BAB I
PENDAHULUAN
Panji Sakti, penulis harus mengikuti program magang. Dalam hal ini penulis memilih
tempat magang di Polres Buleleng Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA).
Pemilihan tempat magang ini didasarkan pada beberapa alasan, terutama karena
skripsi yang dibuat mengaju pada permasalahan di Polres Buleleng Unit PPA,
bahwa pengalaman magang lapangan merupakan suatu kegiatan intra kurikuler yang
harus diikuti oleh mahasiswa dalam bentuk aktivitas belajar di lapangan (dunia kerja).
Hal ini menegaskan, bahwa magang merupakan kegiatan yang berhubungan langsung
Panji Sakti.
1. Faktor hukumnya sendiri, yang didalam hal ini mengenai undang-undang saja.
menerapkan hukum.
1
Soerjono Soekanto. 2004. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum. Jakarta:
CV. Rajawali. hlm. 3.
1
2
diterapkan.
5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan
Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA), bukanlah merupakan suatu unit yang
baru dalam organisasi Polri sebelumnya unit ini pernah bernama Unit (Remaja,
Pemuda dan wanita) yang berada di bawah naungan fungsi Binmas (Pembinaan
Masyarakat dan sekarang dinamakan Binamitra) dan kemudian menjadi suatu unit
dibawah Reskrim yang bernama Unit RPK (Ruang Pelayanan Khusus) dimana khusus
disini dimaksudkan dalam hal penanganan para korban, saksi atau tersangka yang
melibatkan wanita dan anak-anak sehingga memerlukan hal yang khusus dalam
penanganannya.
Sesuai dengan namanya unit ini difokuskan pada penanganan para wanita dan
anak yang memang sangat rentan terhadap perilaku kekerasan baik secara fisik
maupun seksual, ini dikarenakan posisi mereka yang sangat lemah dalam strata
daripada laki-laki, sehingga pada akhirnya ketika terjadi praktek kekerasan dalam
rumah tangga ataupun lingkungan masyarakat hal ini dianggap sebagai hal yang wajar
dan akhirnya kaum wanita menjadi bersikap permisif dan menganggap penderitaan
ataupun penyiksaan yang terjadi pada diri mereka adalah merupakan suatu hal yang
wajar dan merupakan kodrat mereka yang lalu melahirkan sikap yang pasrah.
3
Kondisi anakpun tidaklah jauh berbeda, dalam keluarga posisi anak dianggap
sebagai pihak yang harus selalu patuh dan taat pada orang tuanya ataupun pada orang
yang lebih tua di lingkungan sekitarnya. Anak dianggap tidak tahu apa-apa dan yang
Unit pelayanan perempuan dan anak satuan reserse criminal Polres Buleleng
perempuan dan anak serta untuk memberikan pelayanan dalam bentuk perlindungan
terhadap korban dan penegakan hukum kepada pelaku, maka perlu menetapkan
tetang organisasi dan tata kerja Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (Unit PPA).
terhadap perempuan dan anak yang menjadi korban kejahatan dan penegakan hukum
Untuk tugas Unit PPA diatur dan di jelaskan dalam Pasal 10 ayat 2 Peraturan
Kapolri Nomor 3 Tahun 2008 yang menyebutkan bahwa tugas Unit PPA meliputi :
c. Memberi konseling;
f. Meminta visum;
kewajibannya
Peraturan Kapolri No. 10 Tahun 2007 tentang Organisasi Tata Kerja (yang
selanjutnya ditulis OTK) UPPA dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang
5
Peradilan Anak. Kedudukan Unit PPA di tingkat Polres berkedudukan di bawah Sat
Reskrim Polres.
kejahatan/kekerasan.
a. Memberikan rasa aman kepada perempuan dan anak yang menjadi Koran
kejahatan/kekerasan.
kejahatan/kekerasan.
a. Kasat Reskrim
c. Banit Lindung
d. Banit IDIK
6
No.Pol : 10 Tahun 2007, tetang organisasi dan tata kerja Unit Pelayanan Perempuan
dan Anak (Unit PPA), merupakan hal pokok yang dipelajari/dikaji apakah telah
dalam 3 (tiga) bagian besar, yaitu: (1) Kompetensi Profesional, (2) Kompetensi
1. Kompetensi Profesional.
yang harus dimiliki oleh mahasiswa. Lingkup garapan profesional ini difokuskan
2. Kompetensi Personal.
3. Kompetensi Sosial
kerja dan masyarakat. Kompetensi sosial ini dapat diamati gejalanya lewat
1.3.1 Tujuan
Adapun tujuan yang diperoleh dari kegiatan magang ini antara lain :
kerja.
diantaranya :
2. Dapat mengetahui kondisi, sistem kerja dan segala aktivitas yang terjadi
6. Dapat menghasilkan lulusan yang memiliki kualitas baik dan siap untuk
bekerja.
