PENDAHULUAN
Anak sebagai bagian dari generasi muda merupakan mata rantai awal
yang penting dan menentukan dalam upaya menyiapkan dan mewujudkan masa
depan bangsa dan negara. Anak merupakan generasi yang akan meneruskan
perjuangan dan cita-cita seluruh bangsa di bumi. Hal ini secara tegas dirumuskan
Anak yang berbunyi “bahwa anak adalah tunas, potensi, dan generasi muda
penerus cita-cita perjuangan bangsa, memiliki peran strategis dan mempunyai ciri
dan sifat khusus yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada
masa depan”.1
Anak sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan makhluk sosial, sejak
dalam kandungan sampai dilahirkan mempunyai hak atas hidup dan merdeka serta
mendapat perlindungan baik dari orang tua, keluarga, masyarakat, bangsa dan
negara.”2 Memelihara kelangsungan hidup anak adalah tanggung jawab orang tua,
yang tidak boleh diabaikan. Orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak
1
.Anonimous, UU Perlindungan Anak, UU No. 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas
UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, (Yogyakarta:Pustaka Mahardfika, 2015), hlm.
2.
2
H.R Abdussalam dan Adri Desasfuryanto.Hukum Perlindungan Anak, (Jakarta:PTIK,
2014), hlm. 1.
1
yang bersangkutan dewasa atau dapat berdiri sendiri Pasal 45 Undang - Undang
Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Orang tua yang bertanggung jawab
karena alasan fisik dan mental yang belum matang dan dewasa, oleh karenanya
Anak sebagai kelompok yang rentan dan lemah, tidak dapat disangkal
selalu mendapat gangguan - gangguan yang datang baik dari luar maupun dari
anak itu sendiri, gangguan - gangguan itu beragam macamnya termasuk perbuatan
cabul.5 Kekerasan sering terjadi terhadap anak, yang dapat merusak, berbahaya
dan menakutkan anak. Bentuk - bentuk kekerasan yang dialami anak dapat berupa
tindakan - tindakan kekerasan, baik secara fisik, psikis maupun seksual (sexual
abuse).
mengutamakan kepentingan terbaik bagi anak masih jauh dari yang diharapkan,
tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, dimana dalam undang - undang tersebut
3
Maidin Gultom, Hukum Perlindungan Terhadap Anak Dalam Sistem Peradilan Pidana
Anak Di Indonesia, (Bandung:Refika Aditama, 2014), hlm. 1.
4
Mohammad Taufik Makarao dkk, Hukum Perlindungan Anak dan Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga, (Jakarta:Rineka Cipta, 2013), hlm. 14.
5
Ibid.
2
telah dituangkan secara tegas dalam Bab II Pasal 6 sampai dengan Pasal 15
mengenai diversi6.
Tujuannya tidak hanya untuk penjatuhan pidana semata, tetapi juga pada dasar
dan perlindungan semata bagi anak namun juga didasari prinsip demi kepentingan
anak.
6
Lihat Bab II Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana
Anak.
3
pidana guna terwujudnya supremasi hukum yang mencerminkan rasa keadilan;.
pelanggaran apapun yang dapat merugikan aparat ataupun korban dan pelaku
maka aparat Kepolisian telah diberi kewenangan oleh Undang - Undang untuk
bagi sianak, ditambah lagi tekanan psikologis yang harus dihadapi mereka yang
peradilan pidana. Upaya pengalihan atau ide Diversi ini, merupakan penyelesaian
yang terbaik yang dapat dijadikan formula dalam penyelesaian beberapa kasus
sebagaimana yang dimuat dalam Pasal 7. Secara khusus, pada tingkat penuntutan,
acara peradilan pidana anak diatur dalam Bab III Bagian Keempat Pasal 41 dan
Pasal 42 UU SPPA.
fungsi nya juga harus berdasarkan legitimasi hukum yang berlaku. Dimana fungsi
4
melakukan pencegahan terhadap kejahatan dan memberikan perlindungan kepada
masyarakat.
Aparat penegak hukum itu sendiripun tidak tinggal diam sebagai penegak
hukum tentunya memilki peran yang cukup tinggi, pihak kepolisian yang berkerja
sama dengan KPAI tentunya memilki andil yang cukup besar dan berat, dimana
pihak kepolisan dalam hal ini penyidik. Menurut Pasal 11 KUHAP yang
berhubung karena sesuatu hal atau dalam keadaan yang sangat diperlukan, atau
dalam hal terdapat hambatan perhubungan di daerah terpencil atau tempat yang
belum ada petugas penyidik, dan dalam hal lain yang dapat diterima menurut
kewajaran.
polisi negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang
Karena itu dalam melakukan penyidikan untuk menangani kasus anak juga
Pelalawan.
7
Darwan Prints. Hukum Acara Pidana, Penerbit Djambatan Yayasan Lembaga Bantuan
Hukum, 2008, hlm.17.
5
Maka itu penulis tertarik untuk mengangkat judul “PELAKSANAAN
B. Rumusan Masalah
1. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penulis dalam penulisan karya tulis ini
6
b. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan
Polres Pelalawan.
2. Kegunaan Penelitian
a. Bagi Penulis
c. Bagi Masyarakat
7
D. Kerangka Teori
adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui perbuatan apa
yang boleh atau tidak boleh dilakukan, dan kedua berupa keamanan hukum bagi
individu dari kesewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan hukum yang
bersifat umum itu, individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan
psikologi dari pada hukum. Kepastian hukum bukan hanya berupa pasal - pasal
dalam Undang - Undang melainkan juga adanya konsistensi dalam putusan hakim
yang satu dengan yang lainnya untuk kasus yang serupa yang telah diputuskan.9
kepentingan yang harus mendapat perlindungan atau dilindungi oleh hukum, yaitu
8
Peter Mahmud Marzuki, 2008, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta : Kencana Pranada
Media Group,2008), hlm. 158
9
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Bandung : PT.Citra Aditya Bakti,2000, hlm.298.
10
Ibid., hlm 127.
11
Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis),
(Jakarta :PT. Gunung Agung Tbk, 2002), hlm. 85.
12
W.Friedman, Teori dan Filsafat Hukum Dalam Buku Telaah Kritis Atas Teori-Teori
Hukum, diterjemahkan dari buku aslinya Legal Theory oleh Muhammad Arifin, (Jakarta :
RajaGrafindo Persada, 1993), hlm.7.
