Anda di halaman 1dari 48

OPTIMALISASI PERIZINAN USAHA PENAMBANGAN BADAN USAHA

MILIK NEGARA
LAPORAN KERJA PRAKTIK PT ANEKA TAMBANG Tbk

Periode 4 Juli 2023 s.d. 11 Agustus 2023

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat


Ujian Penulisan Hukum Program Sarjana ( S1 ) Hukum

Oleh:
FRITZ GABATIO SIRAIT
NIM : 11000120130411

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2023
LEMBAR PENGESAHAN
OPTIMALISASI PERIZINAN USAHA PENAMBANGAN BADAN USAHA
MILIK NEGARA

LAPORAN KERJA PRAKTIK


PT ANEKA TAMBANG TBK
Periode 3 Juli 2023 – 4 Agustus 2023

Oleh :
FRITZ GABATIO SIRAIT
NIM 210140120140187

Menyetujui,

Pembimbing Lapangan Dosen Pembimbing Kerja Praktik

Agustinus Toko Susetio Muhyidin, S.Ag., M.Ag., M.H.


(NIP: 197503092003121002)

Mengetahui,

Ketua Program Studi S1 Hukum


Fakuktas Hukum Undip

Dr. Aditya Yuli Sulistyawan S.H., M.H.


(NIP: 198407092008121002)

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

atas rahmat yang berkelimpahan, kemurahan, dan karunia – Nya saya dapat

menyelesaikan seluruh rangkaian Kerja Praktik (KP) yang dilaksanakan pada

tanggal 3 Juli 2023 – 14 Agustus 2023 di Kantor Aneka Tambang Tbk , berkat

karunia – Nya pula, saya dapat menyelesaikan laporan kerja praktik dengan judul

“ Optimalisasi Perizinan Usaha Penambangan Badan Usaha Milik Negara ”

dengan baik dan lancar, serta sesuai denggan tenggat waktu yang telah ditetapkan.

Dalam perjalanan penyusunan laporan Kerja Praktik ini tentu tidak lepas

dari arahan dan juga bimbingan dari berbagai pihak dan tak lupa saya ucapkan

terima kasih dan bentuk rasa hormat saya kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penyelasaian laporang Kerja Praktik ini kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat – Nya kepada

saya sehingga dalam kegiatan Kerja Praktik ini saya dapat menyelesaikan

dengan lancar dan baik;

2. Orang Tua saya yang telah memberikan dukungan penuh terhadap

seluruh kegiatan saya terutama dalam kegiatan Kerja Praktik;

3. Ibu Prof. Dr. Retno Saraswati, S.H., M.Hum selaku Dekan Fakultas

Hukum Universitas Diponegoro;

4. Bapak Dr. Aditya Yuli Sulistyawan, S.H., M.H. selaku Ketua Program

Studi S1 Hukum Fakultas Hukum Universitas Diponegoro;

5. Bapak Muhyidin,S.Ag.,M.Ag.,M.H. selaku Dosen Pembimbing Kerja

Praktik;

3
6. Kang Gemi Sesariana, S.H. CRMP selaku penanggung jawab mahasiswa

magang di kantor PT. ANTAM

Saya menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini saya masih memiliki

banyak kekurangan sehingga masih jauh dari kata sempurna. Saya mengharapkan

adanya kritik dan saran yang membangun dari pembaca sehingga saya dapat

mengembangkan cara penulisan saya menjadi lebih baik lagi. Demikian akhir kata

dari saya sebagai penulis, besar harapan saya bahwa laporan ini dapat digunakan

sebaik dan sebermanfaat mungkin bagi yang membaca.

Semarang, 25 Agustus 2023

Fritz Gabatio Sirait

4
ABSTRAK

Izin Usaha Penambangan (IUP merupakan separangkat perizinan yang

fundamental harus dimiliki pelaku usaha terutama bagi mereka yang bergerak

dibidang pertambangan. Izin Usaha Penambangan menjadi acuan terkait sah atau

tidaknya pelaku usaha pertambangan dalam melakukan ekpolasi dan atau kegiatan

penambangan di daerah yang dimaksudkan dalam Izin Usaha Penambangan (IUP).

Dalam prosesnya, IUP seringkali didapati sebagai masalah utama dalam kegiatan

penambangan. Mulai dari proses perizinannya yang begitu pelik pun begitu

banyak aturan atau legalstanding yang harus diuruskan kebeberapa elemen

pemerintahan. Pada keberjalanannya RUU Minerba telah merumuskan prosedur

yang kemudian memangkas birokrasi yang berbelit – belit dan bermaksud untuk

menyelesaikan persoalan hiper-regulasi yang terjadi di Indonesia. 1

Kata Kunci : Izin Usaha Penambangan (IUP)

1
( Luhukay R,Sentralisasi Kewenangan Perizinan Usaha oleh Pemerintah Pusat dalam Rancangan
Undang-Undang Mineral dan Batubara (2020)

5
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................................. 2

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 3

ABSTRAK ......................................................................................................................... 5

DAFTAR ISI...................................................................................................................... 6

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................... 8

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 9

1.1. Latar Belakang .................................................................................................... 9

1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................. 11

1.3. Tujuan Kerja Praktik ......................................................................................... 11

1.4. Manfaat Kerja Praktik ....................................................................................... 11

1.5. Metodologi Laporan Kerja Praktik ................................................................... 12

1.6. Sistematika Penulisan ....................................................................................... 13

BAB II GAMBARAN UMUM ....................................................................................... 14

2.1. Pengenalan PT. Aneka Tambang Tbk............................................................... 14

2.2. Historis Badan Usaha ........................................................................................ 15

2.3. Visi dan Misi PT. Aneka Tambang Tbk. .......................................................... 19

BAB III LANDASAN TEORI........................................................................................ 20

3.1. Pengenalan Jenis Bisnis Tambang Antam ............................................................. 20

3.2. Pengertian Izin Usaha Penambangan, Sejarah dan Jenis-Jenis Izin Usaha

Penambangan ................................................................................................................ 22

3.3. Prosedur dan Syarat Untuk Memperoleh Izin Usaha Penambangan (IUP) dan

Pejabat yang Berhak Mengeluarkan Izin Usaha Penambangan (IUP) .......................... 25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 28

4.1. Regulasi Izin Usaha Penambangan yang Berlaku............................................. 28

6
4.2. Impelemntasi Perizinan Usaha Penambangan Bagi PT. Aneka Tambang Tbk.

………………………………………………………………………………... 36

BAB V PENUTUP........................................................................................................... 38

5.1. Kesimpulan ....................................................................................................... 38

5.2. Saran ................................................................................................................. 39

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 40

7
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Daftar Hadir Kerja Praktik

Lampiran 2 : Penilaian Kerja Praktik dari Kantor PT. Aneka Tambang Tbk

Lampiran 3 : Dokumentasi Selama Kegiatan Kerja Praktik

Lampiran 4 : Surat Keterangan Telah Mengikuti Dan Menyelesaikan Kerja

Praktik di Kantor PT. Aneka Tambang Tbk

8
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Secara defenitif yang tertuang dalam Undang -Undang No.19 Tahun

2003 Badan Usaha Milik Negara adalah badan usaha yang seluruh atau

sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara

langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. BUMN pada

dasarnya dibentuk untuk lima tujuan diantaranya;

1. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional

pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya ;

2. Mengejar keuntungan ;

3. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang

dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat

hidup orang banyak ;

4. Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan

oleh sektor swasta dan koperasi ;

5. Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha

golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat.

