3.03 2.80 2.64 2.53 2.44 2.37 2.32 2.27 2.24 2.20 2.18 2.15 2.13
24 4.26 3.40 3.01 2.78 2.62 2.51 2.42 2.36 2.30 2.25 2.22 2.18 2.15 2.13 2.11
25 4.24 3.39 2.99 2.76 2.60 2.49 2.40 2.34 2.28 2.24 2.20 2.16 2.14 2.11 2.09
26 4.23 3.37 2.98 2.74 2.59 2.47 2.39 2.32 2.27 2.22 2.18 2.15 2.12 2.09 2.07
27 4.21 3.35 2.96 2.73 2.57 2.46 2.37 2.31 2.25 2.20 2.17 2.13 2.10 2.08 2.06
28 4.20 3.34 2.95 2.71 2.56 2.45 2.36 2.29 2.24 2.19 2.15 2.12 2.09 2.06 2.04
29 4.18 3.33 2.93 2.70 2.55 2.43 2.35 2.28 2.22 2.18 2.14 2.10 2.08 2.05 2.03
30 4.17 3.32 2.92 2.69 2.53 2.42 2.33 2.27 2.21 2.16 2.13 2.09 2.06 2.04 2.01
31 4.16 3.30 2.91 2.68 2.52 2.41 2.32 2.25 2.20 2.15 2.11 2.08 2.05 2.03 2.00
32 4.15 3.29 2.90 2.67 2.51 2.40 2.31 2.24 2.19 2.14 2.10 2.07 2.04 2.01 1.99
33 4.14 3.28 2.89 2.66 2.50 2.39 2.30 2.23 2.18 2.13 2.09 2.06 2.03 2.00 1.98
34 4.13 3.28 2.88 2.65 2.49 2.38 2.29 2.23 2.17 2.12 2.08 2.05 2.02 1.99 1.97
35 4.12 3.27 2.87 2.64 2.49 2.37 2.29 2.22 2.16 2.11 2.07 2.04 2.01 1.99 1.96
36 4.11 3.26 2.87 2.63 2.48 2.36 2.28 2.21 2.15 2.11 2.07 2.03 2.00 1.98 1.95
37 4.11 3.25 2.86 2.63 2.47 2.36 2.27 2.20 2.14 2.10 2.06 2.02 2.00 1.97 1.95
38 4.10 3.24 2.85 2.62 2.46 2.35 2.26 2.19 2.14 2.09 2.05 2.02 1.99 1.96 1.94
39 4.09 3.24 2.85 2.61 2.46 2.34 2.26 2.19 2.13 2.08 2.04 2.01 1.98 1.95 1.93
40 4.08 3.23 2.84 2.61 2.45 2.34 2.25 2.18 2.12 2.08 2.04 2.00 1.97 1.95 1.92
41 4.08 3.23 2.83 2.60 2.44 2.33 2.24 2.17 2.12 2.07 2.03 2.00 1.97 1.94 1.92
42 4.07 3.22 2.83 2.59 2.44 2.32 2.24 2.17 2.11 2.06 2.03 1.99 1.96 1.94 1.91
43 4.07 3.21 2.82 2.59 2.43 2.32 2.23 2.16 2.11 2.06 2.02 1.99 1.96 1.93 1.91
44 4.06 3.21 2.82 2.58 2.43 2.31 2.23 2.16 2.10 2.05 2.01 1.98 1.95 1.92 1.90
45 4.06 3.20 2.81 2.58 2.42 2.31 2.22 2.15 2.10 2.05 2.01 1.97 1.94 1.92 1.89
Titik Persentase Distribusi F untuk Probabilita = 0,05

df untuk pembilang (N1)


df untuk
penyebut
(N2) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
46 4.05 3.20 2.81 2.57 2.42 2.30 2.22 2.15 2.09 2.04 2.00 1.97 1.94 1.91 1.89
47 4.05 3.20 2.80 2.57 2.41 2.30 2.21 2.14 2.09 2.04 2.00 1.96 1.93 1.91 1.88
48 4.04 3.19 2.80 2.57 2.41 2.29 2.21 2.14 2.08 2.03 1.99 1.96 1.93 1.90 1.88
49 4.04 3.19 2.79 2.56 2.40 2.29 2.20 2.13 2.08 2.03 1.99 1.96 1.93 1.90 1.88