8
kepentingan negara sebagai penjaga kepentingan sosial; Ketiga, kepentingan
kepentingan substansi. Dari pendapat Roscoe Pond tersebut, dapat dilihat bahwa
keadilan.
tegas dalam penjelasan Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945 bahwa “Negara Republik Indonesia berdasar atas hukum “(rechstaat)”, tidak
berdasar atas kekuasaan belaka (machstaat). Cita - cita filsafat yang telah di
hukum”, mengandung arti, bahwa dalam hubungan antara hukum dan kekuasaan,
bahwa kekuasaan tunduk pada hukum sebagai kunci kestabilan politik dalam
Salah satu ciri utama dari suatu negara hukum terletak pada
dikongkritkan lagi, akan terarah pada aparat penegak hukum, yaitu mereka yang
9
Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia yang
kompleks dan rumit. Mereka pun mempunyai posisi penting. Mengenai atasan
penyidik POLRI terbagi dalam berbagai tingkat yang telah dijelaskan dalam Pasal
Sebagai pelaksana undang - undang, Polisi menyandang fungsi yang unik dan
Arti modern, Polisi adalah suatu pranata umum sipil yang mengatur tata
tertib (orde) dan hukum. Namun kadang kala pranata ini bersifat militaristis,
seperti di indonesia sebelum POLRI dilepas dari ABRI. Polisi dalam lingkungan
13
Lihat Pasal 78 Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 14
Tahun 2012 tentang Manajemen Penyidikan Tindak Pidana.
10
keterangan dari berbagai sumber dan keterangan saksi. Tumbuh dan
dihadapkan pada tugas - tugas yang unik dan kompleks. Selain menata keamanan
dan ketertiban masyarakat di masa perang, POLRI juga terlibat langsung dalam
kesatuan bersenjata yang lain. Keadaan seperti ini dilakukan oleh POLRI karena
POLRI lahir sebagai satu - satunya kesatuan bersenjata yang relatif lebih lengkap.
dilayaninya secara universal tugas polisi ada dua, yaitu menegakkan hukum dan
atau tugas terbatas yang dibatasi oleh Kitab Undang - Undang Hukum Acara
Pidana (KUHAP), tugas yang kedua mengandung pengertian preventif atau tugas
mengayomi adalah tugas yang luas tanpa batas, boleh melakukan apa saja asal
11
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian hukum
positif, berupa penelitian yang hendak melihat korelasi antara hukum dengan
Polres Pelalawan”
2. Lokasi Penelitian
Tindak Pidana anak sehingga jika muncul kasus anak, anak tidak akan merasa
a. Populasi
dan tujuan penelitian ini, maka yang menjadi populasi dalam penelitian
ini adalah :
12
1. Kasat Reskrim 1 ( Satu) Orang
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti yang dapat
Tabel 1.1
Populasi dan Sampel
NO JENIS POPULASI JUMLAH JUMLAH PERSENTASE
POPULASI SAMPEL (%)
1 Kasat Reskrim 1 1 100
4. Sumber data
a. Data Primer
13
Data Primer adalah data yang diperoleh dari langsung dari responden
wawancara langsung.
b. Data Sekunder
diteliti.
c. Data Tertier
data yang dibutuhkan atau yang menjadi data pokok pada penelitian ini adalah
a. Observasi
b. Wawancara
14
nonstruktur yaitu wawancara dimana si pewawancara bebas menanyakan
pertanyaan.14
c. Kajian Kepustakaan
6. Analisis data
tiap - tiap pokok pembahasan dalam masalah penelitian ini. Setelah data
kesimpulan dari hal yang bersifat umum ke hal yang bersifat khusus.
14
Fakultas hukum unilak, Pedoman penulisan skripsi, Fakultas Hukum Unilak,
Pekanbaru, 2012, hlm.15.
15
BAB II
Kerajaan ini berdiri tahun 1761, dan mulai terkenal pada masa pemerintahan
Pelalawan adalah Tengku Besar Kerajaan Pelalawan yang memerintah pada tahun
1940 -1945.15
oleh Menteri Dalam Negeri tanggal 12 Oktober 1999 di Jakarta dan Operasional
Kabupaten Pelalawan. Kabupaten ini memiliki luas 13.924,94 Km² dan pada awal
terdiri atas 12 wilayah kecamatan, yang meliputi 106 Desa dan 12 Kelurahan.
dan Bandar Petalangan. Pada tahun 2001 kepala daerah Kabupaten Pelalawan
ditunjuk oleh DPRD dengan pasangan H.T Azmun Jaafar dan H. Anas Badrun.
16
pertama dengan pasangan terpilih H.T Azmun Jaafar dan Drs H Rustam Efendi
2. Kondisi Geografis
Timur pulau Sumatera antara 1,25' Lintang Utara sampai 0,20' Bujur Timur
17
Kabupaten Pelalawan terdiri dari 12 kecamatan dengan kecamatan terluas
adalah Kecamatan Teluk Meranti yaitu 423.984 Ha (30,45 %) dan yang paling
kecil adalah Kecamatan Pangkalan Kerinci dengan luas 19.355 Ha atau 1,39%
dari luas Kabupaten Pelalawan. Jarak Lurus Ibukota Kecamatan dengan Ibukota
yang terjauh adalah ibukota Kecamatan Kuala Kampar (Teluk Dalam) sejauh
159,2 km.
dan permukaan laut berkisar antara 2-40 m. Daerah atau kota yang tertinggi
3. Kondisi Demografis
Terdiri dari penduduk laki - laki sebanyak 203.683 jiwa dan perempuan 182.745
Kerinci yaitu 101.268 jiwa dan terendah di Bandar Petalangan 14.604 jiwa.
penduduk pada satu wilayah dan periode tertentu. Laju pertumbuhan penduduk
Kabupaten Pelalawan tahun 2013 cukup tinggi 6,71 persen. Tingginya angka
18
pertumbuhan penduduk ini selain dikarenakan tingkat kelahiran yang tinggi juga
karena tingginya jumlah pendatang dari luar wilayah Pelalawan terkait dengan
jumlah penduduk laki - laki untuk 100 penduduk perempuan. Ukuran ini
Pelalawan 28 jiwa per km². Kecamatan dengan tingkat kepadatan tertinggi adalah
Kecamatan Pangkalan Kerinci 523 jiwa per km². Sedangkan kepadatan terendah
19
Satuan Reserse Kriminal (Sat Reskrim) Polres Pelalawan, bertugas
Sat Reskrim dipimpin oleh seorang Kepala Satuan (Kasat) Reskrim yang
sedangkan Kasat Reskrim, dibantu oleh Kaur Bin Ops (KBO) Reskrim.
anggota.
dibebankan.
20
1. Membantu Kasat Reskrim melakukan pengawasan terhadap anggota Unit
Penyidikan.
penyelidikan.
administrasi lain.
21
1. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan secara mudah,
sidik.
Pelalawan
2. Polsek Langgam
6. Polsek Ukui
22
7. Polsek Kerumutan
8. Polsek Bunut
8. AKBP Ade Johan H. Sinaga, S.IK, M.Hum / Periode 2014 s/d 2016
11. AKBP M. Hasyim Risahondua, S.IK, M.Si / Periode 2019 s/d Sekarang
Berikut daftar deskripsi Kerja dari bagian bagian di Sat Reskrim Polres
Pelalawan:
KBO (Kaur Bin Ops) : merupakan unsur Staf Sat Reskrim Polres Pelalawan
23
maupun Opsus Kepolisian yang mengedepankan fungsi Reskrim, administrasi
fungsi Reserse maupun untuk kepentingan pelayanan umum pada tingkat Polres
Pelalawan.
