Anda di halaman 1dari 145

SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH IHSG, SBI, KURS, PDB, DAN


INFLASI TERHADAP KINERJA REKSADANA
PENDAPATAN TETAP

Oleh :

HASTRI NURDIANTI
NIM : 106081002421

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010
ANALISIS PENGARUH IHSG, SBI, KURS, PDB, DAN INFLASI
TERHADAP KINERJA REKSADANA PENDAPATAN TETAP

SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh
HASTRI NURDIANTI
NIM : 106081002421

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Indoyama Nasarudin, SE., MAB


NIP 196902032001121003 NIP 197411272001121002

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431H/2010

i
Hari ini Tanggal 8 Bulan Maret Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilaksanakan

Ujian Komprehensif atas nama Hastri Nurdianti NIM : 106081002421 dengan

judul skripsi “Analisis Pengaruh IHSG, SBI, Kurs, PDB, dan Inflasi terhadap

Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap”. Memperhatikan penampilan

Mahasiswa tersebut selama masa ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat

diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri

Syarif hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 8 Maret 2010

Tim Penguji Ujian Komprehensif

Herni Ali HT, SE., MM Suhendra, S.Ag.,MM


Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Abdul Hamid, MS


Penguji Ahli

ii
Hari ini Tanggal 28 Bulan April Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilaksanakan

Ujian Skripsi atas nama Hastri Nurdianti NIM : 106081002421 dengan judul

skripsi “Analisis Pengaruh IHSG, SBI, Kurs, PDB, dan Inflasi terhadap

Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap”. Memperhatikan penampilan

Mahasiswa tersebut selama masa ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat

diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri

Syarif hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 28 April 2010

Tim Penguji Ujian Skripsi

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Indoyama Nasarudin, SE., MAB


NIP 19690203 200112 1 003 NIP 19741127 200112 1 002

Penguji Ahli I, Penguji Ahli II,

Dr. Pudji Astuty, SE, MM Arief Mufraini, Lc, Msi


NIP : 19770122 2003 121 001 NIP : 19770122 2003 121 001

iii
ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh IHSG, SBI,
kurs, PDB, dan inflasi terhadap kinerja reksadana pendapatan tetap. Penelitian ini
menggunakan Nilai Aktiva Bersih (NAB) bulanan reksadana pendapatan tetap
yang terdaftar di Bapepam-LK, serta data bulanan IHSG dari Bursa Efek
Indonesia dan data bulanan SBI, kurs, PDB, inflasi yang diperoleh dari laporan
bulanan Bank Indonesia. Dengan menggunakan metode purposive sampling
terpilih tiga reksadana pendapatan tetap yang masih aktif dan selalu ada selama
enam tahun penelitian untuk dianalisis sebagai sampel. Uji statistik yang
digunakan dalam penelitian ini adalah uji regresi berganda. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel SBI,Kurs,PDB,Inflasi berpengaruh signifikan
terhadap kinerja reksadana pendapatan tetap. Dan variabel SBI dan PDB yang
paling signifikan untuk mempengaruhi kinerja reksadana pendapatan
tetap.Sedangkan variabel IHSG tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kinerja reksadana pendapatan tetap.

Kata Kunci : Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap, IHSG, SBI, kurs, PDB,
inflasi

vi
ABSTRACT

The purpose of this research is to analyze the influence of IHSG, SBI,


exchange rate, GDP, and inflation toward the performance of Fixed Income
Mutual Funds. This research uses the Net Asset Value (NAV) monthly Fixed
Income Mutual Funds that registered in Bapepam-LK, monthly data of IHSG that
registered in the Indonesia Stock Exchange and monthly data of SBI, exchange
rate, GDP, and inflation was got from monthly report of Bank Indonesia. By using
the purposive sampling method was chosen three fixed-income mutual funds are
still active and always exist during six years of research to analyze the sample.
Statistical tests used in this study is Multiple Regression Test. The results of this
study indicate that SBI, exchange rate, GDP and inflation variables significantly
affect the performance of fixed-income mutual funds. And SBI and GDP are most
significantly affect the performance of fixed-income mutual funds. Meanwhile,
IHSG variables have no significant influence on the performance of fixed-income
mutual funds.
Keywords: Fixed Income Mutual Fund Performance, IHSG, SBI, exchange rate,
GDP, inflation

vii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat
rahmat dan karunia serta ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Analisis Pengaruh IHSG, SBI, kurs, PDB, dan Inflasi terhadap
Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap”. Tak lupa shalawat serta salam penulis
haturkan kepada junjungan kita Rasulullah SAW yang membawa kita dari jaman
jahiliyah ke jaman yang penuh ilmu pengetahuan.
Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat menempuh
ujian Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen, Konsentrasi Keuangan,
Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Hal ini disebabkan karena terbatasnya kemampuan pengetahuan yang
penulis miliki. Untuk itu, kiranya pembaca dapat memaklumi atas kelemahan dan
kekurangan yang ditemui dalam skripsi ini.
Penulis juga menyadari bahwa sejak awal penyusunan hingga
terselesaikannya skripsi ini banyak pihak yang telah membantu dan memberi
dukungan baik moril maupun materil. Untuk itu, tak lupa pada kesempatan ini,
secara khusus, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Keluarga besarku yang senantiasa membantu, mendukung, dan mendoakan
penulis, hingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Motivasi dari kalian
bagai mata air yang tak pernah kering bagi penulis.
2. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM. selaku dosen pembimbing I yang
senantiasa ikhlas meluangkan waktunya di tengah kesibukan untuk
membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini.
3. Bapak Indoyama Nasarudin, SE., MAB selaku dosen pembimbing II yang
telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing dan

viii
mengarahkan penulisan skripsi ini serta motivasinya yang begitu besar
bagi penulis.
4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial yang secara tidak langsung telah mengarahkan dan memotivasi
selama penulis menggali ilmu di FEIS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Segenap dosen pengajar yang telah mengajarkan ilmu manajemen dari
pengantar sampai lanjutan.
6. Segenap tata usaha FEIS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya Ibu
Siska, Pak Rahmat, Ibu Umi, Pak Heri yang telah membantu penulis
dalam mengurus kebutuhan administrasi dan lain-lain.
7. Teman-teman FEIS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2006
Manajemen C dan Keuangan A yang selalu ada dalam suka maupun duka
serta memberikan motivasi selama masa perkuliahan. Khususnya Hery
Hardjanto teman seperjuangan dalam banyak hal, Firman, Arifin, Nita,
Murni, Shanti, Sendhot.
8. Kakak-kakakku : Mbak Ana, Kak Karyawansyah, Kak Bani, Kak Dani,
Kak Herman, Kak Herawan yang rajin banget nanyain perkembangan
skripsi.
9. Staf Kantor KUIN MART Ciputat tempat penulis melakukan kegiatan
magang. Terima kasih atas segala ilmu dan kepercayaan yang diberikan
kepada penulis selama melaksanakan magang.
10. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, suatu kebahagiaan
telah dipertemukan dan diperkenalkan dengan kalian semua. Terima kasih
banyak atas motivasi yang telah diberikan selama ini.

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih memiliki banyak


kekurangan. Dengan segenap kerendahan hati penulis mengharapkan saran,
arahan maupun kritikan yang konstruktif demi penyempurnaan hasil
penelitian ini.
Skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai
pihak, baik manajer investasi, dunia bisnis, dunia akademisi, para pembaca

ix
yang tertarik dengan penelitian tentang kinerja reksadana pendapatan tetap
serta bagi penulis sendiri sebagai proses pengembangan diri.

Jakarta, Maret 2010

Penulis

x
DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

1 Kerangka Pemikiran 60

2 Mekanisme Reksadana 77

3 Grafik Rata-Rata Nilai Aktiva Bersih Per Unit 80

4 Grafik Rata-Rata Hasil Return dan Standar Deviasi 81

5 Rata-Rata Kinerja Niaga Pendapatan Tetap B 83

6 Rata-Rata Kinerja Schroder Dana Mantap Plus 83

7 Rata-Rata Kinerja Trimegah Dana Tetap 84

8 Output Uji Normalitas Analisis Histogram 88

9 Output Uji Normalitas Analisis Grafik 89

10 Output Uji Heterokedastisitas 93

xi
DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

1 Contoh Hasil Lelang SBI Target Lelang Rp 5 38


Miliar
2 Penelitian Sebelumnya 55
3 Daftar Reksadana Pendapatan Tetap 78
(Januari 2003 s/d Desember 2008)
4 Daftar Reksadana Pendapatan Tetap yang 79
Terpilih untuk Penelitian
5 Rata-Rata Nilai Aktiva Bersih Per Unit 80
6 Rata-Rata Hasil Return dan Standar Deviasi 81
7 Rata-Rata Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap 82
Metode Sharpe (Januari 2003 s/d Desember 2008)
8 Nilai Rata-rata IHSG, SBI, KURS, PDB, 85
INFLASI dan Kinerja RDPT
9 Output Uji Normalitas Analisis Statistik 90
10 Output Uji Multikolinearitas 91
11 Output Uji Autokorelasi 92
12 Tabel Durbin Watson Test Bound 92
13 Output Uji Glejser pada Uji Heteroskedastisitas 94
14 Output Uji t 95
15 Output Uji F 97
16 Output Uji Koefisien Determinasi 98

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

1 Nilai NAV/UNIT Reksadana Pendapatan 108


Tetap Periode Januari 2003 s/d Desember
2008
2 Hasil Return dan Standar Deviasi Reksadana 110
Pendapatan Tetap Periode Januari 2003 s/d
Desember 2008
3 Hasil Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap 113
Metode Sharpe dan Nilai IHSG, SBI, Kurs,
PDB, dan Inflasi Periode Januari 2003 s/d
Desember 2008
4 Uji Normalitas 123
5 Uji Multikolinearitas 125
6 Uji Autokorelasi 127
7 Uji Heterokedastisitas 127
8 Analisis Regresi 129

xiii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ....................................................................i


DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................iv
ABSTRAK ................................................................................................................vi
KATA PENGANTAR..............................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................xi
DAFTAR TABEL ....................................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................xiii
DAFTAR ISI.............................................................................................................xiv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................1
B. Perumusan Masalah...............................................................................9
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................10
D. Manfaat Penelitian .................................................................................10

BAB II LANDASAN TEORI


A. Teoritis ..................................................................................................11
1. Pengertian Investasi dan Pasar Modal ....................................... 11
2. Peranan Pasar Modal ................................................................... 14
3. Macam-Macam Pasar Modal....................................................... 17
4. Manfaat Pasar Modal ................................................................... 20
5. Return and Risk ............................................................................ 21
6. Pengertian Reksadana .................................................................. 22
7. Jenis-Jenis Reksadana .................................................................. 23
8. Manfaat dan Risiko Reksadana................................................... 26
9. Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Reksadana ........................... 27
10. Reksadana Pendapatan Tetap ..................................................... 28
11. Mengukur Kinerja Reksadana .................................................... 29
12. Pengertian IHSG, SBI, kurs, PDB, dan inflasi........................... 33
B. Penelitian Terdahulu ...........................................................................51
C. Kerangka Pemikiran ...........................................................................58
D. Pengembangan Hipotesis.....................................................................61

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................63
B. Metode Pengumpulan Data.................................................................63
C. Metode Analisis Data...........................................................................64

xiv
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ..................................................72
B. Analisis dan Pembahasan....................................................................78
1. Analisis Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap .........................78
2. Return dan Standar Deviasi Reksa Dana Pendapatan Tetap....79
3. Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap dengan Metode Sharpe82
4. Deskriptif Variabel ........................................................................84
5. Pengujian Asumsi Klasik ..............................................................88
a. Uji Normalitas.........................................................................88
b. Uji Multikolinieritas ...............................................................90
c. Uji Autokorelasi......................................................................92
d. Uji Heteroskedastissitas .........................................................93
6. Pengujian Statistik........................................................................95
a. Pengaruh variabel IHSG, SBI, KURS, PDB, dan
INFLASI terhadap kinerja reksadana pendapatan tetap
(Uji t)........................................................................................95
b. Pengaruh variabel IHSG, SBI, KURS, PDB, dan
INFLASI terhadap kinerja reksadana pendapatan tetap
(Uji F )......................................................................................97
c. Pengujian Koefisien Determinasi (Adjust R-Square) .........98
d. Pengujian Koefisien Regresi ..................................................98

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI


A. Kesimpulan...........................................................................................103
B. Implikasi ...............................................................................................104

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................105


LAMPIRAN-LAMPIRAN ......................................................................................108

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

11 April 2005-Redemption Obligasi, ”Gempa”Reksa Dana Sejak akhir

tahun 2004 beberapa indikator telah menunjukkan adanya kemungkinan

perubahan trend suku bunga. Misalnya, kenaikan suku bunga di Amerika

Serikat, China, Australia dan Negara-negara Eropa. Sepanjang tahun 2004

bank sentral AS (The Fed) telah menaikan Fed Fund Target Rate sebesar 1,25

persen.Tingginya harga minyak mentah juga menjadi indikator kenaikan

inflasi yang sejalan rencana kenaikan harga BBM yang telah didengungkan

pemerintah sejak akhir 2004. Sayangnya, kebijakan suku bunga Bank

Indonesia melalui SBI tidak memberikan konfirmasi akan hal ini. Dengan

perubahan SBI yang sangat tidak signifikan sampai akhir maret lalu, BI

seolah-olah menunjukkan kepada pasar bahwa suku bunga tidak akan naik. Ini

memberikan sinyal yang tidak jelas kepada pelaku pasar.

Akibat optimisme yang berlebihan, banyak pelaku pasar yang

memburu obligasi. Harga obligasipun terus naik sampai mencapai puncaknya

pada bulan Januari 2005. Kenaikan harga obligasi juga didorong oleh

masuknya dana baru ke reksa dana dalam jumlah yang sangat besar. Beberapa

manager investasi ”terpaksa” membeli obligasi yang telah over valued tersebut

meski sebenarnya mereka mempunyai pilihan untuk membeli obligasi dengan

tenor pendek yang mempunyai resiko suku bunga lebih rendah dibandingkan

1
obligasi jangka panjang. Namun pilihan ini sering dilakukan untuk

menyenangkan nasabah dengan tingkat pengembalian tinggi yang diberikan

obligasi jangka panjang. Akibatnya portofolio didominasi obligasi dengan

tenor jangka panjang yang berpotensi sebagai Bom waktu. Karena suku bunga

naik, harga obligasi mengalami penurunan. Ini hal wajar karena pemilik modal

ingin yield (imbal hasil) yang sesuai. Akibatnya, banyak Reksadana

khususnya yang jenis pendapatan tetap (fixed income) yang berbasis Obligasi

Negara dijual. Penawaran membludak, dampaknya harga obligasi ini turun

dan NAB (nilai Aktiva Bersih) ikut merosot. Banyaknya “investor” reksadana

yang masih terbiasa dengan karakter produk perbankan deposito semakin

mendorong terjadinya Redemption (penarikan unit penyertaan reksadana oleh

nasabah) besar-besaran plus “kehebohan2” akibat salah paham nasabah. “Ini

kan “pendapatan tetap” tetapi kok nilai investasi saya malah minus”? Padahal

yang “berpendapatan tetap” adalah kupon obligasi yang dibayarkan secara

berkala oleh penerbit obligasi (emiten) kepada investor/pemegang surat

berharga itu.

Adapun harga obligasi berfluktuasi sesuai dengan kondisi pasar.

“Gempa” ini direspon BI dengan Intervensi Bank Indonesia yang mencoba

meredam gejolak dengan membeli obligasi Negara Rp. 4,306 triliun di pasar.

Namun ternyata tak mampu meredam hasrat investor mencairkan

reksadananya.Akibat Redemption ini, per 11-April 2005 total dana turun

sebesar Rp.18 trilliun dari posisi akhir Januari 2005. (Sumber : ”Redemption”

yang menghantui Reksa Dana-Andi Suruji, Kompas Reksa Dana dan

2
Penurunan Harga Obligasi-Reslian Pardede, Kompas “Gempa” Reksa Dana-

Susidiarto, Kompas).

September 2005, Rontoknya Reksa Dana Terpuruk sejak beberapa

bulan lalu Nilai Aktiva Bersih (NAB) bahkan tinggal setengah dibanding

posisi 2005. Bank sentral kembali mengambil langkah mengeringkan

likuiditas dengan menaikkan Giro Wajib Minimum perbankan, menaikkan BI

rate yang kemudian memicu kenaikan bunga deposito, semakin membuat

pasar obligasi di Indonesia tidak kondusif. Pasar semakin gonjang-ganjing

akibat pernyataan-pernyataan pejabat yang juga kurang kondusif. Januari 2005

data Bapepam menyebutkan NAB sebesar Rp. 108,22 triliun. Akhir Agustus

2005 NAB Rp. 62,97 triliun7 September 2005 NAB tinggal Rp. 48,44 triliun.

Dana eks reksadana masuk ke valas karena dollar terus menguat dan

deposito karena kebijakan BI yang mengakibatkan suku bungan naik.

Kebanyakan nasabah enggan membaca prospektus dan masih berjiwa sebagai

deposan. Sehingga tidak bisa menerima saat NAB turun. Kebanyakan dari

mereka merasa harus terus memperoleh keuntungan seperti layaknya deposito.

Beberapa nasabah BNI Securities yang sempat memprotes karena NAB nya

turun drastis, mengatakan tidak mau tahu kalau modal awal investasinya

tergerus. Sebab saat menandatangani kontrak, nasabah dijanjikan agen

penjualan bahwa modalnya tidak akan berkurang. Akan tetapi janji agen hanya

disampaikan secara lisan. Inilah pentingnya proses edukasi bagi setiap pelaku

dalam industri reksa dana. Ketua Bapepam Darmin Nasution mengatakan akan

memeriksa sejumlah manager investasi perusahaan reksa dana terkait dugaan

3
pelanggaran pengelolaan dana nasabah. Menurut Darmin, Bapepam memiliki

data portofolio masing masing perusahaan reksa dana sehingga mudah

melakukan penyelidikan. Dijelaskannya, pihaknya mencermati secara khusus

masalah ini, dan jika benar ada penyelewengan yang dilakukan manager

investasi, akan ditindak. Banyak pelajaran,tetapi jangan sampai ada moral

hazard (Sumber : Rontoknya Reksa Dana-Tiur Santi Oktavia, Kompas)

September 2005 Reksa Dana, Pemerintah Harus Segera Turun Tangan ikut

Berperan Aktif mempengaruhi SUN Peran edukasi, sosialisasi, Pengawasan

terus ditingkatkan agar kredibilitas industri investasi khususnya reksadana

kembali pulih dan terjaga. Karena bergairahnya kembali reksa dana adalah

untuk kepentingan bersama. (Sumber : Reksa Dana Kepentingan

Bersama,Ardhian Novianto-Kompas).

Penurunan drastis NAB, menjadikan reksa dana yang menjadi

primadona sampai Januari 2005 dengan puncak dana kelolaan Rp. 110 triliun,

sulit diharapkan bangkit ditahun 2006. Ada pengalaman, edukasi hingga

optimisme. Turunnya inflasi dan hadirnya “inovasi” reksa dana terproteksi

yang konon imbalannya sedikit lebih tinggi dari deposito tetapi pokoknya tak

berkurang mudah-mudahan akan menjadi jawaban trauma investor/nasabah

akibat turun drastis NAB. (Sumber : Reksa dana sulit kembali berjaya-Joice

Tauris Santi, Kompas)

Kejatuhan pasar saham pada Agustus 2007 disebabkan adanya krisis

subprime mortgage di Amerika Serikat. Secara definisi subprime mortgage

adalah surat utang kredit pemilikan rumah atau KPR kepada masyarakat yang

4
memiliki kualitas kredit yang rendah namun memberikan imbal hasil tinggi.

Adapun yang dimaksud dengan kualitas kredit yang rendah adalah debitur

tidak punya penghasilan pasti dan tidak memiliki asset. Subprime mortgage

sendiri merupakan salah satu jenis produk dari Asset Backed Securities. Apa

yang dimaksud dengan ABS-Asset Backed Securities? ABS adalah efek utang

beragunan asset yang dapat diperjual belikan investor di pasar obligasi (dapat

berupa KPR, KKB-Kredit Kendaraan Bermotor, Kartu Kredit) Aset-aset

berupa piutang ini mengalami proses sekuritisasi sehingga menjadi efek.

Proses sekuritisasi sebagai berikut :

1. Ada penjualan kumpulan piutang oleh kreditor yaitu bank ataupun

lembaga keuangan yang mempunyai asset keuangan.

2. Kreditor asal ini kemudian menunjuk perseroan terbatas (pihak ketiga)

yang berbentuk Special Purpose Vehicle (SPV) untuk membeli asset

keuangan dari kreditor asal.

3. SPV menerbitkan surat hutang atau surat partisipasi yang pembayarannya

terutama bersumber dari kumpulan surat piutang. Surat inilah yang

disebut dengan ABS (Asset Backed Securities). Penawaran ABS ini dapat

dilakukan baik melalui private placement ataupun penawaran publik pada

investor.

ABS sampai saat ini belum bisa diterapkan di Indonesia.

Permasalahan utama karena UU Perseroan Terbatas di Indonesia belum

mengatur mengenai bentuk special purpose vehicle (SPV). Tahun 2003

Badan Pengawas Pasar Modal/Bapepam akhirnya mengatur mengenai SPV

5
melalui peraturan Bapepam No.IX.K.I tentang Pedoman Kontrak Investasi

Kolektif Efek Beragunan Asset (Asset Backed Securities) sebagaimana

dimuat dalam Surat keputusan(SK) Ketua Bapepam Nomor Kep-28/PM/2003

tanggal 21 Juli 2003. Pada Peraturan ini dijelaskan bahwa SPV untuk ABS di

Indonesia menggunakan bentuk Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragunan

Aset (KIK-EBA). Dari segi investor sendiri, investasi di KIK EBA akan

mendatangkan keuntungan berupa imbal hasil yang lebih tinggi dibandingkan

SUN atau obligasi korporasi. (Sumber:ABS Sebagai Instrumen

Investasi,Priyo Santoso-Kompas)

Harga obligasi rupiah akhirnya mengalami pemulihan minggu lalu

setelah tertekan sejak Juli 2007. Kenaikkan harga tersebut mengindikasikan

pasar obligasi domestik telah melewati titik terdalam pada potret lembah

pergerakan harga dalam episode krisis finansial global 2007-2008. Selisih

yield antara SUN dan US Treasury berjangka waktu sama-sama 10 tahun

bertambah lebar dari waktu ke waktu sejak September 2007, saat ini

mencapai 9 persen, ini menarik investor lokal membeli obligasi SUN.

Pemerintah sangat diharapkan bisa menjaga kondisi kondusif ini. (Sumber :

Obligasi Rupiah Bangkit Dari Titik Terendah,Budi Susanto –Kompas)

Pasar Modal (Capital Market) merupakan pasar untuk berbagai

instrumen keuangan jangka panjang yang bias diperjual belikan, baik dalam

bentuk hutang maupun modal sendiri. Pasar Modal Indonesia dalam beberapa

tahun terakhir berkembang cukup dinamis. Kedinamisan tersebut salah

6
satunya ditandai dengan berkembangnya secara pesat Reksa Dana berbentuk

Kontrak Investasi Kolektif (KIK) di Pasar Modal Indonesia.

Reksa Dana merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat

pemodal khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki waktu

dan keahlian untuk menghitung resiko atas investasi mereka. Menurut

Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 pasal 1 ayat 27 telah

diberikan definisi “Reksa Dana adalah suatu wadah yang dipergunakan untuk

menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan

dalam portofolio efek oleh manajer investasi”. Dengan kata lain, Reksa Dana

merupakan wadah berinvestasi secara kolektif untuk ditempatkan dalam

portofolio berdasarkan kebijakan investasi yang ditetapkan oleh fund manajer

atau manajer investasi.

