Anda di halaman 1dari 41

FUNGSI DAN PERANAN BAGIAN PERSIDANGAN DALAM

PELAKSANAAN FUNGSI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH


KOTA SEMARANG

LAPORAN KERJA PRAKTEK


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SEMARANG
BIDANG PERSIDANGAN

Periode 9 Januari 2023 s.d. 9 Februari 2023

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat


Ujian Penulisan Hukum Program Sarjana (S1) Hukum

Oleh :
PRAMESTIA ARUM FABIJANTO
NIM 11000120140868

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2023
LEMBAR PENGESAHAN
OPTIMALISASI PERAN BAGIAN PERSIDANGAN DALAM
PELAKSANAAN FUNGSI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KOTA SEMARANG

LAPORAN KERJA PRAKTEK

Periode 9 Januari 2023 s.d. 9 Februari 2023

Oleh :

PRAMESTIA ARUM FABIJANTO


NIM 11000120140868

Menyetujui,
Pembimbing Kerja Praktek Dosen Pembimbing Kerja Praktek,

Drs. Joko Purwanto, MM Dyah Wijaningsih, S.H., M.H


NIP. 197108311991031003 NIP. 196802191994022001

Mengetahui,
Ketua Program Studi S-1
Hukum Fakultas Hukum UNDIP

Dr. Aditya Yuli Sulistiawan S.H., M.H.


NIP. 198407092008121002

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
sudah memberikan rahmat-Nya selama menjalankan kegiatan magang di Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Semarang Bagian Persidangan sehingga
akhirnya tersusunlah laporan magang ini. Kegiatan dan laporan ini dibuat untuk
memenuhi Mata Kuliah Kerja Praktek. Adapun pihak-pihak terkait yang
membantu saya selama melakukan kerja praktek diantaranya sebagai berikut:
1. Bapak Prof. Dr. Yos Johan Utama, S.H., M.Hum., selaku Rektor
Universitas Diponegoro.
2. Ibu Prof. Dr. Retno Saraswati, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas
Hukum Universitas Diponegoro.
3. Bapak Dr. Aditya Yuli Sulistiawan S.H., M.H., selaku Ketua Program
Studi (Kaprodi) S-1 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro.
4. Ibu Dyah Wijaningsih, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing Kerja
Praktek.
5. Bapak Drs. Joko Purwanto, MM selaku Kepala Bagian Persidangan DPRD
Kota Semarang.
6. Bapak Pulung Brahmantyo, S.H., MM selaku Kepala Subbagian
Perundang-Undangan DPRD Kota Semarang.
7. Ibu Nur Maulita, S.H. selaku Kepala Subbagian Risalah DPRD Kota
Semarang.
Oleh karena kebaikan semua pihak yang telah saya sebutkan tadi, penulis
dapat
menyelesaikan laporan kerja praktek ini dengan sebaik-baiknya. Laporan kerja
praktek ini masih jauh dari kesempurnaan, namun penulis telah berusaha sebaik
mungkin dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Semarang, 9 Februari 2023
Pramestia Arum Fabijanto
NIM. 11000120140868

ABSTRAK

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) merupakan lembaga


perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan daerah yang mempunyai peran dan tanggung jawab dalam
mewujudkan efisiensi, efektifitas produktivitas dan akuntabilitas penyelenggaraan
Pemerintah Daerah melalui pelaksanaan hak, kewajiban, tugas, wewenang dan
fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sesuai ketentuan Peraturan Perundang-
undangan. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
mendeskripsikan peranan dan fungsi Sekretariat DPRD, khususnya bagian
Persidangan dan Perundang-undangan dalam menunjang keberjalanan dari fungsi
DPRD Kota Semarang. Metode penelitian yang digunakan adalah yuridis
sosiologis, yaitu penelitian dengan keadaan nyata yang ada di lingkungan
masyarakat.

Kata Kunci: DPRD, fungsi, Persidangan dan Perundang-undangan,


DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii

KATA PENGANTAR..........................................................................................iii

ABSTRAK.............................................................................................................iv

DAFTAR ISI...........................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................7

1.1 Latar Belakang...............................................................................................7

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................9

1.3 Tujuan dan Manfaat Kerja Praktek................................................................9

BAB II GAMBARAN UMUM............................................................................10

2.1 Sejarah DPRD Kota Semarang....................................................................10

2.2 Visi Misi.......................................................................................................12

2.3 Kewajiban dan Hak Anggota DPRD...........................................................12

2.4 Tugas dan Wewenang DPRD Kota Semarang.............................................13

2.5 Tugas dan Wewenang Sekretariat DPRD Kota Semarang..........................14

2.6 Struktur Organisasi Sekretariat DPRD Kota Semarang...............................16


2.7 Alat Kelengkapan DPRD.............................................................................17

BAB III LANDASAN TEORI.............................................................................18

3.1 Teori Legislasi..............................................................................................18

3.2 Otonomi Daerah...........................................................................................21

3.3 DPRD...........................................................................................................27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................28

4.1 Pelaksanaan Magang....................................................................................28

4.2 Fungsi Bagian Persidangan dan Perundang-undangan DPRD Kota

Semarang............................................................................................................29

