OLEH:
YENNY NATASYA 200405038
WILLY PERDANA SIAGIAN 200405056
Periode:
OLEH :
Diketahui/Disetujui,
i
LEMBAR PENGESAHAN
Periode:
OLEH:
Disetujui,
Pembimbing Lapangan
Diketahui,
ii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktik
Industi dengan tugas khusus yang berjudul “Pengaruh Penambahan HCl Terhadap
Proses Pemutihan Pada D0 Tower Unit Bleaching Fiberline PT. Toba Pulp Lestari,
Tbk Porsea” dengan baik. Kuliah Praktik Industri yang dilakukan di PT. Toba Pulp
Lestari ini dilaksanakan mulai 31 Juli 2023 sampai 31 Agustus 2023. Kuliah Praktik
Industri merupakan salah satu mata kuliah mandiri terbimbing pada struktur
kurikulum di Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera
Utara.
Dalam menyelesaikan Laporan Kerja Praktik Industri ini penulis banyak
menerima bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Pada kesempatan
ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Orang tua dan seluruh keluarga yang telah memberikan dorongan moral
maupun materil selama ini.
2. Bapak Dr. Ir. Fahmi, ST, M. Sc, IPM selaku Dekan Fakultas Teknik,
Universitas Sumatera Utara.
3. Prof. Dr. Ir. Renita Manurung, MT selaku Wakil Dekan I Fakultas Teknik,
Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Ir. Maya Sarah, ST, MT, Ph.D., IPM selaku Ketua Program Studi Teknik
Kimia, Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Nisaul Fadilah Dalimunthe, S.T, M.Eng selaku Sekretaris Jurusan Teknik
Kimia, Universitas Sumatera Utara.
6. Ibu Dr. Ir. Iriany, M.Si. selaku Koordinator Kuliah Praktik Industri Teknik
Kimia, Universitas Sumatera Utara.
7. Bapak Bode Haryanto S.T., M.T., Ph.D. selaku Dosen Pembimbing atas
bimbingan dan pengarahannya membimbing penulis dalam menyelesaikan
laporan Kerja Praktik.
8. PT. Toba Pulp Lestari yang telah memberikan kesempatan Kerja Praktik
kepada penulis sehingga laporan ini dapat disusun dengan baik.
iii
9. Bapak Pinondang Marpaung selaku Production Head Department di Unit
Fiberline PT Toba Pulp Lestari.
10. Bapak Rikson Sitorus selaku Section Head di Unit Fiberline PT. Toba Pulp
Lestari.
11. Bapak Hanif Fauzi Bakri selaku Pembimbing Lapangan di Unit Fiberline PT.
Toba Pulp Lestari.
12. Ibu Sarah Simanjuntak selaku Pembimbing Khusus di Unit Fiberline PT. Toba
Pulp Lestari.
13. Bapak Siagian dan Bapak George Pasaribu yang telah banyak memberikan
bantuan dan dukungan kepada kami.
14. Rekan-rekan mahasiswa Teknik Kimia USU yang telah banyak memberikan
masukan dan dukungan kepada kami.
15. Pihak lain yang telah membantu pelaksanaan dan pembuatan laporan Kerja
Praktik Industri.
Penulis menyadari laporan ini masih memerlukan saran dan kritik yang
membangun dalam penyempurnaannya. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
setiap pembacanya dan perkembangan ilmu pengetahuan ke depannya.
iv
DAFTAR ISI
3.3.6 Bleaching...................................................................... 32
vi
4.1.2 Demineralization Plant ................................................ 37
vii
5.5.1 Kesimpulan .................................................................. 54
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.2 Struktur Organisasi PT. Toba Pulp Lestari, Tbk ................ 10
Gambar A.2 Foto Bersama dengan Co-Head Section Produksi ........ LB-1
Gambar A.4 Foto Satu Tim Bersama Pembimbing Lapangan ........... LB-1
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Area Usaha Toba Fiber PT. Toba Pulp Lestari, Tbk ................. 8
Tabel 5.3 Pengaruh Larutan HCl dengan Metode Least Square .............. 52
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1
Teknik Kimia. Teknik Kimia merupakan salah satu program studi yang
mempelajari keteknikan baik dalam industri, mekanik, teknologi, maupun di
dalamnya.
Dunia kerja saat ini menuntut para pelakunya memiliki wawasan luas dan
fleksibilitas tinggi. Hal ini dimaksudkan agar dapat mengikuti dan beradaptasi
dengan perubahan informasi dan perkembangan teknologi yang cepat di era
globalisasi. Kondisi seperti ini menuntut pelaku pendidikan khususnya Universitas
Sumatera Utara sebagai penyuplai tenaga kerja tidak hanya memfokuskan diri pada
pengembangan hardskill berupa pengetahuan praktis yang lebih bersifat ilmiah dan
teoritis tapi juga harus memberi porsi pada softskill yang menjadi penunjang proses
berpikir dan berperilaku seseorang
Berdasarkan uraian tersebut, maka diperlukan hubungan kerja sama antara
perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan dengan perusahaan atau instansi lain
melalui penugasan kerja praktik terhadap mahasiswa dan mahasiswi tersebut.
Melalui kerja praktik ini diharapkan terjadi hubungan timbal-balik antara
mahasiswa dan mahasiswi terhadap perusahaan atau instansi sehingga perlu adanya
laporan kerja praktik. Sedangkan bagi mahasiswa dan mahasiswi diharapkan dapat
mengenal lebih jauh aplikasi-aplikasi disiplin ilmu yang telah dipelajari di Teknik
Kimia Universitas Sumatera Utara yang tentunya lebih kompleks dan nyata pada
saat melakukan kerja praktik. Dan bagi perguruan tinggi, jalinan kerjasama terebut
merupakan suatu masukan yang sangat berharga dan perlu dibina kelanjutannya.
Oleh karena itu, harapan kami semoga kerja praktik di PT. Toba Pulp
Lestari, Tbk ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak terkait baik kontrol
industri kami sebagai mahasiswa dan menjadikan kami sebagai tenaga kerja
profesional di bidang kontrol industri nantinya.
2
2. Menambah wawasan dan melatih pikiran dalam pengaplikasian ilmu dan
pengetahuan yang diperoleh selama kegiatan perkuliahan pada kenyataan
yang ada di dunia kerja,
3. Mengetahui dan memahami aliran-aliran proses pengolahan pulp di PT
Toba Pulp Lestari.
3
2. Sebagai umpan balik untuk meningkatkan kualitas pendidikan sehingga
selalu sesuai dengan perkembangan dunia industri,
3. Mendapatkan informasi mengenai penerapan ilmu manajemen, produksi
dan hal-hal lainnya yang dapat digunakan sebagai acuan perbaikan
kurikulum pendidikan di perguruan tinggi agar sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan di dunia kerja,
4. Sebagai tambahan referensi khususnya mengenai perkembangan industri
di Indonesia maupun proses dan teknologi yang mutakhir dan dapat
digunakan oleh pihak-pihak yang membutuhkan.
4
1.5 METODE PENGUMPULAN DATA
Metodologi yang digunakan untuk menyelesaikan laporan kuliah praktik
industri di PT Toba Pulp Lestari, Tbk adalah:
5
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
PT. Toba Pulp Lestari Tbk (Perusahaan) didirikan dalam rangka Undang-
Undang Penanaman Modal Dalam Negeri No.6 tahun 1968. Undang-Undang No.
12 tahun 1970 berdasarkan akta No. 329 tanggal 26 April 1983 dari Misahardi
Wilamarta, SH., notaris di Jakarta. Akta pendirian tersebut telah mendapat
persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam surat keputusan
No. C2-55130.HT01-01 Th.83 tanggal 26 Juli 1983 serta diumumkan dalam Berita
Negara Republik Indonesia No. 97 tanggal 4 Desember 1984, Tambahan No 1176.
Status Perusahaan selanjutnya berubah menjadi Penanaman Modal Asing
dan telah mendapat persetujuan dengan Surat Pemberitahuan Tentang Keputusan
Presiden RI No. 07/V/1990 tanggal 11 Mei 1990 dari Ketua Badan Koordinasi
Penanaman Modal. Sehubungan dengan perubahan status tersebut diatas. Anggaran
Dasar Perusahaan telah diubah dengan akta No. 113 tanggal 12 Mei 1990 dari
Rachmat Santoso, SH., notaris di Jakarta. Di samping itu, nilai nominal saham
perusahaan juga diubah dari Rp 500 ribu per lembar menjadi Rp 1 ribu per lembar.
Perubahan tersebut telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik
Indonesia dalam surat keputusannya No. C2-2652. HT. 01. 04.TH.90 tanggal 20
Mei 1990.
