Anda di halaman 1dari 4

Nama : Rifqi Yusuf Isnan

NPM : 211003742018398
Kelas : I1 Sore
Makul : Pengantar Hukum Indonesia

Ujian Tengah Semester (UTS)

1. Tata hukum dalam bahasa Belandanya disebut “recth orde” yaitu susunan hukum. Dengan
demikian tata hukum adalah susunan hukum yang terdiri atas aturan-aturan hukum yang tertata
sedemikian rupa sehingga orang mudah menemukannya bila suatu ketika ia membutuhkannya
untuk menyelesaikan peristiwa hukum yang terjadi dalam masyarakat. Tata atau susunan itu
pelaksanaannya berlangsung selama ada pergaulan hidup manusia yang berkembang. Setiap
bangsa mempunyai tata hukumnya sendiri, demikian juga bangsa Indonesia mempunyai tata
hukumnya, yaitu tata hukum Indonesia. Guna mempelajari tata hukum Indonesia adalah untuk
mengetahui hukum yang berlaku sekarang ini di dalam negara Kesatuan Republik Indonesia.
Tata hukum yang sah dan berlaku pada waktu tertentu di negara tertentu disebut hukum positif
(ius constitutum). Sedangkan tata hukum yang diharapkan berlaku pada waktu yang akan
datang dinamakan Ius constituendum. Ius constituendum dapat menjadi Ius constitutum dan Ius
constitutum dapat hapus dan diganti dengan Ius constitutum baru yang disesuaikan dengan
kebutuhan masyarakat yang senantiasa berkembang. Tata Hukum Indonesia ditetapkan oleh
masyarakat hukum Indonesia sejak lahirnya Negara Indonesia yaitu pada 17 Agustus 1945. Pada
saat berdirinya Negara Indonesia terbentuklah tata hukumya, hal ini dinyatakan dalam
Proklamasi Kemerdekaan yang berbunyi “Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan
Kemerdekaan Indonesia” serta dalam Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi “Atas berkat
Rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya
berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini
kemerdekaannya. Kemudian daripada itu disusunlah Kemerdekaan Indonesia itu dalam suatu
Undang-Undang Dasar Negara Indonesia”. Menurut Samidjo, tujuan mempelajari Tata Hukum
Indonesia adalah mempelajari hukum yang mencakup seluruh lapangan hukum yang berlaku di
Indonesia, baik itu hukum yang tertulis maupun hukum yang tidak tertulis.

2. Dalam Pasal II dari Aturan Peralihan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia telah
ditetapkan, bahwa segala Badan-Badan Negara dan Peraturan-Peraturan yang ada, masih
berlaku sebelumnya diadakan peraturan baru. Untuk lebih menegaskan berlakunya pasal ini,
maka berdasarkan atas Pasal IV dari Aturan Peralihan, dengan ini diadakan Peraturan.
Fungsi dari pasal tersebut adalah untuk menghindari terjadinya kekosongan hukum, menjamin
kepastian hukum, memberikan perlindungan hukum bagi pihak yang terkena dampak
perubahan ketentuan Peraturan Perundang-undangan, dan untuk mengatur hal-hal yang bersifat
transisional atau bersifat sementara. Peristiwa Proklamasi 17 Agustus 1945 menunjukkan
bahwa bangsa Indonesia telah memutuskan ikatan dengan tata hukum sebelumnya, yaitu
peraturan hukum Hindia Belanda dan Jepang. Dengan demikian, sejak tanggal 17 Agustus 1945
bangsa Indonesia telah mendirikan tata hukum baru, yaitu tata hukum Indonesia berisikan
hukum Indonesia yang ditentukan dan dilaksanakan sendiri oleh bangsa Indonesia.
3. Politik hukum yang dimasudkan didalam pasal 102 UUD Sementara 1950 berbunyi "Hukum
perdata, hukum dagang, hukum pidana sipil, hukum pidana militer, hukum acara perdata,
hukum acara pidana, susunan dan kekuasaan pengadilan diatur dengan undang-undang dalam
kitab-kitab hukum". Pada saat itu Penguasa menghendaki dikodifikasikannya lapangan-
lapangan hukum tersebut yang berlaku untuk seluruh rakyat Indonesia. Setelah itu terjadi
peristiwa Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959 yang menyatakan kita kembali lagi ke UUD
1945, maka dengan demikian UUD Sementara 1950 menjadi tidak berlaku yang berarti juga
Pasal 102 tidak berlaku.