4.3 Kendala Pelaksanaan Magang.....................................................................30

4.4 Pengalaman Belajar......................................................................................30

BAB V PENUTUP................................................................................................31

5.1 Kesimpulan..................................................................................................31

5.2 Saran.............................................................................................................32

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................33

LAMPIRAN..........................................................................................................34
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Magang atau Kerja Praktek adalah kegiatan mahasiswa yang dilakukan di

masyarakat maupun instansi pemerintah atau swasta untuk mengaplikasikan

ilmu yang diperoleh dan melihat relevansinya di masyarakat maupun melalui

jalur pengembangan diri dengan mendalami bidang ilmu tertentu dan

aplikasinya. Kerja Praktek bagi mahasiswa diperlukan supaya dapat memiliki

pengalaman untuk dapat terjun langsung ke dunia kerja setelah kuliah dalam

menghadapai dunia kerja sesuai bidang yang digeluti. Oleh sebab itu, kerja

praktek sangat tepat dilaksanakan sehingga nantinya akan memberikan

keselarasan antara ilmu teori dan praktek karena pada dasarnya ilmu teori

yang di dapat dari bangku perkuliahan belum tentu sama dengan kerja praktek

di lapangan. Kerja Praktek adalah wadah yang baik bagi mahasiswa untuk

berinteraksi secara langsung dengan dunia industri atau dunia kerja.

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah memiliki tiga fungsi, antara lain fungsi

legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan. Fungsi legislasi berkaitan

dengan perancangan dan pembentukan perundang-undangan di daerah,

kemudian Fungsi Anggaran berkaitan dengan kewenangan dalam pengaturan

Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), serta Fungsi Pengawasan

yang berkaitan dalam hal mengontrol pelaksanaan perda dan peraturan lainnya

serta kebijakan pemerintah daerah.

7
Dalam menjalankan ketiga fungsi tersebut, berdasarkan Peraturan Wali

Kota Semarang Nomor 91 Tahun 2021, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Kota Semarang dibantu oleh Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Kota Semarang yang mencakup 4 bagian, antara lain, Bagian Persidangan &

Perundang-Undangan, Bagian Perencanaan & Keuangan, Bagian Umum, dan

Bagian Hubungan Masyarakat. Bagian-bagian tersebut bertugas menunjang

penyelenggaraan administrasi kesekretariatan dan keuangan, mendukung

pelaksanaan tugas ahli yang diperlukan oleh DPRD dalam melaksanakan hak

dan fungsinya sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.

Namun, dalam implikasinya, terdapat permasalahan yang menjadi kendala

dalam menjalankan fungsi legislasi DPRD tersebut, yaitu fungsionaris Dewan

sendiri yang tidak semuanya merupakan ahli dalam bidang perumusan

peraturan, kemudian tidak hadirnya anggota Dewan ketika ada rapat

pembahasan & perencanaan program legislasi maupun penganggaran

keuangan daerah sehingga terhambatnya proses pembentukan legislasi,

pembahasan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) yang semakin

lama dan panjang sehingga dapat berpengeruh dalam prolegda tahunan DPRD.

Oleh karena itu, bagian persidangan Sekretariat DPRD memiliki fungsi

untuk menunjang dan mengatasi permasalahan yang ada supaya ketiga fungsi

dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dapat berjalan dengan baik.

Bagian Persidangan memiliki peran penting dalam keberjalananan kinerja para

fungsionaris Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, khususnya Kota Semarang.

8
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran bagian persidangan dalam pelaksanaan fungsi

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)?

2. Bagaimana kendala yang dihadapi bagian persidangan dalam

menunjang keberjalananan kegiatan anggota Dewan?

1.3 Tujuan dan Manfaat Kerja Praktek


Tujuan

Kerja Praktek bertujuan untuk mengasah kompetensi mahasiswa Fakultas

Hukum dalam:

1. Kemampuan sebagai penyusun produk hukum

2. Kemampuan memecahkan permasalahan baik nasional maupun

internasional

3. Kemampuan untuk melakukan negoisasi

4. Kemampuan enterpreneur

5. Kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif

6. Kemampuan bekerja secara profesional

7. Kemampuan untuk memimpin.

Manfaat

Bagi Mahasiswa

1. Meningkatkan kemampuan bersosialisasi dalam berinteraksi dan bekerja

sama dalam dunia kerja sehingga dapat dengan mudah berintegrasi dengan

lingkungan perusahaan dalam memasuki dunia kerja nanti.

9
2. Belajar mengenal Legislatif, Sekretariat DPRD, dan kelompok jabatan

fungsional

3. Mengembangkan ilmu yang diperoleh dari bangku kuliah dan mencoba

menemukan sesuatu yang baru yang belum diperoleh dari pendidikan

formal

Bagi DPRD Kota Semarang Bagian Persidangan

1. Kemungkinan menjalin hubungan yang teratur, sehat, dan dinamis antara

DPRD Provinsi Jawa Tengah Bagian Persidangan dengan Lembaga

Perguruan Tinggi.

2. Menumbuhkan kerjasama yang saling menguntungkan dan bermanfaat

antara DPRD Provinsi Jawa Tengah Bagian Persidangan dengan Lembaga

Perguruan Tinggi.

3. Mahasiswa diharapkan dapat memberikan saran/masukan kepada DPRD

Provinsi Jawa Tengah Bagian Persidangan.

BAB II

GAMBARAN UMUM

2.1 Sejarah DPRD Kota Semarang


Kota Semarang berada pada posisi tengah-tengah pantai utara Jawa,

dibatasi sebelah barat dengan Kab. Kendal, sebelah timur dengan Kab. Demak,

sebelah selatan dengan Kab. Semarang dan sebelah utara dibatasi oleh laut Jawa,

10
dengan panjang garis pantai meliputi 13,6 km. Letak Kota Semarang hampir

berada di tengah bentangan panjang kepulauan Indonesia dari arah barat ke timur.

