Anda di halaman 1dari 33

MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT Lampiran III Keputusan Kadispsiad

DINAS PSIKOLOGI Nomor Kep / 2 / III / 2019


Tanggal 4 Maret 2019

PSIKOLOGI KOMUNIKASI

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum

a. Manusia adalah makhluk sosial, sehingga manusia tidak bisa hidup sendiri
dan selalu membutuhkan orang lain. Untuk memenuhi kebutuhannya
tersebut manusia melakukan komunikasi. Komunikasi adalah kontak antar
manusia baik individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan
kelompok dengan kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari, disadari atau
tidak dari sejak lahir manusia tidak akan pernah lepas dari komunikasi, baik
itu komunikasi verbal maupun non verbal.

b. Disiplin ilmu Psikologi yang mencoba menganalisa seluruh komponen yang


terlibat dalam proses komunikasi adalah Psikologi komunikasi. Psikologi
komunikasi adalah ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan, dan
mengendalikan peristiwa mental dan behavioral dalam komunikasi. Psikologi
komunikasi mempunyai makna yang sangat luas, meliputi segala
penyampaian energi, gelombang suara, tanda diantara tempat, sistem atau
organisme. Dalam psikologi kata komunikasi sendiri dipergunakan sebagai
proses, pesan, pengaruh atau secara khusus sebagai pesan pasien dalam
psikoterapi.

c. Dalam rangka meningkatkan kinerja prajurit TNI AD, Perwira Siswa yang
nantinya akan bertugas di satuan, perlu mempelajari ilmu psikologi
komunikasi sehingga dapat menjadi bekal dalam menangani maraknya
permasalahan yang sedang terjadi. Dengan bekal tersebut, setiap Pasis
diharapkan dapat melaksanakan tugas-tugasnya secara baik dan pada
akhirnya mampu mendukung terlaksananya tugas pokok TNI AD.
2. Maksud dan Tujuan

a. Maksud
Naskah Sekolah Sementara ini disusun sebagai pedoman bagi Perwira
Siswa dan Guru Militer dalam proses belajar mengajar.
b. Tujuan
Agar tercapai keseragaman dalam proses belajar mengajar sehingga
dapat berjalan sesuai dengan tujuan pendidikan.

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut


Naskah Hanjar Psikologi Komunikasi ini meliputi Pokok-pokok dalam Psikogi
Komunikasi, yang disusun dengan tata urut sebagai berikut :
a. Pendahuluan.
b. Karakteristik Komunikasi.
c. Komunikasi inter personal.
d. Komunikasi kelompok.
e. Komunikasi massa.
f. Evaluasi.
g. Penutup.

4. Referensi.

a. Matsuri, Ade. (2010). Membangun relasi sosial melalui komunikasi


empatik (perspektif psikologi komunikasi). Dalam jurnal Dakwah dan
Komunikasi. 4 (1), 14-31.

b. Mulyana, Deddy. (2005). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

c. Rakhmat, Jalaludin. (2012). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja


Rosdakarya.
5. Pengertian.

a. Psikologi
Psikologi berasal dari kata psyche yang diartikan dengan jiwa dan
perkataan logos yang diartikan ilmu atau ilmu pengetahuan (science).
Sehingga Psikologi dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan jiwa atau
ilmu jiwa.

b. Komunikasi
Komunikasi berasal dari bahasa Inggris yaitu communication, yang
berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis
yang berarti sama makna. Sehingga komunikasi diartikan sebagai
serangkaian peristiwa sosial yaitu peristiwa yang terjadi ketika manusia
berinteraksi dengan manusia lain.

c. Psikologi Komunikasi.
Psikologi komunikasi adalah ilmu yang berusaha menguraikan,
meramalkan, dan mengendalikan peristiwa mental dan behavioural
dalam komunikasi.

BAB II
PSIKOLOGI KOMUNIKASI

6. Pengertian Komunikasi

Pada awal pembahasan mengenai Psikologi Komunikasi, kiranya perlu


ditegaskan arti dari Komunikasi. Komunikasi berasal dari bahasa Inggris yaitu
communication, yang berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari
kata communis yang berarti sama makna. Menurut Rakhmat (2012) komunikasi
adalah serangkaian peristiwa sosial yaitu peristiwa yang terjadi ketika manusia
berinteraksi dengan manusia lain. Ross (1974) menyatakan bahwa komunikasi
adalah proses transaksional yang meliputi pemisahan, dan pemilihan bersama
lambang secara kognitif, sehingga membantu orang lain untuk mengeluarkan
dari pengalaman sendiri arti atau respon yang sama dengan yang dimaksud
oleh sumber. Dalam ilmu psikologi komunikasi memiliki makna yang luas seperti
penyampaian energi, gelombang suara, tanda diantara tempat, system atau
organisasi.
Dalam kamus psikologi “Dictionary of Behavioral Science” komunikasi
mengandung enam pengertian, yaitu:
a. Penyampaian perubahan energi dari satu tempat ke tempat yang lain
seperti dalam sistem syaraf atau penyampaian gelombang-gelombang
suara.
b. Penyampaian atau penerimaan signal atau pesan oleh organisme.
c. Pesan yang disampaikan.
d. Proses yang dilakukan suatu sistem untuk memengaruhi sistem yang lain
melalui pengaturan signal-signal yang disampaiakan.
e. Pengaruh suatu wilayah persona pada wilayah persona yang lain
sehingga perubahan dalam suatu wilayah menimbulkan perubahan yang
berkaitan pada wilayah lain.
f. Pesan pasien kepada pemberi terapi dalam psikoterapi.

Sedangkan yang dimaksud dengan psikologi komunikasi adalah ilmu yang


berusaha menguraikan, meramalkan, dan mengendalikan peristiwa mental dan
behavioral dalam komunikasi (Rakhmat, 2012).