Perubahan Anggaran Dasar Perusahaan mengenai perubahan nama
perusahaan dari PT. Inti Indorayon Utama Tbk menjadi PT. Toba Pulp Lestari dan
penurunan modal dasar dari Rp 2.000.000.000 menjadi Rp 1.688.307.072 dicatat
dalam akta No. 61 tanggal 20 Februari 2001 dari Linda Herawati, SH., notaris di
Jakarta dan telah memperoleh persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik
Indonesia dalam surat keputusannya No. C-06519. HT. 01. 04. TH. 2001 tanggal
23 Agustus 2001. Perubahan anggaran dasar mengenai peningkatan modal
ditempatkan dan disetor. Perubahan tersebut kemudian telah diterima dan dicatat
oleh Kementerian Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam
6
Laporan Penerimaan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perusahaan No. C-
21113.HT.01.04. TH 2003 tanggal 5 September 2003. Berdasarkan keputusan rapat
umum pemegang saham luar biasa pada tanggal 27 Juni 2008 dengan akta nomor
45 tanggal 14 Juli 2008 pada notaris Linda Herawati SH, seluruh anggaran dasar
telah mengalami perubahan guna menyesuaikan dengan undang-undang nomor 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Peraturan Nomor IX.J.1 Lampiran
Keputusan Bapepam LK dan Lembaga Keuangan Nomor Kep-178/BL/2008
tanggal 14 Mei 2008. Perubahan tersebut kemudian telah memperoleh persetujuan
dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam surat
keputusannya No. AHU- 50872.AH.01.02. Tahun 2009 tanggal 21 Oktober 2009.
Perusahaan berdomisili di Medan, Sumatera Utara, dengan pabrik berlokasi
di Desa Sosor Ladang, Pangombusan, Kecamatan Parmaksian, Kabupaten Toba
Samosir, Sumatera Utara. Kantor terdaftar Perusahaan beralamat di Uniplaza, East
Tower, Lantai 7, Jl Letjen Haryono MT No. A-1, Medan.
Kegiatan utama perusahaan adalah mendirikan dan menjalankan industri
bubur kertas (pulp) dan serat rayon (viscose rayon), mendirikan, menjalankan, dan
mengadakan pembangunan hutan tanaman industri dan industri lainnya untuk
mendukung bahan baku dari industri tersebut, mendirikan dan memproduksi semua
macam barang yang terbuat dari bahan-bahan tersebut, dan memasarkan hasil-hasil
industri tersebut. Perusahaan mulai berproduksi secara komersial pada tanggal 1
April 1989. Saat ini Perusahaan hanya memproduksi pulp dan hasil produksi
Perusahaan dipasarkan di dalam dan di luar negeri (Sumber: www.tobapulp.com).
7
3. Memaksimalkan keuntungan bagi pemangku kepentingan dan
berkontribusi pada peningkatan sosial ekonomi masyarakat lokal dan
regional,
4. Menciptakan nilai melalui teknologi modern, pengetahuan industri dan
sumber daya manusia.
Gambar 2.1 Lokasi PT. Toba Pulp Lestari, Tbk (Google Maps, 2023)
Area Usaha Toba Fiber PT. Toba Pulp Lestari, Tbk sebesar 185,016 Ha.
Pada tabel 2.1 dijelaskan pembagian Area Usaha Toba Fiber PT. Toba Pulp Lestari,
Tbk ialah:
Tabel 2.1 Area Usaha Toba Fiber PT. Toba Pulp Lestari, Tbk
8
3 Toba Samosir Habinsaran 13,118
Habinsaran 13,647
4 Tapanuli Utara Aek Raja 33,553
5 Aek Raja 9,572
Humbang Hasundutan Tele 26,489
6 Samosir Tele 31,246
7 Dairi Tele 4,317
8 Pakpak Bharat Tele 2,310
9 Tapanuli Tengah Aek Raja 2,662
10 Tapanuli Selatan Padang Sidempuan 13,492
11 Padang Lawas Utara Padang Sidempuan 13,236
12 Kota Padang Padang Sidempuan 1,612
Sidempuan
TOTAL 185,016
(Toba Pulp Lestari, Tbk, 2015).
9
Gambar 2.2 Struktur Organisasi PT Toba Pulp Lestari, Tbk
Sumber: PT Toba Pulp Lestari (2008).
Struktur organisasi PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. terbagi menjadi dua struktur
organisasi yaitu Fiber Management Organization structure dan Mill Management
Organization structure. Fiber Management Process mengatur proses pengadaan
bahan baku yaitu kayu serta menjaga kesinambungan hutan agar proses produksi
tidak berhenti. Sedangkan Mill Management Organization structure mengatur
proses produksi yang ada di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. Kedua struktur organisasi
ini dipimpin oleh seorang Managing director.
10
3. Deputy Managing Director
Bertugas membantu direktur dalam melaksanakan kegiatan pabrik
sehari- hari dan bertanggungjawab pada Managing Director.
4. Fiber General Manager
Bertugas menyediakan bahan baku yang dikirim ke area pabrik dari
seluruh sektor, bertugas terhadap administrasi yang berkaitan dengan proses
produksi, departemen kehutanan, bertanggung jawab membuat laporan
kepada Managing Director.
Departemen ini membawahi lima departemen. Berikut ini adalah uraian dari
kelima departemen dan tugas serta tanggung jawabnya masing-masing
a. Plantation Department
Bertugas melakukan penanaman hutan kembali untuk hutan tanaman
industri yang hasilnya telah dimanfaatkan sebelumnya oleh perusahaan.
b. Wood Supply Department
Bertugas mempersiapkan penyediaan jumlah bahan baku yang akan
diproses pada pembuatan pulp.
c. Planning Department
Departemen ini bertugas membuat rencana kerja dan perbaikan material
kayu sebagai bahan baku. Dalam departemen inilah dipersiapkan,
diatur, dan direncanakan kegiatan-kegiatan dalam Forestry
Department, membahas setiap persoalan departemen dan
merencanakan penanganannya.
d. HTR Department
Bertugas mempersiapkan bahan baku kayu dan bekerja sama dengan
masyarakat dalam usaha pembibitan tanaman, pemberian pupuk, serta
tenaga skill.
e. Sector Department
Bertugas melakukan koordinasi pada seluruh sektor tanaman industri
dan mengetahui beberapa area tanaman yang kosong dan juga beberapa
area yang telah ditebang.
11
5. Mill General Manager
Bertugas terhadap kebijaksanaan produksi dan kelancaran produksi
dimulai dari persiapan kayu hingga menjadi lembaran pulp yang siap
dipasarkan dan bertanggung jawab terhadap General Managing Forestry.
Departemen ini juga membawahi beberapa departmen seperti
Production Department, Maintenance dan Engineer Department, Technical
Department, LP & C Department, Material Department, Sales and
Administration Department dan Material Depart Department.
Adapun tugas dan tanggung jawab dari masing-masing departemen ini
adalah sebagai berikut:
a. Production Department
Bertugas mengawasi jalannya produksi antara lain: Wood
Preparation, Fiber Line, Chemical Plant dan departemen ini
bertanggung jawab kepada Mill Genral Manager.
b. Maintenance & Engineer Department
Bertanggung jawab terhadap semua kegiatan pemeriksaan dan
perbaikan peralatan produksi, melaporkan perbaikan mesin dan
peralatan serta bertanggung jawab pada General Manger Mill.
c. Technical Department
Bertugas untuk memeriksa dan menganalisa bahan baku yang
masuk, mengawasi dan mengontrol proses pengolahan bahan baku
dan membuat laporan mengenai hasil Quality Control produk dan
pengolahan limbah.
d. Material Department
Bertugas membantu kelancaran proses dalam pabrik yang dalam hal
menyediakan spare part dan material (logistik) serta bertanggung
jawab terhadap General Manager Mill.
e. Sales and Administration Department
Bagian ini bertugas dalam hal pemasaran dan penjualan produk,
menentukan berapa jumlah order atau stok produk serta jumlah
produk yang akan dikirim.
12
6. Society Security License Directo
Bertugas menangani masalah keamanan, perizinan, humas, dan
bertanggung jawab terhadap Managing Directory.
7. Human Resourse Department
Bertugas dalam mengatur masalah personal administration yang
meliputi bagian penerimaan pegawai, pemindahan pegawai, pemutusan
hubungan kerja (PHK), dan hal lainnya yang berhubungan dengan
ketenagakerjaan, training serta penyediaan fasilitas bagi kesejahteraan
karyawan.
8. Financial Director
Bertugas menyusun budget pendapatan dan belanja perusahaan sesuai
dengan hasil yang diharapkan, bertugas terhadap pengaturan, pencatatan
dan pelaporan keuangan Perusahaan, dan melaporkan segala jenis
pengeluaran biaya-biaya perusahaan dalam prosesnya.
a) Day Time
Baik tenaga kerja tetap maupun tenaga kerja tidak tetap, serta tenaga
kerja yang bekerja di kantor (karyawan general), jam kerja ini tetap
diberlakukan. Jam kerja ini dimulai pukul 08.00 sampai dengan pukul 17.00
WIB pada hari Senin hingga hari Jumat dengan waktu istirahat dimulai pada
pukul 12.00 WIB dan berakhir pada pukul 13.20 WIB. Pada hari sabtu, jam
kerja dimulai pukul 08.00 WIB dan berakhir pada pukul 12.00 WIB tanpa
jam istirahat. Khusus untuk hari sabtu, setiap karyawan mendapatkan libur
yang disebut dengan “Sabtu Off” secara bergantian setiap dua kali dalam
satu bulan.