Akibat posisi geografis tersebut, Kota Semarang termasuk beriklim tropis

dengan dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Sedangkan

temperatur udara rata-rata berkisar antara 27,5ºC dengan temperatur terendah

berkisar 24,20ºC dan tertinggi 31,80ºC serta mempunyai kelembaban udara rata-

rata 79 %.

Didalam proses perkembangannya, Kota Semarang sangat dipengaruhi

oleh keadaan alamnya yang membentuk suatu kota yang mempunyai ciri khas,

yaitu kota perbukitan dan kota pantai.

Kota Semarang mempunyai posisi yang cukup strategis karena terletak

pada jalur lalu lintas yang ramai, baik darat, laut maupun udara dari segala

jurusan. Dengan kondisi tersebut memungkinkan Kota Semarang menjadi kota

dagang dan jasa yang cukup menjanjikan.

Dengan luas wilayah 373,70 km2, Kota Semarang terbagi menjadi 16

kecamatan dan 177 kelurahan. Sedangkan jumlah penduduk mencapai 1.739.989

jiwa, terdiri dari 888.619 laki-laki dan 871.370 perempuan.

Sesuai dengan visi misinya, Kota Semarang mempunyai focus sebagai

kota perdagangan dan jasa. Hal ini di tunjukkan dengan komitmen pemerintah

daerah dalam memberikan fasilitas sarana perekonomian dan perijinan bagi para

investor. Dibidang pariwisata, Kota Semarang juga mempunyai obyek yang tidak

kalah menarik dibandingkan daerah lain. Seperti wisata pantai Marina, Lawang

11
Sewu, Kelenteng Sam Pho Kong, kawasan Kota Lama, Waduk Jatibarang, pusat

oleh-oleh Pandanaran, pusat kuliner Simpang Lima, dan lain sebagainya.

2.2 Visi Misi


Visi yang dimiliki DPRD Kota Semarang adalah Membangun kehidupan

masyarakat Semarang Kota perdagangan dan jasa yang hebat menuju masyarakat

semakin sejahtera.

Adapun misi yang dibawa oleh DPRD Kota Semarang adalah

Mewujudkan kehidupan masyarakat yang berbudaya dan berkualitas serta

mewujudkan pemerintah yang semakin handal untuk meningkatkan pelayanan

publik.

2.3 Kewajiban dan Hak Anggota DPRD


Kewajiban

1. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila

2. MelaksanakanUndang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 dan mentaati peraturan perundang - undangan

3. Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan

Negara Kesatuan Republik Indonesai

4. Mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok,

dan golongan

5. Memeperjuangkan peningkatan kesejahteraan rakyat

6. Mentaati Prinsip demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintah daerah

7. Mentaati tata tertib dan kode etik

12
8. Menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga

laindalam penyelenggaraan pemerintah daerah

9. Menyerap dan menghimpun aspirasi konstituen melalui kunjungan kerja

secara berkala

10. Menampung dan menindaklanjuti aspirasi dan pengaduan masyarakat

11. Memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada

konstituen di daerah pemilihannya

Hak

1. Mengajukan Rancangan Peraturan Daerah

2. Mengajukan Pertanyaan

3. Menyampaikan Usul Dan Pendapat

4. Memilih dan Dipilih

5. Membela Diri

6. Imunitas

7. Mengikuti Orientasi dan Pendalaman Tugas

8. Protokoler, Keuangan dan Administratif

2.4 Tugas dan Wewenang DPRD Kota Semarang


DPRD Kota Semarang mempunyai tugas dan wewenang:

1. Membentuk Perda bersama Walikota;

2. Membahas dan memberikan persetujuan rancangan Perda mengenai

APBD yang diajukan oleh Walikota; 

3. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Perda dan APBD; 

13
4. Memilih Walikota dan Wakil Walikota dalam hal terjadi kekosongan

jabatan untuk meneruskan sisa masa jabatan;

5. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Walikota kepada Menteri

melalui Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat untuk mendapatkan

pengesahan pengangkatan dan/atau pemberhentian;

6. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada Pemerintah Daerah

terhadap rencana perjanjian internasional di Daerah; 

7. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama internasional yang

dilakukan oleh PemerintahDaerah; 

8. Meminta laporan keterangan pertanggungjawaban Walikota dalam

penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; 

9. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama dengan Daerah lain

atau dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan Daerah;

10. Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam ketentuan

peraturan perundangundangan

2.5 Tugas dan Wewenang Sekretariat DPRD Kota Semarang


Sekretariat DPRD mempunyai tugas menyelenggarakan administrasi

kesekretariatan dan keuangan, mendukung pelaksanaan tugas ahli yang diperlukan

oleh DPRD dalam melaksanakan hak dan fungsinya sesuai dengan kebutuhan.