9
BAB II
dan pelayanan khususnya kepada perempuan dan anak sebagai korban dan saksi
kejahatan dalam wadah ruang pelayanan khusus yang sekarang disebut dengan Unit
Pelayanan Perempuan dan Anak (UPPA) lahir. Pada tahun 1998 situasi perempuan
dan anak pasca kerusuhan massa, mereka dalam keadaan trauma tidak tahu harus
Pada tahun 1999 atas prakarsa Ibu Kofifah selaku Menteri Negara Pemerdaya
Perempuan pada saat itu bersama-sama Lembaga Bantuan Hukum (yang selanjutnya
Sebelumnya unit ini pernah bernama Unit Rendawan (Remaja, Pemuda dan Wanita)
yang berada di bawah naungan fungsi Binmas (Pembina masyarakat) dan kemudian
menjadi suatu unit di bawah Reskrim yang bernama RPK (Ruang Pelayanan Khusus).
Dimana khusus yang dimaksud disini dalam hal mpenanganan para korban, saksi,
atau tersangka yang melibatkan wanita dan anak-anak, sehingga memerlukan hal yang
dikeluarkannya Peraturan Kapolri Nomor 10 Tahun 2007 Tanggal 6 Juli Tahun 2007
9
10
tentang Pembentukan Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (UPPA) pada lingkungan
Kepolisian Negara Republik Indonesia. Dimana Unit PPA merupakan unit yang
anak yang menjadi korban kejahatan dan penegakan hukum terhadap pelaku
(termasuk perempuan dan anak yang menjadi pelaku tindak pidana). Di unit PPA
sendiri mempunyai 1 Kepala Unit PPA, 2 Banit Lindung dan 3 Banit IDIK. Dalam
pelayanan, perlindungan kepada perempuan dan anak yang menjadi korban kekerasan
dan kejahatan dengan professional penuh empati dan penegakan hukum terhadap
perempuan dan anak sebagai pelaku kejahatan”. Sedangkam misi dari Unit PPA yaitu
“Memberikan perlindungan kepada perempuan dan anak yang menjadi korban dan
atau saksi tindakan kekerasan dan kejahatan trafiking dalam pelecehan seksual dengan
empati. Memberikan pelayanan secara cepat dan professional kepada perempuan dan
anak yang menjadi korban kekerasan, kejahatan, trafiking dan tindak pelecehan
seksual, memperhatikan kepentingan yang terbaik bagi anak, menciptakan rasa aman
dan nyaman kepada perempuan dan anak korban kejahatan, memproses sampai ke
pengadilan para pelaku kejahatan dengan korban perempuan dan anak, penegakan
memberikan rasa aman kepada perempuan dan anak yang menjadi korban kejahatan
perempuan dan anak sebagai pelaku, dan dapat membangun dan memelihara sinergi
dengan fungsi/lembaga terkait dengan pelayanan terhadap perempuan dan anak yang
11
menjadi korban maupun penegak hukum terhadap perempuan dan anak yang menjadi
pelaku kejahatan/kekerasan.
a. Visi
korban kekerasan dan kejahatan dengan profesional penuh empati dan menegakkan
b. Misi
dan atau saksi tindakan kekerasan dan kejahatan trafiking dan pelecehan
anak yang menjadi korban kekerasan, kejahatan, trafiking dan tindak pelecehan
seksual.
4. Menciptakan rasa aman dan nyaman kepada perempuan dan anak korban
kejahatan.
meliputi :
12
Gambar 1.2
Kasat Reskrim
Kanit IV/PPA
Banit IDIK
1. Kasat Reskrim
2. Kanit IV/PPA
terhadap perempuan dan anak yang menjadi korban kejahatan dan penegakan
(RPK). Dalam pelaksanaan tugasnya Kanit tugas PPA wajib menerapkan prinsip
Polres maupun dengan satuan organisasi lain yang terkait dengan tugasnya serta
3. Banit Lindung
13
4. Banit Idik
kejahatan/kekerasan
Dalam kegiatan magang dilaksanakan di Unit PPA bag. Banit Lindung dari
tanggal 8 Maret 2017 sampai dengan 27 Mei 2017. Adapun kegiatan magang
berlangsung setiap hari Senin sampai dengan Sabtu dari jam 08.30 WITA sampai
pelaksanaan, dan kegiatan pelaporan. Pada saat persiapan, peserta magang mengikuti
pembekalan yang dilakukan oleh Fakultas Hukum Universitas Panji Sakti. Kegiatan
minggu.