50 4.03 3.18 2.79 2.56 2.40 2.29 2.20 2.13 2.07 2.03 1.99 1.95 1.92 1.89 1.87
51 4.03 3.18 2.79 2.55 2.40 2.28 2.20 2.13 2.07 2.02 1.98 1.95 1.92 1.89 1.87
52 4.03 3.18 2.78 2.55 2.39 2.28 2.19 2.12 2.07 2.02 1.98 1.94 1.91 1.89 1.86
53 4.02 3.17 2.78 2.55 2.39 2.28 2.19 2.12 2.06 2.01 1.97 1.94 1.91 1.88 1.86
54 4.02 3.17 2.78 2.54 2.39 2.27 2.18 2.12 2.06 2.01 1.97 1.94 1.91 1.88 1.86
55 4.02 3.16 2.77 2.54 2.38 2.27 2.18 2.11 2.06 2.01 1.97 1.93 1.90 1.88 1.85
56 4.01 3.16 2.77 2.54 2.38 2.27 2.18 2.11 2.05 2.00 1.96 1.93 1.90 1.87 1.85
57 4.01 3.16 2.77 2.53 2.38 2.26 2.18 2.11 2.05 2.00 1.96 1.93 1.90 1.87 1.85
58 4.01 3.16 2.76 2.53 2.37 2.26 2.17 2.10 2.05 2.00 1.96 1.92 1.89 1.87 1.84
59 4.00 3.15 2.76 2.53 2.37 2.26 2.17 2.10 2.04 2.00 1.96 1.92 1.89 1.86 1.84
60 4.00 3.15 2.76 2.53 2.37 2.25 2.17 2.10 2.04 1.99 1.95 1.92 1.89 1.86 1.84
61 4.00 3.15 2.76 2.52 2.37 2.25 2.16 2.09 2.04 1.99 1.95 1.91 1.88 1.86 1.83
62 4.00 3.15 2.75 2.52 2.36 2.25 2.16 2.09 2.03 1.99 1.95 1.91 1.88 1.85 1.83
63 3.99 3.14 2.75 2.52 2.36 2.25 2.16 2.09 2.03 1.98 1.94 1.91 1.88 1.85 1.83
64 3.99 3.14 2.75 2.52 2.36 2.24 2.16 2.09 2.03 1.98 1.94 1.91 1.88 1.85 1.83
65 3.99 3.14 2.75 2.51 2.36 2.24 2.15 2.08 2.03 1.98 1.94 1.90 1.87 1.85 1.82
66 3.99 3.14 2.74 2.51 2.35 2.24 2.15 2.08 2.03 1.98 1.94 1.90 1.87 1.84 1.82
67 3.98 3.13 2.74 2.51 2.35 2.24 2.15 2.08 2.02 1.98 1.93 1.90 1.87 1.84 1.82
68 3.98 3.13 2.74 2.51 2.35 2.24 2.15 2.08 2.02 1.97 1.93 1.90 1.87 1.84 1.82
69 3.98 3.13 2.74 2.50 2.35 2.23 2.15 2.08 2.02 1.97 1.93 1.90 1.86 1.84 1.81
70 3.98 3.13 2.74 2.50 2.35 2.23 2.14 2.07 2.02 1.97 1.93 1.89 1.86 1.84 1.81
71 3.98 3.13 2.73 2.50 2.34 2.23 2.14 2.07 2.01 1.97 1.93 1.89 1.86 1.83 1.81
72 3.97 3.12 2.73 2.50 2.34 2.23 2.14 2.07 2.01 1.96 1.92 1.89 1.86 1.83 1.81
73 3.97 3.12 2.73 2.50 2.34 2.23 2.14 2.07 2.01 1.96 1.92 1.89 1.86 1.83 1.81
74 3.97 3.12 2.73 2.50 2.34 2.22 2.14 2.07 2.01 1.96 1.92 1.89 1.85 1.83 1.80
75 3.97 3.12 2.73 2.49 2.34 2.22 2.13 2.06 2.01 1.96 1.92 1.88 1.85 1.83 1.80
76 3.97 3.12 2.72 2.49 2.33 2.22 2.13 2.06 2.01 1.96 1.92 1.88 1.85 1.82 1.80
77 3.97 3.12 2.72 2.49 2.33 2.22 2.13 2.06 2.00 1.96 1.92 1.88 1.85 1.82 1.80