Unit II (Tipiter) : Sesuai dengan namanya, Unit Tindak Pidana Tertentu ini
tertentu khususnya menyangkut Undang - Undang diluar KUHP selain itu juga
Unit III (Tipikor) : Unit ini bertugas melaksanakan penyidikan kasus tindak
kekerasannya adalah Wanita dan Anak termasuk tindak pidana pelecehan sexual
yang terjadi diwilayah Hukum Polres Pelalawan. Unit ini terbentuk untuk
24
memberikan rasa nyaman terhadap korban khususnya wanita dan anak - anak dan
25
BAB III
A. Pengawasan
dari kata “awas” yang berarti dapat melihat baik - baik, waspada dan lain -
lain. Dengan kata lain pengawasan dapat diartikan kurang lebih “mampu
mengetahui secara cermat dan seksama”, sebagai bentuk kata kerja. Untuk
organisasi, serta semakin luas dan banyaknya urusan / pekerjaan yang harus
16
WJS. Poerwadarmita., Kamus Besar Bahasa Indoensia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), hlm.
153.
26
sebelumnya, secara berdaya guna, berhasil guna dan tepat dalam rangka
pengawasan adalah segala usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai
kegiatan mengamati saja atau hanya melihat sesuai dengan seksama dan
17
Sujamto. Beberapa Pengertian Tentang Pengawasan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983),
hlm. 32
18
SP. Siagian., Pengawasan dan Pengendalian di Bidang Pemerintahan, (Jakarta: UI Press,
1994), hlm. 57.
27
menjamin supaya semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai
apa yang sudah dilaksanakan, menilai dan mengoreksi bila perlu dengan
berikut, “Pemeriksaan adalah suatu cara atau bentuk kritik pengawasan yang
meliputi aspek - aspek mengawasi, penelitian, apakah yang dicapai itu sesuai
dan sejalan dengan tujuan - tujuan yang telah ditetapkan lengkap dengan
19
M. Manullang, Manajemen Personalia, (Jakarta: Ghalia Indoensia, 1996), hlm. 32.
20
Sujamto, Op. cit., hlm. 65.
21
Panglaykin., dan Hazil., Wetwork Perencanaan dan Pengawasan Aktivitas Perusahaan,
(Yogyakarta: BPFE UGM, 1986), hlm. 91.
28
penjagaan supaya dapat diperoleh hasil yang sesuai dengan rencana yang telah
sasaran tugas dengan baik dan bukan untuk mencari kesalahan seseorang
berkesinambungan.
untuk;23
29
d. Melindungi warga masyarakat dari penyalahgunaan kekuasaan di daerah;
f. Pembinaan dan pengawasan tetap dijaga agar tidak membatasi inisiatif dan
Polri memperoleh amanat dari undang - undang selaku alat negara yang
dan melayani masyarakat. Ketiga tugas tersebut tidak bersifat hirarki prioritas dan
tidak dapat dipisahkan karena saling terkait satu sama lain. Artinya bahwa,
adalah untuk melindungi dan mengayomi masyarakat luas dari tindak kejahatan
menginginkan kinerja yang baik. Selain itu juga tidak boleh mengesampingkan aspek
moralitas personil dalam melaksanakan tugas. Kondisi riil untuk menilai keberhasilan
Polri dalam melaksanakan tugas pokok tersebut antara lain ditentukan oleh kualitas
Salah satu misi Polri adalah mengelola SDM Polri secara professional dalam
30
mencapai tujuannya yaitu terwujudnya keamanan dalam negeri, sehingga dapat
Misi ini menjadi dasar dari upaya pembinaan SDM Polri. Dengan adanya misi yang
menyentuh aspek sumber daya manusia, maka sesungguhnya Polri telah berupaya
untuk berkomitmen terhadap kualitas kompetensi yang baik bagi para anggotanya.
sedemikian rupa agar dapat mendukung pelaksanaan tugas Polri sebagai pengemban
Undang - Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian yang menyatakan Sikap
dan perilaku pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia terikat pada Kode Etik
etika profesi kepolisian ini, bagi anggota Polri masih juga tunduk pada peraturan
hukum disiplin dan kode etik profesi yang berlaku dalam organisasi kepolisian,
sehingga sangat mungkin adanya penjatuhan hukuman ganda bagi anggota Polri yang
melakukan tindak pidana, yakni menerima sanksi pidana (penjara) juga sanksi
2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota Polri24 Secara spesifik Pasal 5 huruf a
melakukan hal - hal yang dapat menurunkan kehormatan dan martabat negara,
24
Pudi Rahardi, Hukum Kepolisian (Profesionalisme dan Reformasi Polri, Surabaya: Laksbang
Mediatama, 2007. Hlm.19.
31
pemerintah, atau Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Peraturan disiplin anggota Polri juga terdapat Kode Etik Profesi Kepolisian,
salah satunya di atur dalam Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
Nomor 14 Tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik
Indonesia. Pasal 1 ayat (5) menyatakan bahwa “Kode Etik Profesi Polri yang
selanjutnya disingkat KEPP adalah norma - norma atau aturan - aturan yang
merupakan kesatuan landasan etik atau filosofis yang berkaitan dengan perilaku
maupun ucapan mengenai hal - hal yang diwajibkan, dilarang, patut, atau tidak patut
dilakukan oleh Anggota Polri dalam melaksanakan tugas, wewenang, dan tanggung
jawab jabatan.” Dan juga terdapat dalam Pasal 7 ayat (1) huruf c Peraturan Kepala
Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2011 tentang Kode Etik
Berdasarkan hal tersebut ada juga terjadi pelanggaran kode etik kepolisian
menyelesaikan dengan sebaik - baiknya laporan dan atau pengaduan masyarakat dan
penyelidikan dan tertib administrasi sesuai prosedur yang berlaku untuk kepentingan
pribadi. Selain itu contohnya pelanggaran ini adalah saat melakukan pengebrekan di
tempat terjadi perkara di temukan barang bukti berupa narkoba dan minuman keras
namun salah satu oknum menyembunyikan narkoba dan miras yang merupakan
32
barang bukti untuk kepentingan pribadi hal ini mempengaruhi penyidikan sehingga
dapat dikatakan salah satu pelanggaran profesional, proporsional, dan prosedural bagi
anggota Polri selain itu juga ada pelanggaran kesalahan penyidikan yang dilakukan di
B. Penyidikan
Negara Republik Indonesia atau Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu yang
(b) pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus
(2) Syarat kepangkatan pejabat sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) akan diatur
33
(Undang - Undang Nomor 13 Tahun 1961). Sebelum dipakai istilah
Dalam rangka sistem peradilan pidana tugas polisi terutama sebagai petugas
di luar ketentuan KUHP. Inilah antara lain tugas polisi sebagai alat negara
penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Undang - Undang ini
untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat
terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya”
adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia dan pejabat pegawai negeri
sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang - undang. Tujuan
25
Sutarto.Menuju Profesionalisme Kinerja Kepolisian. Jakarta:PTIK.,2002. hlm. 71
26
Abdussalam, H. R. Hukum Kepolisian Sebagai Hukum Positif dalam Disiplin Hukum.
(Jakarta :Restu Agung,. 2009). hlm. 86.
