Anda di halaman 1dari 4

1.

Menurut Peter Noll, Ilmu Pengetahuan Perundang-undangan meneliti


perihal isi dan bentuk norma hukum dengan tujuan untuk mengembangkan
kriteria, arah, dan petunjuk bagi pembentukan norma hukum yang rasional.
Artinya, ilmu pengetahuan perundang-undangan berupaya menemukan jawaban
atas pertanyaan bagaimana hukum melalui peraturan perundang-undangan
dapat dibentuk secara optimal, dengan titik tolaknya adalah bagaimana
memperoleh jawaban agar keadaan sosial melalui norma perundang-undangan
tersebut dapat dipengaruhi sesuai dengan arah yang ditetapkan dan
diharapkan.
2. ( yang ini gue ga tau bener apa ga )H. Soehino, memberikan pengertian istilah perundang-
undangan sebagai berikut:
1. Pertama, berarti proses atau tata cara pembentukan peraturan-peraturan perundangan
negara dari jenis dan tingkat tertinggi yaitu undang-undang sampai yang terendah, yang
dihasilkan secara atribusi atau delegasi dari kekuasaan perundang-undangan.
2. Kedua, berarti keseluruhan produk peraturan-peraturan perundangan tersebut.

3. Menurut burkhadt krems, ilmu pengetauhan perundang-undangan adalah ilmu pengetauhan


tentang pembentukan peraturan Negara, yang merupakan ilmu yang bersifat interdisipliner.
Selain itu, ilmu peraturan perundang-undangan juga berhubungan dengan ilmu politik dan
sosiologi, secara garis besar dapat dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu

1. Teori perundang-undangan yaitu berorientasi pada mencari kejelasan dan kejernihan


makna atau pengertian-pengertian dan bersifat kognitif
2. Ilmu perundang-undangan yaitu berorientasi pada melakukan perbuatan dalam hal
pembentukan peraturan perundang-undangan dan bersifat normatif.

4. Menurut A Hamid S. Attamimi bahwa: Ilmu Pengetahuan Perundang-undangan merupakan


ilmu baru. Di Indonesia Ilmu Pengetahuan Perundang-undangan mulai tumbuh sejak 1982,
yaitu ketika pada Fakultas Hukum Universitas Indonesia mulai diberikan sistem pendidikan
yang disebut Sistem Kredit Semester. Hal itu terjadi setelah melampaui masa ‘percobaan’
dengan nama Kuliah Ketrampilan Perundang-undangan sejak 1975 Cabang Ilmu
Pengetahuan Perundang-undangan yang diajarkan baru seginya atau sisinya yang normatif
dan berorientasi kepada melakukan perbuatan penyusunan dan perumusan perundang-
undangan. Mata kuliah tersebut diberi nama Ilmu Perundang-undangan (Gesetzgebungs lehre
atau wetgevingsleer). Sebagai ilmu baru, maka Ilmu Pengetahuan Perundang-undangan perlu
dikembangkan dan disebarluaskan.

Menurut A Hamid S. Attamimi bahwa apa yang dikemukakan oleh Burkhardt


Kremssebagai Gesetzgebungswissenschaft, diterjemahkan sebagai Ilmu Pengetahuan
Perundang-undangan mengandung dua sisi yakni Gesetzgebungstheorie yang diterjemahkan
dengan Teori Perundang-undangan sebagai cabang yang berorientasi pada kejelasan dan
kejernihan pemahaman dan yang bersifat kognitif serta Gesetzgebungslehre yang
diterjemahkan dengan Ilmu Perundang-undangan sebagai cabang yang berorientasi pada
melakukan perbuatan pelaksanaan dan bersifat normatif.
Hamid S. Attamini mengatakan sebagai berikut:
“Istilah perundang-undangan (wettelijkeregels) secara harfiah dapat diartikan peraturan yang
berkaitan dengan undang-undang, baik peraturan itu berupa undang-undang sendiri maupun
peraturan lebih rendah yang merupakan atribusian ataupun delegasian undang-undang. Atas
dasar atribusi dan delegasi kewenangan perundang-undangan maka. yang tergolong peraturan
perundang-undangan di negara kita ialah undang-undang dan peraturan perundang-undangan
yang lebih rendah daripadanya seperti Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden yang berisi
peraturan, Keputusan Menteri yang berisi peraturan, Keputusa. Kepala Lembaga Pemerintah
Non Departemen yang dibentuk dengan undang-undang yang berisi peraturan, Peraturan
Daerah Tingkat I, Keputusan Gubemur Kepala Daerah berisi peraturan yang melaksanakan
ketentuan Peraturan Daerah Tingkat I, Peraturan Daerah Tingkat II dan Keputusan
Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah berisi peraturan yang melaksanakan ketentuan
Peraturan Daerah Tingkat II.