Fungsi

Sekretariat DPRD dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas

menyelenggarakan fungsi :

14
a.  Perumusan kebijakan Bagian Persidangan dan Perundang-Undangan, Bagian

Perencanaan dan Keuangan, Bagian Umum, serta Bagian Hubungan Masyarakat;

b. Perumusan rencana strategis sesuai dengan visi dan misi Walikota;

c. Pengkoordinasian tugas-tugas dalam rangka pelaksanaan program dan kegiatan

Bagian Persidangan dan Perundang-Undangan, Bagian Perencanaan dan

Keuangan, Bagian Umum, serta Bagian Hubungan Masyarakat;

d. Penyelenggaraan pembinaan kepada bawahan dalam lingkup tanggungjawab;

e. Penyelenggaraan penyusunan Sasaran Kerja Pegawai;

f. Penyelenggaraan Kerja sama Bantuan Persidangan dan Perundang-Undangan,

Bagian Perencanaan dan Keuangan, Bagian Umum, serta Bagian Hubungan

Masyarakat;

g. Penyelenggaraan kesekretariatan Sekretariat DPRD;

h. Penyelengaraan program dan kegiatan Bagian Persidangan dan Perundang-

Undangan, Bagian Perencanaan dan Keuangan, Bagian Umum, serta Bagian

Hubungan Masyarakat;

i.  Penyelenggaraan penilaian kinerja Pegawai;

j.  Penyelenggaraan monitoring dan evaluasi program dan kegiatan Bagian

Persidangan dan Perundang-Undangan, Bagian Perencanaan dan Keuangan,

Bagian Umum, serta Bagian Hubungan Masyarakat;

k. Penyelenggaraan laporan pelaksanaan program dan kegiatan;

l.  Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Walikota terkait dengan tugas dan

fungsinya.

15
2.6 Struktur Organisasi Sekretariat DPRD Kota Semarang

Berdasarkan Peraturan Walikota Semarang Nomor 91 Tahun 2021 tentang

Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Sekretariat

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Semarang, struktur organisasi dan

pembagian tugas Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Semarang

sebagai berikut:

1) Sekretaris DPRD;

2) Bagian Persidangan dan Perundang-undangan, membawahi:

a. Subkoordinator Persidangan dan Kelompok Jabatan Fungsional

b. Subkoordinator Kajian Hukum dan Perundang-Undangan dan

Kelompok Jabatan Fungsional

16
c. Subkoordinator Risalah dan Kelompok Jabatan Fungsional

3) Bagian Perencanaan dan Keuangan, membawahi:

a. Subbagian Penatausahaan

b. Subbagian Evaluasi dan Pelaporan

c. Subkoordinator Program dan Anggaran dan Kelompok Jabatan

Fungsional

4) Bagian Umum, membawahi:

a. Subbagian Tata Usaha dan Kepegawaian

b. Subbagian Rumah Tangga

c. Subbagian Perlengkapan dan Barang Milik Daerah

5) Bagian Hubungan Masyarakat

a. Subbagian Protokol

b. Subkoordinator Peliputan dan Dokumentasi dan Kelompok Jabatan

Fungsional

c. Subkoordinator Pemberitaan dan Kelompok Jabatan Fungsional

2.7 Alat Kelengkapan DPRD


Pasal 43 PP No. 25/2004 tentang Pedoman Penyusunan Tata Tertib DPRD, alat

kelengkapan DPRD terdiri dari:

a. pimpinan,

b. komisi,

c. panitia musyawarah,

d. panitia anggaran,

17
e. badan kehormatan

f. alat kelengkapan lain yang diperlukan.

BAB III

LANDASAN TEORI
3.1 Teori Legislasi
Teori legislasi merupakan teori yang mengkaji atau menganalisis

tentang cara atau teknik pembentukan perundang-undangan, yang

mencakup tahapan perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan atau

penetapan, dan pengundangannya. Teori ini dikembangkan oleh beberapa ahli,

yaitu Aan Seidman, dkk., Hans Kelsen, Hans Nawiasky, Julius Stahl, dan

Montesquieu. Teori ini digunakan untuk mengkaji dan menganalisis apakah

peraturan perundang-undangan yang dibuat dan ditetapkan telah sesuai

dengan teori legislasi, misalnya apakah undang-undang yang dibuat itu sesuai

dengan hierarki peraturan perundang-undangan atau tidak.

Teori legislasi merupakan salah satu teori yang sangat penting di

dalam kerangka menganalisis tentang proses penyusunan peraturan perundang-

undangan. Karena dengan adanya teori ini, dapat digunakan untuk menilai

tentang produk perundang-undangan yang akan dibuat tersebut, sesuai atau tidak

dengan teori legislasi. Fokus teori legislasi adalah pada proses pembentukan

peraturan perundang-undangan dan beserta tahapan-tahapan di dalam

penyusunannya. Pembentukan peraturan perundang-undangan adalah:

“Pembuatan peraturan perundang-undangan yang mencakup tahapan perencanaa,

18
penyusunan, pembahasan, pengesahan atau penetapan dan pengundangan” (Pasal

1 angka 1)1.

Peraturan perundang-undangan yang dibuat, meliputi:

a. Undang-Undang;

b. Undang-Undang / Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;

c. Peraturan Pemerintah;

d. Peraturan Presiden;

e. Peraturan Daerah Provinsi;

f. Peraturan Daerah Kabupaten/kota;dan peraturan Desa (Perdes).

Ada lima tahap dalam penyusunan peraturan perundang-undangan atau

legislasi di Indonesia, yang meliputi:

a. Perencanaan;

b. Penyusunan;

c. Pembahasan;

d. Pengesahan atau Penetapan; dan

e. Pengundangan.

Tahap perencanaan merupakan proses, perbuatan atau cara merencanakan

peraturan perundang-undangan. Merencanakan adalah kegiatan untuk

membuat konsep dan merancang peraturan perundang undangan yang

akan dibuat. Tahap penyusunan merupakan tahap untuk menyusun dan

membuat peraturan perundang-undangan.