7. Karakteristik Komunikasi

Komunikasi adalah serangkaian peristiwa sosial yaitu peristiwa yang terjadi


ketika manusia berinteraksi dengan manusia lain. Oleh sebab itu perlu dibahas
mengenai bagaimana proses komunikasi dapat terjadi. Proses komunikasi
adalah bagaimana komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya,
sehingga dapat menciptakan suatu persamaan makna antara komunikan
dengan komunikatornya. Proses komunikasi dapat terjadi apabila ada interaksi
antar manusia dan ada penyampaian pesan untuk mewujudkan motif
komunikasi. Berikut ini merupakan tahapan proses komunikasi, yaitu:
a. Penginterpretasian: hal yang diinterpretasikan adalah motif komunikasi
yang terjadi dalam diri komunikator. Pada tahap ini proses komunikasi
bermula sejak motif komunikasi muncul hingga akal budi komunikator
berhasil menginterpretasikan apa yang ia pikir dan rasakan ke dalam pesan
(masih abstrak).
b. Penyandian: pada tahap ini pesan yang bersifat abstrak berhasil
diwujudkan oleh akal budi manusia ke dalam lambang komunikasi.
c. Pengiriman: proses ini terjadi ketika komunikator melakukan tindakan
komunikasi, mengirim lambang komunikasi dengan peralatan jasmaniah
yang disebut transmitter, alat pengirim pesan.
d. Perjalanan: tahapan ini terjadi antara komunikator dan komunikan yaitu
sejak pesan dikirim hingga pesan diterima oleh komunikan.
e. Penerimaan: tahapan ini ditandai dengan diterimanya lambang
komunikasi melalui peralatan jasmaniah komunikan.
f. Penyandian balik: tahapan ini terjadi sejak lambang komunikasi diterima
melalui peralatan yang berfungsi sebagai receiver hingga akal budinya
berhasil menguraikannya (decoding).
g. Penginterpretasian balik: sejak lambang komunikasi berhasil diuraikan
dalam bentuk pesan. Melalui proses komunikasi, sikap dan perasaan
seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain.

Pada prinsipnya definisi komunikasi massa yang diungkapkan oleh ahli-

ahli komunikasi mengandung makna yang saling melengkapi antara satu dan

lainnya. Melalui definisi-definisi tersebut maka dapat kita ketahui bahwa

karakteristik komunikasi massa sebagai berikut (Ardianto, et al. 2007: 7-12) :


a. Komunikator Terlembagakan

Komunikasi massa melibatkan suatu lembaga dan komunikatornya

bergerak dalam organisasi yang kompleks, sehingga komunikasi massa

merupakan komunikator terlembagakan.

b. Pesan Bersifat Umum

Komunikasi massa itu bersifat terbuka artinya komunikasi massa

ditujukan untuk semua orang bukan hanya pada satu pihak. Oleh karena

itu, pesan dalam komunikasi massa bersifat umum.

c. Komunikannya Anonim dan Heterogen

Bersifat anonim karena komunikator dan komunikan tidak saling

mengenal dan heterogen karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat

yang berbeda usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan

sebagainya.

d. Media Massa Menimbulkan Keserempakan

Maksudnya adalah keserempakan kontak dengan sejumlah besar

penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator dan penduduk satu

sama lain berada dalam keadaan terpisah.

e. Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan

Dalam komunikasi massa, pesan harus disusun sedemikian rupa

berdasarkan sistem tertentu dan harus disesuaikan dengan karakteristik

media massa yang akan digunakan.

f. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah

Karena komunikasinya melalui media massa, maka komunikator dan

komunikannya tidak dapat berhubungan secara langsung. Dengan kata

lain, komunikasi massa itu bersifat satu arah.


g. Stimulasi Alat Indra Terbatas

Pada surat kabar dan majalah kita hanya bisa melihat dan pada radio

siaran kita hanya mendengar, sedangkan pada media televisi dan film,

kita menggunakan indra penglihatan dan pendengaran.

h. Umpan Balik Tertunda (Delayed) dan Tidak Langsung (Indirect)

Umpan balik bersifat tidak langsung (indirect) dan tertunda (delayed).

Artinya komunikator tidak dapat segera mengetahui bagaimana reaksi

khalayak terhadap pesan yang disampaikannya.

Supratiknya (1995:30) dalam mendeskripsikan karakteristik komunikasi


interpersonal menyatakan bahwa, terdapat lima karakteristik komunikasi
interpersonal yaitu: keterbukaan (openness), empati, dukungan, rasa positif
(positiveness), dan kesamaan (equality).
1. Keterbukaan atau openness adalah suatu sikap dimana tidak ada
perasaan tertekan ketika melakukan kegiatan komunikasi yang ditandai
dengan kesediaan untuk jujur dalam menyampaikan apa yang sedang
dirasakan dan sedang dipikirkan.
2. Empati, adalah suatu sikap ikut merasakan apa yang dirasakan oleh
lawan bicara, yang ditandai dengan kesediaan mendengarkan dengan
sepenuh hati, merespon secara tepat setiap perilaku yang muncul dalam
kegiatan komunikasi.
3. Dukungan yaitu suatu sikap memberikan respon balikan terhadap apa
yang dikemukakan dalam kegiatan komunikasi, sehingga dalam kegiatan
komunikasi terjadi pola dua arah.
4. Rasa positif, adalah suatu perasaaan memandang orang lain dalam
kegiatan komunikasi sebagai manusia. Hal ini ditandai dengan sikap tidak
mudah men judge dalam setiap kegiatan interaksi dalam komunikasi.
5. Kesamaan, adalah suatu kondisi dimana dalam kegiatan komunikasi
terjadi posisi yang sama antara komunikan dankomunikator, tidak terjadi
dominasi antara satu dengan yang lain. hal ini ditandai arus pesan yang
dua arah.
RAHASIA