5. Peter Noll menyatakan bahwa ilmu pengetahuan perundang-undangan yang


disebutnya gesetzgebungslehre itu meneliti isi dan bentuk norma hukum dengan tujuan
mengembangkan criteria, arah, dan petunjuk bagi pembentukan norma yang rasional.
Terhadap sebutan ilmu pengetahuan perundang-undangan oleh Peter Noll, penulis
mengistilahkan dengan ilmu perundang-undangan. Masalah pokok yang ditelitinya adalah
bagaimana hukum yang melalui perundang-undangan dapat dibentuk secara optimal,
sedangkan titik tolaknya ialah bagaimana memperoleh jawaban agar keadaan sosial dapat
dipengaruhi melalui norma perundang-undangan sesuai dengan arah yang diarahkan.
Pengembangan dan pemantapan metode perundang-undangan merupakan bagian dari ilmu
hukum. Dan meskipun tidak secara tegas menyebutkan sebagai bagian dari ilmu hukum yang
interdisipliner, ia menegaskan bahwaGesetzgebungstheorie merupakan suatu disiplin hukum
(Junstische disziplin) dalam arti ilmu pengetahuan yang ditekuni dan kegiatan yang digeluti
oleh para ahli hukum.

Selanjutnya, apa yang oleh Noll disebut gesetzgebungslehr , oleh jurgen Rodig
disebutnya gesetzgebungstheorie meskipun oleh beberapa perbedaan yang prisipiil,
pendekatan rodig yang regelungstheoretish mengharuskan gesetzgebungshtirie-Nya menjadi
bagian yang tidak terlepas dan regelungsthoire yang umum dan yuridis. oleh karena itu, bagi
Rodig, UU formal (fomelle gesetz) hanyalah salah satu bentuk pengaturan yuridis, sedang apa
yang kita kenal dengan teori perundang-undangan. Tidak terbatas pada gesetz saja. Dengan
demikian, Rodig memandanggestzgebungstheorie sebagai bentuk multidisipliner dan
pengolahan ilmu hukum yang menggunakan perspektif dan metode teoritis dan disiplin-
disiplin lain, dengan tujuan meneliti gejala perundang-undangan. Selanjutnya, menurut
Rodig, gestzgebungstheorie mengandung dua segi, yaitu statis dan dinamik. Yang pertama
menyangkut proses perumusan isi peraturan, dan yang terakhir menyangkut proses pemilihan
isi peraturan dan alternatif-alternatif yang tersedia
Dalam hubungan ini, disajikan salah satu definisi tentang ilmu
pengetahuan perundang-undangan yang dikemukakan oleh Krems. Dia
mengatakan bahwa ilmu ini adalah ilmu yang bersifat interdisipliner yang
berfungsi untuk membentuk hukum negara (die interdisziplinaire Wissen
schaft von der staatslichen Rechtssetzung). Krems membagi ilmu
pengetahuan perundang-undangan dalam dua kelompok, yaitu;
a) Teori perundang-undangan (Gesetzgebungstheorie), yang berorientasi
pada pencarian kejelasan dan kejernihan pengertian-pengertian
(enklarungs theorie) dan bersifat kognitif (kesadaran terhadap
pengertian/pemahaman sesuatu masalah);
b) Ilmu perundang-undangan (Gesetzgebungslehre); yang berorientasi
pada pelaksanaan sesuatu perbuatan (handlungs orientiert) dan lebih
bersifat normatif. Ilmu perundang-undangan ini dikelompokkan lagi
menjadi tiga macam, yaitu :
1) Teknik perundang-undangan (Gestzgebungstechnik) ;
2) Metode perundang-undangan (Gesetzgebunsmetode); dan
3) Proses perundang-undangan (Gestzgebungsverfahren).