78 3.96 3.11 2.72 2.49 2.33 2.22 2.13 2.06 2.00 1.95 1.91 1.88 1.85 1.82 1.80
79 3.96 3.11 2.72 2.49 2.33 2.22 2.13 2.06 2.00 1.95 1.91 1.88 1.85 1.82 1.79
80 3.96 3.11 2.72 2.49 2.33 2.21 2.13 2.06 2.00 1.95 1.91 1.88 1.84 1.82 1.79
81 3.96 3.11 2.72 2.48 2.33 2.21 2.12 2.05 2.00 1.95 1.91 1.87 1.84 1.82 1.79
82 3.96 3.11 2.72 2.48 2.33 2.21 2.12 2.05 2.00 1.95 1.91 1.87 1.84 1.81 1.79
83 3.96 3.11 2.71 2.48 2.32 2.21 2.12 2.05 1.99 1.95 1.91 1.87 1.84 1.81 1.79
84 3.95 3.11 2.71 2.48 2.32 2.21 2.12 2.05 1.99 1.95 1.90 1.87 1.84 1.81 1.79
85 3.95 3.10 2.71 2.48 2.32 2.21 2.12 2.05 1.99 1.94 1.90 1.87 1.84 1.81 1.79
86 3.95 3.10 2.71 2.48 2.32 2.21 2.12 2.05 1.99 1.94 1.90 1.87 1.84 1.81 1.78
87 3.95 3.10 2.71 2.48 2.32 2.20 2.12 2.05 1.99 1.94 1.90 1.87 1.83 1.81 1.78
88 3.95 3.10 2.71 2.48 2.32 2.20 2.12 2.05 1.99 1.94 1.90 1.86 1.83 1.81 1.78
89 3.95 3.10 2.71 2.47 2.32 2.20 2.11 2.04 1.99 1.94 1.90 1.86 1.83 1.80 1.78
90 3.95 3.10 2.71 2.47 2.32 2.20 2.11 2.04 1.99 1.94 1.90 1.86 1.83 1.80 1.78
Titik Persentase Distribusi F untuk Probabilita = 0,05

df untuk pembilang (N1)


df untuk
penyebut
(N2) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
91 3.95 3.10 2.70 2.47 2.31 2.20 2.11 2.04 1.98 1.94 1.90 1.86 1.83 1.80 1.78
92 3.94 3.10 2.70 2.47 2.31 2.20 2.11 2.04 1.98 1.94 1.89 1.86 1.83 1.80 1.78
93 3.94 3.09 2.70 2.47 2.31 2.20 2.11 2.04 1.98 1.93 1.89 1.86 1.83 1.80 1.78
94 3.94 3.09 2.70 2.47 2.31 2.20 2.11 2.04 1.98 1.93 1.89 1.86 1.83 1.80 1.77
95 3.94 3.09 2.70 2.47 2.31 2.20 2.11 2.04 1.98 1.93 1.89 1.86 1.82 1.80 1.77
96 3.94 3.09 2.70 2.47 2.31 2.19 2.11 2.04 1.98 1.93 1.89 1.85 1.82 1.80 1.77
97 3.94 3.09 2.70 2.47 2.31 2.19 2.11 2.04 1.98 1.93 1.89 1.85 1.82 1.80 1.77
98 3.94 3.09 2.70 2.46 2.31 2.19 2.10 2.03 1.98 1.93 1.89 1.85 1.82 1.79 1.77
99 3.94 3.09 2.70 2.46 2.31 2.19 2.10 2.03 1.98 1.93 1.89 1.85 1.82 1.79 1.77
100 3.94 3.09 2.70 2.46 2.31 2.19 2.10 2.03 1.97 1.93 1.89 1.85 1.82 1.79 1.77
101 3.94 3.09 2.69 2.46 2.30 2.19 2.10 2.03 1.97 1.93 1.88 1.85 1.82 1.79 1.77
102 3.93 3.09 2.69 2.46 2.30 2.19 2.10 2.03 1.97 1.92 1.88 1.85 1.82 1.79 1.77
103 3.93 3.08 2.69 2.46 2.30 2.19 2.10 2.03 1.97 1.92 1.88 1.85 1.82 1.79 1.76
104 3.93 3.08 2.69 2.46 2.30 2.19 2.10 2.03 1.97 1.92 1.88 1.85 1.82 1.79 1.76