Salah satunya yang bisa dipertimbangkan menaikkan portofolio di

pasar modal adalah reksa dana pendapatan tetap. Reksa dana pendapatan tetap

adalah reksa dana yang investasinya fokus pada instrumen pendapatan tetap

yaitu obligasi. Jenis reksa dana pendapatan tetap mengandalkan

penghasilannya dari tingkat suku bunga (kupon) yang sifatnya stabil dari

instrumen obligasi tersebut. Komposisi investasi reksa dana pendapatan tetap

bisa berbanding 80% investasi pada obligasi dan sisanya 20% pada instrumen

perbankan seperti tabungan dan deposito.

Setelah sempat menuai badai pencairan yang cukup besar pada pasar

reksa dana berbasis obligasi akibat penurunan harga obligasi secara signifikan

pada 2005 sebagai dampak langsung dari kenaikan tingkat suku bunga SBI,

7
maka sebaliknya tren penurunan suku bunga sepanjang 2006 mengakibatkan

naiknya nilai obligasi di pasar, sehingga berdampak terhadap peningkatan

kinerja reksa dana pendapatan tetap.

Karena itu reksa dana pendapatan tetap masih dapat menjadi sarana

investasi yang layak dipertimbangkan. Contohnya, reksa dana yang sebagian

besar portofolio investasi dialokasikan pada obligasi pemerintah Republik

Indonesia.

Baik buruknya suatu investasi tidak terlepas dari faktor-faktor lain

yang mempengaruhinya, faktor-faktor yang diduga memiliki pengeruh

terhadap kinerja reksadana adalah IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan),

tingkat suku bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia), perubahan kurs mata

uang (Rupiah terhadap Dollar), tingkat PDB suatu negara, dan tingkat inflasi

dalam negeri. Faktor-faktor tersebut secara teoritis sangat berkaitan dengan

kinerja portofolio reksadana sehingga diharapkan dapat menjadi indikator

kuat bagi investor untuk mengetahui kinerja reksadana pendapatan tetap.

Penting bagi para pelaku investasi untuk mengetahui seberapa besar pengaruh

yang diberikan oleh faktor-faktor tersebut, agar para pelaku investasi

terutama yang melakukan investasi pada reksadana pendapatan tetap dapat

mengambil keputusan investasi yang lebih tepat ataupun melakukan antisipasi

lebih lanjut terkait keputusan investasinya pada saat terjadi perubahan yang

signifikan pada faktor-faktor tersebut. Oleh karena itu penulis mengambil

judul skripsi, “Analisis Pengaruh IHSG, SBI, Kurs, PDB, dan Inflasi

Terhadap Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap”.

8
B. Perumusan Masalah

Untuk berinvestasi dalam reksadana perlu melihat beberapa indikator

makro ekonomi sebagai tolok ukur kinerja reksadana terebut. Oleh karena itu

kita perlu mengetahui sejauh mana fakto-faktor seperti IHSG, SBI, kurs, PDB

dan inflasi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja reksadana

pendapatan tetap. Maka yang menjadi perumusan masalahnya adalah :

1. Bagaimana kinerja reksadana pendapatan tetap setiap bulannya

berdasarkan Metode Sharpe.

2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari IHSG, SBI, Kurs, PDB,

dan inflasi terhadap kinerja reksadana pendapatan tetap.

3. Variabel manakah yang memberikan pengaruh paling dominan terhadap

kinerja reksadana pendapatan tetap.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas meka tujuan penelitian ini adalah :

1. Memberi penjelasan mengenai kinerja reksadana pendapatan tetap

berdasarkan data NAB (bulanan), return dan risiko (bulanan).

2. Menganalisa pengaruh yang signifikan IHSG, SBI, kurs, PDB, dan inflasi

terhadap kinerja reksadana pendapatan tetap.

3. Menganalisa variabel yang berpengaruh paling dominan terhadap kinerja

reksa dana pendapatan tetap.

9
D. Manfaat Penelitian

a. Dunia investasi :

Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk menentukan

strategi yang tepat dalam menanamkan investasi di reksadana pendapatan

tetap.

b. Dunia akademisi :

Sebagai kontribusi pada pengembangan teori, terutama yang berkaitan

dengan manajemen keuangan, khususnya mahasiswa, penelitian ini akan

menambah keragaman referensi atas fakta-fakta ekonomi di Indonesia.

c. Penulis :

Motivasi untuk mengembangkan pengetahuan dan mengaktualisasikan

keilmuan yang diperoleh di bangku kuliah.

10
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Teoritis

1. Pengertian Investasi dan Pasar Modal

a. Pengertian Investasi

Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva

yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan

mendapatkan keuntungan dimasa-masa yang akan datang. Keputusan

penanaman modal tersebut dapat dilakukan oleh individu atau suatu

entitas yang mempunyai kelebihan dana. Investasi dalam arti luas

terdiri dari 2 bagian utama, yaitu : investasi dalam bentuk aktiva riil

(real assets) dan investasi dalam bentuk surat-surat berharga atau

sekuritas (marketable securities atau fiancial assets). Aktiva riil adalah

aktiva berwujud seperti emas, perak, intan, barang-barang seni dan real

estate. Sedangakan aktiva finansial adalah surat-surat berharga yang

pada dasarnya merupakan klaim atas aktiva riil yang dikuasai oleh

suatu entitas. (Sunariyah, 2006 : 4)

Pemilikan aktiva finansial dalam rangka investasi pada sebuah

entitas dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : investasi langsung

(direct investing) dan investasi tidak langsung (indirect investing).

Investasi langsung diartikan sebagai suatu pemilikan surat-surat

berharga secara langsung dalam suatu entitas yang secara resmi telah

11
go public dengan harapan akan mendapatkan keuntungan berupa

penghasilan dividen dan capital gains. Sedangkan investasi tidak

langsung terjadi bilamana surat-surat berharga yang dimiliki

diperdagangkan kembali oleh perusahaan investasi (investment

company) yang berfungsi sebagai perantara. Pemilikan aktiva tidak

langsung dilakukan melalui lembaga-lembaga keuangan terdaftar, yang

bertindak sebagai perantara atau intermediary. Dalam peranannya

sebagai investor tidak langsung, pedagang perantara (pialang)

mendapatkan dividen dan capital gain seperti halnya dalam invesatsi

langsung, selain itu juga akan memperoleh penerimaan berupa capital

gain atas hasil perdagangan portofolio yang dilakukan oleh perusahaan

perantara tersebut. (Sunariyah, 2006 : 4)

b. Pengertian Pasar Modal

Menurut Iskandar Z. Alwi (2003 : 14), secara formal pasar

modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen

keuangan jangka panjang yang diperjualbelikan, baik dalam bentuk

hutang ataupun modal sendiri, yang diterbitkan oleh pemerintah, public

authorities, maupun perusahaan swasta. Pasar modal dalam arti sempit

adalah suatu tempat yang terorganisasi dimana efek-efek

diperdagangkan. Bursa efek adalah suatu sistem yang terorganisasi

yang mempertemukan penjual dan pembeli efek, yang dilakukan baik

secara langsung maupun melalui wakil-wakilnya.

12
Selanjutnya, definisi pasar modal menurut Kamus Pasar Uang

dan Modal adalah pasar konkret atau abstrak yang mempertemukan

pihak yang menawarkan dan pihak yang memerlukan dana jangka

panjang, yaitu jangka waktu satu tahun ke atas. Abstrak dalam

pengertian pasar modal berarti transaksi dilakukan melalui mekanisme

over the counter (OTC). Menurut David L. Scott, pasar modal adalah

pasar untuk dana jangka panjang tempat saham biasa, saham preferen

dan obligasi diperdagangkan.

Menurut Sunariyah (2006 : 5), pengertian pasar modal secara

umum adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk

didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara

di bidang kauangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang

beredar. Dalam arti sempit, pasar modal adalah suatu pasar (tempat,

berupa gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan saham-saham,

obligasi-obligasi, dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai

jasa para perantara pedagang efek.

Pasar modal yang diuraikan disini adalah tempat pertemuan

antara penawaran dengan permintaan surat berharga. Di tempat inilah

para pelaku pasar yaitu individu-individu atau badan usaha yang

mempunyai kelebihan dana (surplus funds) melakukan investasi dalam

surat berharga yang ditawarkan oleh emiten. Sebaliknya, di tempat itu

pula perusahaan (entities) yang membutuhkan dana menawarkan surat

berharga dengan cara listing terlebih dahulu pada badan otoritas di

13
pasar modal sebagai emiten. Dengan wawasan yang luas, proses

transaksi pada dasarnya tidak dibatasi oleh lokasi dan dinding gedung

pasar modal, mengingat transaksi dapat terjadi dimanapun juga.

Meskipun demikian, dalam rangka menciptakan iklim usaha

yang sehat dan dapat dipercaya, maka transaksi diatur dalam kerangka

sistem yang terpadu di bawah kendali suatu pasar modal yang secara

legal dijamin oleh undang-undang negara, maka transaksi investasi

tidak akan terlaksana dan tidak akan menghasilkan iklim yang

kondusif. Jaminan yang diberikan negara akan mendorong pasar modal

menjadi efisien.

Menurut Prof. Dr. Ahmad Rodoni (2008 : 40), pasar modal

adalah pasar keuangan untuk dana-dana jangka panjang (dana yang

jatuh temponya lebih dari 1 (satu) tahun) dan merupakan pasar yang

konkret.

2. Peranan Pasar Modal

Pasar modal mempunyai peranan penting dalam suatu negara yang

pada dasarnya mempunyai kesamaan antara satu negara dengan negara

lain. Hampir semua negara di dunia ini mempunyai pasar modal, yang

bertujuan menciptakan fasilitas bagi keperluan industri dan keseluruhan

entitas dalam memenuhi permintaan dan penawaran modal. Terkecuali

dalam negara dengan perekonomian sosialis ataupun tetutup, pasar modal

bukanlah suatu keharusan. (Sunariyah, 2006 : 7)

14
Seberapa besar peranan pasar modal dalam suatu negara dapat

dilihat dari 5 (lma) segi sebagai berikut ini:

1) Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dengan penjual

untuk menentukan harga saham atau surat berharga yang

diperjualbelikan. Ditinjau dari segi lain, pasar modal memberikan

kemudahan dalam melakukan transaksi sehingga keua belah pihak

dapat melakukan transaksi tanpa melalui tatap muka (pembeli dan

penjual bertemu secara tidak langsung). Pada dewasa ini, kemudahan

tersebuut dapat dilakukan dengan lebih sempurna setelah adanya

sistem perdagangan efek melalui fasilitas perdagangan berkomputer.

2) Pasar modal memberi kesempatan kepada para pemodal untuk

menentukan hasil (return) yang diharapkan. Keadaan tersebut akan

mendorong perusahaan (emiten) untuk memenuhi keinginan para

pemodal. Pasar modal menciptakan peluang bagi perusahaan untuk

memuaskan keinginan para pemegang saham, kebijkan dividen dan

stabilitas harga sekuritas yang relatif normal. Pemuasan yang diberikan

kepada pemegang saham tercermin dalam harga sekuritas. Tingkat

kepuasan hasil yang diharapkan akan menentukan bagaimana pemodal

menanam dananya dalam surat berharga atau sekuritas dan tingkat

harga sekuritas di pasar mencerminkan kondisi perusahaan.

3) Pasar modal memberi kesempatan kepada investor untuk menjual

kembali saham yang dimilikinya atau surat berharga lainnya. Dengan

beroperasinya pasar modal para investor dapat melikuidasi surat

15
berharga yang dimiliki tersebut pada setiap saat. Apabila pasar modal

tidak ada, maka investor terpaksa harus menunggu pencairan surat

berharga yang dimilikinya sampai dengan saat likuidasi perusahaan.

Keadaan semacam ini akan menjadikan investor kesulitan menerima

uangnya kembali, bahkan tertunda-tunda dan berakibat menerima

risiko rugi yang sulit diprediksi sebelumnya. Eksistensi operasi pasar

modal memberikan kepastian dalam menghindarkan risiko rugi, yang

pada dasarnya tidak seorangpun investor yang bersedia menanggung

kerugian tersebut. Jadi, operasi pasar modal dapat menghindarkan

ketidakpastian dimasa datang dan segala bentuk risiko dapat

diantisipasi sebelumnya dengan baik.

4) Pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk

berpartisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian. Masyarakat

berpenghasilan kecil mempunyai kesempatan untuk

mempertimbangkan alternatif cara penggunaan uang mereka. Selain

menabung, uang dapat dimanfaatkan melalui pasar modal dan beralih

ke investasi yaitu dengan membeli sebagian kecil saham perusahaan

publik. Apabila sebagian kecil saham tersebut sedikit demi sedikit

berkembang dan meningkat jumlahnya maka ada kemungkinan bahwa

masyarakat dapat memiliki saham mayoritas.

5) Pasar modal mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga.

Bagi para pemodal, keputusan investasi harus didasarkan pada

tersedianya informasi yang akurat dan dapat dipercaya. Pasar modal

16
dapat menyediakan kebutuhan terhadap iformasi bagi para pemodal

secara lengkap, yang apabila hal tersebut harus dicari sendiri akan

memerlukan biaya yang sangat mahal. Dengan adanya pasar modal

tersebut biaya memperoleh informasi ditanggung oleh seluruh pelaku

pasar bursa, yang dengan sendirinya akan jauh lebih murah. Biaya

informasi tersebut diklasifikasikan menjadi dua yaitu:

1) biaya pencarian (search costs) informasi tentang perusahaan

(emiten). Termasuk didalamnya adalah biaya eksplisit, seperti

biaya iklan untuk mengumumkan jual/beli saham. Disamping itu,

harus diperhitungkan pula adanya biaya implisist, seperti waktu

mencari calon pembeli atau calon investor.

2) biaya informasi termasuk mencari informasi tentang kelebihan atau

dkielemahan surat berharga. Misalnya, dividen dari suatu saham

perusahaan. Dalam pasar modal yang efisien informasi itu

dicerminkan dalam harga saham.

3. Macam-Macam Pasar Modal

Penjualan saham (termasuk jenis sekuritas lain) kepada masyarakat

dapat dilakukan dengan beberapa cara. Umumnya penjualan dilakukan

sesuai dengan jenis ataupun bentuk pasar modal dimana sekurutas tersebut

diperjualbelikan. (Sunariyah, 2006 : 12) Jenis-jenis pasar modal tersebut

ada beberapa macam, yaitu:

17
a. Pasar Perdana (Primary Market)

Pasar perdana adalah : “Penawaran saham dari perusahaan

yang menerbitkan saham (emiten) kepada pemodal selama waktu yang

ditetapkan oleh pihak sebelum saham tersebut diperdagangkan di pasar

sekunder”. Pengertian tersebut menunjukkan, bahwa pasar perdana

merupakan pasar modal yang memperdagangkan saham-saham atau

sekuritas lainnya yang dijual untuk pertama kalinya (penawaran

umum) sebelum saham tersebut dicatatkan di bursa. Harga saham di

pasar perdana ditentukan oleh penjamin emisi dan perusahaan yang

akan go public (emiten), berdasarkan analisis fundamental perusahaan

yang bersangkutan. Peranan penjamin emisi pada pasar perdana selain

menentukan harga saham, juga melaksanakan penjualan saham kepada

masyarakat sebagai calon pemodal.

b. Pasar Sekunder (Secondary Market)

Pasar sekunder didefinisikan sebagai perdagangan saham

setelah melewati masa penawaran pada pasar perdana. Jadi, pasar

sekunder dimana saham dan sekuritas lain diperjualbelikan secara luas,

setelah melalui penjualan di pasar perdana. Harga saham di pasar

sekunder ditentukan oleh permintaan dan penawaran antara pembeli

dan penjual. Perdagangan pasar sekunder bila dibandingkan dengan

pasar perdana mempunyai volume perdagangan yang jauh lebih besar.

Jadi, dapat disimpulkan, bahwa pasar sekunder merupakan pasar yang

memperdagangkan saham sesudah melewati pasar perdana. Sehingga

18
hasil penjualan saham disini tidak lagi masuk modal perusahaan,

melainkan masuk ke dalam kas para pemegang saham yang

bersangkutan.

c. Pasar Ketiga (Third Market)

Pasar ketiga adalah tempat perdagagan saham atau sekuritas

lain di luar bursa (over the counter market). Bursa paralel merupakan

suatu sistem perdagangan efek yang terorganisasi di luar bursa efek

resmi, dalam bentuk pasar sekunder yang diatur dan dilaksanakan oleh

Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek dengan diawasi dan dibina

oleh Badan Pengawas Pasar Modal. Jadi, dalam pasar ketiga ini tidak

memiliki pusat lokasi perdagangan yang dinamakan floor trading

(lantai bursa). Operasi yang ada dalam pasar ketiga berupa pemusatan

informasi yang disebut “ trading information”. Informasi yang

diberikan dalam pasar ini meliputi : harga-harga saham, jumlah

transaksi, dan keterangan lainnya mengenai surat berharga yang

bersangkutan. Dalam sistem perdagangan ini pialang dapat bertindak

dalam kedudukan sebagai pemegang efek maupun sebagai perantara

pedagang.

d. Pasar Keempat (Fourth Market)

Pasar keempat merupakan bentuk perdagangan efek antar

pemodal atau dengan kata lain pengalihan saham dari satu pemegang

saham ke pemegang lainnya tanpa melalui perentara pedagang efek.

Bentuk transaksi dalam perdagangan semacam ini biasanya dilakukan

19
dalam jumlah besar (block sale). Meskipun transaksi pengalihan saham

tersebut terjadi secara langsung antara pemodal satu dengan pemodal

lain, mekanisme kerja dalam pasar modal menghendaki pelaporan

terhadap transaksi block sale tersebut kepada Bursa Efek secara

terbuka. Jadi, pada akhirnya transaksi antar pemodal tersebut harus

dicatatkan pula di bursa efek. (Sunariyah, 2006 : 15)

4. Manfaat Pasar Modal

Menurut Iskandar Z. Alwi (2003 : 18), pasar modal menawarkan

beberepa manfaat bagi pemerintah, dunia usaha, dan investor. Manfaat ini

adalah :

a. Pasar modal adalah sumber pendapatan bagi negara karena perusahaan

yang go public membayar pajak kepada negara.

b. Bagi dunia usaha (perusahaan), pasar modal dapat menjadi alternatif

penghimpunan dana, selain dari sistem perbankan dari masyarakat,

untuk membiayai kehidupan perusahaan.

c. Pasar modal adalah leding indicator bagi trend ekonomi negara.

d. Pasar modal memungkinkan pemodal melakukan diversifikasi

investasi, membentuk portofolio sesuai dengan risiko yang ia bersedia

tanggung dan tingkat keuntungan yang diharapkannya.

e. Pasar modal menciptakan iklim yang sehat bagi perusahaan, karena

menyebarkan pemilikan, keterbukaan dan profesionalisme.

f. Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha, membuka peluang bagi

kontrol sosial oleh masyarakat pemodal dan pemerintah.

20
g. Menciptakan lapangan kerja/profesi yang menarik.

5. Return and Risk

a. Hasil yang Diharapkan (Expected Return)

Kalau kita mengatakan bahwa suatu investasi mempunyai

risiko, berarti bahwa investasi tersebut tidak akan memberikan

keuntungan yang pasti. Oleh karena itu, investor perlu memperkirakan

langsung hasil yang diharapkannya.

Dalam meramal hasil portofolio yang diharapkan, investor

menggunakan beberapa variabel. Anggap saja, bahwa investor

menghendaki investasi pada suatu perusahaan. Maka investor terlebih

dahulu harus melakukan estimasi hasil yang diharapkan. Formula

untuk menghitung estimasi hasil yang diharapkan adalah sebagai

berikut (Iskandar Z. Alwi, 2003 : 128) :

E (R1) = DIV1 + (P1 – P0)


P0
keterangan :
E (R1) = Hasil yang diharapkan
DIV1 = Dividen yang diharapkan perlembar saham
P1 = Harga yang diharapkan pada akhir tahun pertama
P0 = Harga saham sekarang (harga pasar)

b. Risiko Portofolio yang diharapkan

Yang dimaksud dengan risiko portofolio adalah kemungkinan

bahwa hasil yang diharapkan dari investasi berbeda dengan hasil yang

dicapai. Markowitz menyatakan bahwa risiko yang diharapkan

tergantung pada keanekaragaman kemungkinan hasil yang diharapkan.

21
untuk mengukur risiko yang diharapkan digunakan standar deviasi.

Standar deviasi dalam matematika digunakan untuk mengukur tingkat

penyimpangan. Secara statistika, standar deviasi yang digunakan untuk

mengukur risiko yang diharapkan adalah sebagai berikut (Sunariyah,

2006 : 198) :

σ = ∑ P [r – E (r) ]2

Dimana :

σ = Standar deviasi hasil yang diharapkan

P = Probabilitas kejadian dari setiap hasil yang diharapkan

r = Kemungkinan tingkat hasil

E (r) = Hasil yang diharapkan

6. Pengertian Reksadana

Reksadana dapat diartikan sebagai suatu wadah yang dipergunakan

untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya

diinvestasikan dalam portofolio efek oleh Manajer Investasi. (Ps. 1, UU

PM dalam Dwina Septiani, 2003 : 20)

Dalam Kamus Keuangan Reksadana didefinisikan sebagai

portofolio aset keuangan yang terdiversifikasi, dicatatkan sebagai

perusahaan investasi yang terbuka, yang menjual saham kepada

masyarakat dengan harga penawaran dan penarikannya pada harga nilai

aktiva bersihnya. (Adler Haymans Manurung, 2008 : 1)

Reksadana merupakan perusahaan yang menanamkan modalnya

dalam berbagai portofolio saham yang beragam (diversified portofolio).

22
Seorang investor yang melakukan investasi dapat menaikkan keuntungan

yang diharapkan (expected return) dan menimalkan risiko. Sebagai suatu

perusahaan, reksadana memiliki beberapa karakteristik yang sama dengan

perusahaan lain yang berbentuk PT. (Ahmad Rodoni, 2008 : 79)

Reksadana merupakan kumpulan saham-saham, obligasi-obligasi

atau sekuritas lainnya yang dimiliki oleh sekelompok pemodal dan

dikelola oleh perusahaan investasi profesional. Dana yang diinvestasikan

pada reksadana dari pemodal akan disatukan dengan dana yang berasal

dari pemodal lainnya untuk menciptakan kekuatan membeli yang jauh

lebih besar dibanding mereka harus melakukan investasi sendiri.

(Sunariyah, 2006 : 234)

7. Jenis-Jenis Reksadana

Membedakan reksadana dapat dilakukan dengan melihat beberapa

sudut pandang, antara lain, sebagai berikut (Iskandar Z. Alwi, 2003 : 144-

145):

Reksadana dilihat dari bentuk badan hukum :

a. Reksadana berbentuk perseroan (Corporate Type). dalam bentuk

reksadana ini, perusahaan penerbit reksadana menghimpun dana

dengan menjual saham, dan selanjutnya dana dari hasil penjualan

tersebut diinvestasikan pada berbagai jenis efek yang diperdagangkan

di pasar modal dan di pasar uang. Reksadana bentuk perseroan

dibedakan lagi berdasarkan sifaatnya menjadi reksadana perseroan

yang tertutup, dan reksadana perseroan yang terbuka.

23
b. Reksadana berbentuk kontrak investasi kolektif (Contractual Type).

Reksadana bentuk ini merupakan kontrak antara manajer investasi

dengan bank kustodian yang mengikat pemegang unit penyertaan.

Dalam hal ini manajer investasi diberi wewenang intuk mengelola

portofolio investasi kolektif dan bank kustodian diberi wewenang

untuk melaksanakan penitipan kolektif. Bentuk inilah yang lebih

populer dan jumlahnya semakin bertambah dibandingkan dengan

reksadana yang berbentuk perseroan. Bentuk ini bercirikan :

1) bentuk hukumnya adalah kontrak investasi kolektif

2) pengelolaan reksadana dilakukan oleh manajer investasi

berdasarkan kontrak

3) penyimpanan kekayaan investasi kolektif dilaksanakan oleh bank

kustodian berdasarkan kontrak.