Sementara menurut Sugiyo (2005:5) mengemukakan bahwa ada sepuluh


karakteristik komunikasi interpersonal yang merupakan karakteristik utama
yaitu:

1. Keterbukaan, yakni adanya kesediaan antara dua belah pihak untuk


membuka diri dan mereaksi kepada orang lain, merasakan pikiran dan
perasaan oranglain.
2. Adanya empati dari komunikator, yaitu suatu penghayatan terhadap
perasaan orang lain atau turut merasakan apa yang dirasakan orang lain.
3. Adanya dukungan dan partisipasi, yang menurut devito dalam sugiyo
(2005:6) bahwa keterbukaan dan empati tidak dapat bertahan lama tanpa
adanya sikap saling mendukung dalam kegiatan komunikasi.
4. Rasa positif, yaitu kecenderungan bertindak kepada komunikator
denagn memberikan penilaian positif terhadap komunikan.
5. Kesamaan, kesamaan menunjukan kesetaraan antara komunikator dan
komunikan. Dalam komunikasi antar pribadi, kesetaraan ini merupakan ciri
yang penting dalam keberlangsungan dan bahkan keberhasilan
komunikasi antarpribadi.
6. Arus pesan yang cenderung dua arah, yaitu adanya hubungan antara
komunikator dan komunikan saling member dan menerima informasi.
7. Tatap muka, yaitu suatu komunikasi yang berlangsung secara langsung
dan adanya ikatan psikologis serta saling mempengaruhi secara intens.
8. Tingkat umpan balik yang tinggi, adalah bahwa apa yang disampaikan
dalam komunikasi sudah sampai kepada penerima, yang ditandai dengan
ketergantungan interaktif.
9. Interaksi minimal dua orang, yaitu bahwa dalam komunikasi
antarpribadi sekurang-kurangnya melibatkan dua orang.
10. Adanya akibat yang disengaja maupun yang tidak disengaja,
direncanakan atau tidak direncanakan. Yaitu suatu akibat yang
ditimbulkan dari komunikasi interpersonal sebagai akibat dari seberapa
banyak informasi yang diperoleh komunikan dan komunikator yang
berdampak pada hubungan dalam kegiatan komunikasi.

8
RAHASIA

8. Komunikasi inter personal

Seseorang dikatakan sedang berkomunikasi dengan orang lain, apabila


keduanya selain mengerti bahasa yang digunakan, juga mengerti makna dari
bahan yang menjadi topik dalam komunikasi. Sebab mengerti bahasa saja belum
cukup, yang tak kalah penting mengerti makna yang terkandung dalam bahasa
itu, agar terjadi komunikasi yang berlangsung baik dan komunikatif. Jadi dalam
komunikasi minimal harus mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang
terlibat komunikasi.

Secara konstektual, komunikasi interpersonal digambarkan sebagai suatu


komunikasi antara dua individu atau sedikit individu, yang mana saling
berinteraksi, saling memberikan umpan balik satu sama lain. Namun memberikan
definisi konstektual saja tidak cukup untuk menggambarkan komunikasi
interpersonal karena setiap interaksi antara satu individu dengan individu lain
berbeda-beda. Berikut kami share sejumlah pendapat para ahli sehubungan
dengan pengertian, karakteristik dan tujuan komunikasi interpersonal.

Komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi adalah hubungan


antar manusia (human relation) yang menunjuk kepada interaksi atau
seperangkat keterampilan untuk berkomunikasi secara efektif. Baik secara verbal
maupun non verbal dengan ciri langsung, kedekatan secara fisik, melibatkan
kepercayaan, keterbukaan, keakraban, dan kehangatan dalam dalam kadar
tertentu (Mapiare, 2006:179).

Menurut Devito (1989) dalam Sugiyo (2005:3) mendefinisikan komunikasi


interpersonal adalah bentuk pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan
diterima oleh orang lain atau sekelompok orang dangan efek dan umpan balik
yang langsung. Supratiknya (1995:30) menyatakan bahwa komunikasi
interpersonal sebagai setiap bentuk tingkah laku seseorang baik verbal maupun
non verbal yang ditanggapi oleh orang lain. Selain itu Effendi (1989) dalam
Sugiyo (2005:3) menyatakan bahwa komunikasi interpersonal adalah komunikasi
antara komunikator dan komunikan. Komunikasi jenis ini diangggap paling efektif
9
RAHASIA

dalam upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang karena sifatnya
yang dialogis dan berupa percakapan. Interpersonal communication is usually
defined by communication scholars in numerous ways, usually describing
participants who are dependent upon one another and have a shared history.
Communication channels, the take to distinct form: direct and indirect.
“komunikasi antar pribadi biasanya diartikan oleh para ahli komunikasi dengan
berbagai cara, biasanya menggambarkan peserta yang tergantung pada satu
sama lain dan memiliki kepentingan bersama. Saluran komunikasi atau media
yang membawa pesan dari pengirim ke penerima pesan, mengambil dua bentuk
yang berbeda langsung dan tidak langsung”.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud


dengan komunikasi interpersonal adalah suatu kegiatan pengiriman pesan dari
komunikator kepada komunikan dengan ciri-ciri:

1. Berupa seperangkat keterampilan untuk berkomunikasi secara efektif,


langsung, kedekatan secara fisik, melibatkan kepercayaan, keterbukaan,
keakraban, dan kehangatan dalam dalam kadar tertentu.
2. Terdapat efek dan umpan balik yang langsung.
3. Dilakukan dalam upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku
seseorang karena sifatnya yang dialogis dan berupa percakapan.