105 3.93 3.08 2.69 2.46 2.30 2.19 2.10 2.03 1.97 1.92 1.88 1.85 1.81 1.79 1.76
106 3.93 3.08 2.69 2.46 2.30 2.19 2.10 2.03 1.97 1.92 1.88 1.84 1.81 1.79 1.76
107 3.93 3.08 2.69 2.46 2.30 2.18 2.10 2.03 1.97 1.92 1.88 1.84 1.81 1.79 1.76
108 3.93 3.08 2.69 2.46 2.30 2.18 2.10 2.03 1.97 1.92 1.88 1.84 1.81 1.78 1.76
109 3.93 3.08 2.69 2.45 2.30 2.18 2.09 2.02 1.97 1.92 1.88 1.84 1.81 1.78 1.76
110 3.93 3.08 2.69 2.45 2.30 2.18 2.09 2.02 1.97 1.92 1.88 1.84 1.81 1.78 1.76
111 3.93 3.08 2.69 2.45 2.30 2.18 2.09 2.02 1.97 1.92 1.88 1.84 1.81 1.78 1.76
112 3.93 3.08 2.69 2.45 2.30 2.18 2.09 2.02 1.96 1.92 1.88 1.84 1.81 1.78 1.76
113 3.93 3.08 2.68 2.45 2.29 2.18 2.09 2.02 1.96 1.92 1.87 1.84 1.81 1.78 1.76
114 3.92 3.08 2.68 2.45 2.29 2.18 2.09 2.02 1.96 1.91 1.87 1.84 1.81 1.78 1.75
115 3.92 3.08 2.68 2.45 2.29 2.18 2.09 2.02 1.96 1.91 1.87 1.84 1.81 1.78 1.75
116 3.92 3.07 2.68 2.45 2.29 2.18 2.09 2.02 1.96 1.91 1.87 1.84 1.81 1.78 1.75
117 3.92 3.07 2.68 2.45 2.29 2.18 2.09 2.02 1.96 1.91 1.87 1.84 1.80 1.78 1.75
118 3.92 3.07 2.68 2.45 2.29 2.18 2.09 2.02 1.96 1.91 1.87 1.84 1.80 1.78 1.75
119 3.92 3.07 2.68 2.45 2.29 2.18 2.09 2.02 1.96 1.91 1.87 1.83 1.80 1.78 1.75
120 3.92 3.07 2.68 2.45 2.29 2.18 2.09 2.02 1.96 1.91 1.87 1.83 1.80 1.78 1.75
121 3.92 3.07 2.68 2.45 2.29 2.17 2.09 2.02 1.96 1.91 1.87 1.83 1.80 1.77 1.75
122 3.92 3.07 2.68 2.45 2.29 2.17 2.09 2.02 1.96 1.91 1.87 1.83 1.80 1.77 1.75
123 3.92 3.07 2.68 2.45 2.29 2.17 2.08 2.01 1.96 1.91 1.87 1.83 1.80 1.77 1.75
124 3.92 3.07 2.68 2.44 2.29 2.17 2.08 2.01 1.96 1.91 1.87 1.83 1.80 1.77 1.75
125 3.92 3.07 2.68 2.44 2.29 2.17 2.08 2.01 1.96 1.91 1.87 1.83 1.80 1.77 1.75
126 3.92 3.07 2.68 2.44 2.29 2.17 2.08 2.01 1.95 1.91 1.87 1.83 1.80 1.77 1.75
127 3.92 3.07 2.68 2.44 2.29 2.17 2.08 2.01 1.95 1.91 1.86 1.83 1.80 1.77 1.75
128 3.92 3.07 2.68 2.44 2.29 2.17 2.08 2.01 1.95 1.91 1.86 1.83 1.80 1.77 1.75
129 3.91 3.07 2.67 2.44 2.28 2.17 2.08 2.01 1.95 1.90 1.86 1.83 1.80 1.77 1.74
130 3.91 3.07 2.67 2.44 2.28 2.17 2.08 2.01 1.95 1.90 1.86 1.83 1.80 1.77 1.74
131 3.91 3.07 2.67 2.44 2.28 2.17 2.08 2.01 1.95 1.90 1.86 1.83 1.80 1.77 1.74
132 3.91 3.06 2.67 2.44 2.28 2.17 2.08 2.01 1.95 1.90 1.86 1.83 1.79 1.77 1.74