Reksadana dilihat dari sifatnya :

a. Reksadana bersifat tertutup (closed-end funds). Ini adalah reksadana

yang tidak dapat membeli kembali saham-saham yang telah dijual pada

pemodal. Artinya, pemegang saham tidak dapat menjual kembali

sahamnya kepada manajer investasi. Apabila pemilik saham hendak

menjual sahamnya, hal ini harus dilakukan melalui bursa efek tempat

saham reksadana bersangkutan dicatatkan.

b. Reksadana bersifat terbuka (open-end funds). Ini adalah reksadana

yang menawarkan dan membeli kembali saham-sahamnya dari

pemodal sampai sejumlah modal yang sudah dikeluarkan. Pemegang

24
saham jenis ini dapat menjual kembali saham/unit penyertaannya

setiap saat apabila diinginkan. Manajer investasi reksadana, melalui

bank kustodian, wajib membelinya sesuai dengan NAB per saham/unit

pada saat tersebut.

Reksadana dilihat berdasarkan tujuan investasi

Tujuan investasi yang dimaksud adalah apakah orientasi

investasinya pada efek pasar modal atau pasar uang atau kombinasi dari

kedua-duanya. Tentunya kondisinya akan memberikan perbedaan, baik

dari segi pendapatan dan risiko maupun jangka waktu investasi. Adapun

jenis-jenis reksadana berdasarkan tujuan investasi adalah :

a. Reksadana pertumbuhan (Growth Funds). Reksadana pertumbuhan

mengkhususkan investasi pada efek pasar modal berupa saham-saham

likuid, dengan harapan dapat memberikan capital gain yang tinggi

walaupun mendapat dividen yang tidak memadai. Tentunya investasi

ini mengandung risiko yang cukup tinggi.

b. Reksadana pendapatan (Income Funds). Reksadana ini mengkhususkan

investasinya pada efek pasar modal berupa saham obligasi, terutama

efek yang dapat memberikan dividen atau bunga yang tinggi. Investasi

dalam efek saham, tentunya tim pengelola akan memperhitungkan

kemungkinan dividen yang akan diperoleh lebih tinggi dari rata-rata

dan juga dalam hal obligasi akan memperhatikan peringkat obligasi

tersebut yang tentunya diberikan oleh perusahaan pemeringkat yang

telah disetujui Bapepam.

25
c. Reksadana Pasar Uang (Money Market Funds). Investasi ini akan

dikhususkan pada instrumen pasar uang sseperti deposito, Sertifikat

Bank Indonesia (SBI), Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) maupun

berupa surat utang yang dapat memberikan pendapatan bunga lebih

tinggi, tentunya dengan memperhatikan segala kemungkinan risiko.

d. Reksadana Berimbang (Balanced Funds). Investasi ini akan

mengutamakan penganekaragaman jenis efek seperti saham, obligasi,

instrumen pasar uang dan instrumen lain dengan harapan akan

mendapatkan dividen, bunga dan capital gain. Jenis reksadana ini lebih

banyak disukai oleh pemodal karena lebih stabil.

8. Manfaat dan Risiko Reksadana

Menurut Dwina Septiani (2003 : 22) manfaat reksadana antara lain :

a. Mendapat keuntungan pajak

b. Diversifikasi dan akses investasi yang lebih luas dengan dana terbatas

c. Dapat dicairkan setiap saat

d. Risiko terkontrol dengan baik

e. Bebas dari pekerjaan Administrasi dan Analisa Investasi

f. Investasi dengan mudah dan fleksibel

g. Informasi yang transparan dan laporan yang rutin

h. Potensi keuntungan yang lebih tinggi dari tingkat bunga deposito

i. Pendapatan berkala berupa pembagian unag tunai

j. Biaya pengelolaan yang relatif lebih rendah

26
Sedangkan risiko utama reksadana antara lain sebagai berikut :

a. Risiko perubahan kondisi ekonomi dan politik

b. Risiko berkurangnya nilai Unit Penyertaan yang disebabkan oleh :

1) Perubahan harga efek

2) Perubahan tingkat bunga deposito

3) Biaya pembelian dan Penjualan Kembali

4) Wanprestasi pihak-pihak terkait

c. Risiko likuiditas

d. Risiko atas pertanggungan kekayaan reksadana

9. Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Reksadana

a. Manajer Investasi

Adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelola portofolio

efek untuk para nasabah dan pengelola portofolio investasi kolektif

untuk sekelompok nasabah :

1) Menyiapkan KIK, prospektus sampai efektif

2) Mengelola dana nasabah

3) Memberikan training untuk produk reksadana dan back-office

settlement

4) Memberikan ulasan pasar secara periodik

5) Data support untuk customer maintenance

6) Marketing support : ikut memasarkan produk

27
b. Bank Kustodian

Kustodian adalah lembaga yang memberikan jasa penitipan

efek dan harta lain yang berkaitan dengan efek.

1) Sale keeping-Settlement-Fund Accounting/ perhitungan NAB

2) Transfer Agent

3) Data Support

c. Mitra Penjualan (misal : bank)

Dapat bertindak sebagai sponsor

1) Selling Agent

2) Client administrator

3) Melakukan promosi dan pemasaran produk

4) Memodifikasi produk hingga dapat “link” ke produk bank lainnya

(Dwina Septiani, 2003 : 23)

10. Reksadana Pendapatan Tetap

Menurut Sapto Rahardjo (2004 : 159-160), reksadana Fixed

Income adalah reksadana yang portofolio investasinya fokus pada

instrumen pendapatan tetap, seperti obligasi. Jenis reksadana pendapatan

tetap mengandalkan penghasilan dari tingkat suku bunga (kupon) yang

sifatnya stabil dari instrumen obligasi tersebut. Sebagai contoh, komposisi

investasi reksadana pendapatan tetap bisa berbanding 80% investasi pada

instrumen obligasi dan sisanya, sebanyak 20% pada instrumen pasar uang

berbentuk deposito perbankan.

28
Kebijakan investasi reksadana pendapatan tetap, biasanya

mengalokasikan dana investasinya pada instrumen obligasi yang bisa

dibeli melalui proses penawaran umum (pasar perdana) atau dengan

melakukan transaksi pembelian obligasi pada pasar sekunder ; harga

pokok obligasi bisa di atas nilai harga par (nilai nominal obligasi).

11. Mengukur Kinerja Reksadana

a. Metode Sharpe

Menurut Eko Priyo Pratomo, dkk, (2004 : 195-196),

pengukuran dengan metode Sharpe didasarkan atas apa yang disebut

premium atas risiko (risk premium). Risk premium adalah perbedaan

antara rata-rata kinerja yang dihasilkan oleh reksadana dengan rata-rata

kinerja investasi yang bebas risiko. Dalam pembahasan ini, investasi

tanpa risiko diasumsikan merupakan tingkat bunga rata-rata dari SBI.

Pengukuran Sharpe diformulasikan sebagai ratio risk premium

terhadap standar deviasinya :

SRD = KINERJARD-KINERJARF
σ
Keterangan :

SRD = nilai ratio Sharpe

KinerjaRD = rata-rata kinerja reksadana sub periode tertentu

KinerjaRF = rata-rata kinerja investasi bebas risiko sub perode tertentu

σ = standar deviasi reksadana untuk sub periode tertentu.

29
Standar deviasi (σ) merupakan risiko fluktuasi reksadana yang

dihasilkan karena berubah-ubahnya laba yang dihasilkan dari sub

periode ke sub periode lainnya selama seluruh periode. Dalam teori

portofolio standar deviasi merupakan penjumlahan dari risiko pasar

(systematic risk) dan unsystematic risk.

Dengan membagi risk premium dengan standar deviasi, Sharpe

mengukur risk premium yang dihasilkan per unit risiko yang diambil.

Pengetiannya adalah sebagai berikut. Investasi pada SBI tidak

mengandung risiko dengan jaminan bunga sebesar Rf. Invesatsi pada

portofolio reksadana mengandung risiko sehingga diharapkan

menghasilkan tingkat laba yang lebih besar dari Rf. Sharpe mengukur

berapa perbedaan Rj – Rf atau risk premium yang dihasilkan untuk tiap

unit risiko yang diambil. Dengan memperhitungkan risiko, makin tinggi

nilai pengukuran Sharpe, makin baik kinerja reksadana. (Eko Priyo

Pratomo, dkk, 2004 : 195-196)

b. Metode Treynor

Pengukuran dengan metode Treynor juga didasarkan pada risk

premium, seperti halnya Sharpe. Namun, dalam Treynor digunakan

pembagi beta (β) yang merupakan risiko fluktuasi relatif terhadap

risiko pasar. Beta dalam konsep CAPM merupakan risiko sistematik

(risiko pasar). (Agus Dharma, 1997 : 148)

Pengukuran dengan metode Treynor diformulasikan sebagai berikut :

TRD = KINERJARD-KINERJARF
β

30
Keterangan :

TRD = nilai ratio Treynor

KinerjaRD = rata-rata kinerja reksadana sub periode tertentu

KinerjaRF = rata-rata kinerja investasi bebas risiko sub perode tertentu

β = slope persamaan garis hasil regresi linier

Pengukuran kinerja dengan model Sharpe dan Treynor bersifat

komplementer, karena memberikan informasi yang berbeda. Portofolio

reksadana yang tidak terdiversifikasi akan mendapat peringkat yang

tinggi untuk Treynor namun peringkatnya lebih rendah untuk

pengukuran Sharpe. Portofolio reksadana yang terdiversifikasi dengan

baik akan mempunyai ranking yang sama untuk kedua jenis

pengukuran. Perbedaan peringkat pada kedua pengukuran di atas

menunjukkan perbedaan baik buruknya diversifikasi portofolio

tersebut relatif terhadap portofolio sejenis. Oleh karenanya kedua

pengukuran tersebut sebaiknya dilakukan bersama. (Agus Dharma,

1997 : 149)

c. Metode Jensen

Sama halnya dengan metode Treynor, Jensen menggunakan

faktor beta dalam mengukur kinerja investasi suatu portofolio yang

didasarkan atas pengembangan Capital Asset Pricing Model (CAPM).

Jensen mengemukakan hasil penelitiannya terhadap 115 Reksadana

dalam kurun waktu 1945-1964. Pengukuran dengan metode Jensen

menilai kinerja Manajer Investasi berdasarkan atas seberapa besar

31
Manajer Investasi tersebut mampu memberikan kinerja di atas kinerja

pasar sesuai risiko yang dimilikinya. Kelebihan inilah yang

digambarkan oleh Jensen sebagai perpotongan garis regresi linier pada

sumbu y (pada grafik [KinerjaRD-KinerjaRF] vs [KinerjaP-KinerjaRF])

dan disebut dengan perpotongan Jensen dengan notasi Alfa (α).

Semakin tinggi nilai α positif, semakin baik kinerjanya. (Eko Priyo

Pratomo, dkk, 2004 : 197-198)

(KinerjaRD-KinerjaRF)=α+β x (KinerjaP-KinerjaRF)

Ket :

α = nilai perpotongan Jensen

KinerjaRD = kinerja reksadana

KinerjaRF = kinerja investasi bebas risiko

Kinerja p = kinerja pasar

β = slope persamaan garis hasil regresi linier

Berbeda dengan pengukuran pada metode Treynor yang

menggunakan rata-rata kinerja untuk sub periode tertentu, metode

Jensen menggunakan data setiap periode (dalam hal ini mingguan) dari

waktu ke waktu. Hasil pengukuran Jensen dalam bentuk α positif yang

semakin tinggi menunjukkan kinerja yang semakin baik.

Informasi mengenai kinerja yang disertai pengukuran risiko

akan lebih bermanfaat bagi investor, karena setiap investor memiliki

toleransi risiko yang berbeda-beda, sehingga dalam memilih

32
reksadana, investor tersebut dapat menyesuaikan dengan tingkat risiko

yang dimilikinya. (Eko Priyo Pratomo, dkk, 2004 : 197-198)

12. Pengertian IHSG, SBI, kurs, PDB, dan inflasi

a. IHSG

IHSG menggambarkan suatu rangkaian informasi historis

mengenai pergerakan harga saham gabungan seluruh saham, sampai

pada tanggal tertentu. Biasanya pergerakan saham tersebut disajikan

setiap hari, berdasarkan harga penutupan bursa pada hari tersebut.

Indeks tersebut disajikan untuk periode tertentu. Dalam hal ini

mencerminkan suatu nilai yang berfungsi sebagai pengukuran kinerja

suatu saham gabungan di bursa efek.

Indeks harga saham gabungan seluruh saham adalah suatu nilai

yang digunakan untuk mengukur kinerja gabungan seluruh saham yang

tercatat di suatu bursa efek. Meksud gabungan seluruh saham ini

adalah kinerja saham yang dimasukkan dalam perhitungan seluruh

saham yang tercatat di bursa tersebut (Sunariyah, 1997 : 126).

Menurut Ronny Pramulia (2009 : 30) Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG) merupakan suatu indikator yang secara umum

mencerminkan kecenderungan pergerakan harga saham di Bursa Efek

Indonesia. IHSG di BEI disebut juga composite index yang dihitung

berdasarkan rata-rata tertimbang dari seluruh saham yang listing di

BEI.

33
Indeks komposit merupakan indikator yang secara umum

mencerminkan kecenderungan pergerakan harga saham di Bursa Efek.

Perhitungan Indeks Saham dilakukan secara terus-menerus dengan

berpatok pada harga saham terakhir yang terjadi di Bursa Efek yang

bersangkutan.

Indeks = Harga pasar


Harga Dasar

Pergerakan nilai indeks akan menunjukkan perubahan situasi

pasar yang terjadi. Pasar yang sedang bergairah atau terjadi transaksi

yang aktif, ditunjukkan dengan indeks saham yang mengalami

kenaikan. Sedangkan keadaan stabil ditunjukkan indeks harga saham

yang tetap, dan keadaan pasar lesu ditunjukkan dengan indeks harga

saham yang mengalami penurunan.

Indeks Harga Saham Gabungan / IHSG (Indeks Bursa

Indonesia) mempunyai dasar perhitungan sebagai berikut :

IHSG = Nilai Pasar x 100


Nilai dasar

Keterangan :

Nilai Pasar = Jumlah Saham Tercatat x Harga Pasar Terakhir

Nilai Dasar = Jumlah Saham Tercatat x Harga Perdana

Nilai Pasar adalah kumulatif jumlah saham hari ini dikali

harga pasar hari ini (kapitalisasi pasar), atau ditulis dengan formula :

Nilai Pasar =

34
Dimana :

c = Closing price (harga yang terjadi) untuk emiten ke-i.

n = jumlah saham yang digunakan untuk penghitungan

indeks (jumlah saham yang tercatat) untuk emiten

ke-i

N = jumlah emiten yang tercatat di BEI

Nilai dasar adalah kumulatif jumlah saham yang tercatat dikali

harga perdana. Perhitungan Indeks di BEI menggunakan metode

weighted average (pembobotan berdasarkan kapitalisasi pasar).

Kelemahannya, jika ada saham yang mempunyai jumlah saham yang

sangat besar, maka saham tersebut akan sangat mendominasi

pergerakan indeks, sehingga tidak lagi menggambarkan pergerakan

pasar secara keseluruhan. Contohnya : pada tanggal 5 April 2009,

Bank Syariah X mencatatkan saham sebanyak 217,3 miliar lembar atau

53% dari jumlah seluruh saham yang tercatat di BEI. Akibatnya bobot

Bank Syariah X sangat besar dan berpengaruh terhadap perubahan

indeks. Jika harganya berubah 1 point (Rp 25) maka indeks akan

berubah sebesar 10.862 point atau 2,75%.

b. SBI

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga yang

dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka

waktu pendek (1-3 bulan) dengan sistem diskonto/bunga.

35
SBI merupakan salah satu mekanisme yang digunakan Bank

Indonesia untuk mengontrol kestabilan nilai Rupiah. Dengan menjual

SBI, Bank Indonesia dapat menyerap kelebihan uang primer yang

beredar.

Tingkat suku bunga yang berlaku pada setiap penjualan SBI

ditentukan oleh mekanisme pasar berdasarkan sistem lelang. Sejak

awal Juli 2005, BI menggunakan mekanisme "BI rate" (suku bunga

BI), yaitu BI mengumumkan target suku bunga SBI yang diinginkan

BI untuk pelelangan pada masa periode tertentu. BI rate ini kemudian

yang digunakan sebagai acuan para pelaku pasar dalam mengikuti

pelelangan.

Beberapa uraian penting tentang SBI dijelaskan sebagai berikut

(Khomarul Hidayat, 2006 : 43) :

1) Pengertian SBI

SBI adalah surat berharga atas unjuk dalam rupiah yang

diterbitkan oleh BI sebagai pengakuan hutang berjangka waktu

pendek dengan sistem diskonto.

2) Tujuan Penerbitan SBI

Sebagai otoritas moneter, BI berkewajiban memelihara

kestabilan nilai Rupiah. Dalam paradigma yang dianut, jumlah

uang primer (uang kartal + uang giral di SBI) yang berlebihan

dapat mengurangi kestabilan nilai rupiah. SBI diterbitkan dan

dijual oleh BI untuk mengurangi kelebihan uang primer tersebut.

36
3) Karakteristik SBI

Terdapat beberapa karakteristik SBI, antara lain : (Siamat :

2004)

a) Jangka waktu maksimum 12 bulan bulan dan sementara

diterbitkan untuk jangka waktu 1 dan 3 bulan.

b) Denominasi : dari yang terendah Rp 50 juta sampai ynag

tertinggi Rp 100 miliar.

c) Pembelian SBI oleh masyrakat minimal Rp 100 juta, dan

selebihnya dengan kelipatan Rp 50 juta.

d) Pembelian SBI didasarkan pada nilai tunai yang diperoleh dari

rumus berikut ini :

Nilai nominal x 360


360 + (Tingkat Diskonto x Jangka Waktu)

e) Pembeli SBI memeroleh hasil berupa diskonto yang dibayar

di muka. Besarnya diskonto adalah nominal dikurangi dengan

nilai tunai.

f) Pajak Penghasilan (PPh) atas diskonto dikenakan secara final

sebesar 15%

4) Tata cara transaksi penjualan SBI

a) penjualan SBI dilakukan melalui lelang. Jumlah SBI yang akan

dilelang diumumkan setiap hari selasa

37
b) lelang dilakukan setiap hari rabu dan dapat diikuti oleh seluruh

bank umum, pialang pasar uang dan pilanag pasar modal

dengan penyelesaian transaksi hari kamis.

c) dalam pelaksanaan lelang, masing-masing peserta mengajukan

penawaran jumlah SBI yang ingin dibeli beserta tingkat

diskontonya. Pemenang lelang akan di prioritaskan pada peserta

yang mengajukan penawaran tingkat diskonto yang relatif

rendah, dengan batasan atas jumlah SBI yang dilelang. Contoh

ada 6 peserta lelang, dan jumlah SBI yang dilelang adalah Rp 5

miliar. Peserta A, B, dan C sudah dinyatakan sebagai pemenang

dengan jumlah total penawaran Rp 4,5 miliar dan tingkat

diskonto yang lebih rendah dari peserta DEF. sisanya Rp 500

juta diperebutkan oleh peserta DEF, dan pemenangnya adalah

D karena tingkat diskontonya lebih rendah dari peserta EF.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.1
Contoh Hasil Lelang SBI
Target Lelang Rp 5 Miliar
Peserta Jumlah penawaran Suku bunga Jumlah kumulatif
A Rp 1.500.000.000 20% 1.500.000.000
B 1.000.000.000 26% 2.500.000.000
C 2.000.000.000 30% 4.500.000.000
D 2.000.000.000 34% 5.000.000.000
E 730.000.000 37% -
F 1.200.000.000 40% -
Sumber : Khomarul Hidayat, 2006

38
Keterangan :

Peserta A, B, dan C menang lelang

Peserta D menang sebagian (Rp 500 juta)

Peserta E dan F kalah lelang

c. Kurs

Kurs mata uang menunjukkan bagaimana nilai uang tersebut

terhadap mata uang asing. Nilai tukar uang antara satu negara dengan

negara lain cenderung berbeda-beda. Perbedaan ini ditimbulkan oleh

perbedaan antara permintaan dan ketersediaan dari mata uang yang

diminta oleh suatu negara dalam melakukan hubungan dengan negara

lain. Hubungan tersebut dapat berupa kegiatan meminjam, atau

kegiatan investasi atau penyediaan pinjaman.

Dari perbedaan inilah mata uang bisa mengalami apresiasi

(naik) ataupun depresiasi (turun) terhadap nilai mata uang asing.

Faktor-faktor yang mempengaruhi nlai tukar mata uang antara lain :

• Tingkat inflasi

• Tingkat suku bunga

• Tingkat pendapatan masyarkat

• Pengendalian oleh pemerintah

• Harapan/ekspektasi dari spekulan

Menurut Kamus Lengkap Ekonomi (2000 : 503-504) dalam

Ronny Pramulia (2009 : 34). Nilai tukar 1 kurs (exchange rate) adalah

harga, dimana mata uang suatu negara dapat dikonversikan manjadi

39
mata uang negara lain. Tipe rate yang digunakan di sini adalah

indirect exchange rate, dimana rate itu merefleksikan jumlah suatu

mata uang lokal terhadap satu unit US$.

Indirect exchange rate diformulasikan dalam persamaan berikut :

VCA/US = VCA
US$

Keterangan :

VCA/US$ : value of 1 units of currency A in units of currency

B (nilai 1 unit mata uang A dalam unit mata uang

B)

VCA : value of currency A (nilai mata uang lokal A)

Nilai tukar mata uang suatu negara diukur dari value satu unit

mata uang terhadap mata uang negara lain. Apabila kondisi ekonomi

negara berubah, maka nilai tukarnya pun akan berubah secara

substansial. Penurunan nilai suatu mata uang disebut depresiasi dan

kenaikannya disebut apresiasi. Apabila “S” adalah nilai spot rate dan

“St-1” adalah nlai tukar mata uang waktu sebelumnya, maka

prosentase perubahan nilai tukar terhadap mata uang asing tersebut

adalah S-St-1/St1 (Madura 2000 dalam Asmila, 2001). Jika

presentasenya positif, maka akan dikatakan apresiasi dan depresiasi

apabila nilai persentasenya negatif.

Perubahan nilai tukar (kurs) akan mempengaruhi konsumen

karena pengaruh dari harga barang-barang impor. Pada saat kurs

40
tinggi maka barang-barang impor menjadi mahal sehingga masyarakat

tidak akan membeli barang impor melainkan menggantinya dengan

mengkonsumsi produk dalam negeri, baik itu berupa barang modal

ataupun barang konsumsi. Bagi barang yang diproduksi dengan

menggunakan faktor produksi impor kondisi ini akan meningkatkan

biaya produksi yang akhirnya akan menyebabkan harga jual barang

yang tinggi. Meningkatnya harga barang tersebut tentunya akan

menyebabkan masyarakat atau perusahaan harus menambah jumlah

dana yang disediakan untuk dikonsumsi. Sehingga secara tidak

langsung dapatlah dinyatakan daya beli masyarakat melemah, dalam

arti pendapatan riil mengalami penurunan.

Dari sudut pandang mikroekonomi, perubahan nilai tukar mata

uang asing akan diikuti oleh perubahan pada portofolio perusahaan-

perusahaan multinasional. Apresiasi dari mata uang domestik

cenderung akan menurunkan keuntungan dari perusahaan, yang

kemudian akan tercermin dari menurunnya harga sahamnya. Dari

perspektif makro ekonomi, apresiasi nilai tukar mata uang asing yang

menganut nilai tukar fleksibel akan mengurangi daya saing dari

produknya dan akan menurunkan harga sahamnya. Dari sudut

pandang ini, perubahan nilai tukar mata uang akan diikuti dengan

perubahan harga saham dan hal ini dikenal dengan pendekatan

tradisional (Granger, 1990 dalam Ronny Pramulia 2009 : 36).