Setiap kegiatan manusia memiliki tujuan, tak terkecuali komunikasi


antarpribadi. Menurut Supratiknya (1995:30) komunikasi interpersonal memiliki
lima tujuan utama dalam pelaksanaanya, yang meliputi:

1. Belajar maksudnya dengan komunikasi individu dapat mengetahui


dunia luar, luas wawasannya.
2. Berhubungan menjalin relasi dengan individu lain dan optimalisasi
dalam menilai diri dan individu lain secara positif
3. Mempengaruhi mempengaruhi orang lain untuk mengikuti apa yang
dikemukakan komunikator berpartisipasi dalam kegiatan bersama.

10
RAHASIA

4. Bermain. Mencapai tujuan kesenangan dan mencapai kesejahteraan


bersama.
5. Membantu membantu orang lain yang memiliki masalah.

Sementara itu, merujuk pada pendapat Sugiyo (2005:11), dikatakan bahwa


terdapat sembilan tujuan komunikasi interpersonal yaitu:

1. Menemukan diri sendiri


2. Menemukan dunia luar
3. Membentuk dan memelihara hubungan yang bermakna
4. Mengubah sikap dan perilaku sendri dan orang lain
5. Barmain dan hiburan
6. Belajar
7. Mempengaruhi orang lain
8. Merubah pendapat orang lain
9. Membantu orang lain

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam komunikasi


antarpribadi memiliki tujuan yang sangat banyak. Akan tetapi secara garis besar
komunikasi antarpribadi dilakukan dengan tujuan dalam upaya pemenuhan
kebutuhan sosio psikologis manusia.

Berkomunikasi antarpribadi, atau secara ringkas berkomunikasi, merupakan


keharusan bagi manusia. Manusia membutuhkan dan senantiasa berusaha
membuka serta menjalin komunikasi atau hubungan dengan sesamanya. Selain
itu, ada sejumlah kebutuhan di dalam diri manusia yang hanya dapat dipuaskan
lewat komunikasi dengan sesamanya.

Dapat disimpulkan bahwa proses penyampaian informasi, pikiran dan sikap


tertentu antara dua orang atau lebih yang terjadi pergantian pesan baik sebagai
komunikan maupun komunikator dengan tujuan untuk mencapai saling
pengertian, mengenai masalah yang akan dibicarakan yang akhirnya diharapkan

11
RAHASIA

terjadi perubahan perilaku merupakan pengertian komunikasi interpersonal atau


komunikasi antarpribadi.
Selanjutnya, selain mengetahui bagaimana proses komunikasi dapat terjadi,
perlu kiranya untuk membahas mengenai aspek-aspek yang terdapat dalam
komunikasi. Berikut ini merupakan aspek-aspek komunikasi menurut Jalaluddin
(2003) :

1. Sumber (source): Sumber adalah orang yang mempunyai kebutuhan


sosial untuk diakui sebagai individu hingga kebutuhan berbagai informasi
dengan orang lain dapat terpenuhi.
2. Penyandian (encoding): Suatu kegiatan internal seseorang untuk
memilih dan merancang perilaku verbal dan nonverbal yang sesuai dengan
aturan-aturan guna menciptakan suatu pesan.
3. Pesan (massage): Informasi yang harus sampai dari sumber ke
penerima.
4. Saluran (channel): Alat fisik yang menjadi penghubung antara sumber
dengan penerima.
5. Penerima (receiver): orang yang menerima pesan.
6. Penyandian balik (decoding): Proses internal penerima dan pemberian
makna kepada perilaku sumber yang mewakilinya
7. Respon penerima (receiver response): Menyangkut tindakan apa yang
penerima lakukan setelah menerima pesan dari sumber.
8. Umpan balik (freedback): Informasi yang tersedia bagi sumber yang
memungkinkan menilai keefektifan komunikasi yang sudah berlangsung.

Selanjutnya Mulyana (2005) juga menyatakan bahwa aspek-aspek komunikasi


terdiri atas:

1. Komunikator: Pengirim (sender) yaitu seseorang mengirim pesan


kepada komunikan dengan menggunakan media tertentu.
2. Komunikan: Penerima (receiver) yaitu seseorang yang menerima pesan
dari komunikator, kemudian memahami, menerjemahkan dan akhirnya
memberi respon terhadap pesan tersebut.

12
RAHASIA

3. Media: Saluran (channel) yang digunakan untuk menyampaikan pesan


sebagai sarana berkomunikasi berupa bahasa verbal maupun non
verbal, yang berwujud ucapan, tulisan, gambar, bahasa tubuh, bahasa
mesin, sandi dan lain sebagainya.
4. Pesan: Isi komunikasi yang disampaikan oleh komunikator kepada
komunikan.
5. Tanggapan: Dampak (effect) komunikasi sebagai respon atas
penerimaan pesan yang diimplentasikan dalam bentuk umpan balik
(feedback) atau tindakan sesuai dengan pesan yang diterima.