34
d. Bagaimana tindak pidana dilakukan.
bukti yang pada tahap pertama harus dapat memberikan keyakinan, walaupun
sebenarnya terjadi atau tentang tindak pidana yang telah dilakukan serta siapa
perkara, yang selanjutnya dapat dipakai oleh penuntut umum sebagai dasar
tugas Kepolisian Yustisial, akan tetapi ditinjau pejabatnya maka kedua tugas
tersebut merupakan dua jabatan yang berbeda - beda, karena jika tugas
35
menyidik selain kepada pejabat tersebut juga kepada pejabat pegawai negeri
dilaksanakan bukan sekedar didasarkan pada dugaan belaka, tetapi suatu asas
seorang atau para tersangka telah melakukan peristiwa yang dapat dihukum.
27
Sutarto.Menuju Profesionalisme Kinerja Kepolisian. Jakarta :PTIK.. 2002. hlm. 73
28
Moeljatno, Perbuatan Pidana dan Pertanggung jawaban Dalam Hukum Pidana,
Jakarta:Bina Aksara,. 1993. hlm. 105
36
Penyidikan memerlukan beberapa upaya agar pengungkapan perkara dapat
diperoleh secara cepat dan tepat. Upaya - upaya penyidikan tersebut mulai
Dalam hal penyidik telah mulai melakukan penyidikan sesuatu peristiwa yang
Dimulainya Penyidikan) hal ini sesuai dengan KUHAP Pasal 109 Ayat (1).
Setelah bukti - bukti dikumpulkan dan yang diduga tersangka telah ditemukan
maka penyidik menilai dengan cermat, apakah cukup bukti untuk dilimpahkan
kepada Penuntut Umum (kejaksaan) atau ternyata bukan tindak pidana. Jika
37
1) Tahap pertama, penyidik hanya menyerahkan berkas perkara.
b) Sesuai dengan ketentuan Pasal 110 Ayat (4) KUHAP jo. Pasal 8 Ayat (3)
huruf (b), dengan penyerahan tanggung jawab atas tersangka dan barang bukti
c) Dalam hal penyidikan dihentikan sesuai dengan ketentuan Pasal 109 Ayat (2),
yakni karena tidak terdapatnya cukup bukti, atau peristiwa tersebut bukan
karena bila disuatu saat ditemukan bukti - bukti baru, maka penyidikan yang
38
penyidik untuk menyidik kembali peristiwa itu. Berdasarkan Pasal 110 Ayat
(4) KUHAP, jika dalam waktu 14 hari Penuntut Umum tidak mengembalikan
Pasal 1 Ayat (2) KUHAP, maka untuk tugas utama tersebut penyidik diberi
1981 tentang Hukum Acara Pidana, penyidik sebagaimana diatur dalam Pasal
a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana.
tersangka.
g. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi.
perkara.
39
Berdasarkan ketentuan Undang - Undang Pokok Kepolisian Negara
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 Pasal 14 Ayat (1) huruf (g)
terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan
melanggar hukum yang dengan sengaja telah dilakukan oleh seorang yang
dapat dihukum”.29
29
Andi Sofyan dan Nur Azisa, Hukum Pidana, Makassar: Pustaka Pena Press, 2016, hlm 98
40
tindakan hanya dapat dipertanggung jawabkan apabila dilakukan dengan
sengaja.
ataupun tidak dengan sengaja telah dilakukan oleh seorang pelaku, dimana
barangsiapa melanggar larangan tersebut dan perbuatan itu harus pula betul -
umum untuk istilah "strafbaar feit" dalam bahasa Belanda walaupun secara
resmi tidak ada terjemahan resmi strafbaar feit. Maksud dan tujuan di
dan sebagainya itu adalah untuk mengalihkan bahasa dari istilah asing
30
Ibid, Andi Sofyan dan Nur Azisa, hlm 98
31
Ibid hlm 99
41
stafbaar feit namun belum jelas apakah disamping mengalihkan bahasa dari
pengertiannya, juga oleh karena sebagian besar kalangan ahli hukum belum
selain itu juga ditengah - tengah masyarakat juga dikenal istilah kejahatan
pengertian dasar dalam ilmu hukum, sebagai istilah yang dibentuk dengan
yang kongkrit dalam lapangan hukum pidana, sehingga tindak pidana haruslah
diberikan arti yang bersifat ilmiah dan ditentukan dengan jelas untuk dapat
masyarakat.
Tindak pidana merupakan bagian dasar dari pada suatu kesalahan yang
42
menyebabkan terjadinya suatu tindak pidana Adalah karena seseorang
jawabkan segala bentuk tindak pidana yang telah dilakukannya untuk dapat
diadili dan bilamana telah terbukti benar bahwa telah terjadinya suatu tindak
pidana yang telah dilakukan oleh seseorang maka dengan begitu dapat dijatuhi
menurut istilah beliau yakni perbuatan pidana adalah: ”Perbuatan yang dilarang
oleh suatu aturan hukum larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa
pidana tertentu, bagi barang siapa melanggar larangan tersebut. Dapat juga
dikatakan bahwa perbuatan pidana adalah perbuatan yang oleh suatu aturan
hukum dilarang dan diancam pidana, asal saja dalam pada itu di ingat bahwa
larangan diajukan kepada perbuatan, (yaitu suatu keadaan atau kejadian yang di
pidana Adalah suatu perbuatan yang oleh suatu aturan hukum pidana dilarang
32
Moeljatno.Asas-asas Hukum Pidana. (Jakarta. Rineka Cipta. 2005). hlm. 54
43
dan diancam dengan pidana bagi barang siapa yang melanggar larangan
tersebut.” 33
c. Menurut Vos, tindak pidana Adalah suatu kelakuan manusia diancam pidana
oleh peraturan - peraturan undang - undang, jadi suatu kelakuan pada umumnya
yang dimaksud adalah bahwa perbuatan pidana atau tindak pidana senantiasa
merupakan suatu perbuatan yang tidak sesuai atau melanggar suatu aturan
hukum atau perbuatan yang dilarang oleh aturan hukum yang disertai dengan
melakukan atau orang yang menimbulkan kejadian tersebut. Dalam hal ini
pelaku perbuatan pidana atau pelaku tindak pidana. Akan tetapi haruslah di
ingat bahwa aturan larangan dan ancaman mempunyai hubungan yang erat,
33
Poernomo, Bambang. Asas-asas Hukum Pidana, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1992), hlm 130
34
Tri Andrisman, Hukum Pidana, Asas-Asas dan Dasar Aturan Umum Hukum Pidana
Indonesia, (Lampung, Universitas Lampung, 2009). Hlm 70
44
atau pelanggaran pidana yang merugikan kepentingan orang lain atau
dibuat kelompok sosial masyarakat tertentu bukan hanya hukum negara saja.
a. Junevile deliquency berarti perbuatan dan tingkah laku yang merupakan perbuatan
b. Junevile deliquency adalah pelaku yang terdiri dari anak (berumur dibawah 21
35
Simanjuntak, Latar Belakang Kenakalan Remaja, Bandung: Cetakan 2. Alumni, hlm. 60.