41
Perubahan nilai tukar pun akan mempengaruhi perkembangan

ekspor impor yang tentunya akan mempengaruhi kinerja perusahaan.

Jika kinerja perusahaan semakin baik, maka harga saham semakin

mahal. Perubahan nilai tukar pun akan dapat mendorong investor

asing pasar finansial untuk menambah pembelian dan penjualan

sekuritas dari suatu negara. Saat nilai tukar USD melemah, investor

asing akan membeli saat nilai tukar menguat. (Ronny Pramulia 2009 :

36).

Akan tetapi pasar modal semakin berkembang. Perubahan

harga saham dan nilai tukar mata uang lebih merfleksikan pergerakan

arus modal. Poin penting dari pendekatan portofolio adalah penurunan

harga saham mengakibatkan penurunan kekayaan para investor

domestik di mana pada gilirannya akan mendorong permintaan akan

uang dam hampir dipastikan akan menurunkan tingkat suku bunga.

d. PDB

PDB diartikan sebagai nilai keseluruhan output semua barang

dan jasa yang diproduksi di dalam wilayah Indonesia dalam jangka

waktu tertentu yang dihitung adalah semua barang dan jasa yang

digunakan oleh pengguna akhir dan bukan yang digunakan untuk

proses produksi selanjutnya.

Beberapa definisi tentang PDB/GDP (Gross Domestic

Product), meliputi (Blancard, 2000 dalam Hamid Ponco Wibowo,

2006 : 37) :

42
1) GDP adalah nilai “barang dan jasa final” yang dihasilkan dalam

suatu ekonomi dalam periode tertentu.

2) GDP adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oelh suatu

ekonomi dalam periode tertentu.

3) GDP adalah jumlah pendapatan dalam suatu ekonomi pada periode

tertentu.

Mankiw (2006) merumuskan persamaan indentitas yang

menggambarkan komponen-komponen dari PDB. Persamaan tersebut

adalah sebagai berikut:

Y = C+ I + G +NX

Keterangan :

Y = PDB

C = konsumsi

I = investasi

G = belanja Negara

NX = ekspor neto

1. Konsumsi

Konsumsi (consumption) adalah pembelanjaan barang dan

jasa oleh rumah tangga. “Barang” mencakup pembelanjaan rumah

tangga pada barang yang tahan lama, seperti kendaraan dan

perlangkapan,dan barang tidak tahan lama seperti makanan dan

pakaian. “ Jasa” mencakup barang yang tidak berwujud konkret,

seperti pangkas rambut dan perawatan kesehatan. Pembelanjaan

43
rumah tangga atas pendidikan juga dimaksudkan sebagai

konsumsi jasa (walaupun seseorang dapat saja berpendapat bahwa

hal itu lebih cocok berada di komponen selanjutnya).

2. Investasi

Investasi (investment) adalah pembelian barang yang

nantinya akan digunakan untuk memproduksi lebih banyak barang

dan jasa. Inveetasi adalah jumlah dari pembelian peralatan modal,

persediaan, dan bangunan atau struktur. Investasi pada bangunan

mencakup pengeluaran untuk mendapatkan tempat tinggal baru.

Menurut kesepakatan bersama, pembelian tempat tinggal baru.

Menurut kesepakatan bersama, pembelian tempat tinggal baru

merupakan satu bentuk pembelanjaan rumah tangga yang

dikategorikan sebagai investasi dan bukan sebagai konsumsi.

3. Belanja Pemerintah

Belanja pemerintah (government purchase) mencakup

pembelanjaan barang dan jasa oleh pemerintah daerah, dan

pemerintah pusat. Belanja pemerintah mencakup upah pekerja

pemerintah dan pembelanjaan untuk kepentingan umum.

4. Ekspor Neto

Ekspor neto (neto exports) sama dengan pembelian produk

dalam negeri oleh orang asing (ekspor) dikurangi pembelian

produk luar negeri oleh warga Negara (impor). Penjualan yang

dilakukan sebuah perusahaan dalam negeri kepada pembeli di

44
Negara lain seperti penjuaan Boeing kepada British Airways akan

meningkatkan ekspor neto AS.

e. Inflasi

Definisi inflasi adalah kecenderungan kenaikan harga barang

dan jasa secara umum yang berlangsung terus menerus. Kenaikan

harga satu atau dua barang tidak dapat disebut inflasi kecuali kenaikan

harga tersebut meluas kemana-mana. (Abimanyu, 2004 : 13 dalam

Khomarul Hidayat, 2006 : 46)

Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa kenaikan satu atau

beberapa barang pada saat tertentu dan hanya “sementara” belum tentu

menimbulkan inflasi.

Menurut Murni (2006 : 203) dalam Khomarul Hidayat (2006 :

46) mendefinisikan inflasi sebagai suatu kejadian yang menunjukkkan

kenaikan tingkat harga secara umum dan berlangsung secara terus

menerus. Berdasarkan definisi ini ada tiga kriteria yang perlu diamati

untuk melihat telah terjadinya inflasi, yaitu kenaikan harga, bersifat

umum dan terjadi terus menerus.

Inflasi merupakan bagian dari keadaan perekonomian yang

akan dialami oleh suatu negara, hanya saja setiap negara memiliki

tingkat inflasi yang berbeda-beda. Untuk mengukur tingkat inflasi

dapat menggunakan Indeks Harga Konsumen.

Selain itu dalam beberapa istilah penggunaan inflasi digunakan

untuk mengartikan peningkatan persedian uang, yang kadangkala

45
dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Beberapa ekonom (dari

beberapa sekolah di Austria) masih menggunakan arti ini dan

peningkatan harga-harga. Inflasi yang terjadi dapat disebabkan oleh

faktor-faktor yang berbeda-beda. Babarapa penyebab inflasi

diantaranya bisa disebabkan oleh sektor ekspor impor, tabungan atau

investasi, pengeluaran dan penerimaan negara, sektor pemerintah dan

swasta.

Menurut Ronny Pramulia (2009 : 23), inflasi adalah gejala

kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus menerus.

Tingkat harga yang melambung sampai 100% atau lebih dalam

setahun (hyperinflasi), akan menyebankan hilangnya kepercayaan

masyarakat terhadap mata uang, sehingga masyarakat akan cenderung

untuk menyimpan aktiva mereka dalam bentuk lain instrumen investasi

selain deposito.

Menurut Sukirno (2004), berdasarkan derajatnya, inflasi

dibedakan menjadi sebagai berikut:

a. Inflasi ringan, terjadi apabila kenaikan harga berada dibawah

angka 10% setahun.

b. Inflasi sedang, terjadi apabila kenaikan harga berada antara 10%-

30% setahun.

c. Inflasi berat, terjadi apabila kenaikan harga berada antara 30%-

100% setahun.

46
d. Hiperinflasi (inflasi tak terkendali), terjadi apabila berada di atas

100% setahun.

Menurut Sukirno (2004:333), berdasarkan kepada sumber atau

penyebabnya kenaikan harga-harga berlaku, inflasi biasanya

dibedakan kepada tiga bentuk berikut:

a. Inflasi Tarikan Permintaan

Inflasi ini biasanya terjadi pada masa perekonomian

berkembang dengan pesat. Kesempatan kerja yang tinggi

menciptakan tingkat pendapatan yang tinggi dan selanjutnya

menimbulkan pengeluaran yang melebihi kemampuan ekonomi

mengeluarkan barang dan jasa. Pengeluaran-pengeluaran yang

berlebihan ini akan menimbulkan inflasi.

b. Inflasi Desakan Biaya

Kenaikan harga-harga yang disebabkan oleh kenaikan

dalambiaya produksi sebagai akibat kenaikan harga bahan mentah

atau kenaikan upah. Inflasi ini terurama berlaku dalam masa

perekonomian berkembang dengan pesat ketika pengangguran

adalah sangat rendah. Apabila perusahaan-perusahaan masih

menghadapi permintaan yang bertambah, mereka akan berusaha

menaikkan produksi dengan cara memberikan gaji dan upah yang

lebih tinggi kepada pekerjanya dan mencari pekerjaan baru dengan

tawaran pembayaran yang lebih tinggi ini. Langkah ini

47
mengakibatkan biaya produksi meningkat, yang akhirnya akan

menyebabkan kenaikan harga-harga berbagai barang.

c. Inflasi Diimpor

Kenbaikan harga-harga yang disebabkan oleh kenaikan

harga-arga barang impor yang digunakan sebagai bahan mentah

produksi dalam negeri. Inflasi ini aka nada apabila barng-barang

impor yang mengalami kenaikan harga mempunyai peranan yang

penting dalam kegiatan pengeluaran-pengeluaran perusahaan.

Menurut Sukirno (2004: 338), efek-efek buruk dari inflasi

yaitu sebagai berikut :

1. Inflasi dan Perkembangan Ekonomi

Inflasi yang tinggi tingakatnya akan menggalakkan

perkembangan ekonomi. Biaya yang terus menerus naik

menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan.

Maka pemilik modal biasanya lebih suka menggunakan uangnya

untuk tujuan spekulasi. Investasi produktif akan berkurang dan

tingkat kegiatan ekonomi akan menurun. Sebagai akibatnya lebih

banyak pengangguran akan terwujud.

Kenaikan harga-harga juga menimbulkan efek buruk pula

ke atas perdagangan. Kenaikan harga menyebabkan barang-

barang Negara itu tidak dapat bersaing di pasaran internasional,

selamjutnya ekspor akan menurun. Sebaliknya, harga-harga

produksi dalam negeri yang semakin tinggi sebagai akibat inflasi

48
menyebabkan barang-barang impor relatif murah, maka lebih

banyak impor yang dilakukan. Ekspor yang menurun dan diikuti

oleh impor yang bertambah menyebabkan ketidakseimbangan

dalam aliran mata uang asing. Kedudukan neraca pembayaran

akan memburuk.

2. Inflasi dan Kemakmuran Rakyat

Disamping menimbulkan efek buruk ke atas kegiatan

ekonomi Negara inflasi juga akan menimbulkan efek-efek

terhadap individu dan masyarakat.

3. Inflasi akan menurunkan pendapatan riil orang-orang yang

berpendapatan tetap.

Pada umumnya kenaikan upah tidaklah secepat kenaikan

harga-harga. Maka inflasi akan menurunkan upah riil individu-

individu yang berpendaptan tetap. Sehingga daya beli masyarakat

juga akan menurun.

4. Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang.

Sebagian kekayaan masyarakat disimpan dalam bentuk

uang. Simpanan di bank, simpanan tunia, dan simpanan dalam

institusi-institusi keuangan lain merupakan simpanan keuangan.

Nilai riinya akan menurun apabila inflasi berlaku.

5. Memperburuk pembagian kekayaan

Telah ditunjukkan bahwa penerima pendapatan tetap akan

menghadapi kemorosotan dalam nilai riil pandapatnya, dan

49
pemilik kekayaan bersifat keuangan mengalami penurunan dalam

nilai riil kekayaannya. Juga sebagian penjual/pedagang dapat

mempertahankan nilai riil pendapatannya. Dengan demikian

inflasi menyebabkan pembagian pendapatan diantara golongan

berpendapat tetap dengan pemilik-pemilik harta tetap dan

penjual/pedagang akan menjadi semakin tidak merata

Menurut Sukirno (2004 :354), kebijakan yang mungkin

dilakukan pemerintah untuk mengatasi inflasi yaitu:

1. Kebijakan fiskal, yaitu dengan menambah pajak dan mengurangi

pengeluaran pemerintah.

2. Kebijakan moneter, yaitu dengan menaikkan suku bunga dan

membatasi kredit.

3. Dari segi penawaran yaitu dengan melakukan langkah yang dapat

mengurangi biaya produksi dan menstabilkan harga seperti

mengurangi pajak impor dan pajak atas pajak atas bahan mentah,

melakukan penetapan harga, menggalakkan pertambahan produkso

dan perkembangan teknologi

50
B. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Homan Tanamas, Thomas

Hartono, dan Ronald (2006) menyatakan bahwa dari hasil pengujian yang

dilakukan, faktor yang paling berpengaruh dalam perubahan return Reksadana

Pendapatan Tetap adalah return SBI, diikuti oleh perubahan kurs rupiah dan

harga emas.

Sebagian besar variabel ekonomi makro yang diuji hanya memberikan

pengaruh yang tidak besar terhadap tingkat return RDPT, mungkin hal ini

karena di Indonesia, para nasabah reksadana menggunakan informasi yang

salah yang ada di pasar atau hanya ikut-ikutan, tanpa melihat pasar secara

keseluruhan.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Abdul Muthalib (2005)

ditarik kesimpulan bahwa tidak terdapat pengaruh secara simultan dari

variabel variabel makro ekonomi yaitu pertumbuhan pendapatan nasional

bersih,pertumbuhan jumlah uang yang beredar,tingkat inflasi,tingkat suku

bunga SBI dan perubahan nilai rupiah terhadap kurs dollar terhadap tingkat

kinerja reksadana saham dalam menghasilkan return NAB, akan tetapi

terdapat pengaruh secara parsial/individu dari variabel variabel makro

ekonomi yaitu pertumbuhan pendapatan nasional bersih terhadap tingkat

kinerja reksadana saham dalam menghasilkan return NAB. Dalam penelitian

ini menunjukkan bahwa sebagian besar variabel makro ekonomi yang diuji

ternyata hanya memberikan kontribusi atau pengaruh yang sangat kecil

terhadap pergerakan tingkat pengembalian investasi reksadana saham

51
Dalam penelitian yang dilakukan oleh M. Shun’an (2002) ditarik

kesimpulan bahwa terdapat inkonsistensi model dari sharpe measure, treynor

measure, dan jensen measure manakala diaplikasikan pada reksadana

Indonesia sebelum dan semasa krisis ekonomi hal ini terbukti dengan uji F

yang secara keseluruhn menghasilkan angka yang signifikan. Dari ketiga

model yang diuji hanyalah sharpe measure yang terbukti mampu mendeteksi

adanya perbedaan antara kinerja reksadana Indonesia sebelum dan semasa

krisis. Fakta ini semakin memperkuat dugaan bahwa difersifikasi yang

dilakukan oleh para manajer investasi Indonesia memang belum optimal

sehingga kandungan risiko satu portofolio masih didominasi oleh

Unsistematic Risk. Treynor measure dan Jensen measure hanya

memperhitungkan Sistematic Risk dalam menilai kinerja reksadana,

karenanya kedua model ini tidak mampu mendeteksi adanya perbedaan kinerja

reksadana Indonesia sebelum dan semasa krisis ekonomi yang dipicu oleh

meningkatnya total risk akibat krisis ekonomi.

Tinur Fajar Gumilang dan Heru Subiyantoro (2008) menyatakan

bahwa investasi pada produk reksadana pendapatan tetap bisa dikatakan masih

menawarkan keuntungan yang menarik bagi investor apabila dibandingkan

produk deposito. Hal ini bisa dibuktikan dengan return reksadana di atas SBI.

Jika diperhatikan lebih lanjut, reksadana pendapatan tetap (fixed income) akan

mempunyai kinerja yang sangat baik ke depannya. Hal pertama, suku bunga

yang tinggi jelas tidak akan terus menerus, tren ke depannya akan turun.

Kedua, kalaupun suku bunga tetap tinggi, nilai NAB/unit reksadana fixed

52
income akan meningkat karena harga obligasi-obligasi di dalam portofolio

reksadana akan meningkat, seiring dengan makin dekatnya obligasi-obligasi

tersebut ke jatuh temponya. Tapi, hancurnya reksadana pada tahun 2005

menyebabkan banyak investor tidak mau melirik reksadana pendapatan tetap

(fixed income), hal ini bisa dilihat dengan makin turunnya NAB keseluruhan

untuk reksadana pendapatan tetap.

Dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Deden Mulyana (2003)

diketahui bahwa setelah diketahui tingkat return dan tingkat risiko reksadana

pendapatan tetap maka dapat ditentukan kinerja masing-masing reksadana

tersebut. Pengukuran kinerja reksadana pendapatan tetap menggunakan

metode Sharpe Ratio. Kinerja yang diperoleh masing-masing reksadana

pendapatan tetap tersebut bila dibandingkan dengan patok-duda (benchmark),

yakni tingkat return suku bunga deposito 12 bulan selama tahun 2001 sampai

dengan 2003 yang besarnya adalah -0,002512, menjelaskan bahwa kinerja

reksadana pendapatan tetap sebagian besar memiliki kinerja lebih tinggi

daripada patok-duga (benchmark) yang digunakan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hendriyanto (2008) ditarik

kesimpulan bahwa IHSG pada Bursa Efek Jakarta dan Kurs rupiah terhadap

dolar US memiliki pebgaruh yang signifikan pada α = 5 % terhadap imbal

hasil reksadana syariah, sementara suku bunga SBI dan Resiko tidak

mempengaruhi secara signifikan pada α = 5 %..Pada reksadana konvensional

terlihat hanya IHSG dan Suku bunga SBI yang memiliki pengaruh signifikan

53
pada α = 5 %, sedangkan Kurs Rupiah terhadap Dollar US tidak memberikan

pengaruh secara signifikan.

Berdasarkan hasil pengujian tersebut,terlihat bahwa pada α = 5 %

terdapat satu factor yang sama- sama secara signifikan mempengaruhi

reksadana syariah dan reksadana konvensional yaitu IHSG pada Bursa Efek

Jakarta.Suku bunga SBI yang secara teoritis mempengaruhi reksadana

konvensional dan tidak berpengaruh pada reksadana syariah dengan korelasi

negatif ternyata terbukti.

Dalam penelitiannya Annisa Sholihah (2008) menyatakan bahwa

berdasarkan perolehan return dan pengukuran kinerja dengan metode Sharpe

dapat terlihat bahwa reksadana syariah memliki kinerja yang semakin baik

setiap tahun. Variabel yang paling dominan mempengaruhi reksadana syariah

adalah inflasi. Artinya variabel ini memiliki pengaruh yang sangat signifikan

terhadap baik buruknya kinerja reksadana syariah.

54
Tabel 2.2
Penelitian Sebelumnya

Variabel
Judul Alat
No. Nama Peneliti yang Hasil penelitian
penelitian statistik
diteliti
1. Homan Analisis Kurs, SBI, Regresi faktor yang paling
Tanamas, kinerja tingkat berganda berpengaruh dalam
Thomas reksadana inflasi, perubahan return
Hartono, dan pendapatan harga Reksadana Pendapatan
Ronald (2006) tetap seputar minyak Tetap adalah return SBI,
krisis 2005 dunia, diikuti oleh perubahan
harga emas kurs rupiah dan harga
dunia, emas.
PDB
2. Abdul Analisis PNB, MI, Analisis sebagian besar variabel
Muthalib pengaruh inflasi, regresi makro ekonomi yang
(2005) variabel SBI, kurs linier diuji ternyata hanya
makro berganda, memberikan kontribusi
ekonomi analisis atau pengaruh yang
terhadap regresi sangat kecil terhadap
tingkat linier pergerakan tingkat
kinerja berganda pengembalian investasi
reksadana dengan reksadana saham
saham metode
periode 1998- Stepwise
2004 (Stepwise
Method)
3. M. Shun’an Kinerja Reksa dana Nilai-K terdapat inkonsistensi
(2002) reksadana saham, (kinerja) model dari sharpe
Indonesia reksa dana Sharpe measure, treynor
(studi empiris pendapatan Ratio, measure, dan jensen
mengenai tetap, dan Treynor measure manakala
konsistensi reksadana Measure, diaplikasikan pada
model campuran Jensen reksadana Indonesia
pengukuran Measure sebelum dan semasa
kinerja di olah krisis ekonomi hal ini
reksadana dengan terbukti dengan uji F
serta Microsoft yang secara keseluruhn
sensitivitas Excel dan menghasilkan angka
Benchmark di SPSS yang signifikan.
Bursa Efek dengan
Jakarta) test of

55
Concorda
nce
Kendall’s
W
4. Tinur Fajar Reksadana NAB, SBI, metode perhitungan kinerja dari
Gumilang dan Pendapatan IDMA pengukura reksadana yang dikelola
Heru Tetap di n tingkat oleh kelompok
Subiyantoro Indonesia: pengemba Manajemen Investasi II
(2008) Analisis lian lebih baik dibandingkan
Market (investme dengan kelompok
Timing dan nt return Manajemen Investasi I
Stock measures) dan
Selection - maupun kelompok III, karena
Periode 2006 metode terbukti menghasilkan
- 2008 pengukura tingkat average return
n dengan dan risk-adjusted
penyesuai performance
an risiko yang lebih tinggi.
(risk-
adjusted
measures),
dan
dilengkapi
dengan
analisis
dengan
metode
Henriksso
n-Merton
(1981)
dan
Treynor-
Mazuy
(1966)
5. Deden Pengaruh kebijakan Metode Kinerja yang diperoleh
Mulyana kebijakan alokasi deskriptif masing-masing
(2003) alokasi asset asset, dan reksadana pendapatan
dan pemilihan pemilihan metode tetap tersebut bila
sekuritas sekuritas verivikatif dibandingkan dengan
terhadap dengan patok-duda
kinerja analisis (benchmark), yakni
reksadana Sharpe tingkat return suku
terbuka Ratio bunga deposito 12 bulan
berbentuk selama tahun 2001
kontrak sampai dengan 2003
investasi yang besarnya adalah -

56
kolektif 0,002512, menjelaskan
bahwa kinerja reksadana
pendapatan tetap
sebagian besar memiliki
kinerja lebih tinggi
daripada patok-duga
(benchmark) yang
digunakan.
6. Hendriyanto Pengaruh IHSG, Analisis Berdasarkan hasil
(2008) IHSG, suku suku regresi pengujian
bunga, kurs bunga, berganda tersebut,terlihat bahwa
dan risiko kurs pada α = 5 % terdapat
terhadap satu factor yang sama-
imbal hasil sama secara signifikan
reksadana mempengaruhi
syariah dan reksadana syariah dan
reksadana reksadana konvensional
konvensional yaitu IHSG pada Bursa
Efek Jakarta.Suku bunga
SBI yang secara teoritis
mempengaruhi
reksadana konvensional
dan tidak berpengaruh
pada reksadana syariah
dengan korelasi negatif
ternyata terbukti.
7. Annisa Analisis JII, SWBI, Analisis perolehan return dan
Sholihah pengaruh JII, IHSG, dan regresi pengukuran kinerja
(2008) SWBI, IHSG, inflasi berganda dengan metode Sharpe
dan inflasi dapat terlihat bahwa
terhadap reksadana syariah
kinerja memliki kinerja yang
reksadana semakin baik setiap
syariah tahun. Variabel yang
paling dominan
mempengaruhi
reksadana syariah adalah
inflasi. Artinya variabel
ini memiliki pengaruh
yang sangat signifikan
terhadap baik buruknya
kinerja reksadana
syariah.

57
C. Kerangka Pemikiran

Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang

dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan

keuntungan di masa-masa yang akan datang.Keputusan penanaman modal

tersebut dapat dilakukan oleh individu atau suatu entitas yang mempunyai

kelebihan dana.Investasi dalam arti luas terdiri dari dua bagian

utama,yaitu:investasi dalam bentuk aktiva riil dan investasi dalam bentuk

surat-surat berharga atau sekuritas (Sunariah,1997:4).

Reksadana diartikan sebagai wadah yang dipergunakan untuk

menghimpun dana dari masyarakat investor, untuk selanjutnya diinvestasikan

dalam portofolio efek oleh manjer investasi. Dana yang diinvestasikan pada

reksadana dari pemodal akan disatukan dengan dana yang berasal dari

pemodal lainnya untuk menciptakan kekuatan membeli yang lebih besar

dibanding mereka yang harus melakukan investasi sendiri. Sebab dengan

reksadana dapat memiliki ratusan sekuritas yang berbeda, kesuksesan

reksadana tidak hanya tergantung pada satu atau dua saham.