9. Komunikasi Kelompok

Komunikasi dalam kelompok merupakan bagian dari kegiatan keseharian. Sejak


lahir sudah mulai bergabung dengan kelompok primer yang paling dekat, yaitu
keluarga. Kemudian seiring dengan perkembangan usia dan kemampuan
intelektualitas, masuk dan terlibat dalam kelompokkelompok sekunder seperti
sekolah, lembaga agama, tempat pekerjaan dan kelompok sekunder lainnya yang
sesuai dengan minat ketertarikan

Kelompok memiliki tujuan dan aturan-aturan yang dibuat sendiri dan merupakan
konstribusi arus informasi diantara mereka. Sehingga mampu menciptakan atribut
kelompok sebagai bentuk karakteristik yang khas dan melekat pada kelompok itu,
Karakteristik komunikasi dalam kelompok ditentukan melalui dua hal, yaitu norma
dan peran. Norma adalah persetujuan atau perjanjian tentang Norma oleh para
sosiolog disebut juga dengan „hukum‟ (law) ataupun „aturan‟ (rule), yaitu perilaku-
perilaku apa saja yang pantas dan tidak pantas dilakukan dalam suatu kelompok.
Ada tiga kategori norma kelompok, yaitu norma sosial, procedural, dan tugas. Norma
sosial mengatur hubungan di antara para anggota kelompok. Sedangkan norma
procedural menguraikan dengan lebih rinci bagaimana kelompok harus beroperasi,
seperti bagaimana suatu kelompok harus membuat keputusan, apakah melalui suara
mayoritas ataukah dilakukan pembicaraan sampai tercapai kesepakatan. Dari norma
tugas memusatkan perhatian bagaimana suatu pekerjaan harus dilakukan

13
RAHASIA

Demi terwujudnya saling pengertian antara komunikator dengan komunikan,


sehingga menciptakan interaksi yang membuat satu pihak memahami sudut
pandang pihak lainnya maka perlu di bahas mengenai komunikasi empatik.

a. Pengertian Komunikasi Empatik


Komunikasi empatik adalah komunikasi yang menunjukkan
adanya saling pengertian antara komunikator dengan komunikan,
sehingga menciptakan interaksi yang membuat satu pihak memahami
sudut pandang pihak lainnya. Pada dasarnya komunikasi empatik juga
merupakan upaya bagaimana aktivitas yang dilakukan terfokus pada
keberpihakan terhadap manusia lain yang diajak berkomunikasi.
Sebagai contoh, auditor meminta kerjasama dari auditan berupa
penyediaan data secara lengkap. Setelah berkomunikasi, akhirnya
auditan memahami kebutuhan auditor dan mengerti bahwa tanpa
bantuannya, maka auditor akan mengalami kesulitan dalam
penyelesaian tugas. Dalam kondisi ini, auditan telah berempati
terhadap kebutuhan auditor.

Berikut ini adalah hal-hal yang harus diperlihatkan oleh


komunikator agar komunikasi empatik terjadi, yaitu:

1) Ketertarikan terhadap sudut pandang komunikan. Sikap ini akan


mendorong komunikan untuk lebih terbuka.
2) Sikap sabar untuk tidak memotong pembicaraan. Banyak informasi
yang didapat jika komunikator bersabar untuk memeroleh penjelasan
detail dari sudut pandang komunikan.
3) Sikap tenang, meskipun menangkap ungkapan emosi yang kuat.
Beberapa sudut pandang bersifat sangat pribadi, sehingga saat
mengungkapkannya keterlibatan emosi tidak dapat dihindari.
4) Bersikap bebas prasangka, atau tidak evaluatif, kecuali jika sangat
diperlukan. Untuk dapat memahami sudut pandang orang lain, kita
hindari sikap evaluatif. Sikap evaluatif dapat membuat komunikan
menyeleksi hal-hal yang perlu disampaikan dan tidak, dengan

14
RAHASIA

pertimbangan apakah sudut pandangnya akan diterima atau tidak,


disetujui atau tidak oleh komunikator.
5) Sikap awas pada isyarat permintaan pilihan atau saran. Sikap ini
memperlihatkan adanya dukungan atau bantuan yang bisa
diharapkan komunikan dari komunikator, sehingga akan
mengembangkan empati pada diri auditan yaitu kesiapan untuk
membalas dukungan dan bantuan yang diterimanya.
6) Sikap penuh pengertian. Contohnya, komunikan mendesak untuk
memperoleh persetujuan dari komunikator atas sudut pandangnya.
Komunikator tidak setuju. Komunikator hanya cukup menyatakan
bahwa dia dapat mengerti sudut pandang tersebut, tidak perlu
menyatakan persetujuan atau ketidaksetujuannya.

b. Kendala-Kendala yang Dihadapi dalam Komunikasi Empatik

Berikut ini merupakan kendala-kendala yang dihadapai dalam


melakukan komunikasi empatik menurut Matsuri (2010), yaitu:

1) Lingkungan Keluarga
Empati memang sulit bagi orang yang tumbuh dalam
keluarga yang orangtuanya tidak punya empati. Namun, anak yang
tumbuh dalam keluarga yang memiliki empati pun tidak serta-merta
tumbuh menjadi orang yang bisa berempati. Hal ini karena banyak
sekali faktor yang turut memengaruhi kepribadian dan perilakunya.

2) Menyembunyikan Kekecewaan atau Kemarahan


Empati lebih kentara ketika orang lain berperilaku dan
bersikap sesuai dengan preferensi. Misalnya, seseorang lebih
mudah untuk berempati kepada temannya apabila temannya
tersebut bersikap dan berperilaku baik kepadanya. Sebaliknya
apabila sikap temannya tidak sesuai dengan keinginannya, maka
sering kurang berempati kepadanya.

15
RAHASIA

3) Membuat Asumsi tentang Motivasi Orang Lain


Disadari atau tidak, seseorang sering menilai motif perilaku
orang lain berupa prasangka negatif. Sehingga menyebabkan
perasaan empati berkurang apabila prasangka muncul dalam
komunikasi.

4) Terlalu Berempati
Terlalu berempati menyebabkan seseorang mudah untuk
dimanfaatkan oleh orang lain. Selain itu, sikap empati sering
dirancukan dengan sikap mengalah, tidak jujur mengutarakan
perasaan, tidak tegas atau tidak terus terang. Orang yang empati
tidak menahan diri dari memberikan umpan balik kepada orang lain
atau menahan diri dari menetapkan batasan-batasan yang tepat.

c. Prinsip-Prinsip Komunikasi Empatik


Berikut ini merupakan prinsip-prinsip komunikasi menurut
Matsuri (2010), yaitu:

1) Prinsip adalah keseluruhan, bukan sebagian.


