Anda di halaman 1dari 11

UJIAN TENGAH SEMESTER

MANAJEMEN BANGUNAN PEMASYARAKATAN

Dibuat Oleh:

Nama : Lisa Apriana

STB : 3693

Kelas : Manajemen Pemasyarakatan B

POLITEKNIK ILMU PEMASYARAKATAN


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA HUKUM DAN HAM
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI
2021
1. Bangunan Lembaga Pemasyarakatan/Rumah Tahanan Negara merupakan bagian dari unsur
manajemen dalam pencapaian tujuan dari proses pemasyarakatan. Bagaimana hubungan
antara manajemen bangunan, bangunan Lapas/Rutan dengan tujuan Pemasyarakatan.
Jelaskan!
Manajemen bangunan merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana melaksanakan
perencanaan, pengkoordinasian, perorganisasian dan pengontrolan pada suatu bangunan,
contohnya yaitu bangunan UPT Pemasyarakatan seperti bangunan Lapas/Rutan. Diharapkan
manajemen bangunan pemasyarakatan ini memiliki pengaruh mulai dari perencanaan,
pengelolaan serta perawatan dari bangunan pemasyarakatan untuk kedepannya. Dengan
adanya manajemen bangunan yang baik pada Lapas/Rutan maka akan memudahkan dalam
mencapai suatu tujuan pemasyarakatan. Karena dengan manajemen bangunan yang sudah
baik serta sarana dan prasana yang mendukung di dalam Lapas/Rutan akan membuat proses
pembinaan serta perawatan Warga Binaan Pemasyarakatan akan berjalan dengan maksimal.
Proses pembinaan tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem
Pemasyarakatan. Sistem pemasyarakatan diselenggarakan dalam rangka membentuk Warga
Binaan Pemasyarakatan agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahan,
memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh
lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara
wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab. Standar bangunan Lapas/Rutan
harus memiliki ciri khusus tersendiri. Harus memenuhi standar keamanan dan kenyamanan.
Standar keamanan tentunya agar segala sistem Pemasyarakatan yang dilaksanakan di dalam
Lapas/Rutan dapat berjalan dengan baik. Tidak ada lagi peredaran narkotika, handphone di
dalam Lapas/Rutan, tidak ada peristiwa kaburnya sejumlah Warga Binaan Pemasyarakatan
dikarenakan menjebol fasilitas Lapas/Rutan. Untuk standar kenyamanan tentunya agar
proses pembinaan bagi Warga Binaan Pemasyarakatan dapat berjalan dengan baik, tidak ada
lagi over capacity atau kelebihan kapasitas, sehingga tidak ada Warga Binaan
Pemasyarakatan yang tidur bergelantungan menggunakan sehelai kain di langit–langit sel
untuk mereka beristirahat.
2. Hal-hal apa saja yang mempengaruhi persyaratan pelayanan dan tata ruang dalam
perencanaan teknis bangunan UPT Pemasyarakatan. Jelaskan!
Persyaratan pelayanan dan tata ruang ini meliputi :
 Akomodasi Tahanan