13
b) Shift Time
PT. Toba Pulp Lestari, Tbk menjalankan kegiatan produksinya selama
24 jam setiap hari (non stop) dimana jam kerja ini dibagi tiga shift kerja.
Ketiga shift tersebut diisi oleh tenaga kerja tetap dan tenaga kerja tidak tetap
yang jadwalnya diatur oleh perusahaan. Pembagian shift kerja ini adalah
sebagai berikut:
- Shift I : Pukul 08.00 WIB
- Shift II : Pukul 16.00 WIB
- Shift III : Pukul 24.00 WIB
Kegiatan produksi dapat berjalan lancar dan sangat baik untuk mencapai
tujuan dengan mematuhi tugas dan tanggung jawab yang telah diberikan
pada setiap departemen yang ada didalam pabrik sehingga dapat memenuhi
kebutuhan konsumen.
14
f) Tempat rekreasi
g) Fasilitas transportasi
h) Kantin
i) Fasilitas kerja berupa penyediaan APD (Alat Pelindung Diri) selama bekerja
demi keamanan dan keselamatan kerja seperti safety helmet, sarung tangan,
masker, safety shoes, penutup telinga, kacamata, dan alat-alat pelindung
lainnya yang dipakai sesuai dengan tingkat keamanan masing-masing.
Selain itu, PT. Toba Pulp Lestari, Tbk juga memberikan bantuan
kesejahteraan bagi karyawan tetap berupa Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(Jamsostek), dana suka duka, dan Tunjangan Hari Raya (THR).
15
3. Menyusun atau membuat program pelatihan terkait Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) kepada seluruh karyawan, kontraktor, dan mitra PT.
Toba Pulp Lestari, Tbk.
4. Mendokumentasikan seluruh kegiatan sesuai dengan yang dipersyaratkan di
regulasi, Standard Operating Procedure (SOP), dan manual Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).
5. Melaporkan pada manajemen PT. Toba Pulp Lestari, Tbk tentang Mill
Safety Performance setiap bulan.
6. Melakukan investigasi kecelakaan kerja bersama tim investigasi untuk
mengetahui penyebab kecelakaan dan tindakan perbaikan yang dilakukan
untuk mencegah supaya tidak terjadi kecelakaan kerja.
7. Membuat program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) untuk membuat
seluruh karyawan, kontraktor, dan mitra PT. Toba Pulp Lestari, Tbk
menyadari bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah budaya
dan bukan sekedar simbol, sehingga seluruh karyawan, kontraktor, dan
mitra PT. Toba Pulp Lestari, Tbk dapat berperilaku berdasarkan Behavior
Based Safety.
Beberapa peraturan dan program yang telah dibuat dan wajib diikuti oleh
semua pihak, mulai dari staff, karyawan pabrik, sampai kepada tamu perusahaan,
yaitu:
a. Kewajiban Menggunakan APD (Alat Pelindung Diri)
Untuk memastikan setiap orang yang berada di lokasi pabrik mendapatkan
Alat Pelindung Diri (APD) untuk melindungi diri masing – masing selama
berada di pabrik, seperti:
a. Safety helmet (Helm)
b. Safety shoes (Sepatu)
c. Ear plug (Pelindung Telinga)
d. Masker
e. Goggles (Kaca Mata)
16
b. Kewajiban Mengikuti Rambu-Rambu Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3)
Untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, perlu dibuat beberapa
peraturan yang diberlakukan pada lokasi kerja. Dalam perusahaan PT. Toba
Pulp Lestari, Tbk, terutama pada bagian mill site, diberlakukan beberapa
peraturan yang dapat dilihat pada penempatan beberapa tanda himbauan dan
larangan yang harus diikuti atau disebut rambu-rambu Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3), seperti arus tegangan tinggi, jalur untuk alat-alat
berat, daerah yang dilarang untuk dimasuki, daerah wajib menggunakan
Alat Pelindung Diri (APD) yang dipersyaratkan, awas benda jatuh dari atas,
jalur pejalan kaki, dan titik kumpul evakuasi.
c. Mengikuti Pelatihan untuk Tanggap Darurat
Jika terjadi kecelakaan kerja dengan kategori keadaan darurat, perlu
dilakukan pelatihan kepada seluruh karyawan, kontraktor, dan mitra PT.
Toba Pulp Lestari, Tbk bagaimana respon dari setiap orang apabila terjadi:
17
BAB III
URAIAN PROSES PENGOLAHAN
18
dibandingkan dengan sulphite pulping, hasil yang lebih rendah karena banyak
kehilangan karbohidrat dan menghasilkan sulfur sehingga memberikan emisi yang
sangat berbau.
Proses yang diterapkan pada PT. Toba Pulp Lestari adalah metode kraft
pulping. Kraft pulping merupakan metode pembuatan pulp menggunakan natrium
hidroksida (NaOH) dan natrium sulfida (Na2S) pada pH diatas 12, temperatur 160-
180°C (320-360°F), tekanan steam sekitar 800 kPa (120 psi).
19
5. White Liquor Properties
White liquor merupakan bahan kimia pemasak pada metode sulfat
(kraft cycle) dalam bentuk aqueous solution dimana kandungannya terdiri
dari NaOH, Na2S, dan (Na2SO4. Na2CO3). White liquor digunakan untuk
mengurangi kandungan lignin dalam digester dan juga untuk ekstraksi.
Digester yang digunakan adalah digester superbatch.
6. Cooking Control Variable
Variabel yang digunakan yaitu waktu dan temperatur. Reaksi
delignifikasi bergantung pada temperatur. Kenaikan temperatur yang kecil
menyebabkan pengaruh yang besar pada reaksi delignifikasi seperti
kenaikan 10℃ dari 160℃ menjadi 170℃ akan menyebabkan dua kali
delignifikasi.
7. Alkali Charge
Efektifitas normal alkali charge memiliki nilai antara 10-18% Na2O
dalam drywood tergantung dari jenis kayu, kondisi pemasakan, dan derajat
delignifikasi yang dibutuhkan. Kelebihan alkali dapat menyebabkan
kenaikan angka delignifikasi dan mengurangi yield.
20
3.3 DESKRIPSI PROSES
3.3.1 Unit Persiapan Kayu (Wood Preparation)
21
yang masuk. Gelondongan kayu yang memiliki variasi ukuran panjang antara 2-4
m dikirim ke slasher deck. Posisi tumpukan kayu dihamparkan oleh unscrambler
dan terdorong melewati circulation saws.
Batang kayu yang ukurannya lebih dari 3 m akan terpotong. Ukuran yang
dikehendaki yaitu 2-3 m. Hal ini dikarenakan penyesuaian terhadap gelondongan
kayu yang akan diolah di debarking. Gelondongan kayu yang telah sesuai dengan
ukuran langsung dikirim dari storage yard menuju rotary debarking untuk
pengupasan kulit.
Kulit kayu harus dipisahkan karena lignin yang terkandung pada kulit
menyebabkan sulitnya kayu untuk dijadikan pulp dan menyebabkan bintik hitam
pada pulp yang diproduksi. Kulit kayu yang terpisah dibawa ke palman chipper
untuk dihancurkan dan dilewatkan pada magnetic separator untuk mencegah
terbawanya material logam sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar pada
Multi Fuel Boiler.
Gelondongan kayu yang telah dikupas kulitnya dikirim ke proses pencucian
(washing station) untuk membersihkan dari kotoran – kotoran yang menempel pada
kayu. Setelah pencucian, kayu menggunakan sabuk berjalan (belt conveyor)
melewati metal detector menuju bagian pemotong, dan gelondongan tersebut
dipotong-potong kecil hingga menjadi serpihan (chip) oleh chipper.
Chip yang terbentuk kemudian disaring dalam screener yang terdiri atas dua
bagian, yaitu bagian atas untuk ukuran serpih yang over size dengan ukuran 45 x 45
mm dan bagian bawah dengan ukuran serpih 5 x 5 mm. Ukuran serpih yang terlalu
besar dikembalikan ke receiver dan dipotong lagi di dalam mesin chipper.
Sedangkan untuk serpih yang under size, fine, dan debu diangkut ke lahan
penampung kulit kayu (reject pile). Chip yang ukurannya sesuai akan diantar
dengan chip belt conveyor dan disimpan ke chip pile dengan waktu < 1 minggu
untuk mengurangi kadar air dan getah sebelum masuk ke tahap digester
(pemasakan).