Tiga orang buta sedang berdiri mengelilingi seekor gajah dan
mencoba memberikan gambaran mengenai Sang Gajah. Orang
buta pertama yang memegang ekor gajah mengatakan gajah itu
kurus dan panjang. Orang buta kedua yang memegang telinga
gajah mengatakan gajah itu berkulit tipis dan lentur. Orang buta
ketiga yang memegang perut kaki gajah mengatakan gajah itu
berkulit keras, dan berbentuk bulat. Berdasarkan hal tersebut maka
kejadian tersebut harus sebagai keseluruhan, bukan terpisah atau
sebagian.

2) Moral
Dalam mengkomunikasikan informasi kepada orang lain,
apabila hanya memiliki sepenggal informasi, maka jangan langsung
membentuk opini dan menyatakan pendapat berdasarkan informasi

16
RAHASIA

yang belum lengkap tersebut. Berdasarkan hal tersebut cara yang


harus kita lakukan adalah aktif mencari informasi tambahan yang
diperlukan sehingga mendapat gambaran yang lebih lengkap
terhadap sesuatu yang akan kita komunikasikan.

3) Berusaha mengerti, baru dimengerti.


Dalam berkomunikasi ada baiknya kita untuk terlebih dahulu
mencoba mengerti orang lain, sebelum menuntut untuk dimengerti
oleh orang lain. Hal tersebut dapat memudahkan kita mengerti
permasalahan yang sebenarnya, serta mudah untuk memahami
sesuatu yang dikomunikasikan orang tersebut.

4) Diagnosa sebelum respon.


Ketika kita menemukan akar dari suatu permasalahan maka
kita akan lebih mudah untuk membantu memberikan jawaban,
solusi ataupun masukan yang diperlukan.

5) Keyakinan
Pada dasarnya, manusia akan cenderung lebih percaya
kepada orang yang menunjukkan keyakinan diri tinggi. Dengan
demikian, apabila berkomunikasi, pastikan hal yang
dikomunikasikan benar-benar dikuasai dengan baik, dan benar-
benar diyakini kebenarannya. Hal ini karena apabila kita yakin maka
kita akan lebih mudah untuk meyakinkan orang lain.

6) Kontak mata.
Kontak mata merupakan bagian yang penting dalam
berkomunikasi. Hal ini karena dengan melibatkan kontak mata
dengan orang yang diajak bicara, dapat memberi kesan dan pesan
bahwa kita bersungguh-sungguh terhadap sesuatu yang
dikomunikasikan.

17
RAHASIA

7) Senyuman.
Senyuman merupakan senjata yang paling ampuh yang
dapat digunakan untuk membuka komunikasi. Senyuman yang tulus
dan hangat dapat mengatasi berbagai hambatan dalam komunikasi
(misalnya: ketegangan, kecurigaan, kemarahan, kecemburuan).
Senyuman merupakan indikasi adanya emosi positif terhadap orang
yang diajak berkomunikasi. Jika lawan bicara merasa memang
”suka” berkomunikasi dengannya, maka akan lebih mudah bagi
orang tersebut menerima masukan, pendapat, ataupun solusi yang
kepadanya.

8) Saling menyukai.
Komunikasi akan efektif, jika orang-orang yang terlibat dalam
komunikasi tersebut saling menyukai. John C. Maxwell menyatakan
bahwa menyukai orang lain yang diajak berkomunikasi merupakan
awal kemampuan berkomunikasi yang efektif.

10. Komunikasi Massa

Komunikasi massa diadopsi dari istilah bahasa Inggris, mass communication,


sebagai kependekan dari mass media communication.Artinya, komunikasi yang
menggunakan media massa atau komunikasi yang mass mediated. Istilah mass
communication ataucommunications diartikan sebagai salurannya, yaitu
media massa (mass media) sebagai kependekan dari media of mass
communication.Massa mengandung pengertian orang banyak, mereka tidak harus
berada di lokasi tertentu yang sama, mereka dapat tersebar atau terpencar di
berbagai lokasi, yang dalam waktu yang sama atau hampir bersamaan dapat
memperoleh pesan-pesan komunikasi yang sama. Berlo (dalam Wiryanto, 2005)
mengartikan massa sebagai meliputi semua orang yang menjadi sasaran alat-alat
komunikasimassa atau orang-orang pada ujung lain dari saluran.

Komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa atau

18
RAHASIA

komunikasi dengan menggunakan media massa. Massa di sini adalah kumpulan


orang- orang yang hubungan antar sosialnya tidak jelas dan tidak mempunyai
struktur tertentu. Menurut Gerbner (1967), seorang ahli komunkasi, “Mass
communication is the technologically and institutionally based production and
distribution of the most broadly shared continuous flow of messages in industrial
societies” (Jalaluddin 2003: 188). Jadi, Gerbner berpendapat bahwa komunikasi
massa adalah suatu produksi dan distribusi pesan yang terus menerus dalam
masyarakat industri yang berlandaskan teknologi dan lembaga. Joseph Devito
seperti dikutip oleh Nurudin, memberikan definisi yang lebih detail tentang
komunikasi massa. ”First, mass communication is communication addressed to
masses, to an extremely large society. This does not mean that the audience
include all people or everyone who reads or everyone who watches television;
rather it means an audience that is large and generally rather poorly defined.
Second, mass communication is communication mediated by audio and or visual
transmitter. Mass communivation is perhaps most easily and most logically defined
by its; television, radio, newspaper, magazines, films, books, tapes” (Nurudin, 2007:
11-12).