Akomodasi Tahanan terbagi menjadi 5 komponen, yaitu :
a. Unit Blok Hunian
Dari unit blok hunian ini dapat dilihat beberapa pertimbangan, antara lain :
1) Pertimbangan operasional :
Blok Hunian berisi sel dan asrama untuk tidur dan halaman untuk
memberikan akses sinar matahari dan udara segar. Tahanan mungkin juga
makan dan mencuci pakaian di area ini. Jumlah tahanan yang tinggal di dalam
blok sel harus dikelola dengan hati-hati tetapi angka pastinya akan tergantung
tentang sifat
akomodasi di blok hunian, profil risiko narapidana, dan faktor lainnya..Blok
hunian ini terbagi menjadi blok hunian tipe 3, 5, 7 dan tipe barak. Masing-
masing dari tipe tersebut, terdapat maksud dan fungsinya. Semakin sedikit warga
binaan di kamar hunian, hal tersebut sangat berpengaruh pada asesmen, sehingga
sangat memungkinkan orang-orang yang terindetifikasi maalah keamanan itu
akan ditempatkan di hunian dengan kapasitas yang semakin banyak di setiap
kamarnya.
2) Pertimbangan Keamanan
Fitur berfungsi untuk untuk mencegah pelarian, mengamati tahanan dan
mengontrol pergerakan mereka. Gerbang dan pintu yang kokoh ditambah dengan
sistem penguncian merupakan elemen penting dalam mencegah narapidana
melarikan diri. Pemilihan material untuk dinding, lantai dan langit-langit, agar
tidak ada penerobosan atau penerobosan ke area lain di penjara. Jendela perlu
terbuat dari bahan yang sulit di gergaji. Jendela yang dirancang khusus dengan
fitur keamanan bisa menjadi mahal tetapi menawarkan keamanan yang lebih
baik. Jika tingkat teknologi penjara memungkinkan CCTV dapat digunakan.
Namun ketergantungan yang berlebihan pada CCTV dapat membuat staf enggan
berpatroli di blok sel dan berinteraksi dengan tahanan dalam proses pembinaan
yang dinamis. Sistem CCTV yang dapat direkam dapat sangat berguna selama
investigasi pelanggaran keamanan, tuduhan pelecehan, dan untuk digunakan
sebagai bukti dalam kasus disipliner,dll. Tahanan/staf mungkin tidak senang jika
ada sistem CCTV dan mungkin mencoba menyabotase itu. Karena itu, sistem
CCTV harus kuat dan fungsional dalam lingkungan seperti itu dan tidak boleh
diakses oleh tahanan /staf tidak resmi.
3) Pertimbangan Desain
Semua konstruksi baru yang menggunakan jendela sel atau asrama atau kisi
ventilasi harus memastikannya luas ventilasi sama dengan atau melebihi 4% dari
luas lantai bersih ruangan. Di lokasi dengan jumlah penderita TBC yang banyak,
diperlukan peningkatan laju aliran udara dari ventilasi. Peraturan Mandela
mewajibkan para narapidana memiliki penerangan yang memadai di tempat
mereka tinggal atau bekerja. Pencahayaan alami dalam sel, asrama atau ruang
aktivitas siang hari harus setidaknya 8% dari luas lantai bersih ruangan. Sel
gelap tidak boleh dimasukkan ke dalam desain penjara.