Dalam Reksadana obligasi atau reksadana pendapatan tetap adalah

menginvestasikan sekurang-kurangnya 80% dari aktivanya dalam bentuk

obligasi. Reksadana ini menghasilkan pendapatan reguler tetapi tidak

memiliki tanggal jatuh tempo seperti halnya obligasi dan tidak ada jaminan

pembayaran kembali atas investasi yang ditanamkan.Keuntungan dari

reksadana ini adalah dividen dapat diinvestasikan kembali dalam reksadana

untuk meningkatkan nilai pokoknya dan para pembeli dapat berinvestasi

58
dalam jumlah uang yang lebih kecil daripada yang diperlukan untuk membeli

obligasi.

Pada bagian ini penyusun mencoba memberi gambaran/kerangka

pemikiran yaitu Reksadana Pendapatan Tetap terhadap faktor-faktor yang

mempengaruhinya seperti IHSG, tingkat suku bunga Sertifikat Bank

Indonesia (SBI), kurs Rupiah terhadap Dollar, tingkat PDB, dan tingkat

inflasi yang dapat dijadikan tolok ukur dalam menilai kinerja suatu portofolio

investasi/reksadana.

Kerangka pemikiran mengenai penelitian ini dapat dideskripsikan sebagai

berikut:

59
Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

Data NAB bulanan


RDPT

Return dan Risiko


bulanan
RDPT

Kinerja bulanan RDPT Data bulanan IHSG, SBI,


dengan metode Sharpe kurs, PDB, dan inflasi

Uji Model Regresi

Uji asumsi klasik


• Normalitas
• Multikolinearitas
• Autokorelasi
• Heteroskestisitas

Regresi Berganda

Uji Statistik Koefisien Regresi


• Uji t
• Uji f
• Pengujian Adjust R-Square

Interpretasi

60
D. Pengembangan Hipotesis

Mengacu kepada pemaparan mengenai penelitian yang akan dilakukan

maka diturunkan hipotesis sebagai berikut :

1. Ho 1: tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari IHSG terhadap kinerja

RDPT.

Ha 1 : terdapat pengaruh yang signifikan dari IHSG terhadap kinerja

RDPT.

2. Ho 2: tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari SBI terhadap kinerja

RDPT.

Ha 2 : terdapat pengaruh yang signifikan dari SBI terhadap kinerja RDPT.

3. Ho 3: tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari kurs terhadap kinerja

RDPT.

Ha 3 : terdapat pengaruh yang signifikan dari kurs terhadap kinerja

RDPT.

4. Ho 4: tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari PDB terhadap kinerja

RDPT.

Ha 4 : terdapat pengaruh yang signifikan dari PDB terhadap kinerja

RDPT.

5. Ho 5: tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari inflasi terhadap kinerja

RDPT.

Ha 5 : terdapat pengaruh yang signifikan dari inflasi terhadap kinerja

RDPT.

61
6. Ho 6 : tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan dari IHSG,

SBI, kurs, PDB, dan inflasi terhadap kinerja reksadana pendapatan tetap.

Ha 6 : terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan dari IHSG, SBI,

kurs, PDB, dan inflasi terhadap kinerja reksadana pendapatan tetap.

62
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu dimana

penyusun langsung melakukan penelitian di empat lokasi : Badan Pengawas

Pasar Modal (BAPEPAM), Bank Indonesia (BI), Bursa Efek Indonesia (BEI),

dan Biro Pusat Statistik (BPS).

Ruang lingkup penelitian ini adalah melihat pengaruh variabel Index

Harga Saham Gabungan (IHSG), tingkat suku bunga SBI, kurs, Produk

Domestik Bruto (PDB), dan inflasi terhadap kinerja reksadana pendapatan

tetap periode 2003-2008.

B. Metode Pengumpulan Data

Di dalam pengumpulan data, penulis menggunakan statistik inferential

yaitu pengumpulan data dari hasil penelitian, melalui artikel-artikel ekonomi,

buku-buku, internet. Selanjutnya data-data tersebut diolah menjadi informasi

yang kemudian digunakan dalam analisis penelitian ini.

Data-data sekunder yang dipergunakan oleh penyusun adalah sebagai

berikut :

1. NAB RDPT dari BAPEPAM

Data nilai aktiva bersih per unit (NAB/unit) bulanan diperoleh langsung

dari Biro Riset BAPEPAM periode 2003 hingga 2008.

63
2. IHSG dari BURSA EFEK INDONESIA

Data IHSG bulanan diperoleh dari BEI (Bursa Efek Indonesia) periode

2003 hingga 2008.

3. Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

Data tingkat suku bunga SBI yang digunakan adalah suku bunga satu

bulan yaitu pada periode 2003 hingga 2008 dari data statistik Bank

Indonesia.

4. Nilai Kurs Dollar Amerika Serikat terhadap Rupiah

Data kurs yang digunakan merupakan data kurs tengah bulanan yang

merupakan data nilai tukar pada periode 2003 hingga 2008 yang diperoleh

dari Bank Indonesia.

5. Produk Domestik Bruto

Data PDB yang digunakan dalam penelitian merupakan data triwulan

untuk periode tahun 2003 hingga 2008 yang diperoleh dari data statistik

Biro Pusat Statistik (BPS)

6. Tingkat Inflasi

Besar inflasi di Bank Indonesia selama periode januari 2003-2008

C. Metode Analisis Data

1. Mendata NAB RDPT yang masih aktif selama periode 2003-2008

a. Menghitung return dan risiko

Dalam penelitian ini penulis menggunakan microsoft excel

untuk membantu dalam melakukan proses perhitungan return and risk.

64
1) Menghitung return RDPT dari NAB RDPT dengan rumus :

Ri = NAVt-NAVt-1
NAVt-1

Dimana :

NAVt = Net Asset Value (NAB) pada periode

NAVt-1 = Net Asset Value (NAB) pada periode

sebelum t

2) Perhitungan Risiko NAB RDPT dengan rumus :

σ i2 = ∑ [(ri-r)2]
(n-1)

3) Mengevaluasi Kinerja RDPT dengan metode sharpe :

Setelah didapatkan variebel variabel untuk perhitungan

kinerja reksadana dapat dilakukan evaluasi untuk mengukur

kinerja reksadana dengan menggunakan metode Sharpe.Penulis

lebih memilih menggunakan Metode Sharpe untuk mengukur

kinerja reksadana pendapatan tetap dikarenakan dalam metode

Sharpe membagi resiko premium dengan standar deviasi dari

portofolio.Dan standar deviasi merupakan resiko total yang berasal

dari resiko pasar (Systematic risk) dan risiko unik (Unsystematic

risk). Sehingga kinerja reksadana pendapatan tetap yang diperoleh

dapat lebih signifikan.

Rumus yang digunakan dalam metode Sharpe adalah

sebagai berikut :

65
SRD = KINERJARD-KINERJARF
σ

Rata-rata kinerja investasi bebas risiko (Kinerja RF) yang

digunakan adalah sertifikat Bank Indonesia (SBI) setiap bulannya

dikarenakan nilai SBI cenderung lebih stabil dalam setiap bulannya

selama periode penelitian.

2. Uji asumsi klasik

a. Uji Normalitas

Bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel

penganggu/residual memiliki distribusi normal. Jika terdapat

normalitas, maka residual akan terdistribusi secara normal dan

independen, yaitu perbedaan antara nilai prediksi dengan skor yang

sesungguhnya/error akan terdistribusi secara simetri di sekitar nilai

means sama dengan 0. (Ghozali, 2005 : 27).

Cara mendeteksi normalitas suatu variabel dengan

menggunakan analisis grafik dan analisis statistik.

Dasar pengambilan keputusan dari uji normalitas dengan

analisis grafik adalah jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan

mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan

pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi

normalitas (Ghozali, 2005 : 112).

Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan, jika tidak

hati-hati secara visual kelihatan normal, padahal secara statistik dapat

sebaliknya. Oleh sebab itu dianjurkan disamping uji grafik dilengkapi

66
dengan uji statistik. Uji statistik dapat dilakukan dengan uji statistik

non-parametrik Kolmogrov-Smirnov (K-S). dasar pengambilan

keputusan dari uji K-S ini adalah jika Asymp. Sig > 0,05 maka model

regresi memenuhi asumsi normal (Ghozali, 2005 : 407).

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).

Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara

variabel independen. Nilai cut off yang umum dipakai untuk

menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai Tolerance < 0,10

atau sama dengan nilai VIF > 10. (Ghozali, 2005 : 91-92).

c. Uji autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t

dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya), untuk

menguji adanya korelasi digunakan Durbin-Watson (D-W) dengan

catatan hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order

autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam

model regresi dan tidak ada variabel lagi di antara variabel independen

(Ghozali, 2005 : 96). Model regresi yang baik terhindar dari masalah

autokorelasi, menurut Singgih Santoso kriteria dari uji autokorelasi

secara umum dapat diambil patokan sebagai berikut :

67
a. Apabila D-W < -2 atau D-W > +2 berarti terdapat autokorelasi

b. Apabila -2 < D-W < +2 berarti tidak terdapat autokorelasi.

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

terjadi kesamaan variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lain. Variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika

berbeda disebut heteroskedastisitas. Cara untuk mendeteksinya dengan

melihat grafik Plot antara nilai prediksi variabel dependen ZPRED

dengan residualnya SRESID (Ghozali, 2005 : 105). Dasar pengambilan

keputusan dalam uji ini adalah jika dari grafik scatterplots terlihat

bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas

maupun di bawah angka nol pada sumbu Y. hal ini dapat disimpulkan

bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi (Ghozali,

2005 : 107).

Uji heteroskedastisitas berdasarkan scatter plots cenderung

memiliki kelemahan yang cukup signifikan oleh karena jumlah

pengamatan mempengaruhi hasil ploting. Semakin sedikit jumlah

pengamatan semakin sulit menginterpretasikan hasil grafik plot. Oleh

sebab itu diperlukan uji statistik yang lebih dapat menjamin keakuratan

hasil. Uji statistik yang digunakan adalah Uji Glejser. Dasar

pengambilan keputusannya adalah jika variabel independen signifikan

secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi

68
terjadi heteroskedastisitas. Apabila variabel independen tidak

signifikan pada tingkat kepercayaan 0,05 maka dapat disimpulkan

model regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas. (Ghozali,

2005 :108)

3. Uji Statistik Koefisien Regresi

Penggunaan analisis regresi untuk menaksir pengaruh antar

variabel yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan teori (Ghozali,

2005 : 160). Analisis ini digunakan untuk menguji hipotesis. Persamaan

regresinya adalah :

LnY = a + b1 LnX1 + b2 LnX2 + b3 LnX3 + b4 LnX4 + b5 LnX5 + ei

Keterangan :

LnY : kinerja reksadana

a : konstanta

b : slope atau koefisien regresi atau intersep

LnX1 : IHSG

LnX2 : SBI

LnX3 : kurs

LnX4 : PDB

LnX5 : inflasi

ei : error

69
a. Uji t

Uji t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh

masing-masing variabel independen secara individual terhadap

variabel dependen yang di uji pada tingkat signifikan 0.05 (Ghozali,

2005 : 85). penentuan nilai kritis atau t tabel dapat dilihat dari tabel

distribusi t (S. Santoso, 2003 : 157) : (degree of freedom) df = n-k-1

Dimana :

Df = tarif signifikan

K = numerator (jumlah variabel bebas)

n = jumlah data sampel uji statistik t hitung

aturan pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :

- jika nilai t hitung < (lebih kecil) t tabel, artinya tidak ada pengaruh

variabel bebas (Xi) terhadap variabel terikat (Y).

- jika nilai t hitung > (lebih besar) t tabel, artinya ada pengaruh

variabel bebas (Xi) terhadap variabel terikat (Y).

b. Uji F (Fisher)

Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel

independennya yang dimaksudkan dalam model regresi secara

bersama-sama terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat

signifikan 0.05, jika nilai signifikansi < 0,05 maka model regresi

dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen atau dengan

kata lain variabel independen secara bersama-sama berpengaruh

terhadap variabel dependen. (Ghozali, 2005 : 84)

70
c. Koefisien Determinasi (Ajusted R-Square)

Dugunakan untuk membuat persentase variance variable

independen terjadap variabel dependen serta seberapa besar

pengaruh dari faktor lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian

ini, jika nilai ajusted R-Square adalah 1 berarti kuatnya

kemampuan fluktuasi variabel dependen seluruhnya dapat

dijelaskan oleh variabel independen dan tidak ada faktor lain yang

menyebabkan fluktuasi variabel dependen, sebaliknya jika

nilainya mendekati angka 0, maka semakin rendah kemampuan

fluktuasi variabel dependen (Singgih Santoso, 2004).

71
BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Gambaran Umum Reksa Dana Pendapatan Tetap

Sesuai dengan Peraturan Bapepam IV.C.3, Reksadana Pendapatan

Tetap (RDPT) adalah reksadana yang melakukan investasi sekurang-

kurangnya 80% dari aktivanya dalam bentuk efek bersifat utang. Intinya,

reksadana ini mempunyai portofolio dalam obligasi dan pendapatan tetap

lainnya. Reksadana ini juga harus menyiapkan dana dalam bentuk kas

untuk membayar investor yang keluar dari reksadana tersebut. Banyak

pihak berpandangan bahwa RDPT sanagat layak untuk investor berumur

50 tahun sampai dengan 60 tahun sampai dengan investasi pada instrumen

berisiko. (Adler Haymans Manurung, 2008 : 22)

Menurut Sapto Rahardjo (2004 : 159-160), reksadana Fixed

Income adalah reksadana yang portofolio investasinya fokus pada

instrumen pendapatan tetap, seperti obligasi. Jenis reksadana pendapatan

tetap mengandalkan penghasilan dari tingkat suku bunga (kupon) yang

sifatnya stabil dari instrumen obligasi tersebut. Sebagai contoh, komposisi

investasi reksadana pendapatan tetap bisa berbanding 80% investasi pada

instrumen obligasi dan sisanya, sebanyak 20% pada instrumen pasar uang

berbentuk deposito perbankan.

72
Kebijakan investasi reksadana pendapatan tetap, biasanya

mengalokasikan dana investasinya pada instrumen obligasi yang bisa

dibeli melalui proses penawaran umum (pasar perdana) atau dengan

melakukan transaksi pembelian obligasi pada pasar sekunder ; harga

pokok obligasi bisa di atas nilai harga par (nilai nominal obligasi).

RDPT merupakan jenis reksadana terbesar dibandingkan reksadana

jenis lain. Besarnya minat investor terhadap reksadana ini tidak terlepas

dari ciri khas investor Indonesia yang menginginkan risiko rendah, aman,

dan tingkat pengembalian cukup ; semua hal tersebut terpenuhi reksadana

ini. RDPT dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok yaitu :

a. Reksadana Pendapatan Tetap berdasarkan penerbit

b. Reksadana Pendapatan Tetap berdasarkan kupon

Salah satu RDPT berdasarkan penerbit yaitu Reksadana Obligasi

Pemerintah (RDOP). Reksadana ini mempunyai portofolio yang semuanya

obligasi yang dikeluarkan pemerintah, walaupun ada sedikit alokasi untuk

kas atau pasar uang dalam menjaga penarikan dari investor, dan sesuai

dengan peraturan serta etika mengelola portofolio.

RDPT yang berdasarkan kupon yaitu dikenal dengan reksadana

berisiko tinggi yaitu portofolionya merupakan obligasi yang memberikan

kupon tinggi tetapi kemungkinan tidak bayar juga tinggi. (Adler Haymans

Manurung, 2008 : 23-24)

Investor yang membeli reksadana pendapatan tetap akan

mendapatkan keuntungan dan risiko berikut.

73
Keuntungan membeli reksadana pendapatan tetap :

a. Tingkat risiko yang relatif stabil

Tingkat penghasilan obligasi adalah berbentuk kupon yang

jumlahnya telah ditetapkan sebelumnya. Dengan tingkat

penghasilan kupon yang dapat diprediksi sebelumnya, tipe

investor reksadana fixed income kebanyakan adalah tipe

investor yang konservatif.

b. Alternatif memiliki obligasi dengan modal relatif kecil

Dengan membeli reksadana pendapatan tetap investor individu

yang memiliki dana terbatas bisa merasa memiliki obligasi

dengan nominal yang biasanya sebesar Rp 1 Miliar. Investor

hanya mengandalakan modal kecil senilai Rp 1 juta/Unit

penyertaan. Dengan demikian, investor dapat dikatakan telah

memiliki obligasi.

c. Kinerja berdasarkan pengaruh fluktuasi tingkat suku bunga

Indikator dan faktor penentu reksadana pendapatan tetap

bergantung pada tren fluktuasi tingkat suku bunga di pasar

uang. Apabila tingkat suku bunga naik, harga obligasi

cenderung mengalami penurunan dan apabila tingkat suku

bunga turun, harga obligasi cenderung meningkat.

74
Kelemahan membeli reksadana pendapatan tetap :

Tingkat return yang tidak bisa berfluktuasi tinggi

Dengan memiliki reksadana obligasi, invvestor jangan berharap

mendapatkan keuntungan yang tinggi dan cukup melonjak,

seperti yang didapatkan dari keuntungan reksadana saham.

Keuntungan investasi pada reksadana pendapatan tetap

cenderung diasumsikan berdasarkan tingkat pendapatan suku

bunga obligasi yang ada. (Sapto Rahardjo, 2004 : 161-164)

Investor yang melakukan investasi pada reksadana ini akan

menghadapi risiko sebagai berikut :

a. Risiko perubahan tingkat bunga

Risiko ini timbul karena pemerintah (Bank Indonesia)

melakukan kebijakan kenaikan (penurunan) tingkat bunga.

Naiknya tingkat bunga menyebabkan harga obligasi dalam

portofolio mengalami penurunan dan juga sebaliknya.

Peurunan harga obligasi mengakibatkan NAB mengalami

penurunan.

b. Risiko penarikan secara bersamaan

Penarikan secara bersamaan yang cukup besar

membuat pengelola harus menjual portofolio dengan harga

tidak wajar, sehingga NAB yang diperoleh investor lebih kecil.

NAB yang kecil ini bukan saja diterima oleh investor yang

75
akan keluar dari reksadana tetapi juga diterima oleh investor

yang masih belum keluar dari reksadana.

c. Risiko kelangkaan instrumen investasi sejenis

Risiko ini merupakan risiko hilangnya kesempatan

investasi pada instrumen yang sejenis dengan risiko yang

sama.

d. Risiko daya beli

Adanya inflasi yang terus dan inflasi tersebut secara

kumulatif melebihi tingkat pengembalian yang diberikan oleh

reksadana. Akibatnya, perkembangan kekayaan atas investasi

tidak mampu membeli barang yang sama sebelum dana

diinvestasikan pada reksadana, dikenal dengan risiko daya beli.

(Adler Haymans Manurung, 2008 : 24-26)

Jumlah reksadana dengan jenis produk obligasi cenderung

meningkat karena kinerja pendapatan yang cukup membaik dibandingkan

kinerja reksadana yang mengelola peroduk saham. Reksadana yang

berbasis saham memberikan potensi risiko yaitu tingkat fluktuasi

pendapatannya searah dengan fluktuasi harga saham yang ada di Bursa

Efek Jakarta. Selama lima tahun terakhir ini, kinerja harga saham di BEJ

masih terpuruk, sehingga memberikan potensi kerugian yang cukup tinggi

bagi investor dan mengakibatkan kinerja reksadana portofolio saham

mengalami keterpurukan. Berbeda dengan reksadana yang berbasis

obligasi, tingkat return yang diberikan minimal bisa mendekati tingkat

76
kupon yang ada pada obligasi setelah dikurangi manajemen fee atas

pengelolaan reksadana tersebut. (Sapto Rahardjo, 2004 : 200)

2. Mekanisme Reksadana

Gambar 4.1
Mekanisme Reksadana

PENGAJUAN IZIN USAHA & BAPEPAM


PERNYATAAN PENDAFTARAN

PERNYATAAN EFEKTIF

PENEMPATAN UANG MINIMAL


1% DARI MODAL DISETOR
PENGAWASAN
DIREKSI PT

PROMOTOR
(Pendiri)

PEMEGANG REKSADANA MANAJER


SAHAM (INVESTOR) (PT) INVESTASI
KONTRAK PENGELOLAAN
PENJUALAN SAHAM MELALUI
PENAWARAN UMUM

INSTRUKSI JUAL BELI

PEMBELIAN KONFIRMASI

KONTRAK PENYIMPANAN

PERANTARA
UNDERWRITER PEDAGANG EFEK
(jika ada)

SETORAN TUNAI
PASAR UANG
PASAR MODAL
BANK
KUSTODIAN

Sumber : Iskandar Z. Alwi, 2003 : 146

77
B. Analisis dan Pembahasan

1. Analisis Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah reksadana

pendapatan tetap yang selalu ada dan aktif selama enam tahun, yaitu

Januari 2003 – Desember 2008. Adapun reksadana pendapatan tetap yang

terdaftar sampai pada tahun 2008 dapat dilihat pada table sebagai berikut :

Tabel 4.1
Daftar Reksadana Pendapatan Tetap
(Januari 2003 s/d Desember 2008)
No Nama Reksa Dana Pendapatan Tetap
1 AAA Bond Fund
2 BNI Berbunga Dua
3 Corfina Capita
4 Danamas Pasti
5 Ekofix
6 GMT Dana Pasti
7 Mahanusa Obligasi Pemerintah
8 Mahanusa Pendapatan Tetap Negara
9 Mandiri Dana Pendapatan Tetap
10 Manulife Obligasi Negara Indonesia
11 Manulife Obligasi Unggulan
12 Manulife Pendapatan Bulanan
13 Niaga Pendapatan Tetap B
14 Nikko Bond Nusantara
15 Nikko Bunga Nusantara
16 Nikko Gebyar Indonesia
17 Nikko Indah Nusantara
18 ITB Niaga
19 Permata invest
20 Premier optima
21 Samuel Dana Pasti
22 Schroder Dana Andalan
23 Schroder Dana Mantap plus
24 Telur Emas
25 Trimegah dana tetap
26 Trimegah Dana Stabil
Sumber : Data Olahan

78
Dari reksadana pendapatan tetap yang terdaftar di atas hanya ada

tiga reksadana pendapatan tetap yang dijadikan obyek penelitian yakni

sebagai berikut:

Tabel 4.2
Daftar Reksadana Pendapatan Tetap yang Terpilih untuk Penelitian
No Nama Reksadana Pendapatan Tetap
1 Niaga Pendapatan Tetap B
2 Schroder Dana Mantap plus
3 Trimegah dana tetap
Sumber : Data Olahan

Ketiga reksadana pendapatan tetap diatas terpilih dikarenakan

hanya ketiga reksadana tersebut yang aktif dan selalu ada selama enam

tahun masa penelitian untuk selanjutnya ketiga reksanadana pendapatan

tetap inilah yang digunakan oleh penulis sebagai objek penelitian.

Reksadana pendapatan tetap tersebut akan dilihat nilai aktiva bersih ( NAB

Bulanan Masing-masing Reksadana selama periode penelitian enam

tahun).

Data lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah IHSG, SBI,

KURS, PDB, dan Inflasi. IHSG (Index Harga Saham Gabungan) diperoleh

dari BEI (Bursa Efek Indonesia), Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia

(SBI), Kurs, Inflasi yang diperoleh dari Bank Indonesia, Produk Domestik

Bruto (PDB) diperoleh dari Biro Pusat Statistik (BPS).