45
Soedjono Dirdjosisworo mengatakan bahwa kenakalan anak
dan sebagainya.
seperti anak - anak terlantar, yatim piatu dan sebagainya, yang jika
istilah kenakalan dan istilah junevile tidak identik dengan istilah anak. Istilah
junevile deliquency lebih luas artinya dari istilah kenakalan ataupun istilah
anak - anak. Oleh karena itu, Romli lebih cenderung menggunakan istilah
dursila, atau kejahatan / kenakalan anak - anak muda, merupakan gejala sakit
(patologi) secara sosial pada anak - anak dan remaja yang disebabkan oleh
36
Soedjono Dirdjosisworo, Penanggulangan Kejahatan, Bandung: Alumni, hlm. 150.
37
Romli Atmasasmita, Problema Kenakalan Anak-Anak/Remaja, (Jakarta: Armico, 1983),
hlm. 17.
46
suatu bentuk pengabaian tingkah laku yang menyimpang.38 Kenakalan anak
berikut:39
a. Kenakalan Anak sebagai status offences, yaitu segala prilaku anak yang
segala prilaku anak yang dianggap melanggar aturan hukum dan apabila
dilakukan oleh orang dewasa juga merupakan tindak pidana, tetapi pada
Dengan Hukum”. Penggunaan istilah “anak nakal” bagi seorang anak baik
perilaku. Istilah “anak nakal” merupakan bagian dari proses labeling atau
38
Kartini Kartono, Psikologi Remaja. (Bandung : Rosda Karya, 1988), hlm. 93
39
Rachmayanthy, Litmas Pengadilan Anak Berkaitan Dengan Proses Penyidikan
47
stigmatisasi bagi seorang anak, yang dalam kajian sosiologis dan psikologis di
1) Anak yang berkonflik dengan hukum yang selanjutnya disebut anak adalah anak
yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur 18 (delapan
2) Anak yang menjadi korban tindak pidana yang selanjutnya disebut Anak
Korban adalah anak yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang
3) Anak yang menjadi saksi tindak pidana yang selanjutnya disebut Anak Saksi
adalah anak yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang dapat
Dengan demikian Tindak Pidana Anak ialah suatu perbuatan yang melanggar
norma, aturan atau hukum dalam Masyarakat maupun Negara yang dilakukan pada
48
D. POLRI
49
pelanggaran hukum dan bentuk - bentuk gangguan lainnya yang dapat
meresahkan masyarakat.
b. Menegakkan hukum;
masyarakat.
50
d. Turut serta dalam pembinaan hukum nasional;
swakarsa;
51
c. Mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat; antara lain
persatuan dan kesatuan bangsa; Aliran yang dimaksud adalah semua atau paham
bangsa antara lain aliran kepercayaan yang bertentangan dengan falsafah dasar
kepolisian;
k. Mengeluarkan surat izin dan / atau surat keterangan yang diperlukan dalam
52
Selain itu, Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan
masyarakat lainnya;
senjata tajam;
h. Melakukan kerja sama dengan kepolisian negara lain dalam menyidik dan
internasional;
kepolisian.
53
Pengorganisasian Polri dirancang bersifat sentralistik setelah
berlangsung efektif, karena ada kesatuan yang dapat menjebatani antar dua
kesatuan. Namun hal ini juga tidak lepas dari kelemahan, yaitu timbul
birokrasi yang panjang dan berbelit - belit dalam alur administrasi, kurang
masyarakat.
oleh organisasi Kepolisian Negara Republik Indonesia pada salah satu struktur
dikenal sebagai Dinas Provos atau Satuan Provos Polri yang organisasinya
masih bersatu dengan TNI / Militer sebagai ABRI, dimana Provost Polri
merupakan satuan fungsi pembinaan dari Polisi Organisasi Militer / POM atau
istilah Polisi Militer / PM. Propam adalah salah satu wadah organisasi Polri
54
Propam Polri sebagai salah satu unsur pelaksana staf khusus Polri di tingkat
Markas Besar yang berada di bawah Kapolri dan Bidang Profesi dan
pada Kapolda.
a. Kepala Bidang Profesi dan Pengamanan Polda (Kabid Propam) : Kabid Propam
d. Sub Bidang Registrasi dan Penelitian Perkara Disiplin dan / atau Kode Etik
penerimaan pengaduan keberatan dari anggota dan PNS Polri, registrasi dan
penelitian terhadap perkara disiplin dan / atau kode etik profesi, dan penetapan
55
e. Sub Bidang Pengamanan Internal (Subbidpaminal) : Subbidpaminal bertugas
Subbidwabprof bertugas :
lingkungan Polda.
perilaku dan tindakan anggota Polri, pembinaan disiplin dan tata tertib
dan pemuliaan profesi. Seksi Propam dipimpin oleh Kepala Seksi Propam
56
disingkat Kasi Propam yang bertanggung jawab kepada Kapolres dan dalam
Etika berasal dari bahasa yunani kuno Ethos, yang dalam bentuk
tunggal berarti adat - istiadat, akhlak yang baik. Bentuk jamak dari Ethos
adalah Ta etha artinya adat kebiasaan. Dari bentuk jamak ini terbentuklah
istilah etika yang oleh filsuf Yunani Aristoteles sudah dipakai untuk
menunjukan filsafat moral. Berdasarkan asal usul kata ini, maka etika berarti
ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan.41
Kode etik adalah suatu sistem norma atau nilai dan juga aturan
41
Bertens, Etika, (Jakarta :Gramedia Pustaka Utama, 1994), Hlm. 4.
57
profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik
dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi profesional. Kode etik
menyatakan perbuatan apa saja yang benar atau salah, perbuatan apa yang
harus dilakukan dan perbuatan apa yang harus dihindari atau secara
singkatnya definisi kode etik yaitu suatu pola aturan, tata cara, tanda,
pedoman etis ketika melakukan suatu kegiatan atau suatu pekerjaan. Kode etik
Kode etik adalah norma atau asas yang diterima oleh suatu kelompok
ditempat kerja. Sistem norma atau asas tersebut dibuat secara tertulis dan
secara tegas menyatakan apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang harus
Sedangkan Kode Etik Profesi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan
oleh para anggota profesi itu sendiri dan mengikat mereka dalam praktik.
Kode etik profesi berisi nilai - nilai etis yang ditetapkan sebagai sarana
profesinya. Jadi, nilai - nilai yang terkandung dalam kode etik profesi adalah
42
Satjipto Rahardjo, (dalam Sitorus), Mengkaji Kembali Peran Dan Fungi Polri Dalam Era
Reformasi, Jakarta, Makalah Seminar Nasional, 2003, Hlm. .27-28.
58
nilai - nilai etis. Kode etik profesi lahir dari dalam lembaga atau organisasi
profesi itu sendiri yang kemudian mengikat secara moral bagi seluruh anggota
yang tergabung dalam organisasi profesi tersebut, oleh karena itu antara
kode etik profesi yang berbeda - beda, baik unsur normanya maupun ruang
tugas sesuai tujuan, peranan, fungsi, wewenang dan tanggung jawab dimana
mereka bertugas dan semua itu demi untuk masyarkat. Persoalan - persoalan
semata - mata menurut naluri atau dorongan hati, tetapi bertujuan dan bercita -
43
Wik Djatmika, Etika Kepolisian (dalam komunitas spesifik Polri) , Jurnal Studi Kepolisian,
STIK-PTIK, Edisi 075, Hlm. 18.