Menurut Jalaluddin Rakhmat (2012) Komunikasi massa adalah jenis komunikasi


yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim
melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima
secara serentak dan sesaat. Joseph R. Dominick (dalam Wiryanto, 2005)
Komunikasi massa adalah suatu proses dimana suatu organisasi yang kompleks
dengan bantuan satu atau lebih mesin memproduksi dan mengirimkan pesan kepada
khalayak yang besar, heterogen, dan tersebar. Secara teknis komunikasi massa
memiliki empat tanda pokok (Ellizabeth-Noelle Nouman dalam Rakhmat, 2012),
yaitu:
(1) bersifat tidak langsung, artinya harus melewati media teknis,
(2) bersifat satu arah, artinya tidak ada interaksi antara peserta-peserta
komunikasi (para komunikan),
(3) bersifat terbuka, artinya ditujukan pada publik yang tidak terbatas dan anonim;
(4) mempunyai publik yang secara geografis tersebar).

19
RAHASIA

Ciri yang paing mendasar dari komunikasi massa yaitu distribusi pesan.
Komunikasi massa adalah salah satu jenis komunikasi yang ditujukan kepada
sejumlah khalayak yang tersebar heterogen, dan anonim melalui media cetak atau
elektronis sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat

a. Unsur-Unsur Komunikasi Massa

Komunikasi Massa terdiri dari unsur : sumber (source), pesan

(message), saluran (channel), penerima (receiver), serta efek (effect). Menurut

Lasswell unsur-unsur dalam komunikasi massa adalah sebagai berikut

(Wiryanto, 2003: 70-80).

1. Unsur who (sumber atau komunikator). Sumber utama dalam


komunikasi massa adalah lembaga atau organisasi atau orang yang bekerja
dengan fasilitas lembaga atau organisasi (institutionalized person). Yang
dimaksud dimaksud dengan lembaga dalam hal ini adalah
perusahaan surat kabar, stasiun radio, televisi, majalah, dan
sebagainya. Sedangkan yang dimaksud institutionalized person adalah
redaktur surat kabar (sebagai contoh). Melalui tajuk rencana menyatakan
pendapatnya dengan fasilitas lembaga. Oleh karena itu, ia memiliki kelebihan
dalam suara atau wibawa dibandingkan berbicara tanpa fasilitas lembaga.
Pers atau media massa sering disebut lembaga sosial. Dalam UU RI no
40 tahun 1999 tentang pers, pasal 1 ayat (1) menyatakan: ”Pers adalah
lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan
jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, megolah, dan
menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan
gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan
menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang
tersedia.” bentuk institusi media massa dipertegas lagi pada pasal 1 ayat (2)
yang menyatakan: ” Perusahaan pers adalah badan hukum Indonesia yang
menyelenggarakan usaha pers meliputi perusahaan media cetak, media
elektronik, dan kantor berita, serta perusahaan media lainnya yang secara
khusus menyelenggarakan, menyiarkan atau menyalurkan informasi.”
20
RAHASIA

McQuail (1987) menyebutkan ciri-ciri khusus institusi (lembaga) media


sebagai berikut:
1. Memproduksi dan mendistribusikan pengetahuan dalam wujud
informasi, pandangan, dan budaya. Upaya tersebut merupakan respon
terhadap kebutuhan sosial kolektif dan permintaan individu.
2. Menyediakan saluran untuk menghubungkan orang tertentu dengan
orang lain: dari pengirim ke penerima, dari anggota audience ke anggota
audience lainnya, dari seseorang ke masyarakat dan institusi masyarakat
terkait. Semua itu bukan sekedar saluran fisik jaringan komunikasi, melainkan
juga merupakan saluran tatacara dan pengetahuan yang menentukan
siapakah sebenarnya yang patut atau berkemungkinan untuk mendengar
sesuatu dan kepada siapa ia harus mendengarnya.
3. Media menyelenggarakan sebagian besar kegiatannya dalam
lingkungan publik, dan merupakan institusi yang terbuka bagi semua orang
untuk peran serta sebagai penerima (atau dalam kondisi tertentu sebagai
pengirim). Institusi media juga mewakili kondisi publik, seperti yang tampak
bilamana media massa menghadapi maslah yang berkaitan dengan pendapat
publik (opini publik) dan ikut berperan membentuknya (bukan masalah pribadi,
pandangan ahli, atau penilaian ilmiah).
4. Partisipasi anggota audience dalam institusi pada hakikatnya bersifat
sukarela, tanpa adanya keharusan atau kewajiban sosial. Bahkan lebih
bersifat suka rela daripada beberapa institusi lainnya, misalnya pendidikan,
agama atau politik. Pemakaian diasosiasikan orang dengan waktu senggang
dan santai, bukannya dengan pekerjaan dantugas. Hal tersebut dikaitkan juga
dengan ketidakberdayaan formal institusi media: media tidak dapat
mengandalkan otoritasnya sendiri dalam masyarakat, serta tidak mempunyai
organisasi yang menghubungkan pameran-serta ”lapisan atas” (produsen
pesan) dan pemeran-serta ”lapisan bawah” (audience).
5. Industri media dikaitkan dengan industri dan pasar karena
ketergantungannya pada imbalan kerja, teknologi, dan kebutuhan
pembiayaan.