4. Syarat mutlak untuk berlakunya suatu Undang-undang adalah diundangkan dalam lembaran
negara (LN) oleh menteri sekretaris negara. Tanggal berlakunya suatu undang-undang menurut
tanggal yang ditentukan dalam Undang-undang itu sendiri. Jika tanggal berlakunya disebutkan
dalam Undang-undang, maka Undang-undang itu mulai berlaku 30 hari sesudah diundangkan
dalam Lembaran negara (LN) untuk jawa dan madura, dan untuk daerah lainnya baru berlaku
100 hari setelah perundangan dalam Lembaran Negara (LN). Untuk mewujudkan
penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme, dalam
Undang-undang ini ditetapkan asas-asas umum penyelenggaraan negara yang meliputi Asas
kepastian hukum, Asas tertib penyelenggaraan negara, Asas kepentingan umum, Asas
keterbukaan, Asas proporsionalitas, Asas profesionalitas, dan Asas akuntabilitas. Penting atau
tidaknya yurisprudensi sebagai sumber hukum dikaitkan dengan pikiran-pikiran atau aliran-
aliran tentang tugas seorang hakim. Menurut aliran Legalisme, yurisprudensi dianggap tidak
atau kurang penting, sebab satu-satunya hukum adalah undang-undang. Dengan demikian
praktik pekerjaan hakim hanyalah pelaksana undang-undang. Menurut Aliran freie
rechtsbewegung, yurisprudensi dianggap mempunyai makna yang sangat penting, aliran ini
beranggapan bahwa dalam melaknsakan tugasnya, seorang hakim bebas apakah ia akan
menurut atau tidak menurut undang-undang, memahami yurisprudensi hal yang primer
sementara memahami undang-undang merupakan hal sekunder. Menurut Aliran
rechtsvinding, disamping memiliki keterikatan kepada undang undang seorang hakim
juga memiliki kebebasan untuk menemukan hukum (rechtsvinding). Aliran ini merupakan
jalan tengah antara aliran legalisme dan freie rechtsbewegung.

5. Hukum pidana adalah hukum yang mengatur tentang kejahatan dan pelanggaran terhadap
kepentingan umum, pelanggaran dan kejahatan tersebut diancam dengan hukuman yang
merupakan penderitaan atau siksaan bagi yang bersangkutan. Kejahatan adalah perbuatan
pidana yang berat. Ancaman hukuman dapat berupa hukuman denda, penjara, dan hukuman
mati serta kadangkala masih ditambah dengan penyitaan barang-barang tertentu, pencabutan
hak-hak tertentu dan pengumuman putusan hakim. Jika pelanggaran adalah perbuatan pidana
yang ringan. Ancaman hukumannya berupa denda atau kurungan. Hukum pidana memberikan
jaminan keselamatan terhadap kepentingan umum karena jika ada manusia yang melakukan
pelanggaran maupun kejahatan maka pelanggar atau penjahat tesebut tidak akan bebas begitu
saja, namun diberi hukuman yang setimpal dengan perbuatannya berdasar pada UUD 1945.
Hukum pidana juga bisa memberi efek jera sehingga tidak mengulangi perbuatannya dan juga
yang belum melakukan kejahatan atau pelanggaran menjadi memiliki ketakutan untuk
melakukannya.