b. Fasilitas Blok Hunian


1. Ruang Terbuka
Selain akomodasi tidur yang layak, narapidana memerlukan fasilitas blok
yang memadai yang menjamin kesehatan dan kesejahteraan mereka. Peraturan
Mandela membutuhkan minimal satu jam akses harian ke ruang terbuka.
Narapidana harus memiliki akses ke ruang luar yang terkendali, terpisah dari
pelanggar lain, dan dengan luas minimal 4m² per orang, berdasarkan ekspektasi
yang wajar akan ruang yang diperlukan untuk kegiatan gerak dan rekreasi. Tata
letak fasilitas harus memastikan, semua narapidana memiliki akses ke ruang luar,
ruang tertutup, atau fasilitas internal.
2. Instalasi Sanitasi dan Mandi
Instalasi sanitasi dan kamar mandi Menyediakan fasilitas dan bahan yang
memadai untuk memastikan bahwa para narapidana dapat menjaga kebersihan
pribadinya sangat penting untuk pemenuhan standar internasional. Para
narapidana harus diberi persediaan air bersih dan saluran pembuangan di sel dan
asrama untuk mengizinkan pemeliharaan kebersihan pribadi. Dalam keadaan di
mana hal ini tidak mungkin atau dapat dilakukan, kebutuhan higienis narapidana
harus disediakan dengan cara lain, seperti ember pribadi. Komponen penting
dalam fasilitas blok yang harus diperhatikan adalah : toilet, fasilitas mandi, area
berangin-angin, ruang kumpul bersama, fasilitas toilet dan mandi untuk
disabilitas, fasilitas telpon dan ruang serbaguna lainnya.