22
3.3.2 Cooking Plant
Cooking plant merupakan bagian pertama dari unit fiberline. Digester
adalah alat yang berfungsi untuk memasak kayu (chip) yang berasal dari chip pile
yang akan dijadikan bubur pulp. Proses pemasakan chip ini menggunakan steam
dan bahan kimia, dengan memanfaatkan lindi putih (white liquor) dan lindi hitam
(black liquor) sebagai cairan pemasaknya.
Super batch digester merupakan digester yang dipakai pada PT Toba Pulp
Lestari, Tbk yang jumlahnya sebanyak 5 unit. Super batch digester yang dipakai
saat ini untuk proses pemasakan pulp (cooking plant).
Pemasakan dilakukan untuk melarutkan lignin dan ekstraktif. Pemasakan
dilakukan dalam vessel besar bertekanan yang disebut digester. Dalam digester ini
akan dimasak chip yang sudah disediakan dalam storage chip dengan dicampurkan
white liquor kedalamnya. White liquor ini terdiri dari bahan kimia yaitu NaOH dan
juga Na2S. Dari proses cooking ini akan diperoleh pulp dan black liquor (lignin).
23
Proses Pemasakan pulp pada digester dibagi menjadi 8 proses utama, yaitu:
1) Chip Filling
Pengisian chip dari chip pile menuju digester melalui belt conveyor
2) Pre-heating
Pemanasan awal agar temperatur mencapai kondisi untuk melakukan
proses hidrolisis
3) Pre-hidrolisis
Proses untuk menghilangkan kandungan hemiselulosa pada chip
4) Netralization, Hot Liquor Filling, dan Equalizing
Proses untuk netralisasi dan pengisian cairan pemasak sebelum
memulai proses pemasakan
5) Heating
Pemanasan awal agar temperatur mencapai kondisi untuk melakukan
proses pemasakan
6) Cooking
Proses pemasakan chip menjadi pulp
7) Displacement
Proses untuk menghentikan proses pemasakan dan menurunkan
temperatur hasil pemasakan
8) Discharge
Proses pengekstraksian hasil pemasakan
24
digunakan bahan kimia yaitu NaOH, Na₂S, dan Na2CO3 atau disebut white liquor
dan tambahan Hot Black Liquor.
Selanjutnya pulp dialirkan ke discharge tank dengan menggunakan pompa.
Pulp yang dihasilkan masuk ke tahap washing and screening.
Berikut merupakan beberapa parameter liquor quality yang ada dalam tahap
cooking plant :
1. HBL Acc 1
Residual effective alkali, dengan target : 20-30 g/L
2. HBL Acc 2
Residual effective alkali (4214) : 3-6 g/L
Residual effective alkali (4224) : 3-6 g/L
25
3.3.3 Washing dan Screening
Proses washing bertujuan untuk mencuci brown stock yang keluar dari
digester dan juga screening bertujuan untuk memisahkan pulp dari pasir atau
kontaminan yang tidak dibutuhkan pada pulp.
Sebuah sistem perputaran washer adalah serba bertahap biasanya terdiri dari
dua sampai lima unit. Tetapi, di PT Toba Pulp Lestari, Tbk memiliki empat tahap
sistem pencucian. Arah aliran air pencuci dan aliran pulp berlawanan arah. Metode
ini disebut counter current washing.
Dari discharge tank hasil pemasakan di digester, pulp diencerkan kira-kira
3,0-3,5% kekentalannya kemudian dipompakan ke area washing. Aliran pulp
datang dari tangki discharge dimasukkan ke radiscreen yang mengalami
pengenceran hingga 2% konsistensinya. Pulp (accept) dari radiscreen dialirkan ke
washer 1 dan serat kasar dan mata kayu (reject) dibawa menuju raditrim.
Deknotting merupakan proses penghilangan mata kayu. Mata kayu
dipisahkan lagi dari raditrim dan reject-nya dikirim ke bunker sedangkan yang
diterima (accept) raditrim dikirim kembali ke washer 1. Peralatan raditrim
dilengkapi dengan scrap trap yang berfungsi untuk memisahkan batu, bijian besi,
dan material lain selain pulp. Pulp stock yang masuk ke washer 1 akan keluar dari
26
washer dengan perkiraan ketebalan 12%-14% dan untuk mencuci pulp tersebut
diambil lindi hitam (black liquor) dari tangki filtrat washer 2, dan diencerkan
menjadi 1%-1,5%.
Setalah itu, pulp stock masuk ke washer 2 untuk kembali dicuci oleh lindi
hitam (black liquor) yang memiliki kadar lebih rendah dari tangki filtrat washer 3
dan ketebalan pulp tersebut kira-kira 12%-14% consistency-nya. Kemudian pulp
dikirim ke washer 3 dan dicuci menggunakan lindi hitam (black liquor) dari tangki
filtrat 4 kemudian dimasukkan ke sebuah tangki yang disebut wash stock tank pada
conssistency-nya kira-kira 4%-5%.
Lindi hitam (black liquor) yang digunakan tadi disaring agar serat dan
material kecil dipisahkan sebelum dipompakan menuju displacement tank. Dari
washer stock tank (tangki penyimpanan pulp), pulp dialirkan ke primary screen
(tahap 1). Pulp dicampur dengan lindi hitam yang berasal dari dilution tank agar
stock pulp yang masuk ke primary screen consistency-nya kira-kira 1%.
Jumlah reject yang diambil primary screen tahap pertama dipompakan
menuju secondary screen dan pada saat pempompaan ditambahkan lindi hitam dari
dilution pulp. Sedangkan accept pulp yang diterima primary screen diencerkan
hingga 1% -1,5% sebelum dikirim ke washer 4. Accept pulp pada secondary screen
dialirkan ke primary sreen sedangkan reject nya dialirkan ke tertiery screen (tahap
ketiga). Accept yang diterima tertiery screen dikirim ke secondary screen
sedangkan reject/serat kasar dikirim ke tangki sand separator kemudian dikirim
lagi ke tail screen lalu dikirim ke screw press dan terakhir dikirim ke bunker.
Pada washer 4, pulp akan dicuci dengan menggunakan filtrat yang berasal
dari filtrat tank TRPE. Filtrat yang digunakan untuk mencuci pulp pada washer 4
nantinya akan mengalir menuju filtrat tank 4, sementara pulp akan jatuh menuju
feed tank 4 (stand pipe). Pulp dari stand pipe 4 akan dipompakan menuju flow
heater dengan mengunakan MC Pump. Pada flow heater ini akan di injeksikan
steam untuk menaikkan temperatur, kemudian dari flow heater, pulp akan
dipompakan menuju steam mixer. Pada steam mixer ini diinjeksikan pula steam
untuk menaikkan temperatur. Dari steam mixer, kemudian pulp dipompakan
kembali dengan menggunakan booster pump untuk dipompakan ke O2 mixer. Pada
O2 mixer ini diinjeksikan sejumlah O2 yang dimana penggunaan O2 ini bertujuan
27
untuk mengurangi lignin dengan cara menggunakan oksigen. Kandungan lignin
memberikan pengaruh yang kurang baik pada terhadap pulp.
Lignin berpengaruh pada warna dan sifat fisik pulp sehingga dibutuhkan
waktu pengepresan yang lebih lama pada saat pembentukan pulp menjadi lembaran-
lembaran. Oleh sebab itu, lignin ini perlu dihilangkan dari pulp. Selanjutnya dari O2
mixer, pulp kembali dipompakan menuju pre-tube. Pre-tube ini terdiri atas pre- tube
up flow dan pre-tube down flow. Pulp terlebih dahulu diumpankan menuju pre-tube
up flow kemudian menuju pre-tube down flow. Dari pre-tube down flow, pulp
dipompakan kembali ke O2 mixer yang ke dua. Pada O2 mixer yang kedua ini,
oksigen kembali diinjeksikan kedalam pulp. Untuk selanjutnya, pulp akan dibawa
menuju O2 reaktor untuk mereaksikan antara oksigen dengan lignin. Dari O2
reaktor, pulp diumpankan menuju blow tank. Setelah dari blow tank, pulp akan
dipompakan menuju washer TRPE untuk dicuci kembali. Untuk air pencuci yang
digunakan berasal dari pada filtrat buffer tank, dimana filtrat yang telah digunakan
akan dibawa menuju filtrat tank TRPE untuk nantinya akan digunakan di washer 4.
Sementara pulp yang telah dicuci akan dibawa menuju stand pipe yang kemudian
dipompakan oleh MC pump menuju unbleach blanding tower. Unbleach blanding
tower ini merupakan tempat penyimpanan pulp yang belum di bleaching, atau pulp
yang hanya masih dicuci saja.
28
3.3.4 Oxygen Delignification (ODL)
29
2. Steam Mixer
Steam mixer merupakan tempat dimana MP steam diinjeksikan melalui
flow heater beserta oksigen. Adapun temperatur steam yang masuk ke dalam
mixer adalah 170-180°C.