1
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan.

19
Penyusunan itu, dimulai dari penyusunan:

a. Naskah akademik;

b. Landasan filosofis;

c. Landasan yuridis;

d. Landasan sosiologis;

e. Substansi; dan

f. Penutup.

Tahap pembahasan merupakan untuk mengupas, membicarakan,

memperdebatkan, mengkritik dan membantahi peraturan perundang undangan

yang telah disusun. Tahap pengesahan atau penetapan adalah merupakan

tahap untuk menyatakan, mengakui, membenarkan dan menetapkan (tidak

berubah, meneguhkan, dan menguatkan) peraturan perundang-undangan. Tahap

pengundangan merupakan tahap penempatan peraturan perundang-undangan

dalam Lembaran Negara Republik Indonesia, tambahan lembaran Negara

Republik Indonesia, berita Negara Republik Indonesia, tambahan berita

Negara Republik Indonesia, lembaran daerah, tambahan lembaran daerah,

atau berita daerah (Pasal 1 angka 1)2.

Undang-undang yang mengatur tentang penyusunan legislasi telah

ditentukan dalam Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-Undangan, dan terakhir telah disempurnakan dengan

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan


2
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan.

20
Perundang-Undangan. Didalam Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan telah ditentukan landasan

filosofis, sosiologis dan yuridis pembentukan peraturan perundang-

undangan.Apabila dikaji pertimbangan hukum tersebut, maka landasan

filosofis penyusunan legislasi di Indonesia adalah dalam rangka menjamin

perlindungan hak dan kewajiban segenap rakyat Indonesia. Landasan sosiologis

merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan bahwa peraturan yang

dibentuk untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam berbagai aspek.

Landasan yuridis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan

bahwa peraturan yang dibentuk untuk mengatasi permasalahan hukum atau

mengisi kekosongan hukum dengan mempertimbangkan aturan yang telahada,

yang akan di ubah, atau yang akan dicabut guna menjamin kepastian hukum dan

rasa keadilan masyarakat. Pada hakikatnya, penyusunan peraturan perundang-

undangan yang bertujuan untuk mengatur kepentingan rakyat Indonesia itu

harus dilaksanakan dengan baik. Penyusunan atau pembentukan peraturan

perundang-undangan harus sesuai atau didasari oleh asas-asas hukum yang baik.

Adapun perbandingan asas-asas hukum yang tercantum dalam Undang-Undang

No. 10 Tahun 2004 dan Undang-Undang No. 12 Tahun 2011.

3.2 Otonomi Daerah


Desentralisasi merupakan kosekuensi dari demokratisasi.Tujuannya adalah

membangun goog governancemulai dari akar rumput politik.

21
Menurut Cheema Desentralisasi adalah azas penyelenggaraan pemerintahan yang

dipertentangkan dengan sentralisasi‖. Desentralisasi menghasilkan pemerintahan

lokal dengan adanya pembagian kewenangan serta tersedianya ruang gerak yang

memadai untuk memaknai kewenangan yang diberikan kepada unit pemerintahan

yang lebih rendah/pemerintah lokal. Namun perbedaan konsep yang jelas ini

menjadi remang-remang karena banyaknya penafsiran berbeda, ada yang

memahami dalam rana politik dan ada juga yang memahami desentralisasi sebagai

administratif pelimpahan wewenang dari pusat kedaerah.

Meskipun demikian desentralisasi tetaplah sebagai system pembagian

kewenangan yang diberikan kepada daerah lokal ketika semua prasyarat

pemekaran terpenuhi dan sesuai dengan mekanisme yang berlaku di Indonesia

tentang kelayakan otonomi daerah.

1. Pengertian Otonomi Daerah

Otonomi daerah secara umum adalah pembagian kewenangan dan tanggung jawab

administratif dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Sedangkan

menurut rondinelli dan cheema (1983) mendefinisikan otonomi sebagai

―decentralization is the transfer of planning, decision making, or

admninistrative authority from the central government or non-govermental

organization ―otonomi daerah adalah proses pelimpahan wewenang

perencanaan, pengambilan keputusan atau pemerintahan dari pemerintah pusat

kepada organisasi unit-unit pelaksana daerah, kepada organisasi semi-otonom dan

prastatal ataupun kepada pemerintah daerah atau organisasi non-pemerintah.

Sistem otonomi daerah yang baru ini dimaksudkan untuk menciptakan perubahan

22
yang sejati, pada saat yang bersamaan untuk memberdayakan para aktor daerah di

level provinsi dan kabupaten/kota. Sistem otonomi daerah merupakan sistem baru

pengelolaan pemerintahan dimana daerah memiliki kemampuan secara

manajemen organisasi guna memperbaiki pelayanan publik secara efektif dan

efesien. Kontras dengan apa yang sudah di konsepkan, penataan pemerintahan

daerah yang baru meliputi bidang yang sangat luas. Banyak para peneliti

meragukan apakah otonomi daerah bisa berjalan efektif, sementara experts

internasional menganggap bahwa prakarsa otonomi daerah adalah proyek yang

sangat ambisius.

Walaupun demikian permasalahan telah muncul sejak UU Nomor 22 Tahun 1999

yang diimplementasikan per 1 januari 2001, meyangkut beberapa aspek di

antaranya adalah hubungan kekuasaan dan pembagian kewenangan, pendapatan

dan pengelolan sumber-sumber keuangan daerah, kelembagaan, kepegewaian

daerah, akuntabilitas pemerintahan daerah, masyarakat, pengawasan, kerja sama

antar daerah.