Dari ragam tujuan yang menjadi dasar terbentuknya BUMN, sudah

sepantasnya BUMN mendapati berbagai kemudahan dalam melangsungkan

kegiatan usahnya, dimulai dari birokrasi dan keberpihakan pemerintah dan

atau negara bagi BUMN yang dimaksudkan. Keberpihakan yang

dimaksudkan adalah bagaiamana pemerintah ikut campur dalam setiap

rancangan kegiatan perusahaan BUMN melalui kementrian. Hal ini kemudian

9
akan menjadi hubungan timbal balik yang menguntungkan bagi negara dan

BUMN itu sendiri. Namun perlu adanya kontrol yang ditetapkan sebagai

bukti bahwa persaingan antar badan usaha milik negara dan swasta dapat

bersaing secara sehat. Keberpihakan pemerintah terhadap Badan Usaha Milik

Negara tetap harus dilaksanakan mengingat bahwa lini usaha ini menjadi

cakupan bagi profit yang disetorkan kenegara.

PT. ANTAM (Aneka Tambang) merupakan Badan Usaha Milik Negara

yang bergerak dalam bidang pertambangan. Pertambangan merupakan sektor

strategis yang harus dimanfaatkan oleh pemerintah sebaik mungkin. Sesuai

dengan amanat yang terkandung pada Pasal 33 Undang-Undang Dasar

1945,pemerintah atau negara harus menyediakan pelayanan yang sempurna

sehingga terciptanya kesejahtraan masyarakat. Pelayanan publik adalah hal

yang pertama dan utama yang harus dicapai. Pelayanan publik yang kurang

taktis dan cenderung pelik tentu menghambat aktivitas keluar masuknya

investasi.2 Masalah inilah yang kemudian menjadi masalah yang tak kunjung

selesai pun karna adanya ketidakselarasan antara dasar hukum yang satu dan

yang lainnya. Pemerintah melalui Undang-Undang No.6 Tahun 2023 atau

yang biasa dikenal ciptaker, berusaha untuk menyelaraskan aturan yang

tumpang tindih sehingga seluruh administatif taat pada satu aturan yang ada

diatasnya dan mengikat untuk semua. Dalam keberjalanannya Undang-

Undang Ciptaker dianggap mampu untuk meminimalisir runtut birokerasi

agar semakin ringkas bin sederhana.

2
Luhukay R,Sentralisasi Kewenangan Perizinan Usaha oleh Pemerintah Pusat dalam Rancangan
Undang-Undang Mineral dan Batubara (2020)

10
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan ursaian latar belakang di atas, maka penulis dapat

mengidentifikasikan beberapa pokok permasalahan yang dapat dibahas dalam

Laporan Kerja Praktik ini, antara lain seperti :

1. Bagaimana Regulasi dari Birokrasi Izin Usaha Penambangan yang

berlaku?

2. Bagaimana Impementasi Perwujudan pemberian Izin Usaha

Penambangan bagi Badan Usaha Milik Negara

1.3. Tujuan Kerja Praktik

1. Meningkatkan pengalaman, kemampuan dan juga mengasah cara berpikir

agar mampu menganalisis permasalahan hukum;

2. Mengimplementasikan ilmu yang didapatkan selama menjadi mahasiswa

Fakultas Hukum Undip;

3. Mengatahui dan memahami bagaimana cara kerja seorang Coorporate

Lawyer dalam mengeksekusi dan mengeliminasi masalah;

1.4. Manfaat Kerja Praktik

Pelaksanaan Kerja Praktik diharapkan agar memberikan manfat sekitar,

antara lain:

a. Manfaat bagi Penulis

1. Mahasiswa mendapatkan kesempatan untuk dapat menerapkan

pengetahuan dan pengalamannya selama belajar di Fakultas Hukum

Undip;

2. Mahasiswa dapat mengetahui cara kerja seseorang dengan profesi

Notaris;

11
3. Mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan dan juga pengalaman

secara langsung di lapangan;

4. Mahasiswa dapat mengasah soft skill agar dapat terjun langsung ke

dalam dunia kerja nantinya.

b. Manfaat bagi Instansi

1. Mendapatkan bantuan berupa tenaga dan/atau pikiran dari

mahasiswa Kerja Praktik;

2. Menjalin hubungan kerja yang baru antar pihak universitas dengan

pihak PT Aneka Tambang TBK

c. Manfaat bagi Universitas

1. Meningkatkan kualitas mahasiswa agar dapat bersaing dalam dunia

kerja melalui kegiatan Kerja Praktik.

1.5. Metodologi Laporan Kerja Praktik

Dalam penulisan Laporan Kerja Praktik ini penulis menggunakan

metode penelitian normatif, yaitu dengan melihat hukum sebagai kaidah atau

norma. Metode ini menggunakan implementasi dalam ketentuan hukum

normatif atau ketentuan undang – undang dan doktrin hukum dalam peristiwa

hukum di masyarakat. Metode dalam pengumpulan data yang digunakan ialah

dengan menggunakan studi kepustakaan, yaitu dengan mencari dan juga

mempelajari hal – hal yang berkaitan dengan pembahasan melalui

artikel/jurnal, buku, serta tulisan lainnya.

Selanjutnya bahan maupun data hukum yang diperoleh melalui kerja

praktik ini diolah dan jgua dianalisis dengan metode Analisa kualitatif,

dengan 6 cara menyajikan hasil dari penilitan melalui tulisan maupun

12
deskripsi yang berkaitan dengan penelitian dan berhubungan dengan pendapat,

kepercayaan orang yang akan diteliti, ide, dan segalanya tidak dapat diukur

secara statistik.

1.6. Sistematika Penulisan

Dalam laporan Kerja Praktik ini disusun atas sistematika penulisan

yang secara garis besar disusun dalam beberapa bab, di mana dalam masing –

masing bab terbagi atas beberapa sub bab, sebagai berikut:

• Bagian awal terdiri atas Halaman Judul (cover), Halaman Pengesahan,

Halaman Pengantar, Abstrak, dan Daftar Isi.

• Bagian isi terdiri atas :

1. Bab I Pendahuluan

2. Bab II Gambaran Umum

3. Bab III Landasan Teori

4. Bab IV Hasil dan Pembahasan

5. Bab V Penutup.

• Bagian Akhir yang terdiri atas Daftar Pustaka dan juga Lampiran.

Beberapa hal yang termasuk dalam lampiran, antara lain seperti:

a. Daftar hadir kerja praktik selama periode kerja 3 Juli 2023 sampai

dengan 11 Agustus 2023;

b. Penilian kerja praktik yang diberikan oleh instansi tempat kerja

praktik dilaksanakan;

c. Dokumentasi kegiatan selama kerja praktik; dan

d. Surat keterangan atau sertifikat dari tempat kegiatan Kerja Praktik

dilakukan.