c. Dukungan Blok Hunian


Untuk beroperasi secara efisien dan efektif, setiap blok sel juga membutuhkan
fungsi pendukung tertentu. Ini termasuk ruang untuk pelayanan dan pemeliharaan
infrastruktur listrik dan mekanik, pemeliharaan kondisi sanitasi blok hunian,
langkah-langkah keamanan, dan aspek lain.

d. Ruang Isolasi
Sel isolasi dalam jumlah terbatas harus cukup untuk keadaan luar biasa yang
mengharuskan penggunaannya: selain larangan mutlak pada sel isolasi gelap, jumlah
sel isolasi harus dibatasi hingga sekitar dua persen dari jumlah tempat tidur yang
terdapat di penjara. Semua aspek minimum lain dari akomodasi sel berlaku, termasuk
spesifikasi untuk ruang, pencahayaan dan ventilasi, pemanasan dan pendinginan.
Lokasi sel isolasi merupakan pertimbangan utama dalam perencanaan penjara.

e. Unit Dukungan Ibu dan Bayi


Beberapa wanita mungkin melahirkan anak saat menjalani hukuman
penjara.Dalam kasus kelahiran seperti itu, atau ibu yang ditahan dan memiliki anak
yang masih sangat kecil, keduanya ibu dan anak dapat diakomodasi di Unit Khusus
Ibu dan Bayi (MBU). CSaat merencanakan dan merancang Unit Ibu dan Bayi di
Lapas, maka penting untuk menciptakan hal positif pada ruang, dengan
mempertimbangkan hubungan orang tua/anak, kesejahteraan keduanya, dan
perkembangan umum dari anak

 Fasilitas Tahanan
Terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu : kunjungan, pendidikan, BLK, fasilitas
kesehatan, Makan dan minum, rekreasi dan fasilitas lainnya.
1. Kunjungan
Kunjungan terbagi 2, kunjungan kantor dan kunjungan keluarga tahanan. Komponen
yang perlu diperhatikan : area penerimaan kunjungan, area tunggu pengunjung, toilet
pengunjung, area kunjungan terbuka dan tertutup, area pengawasan petugas.
2. Pendidikan
Komponen yang perlu diperhatikan : ruang kelas, toilet, gudang, ruang petugas, toilet
petugas, area istirahat, lab. Komputer, perpustakaan, stasiun radio.
3. BLK
Komponen yang mempengaruhi, antara lain : workshop dan gudang, toilet, area
petugas, toilet petugas, manajemen limbah, area tanam.
4. Fasilitas Kesehatan dan Kebersihan
Komponen yang mempengaruhi, antara lain : ruang tunggu dan ruang konsultasi,
ruang staf/ruang perawat, poliklinik, fasilitas mandi dan toilet, klinik gigi, gudang
obat, area terbuka, area cuci, area isolasi, ruang melahirkan, fasilitas gangguan
mental,gudang, ruang jenazah, laundry, area potong rambut.
5. Makan dan Minum
Komponen yang mempengaruhi, antara lain : area pengiriman, area persiapan, area
masak, area limbah, area cuci, area gudang, area petugas, toilet, ruang ganti, area
makan.
6. Area Rekreasi dan Fasilitas lainnya
Komponen yang mempengaruhi, antara lain : area kebugaran, gudang, halaman
indoor dan outdoor, toilet, area mandi, area petugas, toilet petugas, tempat ibadah,
ruang serbaguna, ruang konseling, dll.
 Dukungan Penjara
 Keamanan
Komponen yang mempengaruhi antara lain : pagar-pagar atau dinding pengamanan,
menara pengawas, lampu pengamanan, akses pejalan kaki, akses kendaraan, pintu
gerbang, area penerimaan, kantor petugas, toilet, fasilitas mandi, loker penyimpanan,
gudang, ruang interview, pantry, kontrol room, ruang keamanan, gudang senjata,
ruang IT.

