Anda di halaman 1dari 5

PENGERTIAN DAN SEJARAH SISTEM PERADILAN

Kelompok 1
Josua B.Y Tefa
Maria F. Badhe
Oschar Y. Lusi
Dwilim D. Boimau
Oda Celina wea

A. SEJARAH SISTEM PERADILAN


Sistem peradilan di Indonesia berawal dari masa penjajahan Belanda.Pada saat
itu,sistem peradilan di Indonesia mengadopsi sistem peradilan Eropa.Setelah Proklamasi
Kemerdekaan,sistem peradilan Indonesia berubah mengikuti sistem peradilan Anglo-
Saxon. Selanjutnya, pada tahun 1950,sistem peradilan di Indonesia berubah mengikuti
sistem peradilan Common Law.Pada tahun 1959,sistem peradilan di Indonesia berubah
mengikuti sistem peradilan Romawi.Pada tahun 2000,sistem peradilan di Indonesia
berubah mengikuti sistem peradilan konstitusi.
Sistem peradilan berkembang dari sistem peradilan feudal menuju sistem
peradilan modern. Sistem peradilan feudal merupakan sistem yang berlaku di Eropa pada
masa feudal. Sistem ini berbasis pada kekuasaan absolut raja dan berlaku hukum adat.
Sistem peradilan modern berkembang seiring dengan perkembangan demokrasi dan hak
asasi manusia. Sistem ini berdasarkan pada prinsip rule of low dan berlaku hukum positif.

B. PENGERTIAN SISTEM PERADILAN


Sebagai Negara hukum, Indonesia menjamin warga negaranya untuk mendapat
keadilan sesuai dengan hukum yang berlaku melalui kekuasaan kegakiman dengan
perantara peradilan. Pasal 24 ayat 1 Undang –Undang Negara Republik Indonesia tahun
1945 menegaskan bahwa kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka
untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakan hukum dan keadilan. Pasal 24 ayat 1
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ini kemudian diturunkan
ke dalam Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 48 tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman.
Pengertian berasal dari kata adil, artinya segala sesuatu mengenai perkara
pengadilan dalam lingkup Negara Indonesia. Indonesia merupakan Negara Hukum. Hal
ini ditegaskan dalam pasal 1 ayat 3 UUD 1945 Perubahan ke-4 disebutkan bahwa ‘
Negara Indonesia adalah Negara hukum ‘ ketentuan pasal tersebut merupakan landasan
konstitusional bahwa Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas
hukum,bermasyarakat,berbangsa dan bernegara atau supremacy of law. Penegakan
hukum di Indonesia tidak terlepas dari sistem peradilan.
Sistem peradilan adalah segala sesuatu atau proses yang dijalankan di pengadilan
yang bersangkutan dengan tugas memeriksa, memutus, dan mengadili suatu perkara
dengasn menerapkan hukum. Sistem peradilan di Indonesia adalah keseluruhan perkara
pengadilan dalam suatu Negara yang satu sama lain berbeda tetapi saling berkaitan atau
berhubungan sehingga terbentuk suatu mekanisme dan dapat diterapkan secara konsisten.

Adapun tujuan dari sistem peradilan di Indonesia adalah untuk mencegah makin
banyaknya kejahatan di Indonesia, mencegah masyarakat menjadi korban kejahatan,
membuat pelaku kejahatan jera terhadap kejahatannya, serta untuk membuat masyarakat
puas karena kasus kejahatan sudah ditangani secara adil.

Mahkamah Agung adalah Pengadilan Negara tertinggi dari semua lingkungan


badan peradilan, yang dalam melaksanakan tugasnya bebas dari intervensi sesuai yang
diamanatkan pasal 24A Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Kemudian dalam BAB III Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang kekuasaan
kehakiman mengatur tentang pelaku kekuasaan kehakiman, dimana di pasal 18 termaktub
bahwa kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah mahkamah agung dan badan
peradilan yang berada dibawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan
peradilan agama,lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha Negara,
dan oleh sebuah mahkamah konstitusi.