13
BAB II
GAMBARAN UMUM

2.1. Pengenalan PT. Aneka Tambang Tbk

Badan Usaha Milik Negara atau BUMN merupakan Badan Usaha yang

seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui

penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang

dipisahkan. Badan Usaha Milik Negara ini mulai diakui eksistensinya terlebih

karna hadirnya Undang-Undang No.19 Tahun 2003 yang kemudian lebih

jelas membagi keeksistensian BUMN sebagaimana dimaksud menjadi 3 jenis,

yakni Perusahaan Perseroan, Perusahaan Perseroan Terbuka dan Perusahaan

Umum ( Perum ). Dari 3 jenis BUMN yang disebutkan dalam Undang-

Undang, memiliki bentuk, struktur serta tanggung jawab yang sangat berbeda.

Dalam keberjalanannya.

PT. Aneka Tambang Tbk. merupakan cabang BUMN yang bergerak di

Perushaan Terbuka, yang mana didefeniskan melalui Undang-Undang No.19

Tahun 2003 melalui Pasal 1 ayat 3 “ Perusahaan Perseroan Terbuka, yang

selanjutnya disebut Persero Terbuka, adalah Persero yang modal dan jumlah

pemegang sahamnya memenuhi kriteria tertentu atau Persero yang melakukan

penawaran umum sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang

pasar modal “. Jika melihat defenisi dari yang dimaksudkan dalam Undang-

Undang, dapat kita lihat bahwa kemudian PT. Aneka Tambang Tbk memiliki

Modal yang berasal dari negara yang selanjutnya berasal dari anggaran

belanja negara, dan memiliki sebagaian modal yang dihimpun berdasarkan

14
Penawaran Umum sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan di bidang

Pasar Modal.

2.2. Historis Badan Usaha

Kegiatan usaha Perseroan telah dimulai sejak tahun 1968 ketika

Perseroan didirikan sebagai Badan Usaha Milik Negara melalui merjer dari

beberapa Perusahaan tambang dan proyek tambang milik pemerintah, yaitu

Badan Pimpinan Umum Perusahaan-perusahaan Tambang Umum Negara,

Perusahaan Negara Tambang Bauksit Indonesia, Perusahaan Negara

Tambang Emas Tjikotok, Perusahaan Negara Logam Mulia, PT Nickel

Indonesia, Proyek Intan dan Proyek-proyek Bapetamb. Perseroan didirikan

dengan nama "Perusahaan Negara (PN) Aneka Tambang"3

➔ 1968

o ANTAM dibentuk dari merjer beberapa perusahaan & proyek

Pemerintah Republik Indonesia

➔ 1974

o Perubahan PN ANTAM menjadi Perusahaan Negara Perseroan

Terbatas (“Perusahaan Perseroan”) berdasarkan Peraturan Pemerintah

No 26 tahun 1974

o Perubahan ANTAM menjadi Perusahaan Perseroan Terbatas dengan

Akta Pendirian Perseroan No. 320 tanggal 30 Desember 1974

➔ 1975

o Dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik

Indonesia No. Kep. 1768/MK/IV/12/1974, tentang Penetapan Modal

3
Website Antam : Antam.com/

15
Perusahaan Perseroan (Persero) PT Aneka Tambang menjadi Perseroan

Terbatas dengan nama PT Aneka Tambang, yang telah memperoleh

pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM dalam Surat Keputusannya

No. Y.A. 5/170/4 tanggal 21 Mei 1975

→1976

o Operasi Komersial Pabrik Feronikel I (FeNi I) di Pomalaa, Sulawesi

Tenggara

→1979

o Operasi Tambang Nikel di Pulau Gebe

→1994

o Operasi komersial tambang emas Pongkor, Jawa Barat

→1995

o Operasi komersial Pabrik Feronikel II (FeNi II) di Pomalaa, Sulawesi

Tenggara

→1997

o Perseroan Menawarkan 35% Sahamnya Untuk mendukung pendanaan

proyek ekspansi feronikel, pada tahun 1997 Perseroan menawarkan 35%

sahamnya ke publik dan mencatatkannya di Bursa Efek Indonesia.

→1998

o Tambang Nikel Pulau Gee beroperasi

→1999

o Perseroan Mencatatkan Sahamnya di Australia

o Pada tahun 1999, Perseroan mencatatkan sahamnya di Australia dengan

status foreign exempt entity

16
→2001

o Tambang Nikel Tanjung Buli beroperasi

→2002

o ASX Listing

o Pada tahun 2002 status ditingkatkan menjadi ASX Listing yang

memiliki ketentuan lebih ketat.

→2003

o Penerbitan oblligasi senilai US$200 juta untuk pendanaan proyek

pabrik FeNi III

→2007

o Pabrik FeNi III beroperasi komersial

→2009

o ANTAM mengakuisisi Tambang Emas Cibaliung

→2010

o Penandatanganan kontrak EPC Proyek CGA Tayan Tambang Emas

Cibaliung & Tambang Nikel Tapunopaka beroperasi

→2011

o Konstruksi Proyek CGA Tayan

o Akuisisi Tambang Batubara Sarolangun

o Pembukaan Tambang Nikel Pulau Pakal

→2012

o Groundbreaking PLTU dan Line-4 Proyek Perluasan Pabrik Feronikel

Pomalaa Tambang Nikel Tapunopaka beroperasi

17
→2013

o Commissioning Pabrik Chemical Grade Alumina di Tayan

→2014

o Commissioning fasilitas jetty, belt conveyor & Pemurnian-3 dari

Proyek Perluasan Pabrik Feronikel Pomalaa

→2015

o Rights issue yang mencakup Penyertaan Modal Negara berjalan sukses

dengan oversubscription dengan nilai proceeds mendekati Rp5,38

triliun

o Launching emas motif batik

o Operasi Furnace-4 dimulai

→2016

o Kontrak EPC Proyek Pembangunan Pabrik Feronikel Haltim

o Inovasi layanan BRANKAS

o Peluncuran produk perhiasan

o Aliansi strategis dengan Newcrest dalam eksplorasi emas

o Peluncuran produk Green Fine Aggregate

→2017

o Produksi dan penjualan feronikel tertinggi sepanjang sejarah

o ANTAM mendapatkan PROPER Emas

o ANTAM menjadi salah satu produsen feronikel berbiaya rendah di

dunia

o Ekspor perdana produk emas ANTAM ke pasar Jepang

18
o ANTAM mendapatkan izin ekspor bijih nikel kadar rendah dan bijih

bauksit tercuci

o Pencanangan Proyek Pembangunan Pabrik Feronikel Halmahera Timur

(P3FH)

o ANTAM menjadi bagian dari Holding Industri Pertambangan

→2018

o Kiprah 50 Tahun ANTAM Mendukung Hilirisasi Mineral di Indonesia

o Peluncuran Produk Emas Tematik & Motif Emas Batik Indonesia Seri

II

o Inovasi Desain & Kemasan Emas Logam Mulia

o ANTAM mempertahankan capaian tertinggi produksi dan penjualan

feronikel & Penjualan Emas

o ANTAM resmi memiliki keseluruhan saham di PT Indonesia Chemical

Alumina

2.3. Visi dan Misi PT. Aneka Tambang Tbk.

a. Visi PT Aneka Tambang Tbk 2030

Menjadi korporasi global terkemuka melalui diversifikasi dan integrasi

usaha berbasis Sumber Daya Alam.