Antara Krems dan Maihofer agak berbeda sedikit dalam


mengadakan pembagian Ilmu Pengetahuan Perundang-undangan. Ia
(Maihofer) membagi ilmu ini ke dalam :
a. Penelitian kenyataan hukum (Rechtstatsachenfoschung) yang
berorientasi pada penelitian obyek undang-undang dan obyek
pembentuk undang-undang dalam kenyataan sehari-hari, dan
b. Ilmu perundang-undangan (Gesetzgebungslehre) yang merupakan
bagian politik hukum yang didasarkan pengalaman hukum serta
merupakan petunjuk dalam pembentukan hukum.
Sub Kelompok ini dirinci lebih lanjut ke dalam empat macam, yaitu :
1) Teknik Perundangan-undangan (Technik der Gestzgebung) ;
2) Metodik Perundang-undangan (Methodik der Gesetzgebung) ;
3) Taktik Perundang-undangan (Taktik der Gesetzgebung); dan
4) Analitik Perundang-undangan (Analitik der Gesetzgebung).

Kesimpulannya dari dua orang pakar ini dalam membagi Ilmu


Perundang-undangan (Gesetzgebungslehre) terdapat persamaanya mengenai
teknik dan metodenya, tetapi Meihofer menggantikan perincian proses
perundang-undangan menjadi taktik dan analitik perundang-undangan.
Dari hasil pengalamannya meneliti seluk-beluk perundangundangan
dalam segala seginya. Akhirnya, Krems mencoba
mendefinisikan ‘Ilmu Pengetahuan Perundang-undangan” bahwasanya
Ilmu Pengetahuan Perundang-undangan ini merupakan ilmu pengetahuan
yang bersifat interdisipliner –bahkan lebih dari itu— karena ilmu ini
berusaha menyatukan berbagai segi ilmu pengetahuan.
Kemudian yang dimaksud dengan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan
hukum Islam khususnya hukum wakaf tanah milik ini antara lain Ilmu
Hukum, Ilmu Politik, Ilmu Ekonomi, Sosiologi dan lain-lain ilmu yang
serumpun yang satu sama lain berkaitan erat untuk menjangkau obyeknya
yang khusus dalam rangka pembentukan hukum negara (die
interdiszplinaire Wissenschaft von der staatlichen Rechtsetzung).

Upaya membagi Ilmu Pengetahuan perundang-undangan ke dalam beberapa


bagian atau kelompok versi Krem dan Maihover ini, oleh W.G. van der
Velden disebut sebagai pengetahuan pembentukan undang-undang yang
bersifat empiris dan normatif (empirische en nomatieve
wetgevingswetenschap) (yang satu sama lain berkaitan erat untuk
menjangkau obyeknya yang khusus dalam rangka pembentukan hukum
negara (die interdiszplinaire Wissenschaft von der staatlichen
Rechtsetzung). Masalah perundang-undangan sebagai sebuah ilmu
mengandung banyak aspek, namun dalam kaitannya dengan masalah
Rancangan Undang-undang Wakaf, terpaksa dibatasi hanya pada aspek
yang dianggap perlu saja, yaitu segi peristilahan, hakikat dan fungsi
perundang-undangan; sedangkan yang mengenai proses, teknik dan
metode perundang-undangan tidak dibicarakan lebih lanjut

Anda mungkin juga menyukai