59
tugas sesuai dengan peraturan perundang - undangan yang berlaku di
lingkungannya. Oleh karena itu, kode etik profesi memliki peranan penting
dalam mewujudkan polisi yang profesional. Dari pengertian kode etik profesi
- hari. Profesi Kepolisian mempunyai kode etik yang berlaku bagi polisi dan
pemegang fungsi kepolisian. Kode etik bagi profesi kepolisian tidak hanya
sehingga kode etik profesi polri berlaku mengikat bagi setiap anggota Polri44.
Dari penjelasan di atas, kode etik juga dapat berfungsi sebagai alat
masyarakat. Wujud kode etik polri tersebut sangat erat kaitannya dengan tugas
hubungan antara masyarakat dan Kepolisian harus berjalan dengan erat dan
baik, karena akan mustahil, kode etik polri terwujud apabila masyarakat tidak
60
etik Kepolisian harus memahami prinsip - prinsip etika profesi luhur
Kepolisian.
kepolisian yang benar, baik dan kokoh, akan merupakan sarana untuk :
masyarakat.
a) Menerapkan nilai - nilai Tribrata dan Catur Prasetya dalam pelaksanaan tugas
61
d) Menerapkan standar profesi Polri dalam pelaksanaan tugas Polri.
- nilai dasar yang terkandung dalam Tribrata dan dilandasi oleh nilai - nilai
luhur Pancasila45.
3 (tiga) proses persidangan, yaitu Sidang Disiplin dan Sidang Kode Etik serta
Negara Republik Indonesia tidak disebutkan secara jelas proses manakah yang
“ultimatum remidium”, dan badan disiplin sebagai proses hukum yang utama.
45
Sumaryono, Etika Profesi Hukum, Norma-Norma Bagi Penegak Hukum, (Kanisius,
Yogyakarta : 1975). Hlm. 12.
62
menyelesaikan pelanggaran disiplin. Hukum Pidana Dalam Undang - Undang
4. Prosedural Kepolisian
Menurut Tanti Yuniar “Prosedur adalah tata cara kerja atau cara
saling berkaitan, Prosedur pada dasarnya adalah suatu susunan yang teratur
dari kegiatan yang berhubungan satu sama lainnya dan prosedur - prosedur
organisasi”.47
saling berhubungan yang merupakan urutan - urutan menurut waktu dan tata
46
Tanti Yuniar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Agung MediaMulia. 2000. Hlm. 493.
47
Pius A Portanto, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya :Arkola,. 1999. Hlm.639.
63
cara tertentu untuk melaksanakan suatu pekerjaan yang dilaksanakan berulang
- ulang”.48
yang dimaksud dengan prosedur adalah suatu tata cara kerja atau kegiatan
untuk menyelesaikan pekerjaan dengan urutan waktu dan memiliki pola kerja
yang tetap yang telah ditentukan. Prosedur adalah rangkaian metode yang
telah menjadi pola tetap atau prosedur juga dapat diartikan sebagai
serangkaian dari tahapan - tahapan atau urutan - urutan dari langkah - langkah
secara berulang.
yang teratur dan mengikuti pola tetap, berdasarkan pada urutan - urutan
menurut waktu dan tata cara aturan yang telah ditetapkan dalam peraturan -
pekerjaan dan tata cara kerja yang telah ditentukan dalam pelaksanaan tugas
48
Bambang Marhiyanto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya:Media Centre, 1999.
Hlm. 493.
64
cara bertindak personel sebagaimana tahapan tindakan yang sudah digariskan
yang dilakukan oleh personel benar - benar bisa efektif, efisien, dan bisa
dipertanggung jawabkan.
Standar kinerja ini sekaligus dapat digunakan untuk menilai kinerja secara
internal maupun eksternal. Standar internal yang bersifat prosedural ini yang
SOP menjadi relevan karena sebagai tolak ukur dalam menilai efektivitas dan
menuju pada suatu proses yang dikehendaki. Dilihat dari fungsinya, SOP
berfungsi membentuk sistem kerja dan aliran kerja yang teratur, sistematis,
yang sistematik, dan menetapkan hubungan timbal balik antar Satuan Kerja.
65
(sistem, mekanisme dan tata kerja internal) yang diperlukan dalam
66
BAB IV
mempedomani tata cara dan melihat tindak pidana tersebut secara komprehensif
dari segala sisi yang mana harus membedakan proses penyidikannya dengan
orang dewasa sebagaimana yang diatur dalam undang - undang sistem peradilan
tentunya berbeda dengan orang dewasa sebagai pelakunya dan hal tersebut akan
pengaruh kuat yang mendatangkan akibat, baik akibat positif maupun akibat
negatif. Pengaruh sendiri adalah suatu keadaan dimana ada hubungan timbal balik
atau hubungan sebab akibat antara apa yang mempengaruhi dengan apa yang
yang melakukan tindak pidana tersebut, aparat penegak hukum yang terlibat
dalam perkara tersebut, bahkan hukum acara dalam proses penyidikan tindak
pidana tersebut.49
49
Hasil wawancara dengan Bapak AKP Teddy Ardian ,SH, S.IK selaku Kasat Reskrim Polres
Pelalawan, di kantornya 6 Januari 2020. Pukul 09.00 Wib.
67
Hal itu terlihat dari perkara yang telah ditangani oleh Unit PPA Sat
mendapatkan vonis hukuman pidana penjara dari hakim, menunjukkan bahwa hal
tersebut tidak sesuai dengan amanat yang ada terkait berkejanya hukum
khususnya bagi anak dalam Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2012 dan
bukanlah penegakan hukum yang sesuai bagi anak yang melakukan tindak pidana.
Oleh karena itu, penyidikan terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana harus
Penyidikan terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana oleh Unit PPA Sat
umur proses penyidikan yang dilakukan oleh penyidik Unit PPA sesuai dengan
Undang - Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, Peraturan
50
Hasil wawancara dengan Bapak Kanit IV (PPA) : IPDA Tommy Vara Berlin, S.Tr.K, di
Kantornya Tgl 6 Januari 2020, Pukul 13.00 Wib
68
hukum acara pidana anak sebagaimana yang ada dan tertuang di dalam Undang -
Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak dan
Diversi dan Penanganan Anak yang Belum Berumur 12 (Dua Belas) Tahun.