b. Misi PT Aneka Tambang Tbk 2030

1. Menghasilkan produk-produk berkualitas dengan memaksimalkan

nilai tambah melalui praktik-praktik industri terbaik dan operasional

yang unggul

2. Mengoptimalkan sumber daya dengan mengutamakan keberlanjutan,

keselamatan kerja dan kelestarian lingkungan

19
3. Memaksimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dan

pemangku kepentingan

4. Meningkatkan kompetensi dan kesejahteraan karyawan serta

kemandirian ekonomi masyarakat di sekitar wilayah operasi4

BAB III
LANDASAN TEORI

3.1. Pengenalan Jenis Bisnis Tambang Antam

PT Aneka Tambang Tbk merupakan Badan Usaha Milik Negara yang

bergerak di sektor pertambangan. Modal usaha perusahaan ini berasal dari

negara dan sebagian dari saham yang dijualkan melalui pasar modal. PT

Aneka Tambang memperoleh pendapatan melalui kegiatan eksplorasi dan

penumuan deposit mineral, yang kemudian diolah sedemikian rupa secara

ekonomis dan menjual hasil pengolahan yang dimaksudkan ke konsumen

jangka panjang yang loyal di kawasan eropa dan asia. Kegiatan ini telah

berlangsung sejak perusahaan ini berdiri tahun 1968. Selain mendapat

keuntungan dari hasil pengolahan dan penjualan hasil tambang, ANTAM pun

mendapat sebagian besar untung melalui jasa utamanya yaitu pengolahan dan

pemurnian logam mulia serta jasa geologi. Bisnis-bisnis tambang yang

dimaksudkan dijabarkan menjadi beberapa komoditas utama, diantaranya

bijih nikel kadar tinggi atau saprolit, biji nikel kadar rendah atau limonit,

feronikel, emas, perak dan bauksit.

4
Website Antam : Antam.com

20
a. Nikel

Segmen Oprasi nikel terdiri dari komoditas feronikel dan bijih nikel.

Komoditas feronikel diproduksi oleh Unit Bisnis Pertambangan (UBP)

Nikel Kolaka. Komoditas bijih nikel diproduksi dari tambang nikel di

Kolaka, Sulawesi Tenggara yang dioperasikan oleh UBP Nikel Kolaka,

tambang nikel di Konawe Utara, Sulawesi Tenggara yang dioperasikan

oleh UBP Nikel Konawe Utara, tambang nikel di Halmahera Timur,

Maluku Utara yang dikelola oleh UBP Nikel Maluku Utara, serta

tambang nikel di Pulau Gag, Papua Barat yang dioperasikan oleh entitas

anak Perusahaan, PT Gag Nikel.

b. Emas

Segmen emas dan pemurnian terdiri dari komoditas emas, perak dan

jasa pemurnian dan pengolahan logam mulia. Komoditas emas dan perak

ANTAM dihasilkan melalui kegiatan penambangan dan peleburan bijih

emas menjadi dore bullion. Penambangan bijih emas ANTAM dilakukan

di tambang Pongkor, Jawa Barat dan Cibaliung, Banten, yang saat ini

telah memulai fase pasca tambang.

c. Bauksit

Bauksit adalah sumber utama produksi bijih alumunium. Bauksit

mengandung alumina (AI203) dan campuran silika, berbagai oksida besi,

dan titanium dioksida. ANTAM berencana untuk menambah nilai

cadangan bauksitnya melalui pengembangan proyek alumina.

21
d. Batubara

ANTAM melalui salah satu entitas anaknya yaitu PT Indonesia Coal

Resources, memproduksi komoditas batubara melalui tambang batubara

Sarolangun yang berlokasi di Propinsi Jambi, Indonesia. Cadangan

batubara (non-JORC) tambang Sarolangun berjumlah 8,25 juta ton

dengan kualitas batubara rata-rata sekitar 5.300 sampai 5.500 Kcal/kg.

Saat ini penjualan batubara Sarolangun dilakukan ke konsumen dalam

negeri dan untuk ekspor.

e. Jasa Ekspolasi

Unit Geomin adalah salah satu dari lima unit operasi PT ANTAM

Tbk (“ANTAM”). Unit Geomin memiliki tugas utama mengelola dan

mengembangkan kegiatan eksplorasi dan pencarian cadangan dan sumber

daya mineral baru. Dibentuk pada akhir tahun 70-an, Unit Geomin

berpengalaman lebih dari 30 tahun dalam bidang eksplorasi

pertambangan khususnya mineral yang memiliki nilai ekonomis seperti

nikel, bauksit, emas dan bijih besi. Unit Geomin telah menjelajah ribuan

kilometer mencari dan menemukan sumber daya mineral baru dari ujung

barat hingga ujung timur Kepulauan Indonesia yang kaya akan mineral.

3.2. Pengertian Izin Usaha Penambangan, Sejarah dan Jenis-Jenis Izin Usaha

Penambangan

a. Pengertian Izin Usaha Penambangan

Izin Usaha Penambangan adalah pemberian izin untuk melakukan

usaha pertambangankepada orang pribadi atau badan yang diberikan oleh

22
Pemerintah Daerah. Izin UsahaPertambangan diberikan dalam bentuk

surat keputusan Izin Usaha Pertambangan5

b. Sejarah IUP

Pada awal tahun 2009, pemerintah menerbitkan UU No 4/2009

tentang PertambanganMineral dan Batubara. Pasca disahkannya UU ini

sekaligus mengakhiri rezim perizinan dalam bentuk kontrak/perjanjian.

Selanjutnya, seluruh perizinan harus menggunakan pola Izin Usaha

Pertambangan (IUP). Oleh karena itu Ditjen Minerba melaksanakan

kegiatan pendataanulang perizinan di bidang pertambangan yang

diterbitkan oleh Pemda di seluruh Indonesia. Pendataan ini dilakukan

dengan cara melakukan inventarisasi, verifikasi dan klasifikasi.

Pendataan(rekonsiliasi) ini sangat penting sebagai landasan arah

kebijakan Nasional Pertambangan kedepan selain juga akan dihasilkan

database IUP nasional yang komprehensif. Dengan penataan perizinan

yang sedang dilakukan ini merupakan upaya pemerintah dalamrangka

penataan perizinan pertambangan di Indonesia. IUP yang sudah tertata

dengan baik akan membawa dampak positif bagi penyelenggaraan

kebijakan dan pendapatan negara.6

Undang-undang No. 4 Tahun 2009 mendefenisikan sekaligus

menggolongkan IUP dalam beberapa bentuk:

• Izin Usaha Pertambangan, yang selanjutnya disebut IUP, adalah izin

untuk melaksanakan usaha pertambangan.

5
Nandang Sudrajat, Teori dan Praktik Pertambangan Indonesia Menurut Hukum, ( Pustaka
Yustisia:Yogyakarta,2010),hlm.61.
6
Jempauario, Izin Usaha Pertambangan (IUP) dan Persoalannya

23
• IUP Eksplorasi adalah izin usaha yang diberikan untuk melakukan

tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, dan studi

kelayakan.

• IUP Operasi Produksi adalah izin usaha yang diberikan setelah

selesai pelaksanaan IUPEksplorasi untuk melakukan tahapan

kegiatan operasi produksi.

• Izin Pertambangan Rakyat, yang selanjutnya disebut IPR, adalah izin

untuk melaksanakanusaha pertambangan dalam wilayah

pertambangan rakyat dengan luas wilayah dan investasi terbatas.

• Izin Usaha Pertambangan Khusus, yang selanjutnya disebut dengan

IUPK, adalah izinuntukmelaksanakan usaha pertambangan di

wilayah izin usaha pertambangan khusus.