14
selesai disusun, disampaikan kepada Dosen Pembimbing disertai nilai dari tempat
magang.
Kegiatan magang dilakukan dalam bentuk kegiatan observasi dan kegiatan secara
langsung terlibat. Lingkup tugas Unit PPA meliputi tindak pidana terhadap
orang (People smuggling), kekerasan (secara umum maupun dalam rumah tangga),
serta kasus-kasus lain dimana pelakunya adalah perempuan dan anak. Kegiatan
proses yang sedang berjalan di tempat magang. Kegiatan terlibat dimaksudkan ikut
Kriminal (sat Reskrim) di Unit Polres Buleleng bag. Banit Lindung. Maka pada
bagian ini Penulis akan mencoba menguraikan kegiatan kerja praktik yang telah
1. Pelaporan; dalam hal ini korban atau saksi melakukan pelaporan di SPKT (Sentra
Pelayanan Kepolisian Terpadu), dari sana dapat diketahui pidana tersebut dapat
di Unit PPA bag. Banit Idik melakukan pemeriksaan saksi ataupun korban. Hal
ini dilakukan dengan maksud dan tujuan untuk mengumpulkan bukti permulaan
atau bukti yang cukup agar dapat dilakukan tindak penyidikan. Setelah menggali
informasi yang benar dari korban atau saksi maka pihak Banit Idik membuatkan
BAP (Berita Acara Perkara) dan selanjutnya dibuatkan surat pengantar untuk
3. Banit lindung disini identik dengan polisi wanita (Polwan) mempunyai peran
memberikan perlindungan kepada korban ataupun saksi dari kasus tersebut guna
memberikan rasa aman. Biasanya dalam hal ini Banit Lindung menangani kasus
anak-anak yang menjadi korban. Karena dalam hal ini anak yang menjadi korban
4. Untuk memberikan rasa aman kepada korban atau saksi tindak kejahatan, Banit
dari P2TP2A. hal ini di lakukan agar anak tidak mengalami terauma yang
hari.
5. Memasukkan berkas laporan ke buku register kasus harian yang telah ditangani.
6. Setelah penyidikan dianggap selesai dan lengkap oleh penuntut umum, maka
Sub Unit PPA yang ada di Polres Buleleng yang khusus menangani kasus
mengenai kejahatan terhadap perempuan dan anak. Selama kerja praktek di unit ini,
a. Perkenalan mengenai sub Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (Unit PPA)
dalam bagian pengarahan dan perkenalan mengenai unit PPA, Penulis melakukan
tanya jawab dengan petugas unit PPA meliputi fungsi dari unit PPA yaitu sebagai
salah satu sub unit Sat Reskrim Polres Buleleng yang khusus menangani masalah
tindak kejahatan terhadap perempuan dan anak, dan tugas pokok. Dalam hal ini
aman.
Pada bagian ini Penulis berkesempatan melakukan tanya jawab dengan salah satu
korban menyangkut pelecehan, meliputi prilaku apa yang dilakukan oleh pelaku
pelecehan, siapa saja yang ada di tepat kejadian, tempat dan jam berlangsungnya
kejadian tersebut, dan lain-lain. Dalam hal ini Penulis di terjunkan langsung dalam
penanganan kasus ini dikarenakan pada hari tersebut tidak ada Banit Idik ataupun
Banit Lindung lainnya seorang perempuan, maka dari itu mahasiswa magang
dilibatkan dalam penangan kasus tersebut tapi selalu didampingi oleh Banit Idik
Dalam tahapan ini Penulis di berikan pengarahan mengenai tata cara pembuatan
Berita Acara Pemeriksaan (BAP) yang dibuat oleh Kepolisian pada saat akan
menangani suatu kasus yang masuk ke Sat Reskrim Polres Buleleng, berdasarkan
laporan dari korban tindak kejahatan, dalam hal ini Penulis diterangkan mengenai
BAP korban kasus kekerasan dalam rumah tangga. Berita acara ini berisi nama,
alamat, umur, pekerjaan korban, serta kasus posisi yang terjadi yang dialami oleh
korban. Berita acara ini merupakan tahap awal yang dilakukan oleh penyidik
dalam menangani suatu kasus pidana tertentu, sebagai dasar untuk pembuatan
Surat Tugas, dan sebagai dasar pembuatan Surat Perintah Penyidikan suatu kasus
maka dari itu penulis hanya diberikan pengarahan tata cara pembuatan BAP.
Secara prosedural, pelaksanaan magang di Unit PPA bag. Banit Lindung dimulai
pukul 8.30 Wita sampai dengan 15.00 Wita. Adapun kegiatan yang dilakukan antara
lain :
register kasus.