133 3.91 3.06 2.67 2.44 2.28 2.17 2.08 2.01 1.95 1.90 1.86 1.83 1.79 1.77 1.74
134 3.91 3.06 2.67 2.44 2.28 2.17 2.08 2.01 1.95 1.90 1.86 1.83 1.79 1.77 1.74
135 3.91 3.06 2.67 2.44 2.28 2.17 2.08 2.01 1.95 1.90 1.86 1.82 1.79 1.77 1.74
Titik Persentase Distribusi F untuk Probabilita = 0,05

df untuk pembilang (N1)


df untuk
penyebut
(N2) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
136 3.91 3.06 2.67 2.44 2.28 2.17 2.08 2.01 1.95 1.90 1.86 1.82 1.79 1.77 1.74
137 3.91 3.06 2.67 2.44 2.28 2.17 2.08 2.01 1.95 1.90 1.86 1.82 1.79 1.76 1.74
138 3.91 3.06 2.67 2.44 2.28 2.16 2.08 2.01 1.95 1.90 1.86 1.82 1.79 1.76 1.74
139 3.91 3.06 2.67 2.44 2.28 2.16 2.08 2.01 1.95 1.90 1.86 1.82 1.79 1.76 1.74
140 3.91 3.06 2.67 2.44 2.28 2.16 2.08 2.01 1.95 1.90 1.86 1.82 1.79 1.76 1.74
141 3.91 3.06 2.67 2.44 2.28 2.16 2.08 2.00 1.95 1.90 1.86 1.82 1.79 1.76 1.74
142 3.91 3.06 2.67 2.44 2.28 2.16 2.07 2.00 1.95 1.90 1.86 1.82 1.79 1.76 1.74
143 3.91 3.06 2.67 2.43 2.28 2.16 2.07 2.00 1.95 1.90 1.86 1.82 1.79 1.76 1.74
144 3.91 3.06 2.67 2.43 2.28 2.16 2.07 2.00 1.95 1.90 1.86 1.82 1.79 1.76 1.74
145 3.91 3.06 2.67 2.43 2.28 2.16 2.07 2.00 1.94 1.90 1.86 1.82 1.79 1.76 1.74
146 3.91 3.06 2.67 2.43 2.28 2.16 2.07 2.00 1.94 1.90 1.85 1.82 1.79 1.76 1.74
147 3.91 3.06 2.67 2.43 2.28 2.16 2.07 2.00 1.94 1.90 1.85 1.82 1.79 1.76 1.73
148 3.91 3.06 2.67 2.43 2.28 2.16 2.07 2.00 1.94 1.90 1.85 1.82 1.79 1.76 1.73
149 3.90 3.06 2.67 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00 1.94 1.89 1.85 1.82 1.79 1.76 1.73
150 3.90 3.06 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00 1.94 1.89 1.85 1.82 1.79 1.76 1.73
151 3.90 3.06 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00 1.94 1.89 1.85 1.82 1.79 1.76 1.73
152 3.90 3.06 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00 1.94 1.89 1.85 1.82 1.79 1.76 1.73
153 3.90 3.06 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00 1.94 1.89 1.85 1.82 1.78 1.76 1.73
154 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00 1.94 1.89 1.85 1.82 1.78 1.76 1.73
155 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00 1.94 1.89 1.85 1.82 1.78 1.76 1.73
156 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00 1.94 1.89 1.85 1.81 1.78 1.76 1.73