• IUPK Eksplorasi adalah izin usaha yang diberikan untuk melakukan

tahapan kegiatanpenyelidikan umum, eksplorasi, dan studi kelayakan

di wilayah izin usaha pertambangan khusus.

• IUPK Operasi Produksi adalah izin usaha yang diberikan setelah

selesai pelaksanaanIUPKEksplorasi untuk melakukan tahapan

kegiatan operasi produksi di wilayah izin usaha pertambangan

khusus.

c. Jenis-jenis Izin Usaha Pertambangan (IUP)

Dalam Pasal 36 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang

Pertambangan Mineral Dan Batubara, Izin Usaha Pertambangan (IUP)

dibagi atas 2 (dua) tahap yaitu:

a. Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi.

24
Merupakan pemberian izin tahap pertama yang meliputi kegiatan

penyelidikan umum, eksplorasi, dan studi kelayakan. Untuk 7 IUP

eksplorasi pertambangan mineral logam diberikan dalam jangka

waktu selama 8(delapan) tahun.

b. Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi.

Merupakan izin yang meliputi kegiatan konstrusksi,

penambangan, pengolahan dan pemurnian, serta pengangkutan dan

penjualan. Izin Usaha Pertambangan Operasi produksi untuk

pertambangan mineral logam diberikan dalam jangka waktu paling

lama 20 tahun dan dapat diperpanjang 2(dua) kali masing-masing 10

tahun.

3.3. Prosedur dan Syarat Untuk Memperoleh Izin Usaha Penambangan (IUP)

dan Pejabat yang Berhak Mengeluarkan Izin Usaha Penambangan (IUP)

a. Prosedur Dan Syarat Untuk Memperoleh Izin Usaha Pertambangan

(IUP)

Berdasarkan Pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010

Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral Dan

Batubara. Izin Usaha Pertambangan diberikan melalui 2 (Dua) tahapan

yaitu pertama pada tahap pemberian Wilayah Izin Usaha Pertambangan

(WIUP) dan tahap kedua yaitu pemberian Izin Usaha Pertambangan

(IUP). Untuk memperoleh Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP),

pertambangan mineral logam maka harus melalui prosedur lelang.

Peserta yang hendak mengikuti lelang wajib memenuhi persyaratan

7
Egi Fitrah, Izin Pertambangan Riau: Public Administration

25
administratif, teknis dan finansial. Apabila tahap pertama telah

dilaksanakan, maka tahap berikutnya adalah pemberianIzinUsaha

Pertambangan. Untuk Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi harus

memenuhi 4 (empat) syarat sesuai dengan yang diamanatkan dalam Pasal

23 Peraturan Pemerintah Nomor 23Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan

Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral Dan Batubara:

a. Administratif

Dalam Pasal 24 huruf a Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun

2010 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral

Dan Batubara. Diterangkan bahwa persyaratan administratif yang

dimaksud untuk badan usaha yaitu surat permohonan, susunan direksi

dan daftar pemegang saham dan keterangan domisili.

b. Teknis

Dalam Pasal 25 huruf b Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun

2010 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral

Dan Batubara. Diterangkan bahwa persyaratan teknis yang dimaksud

yaitu peta wilayah yang dilengkapi koordinat geografis lintang dan

bujur sesuai dengan ketentuan sistem informasi geografis yang

berlaku secara nasional, laporan lengkap eksplorasi, laporan studi

kelayakan, rencana reklamasi pascatambang, rencana kerja dan

anggaran biaya, rencana pembangunan sarana prasarana penunjang

kegiatan operasi produksi dan tersedianya tenaga ahli pertambangan

dan/atau geologi yang berpengalaman paling sedikit 3 (tiga) tahun.

c. Lingkungan

26
Dalam Pasal 26 huruf b Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun

2010 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral

Dan Batubara. Diterangkan bahwa persyaratan lingkungan yang

dimaksud yaitu pernyataan kesanggupan mematuhi ketentuan

peraturan perundang-undangan dibidang perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup dan persetujuan dokumen lingkungan

hidup sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

d. Finansial

Dalam Pasal 27 huruf b Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun

2010 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral

Dan Batubara. Diterangkan bahwa persyaratan finansial yang

dimaksud yaitu adanya laporan keuangan tahun terakhir yang telah

diaudit oleh akuntan publik, bukti pembayaran iuran tetap 3 (tiga)

tahun terakhir, dan bukti pembayaran pengganti investasi sesuai

dengan nilai penawaran lelang bagi pemenang lelang WIUP yang

telah berakhir.8

b. Pejabat yang Berwenang Menerbitkan Izin Usaha Pertambangan

(IUP).

a. Bupati/walikota, berwenang menerbitkan Izin Usaha Pertambangan

(IUP) apabila wilayah kuasa pertambangannya berada dalam satu

wilayah kabupaten/kota danatau wilayah laut sampai dengan 4 (empat)

mil dari garis pantai.

8
Egi Fitrah, Izin Pertambangan. Riau: Public Administration

27
b. Gubernur, berwenang menerbitkan Izin Usaha Pertambangan (IUP)

apabila wilayah kuasa pertambangannya berada dilintas

kabupaten/kota dalam satu provinsi dan atau wilayah laut sampai

dengan 12 mil dari garis pantai.

c. Menteri, dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

berwenang menerbitkan Izin Usaha Pertambangan (IUP) apabila

wilayah kuasa pertambangannya berada di beberapa wilayah provinsi

dan tidak dilakukan kerjasama antar provinsi, danatau wilayah laut

yang terletak 12 mil laut.9

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Regulasi Izin Usaha Penambangan yang Berlaku

1. Berlakunya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 Tentang

Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan

Entitas produk hukum yang mengatur pertambangan hadir sejak

berlakunya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-

Ketentuan Pokok Pertambangan. Dalam perkembangan selanjutnya

seiring dengan perkembangan politik dan bergantinya rezim

pemerintahan, juga mengakibatkan perubahan terhadap

perundang-undangan di bidang pertambangan. Setelah berlakunya

Undang-Undang Nomor 37 Prp. Tahun 1960 pada masa

pemerintahan Presiden Soekarno (orde lama), kemudian

9
Salim HS, 2014, Hukum Pertambangan Mineral dan Batubara, Jakarta, Sinar Grafika.

28
diterbitkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang

Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan yang ditandatangi oleh

Presiden Soeharto di Jakarta pada 2 Desember 1967. Beberapa hal

pokok yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967

tersebut antara lain meliputi:

a) Bahwa negara menguasai segala bahan galian (sumberdaya

mineral dan batubara) yang ada dalam wilayah hukum

pertambangan Indonesia;

b) Terdapat penggolongan bahan galian, yaitu bahan galian strategis,

bahan galian vital, bahan galian non strategis dan non vital;

c) Pelaksanaan pertambangan bahan galian strategis

dilaksanakan oleh instansi pemerintah yang ditunjuk oleh

menteri atau perusahaan negara. Disamping itu, usaha swasta

yang telah memenuhi syarat sebagai badan hukum Indonesia dapat

melaksanakan pertambangan bahan galian strategis dengan

pertimbangan bahwa dari sisi ekonomi akan lebih menguntungkan.