3. Oksigen Mixer
Merupakan alat mencampur oksigen didalam pulp. Oksigen dan steam
mengalir ke dalam O2 mixer. Dalam oksigen mixer inilah pulp dicampur
secara merata. Oksigen ini berperan dalam reaksi delignifikasi serta
membantu untuk mengurangi vibrasi.
4. Pretube
Pulp yang telah dicampur dengan oksigen kemudian dibawa ke pretube.
Pretube merupakan sebuah tabung berbentuk huruf U terbalik, yang
memiliki fungsi untuk memperlama waktu kontak antara pulp dengan
larutan alkali beserta steam. Dikarenakan bentuk yang seperti itu, diperlukan
tekanan yang lebih besar dibandingkan temperatur pada pretube.
5. Steam Mixer
Setelah melalui pretube, sebelum masuk ke dalam oksigen reaktor, pulp
terlebih dahulu ditambahkan steam dan oksigen kembali. Steam yang
ditambahkan yaitu MP Steam dengan temperatur sebesar 170-180°C.
6. Oksigen Reaktor
Setelah dicampurkan dengan oksigen, pulp didistribusikan secara
merata ke seluruh dasar reaktor. Pulp bergerak naik ke atas menara reaktor.
Tekanan pada reaktor tidak lebih tinggi dibandingkan tekanan pretube,
tetapi temperatur pada reaktor lebih tinggi dibanding temperatur pada
pretube. Hal ini dikarenakan reaksi antara oksigen dan NaOH dalam proses
penghilangan lignin lebih optimal dilakukan pada suhu yang tinggi yaitu
sekitar 110°C. Pada oksigen reaktor, konsistensi dijaga sekitar 10-12% dan
di dalam reaktor inilah lignin beserta kappa number akan turun.
7. Oksigen Blow Tank
Pulp yang berasal dari oksigen reaktor bergerak keluar menuju bagian
atas blow tank. Didalam blow tank ini konsistensi pulp menjadi 5-6%. Agar
konsistensi pulp sempurna, maka diaduk dengan dua buah agiator yang
30
dipasang dikiri dan dikanan pada dasar blow tank. Sewaktu pulp keluar,
konsistensi pulp dijaga kembali. Jika belum tercapai, maka kontrol valve
akan membuka dan mengencerkan kembali pulp tersebut hingga mencapai
5-6%. Pulp dipompakan keluar dari dasar blow tank. Pada saat yang
bersamaan, udara dan gas-gas lain dikeluarkan dari suspensi pulp melalui
vakum.
Udara bebas dihisap dan disaring dari partikel bebas (debu) menggunakan
air filter. Kemudian udara yang telah disaring masuk ke air compressor untuk
ditingkatkan tekanannya menjadi 6 bar. Lalu masuk ke pre-cooling unit system yang
berfungsi untuk mendinginkan udara dengan bantuan freon hingga mencapai suhu
sekitar 10°C. Di dalam molecular sieve adsorber, udara dimurnikan lebih jauh lagi
dengan mengikat partikel pengotor berukuran kecil, seperti debu, CO2, dan uap air.
Udara yang telah dimurnikan kemudian dipisahkan dalam cold box menggunakan
31
proses distilasi. Dari hasil distilasi didapatkan O2 murni dengan kemurnian 99,9%
dengan produk samping gas N2 tidak murni.
3.3.6 Bleaching
32
masuk ke washer pertama dan dicuci dengan menggunakan larutan klorin dioksida
encer.
Sisa air pencucian atau filtrat ditampung di filtrat tank dan bubur pulp yang
sudah dicuci dimasukkan ke proses ekstraksi (EOP) gas yang bertujuan untuk
mengikat kadar lignin yang dapat lewat dari proses D0. Pada menara ekstraksi,
terjadi penambahan NaOH dan oksigen saat pemompaan dan juga penambahan
H2O2 serta black water dari alkali black water. Kemudian dilakukan pencucian
kembali di washer 2.
33
3.3.7 Pulp Machine
Pulp machine berfungsi untuk memisahkan air dari bubur pulp secara
efisien tanpa merusak struktur serat dan berat dasar, dan mengatur, mengubah
suspensi pulp menjadi lembaran-lembaran dengan kadar air 10%, lalu dilakukan
pemotongan, pengebalan, dan pengunitan. Pulp bubur (bleached pulp) kemudian
masuk ke pulp machine untuk dijadikan dalam bentuk lembaran. Ada beberapa
tahap dari pulp machine sampai ke penyimpanan dan didistribusikan, yaitu antara
lain:
1) Screening
Proses penyaringan dan membentuk serat yang lebih homogen tanpa
adanya pengotor yang halus maupun kasar.
2) Dewatering
Proses pengurangan kadar air dari bubur serat/fiber, serta proses
pembuatan lembaran pulp. Keluaran screening yang masuk ke tahap
dewatering akan dipress sebanyak 2 kali menggunakan roll press.
Tujuannya adalah untuk mengeluarkan air dari lembaran pulp secara
mekanis dan lembaran yang dihasilkan lebih padat dan membentuk
lembaran yang lebih kuat.
34
3) Drying
Proses pengeringan pulp dengan menggunakan udara panas yang
dikenakan ke permukaan bagian atas dan juga bawah lembaran pulp.
4) Cutter (Layboy)
Proses pemotongan lembaran dengan ukuran tertentu dan kemudian
ditumpuk menjadi lembaran bale.
5) Bale Handing
Tahap terakhir dalam pulp machine, merupakan proses pemotongan dan
juga pengemasan lembaran yang sudah ditumpuk kemudian ditekan untuk
mengurangi ketebalan bale, sehingga nantinya bale yang sudah ditumpuk
lebih mudah untuk dibungkus atau diikat dan juga lebih mudah dalam proses
pengunitan.
6) Setelah itu disimpan dalam storage-nya dan siap untuk didistribusikan.
35
BAB IV
UTILITAS DAN PENGOLAHAN LIMBAH
4.1 UTILITAS
36
Gambar 4.1 Proses Water Treatment
Di dalam pabrik pulp, untuk pengisian boiler dibutuhkan air yang jernih
dan bebas dari mineral-mineral (air demineralisasi). Penggunaan air bebas mineral
pada boiler untuk mencegah terjadinya korosi akibat adanya logam-logam
kesadaan seperti Ca, Mg, CO32-, SO42-, dan Cr sehingga dibutuhkan pengolahan
air dengan tahap sebagai berikut:
1. Tahapan Filtrasi
Air keluar dari tangki penjernihan (filter water tank) di area water treatment
plant masih mengandung sedikit kotoran yang terbawa dari residual klorin. Dan pada
tahap filtrasi ini, kotoran-kotoran yang terbawa tersebut disaring dan air yang keluar
menjadi lebih jernih dan mempunyai kekeruhan (turbidity) yang rendah. Alat
penyaring tersebut dinamakan carbon filter. Terdapat 3 unit karbon filter dan
ketiganya dioperasikan menurut keperluan air yang diperlukan.
37
untuk kriteria yang tinggi (umpan air boiler, air pendingin diesel, dan sebagainya).
Air yang sudah jernih tadi masih mengandung ion-ion dari logam dan sisa asam
seperti Ca2+, Mg2+, CO32-, SO42-, Fe2+, dan Cl-. Selanjutnya air dikirim ke tahapan
pengolahan untuk penghilangan/pertukaran ion agar dihasilkan air yang bebas
mineral (demineralisasi water) melalui kation exchanger dan anion exchanger.
3. Mixed Bed
Mix bed tank berfungsi untuk mengikat sisa-sisa dari anion dan kation, bisa
dilakukan sekaligus dari kation ditambah dengan anion agar yang masuk kedalam
mixing tank bebas dari kation dan anion, 100 kg HCI 100% NaOH 100% dapat
meregenerasi 1 m² kation resin dan anion resin. Metode regenerasi juga
memengaruhi kapasitas resin, jika regenerasi tidak sempurna maka otomatis
kapasitas resin akan menurun.
Dimana pada tahap ini dilakukan kembali penghilangan kandungan ion
negatif dan positif pada air dengan menambahkan Resin Trap. Lalu, air dialirkan ke
heat exchanger dengan input yaitu air dari mixed bed dan juga kondensat dari tangki
kondensat dengan output yaitu air yang akan dialirkan ke mixing tank dan air yang
dialirkan ke deaerator dimana dari deaerator akan dialirkan kembali ke mixing
tank. Selanjutnya air dari mixing tank dialirkan ke water heater dengan keadaan
tekanan steam yang rendah (low pressure steam).
38
4.1.4 Evaporator
Evaporator merupakan proses pengolahan hasil pencucian dari semua air
limbah yang digunakan pada proses washing pada unit washing plant. Sebelum
masuk ke unit evaporator, air limbah tersebut telah ditampung sementara di weak
black liquor tank yang berjumlah 2 unit. Kemudian weak black liquor yang
mengandung 15-18% solid black liquor tersebut dialirkan dengan vacuum pump
dan mengalami pemisahan antara cairan dan uap, sebelum masuk ke dalam
evaporator effect V. Weak black liquor kemudian mengalami evaporasi dengan
cara pemanasan indirect circulation yang memakai uap dari evaporator effect IV.