1. Lingkungan Peradilan Umum, meliputi sengketa perdata seperti perjanjian jual beli,
wanprestasi,dll. Dan pidana seperti pembunuhan,pencurian,dll.
2. Lingkungan Peradilan agama, meliputi hukum keluaraga seperti
perkawinan,perceraian,dll. Undang-Undang yang mengatur mengenai pengadilan
Agama yakni UU no 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama, yang bertugas dan
berwenang untuk memeriksa,memutus, dan menyelesaikan perkara-perkara di tingkat
pertama antara orang-orang yang beragama Islam dibidang
perkawinan,waris,wasiat,hibah,wakaf dan sadaqoh,dimana keseluruhan bidang
tersebut dilakukan berdasarkan hukum islam.
3. Lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara, meliputi sengketa antar warga Negara dan
Pejabat tata usaha Negara. Undang-Undang yang mengatur mengenai Pengadilan
Tata Usaha Negara yakni UU Nomor 5 tahun 1986 yang telah diamandemen dengan
UU No 9 tahun 2004 tentang peradilan tata usaha Negara. Pengadilan ini berwenang
menyelesaikan sengketa antara warga Negara dan pejabat tata usaha Negara.
4. Lingkungan peradilan militer, hanya meliputi kejahatan atau pelanggaran ytang
dilakukan oleh militer. Undang-Undang yang mengatur mengenai pengadilan Militer
yakni UU no 31 tahun 1997 tentang Peradilan Militer.

Adapun terhadap pengadilan khusus di Indonesia, telah terdapat 6 pengadilan


khusus yang masing-masing memiliki kewenangannya sendiri, yaitu;

1. Pengadilan Niaga,dibentuk dan didirikan berdasarkan keputusan presiden RI no 97


tahun 1999, untuk mengadili perkara kepailitan,hak atas kekayaan intelektual,serta
sengketa perniagaan lainnya yang ditentukan oleh Undang-Undang.
2. Pengadilan HAM,dibentuk dan didirikan berdasarkan Undang-Undang no 26 tahun
2000. Kewenangan Pengadilan HAM adalah untuk mengadili pelanggaran HAM
berat, sebagaimana yang pernah terjadi atas kasus pelanggaran hak asasi berat di
Timor-Timur dan Tanjung Priok pada tahun 1984.
3. Pengadilan Anak, dibentuk dan didirikan berdasarkan Undang-Undang no 3 tahun
1997, yang mana merupakan implementasi dari konvensi Hak Anak yang telah
diratifikasi, bahwa setiap anak berhak atas perlindungan, baik terhadap eksploitasi,
perlakuan kejam,dan perlakuan sewenang-wenang dalam proses peradilan pidana.
Dan yuridiksi anak dalam hak perkara pidana adalah mereka yang telah berusia 8
tahun tetapi belum mencapai 18 tahun.
4. Pengadilan Pajak, dibentuk dan didirikan berdasarkan Undang-Undang no 14 tahun
2002 dan memiliki yuridiksi menyelesaikan sengketa dibidang pajak.
5. Pengadilan Perikanan, dibentuk dan didirikan berdasarkan Undang-Undang no 31
tahun 2004. Peradilan ini berwenang memeriksa, mengadili dan memutus tindak
pidana dibidang perikanan,dan berada di lingkungan peradilan umum dan memiliki
daerah hukum sesuai dengan daerah hukum pengadilan negeri yang bersangkutan.
6. Pengadilan Khusus Tindak Pidana Korupsi,dibentuk dan didirikan berdasarkan
amanat pasal 53 Undang-Undang no 30 tahun 2002 tentang komisi pemberantasan
tindak pidana korupsi. Pengadilan ini memiliki yuridiksi untuk menangani perkara
korupsi dan berkedudukan di Jakarta.

Selain itu, dikenal pula mahkamah konstitusi yang memiliki


kewenangan,beberapa di antaranya, menguji undang-undang terhadap Undang-Undang
Negara Republik Indonesia 1945, memutus sengketa kewenangan lembaga Negara yang
kewenangannya diberikan oleh UUD 1945, dan memutus sengketa atau perselisihan hasil
pemilihan umum.
Dalam sistem peradilan di Indonesia, beberapa unsur pihak yang terlibat
didalamnya diantaranya;
1. Penyidik, adalah pejabat polisi Negara RI atau pejabat PNS tertentu yang diberikan
wewenang khusus oleh Undang-Undang untuk melaksanakan penyidikan
2. Penuntut Umum atau Jaksa
3. Hakim
4. Penasihat Hukum, dan
5. Pencari Keadilan atau Pengacara
Perbedaan peradilan dan pengadilan yakni peradilan adalah suatu proses yang
dijalankan di pengadilan yang berhubungan dengan tugas memeriksa,memutus, dan
megadili perkara. Sedangkan pengadilan adalah badan atau instansi resmi yang
melaksanakan sistem peradilan berupa memeriksa, mengadili dan memutus perkara.

Anda mungkin juga menyukai