Apabila jumlahnya sangat kecil, maka pengusahaan

pertambangan dapat dilakukan melalui pertambangan rakyat.

d) Pelaksanaan pertambangan juga dapat dilakukan kepada

pihak lain sebagai kontraktor (kontrak karya).

e) Apabila bahan galian yang dijadikan objek dalam pelaksanaan

pertambangan adalah bahan galian strategis dan berbentuk

penanaman modal asing, maka kontrak karya yang dilakukan

pemerintah baru berlaku setelah mendapat persetujuan DPR.

29
f) Usaha pertambangan dapat dilakukan oleh pelaksana

pertambangan setelah mendapat Kuasa Pertambangan, kecuali

untuk kontrak karya/ perjanjian karya. Kuasa

Pertambangan dapat diberikan dalam bentuk:

1) Surat Keputusan Penugasan Pertambangan (diberikan kepada

instansi pemerintah yang meliputi penyelidikan umum dan

eksplorasi).

2) Surat Keputusan Izin Pertambangan Rakyat (diberikan

kepada rakyat setempat untuk melakukan kegiatan usaha

pertambangan secara kecil-kecilan).

3) Surat Keputusan Kuasa Pertambangan (diberikan kepada

Perusahaan Negara,Perusahaan Daerah, Badan Usaha Swasta

untuk melakukan kegiatan usaha pertambangan sebagimana

disebutkan dalam Pasal 14 Undang-Undang Nomor 11

Tahun 1967.

g) Pendapatan negara diperoleh dari iuran tetap, iuran eksplorasi

dan/atau eksploitasi dan/atau pembayaran-pembayaran lain

yang berhubungan dengan kuasa pertambangan yang

bersangkutan. Dalam hal perjanjian karya/ kontrak karya

maka yang wajib membayar adalah kontraktor.

h) Pengaturan tentang penyelesaian sengketa, dapat diselesaikan

salah satunya diforum International Center for Settlement of

Disputes(ICSID),namun apabila ICSID tidak dapat menyelesaikan

maka sengketa dapat dibawa ke badan arbitrase yang lain.

30
i) Khusus mengenai kontrak karya pada pengusahaan

pertambangan batubara, diatur dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 75 Tahun 1996 tentang Ketentuan Pokok Perjanjian

Karya Pengusahaan Pertambangan Mineral dan Batubara

(PKP2B).

j) Terjadi perubahan yang cukup signifikan dari substansi dalam

Undang-Undang Nomor 37 Prp.Tahun 1960 pada Undang-

Undang Nomor 11 Tahun 1967 yaitu mengenai masuknya investasi

asing ke Indonesia dan adanya pengaturan mengenai kontrak karya

terkait juga dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang

Penanaman Modal Asing

2. Berlakunya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang

Pertambangan Mineral dan Batubara

Lebih lanjut, pada akhir tahun 2008 pemerintah

mengesahkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang

Pertambangan Mineral dan Batubara (UU Minerba). Undang-undang

tersebut dengan jelas mengatur mengenai pertambangan mineral dan

batubara, hal tersebut tertuang dalam Pasal 34 ayat (1) yang

menyatakan bahwa usaha pertambangan terdiri dari pertambangan

mineral dan pertambangan batubara. Beberapa hal pokok yang

diatur dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tersebut

antara lain meliputi:

i. Izin Usaha Pertambangan.

31
Pasca diundangkannya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009,

salah satu implikasi yang cukup signifikan pengaruhnya adalah

adanya penyatuan dalam perolehan hak atas kegiatan usaha

pertambangan dalam satu atap, dan terbagi dalam 3 (tiga)

ruangan yaitu Izin Usaha Pertambangan (IUP), Izin

Pertambangan Rakyat (IPR), dan Izin Usaha Pertambangan

Khusus (IUPK). Dengan demikian maka sistem perolehan

dalam regulasi yang sebelumnya, antara lain Sistem

Konsesi, Kuasa Pertambangan (KP), Pengusahaan Pertambangan

Mineral dan Batubara (PKP2B), dan Kontrak Karya (KK)

tidak berlaku lagi kecuali yang diatur dalam ketentuan

peralihan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009.

ii. Investasi Asing.

Indonesia telah menjadi anggota World Trade Organization

(WTO). Implikasidari fakta tersebut adalah kran investasi

asing harus dibuka “sederas” mungkin. Undang-Undang Nomor

4 Tahun 2009 mengakomodasi adanya fakta tersebut dalam

beberapa ketentuannya, antara lain mengenai keringanan

dan fasilitas perpajakan yang diberikan pemerintah.

iii. Penerimaan Negara dan Daerah.

Dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009, pengaturan

mengenai penerimaan negara dan daerah dibagi menjadi 2 (dua)

yaitu penerimaan pajak dan penerimaan bukan pajak. Dengan

32
demikian pengaturan penerimaan negara dan daerah lebih tegas

dibanding undang-undang dibidang pertambangan sebelumnya.

3. Pengelolaan Usaha Pertambangan Pasca Berlakunya Undang-

Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja

Perubahan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang

Pertambangan Mineral dan batubara didasari bahwa peraturan

tersebut masih belum dapat menjawab perkembangan, permasalahan,

dan kebutuhan hukum dalam penyelenggaraan pertambangan

perizinan mineral dan batubara, sehingga perlu dilakukan perubahan

agar dapat menjadi dasar hukum yang efektif, efisien, dan

komprehensif dalamp enyelenggaraan pertambangan khususnya mineral

dan batubara.10

Kewenangan pengelolaan pertambangan mineral dan

batubara mengalami pergeseran dimana jika mengacu pada Pasal 6,

Pasal 7 dan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang

Pertambangan Mineral dan Batubara, dalam pengelolaannya terbagi

menjadi kewenangan pemerintah pusat, pemerintah daerah

provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten kota. Namun setelah

lahirnya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Perubahan

Atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan

Mineral Dan Batubara, kewenangan pengelolaan pertambangan

justru bersifat sentralistik yang mana kewenangannya ada pada

pemerintah pusat. Kehadiran Undang Nomor 11 Tahun 2020

33
tentang Cipta Kerja atau yang biasa disebut omnibus law. Secara

historis, praktik penerapan Omnibus Lawbanyak diterapkan

diberbagai negara Common Law System, dengan tujuan untuk

memperbaiki atau menyederhanakan regulasi di negaranya masing-

masing dalam rangka meningkatkan iklim dan daya saing investasi.


11
Secara umum Omnibus Lawbelum populer di Indonesia. Omnibus

Law merupakan metode yang digunakan untuk mengganti dan/atau

mencabut beberapa materi hukum dalam berbagai undang-undang,

dimana konsekuensi dengan penerapan Omnibus Lawadalah 1) UU

existing masih tetap berlaku, kecuali sebagian pasal (materi hukum)

yangtelah diganti atau dinyatakan tidak berlaku; 2) UU existing

tidak diberlakukan lagi, apabila pasal (materi hukum) yang diganti

atau dinyatakan tidak berlaku merupakan inti/ruh dari undang-undang

tersebut. Kehadiran Undang 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja

diharapkan menjadi jalan keluar terutama terkait persoalan

perizinanan dan birokrasi yang berbelit dan tumpang tindih. Managing

Partner Adisuryo Dwinanto & Co, Dendi Adisurya, menjelaskan bahwa

setidaknya terdapat tujuh permasalahan utama di bidang mineral dan

batubara:12

a. Overdosis izin dan tumpang tindih perizinan daerah dan

sektoral. Saat ini untuk mengurus perizinnan sektor minerba,

11
Dhaniswara K.Harjono.(2020). Konsep Omnibus Law Ditinjau Dari Undang Undang No. 12
Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang Undangan. Jurnal Hukum: Hukum
Untuk Mengatur Dan Melindungi Masyarakat, 6 (2). 96-110. doi : org/10.33541/JtVol5Iss2pp102.
h. 98.19Ibid, h. 99
12
Hukumonline.com. 7 Masalah utama di bidang minerba sebelum adanya UU Cipta Kerja.
Available fromhttps://www.hukumonline.com/berita/baca/lt601a5c1ef320a/7-masalah-utama-
di-bidang-minerba-sebelum-adanya-uu-cipta-kerja/?page=4, (Diakses 10 Desember 2020).