2. Return dan Standar Deviasi Reksa Dana Pendapatan Tetap

Dalam perhitungan return dan standar deviasi reksadana

pendapatan tetap, penulis menggunakan program Microsoft excel untuk

79
memudahkan perhitungan-perhitungan standar return dan standar deviasi

masing-masing reksadana pendapatan tetap setiap bulannya return

reksadana pendapatan tetap di peroleh dari perhitungan nilai aktiva bersih

perunit (NAB perunit) bulanan yaitu dengan cara NAB perunit pada hari

ke-t dikurangi NAB perunit pada hari sebelum t, kemudian dicari data

rata-rata return. Tabel dibawah ini akan memperlihatkan nilai aktiva bersih

perunit :

Tabel 4.3
Rata-Rata Nilai Aktiva Bersih Per Unit
Niaga Pendapatan Schroder Dana Trimegah Dana
No. Periode
Tetap B Mantap Plus Tetap
1. 2003 1,089.63 1,153.31 1,241.28
2. 2004 1,214.26 1,239.12 1,437.33
3. 2005 1,342.44 1,255.18 1,605.99
4. 2006 1,465.90 1,394.92 1,864.33
5. 2007 1,671.39 1,641.05 2,086.85
6. 2008 1,759.45 1,672.58 2,183.42
Sumber : Data Olahan

Gambar 4.2
Rata-Rata Nilai Aktiva Bersih Per Unit

Rata-Rata NAB/ Unit RDPT


2,500.00
Rata-Rata NAB Per Unit

2,000.00
Niaga Pendapatan
1,500.00 Tetap B
Schroder Dana Mantap
1,000.00 Plus
Trimegah Dana Tetap
500.00

0.00
2003 2004 2005 2006 2007 2008

Pada tabel di atas terlihat bahwa setiap reksadana pendapatan tetap

yang menjadi sampel mengalami kenaikan NAB setiap tahunnya.

80
Reksadana pendapatan tetap yang memiliki NAB tertinggi setiap tahunnya

adalah Trimega Dana Tetap, terutama pada tahun 2008 dengan rata-

rata NAB/UNIT sebesar 2,183.42.

Standar deviasi diperoleh dengan menggunakan formula yang telah

disebutkan yaitu menggunakan Microsoft excel. Nilai return dan standar

deviasi terdapat dalam tabel berikut :

Tabel 4.4
Rata-Rata Hasil Return dan Standar Deviasi
Niaga Pendapatan Schroder Dana Mantap Trimegah
No. Periode Tetap B Plus Dana Tetap
Return Sd return sd Return sd
1. 2003 0.010172864 0.002088220 0.008699307 0.005503888 0.021557404 0.009948845
2. 2004 0.007659233 0.000392496 0.005846671 0.000511031 0.007366793 0.000641246
3. 2005 - 0.004077116 - 0.001893215 0.012298556 0.001784036
0.002563199 0.002287841
4. 2006 0.025225601 0.002012921 0.019568860 0.002016770 0.012132504 0.000297546
5. 2007 0.008167466 0.000293427 0.005888282 0.001485679 0.007863004 0.000565893
6. 2008 0.000924614 0.000915100 0.003527349 0.001899627 - 0.001213340
0.000024893
Sumber : Data Olahan

Gambar 4.3
Rata-Rata Hasil Return dan Standar Deviasi

81
Pada tabel dan grafik di atas dapat terlihat bahwa setiap tahunnya

return reksadana pendapatan tetap yang dijadikan sebagai sampel dalam

penelitian ini mengalami peningkatan yang berbanding lurus dengan

standar deviasinya. Hal ini mengindikasikan bahwa kinerja reksadana

pendapatan tetap tersebut memiliki kinerja yang baik berdasarkan

returnnya. Return tertinggi diperoleh pada tahun 2006.

3. Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap dengan Metode Sharpe

Dalam pembentukan kinerja reksadana pendapatan tetap dengan

menggunakan metode sharpe yakni dengan melakukan perhitungan rata-

rata kinerja reksadana pendapatan tetap pada periode tertentu di kurangi

rata-rata kinerja investasi bebas resiko pada periode yang sama lalu dibagi

dengan standar deviasi dari reksadana pendapatan tetap yang

bersangkutan. Kinerja investasi bebas resiko yang digunakan oleh penulis

adalah tingkat suku bunga bank Indonesia atau( SBI ).

Table dibawah ini akan memperlihatkan kinerja perbulan:

Tabel 4.5

Rata-Rata Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap Metode Sharpe

(Januari 2003 s/d Desember 2008)

Niaga Pendapatan Schroder Dana Trimegah Dana


No. Periode
Tetap B Mantap Plus Tetap
1. 2003 2.651543388 -0.572361879 31.129323034
2. 2004 106.490314182 2.652575653 13.513806191
3. 2005 57.074383330 -3.389696697 14.567065368
4. 2006 -17176.950810427 2.173099768 7.890727725
5. 2007 -137110.125442172 1.043499020 0.189600536
6. 2008 -45980.973996070 -4.893071263 -6.015982556
Sumber : Data Olahan

82
Gambar 4.4

Rata-Rata Kinerja Niaga Pendapatan Tetap B

Gambar 4.5

Rata-Rata Kinerja Schroder Dana Mantap Plus

83
Gambar 4.6

Rata-Rata Kinerja Trimegah Dana Tetap

Setelah diperoleh kinerja reksadana pendapatan tetap dengan

menggunakan metode sharpe langkah selanjutnya adalah masuk kedalam

uji regresi dengan menggunakan SPSS 17 for windows. Adapun yang

menjadi variabel terikatnya (variabel dependen) adalah kinerja. Sedangkan

yang menjadi variabel bebasnya (variabel independen adalah IHSG, SBI,

KURS, PDB, dan INFLASI)

4. Deskriptif Variabel

Berdasarkan hasil perhitungan, dapat dijelaskan variabel-variabel

yang terdapat dalam regresi berganda seperti tabel berikut :

84
Tabel 4.6

Nilai Rata-rata IHSG, SBI, KURS, PDB, INFLASI dan Kinerja RDPT

No. Tahun IHSG SBI KURS PDB INFLASI Rata-rata kinerja


1. 2003 517.220 0.0083 8,577 131,013.3 0.0057 11.069501515
2. 2004 85.694 0.0062 8,985 138,381.6 0.0050 40.885565342
3. 2005 1089.729 0.0077 9,751 145,795.6 0.0087 22.750584000
4. 2006 1442.938 0.0099 9,141 153,887.9 0.0111 -5722.295660978
5. 2007 2210.982 0.0072 9,164 163,664.5 0.0053 -45702.964114205
6. 2008 2087.590 0.0076 9,757 173,508.6 0.0086 -15330.627683297
Sumber : Data Olahan

a. Variabel Dependen (Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap)

Berdasarkan tabel di atas yang diperoleh dari pengumpulan

data selama periode januari 2003 s/d desember 2008, nilai dari kinerja

reksadana pendapatan tetap cenderung menurun dari tahun ke tahun.

Nilai rata-rata reksadana pendapatan tetap untuk tahun 2003

sebesar 11.069501515 pada tahun 2004 kinerja reksadana pendapatan

tetap mengalami perubahan menjadi 40.885565342. tahun 2005 kinerja

reksadana pendapatan tetap kembali berubah menjadi 22.750584000

kemudian pada tahun 2006 kinerja reksadana pendapatan tetap

(-5722.295660978). selanjutnya tahun 2007 kinerja reksadana

pendapatan tetap (45702.964114205). terakhir pada tahun 2008 kinerja

reksadana pendapatan tetap (15330.627683297). Nilai rata-rata

tertinggi terjadi pada tahun 2004 dengan angka sebesar 40.885565342.

b. Variabel Independen

1) IHSG

Pada tabel di atas dapat terlihat nilai rata-rata IHSG setiap

tahunnya selama periode penelitian dari januari 2003- sampai

85
desember 2008.Tahun 2003 nilai IHSG adalah sebesar 517.220,

lalu terjadi peningkatan pada tahun 2004 menjadi 805.694.Pada

tahun 2005 nilai IHSG adalah sebesar 1089.729, lalu terjadi

peningkatan pada tahun 2006 menjadi 1442.938.pada tahun 2007

nilai IHSG adalah sebesar 2210.982, lalu terjadi penurunan pada

tahun 2008 sebesar 2087.590. Nilai tertinggi terjadi pada tahun

2007.

2) SBI

Pada tabel di atas dapat terlihat rata- rata SBI setiap

tahunnya. Pada tahun 2003 nilai rata-rata SBI adalah 0.0083, lalu

terjadi penurunan nilai SBI pada tahun 2004 menjadi 0.006204167.

Terus terjadi peningkatan lagi pada tahun 2005 menjadi

0.007652083, terjadi peningkatan lagi pada tahun 2006 menjadi

0.009858333. Pada tahun 2007 terjadi penurunan lagi menjadi

0.0072, dan terakhir terjadi peningkatan pada tahun 2008 menjadi

0.0076.Nilai tertinggi terjadi pada tahun 2006

3) Kurs

Pada tabel di atas dapat terlihat rata- rata nilai KURS setiap

tahunnya. Pada tahun 2003 nilai rata-rata KURS adalah 8,577 ,

kemudian terjadi penigkatan pada tahun 2004 dengan nilai sebesar

8,985. Pada tahun 2005 nilai kurs terjadi peningkatan yang cukup

besar dengan nilai 9,751, kemudian terjadi penurunan pada tahun

2006 dengan nilai sebesar 9,141. Pada tahun 2007 terjadi sedikit

86
peningkatan nilai KURS sebesar 9,164, dan pada tahun 2008

terjadi peningkatan dengan nilai sebesar 9,757. Nilai tertinggi

terjadi pada tahun 2008.

4) PDB

Pada tabel di atas dapat terlihat rata- rata nilai PDB setiap

tahunya. Pada tahun 2003 nilai rata-rata PDB adalah sebesar

131,013.3, kemudian terjadi peningkatan pada tahun 2004 dengan

nilai sebesar 138,381.6. pada tahun 2005 terjadi peningkatan nilai

sebesar 145,795.6, kemudian pada tahun 2006 terjadi peningkatan

sebesar 153,887.9. pada tahun 2007 terjadi peningkatan sebesar

163,664.5, kemudian pada tahun 2008 terjadi peningkatan sebesar

173,508.6. kemudian nilai tertinggi terjadi pada tahun 2008.

5) Inflasi

Pada tabel di atas dapat terlihat rata- rata nilai INFLASI

setiap tahunya. Pada tahun 2003 nilai rata-rata Inflasi adalah

sebesar 0.005658, kemudian terjadi penurunan pada tahun 2004

dengan nilai sebesar 0.005048 pada tahun 2005 terjadi

peningkatan nilai sebesar 0.008669, kemudian pada tahun 2006

terjadi peningkatan sebesar 0.01111. pada tahun 2007 terjadi

penurunan sebesar 0.005337, kemudian pada tahun 2008 terjadi

peningkatan sebesar 0.00859. kemudian nilai tertinggi terjadi pada

tahun 2006.

87
5. Pengujian Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

setelah melakukan pengolahan data dengan menggunakan

analisis grafik histogram dan normal probability plots, maka diperoleh

hasil sebagai gambar berikut :

Gambar 4.7

Output Uji Normalitas Analisis Histogram

88
Gambar 4.8

Output Uji Normalitas Analisis Grafik

Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat

penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Dari gambar

di atas dapat terlihat bahwa data menyebar disekitar garis diagonal dan

mengikuti arah garis diagonal,maka model regresi memenuhi asumsi

normalitas (Ghozali,2005:112)

Pada grafik histogram tampak bahwa residual terdistribusi

secara normal karena tidak menceng ke kanan dan ke kiri

(Ghozali,2005:112)

89
Akan tetapi karena uji normalitas dengan grafik dan histogram

cenderung dapat menyesatkan, oleh sebab itu uji grafik di atas

dilengkapi dengan uji statistik. Uji statistik yang digunakan oleh

penulis adalah uji statistik non-parametrik Kolmogrov-Smirnov (K-S)

dengan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.7

Output Uji Normalitas Analisis Statistik

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardize
d Residual
N 72
Normal Parametersa,,b Mean .0000000
Std. Deviation 1.68424400
Most Extreme Absolute .104
Differences Positive .047
Negative -.104
Kolmogorov-Smirnov Z .882
Asymp. Sig. (2-tailed) .418
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Nilai Kolmogrov-Smirnov sebesar 0,882 dan tingkat

signifikansi 0,05 (karena p = 0,418 > 0,05) jadi kita tidak dapat

menolak H0 yang mengatakan bahwa residual terdistribusi secara

normal dengan kata lain residual terdistribusi normal. Sekali lagi, hal

ini konsisten dengan uji sebelumnya.

b. Uji Multikolinieritas

Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di

antara variabel independen, Seperti terlihat pada table berikut :

90
Tabel 4.8

Output Uji Multikolinearitas

Coefficientsa
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 (Constant)
LNIHSG .128 7.831
LNSBI .427 2.341
LNKURS .601 1.664
LNPDB .111 9.029
LNINFLASI .370 2.701
a. Dependent variable : LNKINERJA

Pada tabel diatas tidak memiliki nilai tolerence kurang dari

0,10. Untuk variabel IHSG memiliki tolerence sebesar 0,128,

kemudian nilai SBI sebesar 0,427, kemudian nilai KURS sebesar

0,601, nilai PDB sebesar 0,111, dan nilai INFLASI sebesar 0,370.

Hasil dari perhitungan nilai variance inflation faktor (VIF) juga

menunjukan hal yang sama yaitu tidak terdapat nilai VIF lebih dari 10

dari variabel independen. Nilai VIF IHSG adalah sebesar 7.831, nilai

SBI adalah sebesar 2.341, nilai KURS sebesar 1.664, nilai PDB

sebesar 9.029, dan nilai INFLASI adalah sebesar 2.701.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi

multikolinieritas antar variabel independen dalam model regresi.

91
c. Uji Autokorelasi

Tabel 4.9

Output Uji Autokorelasi

Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of Durbin-
Model R R Square Square the Estimate Watson
a
1 .884 .782 .766 1.74688 2.006
a. Predictors: (Constant), LNINFLASI, LNIHSG, LNKURS, LNSBI,
LNPDB
b. Dependent Variable: LNKINERJA
Nilai DW sebesar 2,006, nilai ini akan kita bandingkan dengan

nilai tabel dengan menggunakan signifikansi 5%, jumlah sampel 72

(n) dan jumlah variabel independen 5 (k = 5) maka tabel Durbin-

Watson akan didapatkan nilai sebagai berikut :

Tabel 4.10

Tabel Durbin Watson Test Bound

k=5
N DI DF
15 0,562 2,220
. . .
. . .
72 1,487 1,770

Oleh karena nilai DW 2,006 lebih besar dari batas atas (du)

1,770 dan kurang dari 4-1,770 (4-du), maka dapat disimpulakan

bahwa kita tidak bisa menolak H0 yang menyatakan bahwa tidak ada

autokorelasi positif dan negatif atau dapat disimpulkan tidak terdapat

autokorelasi.

92
d. Uji Heteroskedastissitas

Gambar 4.9

Output Uji Heterokedastisitas

Berdasarkan gambar diatas terlihat bahwa titik-titik menyebar

secara acak, serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada

sumbu y. hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi

Heteroskedastissitas pada model regresi, sehingga model regresi layak

untuk dijadikan sebagai alat untuk memprediksi kinerja reksadana

pendapatan tetap.

Analisis dengan grafik plot memiliki kelemahan yang cukup

signifikan oleh karena jumlah pengamatan mempengaruhi hasil

ploting. Semakin sedikit jumlah pengamatan semakin sulit

menginterpretasikan hasil grafik plot. Oleh sebab itu diperlukan uji

statistik yang lebih dapat menjamin keakuratan hasil. (Ghozali, 2005)

93
Uji statistik yang digunakan oleh penulis adalah uji Glejser :

TABEL 4.11
Output Uji Glejser pada Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) -44449.295 88141.017 -.504 .616
ABSIHSG 12.690 16.483 .234 .770 .444
ABSSBI 3601297.283 4471244.196 .145 .805 .423
ABSKURS -3.732 9.196 -.063 -.406 .686
ABSPDB .432 .838 .174 .516 .608
ABSINFLA -2778123.690 2243705.843 -.236 -1.238 .220
SI
a. Dependent Variable: ABSKINERJA

Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi

variabel dependen, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas. Hasil

tampilan di atas menjelaskan bahwa tidak ada satu pun variabel

independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel

dependen nilai absolut. Hal ini terlihat probabilitas signifikansinya di atas

tingkat kepercayaan 5%. Jadi dapat disimpulkan model regresi tidak

mengandung adanya heteroskedastisitas.

94
6. Pengujian Statistik

a. Pengaruh variabel IHSG, SBI, KURS, PDB, dan INFLASI

terhadap kinerja reksadana pendapatan tetap (Uji t)

Tabel 4.12

Output Uji t

Coefficients(a)

Unstandardized Standardized t tabel


Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t hitung Sig.
1 (Constant) -299.905 63.391 -4.731 .000
LNIHSG .205 1.073 .031 .191 1.9966 .849
LNSBI 6.508 1.727 .331 3.769 1.9966 .000
LNKURS -12.424 4.142 -.222 -2.999 1.9966 .004
LNPDB 36.298 6.330 .990 5.735 1.9966 .000
LNINFLA -3.318 .915 -.342 -3.624 1.9966 .001
SI
a Dependent Variabel : Kinerja

Berdasarkan tabel koefisien di atas dapat terlihat bahwa

variabel IHSG berdasarkan pada daerah penerimaan H0 dan Ha, t

hitung berada di dalam daerah penerimaan H0, hal ini dikarenakan t

hitung = 0,191 < (lebih kecil dari) t tabel = 1,9966 sehingga H01

diterima dan Ha1 ditolak atau dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat

pengaruh yang signifikan IHSG terhadap kinerja reksadana

pendapatan tetap. Nilai sebesar 0, 849 pada kolom sig/significance

mengartikan bahwa tingkat kesalahan variabel IHSG untuk

memprediksi kinerja reksadana pendapatan tetap terlalu besar (di atas

0,05).

95
Variabel SBI berdasarkan pada daerah penerimaan H0 dan Ha,

t hitung berada di dalam daerah penolakan H0, hal ini dikarenakan t

hitung = 3,769 > (lebih besar dari) t tabel = 1,9966 sehingga H02

ditolak dan Ha2 diterima atau dapat disimpulkan bahwa terdapat

pengaruh positif yang signifikan SBI terhadap kinerja reksadana

pendapatan tetap. Nilai sebesar 0,000 pada kolom sig/significance

mengartikan bahwa tingkat kesalahan variabel SBI untuk

memprediksi kinerja reksadana pendapatan tetap terlalu kecil (di

bawah 0,05).

Sedangkan variabel kurs berdasarkan pada daerah penerimaan

H0 dan Ha, t hitung berada di dalam daerah penolakan H0, hal ini

dikarenakan t hitung = -2,999 > (lebih besar dari) t tabel = 1,9966

sehingga H03 ditolak dan Ha3 diterima atau dapat disimpulkan bahwa

terdapat pengaruh negatif yang signifikan kurs terhadap kinerja

reksadana pendapatan tetap. Nilai sebesar 0,004 pada kolom

sig/significance mengartikan bahwa tingkat kesalahan variabel kurs

untuk memprediksi kinerja reksadana pendapatan tetap terlalu kecil

(di bawah 0,05).

Variabel PDB berdasarkan pada daerah penerimaan H0 dan

Ha, t hitung berada di dalam daerah penolakan H0, hal ini dikarenakan

t hitung = 5,735 > (lebih besar dari) t tabel = 1,9966 sehingga H04

ditolak dan Ha4 diterima atau dapat disimpulkan bahwa terdapat

pengaruh positif yang signifikan PDB terhadap kinerja reksadana

96
pendapatan tetap. Nilai sebesar 0,000 pada kolom sig/significance

mengartikan bahwa tingkat kesalahan variabel PDB untuk

memprediksi kinerja reksadana pendapatan tetap terlalu kecil (di

bawah 0,05).

Variabel inflasi berdasarkan pada daerah penerimaan H0 dan

Ha, t hitung berada di dalam daerah penolakan H0, hal ini dikarenakan

t hitung = 3,624 > (lebih besar dari) t tabel = 1,9966 sehingga H05

ditolak dan Ha5 diterima atau dapat disimpulkan bahwa terdapat

pengaruh positif yang signifikan inflasi terhadap kinerja reksadana

pendapatan tetap. Nilai sebesar 0,001 pada kolom sig/significance

mengartikan bahwa tingkat kesalahan variabel inflasi untuk

memprediksi kinerja reksadana pendapatan tetap terlalu kecil (di

bawah 0,05).

b. Pengaruh variabel IHSG, SBI, KURS, PDB, dan INFLASI

terhadap kinerja reksadana pendapatan tetap ( Uji F )

Tabel 4.13

Output Uji F

ANOVAb
Sum of
Model Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 722.943 5 144.589 47.382 .000a
Residual 201.404 66 3.052
Total 924.347 71
a. Predictors: (Constant), LNINFLASI, LNIHSG, LNKURS, LNSBI, LNPDB
b. Dependent Variable: LNKINERJA

97
Pada pengujian secara simultan (Uji F) diperoleh Fsign sebesar

0,000 lebih kecil dari alpha 0,05 (0,000 < 0,05). Hal ini berarti bahwa

secara simultan (bersama-sama) terdapat pengaruh variabel IHSG, SBI,

KURS, PDB, dan INFLASI terhadap kinerja reksadana pendapatan tetap.

Hasil penelitian ini mendukung hipotesis alternative Ha pada

hipotesis keenam yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan

dari variabel IHSG, SBI, KURS, PDB, dan INFLASI terhadap kinerja

reksadana pendapatan tetap.

c. Pengujian Koefisien Determinasi (Adjust R-Square)

Tabel 4.14

Output uji koefisien determinasi

Adjusted R Std. Error of


Model R R Square Square the Estimate
a
1 .884 .782 .766 1.74688

Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai koefisien determinasi

yang disesuaikan adalah sebesar 0,766 yang berarti bahwa sebanyak

76,6% variasi atau perubahan kinerja reksadana pendapatan tetap

dapat dijelaskan oleh perubahan atau variasi dari IHSG, SBI, kurs,

PDB, dan inflasi.

d. Pengujian Koefisien Regresi

Pada hasil statistik diatas diperoleh persamaan sebagai berikut:

LnKinerja = -299.905 + 6.508 LnSBI - 12.424 LnKurs + 36.298

LnPDB - 3.318 LnInflasi

98
Konstanta sebesar -299.905 yang menyatakan bahwa variabel-

variabel independent dianggap nol, maka rata-rata kinerja reksadana

pendapatan tetap sebesar -299.905. Artinya secara keseluruhan kinerja

reksadana pendapatan tetap tidak terlalu baik.

1. Koefisien regresi 6.508 menyatakan bahwa setiap peningkatan 1

poin X2 (SBI) akan menaikkan kinerja reksadana sebesar 6.508

poin.

2. Koefisien regresi -12.424 menyatakan bahwa setiap kenaikan 1

poin X3 (Kurs) akan menurunkan kinerja reksadana sebesar

12.424 poin.

3. Koefisien regresi 36.298 menyatakan bahwa setiap peningkatan 1

poin X4 (PDB) akan menaikkan kinerja reksadana sebesar 36.298

poin.

4. Koefisien regresi -3.318 menyatakan bahwa setiap kenaikan 1 poin

X4 (Inflasi) akan menurunkan kinerja reksadana sebesar 3.318

poin.

5. Variabel SBI dan PDB adalah yang memiliki pengaruh paling

signifikan bagi kinerja reksadana pendapatan tetap. Artinya

variabel ini memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap

baik atau buruknya kinerja reksadana pendapatan tetap. Hal ini

menunjukkan bahwa secara agregatif naik atau turunnya SBI dan

PDB akan menaikkan atau menurunkan return reksadana

pendapatan tetap.