Otonomi menurut UU No. 23/2014 tentang otonomi daearah adalah pelimpahan

wewenang kepada daerah untuk mengurusi daerahnya sesuai dengan UU dalam

kerangkan NKRI. Berdasarkan pada UU No. 23/2014, prinsip-prinsip pelaksanaan

otonomi daerah meyangkut tentang :

 Pelaksanaan otonomi daerah dilaksanakan dengan memperhatikan aspek

demokrasi, keadilan, pemerataan serta potensi dan keanekaragaman

daerah.

23
 Pelaksanaan otonomi daerah harus sesuai dengan Konstitusi Negara,

sehinggah tetap terjaga hubungan yang serasi antarpusat dan daerah serta

antar daerah.

 Pelaksanaan otonomi daerah harus meningkatkan kemandirian daerah

otonom.

 Membentuk peraturan daerah yang dapat membina kawasan pada aspek

potensi daerah untuk peningkatan pedapatan asli daerah.

Suatu hal yang perlu dimaklumi adalah bahwa setiap sistem akan memiliki

kelebihan, kekurangan dan konsekuensi yang logis dari penerapan sistem

tersebut.

2. Tujuan pemekaran Daerah

Secara teoritis, pemekaran daerah pertama kali dikaji oleh Charles Tibout

sebagaimana dikutip Nurkholis—dengan pendekatan public choice school. Dalam

artikelnya ―A Pure Theory of Local Expenditure‖, ia mengemukakan bahwa

pemekaran daerah dianalogikan sebagai model ekonomi persaingan sempurna

dimana pemerintah daerah memiliki kekuatan untuk mempertahankan tingkat

pajak yang rendah, menyediakan pelayanan yang efisien, dan mengijinkan setiap

individu masyarakat untuk mengekspresikan preferensinya untuk setiap jenis

pelayanan dari berbagai tingkat pemerintah yang berbeda.

Argumentasi Tibout terhadap adanya pemekaran daerah juga diperkuat

Swianiewicz sebagaimana dikutip Nurkholis, diantaranya: Hubungan antara

aparat pemerintah (baik eksekutif, legislatif, maupun yudikatif) dan

24
masyarakatnya lebih dekat dan para politisi lebih akuntabel kepada komunitas

lokalnya ketika dalam unit yang kecil.

1. Dalam unit yang kecil, masyarakat dapat vote with their fee‖, seperti

dalam memilih preferensi rasio pajak daerah dan penyediaan barang dan

pelayanan publiknya.

2. Komunitas kecil biasanya lebih homogen sehingga lebih mudah

mengimplementasikan kebijakan yang seusai dengan preferensi sebagian

besar masyarakatnya.

3. Pemerintah daerah yang kecil memiliki birokrasi yang ramping.

4. Pemekaran mendukung adanya persaingan antar pemerintah daerah dalam

mendatangkan modal ke daerahnya masing-masing dimana hal ini akan

meningkatkan produktifitas; dan

5. Pemekaran mendukung berbagai eksperimen/ percobaan dan inovasi.

Secara yuridis-konstitusional, landasan yang memuat persoalan pemekaran daerah

terdapat dalam UUD 1945 Pasal 18, bahwa, Negara Kesatuan Republik Indonesia

dibagi atas daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota,

yang tiap-tiap provinsi, kabupaten dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah

yang diatur dengan Undang-undang. Selain itu, pemerintahan daerah juga berhak

menjalankan otonomi seluas luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh

undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat (Pasal 18)3.

Melalui UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, pemerintah

secara khusus juga mengatur ketentuan mengenai pembentukan daerah dalam Bab

3
UUD 1945 Pasca Amandemen.
25
II tentang Pembentukan Daerah dan Kawasan Khusus. Dalam UU tersebut

ditentukan bahwa pembentukan suatu daerah harus ditetapkan dengan undang-

undang tersendiri. Selanjutnya dalam UU Nomor 23 Tahun 2014 sebagai revisi

atas UU No. 12 Tahun 2008 Tentang Pemerintahan Daerah, disebutkan memberi

peluang pembentukan daerah dalam suatu NKRI, yaitu daerah yang dibentuk

berdasarkan pertimbangan kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya,

sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah dan pertimbangan lain yang

memungkinkan terselenggarakannya otonomi daerah.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah yang menyangkut masalah Pemekaran Daerah

No 78 Tahun 2007, tujuannya adalah sebagai berikut :

a. peningkatan pelayanan kepada masyarakat;

b. percepatan pertumbuhan kehidupan demokrasi;

c. percepatan pelaksanaan pembangunan perekonomian daerah;

d. percepatan pengelolaan potensi daerah;

e. peningkatan keamanan dan ketertiban;

f. peningkatan hubungan yang serasi antara Pusat dan Daerah.

Adapun prasyarat tentang pemekaran daerah tidak la1gi menggunakan PP No 78

tahun 2007 karena tidak sesuai dengan perkembangan ketatanegaraan dan tuntutan

peyelenggaraan otonomi daerah dan hal-hal yang mengenai prasyarat pemekaran

Daerah di atur dalam Peraturan Pemerintah No 78 tahun 2007.