34
jumlah izin yang harus dimiliki oleh perusahaan tambang

sebelum memulai kegiatan pertambangan sangat banyak dan

kompleks. Ditambah lagi adanya tumpang tindih kewenangan

antara daerah dan pusat dan antar department;

b. Perubahan rezim ke Izin Usaha Pertambangan (IUP). Persoalan

muncul saat implementasi kewajiban konversi dari kontrak ke

izin, dan negotiated itemspenyesuaian kontrak menjadi izin

meliputi luas wilayah, divestasi, lokal konten, penerimaan

negara dan nilai tambah;

c. Konflik pembebasan. Di mana penyelesaian dilakukan Business

to Business, adanya konflik antar jenis konsesi, dan tidak

ada pengaturan mengenai pembebasan lahan untuk kepentingan

industri pertambangan;

d. Hilirisasi. Persoalan terkaitOn and offlarangan ekspor ore,

realisasi pembangunan smelter di 2021 seperti jumlah izin smelter;

e. Divestiasi saham bagi investasi asing. Masalah yang muncul seputar

disinsentif investasi asing, nilai divestasi saham –dihitung

berdasarkan fair market value, dengan metode discounted cash

flow dan/atau perbandingan data pasar (Pasal 14 Permen ESDM

07/2017 dan 43/2018), dan kesiapan BUMN/BUMD untuk

membeli divested shares;

f. Adanya stagnansi pertumbuhan cadangan minerba, risiko investasi

yang tinggi di tahap eksplorasi, pemerintah tidak memiliki

exploration fundsyang memadai, dan insentif eksplorasi;

35
g. Penerbitan izin usaha baru terutama terkait implementasi lelang

(Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP).

4.2. Impelemntasi Perizinan Usaha Penambangan Bagi PT. Aneka Tambang

Tbk.

Dasar hukum terkait Perizinan usaha Penambangan seperti dijelaskan

diatas telah mengalami beberapa kali revisi seiring dengan kepentingan yang

ingin dicapai pun seiring dengan belum mampunya berbagai rangkai hukum

yang telah dibentuk untuk menjawab persoalan terbarukan terkait

pertambangan yang hari ini terjadi. Pada keberjalanannya hukum perizinan

senagai mana dimaksud harusnya mampu menampung dan menjadi wadah

yang sakral bagi alur keberjalanan industri penambangan. Badan Usaha Milik

Negara menjadi satu bagian yang ikut menyumbang devisa negara tentu

mendapat berbagai kemudahan dalam penyusunan perizinan sebagaimana

dimkasud dalam berbagai payung hukum yang ada. Hak Prioritas sebagai

mana diberikan negara.

1. Hak-Hak Prioritas yang diberikan Negara Untuk BUMN

Hak-hak prioritas dalam hal ini merupakan kewenangan-

kewenangan yang diberikan oleh pemerintah hanya kepada perusahaan–

perusahaan BUMN dan hak–hak tersebut tidak diberikan pemerintah

kepada perusahaan–perusahaan pertambangan swasta. Kewenangan–

kewenangan tersebut terdapat dalam UU Nomor 3 Tahun 2020 tentang

pertambangan Mineral dan Batubara. Hak–hak prioritas diberikan oleh

pemerintah kepada BUMN dalam rangka peng implementasian Pasal 33

Ayat 3 UUD 1945.Pemberian hak–hak prioritas kepada bumn

36
dimaksudkan agar terjadi penguatan BUMN dalam hal eksplorasi mineral

dan batubara di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hak- hak

prioritas yang diberikan Negara untuk BUMN diantaranya adalah:

1) BUMN boleh memliki IUP (Izin Usaha Pertambangan) lebih dari

satu. Pasal 40 ayat (1) UU Nomor 4 tahun 2009 dan UU Nomor 3

Tahun 2020 berbunyi: IUP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36

ayat (1) diberikan untuk 1 (satu) jenis Mineral atau Batubara. Pasal

36 ayat (1) berbunyi : ) IUP terdiri atas dua tahap kegiatan:

a. Eksplorasi yang meliputi kegiatan Penyelidikan Umum,

Eksplorasi, dan Studi Kelayakan; dan

b. Operasi Produksi yang meliputi kegiatan Konstruksi,

Penambangan,Pengolahan dan/atau Pemurnian atau

Pengembangan dan/atau Pemanfaatan, serta Pengangkutan dan

Penjualan.

Dalam UU Nomor 3 2020 terdapat ayat tambahan yang

menerangkan bahwa BUMN boleh memiliki lebih dari 1 IUP, yakni

terdapat pada pasal 40 ayat (2) UU No. 3 Tahun 2020 Pemegang IUP

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat memiliki lebih dari 1

(satu) IUP dan/atau IUPK (Izin Usaha Pertambangan Khusus). Pasal

40 Ayat (3) UU No. 3 Tahun 2020 Ketentuan sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) hanya berlaku bagi:

a. IUP dan/atau IUPK yang dimiliki oleh BUMN;

b. IUP untuk komoditas Mineral bukan logam dan/atau batuan.

37
2) Hak prioritas dalam mengusahakan IUPK dari WPN (Wilayah

Pencadangan Negara) / WIUPK (Wilayah Izin Usaha Pertambangan

Khusus).

a. Pasal 75 UU Nomor 3 Tahun 2020 IUPK sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan kepada BUMN, badan

usaha milik daerah, atau Badan Usaha swasta.

b. Pasal 75 Ayat (2) UU Nomor 3 Tahun 2020 IUPK sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan kepada BUMN, Badan

Usaha Milik Daerah, atau Badan Usaha Swasta.

c. Pasal 75 Ayat (3) BUMN dan badan usaha milik daerah

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mendapat prioritas dalam

mendapatkan IUPK.

3) BUMN dapat diberikan perpanjangan IUP/IUPK sampai umur

cadangan. Pasal 172C Luas wilayah IUP Operasi Produksi hasil

penyesuaian kuasa pertambangan yang diberikan kepada BUMN,

berlaku sampai dengan berakhirnya jangka waktu IUP Operasi

Produksi.