Artinya, bahwa penyidik Unit PPA Sat Reskrim Polres Pelalawan kurang
tindak pidana hanya dengan mendasari aturan lama yang ada dan belum
menerapkan aturan hukum yang baru serta mengatur khusus terkait penanganan
Hal ini dapat dilihat dari data kasus tindak Pidana anak tahun 2019 dan
Tabel 4.1
2. 2020 10 20
mengakibatkan salah tangkap. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian peneliti
yang observasi dilapangan bahwa dari data 77 kasus anak itu dalam tiga tahun
terakhir ditemukan ada pelanggaran SOP penyidikan pada tahun 2018 yang
dilakukan salah satu personel yang ada di Langgam antara lain tidak menerima
51
Hasil wawancara dengan Bapak Kasipropam : IPTU Rony Makasuci, di Kantornya Tgl 26 Mei
2020, Pukul 13.00 Wib
69
mendapatkan teguran tertulis. Ada lagi di tahun 2019 personel Polsek Sei Kijang
akhirnya menyebabkan salah tangkap terhadap pelaku akibat dari tempat lokasi
perkaranya dan keterangan para saksi tidak sesuai dengan yang ditemukan di
lapangan di Polsek Sei Kijang dan lainnya akibat dalam melakukan penyidikan
Oleh karena itu, dapat dikatakan penyidikan terhadap anak sebagai pelaku
tindak pidana oleh Unit PPA Sat Reskrim Polres Pelalawan masih konvensional
amanat Undang - Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana
Pelaksanaan Diversi dan Penanganan Anak yang Belum Berumur 12 (Dua Belas)
2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak dan Pasal 67 dalam Peraturan
Penanganan Anak yang Belum Berumur 12 (Dua Belas) Tahun bahwa “dalam hal
anak yang belum berumur 12 (dua belas) tahun melakukan atau diduga melakukan
70
mengambil keputusan untuk : menyerahkannya kembali kepada orang tua / wali;
bidang kesejahteraan sosial, baik ditingkat pusat maupun daerah, untuk waktu
Berdasarkan kondisi fakta dan aturan yang ada tersebut, maka dapat
cenderung tidak berbasis keadilan restoratif baik secara internal maupun eksternal,
penyidik Unit PPA Sat Reskrim dan faktor eksternal adalah faktor yang
a. Faktor Internal
yang baru tentang penanganan hukum terhadap anak dalam hal ini
54
Hasil wawancara dengan Bapak Kanit IV (PPA) : IPDA Tommy Vara Berlin, S.Tr.K, di
Kantornya Tgl 6 Januari 2020, Pukul 13.00 Wib
71
Belas) Tahun, karena tidak ada sosialisasi atau pemberitahuan tentang
baru tentang penanganan perkara anak sebagai pelaku tindak pidana dalam
Belas) Tahun.
undang sistem peradilan pidana anak belum ada, karena aturan yang ada
Pidana
fungsi reskrim yang ada di sub bagian latihan bagian sumber daya manusia
polres Pelalawan tidak masuk dan diatur secara khusus dalam program
tersebut.
72
3) Dari sisi budaya, penyidik unit PPA belum mampu memberikan kemudahan
beranggapan penanganan anak tersebut adalah hal yang sama dan biasa seperti
b. Faktor Eksternal
1) Dari sisi keluarga korban, menuntut dan meminta kepada penyidik unit
berlaku dalam hal ini menjalankan sistem peradilan pidana, karena rasa
2) Dari sisi instansi dan masyarakat sekitar, keaktifan dari instansi samping
3) Dari sisi budaya, orang tua masih kurang memberikan pengawasan kepada
bekerja ke luar negeri sebagai tenaga kerja Indonesia dan menitipkan anak
tersebut untuk di asuh oleh orang lain seperti kakek dan neneknya yang
hukum yaitu pertama, hukum sebagai suatu sistem dimana pedoman penegakan
73
hukum didasarkan pada grundnorm dalam suatu sistem nilai dan sebagai bagian
dari masyarakat yang tidak dapat dipisahkan sehingga nilai - nilai tersebut
tertuang dalam pasal - pasal diundang - undang sistem peradilan pidana anak
belum di indahkan dan di terapkan secara optimal karena kurang pemahaman atau
informasi terbaru terkait sistem peradilan pidana anak, yang mana hal tersebut
Kedua, persoalan penyidik unit PPA tentang fungsi hukum kaitannya dengan
pengaruh budaya hukum, dimana saat ini hukum tidak cukup hanya berfungsi
menggerakkan masyarakat agar bertingkah laku sesuai dengan pola baru demi
tercapainya tujuan yang dicita - citakan. Oleh karena itu, penerapan hukum yang
demikian bagi anak yang melakukan tindak pidana oleh penyidik unit PPA belum
dapat memaksimalkan fungsi hukum yang ada dan anak sebagai generasi penerus
bangsa tidak akan dapat mencapai tujuannya dengan baik karena diberikan ajaran
Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Ketiga,
hukum yang erat kaitannya dengan sikap para pelaksana hukum dalam hal ini
penyidik unit PPA untuk bertindak sesuai dengan ketentuan hukum dan berfungsi
laku anggota masyarakatnya. Sehingga, unit PPA selain dari pada melaksanakan
penyidikan terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana juga harus mampu
baik kepada masyarakat maupun pelaksana hukum itu sendiri, namun ketika
74
penyidik unit PPA tidak mengikuti perkembangan hukum terkait penanganan
anak sebagai pelaku tindak pidana tersebut, maka dapat terjadi dampak yang
kurang baik seperti penyidik unit PPA yang kurang mengikuti perkembangan
aturan sistem peradilan pidana anak sehingga dalam penyidikan perkara anak di
bawah umur 12 (dua belas) tahun sebagai pelaku tindak pidana. Untuk anak
sebagai pelaku tersebut harus menerima hukuman penjara di penjara anak dan
belum maksimal dalam menjadi penghubung yang baik antara aturan hukum yang
Proses hukum terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana tidak hanya
berimplikasi kepada anak yang melakukan tindak pidana tersebut, tetapi juga
terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana dapat berimplikasi kepada anak,
aparat penegak hukum yang terlibat dalam perkara, dan hukum acara itu sendiri:.56
perkara anak sebagai pelaku tindak pidana dapat berupa sanksi pidana penjara
55
Hasil wawancara dengan Penyidik Unit IV (PPA) : BRIPKA Adek Furwanto, di Kantornya Tgl
7 Mei 2020, Pukul 16.00 Wib
56
Hasil wawancara dengan Bapak AKP Teddy Ardian ,SH, S.IK selaku Kasat Reskrim Polres
Pelalawan, di kantornya 6 Januari 2020. Pukul 09.00 Wib.
75
jika penanganannya tidak sesuai dengan hukum acara dalam sistem peradilan
pidana anak.
c. Dampak terhadap hukum acara terkait proses penanganan anak sebagai pelaku
tindak pidana khususnya dalam penyidikan yaitu tata cara penyidikan yang
diatur dalam undang - undang sistem peradilan pidana anak tidak terlaksana
secara optimal, sehingga tata cara yang ada dalam aturan kepolisian saat ini
Pidana perlu dilakukan penyesuaian dan dirubah dengan memasukkan tata cara
Anak yang Belum Berumur 12 (Dua Belas) Tahun, yang mengedepankan keadilan
Bahwa penyidikan terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana yang ada di
lingkungan kepolisian saat ini sudah tidak sesuai atau kurang relevan dan perlu
57
Hasil wawancara dengan Bapak AKP Teddy Ardian ,SH, S.IK selaku Kasat Reskrim Polres
Pelalawan, di kantornya 6 Januari 2020. Pukul 09.00 Wib.