3. Prespektif Positif Otonomi Daerah

Ada 4 (empat) prespektif yang mendasari segi positif Otonomi daerah, yakni

sebagai berikut :

26
Pertama, otonomi daerah adalah sarana untuk demokratisasi- yaitu kebijakan

otonomi daerah sering dikaitkan dengan usaha memajukan demokrasi secara lebih

luas, lebih dekat dengan masyarakat.

Kedua, otonomi daerah membantu meningkatkan kualitas dan efesiensi

pemerintahan yaitu akan meingkatkan pengetahuan para pejabat publik atas

kondisi lokal karena semakin muda terciptanya kesesuaian antara kebijakan

dengan selera dan kebutuhan lokal dan karena semakin meningkatnya

akuntabilitas para pejabat daerah.

Ketiga, otonomi daerah dapat mendorong stabilitas dan kesatuan nasional- yaitu

untuk mempertahankan perpecahan dan tekanan kedaerahan dimana dasar letak

geografis dan etnis.

Keempat, otonomi daerah memajukan pembangunan daerah- yaitu dengan

memberikan kewenangan dan otonomi yang signifikan kepada daerah, akan

membantu menciptakan kembali keseimbangan antara dimensi nasional dan lokal

dari proses pembangunan.

3.3 DPRD
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah menyatakan

bahwah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah atau disingkat DPRD adalah lembaga

perwakilan rakyat daerah yang merupakan berkedudukan sebagai unsur

penyelenggara pemerintahan daerah. Sementara itu dalam Undang-undang Nomor

17 tahun 2014 tentang susunan dan kedudukan MPR, DPR, DPD, dan DPRD

menyatakan secara eksplisit bahwa DPRD merupakan unsur penyelenggara

27
pemerintahan yang anggotanya terdiri atas anggota partai politik. Sebagai

lembaga Perwakilan Rakyat DPRD diberikan sejumlah kewenangan dan fungsi

diantaranya:

(a).Fungsi legislasi diwujudkan dalam membentuk Peraturan Daerah bersama-

sama Kepala Daerah;

(b).Fungsi anggaran diwujudkan dalam membahas, memberikan persetujuan dan

menetapkan APBD bersama Pemerintah Daerah;

(c).Fungsi pengawasan diwujudkan dalam bentuk pengawasan terhadap

pelaksanaan Undang-undang, Peraturan Perundangan yang ditetapkan oleh

Pemerintah, Peraturan Daerah, Peraturan Kepala Daerah, Keputusan Kepala

Daerah dan kebijakan yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pelaksanaan Magang


Pelaksanaan Magang di Bagian Persidangan dan Perundang-undangan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Semarang diisi dengan mengikuti

kegiatan Rapat Komisi, Rapat Paripurna, Penilaian Tenaga Ahli, Rapat

Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah, Rapat Pansus, Rapat Koordinasi

Pembahasan pelaksanaan program/kegiatan APBD dengan Mitra Komisi, Rapat

Dengar Pendapat, serta Pendebitan Anggaran untuk Kunjungan Kerja ke Bank

Jawa Tengah yang dibimbing oleh mentor di DPRD Kota Semarang.

28
Bagian Persidangan dan Perundang-undangan memiliki tugas dan fungsi

menunjang kebutuhan dari kinerja alat kelengkapan DPRD, antara lain seperti

menyiapkan materi yang akan dibahas pada saat rapat berlangsung,

mengkoordinasi kebutuhan untuk akomodasi dan transportasi kunjungan kerja,

bertanggung jawab atas agenda Komisi, menyiapkan jadwal persidangan,

menyiapkan kajian hukum dalam mempersiapkan produk hukum yang akan

dibentuk.

4.2 Fungsi Bagian Persidangan dan Perundang-undangan DPRD Kota


Semarang
Kepala bagian persidangan mempunyai tugas pokok membantu sekretaris

DPRD merumuskan kebijakan, mengoordinasikan fasilitas penyelenggaraan

persidangan Anggota DPRD.

Adapun peran dan fungsi bagian persidangan sebagai berikut:

 Penyusunan Program Kerja di Bagian Persidangan

 Pengorganisasian dan Pelayanan acara persidangan DPRD dan alat

kelengkapan DPRD

 Penyelenggaraan administrasi ,penyusunan risalah sidang DPRD dan

fasilitasi komisi

 Pengkajian perundang-undangan hasil sidang DPRD

 Pelaporan hasil persidangan DPRD dan Pelaksaan tugas lain yang

diberikan oleh Sekretaris DPRD sesuai bidang tugasnya.

 Penyiapan bahan pelaksanaan dan pelayanan administrasi di bidang rapat

dan risalah;
29
 Penyiapan bahan pelaksanaan dan pelayanan administrasi di bidang komisi

dan kepanitiaan;

 Penyiapan bahan pelaksanaan dan pelayanan administrasi di bidang

penyusunan perundang-undangan;

 Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretatris Dewan sesuai

dengan tugas dan fungsinya.

Peran staf dalam memberikan dukungan terhadap keberjalanan fungsi DPRD

merupakan suatu hal yang esensial. Oleh karena itu, penerimaan atau rekruitmen

staf institusi DPRD harus dilakukan secara objektif & sesuai dengan kapabilitas

yang terkualifikasi.

Dalam pelaksanaan fungsi DPRD, eksistensi Bagian Persidangan cukup

mendominasi. Di antaranya ialah DPRD dalam menjalankan tugas harus sesuai

dengan alur persidangan dan sesuai Undang-Undang sebagaimana Bagian

Persidangan yang mengurusnya.