3. Apabila ada laporan tentang KDRT ataupun kekerasan pada anak, maka banit
6. Melayani konseling atau memberikan rasa aman bagi korban tindak kejahatan
terauma.
penandatanganan.
Pada saat Penulis melakukan kerja praktek di Sat Reskrim Sub Unit PPA Polres
1. Dengan adanya pelaksanaan magang ini sebagai aplikasi dari proses belajar
lingkungan kerja.
Buleleng.
dunia kerja. Dalam artian bahwa diantara teori dan praktiknya tidak sesuai.
Sebagai mahasiswa tentu masih sangat minim dalam hal pengalaman kerja, maka
yaitu :
19
b. Jumlah pegawai wanita kurang memadai, karena dalam penangan kasus lebih
mendapat sedikit kesulitan untuk melihat suatu bentuk kasus yang ada di Sat
Dilihat dari permasalahan di atas, maka dilakukan upaya untuk menangani hal
tersebut :
2. Untuk memberikan rasa aman bagi korban khususnya kejahatan terhadap anak,
BAB III
3.1 Simpulan
Unit PPA sebagai salah satu unit yang difokuskan pada penanganan kasus
Perempuan dan Anak baik sebagi korban dalam kejahatan maupun sebagai pelaku
dari tindak kejahatan. Karena perempuan dan anak sangat rentan akan prilaku tindak
kejahatan ataupun kekerasan baik secara fisik maupun seksual yang menyebabkan
posisi mereka sangat lemah dalam strata kemasyarakatan maka dibentuklah Unit
Pol : 10 tahun 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Perempuan dan
Anak (Unit PPA) dan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
Nomor 23 tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pada Tingkat
Kepolisian Resort dan Kepolisan Sektor. Hal ini, tidak hanya menyebabkan terjadi
perubahan struktural, tetapi juga mengakibatkan adanya perubahan tugas pokok dan
kegiatan di Unit PPA. Banyak sarana dan prasarana pendukung kegiatan di Unit PPA
belum bisa terpenuhi dikarenakan anggaran pembiayaan yang dimiliki Unit PPA
Program magang sangat bermanfaat bagi mahasiswa untuk mengetahui apa yang
sejatinya terjadi dilapangan, apa yang seharusnya sejak dini dipersiapkan pada saat
20
21
3.2 Saran
Nomor Pol : 10 tahun 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan
Perempuan dan Anak (Unit PPA) dan Peraturan Kepala Kepolisian Negara
Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Pada Tingkat Kepolisian Resort dan Kepolisan Sektor, harus ada aplikasi
nyata dengan melakukan penambahan personil wanita agar tugas pokok dan
fungsi kepolisian khususnya di Unit PPA bisa berjalan dengan lancar. Karena
hanya dengan demikian regulasi yang ada tidak hanya ditataran normatif, tetapi
dibutuhkan yang tentunya harus didukung juga dengan anggaran yang diperoleh
tetapi juga untuk kepentingan lembaga, untuk mengetahui hal-hal yang perlu
disiapkan di kampus untuk menghasilkan lulusan siap kerja. Untuk itu, waktu
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor Pol : 10 Tahun 2007
tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Perempuan dan Anak
LEMBARAN PENILAIAN
PRAKTEK MAGANG MAHASISWA
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PANJI SAKTI SINGARAJA
Nilai RATA-
No. ASPEK YANG DINILAI KET.
(10-100) RATA
1 2 3 4 5
1. Kompetensi Profesional 85 Nkpr
a. Kemampuan melakukan identifikasi 85
permasalahan hukum.
b. Ketrampilan analisa/penalaran hukum 85
c. Ketrampilan menemukan jawaban terhadap 85
permasalahan hukum.
d. Ketrampilan berbicara/melaksanakan 85
mediasi
e. Ketrampilan menyusun surat keputusan/gelar 85
perkara 85
f. Ketrampilan membuat BAP
g. Ketrampilan membuat surat-surat dinas. 85
j. Ketrampilan penataan administrasi
perkantoran. 85
= 86,05
Singaraja,..........................................
Kepala Unit PPA
1 2 3 4
NL = Nilai Laporan
St Ds Pk
NL
8
NL = + +
8
=
Singaraja,……………………….........
Dosen Pembimbing,
Ni Ny Mariadi,SH.MH.
NIK. 22.04.85.76
26
1 2 3 4
NP NL
N
10
N= + =
10
Huruf Mutu =
Singaraja,……………………….........
Dosen Pembimbing,
Ni Ny Mariadi,SH.MH.
NIK. 22.04.85.76
27
28