76
dilakukan konsep baru penyidikan terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana
tersebut, dimana hal tersebut didorong oleh beberapa alasan, antara lain :
yang Belum Berumur 12 (Dua Belas) Tahun karena tata cara yang diatur
b. Saat ini, sudah sangat memungkinkan anak melakukan tindak pidana karena
mudahnya akses internet dalam hal pornografi yang secara tidak sadar ditiru
anak sebagai pelaku tindak pidana dalam bentuk apapun oleh aparat penegak
58
Hasil wawancara dengan Bapak Kanit IV (PPA) : IPDA Tommy Vara Berlin, S.Tr.K, di
Kantornya Tgl 6 Januari 2020, Pukul 13.00 Wib
59
Hasil Wawancara dengan Bapak Karmin sebagai orang tua pelaku tindak pidana Anak di
Rumahnya Tgl 7 Mei 2020, Pukul 09.00 Wib
77
restoratif bagi anak yang berhadapan dengan hukum khususnya anak yang
konsep baru penanganan tindak pidana pelecehan seksual terhadap pelaku anak.
Dalam penelitian ini, peneliti mengusulkan konsep baru penyidikan terhadap anak
Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak yaitu melalui sistem
a) Hambatan Internal
sektoral;
60
Hasil wawancara dengan Bapak Kanit IV (PPA) : IPDA Tommy Vara Berlin, S.Tr.K, di
Kantornya Tgl 6 Januari 2020, Pukul 13.00 Wib
61
Hasil wawancara dengan Bapak Kanit IV (PPA) : IPDA Tommy Vara Berlin, S.Tr.K, di
Kantornya Tgl 6 Januari 2020, Pukul 13.00 Wib
62
Hasil Wawancara dengan Bapak Sanusi sebagai orang tua pelaku tindak pidana Anak di
Rumahnya Tgl 7 Mei 2020, Pukul 09.00 Wib
63
Hasil wawancara dengan Bapak Kanit IV (PPA) : IPDA Tommy Vara Berlin, S.Tr.K, di
Kantornya Tgl 6 Januari 2020, Pukul 13.00 Wib
78
5. Belum ada persamaan persepsi antar aparat penegak hukum mengenai
bagi anak; 64
b) Hambatan Eksternal
cara diversi; 66
Diversi; 67
peradilan pidana anak dan merupakan pihak pertama yang berwenang menentukan
posisi seorang anak yang bermasalah dengan hukum. Dapat diketahui bahwa
pidana penegak hukum dalam hal ini kepolisian khususnya Polres Pelalawan
64
Hasil wawancara dengan Bapak Kanit IV (PPA) : IPDA Tommy Vara Berlin, S.Tr.K, di
Kantornya Tgl 6 Januari 2020, Pukul 13.00 Wib
65
Hasil wawancara dengan Bapak Kanit IV (PPA) : IPDA Tommy Vara Berlin, S.Tr.K, di
Kantornya Tgl 6 Januari 2020, Pukul 13.00 Wib
66
Hasil Wawancara dengan Bapak Santo sebagai orang tua pelaku tindak pidana Anak di
Rumahnya Tgl 7 Mei 2020, Pukul 14.00 Wib
67
Hasil wawancara dengan Bapak Kanit IV (PPA) : IPDA Tommy Vara Berlin, S.Tr.K, di
Kantornya Tgl 6 Januari 2020, Pukul 13.00 Wib
68
Hasil Wawancara dengan Bapak Baudiman sebagai orang tua pelaku tindak pidana Anak di
Rumahnya Tgl 8 Mei 2020, Pukul 09.00 Wib
79
C. Upaya yang Dilakukan untuk Mengatasi Hambatan yang Ditemukan
pidana terhadapnya akan dilakukan penyelidikan oleh pihak kepolisian bila ada
dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang - undang ini untuk mencari
serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak
persidangan, tetapi proses peradilan pidana bagi anak yang berhadapan dengan
kondisi psikologis anak yang belum memadai dan perlu mendapat perlindungan
dari pemerintah.
pidana (sarana penal), tetapi keduanya dapat dilakukan secara berurutan, yaitu
tersebut gagal maka akan diberlakukan sistem peradilan pidana bagi anak. Secara
80
dapat berdampak buruk bagi anak, terutama pemberian “stigma jahat” pada anak
luar LAPAS, bahkan pengulangan tindak pidana yang lebih serius akibatnya.
Salah satu penyebabnya adalah adanya kontak langsung dengan penegak hukum
pendidikan, dan penologi selalu mencari jalan terbaik bagi anak, korban, dan
suatu ide dan gerakan yang mengedepankan keadilan dalam perspektif pelaku dan
satu upaya menjauhkan anak dari sistem peradilan pidana yang tidak perlu.
pidana. Pendekatan tersebut bukan hanya pada anak, melainkan juga pada orang
secara formal terhadap anak yang berhadapan dengan hukum namun secara
81
hambatan tersebut menjadi tolak ukur keberhasilan Polres Pelalawan dalam
Lainnya
Kesepakatan Diversi
mengajarkan anak untuk taat hukum sejak dini juga perlu dilakukan oleh orang
tua dan pendidik di sekolah. Hukum juga harus memberikan ruang bagi anak
itu diharapkan generasi muda di masa datang lebih bisa mentaati hukum yang
berlaku. Implementasi diversi dalam sistem peradilan pidana anak dapat dijadikan
wahana untuk mendidik anak yang sudah terlanjur melakukan kejahatan atau
BAB V
69
Hasil wawancara dengan Bapak Kanit IV (PPA) : IPDA Tommy Vara Berlin, S.Tr.K, di
Kantornya Tgl 6 Januari 2020, Pukul 13.00 Wib
70
Hasil Wawancara dengan Bapak Budi sebagai orang tua pelaku tindak pidana Anak di
Rumahnya Tgl 07 Mei 2020, Pukul 09.00 Wib
82
PENUTUP
A. Kesimpulan
hukum polres pelalawan sudah berjalan dengan baik tapi belum maksimal
dengan lainnya, atau dengan kata lainnya kurang kerja sama antara pihak
yang Lainnya.
83
B. Saran
1. Sistem peradilan pidana anak ini diharapkan dapat memberikan upaya atau
hukum.
3. Para petugas hukum (secara formal) yang mencakup polisi, jaksa, hakim,
84
DAFTAR PUSTAKA
Buku-buku
Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis),
Andi Sofyan dan Nur Azisa, Hukum Pidana, Makassar: Pustaka Pena Press, 2016.
Pekanbaru, 2012.
(Jakarta:PTIK, 2014).
85
Mohammad Taufik Makarao dkk, Hukum Perlindungan Anak dan Penghapusan
1983.
UI Press, 1994).
1983),
Tri Andrisman, Hukum Pidana, Asas-Asas dan Dasar Aturan Umum Hukum
2000),
W.Friedman, Teori dan Filsafat Hukum Dalam Buku Telaah Kritis Atas Teori-
86
WJS. Poerwadarmita., Kamus Besar Bahasa Indoensia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1989),
Perundang-undangan
87