Kemudian black liquor hasil evaporator effect V akan masuk ke dalam evaporator
effect IV dan mengalami evaporasi dengan cara pemanasan indirect.
Circulation memakai uap dari evaporator effect III. Black liquor hasil
evaporator effect II akan masuk ke dalam evaporator effect III dan mengalami
evaporasi dengan cara pemanasan indirect circulation memakai uap dari
evaporator effect II. Black liquor hasil evaporator effect IIIakan masuk ke dalam
evaporator effect II, dimana evaporator effect II terdiri dari dua bagian yaitu
evaporator II A dan II B dan mengalami evaporasi dengan cara pemanasan indirect
circulation dari evaporator konsentrator. Black liquor hasil evaporator effect I
disebut sebagai Intermediate Black Liquor (IBL) dengan persen solid black liquor
sebesar 40%-50%. Intermediate black liquor kemudian akan dialirkan ke unit
evaporator konsentrator 4 tahap dimana pada evaporator konsentrator,
intermediate black liquor akan dievaporasi dengan cara indirect circulation
menggunakan atam mumi dari recovery boiler.
Hasil evaporator konsentrator disebut Heavy Black Liquor (HBL) dengan
persen solid black liquor sebesar 68-70%. Kondensat keluaran evaporator
ekstraktor 4 tahap (primary condensate) akan dialirkan ke pengolahan demin
water, sedangkan kondensat hasil evaporator effect II B, IIA,dan III akan dialirkan
sebagai combine condensate dan dikembalikan ke washing plant sebagai air
pencuci. Kondensat hasil evaporator effect IV dan V yang berupa non condensable
gas (NCG) akan ditampung dalam drum tank sebagai contaminant condensate
yang kemudian akan diolah pada effluent plant.
39
4.1.5 Recovery Boiler
Recovery boiler merupakan serangkaian peralatan dalam proses
pemanfaatan kembali bahan kimia yang terdapat dalam kandungan heavy black
liquor yang dialirkan dari evaporator plant dengan cara pembakaran. Recovery
boiler dalam proses pemanfaatan kembali bahan kimia juga memanfaatkan panas
pembakaran untuk membentuk steam untuk menggerakkan turbin sebagai sumber
energi. Heavy black liquor yang masuk ke dalam recovery boiler mengandung
persen solid black liquor sebesar 79% dengan kandungan senyawa anorganik
berupa Na2S 50%, Na2CO3 40%, NaOH 10%, dan senyawa organik berupa lignin
dan hemiselulosa. Recovery boiler dimaksudkan untuk mengubah Na2SO4
menjadi senyawa Na2S yang merupakan larutan pemasak yang akan digunakan
pada proses pemasakan pulp.
Heavy black liquor dari evaporator akan dialirkan akan masuk ke dalam
tank mixing recovery boiler untuk dicampur dengan ash dan salt cake Na2SO4,
kemudian campuran akan dilewatkan ke direct dan indirect heater dengan pompa
untuk memanaskan sehingga temperaturnya naik menjadi 115°C. Umpan tersebut
kemudian masuk ke dalam unit furnace dengan cara di-spray dan dikontakkan
dengan udara yang mengandung O2 sehingga terjadi pembakaran. Dari hasil
pembakaran heavy black liquor akan terbentuk smelt (logam lebur) yang
bertemperatur 1100°C. Smelt akan di-spray dengan steam bertekanan 10 bar
melalui smelt spout ke dalam dissolving tank untuk diencerkan dengan weak wash
liquor. Spray steam bertujuan untuk menghindari ledekan-ledakan yang terlalu
tinggi. Pencampuran antara smelt dengan weak wash liquor akan menghasilkan
green liquor berupa Na2S, Na2CO3, dan NaOH dengan temperatur ± 96 °C. Green
liquor kemudian akan dialirkan ke proses recaustizing dan lime kiln untuk diproses
kembali menjadi white liquor.
4.1.6 Recausticizing
Recausticizing merupakan serangkaian proses pengolahan green liquor
dari recovery boiler. Green liquor mengandung Na2S, Na2CO3, dan NaOH. Pada
recaustizing senyawa Na2CO3 akan direaksikan dengan menggunakan senyawa
kapur CaO untuk membentuk CaCO3.
40
Green liquor dimasukkan ke dalam surge untuk dihomogenkan
menggunakan agitator. Kemudian dimasukkan ke green liquor clarifier untuk
mengendapkan kotoran berupa dreg. Selanjutnya green liquor dipanaskan dengan
steam menggunakan green liquor heater mencapai suhu 85°C sebelum
diumpankan ke slaker. Slaker merupakan unit pencampur antara green liquor
dengan suatu zat kapur (CaO) dari hot lime silo. Temperatur pencampuran sebesar
+106°C. NaCO, pada green liquor akan bereaksi dengan CaO dan air membentuk
NaOH dan CaCO3, Dari alat slaker white liquor akan diolah lagi pada tangki
causticizer yang berjumlah 3 unit dialirkan secara overflow, dari causticizer 1 ke
causticizer 2 dan 3. Causticizer ini membuat kandungan NaOH dari white liquor
berkonsentrasi rendah menjadi konsentrasi tinggi. Kemudian white liquor yang
masih bercampur dengan lumpur dipompakan ke white liquor tank. White liquor
tank dilengkapi dengan agitator yang dapat memisahkan white liquor dengan
lumpur (lime mud). Selanjutnya white liquor akan dimasukkan ke white liquor
storage dan lime mud akan dicuci kembali di lime mud washer tank dengan cara
pengadukan. Lime mud yang terjadi akan mengendap dan cairannya pada bagian
atas yang disebut weak wash liquor akan dipompakan ke dissolving tank untuk
digunakan kembali pada unit recovery boiler. Lime mud yang telah dicuci
dimasukkan ke dalam lime mud storage tank untuk selanjutnya dipompa ke lime
mud filter dan diumpankan ke lime kiln (Training and Development Centre PT.
Toba Pulp Lestari, Tbk, 2003a, Hal: 9-12).
4.1.7 Turbin
Segala kebutuhan listrik pada PT. Toba Pulp Lestari, Tbk baik pada pabrik
maupun perumahan, dihasilkan sendiri dari 2 sumber energi yaitu pada power
boiler (multi fuel boiler) dan recovery boiler berupa panas yang akan menggerakan
turbin dan generator sehingga menghasilkan energi listrik. Turbin uap yang
digunakan pada PT. Toba Pulp Lestari, Tbk adalah suatu penggerak dengan
prinsip merubah energi potensial uap menjadi energi kinetik untuk selanjutnya
diubah menjadi energi mekanis yang akan menggerakkan generator yang akan
menghasilkan energi listrik sebesar 33 MW.
41
4.2 PENGOLAHAN LIMBAH
42
pada ESP sehingga partikel tersebut jatuh ke bawah. Partikel yang jatuh tersebut
dapat diolah kembali. Pada Lime Kiln partikelnya diolah kembali untuk proses
kalsinasi dan partikel yang sangat kecil atau tidak bermuatan dilepaskan ke udara.
43
BAB V
TUGAS KHUSUS
5.1 PENDAHULUAN
5.1.1 Latar Belakang
Pulp merupakan produk utama kayu yang berasal dari hasil pembuburan
bahan tumbuh-tumbuhan yang komponen utamanya terdiri dari selulosa dalam
bentuk serat melalui proses pembuatannya (mekanis, semikimia, dan kimia). Dan
pulp juga salah satu komoditi yang dapat mengubah dan menunjang perekonomian
Indonesia. Hal inilah yang merupakan alasan utama didirikannya PT. Toba Pulp
Lestari, Tbk yang terletak di desa Sosor ladang, kecamatan Parmaksian, Porsea
yang bergerak di bidang produksi pulp untuk bahan baku kertas dan bahan baku
serat rayon (dissolving pulp). Pabrik ini mampu menghasilkan produk rata-rata 530
ton/tahun. Hasil produksinya akan dikirimkan ke luar negeri, biasanya Cina dan
Taiwan yang kemudian akan diolah menjadi produk yang siap pakai.
Ada beberapa tahapan pada proses produksi kertas, salah satunya ialah proses
bleaching. Proses bleaching dikenal juga dengan proses pemutihan yaitu proses
penghilangan lignin pada pulp yang masih tersisa setelah proses pulping dan
washing screening. Lignin yang masih tersisa dari proses pulping berikatan secara
kovalen dengan karbohidrat sehingga membentuk senyawa baru yang merupakan
penyebab utama pulp menjadi berwarna kuning atau coklat gelap. Maka dari itu
proses bleaching (penghilangan lignin) diperlukan karena alasan estetika dan
meningkatkan sifat kertas yang dihasilkan (Septiningrum dan Pramuaji, 2017).