4.3 Kendala Pelaksanaan Magang


Kendala yang dihadapi mahasiswa selama pelaksanaan magang di DPRD

Kota Semarang, diantaranya sebagai berikut:

a. Periode sidang paripurna belum ada ketika masa magang tanggal 9 Januari

2023 – 9 Februari 2023.

b. Pemagang masih belum dilibatkan banyak pada pekerjaan yang bersifat

sensitif.

30
4.4 Pengalaman Belajar
Pengalaman yang didapat pemagang setelah menjalani kegiatan magang di

Bagian Persidangan Sekretariat DPRD Kota Semarang, diantaranya:

a. Pengetahuan mengenai kondisi dan tata cara pembahasan rancangan

peraturan daerah

b. Mengetahui dinamika situasi lingkungan pekerjaan yang sesungguhnya

guna menjadi bekal mahasiswa di dunia kerja nantinya

c. Pengalaman bekerja di institusi pemerintahan yang belum pernah dialami

mahasiswa sebagai pemagang.

d. Mengetahui proses penyusunan dan tahapan perumusan peraturan

e. Mengetahui proses rancangan APBD dengan mitra kerja.

f. Keterampilan dalam bekerja secara tim dalam satu lingkungan pekerjaan

serta keterampilan berkomunikasi dengan orang lain.

BAB V

PENUTUP
5.1 Kesimpulan
DPRD Kota Semarang sebagai lembaga perwakilan rakyat yang menjadi

tempat penyaluran aspirasi rakyat atas segala keresahan di suatu daerah tertentu.

Tentunya mengemban tanggung jawab sebagai anggota dewan maupun staf

sekretariat dewan memiliki peran yang penting dalam mengemban amanat yang

telah dipercayakan oleh rakyat. Anggota Dewan memiliki peran penting untuk

31
mengambil keputusan atas nama rakyat dalam menjalankan ketiga fungsi DPRD,

yaitu Fungsi Legislasi, Fungsi Anggaran, dan Fungsi Pengawasan.

Sekretariat Dewan juga memiliki peran yang tidak kalah penting dalam

menunjang kinerja DPRD dalam melaksanakan fungsinya, khususnya bagian

Persidangan dan Perundang-undangan yang mendominasi dalam keberjalanan

agenda anggota Dewan. Bagian Persidangan dan Perundang-undangan berperan

mengoordinasikan fasilitas penyelenggaraan persidangan Anggota DPRD,

mempersiapkan kajian hukum seputar peraturan yang akan dibentuk, serta

mempersiapkan segala keperluan administrasi agenda kerja anggota Dewan.

5.2 Saran
Pada dasarnya tidak banyak kekurangan yang ada, namun dapat lebih

difokuskan kembali perhatian anggota Dewan dalam hal aspirasi dan kebutuhan

dari masyarakat, anggota Dewan lebih tepat waktu dan hadir ketika ada rapat

sehingga pembahasan materi dapat berjalan secara optimal dan hasil yang

diinginkan tercapai.

32
DAFTAR PUSTAKA

Gaffar, Karim. 2003. Kompleksitas Persoalan Otonomi Daerah di Indonesia.

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar).

Haris, Syamsudin. 2005. Desentralisasi dan Otonomi Daerah. (Jakarta: LIPI

Press)

Said, Mas‘ud. 2008. Arah Baru Otonomi Daerah di Indonesia. (Malang: UMM

Press).

Suahazil Nazara dan Nurkholis, 2007. "Ukuran Optimal Pemerintah Daerah di

Indonesia: Studi Kasus Pemekaran Wilayah Kabupaten/Kota Dalam Era

Desentralisasi”, Vol. VII (02), 129-157.

Sunarno, Siswanto. 2019. Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia. (Jakarta:

Sinar Grafika)

Zuhro, Siti. 2009. Demokrasi Lokal Peran Aktor Dalam Demokratisasi.

Yogyakarta: Ombak.

Peraturan

33
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-Undangan

UUD 1945 Pasca Amendemen

Lampiran I

34
Nilai Kerja Praktek

Lampiran II

35
Surat diterima Magang

36
Lampiran III
Surat

Pernyataan telah selesai Magang


Lampiran IV

37
Foto Bersama Staf
Bagian Persidangan &
Perundang-undangan

Rapat Badan
Pembuatan Perda
DPRD Kota
Semarang

Lampiran V

38
Penilaian Kualifikasi Tenaga Ahli Kajian Hukum

Rapat Pembahasan Evaluasi Kegiatan


2022 dan APBD 2023 Komisi B dengan
BAPENDA

Lampiran VI

Foto Bersama Sekretaris


Dewan Perwakilan Rakyat
39
Daerah Kota Semarang

Mengantarkan Materi Sidang Paripurna ke

Fraksi-fraksi

Lampiran VII
Kegiatan Mingguan Magang

Model
Kegiatan Tanggal
Kerja

 Mempersiapkan materi dan perlengkapan untuk WFO 09 Januari –

rapat 09 Februari

40
 Mengikuti Rapat Komisi

 Mengikuti Rapat Pembahasan Raperda

 Mengikuti Rapat Pembahasan APBD dengan

 Mitra Komisi
2023
 Notulensi Rapat

 Mengantar berkas Pendebitan ke Bank

 Melakukan penilaian kualifikasi Tenaga Ahli Kajian

 Melakukan Kegiatan Administrasi

41

Anda mungkin juga menyukai