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral Dan Batubara Pasca Berlakunya

Undang Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja Usaha

pertambangan sendiri dilaksanakan berdasarkan perizinan berusaha dari

38
pemerintah pusat yang mana perizinan berusaha tersebut dilaksanakan

melalui pemberian nomor induk berusaha, sertifikat standar dan juga

izin. Mengenai izin usaha pertambangan terdiri atas dua tahap kegiatan

yakni, eksplorasi yang meliputi kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi,

dan studi kelayakan. Serta operasiproduksi yang meliputi kegiatan

Konstruksi, Penambangan, Pengolahan, Pemurnian, Pengembangan atau

Pemanfaatan, serta Pengangkutan dan Penjualan. Dalam pengelolaan

usaha pertambangan izin usaha pertambangan sendiri diberikan kepada

Badan Usaha, Koperasi, dan Perusahaan Perorangan. Hak prioritas

merupakan hak–hak yang diberikan pemerintah dalam rangka untuk

mengeksplorasi mineral dan batubara yang hanya diberikan kepada

perusahaan-perusahaan BUMN yang bergerak dalam bidang pertambangan

mineral dan batubara dan tidak diberikan kepada perusahaan-perusahaan

swasta yang bergerak dalam bidang pertambangan mineral dan batubara.

Pemerintah memberikan hak prioritas kepada BUMN dalam hal

mengeksplorasi sumber daya alam dengan tujuan agar memberikan sebesar–

besarnya kemanfaatan sumber daya alam yang ada di Indonesia untuk rakyat

Indonesia.

5.2. Saran

Pemerintah dalam memberikan kebijakan sudah dapat dikatakan baik. Dalam

hal ini, pemerintah membuat hak-hak prioritas dalam bidang eksplorasi

mineral dan batubara kepada perusahaan BUMN, sehingga kemudian

optimaliasi yang didapat BUMN dari adanya kebijakan pemerintah ini

berimplikasi baik bagi BUMN itu sendiri. Namun, sepertinya perusahaan-

39
perusahaan BUMN kurang mengoptimalkan hak-hak prioritas tersebut pada

saat perusahaan berjalan. Akibatnya tidak terjadi kenaikan pendapatan seperti

yang diharapkan pemerintah dalam kebijakan pemberian hak-hak prioritas

pada UU No.3 Tahun 2020. Sebaiknya untuk di tahun selanjutnya,

perusahaan-perusahaan BUMN baiknya dapat lebih mengoptimalkan hak-hak

prioritas tersebut agar pendapatan di tahun berikutnya dapat meningkat sesuai

dengan yang diharapkan dari tujuan pemberian hak-hak prioritas BUMN.

DAFTAR PUSTAKA
A. Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33

Undang-Undang No.11 Tahun 1967 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok

Pertambangan

Undang undang No.19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan

Batubara

Undang-Undang No.11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja

Undang-Undang No.3 Tahun 2020 Tentang Perubahan atas Undang-Undang

No.4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara

Peraturan Pemerintah No.23 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Kegaiatan

Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara

Peraturan Pemerintah No.78 Tahun 2010 Tentang Reklamasi dan

Pascatambang

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.25 Tahun 2023 Tentang

Wilayah Pertambangan

40
Keputusan Mentri Energi dan Sumber Daya Mineral No.1806

K/30/MEM/2018

B. Website Online

Hukumonline.com. 7 Masalah utama di bidang minerba sebelum adanya

UU Cipta Kerja.

Website : Antam.com

C. Jurnal dan Buku

Astanti, Dewi Tuti Muryati, B. Rini Heryanti, Dhian Indah. (2016).

Pengaturan Kegiatan Usaha Pertambangan Dalam Kaitannya

Dengan Penyelesaian Sengketa Pertambangan.Jurnal Dinamika

Sosial Budaya,18(1).23-38.

Egi Fitrah, izin pertambangan. Riau: Public Administration

Faradila, Hemi. (2020). Izin Usaha Pertambangan Mineral Dan

Batubara Dalam Kaitan Dengan Pengelolaan Dan Perlindungan

Lingkungan Hidup.

Harjono, Dhaniswara K. (2020). Konsep Omnibus Law Ditinjau Dari

Undang Undang No. 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan

Peraturan Perundang Undangan. Jurnal Hukum: Hukum Untuk

Mengatur Dan Melindungi Masyarakat.

Hidayat, Luthfi. (2017). Pengelolaan Lingkungan Areal Tambang


Batubara (Studi Kasus Pengelolaan Air Asam Tambang (Acid
Mining Drainage) Di Pt. Bhumi Rantau Energi Kabupaten Tapin
Kalimantan Selatan).
Ismi, Hayatul. (2014). Hak Atas Tanah Dalam Pengelolaan Sumber Daya
Alam Mineral Dan Batubara. Jurnal Ilmu Hukum.

41
Jempauario. 2016. Izin Usaha Pertambangan (IUP) dan Persoalannya.
Jakarta Universitas Nasional.
Muslim, Hudriyah Mundzir, Sri Hudiarini,Shohib. (2016). Politik
Hukum Pengelolaan Pertambangan Mineral Dan Batubara Dengan
Pendekatan Economic Analysis Of Law,Prosiding SENTIA,8.16-22
Nandang Sudrajat, Teori Dan Praktik Pertambangan Di Indonesia Menurut
Hukum, Yogyakarta,2010.
Nugroho, Prakoso Anto, Tinjauan Yuridis Izin Usaha Pertambangan
Batubara dalam Hal Investasi berkaitan dengan Moratorium
Kehutanan,Fakultas Hukum Universitas Indonesia 2012.

42
Lampiran 1.
Daftar Hadir Kerja
Praktik

DAFTAR HADIR KERJA PRAKTIK LAPANGAN

Nama : Fritz Gabatio Sirait


NIM : 11000120130411
Tempat KP : Kantor Aneka Tambang Tbk

Juli- Agustsus 2023


Tanggal Kegiatan
10 Juli 2023 Perkenalan pertama dengan staff Kantor Aneka Tambang
Tbk
11 Juli 2023 Perkenalan terkait job desk yang diampuh selama kerja
parktik
12 Juli 2023 Rapat perdana terkait penanganan kasus yang ditangani
13 Juli 2023 Rapat dan pengumpulan berkas-berkas terkait
17 Juli 2023 Rapat bersama Assegaf Lawfirm selaku associate corporate
consultant
20 Juli 2023 Rapat lanjutan dengan Assegaf Lawfirm
24 Juli 2023 Kunjungan Law Deparatment Antam ke Kejaksaan Tinggi
DKI Jakarta
25 Juli 2023 Kunjungan ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
26 Juli 2023 Pengerjaan Studi Kasus yang diberikan oleh Antam Law
Department
31 Juli 2023 Penggumpulan Penuggasan dan diberikan tugas baru
2 Agustus 2023 Penggerjaan Tugas Baru yang diberikan oleh Antam Law
Department
3 Agustus 2023 Rapat bersama dengan Antam Law Department
4 Agustsus 2023 Makan dan olahraga bersama dengan Antam Law
Department

43
7 Agustus 2023 Evaluasi Kerja Praktik
9 Agustus 2023 Rapat bersama Assegaf Lawfirm selaku associate corporate
consultant
10 Agustus 2023 Pengurusan Administrasi Kerja Praktik dan Pengerjaan
Laporan Magang
11-15 Agustus Penyelesaian Adminstrasi Kerja Praktik di Kantor Antam
2023

Mengetahui,

Jakarta, 15 Agustus 2023


Mahasiswa Kerja Praktik Penanggung Jawab Kerja Praktik

Fritz Gabatio Sirait Agustinus Toko Susetio

44
Lampiran 2.
Penilaian Kerja Praktik

45
Lampiran 3.
Dokumentasi Kerja
Praktik

46
47
Lampiran 4.
SK Telah Melakukan
Kerja Praktik

48

Anda mungkin juga menyukai