Bleaching dilakukan dalam proses bertingkat, yaitu tahap delignifikasi
alternatif dan ekstraksi bahan terlarut. Kondisi pada proses bleaching berdasarkan
tahapan yang ada, yaitu tahap D0, tahap EO, tahap H, tahap D1, tahap E2, dan tahap
44
D2 mempunyai kondisi yang berbeda-beda. Perbedaan kondisi tersebut dapat
terjadi pada bahan kimia yang digunakan, dosis, temperatur, waktu, dan pH (Irawan
dan Ni’am, 2023).
5.1.2 Permasalahan
Dalam proses pemutihan (bleaching) pada tahap D0 menggunakan bahan
pemutih ClO2 (Chlorine Dioxide) dalam suasana asam. ClO2 akan mendegradasi
(merusak) lignin yang masih terkandung di dalam pulp untuk mencapai brightness
dan viskositas sesuai dengan standar yang ditentukan.
Namun pada tahapan D0, ClO2 tidak bekerja sendiri. Sebelum ClO2 bereaksi
dengan pulp untuk mendelignifikasi lignin, terlebih dahulu ditambahkan
HCl/H2SO4 kedalam campuran pulp. Sedangkan bahan kimia yang digunakan pada
PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Porsea adalah HCl dengan beberapa pertimbangan
seperti kekorosifan dan juga perihal ekonomis dimana HCl pada PT. Toba Pulp
Lestari, Tbk Porsea diproduksi sendiri dengan cara hidrolisa pada Departemen
Chemical Plant, sehingga lebih hemat dari segi biaya.
Berdasarkan data dari Distributed Control System (DCS) PT. Toba Pulp
Lestari, Tbk Porsea, brightness yang harus dicapai pada outlet D0 tower adalah 71-
78%. Penggunaan HCl pada tahap D0 ini berfungsi untuk memberikan suasana
asam pada pulp sebelum ClO2 bekerja dalam penghilangan lignin. Sedangkan untuk
target pH yang diinginkan pada tahap D0 berkisar antara 2,0-2,5 (dinamis atau dapat
berubah).
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang diangkat dalam
pembahasan ini adalah “Pengaruh penambahan HCl terhadap Proses Pemutihan
pada D0 Tower Unit Bleaching Fiberline PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Porsea.”
5.1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan tugas khusus ini adalah untuk mengetahui
pengaruh penambahan HCl dalam pulp terhadap pemakaian klorin dioksida (ClO2)
pada D0 tower unit bleaching.
5.1.4. Manfaat
1. Bertambahnya wawasan penulis tentang industri pulp terutama
mengenai proses bleaching/pengelantangan dengan menggunakan
45
klorin dioksida sebagai zat pengelantang di tahap D0.
2. Bertambahnya wawasan penulis tentang proses pembuatan pulp
khususnya di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk.
3. Memberikan gambaran bagaimana pengaruh penambahan HCl dalam
pulp terhadap pemakaian klorin dioksida (ClO2) pada D0 tower unit
bleaching.
a. pH
Pada fase D0, pH akhir reaksi harus dalam kondisi optimal. Hal ini
dikarenakan jika pH yang terlalu rendah akan menyebabkan reaksi bleaching
berjalan lambat, namun dapat menghilangkan shieve dan juga mengurangi pengotor
dengan baik. Sedangkan jika pH nya terlalu tinggi, maka dapat menyebabkan
pembentukan klorat, dimana klorat dapat menurunkan efisiensi dari bleaching. pH
akhir optimum di D0 stage pada proses bleaching berada pada pH 2,5-3,2 (Tarigan
dkk., 2015).
b. Viskositas
Viskositas yang menurun karena terjadi pemutusan rantai selulosa yang
46
mengakibatkan rendahnya kekuatan pulp. Dari nilai viskositas diketahui kekuatan
serat yang dimiliki oleh pulp serta hubungannya terhadap jumlah bahan pemutih
yang diperlukan untuk proses pemutihan pulp. Dengan adanya nilai viskositas dapat
diketahui perbandingan kekuatan serat yang dimiliki oleh pulp pada proses
pemutihan pulp tahap pertama (D0) dan proses pemutihan pulp tahap kedua (D1).
Penggunaan bahan kimia pemutih (ClO2) yang berlebih menyebabkan degradasi
selulosa sehingga mengurangi kekuatan pulp (viskositas pulp) (Mulyadi dan
Susantini, 2021).
c. Brightness
Brightness merupakan sifat dari lembaran pulp untuk memantulkan cahaya
yang diukur dan digunakan sebagai indikasi tingkat keputihan. Keputihan pulp
diukur dengan kemampuannya memantulkan cahaya monokromatik dan
dibandingkan dengan standar yang dinyatakan dalam %ISO atau %GE (Supraptiah
dkk., 2014).
d. Kappa Number
Kappa number merupakan kadar lignin yang tinggal dalam pulp. Pengujian
dilakukan menggunakan reaksi dengan Kalium Permanganat (KMnO4). Penurunan
bilangan kappa memengaruhi berat pulp dan menyebabkan rendemen hasil
pemasakan berkurang. Dan penurunan rendemen juga dipengaruhi terlarutnya
hemiselulosa (Apriani dan Zulfahmi, 2017).
47
2. Asam Klorida (HCl)
Asam klorida merupakan bahan kimia yang bersifat asam kuat dan
digunakan pada proses pemutihan (bleaching). Fungsi dari penggunaan HCl ini
ialah untuk menurunkan pH basa menjadi asam sebelum masuk ke D0 tower
sehingga ClO2 dapat bekerja secara optimal dalam proses delignifikasi lignin. Pada
dasarnya, semakin tinggi penambahan HCl maka semakin rendah pH yang didapat
dan semakin banyak ClO2 yang bekerja dengan lignin sehingga kecerahan
(brightness) pada pulp semakin tinggi (Sihite, 2016).
Tabel 5.1 Pengaruh pH dan penggunaan larutan HCl pada tingkat pemutihan
(brightness)
Laju HCl Konsentrasi Larutan HCl pH D0 Brightness
(L/menit) HCl (%) (kg/adt) Tower (% ISO)
16,85 32 17,09 2,075 73,78
17,75 32 18,13 2,058 73,70
17,97 32 17,31 2,042 72,48
16,75 32 16,73 2,092 72,37
16,85 32 16,12 2,083 72,18
17,77 32 17,92 2,025 74,52
17,33 32 16,99 2,158 72,6
18,21 32 17,45 2,03 72,51
15,61 32 17,38 2,07 73,07
15,05 32 16,97 2,042 73,34
16,66 32 20,91 1,842 72,82
17,5 32 18,08 1,958 72,25
15,41 32 17,13 1,97 71,3
13,88 32 15,60 1,983 71,45
13,1 32 15,50 2,025 70,95
48
5.3.2 Pembahasan
Gambar 5.1 Grafik Hubungan antara Jumlah Larutan HCl (kg/Adt) terhadap
Brightness Pulp (% ISO)
Dari data yang diperoleh dapat dilihat pada penambahan larutan HCl 17,09
kg/adt dengan pH 2,075 menghasilkan brightness pulp 73,78%. Ini dikarenakan
jumlah penambahan larutan HCl masih kurang dari 18,26 kg dari perhitungan yang
dilakukan untuk mencapai brightness pulp sekitar 73% standar ISO. Pada
penambahan HCl 18,13 kg/adt dengan pH 2,058 menghasilkan brightness pulp
73,7%. Dari data ini penambahan larutan HCl masih kurang dari 18,26 kg dan pH
masih di atas 2 sehingga pulp belum mencapai derajat putih 73% standar ISO.
Penambahan HCl 17,31 kg/adt dengan pH 2,042 menghasilkan brightness pulp
72,48%, data ini juga belum mencapai standar karena jumlah larutan HCl masih
kurang dan pH masih di atas 2 sehingga derajat putih yang dihasilkan masih belum
memenuhi standar ISO. Penambahan HCl hari ke-4 sampai ke-10 dengan pH masih
di atas 2 menghasilkan brightness pulp di atas 70%. Dari data ini juga belum
memenuhi standar yang diinginkan karena jumlah penambahan HCl masih sedikit
kurang dan pH masih di atas 2. Pada penambahan HCl hari ke-11 sampai ke-14
49
dengan pH sudah di bawah 2 dan brightness pulp di atas 70% sehingga sudah
memenuhi standar ISO dengan brightness pulp di atas 70%. Sedangkan pada hari
ke-15 dengan HCl sebesar 15,49 kg/Adt dengan pH 2,025 menghasilkan brightness
pulp 70,95%. Dari data ini dapat kita lihat bahwa pH masih di atas 2 sehingga pulp
masih belum memenuhi standar ISO. Dari keseluruhan data diatas, dapat dilihat
meningkatnya derajat putih dipengaruhi oleh penambahan jumlah HCl yang
semakin tinggi dan dengan pH yang semakin rendah maka akan mengoptimalkan
kerja dari ClO2 untuk meningkatkan brightness pulp.