157 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00 1.94 1.89 1.85 1.81 1.78 1.76 1.73
158 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00 1.94 1.89 1.85 1.81 1.78 1.75 1.73
159 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00 1.94 1.89 1.85 1.81 1.78 1.75 1.73
160 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00 1.94 1.89 1.85 1.81 1.78 1.75 1.73
161 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00 1.94 1.89 1.85 1.81 1.78 1.75 1.73
162 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.15 2.07 2.00 1.94 1.89 1.85 1.81 1.78 1.75 1.73
163 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.15 2.07 2.00 1.94 1.89 1.85 1.81 1.78 1.75 1.73
164 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.15 2.07 2.00 1.94 1.89 1.85 1.81 1.78 1.75 1.73
165 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.15 2.07 1.99 1.94 1.89 1.85 1.81 1.78 1.75 1.73
166 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.15 2.07 1.99 1.94 1.89 1.85 1.81 1.78 1.75 1.73
167 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.15 2.06 1.99 1.94 1.89 1.85 1.81 1.78 1.75 1.73
168 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.15 2.06 1.99 1.94 1.89 1.85 1.81 1.78 1.75 1.73
169 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.15 2.06 1.99 1.94 1.89 1.85 1.81 1.78 1.75 1.73
170 3.90 3.05 2.66 2.42 2.27 2.15 2.06 1.99 1.94 1.89 1.85 1.81 1.78 1.75 1.73
171 3.90 3.05 2.66 2.42 2.27 2.15 2.06 1.99 1.93 1.89 1.85 1.81 1.78 1.75 1.73
172 3.90 3.05 2.66 2.42 2.27 2.15 2.06 1.99 1.93 1.89 1.84 1.81 1.78 1.75 1.72
173 3.90 3.05 2.66 2.42 2.27 2.15 2.06 1.99 1.93 1.89 1.84 1.81 1.78 1.75 1.72
174 3.90 3.05 2.66 2.42 2.27 2.15 2.06 1.99 1.93 1.89 1.84 1.81 1.78 1.75 1.72
175 3.90 3.05 2.66 2.42 2.27 2.15 2.06 1.99 1.93 1.89 1.84 1.81 1.78 1.75 1.72
176 3.89 3.05 2.66 2.42 2.27 2.15 2.06 1.99 1.93 1.88 1.84 1.81 1.78 1.75 1.72
177 3.89 3.05 2.66 2.42 2.27 2.15 2.06 1.99 1.93 1.88 1.84 1.81 1.78 1.75 1.72
178 3.89 3.05 2.66 2.42 2.26 2.15 2.06 1.99 1.93 1.88 1.84 1.81 1.78 1.75 1.72
179 3.89 3.05 2.66 2.42 2.26 2.15 2.06 1.99 1.93 1.88 1.84 1.81 1.78 1.75 1.72
180 3.89 3.05 2.65 2.42 2.26 2.15 2.06 1.99 1.93 1.88 1.84 1.81 1.77 1.75 1.72

Anda mungkin juga menyukai