 Staff
Komponen yang mempengaruhi antara lain : rumah dinas ka. UPT, rumah dinas
staff, ruang serbaguna lainnya.
 Infrastruktur Lain
Komponen yang mempengaruhi, antara lain : Penyimpanan air (water tank),
pengolahan air, septictank, pengolahan limbah, ruang electrical, ruang genset, ruang
IT, ruang pemeliharaan, pelatihan, gudang, gudang BBM, gudang gas, ruang arsip,
dapur, toilet.

3. Sejauhmana perencanaan induk mempengaruhi pembangunan UPT Pemasyarakatan? Hal-


hal apa saja yang harus dipertimbangkan dalam membuat rencana induk?

 Perencanaan induk melibatkan pemahaman menyeluruh tentang tata letak fasilitas dan
rencana pengembangannya.
 Perbaikan penjara perlu mempertimbangan implikasi terhadap operasional penjara.
 Sejauh mungkin, desain semua penjara dan perbaikan harus direncanakan sejak awal,
termasuk semua tahap konstruksi.
 Tata letak, tingkat keamanan, ketersediaan infratruktur, kendala lapangan, kemungkinan
pengembangan, penggunaan teknologi dan elemen lain dari profil penjara harus dipahami
secara menyeluruh agar perencanaan induk menjadi berhasil.
 Perencanaan tanggap darurat dan jangka pendek juga harus difokuskan dengan
pertimbangan yang baik.
1. Pertimbangan Lahan
Lokasi fasilitas penjara memiliki konsekuensi yang luas terhadap desain dan
perencanaan infrastrukturnya. Secara khusus, terdapat implikasi yang signifikan terhadap
ketersediaan layanan infrastruktur seperti air, listrik, dan sanitasi, dan akses ke perawatan
medis, pemadaman kebakaran dan layanan penting lainnya. Demikian juga kemungkinan
bahaya alam seperti gempa bumi, banjir, atau badai besar atau hujan salju perlu
dipertimbangkan untuk memastikannya ketahanan infrastruktur. Aspek penting lainnya
termasuk akses ke peluang rehabilitasi, konektivitas fasilitas ke bagian lain dari sistem
peradilan pidana, aksesibilitas bagi pengunjung, ketersediaan infrastruktur transportasi,
dan logistik untuk pengadaan persediaan, hanyalah beberapa di antaranya. Tanpa akses
ke layanan penting, dan tidak adanya atau kurangnya staf operasional dan medis,
kesempatan kerja dan rehabilitasi, dan lebih sulit dan mahal pemindahan tahanan dan
pengadaan perbekalan, lokasi terpencil mungkin tidak cocok untuk fasilitas penahanan,
atau sangat mahal. Yang terburuk, desakan pembangunan fasilitas yang mengabaikan hal
di atas Implikasinya akan sering mengakibatkan lingkungan penjara yang tidak
memenuhi norma dan standar internasional untuk pembinaan narapidana. Untuk semua
alasan ini, pemilihan lokasi merupakan pertimbangan penting yang harus ditangani sedini
mungkin dalam tahap perencanaan, untuk meneliti dan mempersiapkan faktor-faktor
pembatas yang mungkin mempengaruhi desain infrastruktur penjara.
2. Perencanaan Lahan
Tata letak umum penjara harus dipertimbangkan sedini mungkin sebagai tingkat
integrasi fasilitas akan menentukan apakah ruang tertentu dapat dibagi antara kelompok
narapidana. Sistem kampus memiliki tingkat fasilitas terintegrasi dan fungsi terendah
sebagai rangkaian operasi, umumnya di lahan yang besar. Akan ada fasilitas bersama
bahkan lebih sedikit daripada di sistem cluster, dan pemisahan antara cluster akan lebih
jelas. Sistem seperti itu lebih disukai untuk kategori narapidana yang harus dipisahkan
secara ketat, seperti penjara dengan pria, wanita, dan remaja tahanan; narapidana dari
tahanan; narapidana umum dari kategori narapidana lain, dll. Sistem cluster memiliki
tingkat fasilitas yang digabungkan erat di beberapa gedung. Dalam sistem ini, kategori
narapidana yang berbeda dapat ditempatkan secara terpisah tetapi berbagi akses (pada
waktu yang berbeda) untuk umum fasilitas seperti dapur pusat, bengkel, gym, dll.
Berdasarkan ukuran bagian komponennya, sistem cluster mungkin lebih mudah dikelola
daripada penjara terintegrasi penuh yang menampung banyak jenis kategori narapidana.
Secara khusus, mungkin tepat untuk menampung, misalnya, populasi penjara yang terdiri
dari semua narapidana pria termasuk dalam berbagai kategori. Sistem terintegrasi
memiliki tingkat fasilitas terintegrasi tertinggi, umumnya dalam satu bangunan di
perkotaan. Dalam sistem ini, penjara sepenuhnya terintegrasi sebagai satu operasi besar,
misalnya, populasi penjara yang seluruhnya terdiri dari pria berisiko tinggi yang ditahan
untuk hukuman jangka panjang.