Dari data yang diperoleh dapat ditarik kesimpulan mengenai penggunaan
larutan HCl terhadap tingkat keputihan pulp berbanding lurus, semakin banyak
penggunaan larutan HCl maka keputihan akan semakin meningkat dan semakin
sedikit penggunaan larutan HCl maka tingkat keputihan semakin rendah, jadi
jumlah pemakaian larutan HCl berbanding lurus terhadap tingkat keputihan pulp.
Dari hasil perhitungan diperoleh garis regresi Y=(0,35)15+66,61.
Dari hasil persamaan tersebut dapat diketahui jumlah penggunaan larutan
HCl yang optimal pada tahap klorinasi secara matematik diperoleh jumlah
pemakaian larutan HCl yang opimal adalah 18,26 kg.
Dari grafik kita dapat melihat hubungan antara penggunaan larutan HCl
dengan tingkat keputihan pulp, jumlah pemakaian HCl harus dikontrol karena jika
pemakaian HCl yang berlebih akan meningkatkan keputihan yang tinggi, tetapi
viskositas pulp juga akan menurun. Sebaliknya jika penggunaan larutan HCl sedikit
maka klorin dioksida tidak bekerja secara optimal sehingga pulp yang dihasilkan
masih berwarna cokelat. Untuk itu harus diperhatikan keseimbangan antara
pemakain dan hasil agar antara produsen dan konsumen dapat saling
menguntungkan.
50
5.4 PERHITUNGAN
1. Menghitung penggunaan larutan HCl
HCl (mL/L) =
L ton
laju HCl x 1 hari (24 jam x 60 menit)x strength HCl x densitas ( 3 )
menit m
ton
produksi ( )
Adt
L menit 32 ton
16,85 x 1440 x x 1,15 3
menit hari 100 m
3
=
522,5 ton/hari
= 17,09 kg/Adt
51
Tabel 5.3 Pengaruh larutan HCl dengan metode least square
X Y X2 Y2 XY
17,09 73,78 292,04 5443,49 1260,85
18,13 73,70 328,78 5431,69 1336,34
17,31 72,48 299,77 5253,35 1254,91
16,73 72,37 280,04 5237,42 1211,06
16,12 72,18 260,01 5209,95 1163,89
17,92 74,52 321,21 5554,72 1335,75
16,99 72,6 288,78 5270,76 1233,72
17,45 72,51 304,59 5256,25 1265,31
17,38 73,07 302,22 5339,22 1270,27
16,97 73,34 287,94 5378,76 1244,49
20,91 72,82 437,07 5302,75 1522,38
18,08 72,25 326,89 5220,06 1306,29
17,13 71,3 293,49 5083,69 1221,48
15,60 71,45 243,22 5105,1 1114,31
15,50 70,95 240,19 5033,9 1099,61
Ʃ = 259,33 Ʃ = 1089,32 Ʃ = 4506,24 Ʃ = 79121,1 Ʃ =18840,7
a = 0,35
b = 66,61
52
Untuk memperoleh harga y dengan memasukan harga x (larutan HCl)
Y = (0,35)15 + 66,61
Y = 71,86
r = 0,45662
r2 = 0,2085
53
x = (73 - 66,61) / 0,35
x = 18,26 kg
Jadi, penggunaan larutan HCl yang optimal adalah sebesar 18,26 kg untuk 1 ton
pulp.
1. Semakin tinggi penambahan larutan HCl dan semakin rendah pH, maka
tingkat keputihan akan semakin meningkat.
2. Brightness optimum untuk pulp pada D0 tower sesuai dengan standar ISO
adalah sebesar 73% dengan penggunaan larutan HCl sebanyak 18,26 kg
dengan pH berkisar antara 2,0-2,5.
5.5.2 Saran
Penggunaan larutan HCl perlu diperhatikan, karena penambahan larutan
HCl berpengaruh dengan kestabilan pH. Penggunaan HCl 18,26 kg maka akan
menghasilkan target pH 2,0-2,5 yang dimana pH nya akan menurun dan bersifat
asam, sehingga ClO2 dapat bekerja secara optimal untuk mendapatkan brightness
pulp sebesar 73%.
54
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil kerja praktik PT. Toba Pulp Lestari
adalah sebagai berikut:
PT. Toba Pulp Lestari Tbk merupakan perusahaan yang terletak di desa Sosor
Ladang, Kecamatan Parmaksian, Kabupaten Toba, dimana perusahaan besar ini
yang memproduksi pulp dengan bahan baku kayu eucalyptus. Bahan utama dalam
proses produksi didapat dari lahan penanaman pohon eucalyptus yang cukup luas
milik PT. Toba Pulp Lestari Tbk sendiri yang terbagi menjadi 5 sektor. Kayu yang
bisa digunakan untuk pembuatan pulp adalah kayu yang berumur 6-8 tahun.
Pembibitan, penanaman, dan pemanenan dilakukan setiap hari untuk memenuhi
kebutuhan produksi.
Prinsip pembuatan pulp (pulping) merupakan proses memisahkan selulosa dari
bahan-bahan atau senyawa lain yang terkandung di dalam kayu seperti lignin.
Proses pembuatan pulp dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti mekanis,
kimia, dan semi kimia. Proses pembuatan pulp secara kimia dilakukan dengan cara
mendegradasi lignin dan hemiselulosa menjadi molekul larut air yang dapat dicuci
dari serat selulosa tanpa proses depolimerisasi.
Proses yang dilakukan di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk adalah dimulai dari wood
preparation, digester, washing dan screening, oxygen delignification, oxygen plant,
bleaching, dan pulp machine.
6.1 SARAN
Proses pembuatan pulp di PT. Toba Pulp Lestari Tbk dinilai sangat baik karena
dalam proses produksinya baik bahan baku, energi, bahan kimia pemasak semuanya
dapat dimanfaatkan dengan efisiensi yang tinggi. Seperti dari bahan baku yang
digunakan, limbah kulit kayu eucalyptus dapat digunakan kembali sebagai bahan
bakar di Multi Fuel Boiler. Demikian juga air pemasak dari digester dan washing
yang disebut Black Liquor dapat diolah kembali menjadi bahan kimia dengan
proses pengolahan di unit lime klin dan recustizing.
55
Sistem pengolahan limbah di PT. Toba Pulp Lestari Tbk sudah cukup baik
sehingga perusahaan ini dikategorikan perusahaan yang ramah lingkungan. Hal ini
dibuktikan dengan adanya penanaman pohon dan pemeliharaan hewan di sekitar
pabrik yang sensitif terhadap pencemaan lingkungan memiliki kondisi yang baik.
Dan juga pada PT. Toba Pulp Lestari menggunakan alat pengendalian pencemaran
udara, Electro Static Specipitator (ESP), untuk menangani limbah gas yang
dihasilkan pabrik dan juga pengolahan nya sudah cukup baik.
Demikianlah laporan kerja praktik industri ini kami susun sebagai salah satu
syarat kelulusan mata kuliah kerja praktik industri. Terima kasih kepada PT. Toba
Pulp Lestari Tbk yang telah memberikan kami kesempatan untuk melaksanakan
kerja praktik selama 1 bulan. Terima kasih kepada pihak-pihak yang terlibat dalam
kerja praktik industri kami. Semoga ilmu yang diberikan dapat kami aplikasikan di
dunia kerja.
56
DAFTAR PUSTAKA
Apriani, R., dan I. Zulfahmi. 2017. Sifat Pulp Berbahan Baku Alga Merah
Gracilaria sp. dan Eucheuma sp. Jurnal Selulosa 7(1): 27-32.
Irawan, B., dan W. Ni’am. 2023. Analisa Pembentukan Total Suspended Solid Pada
Air Limbah Industri Pulp Berdasar Kandungan Fine Fiber. Jurnal Teknik
Mesin dan Industri 2(2): 14-18.
Septiningrum, K., dan I. Pramuaji. 2017. Aplikasi Enzim di Industri Pulp dan
Kertas: I. Bidang Pulp. Jurnal Selulosa 7(1): 1-16.
Sihite, M. 2016. Pengaruh Penambahan HCl dan pH pada Proses Pemutihan Pulp
di Tower D0 Unit Bleaching Fiber Line PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Porsea.
Skripsi.
Silaban, K., Chairul., dan M. P. Sembiring. 2015. Penentuan Suhu dan Waktu
Optimum pada Tahap D0 (Delignifikasi Pertama) Proses Bleaching
57
Pembuatan Pulp. JOM FTEKNIK 2(2): 1-7.
Sirait, S. 2003. Bleaching. PT. Toba Pulp Lestari, Training and Development
Centre, Porsea. Toba Samosir.
58