99
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Eduardus Tandelilin

dalam bukunya yang berjudul Analisis Investasi dan Manajemen

Portofolio (2001 : 214) yang menyatakan PDB, SBI, kurs, dan inflasi

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas

perusahaan, dalam hal ini reksadana merupakan perusahaan investasi

yang kinerjanya dilihat dari tingkat profitabilitas/return. Hal ini

konsisten dengan hasil penelitian penulis yang menyatakan bahwa

PDB, SBI, kurs, dan inflasi memberikan pengaruh signifikan terhadap

return dan kinerja reksadana pendapatan tetap.

Sedangkan berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Adler

Haymans Manurung (2008 : 140-141) menyatakan bahwa kinerja

reksadana dipengeruhi oleh beberapa faktor yaitu PDB, SBI, dan

faktor pengelolaan aset investasi reksadana. Teori ini konsisten

dengan hasil penelitian penulis yang menyatakan bahwa PDB dan SBI

berpengaruh paling signifikan terhadap kinerja reksadana pendapatan

tetap.

Kemudian diperkuat oleh penelitian-penelitian sebelumnya

diantaranya, Abdul Muthalib (2005) menyatakan bahwa terdapat

pengaruh secara parsial atau individu dari variabel-variabel makro

ekonomi yaitu Pertumbuhan Pendapatan Nasional Bersih terhadap

tingkat kinerja reksadana saham dalam menghasilkan return NAB.

100
Homan Tanamas dan Ronald (2006) menyatakan bahwa dari

hasil pengujian yang dilakukan, faktor yang paling berpengaruh dalam

perubahan return reksadana pendapatan tetap adalah return SBI.

Jika dibandingkan dengan penelitian terdahulu terdapat

perbedaan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan

penelitian yang dilakukan oleh Thomas Hartono (2005) hasil dari

penelitian tersebut menyatakan bahwa SBI, perubahan kurs, dan harga

emas berpengaruh terhadap perubahan return reksadana pendapatan

tetap. Sedangkan variabel inflasi dan PDB tidak berpengaruh terhadap

kinerja reksadana pendapatan tetap.

Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis

menunjukkan bahwa inflasi dan PDB berpengaruh terhadap kinerja

reksadana pendapatan tetap. Perbedaan tersebut dapat saja terjadi

dikarenakan dalam penelitian ini penulis mengembangkan penelitian

sebelumnya. Dalam hal ini penulis lebih memperpanjang rentang

waktu penelitian dan memperbanyak sampel penelitian.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat dianalisis bahwa

kinerja reksadana pendapatan tetap dari tahun 2003 s/d 2008

cenderung menurun. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor

ekonomi. Dimana berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa

variabel PDB memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap

kinerja reksadana pendapatan tetap sehingga jika nilai PDB naik maka

kinerja reksadana pendapatan tetap akan naik. Berdasarkan teori, PDB

101
merupakan indikator makro yang menyatakan jumlah income yang

diperoleh masyarakat Indonesia per kapita. Kenaikan income

masyarakat memungkinkan masyarakat/investor menanamkan

dananya ke reksadana sehingga memacu kinerja reksadana meningkat

yang direpresentasikan oleh peningkatan return. Begitu pula

sebaliknya, jika PDB turun maka kinerja reksadana berpotensi turun.

Pengaruh positif dan signifikan dari SBI berdasarkan hasil

analisis menunjukkan bahwa setiap kenaikan SBI akan berpengaruh

pada kenaikan kinerja reksadana pendapatan tetap. Sebaliknya, jika

SBI turun maka kinerja reksadana pendapatan tetap kemungkinan

turun. Hal ini disebabkan SBI digunakan sebagai suku bunga acuan

bagi lembaga keuangan seperti reksadana untuk menetapkan tingkat

imbal hasilnya.

102
BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis pengaruh IHSG, SBI, Kurs, PDB, dan Inflasi

terhadap kinerja reksadana pendapatan tetap dari bulan januari 2003 sampai

dengan bulan desember 2008 dengan menggunakan regresi berganda dan

pengujian statistic dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan perolehan return dan pengukuran kinerja dengan

menggunakan metode Sharpe dapat terlihat bahwa reksadana pendapatan

tetap memiliki kinerja yang menurun setiap tahunnya.

2. Hasil uji regresi ditemukan bahwa PDB dan SBI memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap kinerja reksadana pendapatan tetap, sedangakan

variabel IHSG, kurs, dan inflasi tidak memilki pengaruh yang signifkan.

3. Variabel yang paling dominan mempengaruhi kinerja reksadana

pendapatan tetap adalah PDB. Artinya variabel ini memiliki pengaruh

yang sangat signifikan terhadap baik buruknya kinerja reksadana

pendapatan tetap.

103
B. Implikasi

Dengan melihat perilaku data selama periode penelitian, analisis lebih

lanjut dapat dilakukan dengan mengganti atau menambahkan variabel

independent seperti harga emas, harga minyak, jumlah uang beredar, dan lain-

lain.

Dalam penelitian selanjutnya sebaiknya menambah periode penelitian

sehingga jumlah sampel yang diteliti pun akan bertambah, guna memperoleh

hasil penelitian yang lebih signifikan.

1. Dunia investasi

Kepada para investor dapat menggunakan variabel SBI dan PDB

sebagai parameter kinerja reksadana pendapatan tetap.

2. Dunia akademisi

Memberikan kontribusi dan pengembangan teori terutama faktor

faktor yang mempengaruhi kinerja reksadana pendapatan tetap.

3. Dunia perusahaan

Sebagai pertimbangan bagi Manajer Investasi untuk

membandingkan tingkat return dan risiko pasar dengan tingkat return dan

risiko dari reksadana pendapatan tetap.

104
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Muthalib. “Analisis Pengaruh Variabel Makro Ekonomi Terhadap Tingkat


kinerja Reksadana Saham Periode 1998-2004”. Tesis Strategi dan
Keuangan, Universitas Indonesia.Jakarta 2005

Abimanyu, Yoopi. “Memahami Kurs Valuta Asing”. Penerbit Fakultas Ekonomi


Universitas Indonesia. Jakarta. 2004.

Ahmad,Rodoni. “Modul Institusi Depositori dan Pasar Modal”.Progam Studi


Manajemen.Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.Jakarta
2008

Ang Robert, “Buku Pintar Pasar Modal Indonesia”, Media Soft Indonesia, 1997

Annisa, Sholihah. “Analisis Pengaruh JII,SWBI,IHSG,dan Inflasi Terhadap


Kinerja Reksadana Syariah”.Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Jurusan
Manajemen.Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.Jakarta
2008

Blanchard. “Economics”, Prentice Hall International, Inc.,New Jersey. 2000.

Deden,Mulyana. “Pengaruh Kebijakan Alokasi Aset dan Pemillihan Sekuritas


Terhadap Kinerja Reksadana Terbuka Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif(
Reksadana Saham,Reksadana Pendapatan Tetap,Reksadana
Campuran)”.Fakultas Ekonomi. Universitas Siliwangi. Tasikmalaya 2003

Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”. Balai


Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. 2005.

Ghufron, Sofiyani, dkk. “Investasi Halal di Reksadana Syariah”. RENAISAN.


Jakarta. 2005.

Hendriyanto. “Pengaruh Indeks Harga Saham Gabungan,Suku bunga,Kurs dan


Resiko Terhadap Imbal Hasil Reksadana Syariah dan Konvensional”. Tesis
Ekonomi dan Keuangan Syariah, Universitas Indonesia.Juli 2008

Hidayat, Khomarul. “Analisis Pengaruh Suku Bunga SBI, Fluktuasi Kurs Dolar
AS dan Tingkat Inflasi terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan”. Magister
Sains. Universitas Indonesia. 2006.

105
Homan,Tanamas,dkk. “Analisis Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap Seputar
Krisis 2005”.Program Studi Magister Manajemen Finance &
Investment.Universitas Bina Nusantara.Jakarta 2006

M.Shun’an. “Kinerja Reksadana Indonesia”.Manajemen Magister Sains


Universitas Gajah Mada.Jogjakarta 2002

Mankiw, Gregory. “Principles of Economics (Pengantar Ekonomi Mikro)”. Edisi


3. Jakarta : Salemba Empat. 2006.

Murni, Asfia. “Ekonomi Makro”. Refika Aditama. Bandung. 2006.

Ponco Wibowo, Hamid. “Pengaruh Variabel Ekonomi Makro (PDB, Suku Bunga,
Kurs) terhadap Kinerja Perbankan Syariah”. Magister Manajemen.
Universitas Indonesia. 2006.

Pramulia, Ronny. “Pengaruh Suku Bunga, Nilai Tukar Rupiah, Inflasi dan IHSG
terhadap Deposito Perbankan Syariah”. Magister Manajemen. Universitas
Indonesia. Jakarta. 2009.

Santoso, Singgih. “Latihan SPSS : Statistik Parametrik”. Alex Media


Komputindo. Jakarta. 2001.

Siamat, Dahlan. “Manajemen Lembaga Keuangan”. Edisi keempat. LP-FEUI.


Jakarta. 2004.

Sukirno, Sadono. “Teori Pengantar Makro Ekonomi”. PT. Raja Grafindo. Jakarta.
2004.

Sunariyah. “Pengantar Pengetahuan Pasar Modal”. UUP AMP YPKN.


Yogyakarta.1997.

Tinur,Fajar,dkk. “Reksadana Pendapatan Tetap di Indonesia:Analisis Market


Timing dan Stock Selection-Periode 2006-2008”.Magister
Manajemen.Universitas Indonesia. Jakarta 2008.

Manurung, Adler Haymans. “Reksadana Investasiku”. Jakarta : Kompas. 2008

Rodoni, Ahmad. “Modul Institusi Depositori dan Pasar Modal”. Jakarta :


Program Studi Manajemen FEIS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2008

Dharma, Agus. “Mengapa Harus Reksadana”. Jakarta : Majalah Uang & Efek.
1997

Rahardjo, Sapto. “Panduan Investasi Obligasi”. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka


Utama. 2004

106
Rahardjo, Sapto. “Panduan Investasi Reksadana”. Jakarta : PT. Elex Media
Komputindo. 2004

Alwi, Iskandar Z.,”Panduan Praktis Pasar Modal Teori dan Aplikasi”. Jakarta.
2003

Sunariyah. “Pengantar Pengetahuan Pasar Modal”. Yogyakarta : UPP STIM


YKPN. 2006

Septiani, Dwina. “Reksadana:Perkembangan & Prospek”. Jakarta : Pusat


Pendidikan dan Studi Kebanksentralan Bank Indonesia. 2003

Pratomo, Eko Priyo, dkk. “Reksadana : Solusi Perencanaan Investasi di Era


Modern”. Jakarta : Mees Pierson Finas. 2004

107
LAMPIRAN-LAMPIRAN
NILAI NAV / UNIT REKSADANA PENDAPATAN TETAP
PERIODE JANUARI 2003 s/d DESEMBER 2008

Tahun Dan Bulan


Nama Perusahaan
2003 NAB/Unit 2004 NAB/Unit 2005 NAB/Unit 2006 NAB/Unit 2007 NAB/Unit 2008 NAB/U
Niaga Pendapatan Tetap B Januari 1,030.62 Januari 1,163.67 Januari 1,287.25 Januari 1,287.88 Januari 1,588.69 Januari 1,752
desember 2002: Februari 1,054.15 Februari 1,173.82 Februari 1,304.04 Februari 1,399.49 Februari 1,603.51 Februari 1,760
1024.301 Maret 1,000.00 Maret 1,180.57 Maret 1,382.77 Maret 1,419.39 Maret 1,621.92 Maret 1,762
April 1,075.73 April 1,193.17 April 1,380.44 April 1,434.26 April 1,641.01 April 1,757
Mei 1,085.97 Mei 1,202.58 Mei 1,391.50 Mei 1,447.41 Mei 1,660.72 Mei 1,765
Juni 1,096.12 Juni 1,212.85 Juni 1,401.67 Juni 1,462.44 Juni 1,674.72 Juni 1,749
Juli 1,104.90 Juli 1,218.12 Juli 1,411.18 Juli 1,476.12 Juli 1,684.82 Juli 1,766
Agustus 1,112.58 Agustus 1,228.03 Agustus 1,423.27 Agustus 1,494.91 Agustus 1,691.95 Agustus 1,760
September 1,090.41 September 1,228.03 September 1,428.65 September 1,513.78 September 1,704.27 September 1,760
Oktober 1,133.89 Oktober 1,248.07 Oktober 1,437.08 Oktober 1,530.04 Oktober 1,722.44 Oktober 1,760
Nopember 1,140.28 Nopember 1,261.09 Nopember 1,087.39 Nopember 1,549.68 Nopember 1,725.81 Nopember 1,760
Desember 1,150.89 Desember 1,261.09 Desember 1,174.10 Desember 1,575.42 Desember 1,736.86 Desember 1,755

108
Schroder Dana Mantap plus Januari 1,120.88 Januari 1,195.83 Januari 1,301.82 Januari 1,267.57 Januari 1,569.37 Januari 1,685.9
desember 2002: Februari 1,138.34 Februari 1,211.18 Februari 1,302.92 Februari 1,303.02 Februari 1,570.08 Februari1,681.0
1101.781 Maret 1,013.69 Maret 1,223.18 Maret 1,285.14 Maret 1,322.79 Maret 1,600.97 Maret 1,653.6
April 1,162.09 April 1,237.01 April 1,285.04 April 1,353.43 April 1,627.82 April 1,609.9
Mei 1,172.36 Mei 1,228.24 Mei 1,292.74 Mei 1,342.52 Mei 1,676.03 Mei 1,616.5
Juni 1,189.55 Juni 1,233.46 Juni 1,293.87 Juni 1,345.10 Juni 1,666.99 Juni 1,600.8
Juli 1,198.33 Juli 1,240.63 Juli 1,280.10 Juli 1,382.62 Juli 1,666.26 Juli 1,702.2
Agustus 1,206.15 Agustus 1,248.41 Agustus 1,192.48 Agustus 1,408.09 Agustus 1,638.91 Agustus 1,697.1
September 1,071.60 September 1,248.41 September 1,179.85 September 1,457.36 September 1,668.13 September 1,697.1
Oktober 1,205.77 Oktober 1,260.45 Oktober 1,199.37 Oktober 1,500.57 Oktober 1,692.55 Oktober 1,697.1
Nopember 1,175.29 Nopember 1,271.32 Nopember 1,215.99 Nopember 1,502.03 Nopember 1,650.48 Nopember 1,697.1
Desember 1,185.64 Desember 1,271.32 Desember 1,232.83 Desember 1,553.93 Desember 1,665.08 Desember 1,732.2
Trimegah dana tetap Januari 1,207.61 Januari 1,376.16 Januari 1,562.14 Januari 1,744.43 Januari 2,000.78 Januari 2,192.0
desember 2002: Februari 1,221.58 Februari 1,387.58 Februari 1,545.27 Februari 1,763.31 Februari 2,013.16 Februari 2,197.3
1189.793 Maret 1,004.77 Maret 1,401.15 Maret 1,560.59 Maret 1,787.82 Maret 2,025.84 Maret 2,193.2
April 1,252.48 April 1,401.12 April 1,574.12 April 1,808.40 April 2,039.99 April 2,172.0
Mei 1,266.91 Mei 1,428.17 Mei 1,596.59 Mei 1,832.23 Mei 2,077.37 Mei 2,178.9
Juni 1,282.67 Juni 1,432.42 Juni 1,610.20 Juni 1,849.45 Juni 2,084.82 Juni 2,181.0
Juli 1,296.74 Juli 1,439.66 Juli 1,622.69 Juli 1,874.12 Juli 2,096.53 Juli 2,181.0
Agustus 1,310.08 Agustus 1,463.43 Agustus 1,636.80 Agustus 1,893.52 Agustus 2,105.76 Agustus 2,181.0
September 1,004.15 September 1,463.43 September 1,573.03 September 1,912.13 September 2,117.40 September 2,181.0
Oktober 1,337.90 Oktober 1,477.43 Oktober 1,599.46 Oktober 1,950.83 Oktober 2,131.57 Oktober 2,181.0
Nopember 1,346.97 Nopember 1,488.69 Nopember 1,672.12 Nopember 1,969.41 Nopember 2,167.11 Nopember 2,181.0
Desember 1,363.46 Desember 1,488.69 Desember 1,718.83 Desember 1,986.36 Desember 2,181.85 Desember 2,181.0

109
HASIL RETURN DAN STANDAR DEVIASI
REKSADANA PENDAPATAN TETAP
PERIODE JANUARI 2003 s/d DESEMBER 2008
Periode Niaga Pendapatan Tetap B Schroder Dana Mantap plus Trimegah dana tetap
No
tahun bulan Return sd return Sd return sd
1 2003 Januari 0.006169085 0.000248672 0.017334069 0.001241409 0.014976723 0.000567024
2 Februari 0.022834697 0.001729173 0.015573210 0.001032433 0.011568836 0.000162582
3 Maret -0.051371906 0.007077531 -0.109501644 0.013811221 -0.177483408 0.022273791
4 April 0.075731754 0.008006898 0.146397735 0.016558448 0.246529761 0.028047314
5 Mei 0.009518047 0.000148777 0.008843700 0.000233787 0.011523046 0.000157148
6 Juni 0.009347246 0.000128507 0.014656838 0.000923680 0.012436805 0.000265591
7 Juli 0.008006126 0.000030655 0.007387300 0.000060945 0.010971279 0.000091665
8 Agustus 0.006957473 0.000155107 0.006519574 0.000042036 0.010290307 0.000010849
9 September -0.019934505 0.003346598 -0.111549802 0.014054293 -0.233525888 0.028924810
10 Oktober 0.039875921 0.003751594 0.125204668 0.014043294 0.332379809 0.038235840
11 Nopember 0.005636969 0.000311822 -0.025279329 0.003815871 0.006774270 0.000406428
12 Desember 0.009303465 0.000123311 0.008805368 0.000229238 0.012247310 0.000243102
13 2004 Januari 0.011111493 0.000337884 0.008596826 0.000204489 0.009314265 0.000104986
14 Februari 0.008722211 0.000054329 0.012838944 0.000707936 0.008297247 0.000225684
15 Maret 0.005746387 0.000298837 0.009905860 0.000359843 0.009778725 0.000049865
16 April 0.010674894 0.000286069 0.011307149 0.000526145 -0.000024243 0.001213263
17 Mei 0.007886125 0.000044897 -0.007088796 0.001657052 0.019312041 0.001081532
18 Juni 0.008536396 0.000032276 0.004249037 0.000311499 0.002969849 0.000857930
19 Juli 0.004346691 0.000464950 0.005811106 0.000126115 0.005056093 0.000610338
20 Agustus 0.008132841 0.000015617 0.006272547 0.000071352 0.016512535 0.000749291
110
21 September 0.000000000 0.000980807 0.000000000 0.000815767 0.000000000 0.001210386
22 Oktober 0.016323995 0.000956494 0.009640030 0.000328294 0.009568150 0.000074856
23 Nopember 0.010429767 0.000256978 0.008627351 0.000208112 0.007616850 0.000306432
24 Desember 0.000000000 0.000980807 0.000000000 0.000815767 0.000000000 0.001210386
25 2005 Januari 0.020740711 0.001480662 0.023987162 0.002030986 0.049341642 0.004645389
26 Februari 0.013047868 0.000567690 0.000848569 0.000715060 -0.010799217 0.002492017
27 Maret 0.060375668 0.006184466 -0.013644898 0.002435118 0.009916725 0.000033487
28 April -0.001691049 0.001181498 -0.000082623 0.000825572 0.008664814 0.000182062
29 Mei 0.008017137 0.000029348 0.005991411 0.000104717 0.014279477 0.000484276
30 Juni 0.007303660 0.000114022 0.000874667 0.000711963 0.008518873 0.000199382
31 Juli 0.006785561 0.000175509 -0.010644590 0.002079047 0.007759505 0.000289502
32 Agustus 0.008572750 0.000036591 -0.068444788 0.008938669 0.008692841 0.000178736
33 September 0.003773693 0.000532952 -0.010592346 0.002072847 -0.038958659 0.005833928
34 Oktober 0.005902852 0.000280268 0.016544734 0.001147732 0.016805275 0.000784033
35 Nopember -0.243332964 0.029859117 0.013860335 0.000829153 0.045427724 0.004180893
36 Desember 0.079745728 0.008483269 0.013848280 0.000827722 0.027933672 0.002104731
37 2006 Januari 0.096906755 0.010519909 0.028176893 0.002528215 0.014894392 0.000557253
38 Februari 0.086660143 0.009303859 0.027969127 0.002503558 0.010820658 0.000073790
39 Maret 0.014217455 0.000706494 0.015170671 0.000984661 0.013903669 0.000439676
40 April 0.010474306 0.000262264 0.023166946 0.001933644 0.011507268 0.000155275
41 Mei 0.009174953 0.000108059 -0.008061121 0.001772446 0.013179669 0.000353753
42 Juni 0.010379378 0.000250998 0.001918338 0.000588102 0.009396874 0.000095182
43 Juli 0.009354486 0.000129366 0.027892675 0.002494485 0.013338626 0.000372618
44 Agustus 0.012730546 0.000530030 0.018420913 0.001370394 0.010351138 0.000018068
45 September 0.012620117 0.000516925 0.034996008 0.003337495 0.009830376 0.000043735
46 Oktober 0.010741789 0.000294008 0.029644905 0.002702436 0.020240384 0.001191706

111
47 Nopember 0.012835630 0.000542502 0.000973002 0.000700292 0.009519870 0.000080585
48 Desember 0.016611651 0.000990633 0.034557963 0.003285509 0.008607124 0.000188908
49 2007 Januari 0.008424475 0.000018994 0.009933613 0.000363136 0.007258842 0.000348920
50 Februari 0.009330975 0.000126576 0.000449654 0.000762402 0.006191526 0.000475587
51 Maret 0.011477751 0.000381351 0.019674349 0.001519149 0.006297943 0.000462958
52 April 0.011772072 0.000416281 0.016770353 0.001174508 0.006986088 0.000381290
53 Mei 0.012008090 0.000444291 0.029620202 0.002699505 0.018319253 0.000963709
54 Juni 0.008431211 0.000019793 -0.005392743 0.001455767 0.003590640 0.000784256
55 Juli 0.006031251 0.000265030 -0.000440061 0.000867992 0.005613599 0.000544174
56 Agustus 0.004230978 0.000478683 -0.016416567 0.002764055 0.004403540 0.000687782
57 September 0.007282691 0.000116511 0.017829090 0.001300157 0.005529172 0.000554194
58 Oktober 0.010659407 0.000284231 0.014641258 0.000921831 0.006690766 0.000416338
59 Nopember 0.001957903 0.000748447 -0.024855671 0.003765592 0.016672988 0.000768333
60 Desember 0.006402791 0.000220936 0.008845911 0.000234050 0.006801685 0.000403175
61 2008 Januari 0.009125664 0.000102210 0.012521921 0.000670312 0.004684098 0.000654486
62 Februari 0.004518717 0.000444534 -0.002870819 0.001156470 0.002394997 0.000926152
63 Maret 0.000863327 0.000878349 -0.016340589 0.002755038 -0.001843154 0.001429128
64 April -0.002502625 0.001277814 -0.026390586 0.003947753 -0.009670492 0.002358062
65 Mei 0.004335112 0.000466324 0.004074585 0.000332202 0.003158292 0.000835566
66 Juni -0.008734762 0.002017433 -0.009724473 0.001969849 0.000977549 0.001094372
67 Juli 0.009628902 0.000161933 0.063342537 0.006701610 0.000000000 0.001210386
68 Agustus -0.003537489 0.001400630 -0.003001962 0.001172034 0.000000000 0.001210386
69 September 0.000000000 0.000980807 0.000000000 0.000815767 0.000000000 0.001210386
70 Oktober 0.000000000 0.000980807 0.000000000 0.000815767 0.000000000 0.001210386
71 Nopember 0.000000000 0.000980807 0.000000000 0.000815767 0.000000000 0.001210386
72 Desember -0.002601475 0.001289546 0.020717573 0.001642957 0.000000000 0.001210386