3. Tahap Desain dan Kontruksi


Ada beberapa lingkungan di mana fasilitas jangka pendek mungkin dibutuhkan
dengan cepat, tanpa kemampuan untuk itu sekaligus memastikan penyediaan fasilitas
yang lengkap. Ini termasuk situasi pascakonflik atau pascabencana, juga lingkungan di
mana pemerintah mungkin membutuhkan bantuan untuk mengendalikan negara secara
efektif. Jika, karena alasan apa pun, semua fasilitas yang diperlukan tidak dapat
diselesaikan sekaligus, tantangan perencanaan induk adalah menyelesaikannya menyusun
pembangunan infrastruktur sedemikian rupa sehingga penjara berfungsi secara efektif di
setiap tahap konstruksi dan dalam transisi antar fase. Setiap fasilitas jangka pendek
setidaknya membutuhkan air, sanitasi, tempat tinggal, persiapan makanan, pagar
pengamanan dan kontrol perimeter, listrik, ventilasi. Jika jangka panjang bangunan akan
bertambah seiring waktu, pertimbangan yang cermat harus diberikan pada tahapan
pembangunan dari fasilitas minimum operasional menjadi operasional penuh Prioritas
ekspansi Transisi dari fasilitas jangka pendek ke permanen dapat dilakukan secara
bertahap dengan cara berikut:
Tahap 1
• Kantor Teknis
• Toilet
• Kamar Mandi
• Blok Hunian
• Dapur
• Tembok Keliling
• Poliklinik
Tahap 2
• Kantor Utama
• Kontrol Room
• Area kunjungan
• Penambahan Blok Hunian
• Pagar Pembatas Area
• Pagar Keliling Dalam dan Luar
Tahap 3
• Rumah Dinas
• Perawatan kesehatan yang lebih lengkap fasilitas
• Ruang pendidikan
• BLK
• Akomodasi lainnya untuk mendukung kegiatan pembinaan (mis. konseling dan ruang
kerja kelompok) Jika fasilitas penjara akan diperluas di masa depan, harus ada
pertimbangan yang memadai tentang pekerjaan yang diperlukan dan ruang yang
dibutuhkan untuk pekerjaan semacam itu. Kendala lahan, konstruksi dan lainnya perlu
dimasukkan ke dalam kegiatan perencanaan. Pertimbangan konstruksi yang cermat harus
diberikan untuk memastikan bahwa fase awal tidak menghalangi akses konstruksi ke fase
selanjutnya. Ini mempertimbangkan dampaknya terhadap keamanan penjara, infrastruktur
layanan seperti air dan sanitasi, serta area kerja kontraktor. Perawatan khusus diperlukan
dalam tata letak air, sanitasi, sistem IT dan komunikasi, dan saluran listrik, untuk
menghindari pemadaman layanan sementara sebanyak mungkin.
4. Isu Kontruksi dan Manajemen Pembangunan Lanjutan
Perbaikan, pengembangan atau perluasan penjara yang ada sangatlah rumit dan dapat
membawa tantangan signifikan terhadap manajemen operasional hariannya. Pengamanan
perlu dilakukan untuk memastikannya keamanan tidak terganggu dan kondisi pembinaan
narapidana tetap berjalan optimal. Jika tidak dirancang dan dikelola dengan tepat,
tindakan ini menghadirkan risiko keamanan yang tinggi. Pengendalian dan pengelolaan
bahan dan peralatan bangunan merupakan aspek penting lainnya dalam menjaga
keamanan di dalam penjara. Sistem harus ada untuk memastikan bahwa alat-alat tersebut
dicatat setiap hari. Kendaraan yang digunakan dalam pekerjaan konstruksi mungkin perlu
didampingi oleh anggota staf penjara untuk mengawasi pergerakan di sekitar penjara.
Kendaraan harus dikunci saat tidak digunakan. Pekerja konstruksi yang akan bekerja di
lokasi penjara yang ada harus diperiksa untuk memastikannya pekerjaan tidak
menimbulkan masalah keamanan. Beberapa sistem penjara tidak mengizinkan mantan
pelanggar untuk bekerja dalam batas penjara untuk jangka waktu tertentu. Otoritas
penjara harus berhak untuk menolak akses individu ke penjara jika diyakini mengancam
keamanan. Staf konstruksi mungkin juga perlu diberikan kartu identitas foto agar
keabsahan masuknya mereka ke penjara dapat diverifikasi. Kesehatan, keselamatan dan
keamanan Pekerja konstruksi harus diberi tahu tentang tanggung jawab mereka dalam
memelihara kesehatan dan keselamatan di seluruh lokasi penjara dan dilengkapi dengan
pakaian pelindung yang memungkinkan mereka untuk menyelesaikannya dengan aman
pekerjaan mereka. Kemungkinan besar personel konstruksi akan membutuhkan bangunan
sementara (bedeng) sebagai kantor, ruang ganti, toilet, kamar mandi dan ruang makan,
untuk menghindari berfungsinya fasilitas penjara yang ada. Implikasinya untuk ruang,
layanan dan persyaratan keamanan adalah faktor utama yang harus dipertimbangkan
selama perencanaan induk
5. Pertimbangan Masterplanning untuk Desain Penjara
Desain penjara mengekspresikan filosofi pemenjaraan dan dapat menjadi alat untuk
rehabilitasi. Selain itu tim pengembangan harus berusaha merancang fasilitas penjara
dengan cara yang memperhatikan kesehatan psikologis narapidana dan menciptakan hal
yang positif dan lingkungan yang memperbaiki mental bagi para narapidana.
Pertimbangannya meliputi: menyediakan ruang yang cukup terang dan berventilasi,
terutama di area kamar hunian. Skema warna yang cerah dan menenangkan dapat
digunakan untuk menciptakan ruang yang positif dan tenang di dalam fasilitas penjara.
Jika tidak akan mengganggu keamanan, jendela juga harus ditempatkan pada ketinggian
tempat tahanan bisa melihat keluar. Tingkat pencahayaan alami yang memadai penting
untuk menjaga kesehatan narapidana dan staf. Bangunan penjara harus dirancang dan
diorientasikan untuk memaksimalkan jumlah cahaya alami yang masuk. Taman dan
ruang terbuka mampu memberikan perubahan psikologis narapidana

Anda mungkin juga menyukai