6. Sebelum 1 Januari 1918 di Hindia Belanda terjadi adanya dualisme hukum pidana. Dualisme
adalah dua hukum pidana yg berlaku di hindia belanda, yg pertama hukum pidana staatsblad
1867, berlaku bagi golongan eropa dan golongan timur asing, berasal dari hukum pidana
prancis staatsblad 1811, hukum pidana staatsblad 1873 berlaku untuk golongan
bumiputra,merupakan copy dari hukum pidana staatsblad 1867. Perbedaan yang krusial bagi
Golongan Eropa dan Golongan Timur Asing dengan Golongan Bumiputera yaitu hukum bagi
Eropa dan Timur Asing apabila melakukan pengemisan ataupun mandi telanjang di tempat
umum dikenakan sanksi/hukuman, bagi Golongan Bumiputera mandi ditempat umum tidak
dikenakan sanksi/hukuman, apabila Eropa dan Timur Asing melakukan perkawinan poligami
akan dikenakan sanksi/hukuman, bagi Golongan Bumiputera tidak dikenakan pidana, apabila
Eropa dan Timur Asing melakukan kejahatan hanya dikenakan sanksi pidana saja tanpa
ditambah hukuman kerja paksa, Golongan Bumiputera akan dikenakan hukuman penjara dan
kerja paksa.

7. Delik lokika sanggraha merupakan salah satu hukum adat yang masih ada dalam pergaulan
masyarakat di Indonesia. Delik adat ini dijadikan sebagai dasar untuk membuat putusan oleh
hakim dalam perkara pidana. Sedangkan sistem pidana Indonesia terbentur asas “Nullum
Delictum Nulla Poena Sine Pravia Legi Poenali”. Dalam hal pemutusan perkara pidana khusus
delik lokika sanggraha, kewajiban hakim untuk mengikuti gerak dinamika hukum, tidak saja
dalam pengertian hukum tertulis, tetapi mencakup dalam artian tidak tertulis yang ada dalam
masyarakat. Hal ini diatur dalam Pasal 1 KUHP. Delik Lokika Sanggraha merupakan hukum
adat, sehingga tidak diatur dalam KUH Pidana. Pelaku delik lokika sanggraha ini dapat
dipidana. Aturan yang mengatur terdapat dalam hukum acara perdata. Karena tujuannya yaitu
melindungi hak seseorang. Dapat dilihat dalam pasal 5 UU No. 35 tahun 1999 yang mana
hakim hanya membantu para pencari keadilan dan berusaha mengatasi segala hambatan untuk
tercapainya peradilan.

8. Berikut siapa sajakah yang tidak cakap melakukan perbuatan hukum menurut Pasal 1330 KUH
Perdata :

1) Orang-orang yang belum dewasa. Menurut Undang-undang, saat seorang laki-laki


dewasa adalah ketika ia telah berumur 21 atau telah berumur 19 tahun bagi perempuan.
Orang-orang yang belum dewasa ini semua perbuatan hukumnya diwakili oleh orang
tua atau walinya.

2) Orang-orang yang ditaruh dibawah pengampuan, yaitu orang gila atau hilang ingatan.
Orang-orang yang berada dibawah pengampuan semua perbuatan hukumnya diwakili
oleh pengampunya.

3) Perempuan dalam hal-hal yang telah ditetapkan oleh undang-undang. Misalnya,


penjualan harta bersama dalam perkawinan yang dilakukan oleh istri harus mendapat
persetujuan suami. Tanpa adanya persetujuan suami, maka seorang istri dapat dianggap
tidak cakap.

4) Orang-orang yang undang-undang memperbolehkan atau melarangnya. Misalnya,


menurut Undang-undang Perseroan Terbatas (PT), yang dapat mewakili perbuatan
hukum PT adalah Direktur. Seorang manajer dianggap tidak cakap mewakili
perusahaan tempatnya bekerja jika tidak ada pemberian kuasa dari Direktur.

9. KUH Perdata tidak memberikan pengertian mengenai perkawinan. Perkawinan dalam hukum
perdata adalah perkawinan perdata, maksudnya adalah perkawinan hanya merupakan ikatan
lahiriah antara pria dan wanita, unsur agama tidak dilihat. Tujuan perkawinan tidak untuk
memperoleh keturunan oleh karena itu dimungkinkan perkawinan in extrimis. Sebaliknya,
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 menyebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan
lahir batin antara pria dan wanita dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Perkawinan menurut Undang- Undang Nomor 1
Tahun 1974 bukan hanya ikatan lahiriah saja, tapi juga ada ikatan batiniah, dimana ikatan ini
didasarkan pada kepercayaan calon suami isteri. Menurut Pasal 2 Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974, perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama
dan kepercayaannya itu

Anda mungkin juga menyukai