112
HASIL KINERJA REKSADANA PENDAPATAN TETAP
METODE SHARPE DAN NILAI IHSG, SBI, KURS, PDB, DAN INFLASI
PERIODE JANUARI 2003 s/d DESEMBER 2008

Nama Perusahaan Niaga Pendapatan Tetap B


Tahun Bulan KINERJA IHSG SBI KURS PDB INFLASI
2003 Januari -17.717798460 388.443 0.0106 8940.00 128907.37 0.007233
Februari 7.306787786 399.22 0.0102 8905.00 128907.37 0.006333
Maret -8.600726190 398.004 0.0095 8908.00 128907.37 0.005975
April 8.307222737 450.861 0.0092 8675.00 130869.07 0.00635
Mei 5.498478489 494.776 0.0087 8279.00 130869.07 0.005958
Juni 10.937796356 505.499 0.0079 8285.00 130869.07 0.005817
Juli 13.791950600 507.985 0.0076 8505.00 134220.63 0.005225
Agustus -3.014216620 529.675 0.0074 8535.00 134220.63 0.005425
September -8.113066652 597.652 0.0072 8389.00 134220.63 0.005275
Oktober 8.745417639 625.546 0.0071 8495.00 130056.03 0.0054
Nopember -4.611700502 617.084 0.0071 8537.00 130056.03 0.004608
Desember 19.288375477 691.895 0.0069 8465.00 130056.03 0.0043
2.651543388
2004 Januari 32.885504255 752.932 0.0066 8441.00 134978.67 0.004017
Februari 160.545562880 761.081 0.0064 8447.00 134978.67 0.003833
Maret 19.229184779 735.677 0.0062 8587.00 134978.67 0.004258
113
April 37.315738011 783.413 0.0061 8661.00 137174.03 0.004933
Mei 175.651020946 732.516 0.0061 9210.00 137174.03 0.005392
Juni 264.477817277 732.401 0.0061 9415.00 137174.03 0.005692
Juli 9.348727070 756.983 0.0061 9168.00 141783.30 0.006
Agustus 520.777548147 754.704 0.0061 9328.00 141783.30 0.005558
September 0.000000000 820.134 0.0062 9170.00 141783.30 0.005225
Oktober 17.066483053 860.487 0.0062 9090.00 139590.27 0.005183
Nopember 40.586183765 977.767 0.0062 9018.00 139590.27 0.00515
Desember 0.000000000 1000.233 0.0062 9290.00 139590.27 0.005333
106.490314182
2005 Januari 14.007726969 1045.435 0.0062 9165.00 142586.77 0.0061
Februari 22.984157847 1073.828 0.0062 9260.00 142586.77 0.005958
Maret 9.762470457 1080.165 0.0062 9480.00 142586.77 0.007342
April -1.431275226 1029.613 0.0064 9570.00 144999.63 0.006767
Mei 273.172697239 1088.169 0.0066 9495.00 144999.63 0.006167
Juni 64.054617877 1122.376 0.0069 9713.00 144999.63 0.006183
Juli 38.662079936 1182.301 0.0071 9819.00 149429.17 0.006533
Agustus 234.286936287 1050.09 0.0079 10240.00 149429.17 0.006942
September 7.080730488 1079.275 0.0083 10310.00 149429.17 0.00755
Oktober 21.061473874 1066.224 0.0092 10090.00 146166.73 0.014908
Nopember -8.149368985 1096.641 0.0102 10035.00 146166.73 0.015317
Desember 9.400353197 1162.635 0.0106 9830.00 146166.73 0.014258
57.074383330
2006 Januari 9.211748805 1232.321 0.0106 9395.00 149425.60 0.014192
Februari -98.167848125 1230.664 0.0106 9230.00 149425.60 0.014933
Maret -2810.756189766 1322.974 0.0106 9075.00 149425.60 0.013117

114
April -11398.914267660 1464.406 0.0106 8775.00 152574.90 0.012833
Mei -36931.852900185 1329.996 0.0104 9220.00 152574.90 0.013
Juni -19879.115523852 1310.263 0.0104 9300.00 152574.90 0.012942
Juli -46307.782324845 1351.649 0.0102 9070.00 158265.83 0.012625
Agustus -13182.770304350 1431.262 0.0098 9100.00 158265.83 0.012417
September -15451.721757132 1534.615 0.0094 9235.00 158265.83 0.012125
Oktober -30574.834338360 1582.626 0.0090 9110.00 155285.30 0.005242
Nopember -18409.462257995 1718.961 0.0085 9165.00 155285.30 0.004392
Desember -11087.243761664 1805.523 0.0081 9020.00 155285.30 0.0055
-17176.950810427
2007 Januari 443.536030277 1757.258 0.0079 9090.00 158608.00 0.005217
-
Februari 110532.152281119 1740.971 0.0077 9160.00 158608.00 0.00525
Maret -39303.737774636 1830.924 0.0075 9118.00 158608.00 0.005433
April -38407.340759227 1999.167 0.0075 9083.00 162367.63 0.005242
Mei -38236.207481979 2084.324 0.0073 8828.00 162367.63 0.005008
-
Juni 908976.152947177 2139.278 0.0071 9054.00 162367.63 0.004808
Juli -71667.356438357 2348.673 0.0069 9186.00 168652.53 0.00505
Agustus -41772.489391434 2194.339 0.0069 9410.00 168652.53 0.005425
-
September 180177.928204944 2359.206 0.0069 9137.00 168652.53 0.005792
Oktober -77364.207688709 2643.487 0.0069 9103.00 165029.93 0.005733
Nopember -30727.681695202 2688.332 0.0069 9376.00 165029.93 0.005592
-
Desember 108599.786673557 2745.826 0.0067 9419.00 165029.93 0.005492
-
137110.125442172
115
2008 Januari 89.283803247 2627.251 0.0067 9291.00 168414.20 0.006133
Februari -60727.544419548 2721.944 0.0066 9051.00 168414.20 0.006167
Maret -31876.995895589 2447.299 0.0066 9217.00 168414.20 0.006808
April -22696.962111431 2304.516 0.0067 9234.00 173119.77 0.007467
Mei -64323.624084501 2444.349 0.0069 9318.00 173119.77 0.00865
Juni -15370.391643892 2349.105 0.0073 9225.00 173119.77 0.009192
-
Juli 197553.150994764 2304.508 0.0077 9118.00 179522.27 0.009917
Agustus -23563.350388532 2165.943 0.0077 9153.00 179522.27 0.009875
September -34665.317821963 1832.507 0.0073 9378.00 179522.27 0.010117
Oktober -35684.885993197 1256.704 0.0092 10995.00 172978.33 0.009808
Nopember -36704.454164431 1241.541 0.0094 12151.00 172978.33 0.009733
Desember -28694.294238239 1355.408 0.0090 10950.00 172978.33 0.009217

Nama Perusahaan Schroder Dana Mantap plus


Tahun Bulan KINERJA IHSG SBI KURS PDB INFLASI
2003 Januari 5.444675735 388.443 0.0106 8940.00 128907.37 0.007233
Februari 5.204413323 399.22 0.0102 8905.00 128907.37 0.006333
Maret -8.616301571 398.004 0.0095 8908.00 128907.37 0.005975
April 8.284657337 450.861 0.0092 8675.00 130869.07 0.00635
Mei 0.614659720 494.776 0.0087 8279.00 130869.07 0.005958
Juni 7.270018825 505.499 0.0079 8285.00 130869.07 0.005817
Juli -3.216576452 507.985 0.0076 8505.00 134220.63 0.005225
Agustus -21.539548557 529.675 0.0074 8535.00 134220.63 0.005425
September -8.450547668 597.652 0.0072 8389.00 134220.63 0.005275
Oktober 8.412414025 625.546 0.0071 8495.00 130056.03 0.0054

116
Nopember -8.478884388 617.084 0.0071 8537.00 130056.03 0.004608
Desember 8.202677127 691.895 0.0069 8465.00 130056.03 0.0043
-0.572361879
2004 Januari 10.009470260 752.932 0.0066 8441.00 134978.67 0.004017
Februari 9.071836672 761.081 0.0064 8447.00 134978.67 0.003833
Maret 10.344871946 735.677 0.0062 8587.00 134978.67 0.004258
April 9.880954141 783.413 0.0061 8661.00 137174.03 0.004933
Mei -7.959193070 732.516 0.0061 9210.00 137174.03 0.005392
Juni -5.995625893 732.401 0.0061 9415.00 137174.03 0.005692
Juli -2.555023574 756.983 0.0061 9168.00 141783.30 0.006
Agustus 1.834285424 754.704 0.0061 9328.00 141783.30 0.005558
September -7.549136442 820.134 0.0062 9170.00 141783.30 0.005225
Oktober 10.554640103 860.487 0.0062 9090.00 139590.27 0.005183
Nopember 11.783826066 977.767 0.0062 9018.00 139590.27 0.00515
Desember -7.589997803 1000.233 0.0062 9290.00 139590.27 0.005333
2.652575653
2005 Januari 8.766102023 1045.435 0.0062 9165.00 142586.77 0.0061
Februari -7.472237015 1073.828 0.0062 9260.00 142586.77 0.005958
Maret -8.149460311 1080.165 0.0062 9480.00 142586.77 0.007342
April -7.872467284 1029.613 0.0064 9570.00 144999.63 0.006767
Mei -6.050491381 1088.169 0.0066 9495.00 144999.63 0.006167
Juni -8.427875267 1122.376 0.0069 9713.00 144999.63 0.006183
Juli -8.522938582 1182.301 0.0071 9819.00 149429.17 0.006533
Agustus -8.543754368 1050.09 0.0079 10240.00 149429.17 0.006942
September -9.130283739 1079.275 0.0083 10310.00 149429.17 0.00755
Oktober 6.428388072 1066.224 0.0092 10090.00 146166.73 0.014908

117
Nopember 4.404499334 1096.641 0.0102 10035.00 146166.73 0.015317
Desember 3.894158155 1162.635 0.0106 9830.00 146166.73 0.014258
-3.389696697
2006 Januari 6.942404125 1232.321 0.0106 9395.00 149425.60 0.014192
Februari 6.931119470 1230.664 0.0106 9230.00 149425.60 0.014933
Maret 4.633410481 1322.974 0.0106 9075.00 149425.60 0.013117
April 6.490480594 1464.406 0.0106 8775.00 152574.90 0.012833
Mei -10.425023594 1329.996 0.0104 9220.00 152574.90 0.013
Juni -14.450439075 1310.263 0.0104 9300.00 152574.90 0.012942
Juli 7.089376094 1351.649 0.0102 9070.00 158265.83 0.012625
Agustus 6.296911015 1431.262 0.0098 9100.00 158265.83 0.012417
September 7.676716986 1534.615 0.0094 9235.00 158265.83 0.012125
Oktober 7.654785890 1582.626 0.0090 9110.00 155285.30 0.005242
Nopember -10.807862092 1718.961 0.0085 9165.00 155285.30 0.004392
Desember 8.045317316 1805.523 0.0081 9020.00 155285.30 0.0055
2.173099768
2007 Januari 5.554238862 1757.258 0.0079 9090.00 158608.00 0.005217
Februari -9.520797133 1740.971 0.0077 9160.00 158608.00 0.00525
Maret 8.013926574 1830.924 0.0075 9118.00 158608.00 0.005433
April 7.892966155 1999.167 0.0075 9083.00 162367.63 0.005242
Mei 8.271345389 2084.324 0.0073 8828.00 162367.63 0.005008
Juni -8.570102593 2139.278 0.0071 9054.00 162367.63 0.004808
Juli -8.427565094 2348.673 0.0069 9186.00 168652.53 0.00505
Agustus -8.426594224 2194.339 0.0069 9410.00 168652.53 0.005425
September 8.425204897 2359.206 0.0069 9137.00 168652.53 0.005792
Oktober 8.424817113 2643.487 0.0069 9103.00 165029.93 0.005733

118
Nopember -8.426476013 2688.332 0.0069 9376.00 165029.93 0.005592
Desember 9.311024311 2745.826 0.0067 9419.00 165029.93 0.005492
1.043499020
2008 Januari 8.735117604 2627.251 0.0067 9291.00 168414.20 0.006133
Februari -8.196625317 2721.944 0.0066 9051.00 168414.20 0.006167
Maret -8.338877580 2447.299 0.0066 9217.00 168414.20 0.006808
April -8.371577416 2304.516 0.0067 9234.00 173119.77 0.007467
Mei -8.580358458 2444.349 0.0069 9318.00 173119.77 0.00865
Juni -8.629834643 2349.105 0.0073 9225.00 173119.77 0.009192
Juli 8.304105188 2304.508 0.0077 9118.00 179522.27 0.009917
Agustus -9.159543047 2165.943 0.0077 9153.00 179522.27 0.009875
September -8.897561354 1832.507 0.0073 9378.00 179522.27 0.010117
Oktober -11.216443590 1256.704 0.0092 10995.00 172978.33 0.009808
Nopember -11.482042437 1241.541 0.0094 12151.00 172978.33 0.009733
Desember 7.116785890 1355.408 0.0090 10950.00 172978.33 0.009217

Nama Perusahaan Trimegah dana tetap


Tahun Bulan KINERJA IHSG SBI KURS PDB INFLASI
2003 Januari 7.762852670 388.443 0.0106 8940.00 128907.37 0.007233
Februari 8.419351125 399.22 0.0102 8905.00 128907.37 0.006333
Maret -8.394772328 398.004 0.0095 8908.00 128907.37 0.005975
April 8.461170168 450.861 0.0092 8675.00 130869.07 0.00635
Mei 17.964266666 494.776 0.0087 8279.00 130869.07 0.005958
Juni 16.925035877 505.499 0.0079 8285.00 130869.07 0.005817
Juli 36.960026328 507.985 0.0076 8505.00 134220.63 0.005225
Agustus 264.115554750 529.675 0.0074 8535.00 134220.63 0.005425

119
September -8.323047005 597.652 0.0072 8389.00 134220.63 0.005275
Oktober 8.508068413 625.546 0.0071 8495.00 130056.03 0.0054
Nopember -0.739932850 617.084 0.0071 8537.00 130056.03 0.004608
Desember 21.893302596 691.895 0.0069 8465.00 130056.03 0.0043
31.129323034
2004 Januari 26.329787203 752.932 0.0066 8441.00 134978.67 0.004017
Februari 8.332804595 761.081 0.0064 8447.00 134978.67 0.003833
Maret 72.102466321 735.677 0.0062 8587.00 134978.67 0.004258
April -5.054613080 783.413 0.0061 8661.00 137174.03 0.004933
Mei 12.216048289 732.516 0.0061 9210.00 137174.03 0.005392
Juni -3.667919297 732.401 0.0061 9415.00 137174.03 0.005692
Juli -1.764989634 756.983 0.0061 9168.00 141783.30 0.006
Agustus 13.840903599 754.704 0.0061 9328.00 141783.30 0.005558
September -5.087908126 820.134 0.0062 9170.00 141783.30 0.005225
Oktober 45.329262912 860.487 0.0062 9090.00 139590.27 0.005183
Nopember 4.705279061 977.767 0.0062 9018.00 139590.27 0.00515
Desember -5.115447547 1000.233 0.0062 9290.00 139590.27 0.005333
13.513806191
2005 Januari 9.290568426 1045.435 0.0062 9165.00 142586.77 0.0061
Februari -6.818124079 1073.828 0.0062 9260.00 142586.77 0.005958
Maret 110.988910209 1080.165 0.0062 9480.00 142586.77 0.007342
April 12.348252837 1029.613 0.0064 9570.00 144999.63 0.006767
Mei 15.806021190 1088.169 0.0066 9495.00 144999.63 0.006167
Juni 8.244844207 1122.376 0.0069 9713.00 144999.63 0.006183
Juli 2.364420947 1182.301 0.0071 9819.00 149429.17 0.006533
Agustus 4.295960293 1050.09 0.0079 10240.00 149429.17 0.006942
120
September -8.106371875 1079.275 0.0083 10310.00 149429.17 0.00755
Oktober 9.742711515 1066.224 0.0092 10090.00 146166.73 0.014908
Nopember 8.423892200 1096.641 0.0102 10035.00 146166.73 0.015317
Desember 8.223698542 1162.635 0.0106 9830.00 146166.73 0.014258
14.567065368
2006 Januari 7.661496511 1232.321 0.0106 9395.00 149425.60 0.014192
Februari 2.764491876 1230.664 0.0106 9230.00 149425.60 0.014933
Maret 7.494921250 1322.974 0.0106 9075.00 149425.60 0.013117
April 5.735626848 1464.406 0.0106 8775.00 152574.90 0.012833
Mei 7.810544804 1329.996 0.0104 9220.00 152574.90 0.013
Juni -10.714095087 1310.263 0.0104 9300.00 152574.90 0.012942
Juli 8.400819049 1351.649 0.0102 9070.00 158265.83 0.012625
Agustus 30.964795138 1431.262 0.0098 9100.00 158265.83 0.012417
September 10.412127778 1534.615 0.0094 9235.00 158265.83 0.012125
Oktober 9.467146301 1582.626 0.0090 9110.00 155285.30 0.005242
Nopember 12.138702192 1718.961 0.0085 9165.00 155285.30 0.004392
Desember 2.552156035 1805.523 0.0081 9020.00 155285.30 0.0055
7.890727725
2007 Januari -1.885315497 1757.258 0.0079 9090.00 158608.00 0.005217
Februari -3.189335516 1740.971 0.0077 9160.00 158608.00 0.00525
Maret -2.596471480 1830.924 0.0075 9118.00 158608.00 0.005433
April -1.347824140 1999.167 0.0075 9083.00 162367.63 0.005242
Mei 11.442856196 2084.324 0.0073 8828.00 162367.63 0.005008
Juni -4.453514310 2139.278 0.0071 9054.00 162367.63 0.004808
Juli -2.318008500 2348.673 0.0069 9186.00 168652.53 0.00505
Agustus -3.593376447 2194.339 0.0069 9410.00 168652.53 0.005425
121
September -2.428441850 2359.206 0.0069 9137.00 168652.53 0.005792
Oktober -0.442509711 2643.487 0.0069 9103.00 165029.93 0.005733
Nopember 12.752259199 2688.332 0.0069 9376.00 165029.93 0.005592
Desember 0.334888485 2745.826 0.0067 9419.00 165029.93 0.005492
0.189600536
2008 Januari -3.029199374 2627.251 0.0067 9291.00 168414.20 0.006133
Februari -4.549291448 2721.944 0.0066 9051.00 168414.20 0.006167
Maret -5.931229378 2447.299 0.0066 9217.00 168414.20 0.006808
April -6.924679168 2304.516 0.0067 9234.00 173119.77 0.007467
Mei -4.507972795 2444.349 0.0069 9318.00 173119.77 0.00865
Juni -5.754395136 2349.105 0.0073 9225.00 173119.77 0.009192
Juli -6.354721516 2304.508 0.0077 9118.00 179522.27 0.009917
Agustus -6.389145792 2165.943 0.0077 9153.00 179522.27 0.009875
September -5.996709036 1832.507 0.0073 9378.00 179522.27 0.010117
Oktober -7.559571207 1256.704 0.0092 10995.00 172978.33 0.009808
Nopember -7.738577447 1241.541 0.0094 12151.00 172978.33 0.009733
Desember -7.456298376 1355.408 0.0090 10950.00 172978.33 0.009217

122
UJI NORMALITAS

123
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual

N 72

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation 1.68424400

Most Extreme Differences Absolute .104

Positive .047

Negative -.104

Kolmogorov-Smirnov Z .882

Asymp. Sig. (2-tailed) .418

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

124
UJI MULTIKOLINEARITAS

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta T Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) -299.905 63.391 -4.731 .000

LNIHSG .205 1.073 .031 .191 .849 .128 7.831


LNSBI 6.508 1.727 .331 3.769 .000 .427 2.341
LNKURS -12.424 4.142 -.222 -2.999 .004 .601 1.664
LNPDB 36.298 6.330 .990 5.735 .000 .111 9.029
LNINFLASI -3.318 .915 -.342 -3.624 .001 .370 2.701
a. Dependent Variable: LNKINERJA

Coefficient Correlationsa
Model LNINFLASI LNIHSG LNKURS LNSBI LNPDB
1 Correlations LNINFLASI 1.000 -.041 -.290 -.718 -.063
LNIHSG -.041 1.000 .330 .220 -.920
LNKURS -.290 .330 1.000 .145 -.440
LNSBI -.718 .220 .145 1.000 -.117
LNPDB -.063 -.920 -.440 -.117 1.000
Covariances LNINFLASI .838 -.040 -1.099 -1.136 -.368
LNIHSG -.040 1.151 1.466 .408 -6.245
125
LNKURS -1.099 1.466 17.156 1.035 -11.528
LNSBI -1.136 .408 1.035 2.981 -1.282
LNPDB -.368 -6.245 -11.528 -1.282 40.066
a. Dependent Variable: LNKINERJA

Collinearity Diagnosticsa

Dimensi Variance Proportions


Model on Eigenvalue Condition Index (Constant) LNIHSG LNSBI LNKURS LNPDB LNINFLASI

1 1 5.990 1.000 .00 .00 .00 .00 .00 .00

2 .007 29.310 .00 .05 .00 .00 .00 .14

3 .003 47.606 .00 .09 .00 .00 .00 .18

4 .000 110.931 .00 .01 .97 .00 .00 .56

5 2.022E-5 544.219 .14 .01 .01 .93 .03 .11

6 4.664E-6 1133.215 .86 .84 .02 .07 .97 .01

a. Dependent Variable: LNKINERJA

126
UJI AUTOKORELASI

Model Summaryb

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson

1 .884a .782 .766 1.74688 2.006

a. Predictors: (Constant), LNINFLASI, LNIHSG, LNKURS, LNSBI, LNPDB

b. Dependent Variable: LNKINERJA

UJI HETEROKEDASTISITAS

127
Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) -44449.295 88141.017 -.504 .616

ABSIHSG 12.690 16.483 .234 .770 .444

ABSSBI 3601297.283 4471244.196 .145 .805 .423

ABSKURS -3.732 9.196 -.063 -.406 .686

ABSPDB .432 .838 .174 .516 .608

ABSINFLASI -2778123.690 2243705.843 -.236 -1.238 .220

a. Dependent Variable: ABSKINERJA

128
ANALISIS REGRESI

Variables Entered/Removed
Variables Variables
Model Entered Removed Method
1 LNINFLASI, . Enter
LNIHSG,
LNKURS,
LNSBI, LNPDBa
a. All requested variables entered.

ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 722.943 5 144.589 47.382 .000a
Residual 201.404 66 3.052

Total 924.347 71

a. Predictors: (Constant), LNINFLASI, LNIHSG, LNKURS, LNSBI, LNPDB


b. Dependent Variable: LNKINERJA

129
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) -299.905 63.391 -4.731 .000

LNIHSG .205 1.073 .031 .191 .849


LNSBI 6.508 1.727 .331 3.769 .000
LNKURS -12.424 4.142 -.222 -2.999 .004
LNPDB 36.298 6.330 .990 5.735 .000
LNINFLASI -3.318 .915 -.342 -3.624 .001

130
Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N


Predicted Value 1.0997 11.1727 5.6542 3.19097 72
Std. Predicted Value -1.427 1.729 .000 1.000 72
Standard Error of Predicted .358 1.039 .490 .120 72
Value
Adjusted Predicted Value .8394 11.4990 5.6490 3.18959 72
Residual -5.88106 3.34226 .00000 1.68424 72
Std. Residual -3.367 1.913 .000 .964 72
Stud. Residual -3.456 1.988 .001 1.005 72
Deleted Residual -6.19758 3.60742 .00521 1.83508 72
Stud. Deleted Residual -3.790 2.034 -.003 1.032 72
Mahal. Distance 1.995 24.129 4.931 3.439 72
Cook's Distance .000 .171 .015 .027 72
Centered Leverage Value .028 .340 .069 .048 72
a. Dependent Variable: LNKINERJA

131

Anda mungkin juga menyukai