21
RAHASIA

6. Meskipun institusi media itu sendiri tidak memiliki kekuasaan, namun


institusi ini selalu berkaitan dengan kekuasaan negara karena adanya
sinambungan pemakaian media, mekanisme hukum, dan pandangan-
pandangan menentukan yang berbeda antara negara yang satu dengan
lainnya.
7. Komunikator dalam proses komunikasi massa selain merupakan
sumber pesan, mereka juga berperan sebagai gate keeper (lihat McQuail,
1987; Nurudin, 2003). Yaitu berperan untuk menambah, mengurangi,
menyederhanakan, mengemas agar semua informasi yang disebarkan lebih
mudah dipahami oleh audience-nya. Bitner (dalam Tubbs, 1996) menyatakan
bahwa pelaksanaan peran gate keeper dipengaruhi oleh: ekonomi;
pembatasan legal; batas waktu; etika pribadi dan profesionalitas; kompetisi
diantara media; dan nilai berita.
2. Unsur says what (pesan). Pesan-pesan komunikasi massa dapat diproduksi
dalam jumlah yang sangat besar dan dapat menjangkau audience yang sangat
banyak. Pesan-pesan itu berupa berita, pendapat, lagu, iklan, dan sebagainya.
Charles Wright (1977) memberikan karakteristik pesan-pesan komunikasi massa
sebagai berikut:
a. publicly. Pesan-pesan komunikasi massa pada umumnya tidak
ditujukan kepada orang perorang secara eksklusif, melainkan bersifat
terbuka, untuk umum atau publik.
b. rapid. Pesan-pesan komunikasi massa dirancang untuk mencapai
audience yang luas dalam waktu yang singkat serta simultan.
c. transient. Pesan-pesan komunikasi massa untuk memenuhi kebutuhan
segera, dikonsumsi sekali pakai dan bukan untuk tujuan yang bersifat
permanen. Pada umumnya, pesan-pesan komunikasi massa
cenderung dirancang secara timely, supervisial, dan kadang-kadang
bersifat sensasional.

3. Unsur in which channel (saluran atau media). Unsur ini menyangkut semua
peralatan yang digunakan untuk menyebarluaskan pesan-pesan
komunikasi massa. Media yang mempunyai kemampuan tersebut
adalah surat kabar, majalah, radio, televisi, internet, dan sebagainya.

22
RAHASIA

4. Unsur to whom (penerima atau mass audience). Penerima pesan-pesan


komunikasi massa biasa disebut audience atau khalayak. Orang yang
membaca surat kabar, mendengarkan radio, menonton televisi, browsing internet
merupakan beberapa contoh dariaudience.

Menurut Charles Wright (dalam Wiryanto, 2005), mass audience memiliki


karakteristik-karakteristik sebagai berikut :

a. Large yaitu penerima-penerima pesan komunikasi massa berjumlah banyak,


merupakan individu-individu yang tersebar dalam berbagai lokasi;
b. Heterogen yaitu penerima-penerima pesan komunikasi massa terdiri dari
berbagai lapisan masyarakat, beragam dalam hal pekerjaan, umur, jenis kelamin,
agama, etnis, dan sebagainya;
c. Anonim yaitu anggota-anggota dari mass audience umumnya tidak saling
mengenal secara pribadi dengan komunikatornya.

5. Unsur with what effect (dampak). Dampak dalam hal ini adalah perubahan-
perubahan yang terjadi di dalam diri audience sebagai akibat dari keterpaan
pesan-pesan media. David Berlo (dalam Wiryanto, 2005) mengklasifikasikan
dampak atau perubahan ini ke dalam tiga kategori, yaitu: perubahan dalam ranah
pengetahuan; sikap; dan perilaku nyata. Perubahan ini biasanya berlangsung
secara berurutan.

Ciri-ciri komunikasi massa

Ciri-ciri komunikasi massa, menurut Elizabeth Noelle Neumann (Jalaluddin


Rakhmat, 1994) adalah sebagai berikut:
1. Bersifat tidak langsung, artinya harus melalui media teknis.
2. Bersifat satu arah, artinya tidak ada interaksi antara peserta-peserta
komunikasi.
3. Bersifat terbuka, artinya ditujukan pada publik yang tidak terbatas dan anonim.
4. Mempunyai publik yang secara tersebar.

23
RAHASIA

Pesan-pesan media tidak dapat dilakukan secara langsung artinya jika kita
berkomunikasi melalui surat kabar, maka komunike kita tadi harus diformat sebagai
berita atau artikel, kemudian dicetak, didistribusikan, baru kemudian sampai ke
audience. Antara kita dan audience tidak bisa berkomunikasi secara langsung,
sebagaimana dalam komunikasi tatap muka. Istilah yang sering digunakan adalah
interposed. Konsekuensinya adalah, karakteristik yang kedua, tidak terjadi interaksi
antara komunikator dengan audience. Komunikasi berlangsung satu arah, dari
komunikator ke audience, dan hubungan antara keduanya impersonal.

Karakteristik pokok ketiga adalah pesan-pesan komunikasi massa bersifat


terbuka, artinya pesan-pesan dalam komunikasi massa bisa dan boleh dibaca,
didengar, dan ditonton oleh semua orang. Karakteristik keempat adalah adanya
intervensi pengaturan secara institusional antara pengirim dengan penerima. Dalam
berkomunikasi melalui media massa, ada aturan, norma, dan nilai-nilai yang harus
dipatuhi. Beberapa aturan perilaku normatif ada dalam kode etik, yang dibuat oleh
organisasi-organisasi jurnalis atau media.

Dengan demikian, komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai jenis


komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah audience yang tersebar, heterogen, dan
anonim melalui media cetak atau elektrolit sehingga pesan yang sama dapat diterima
secara serentak dan sesaat.

Steven M. Chafree (Wilhoit & Harold, 1980: 78) berpendapat seperti yang dikutip
oleh Jalaludin Rahmat, bahwa ada empat efek dari Komunikasi Massa, yaitu efek
kehadiran media massa, efek kognitif komunikasi massa, efek afektif komunikasi
massa, dan efek behavioral komunikasi massa (Jalaluddin, 2007: 219-239).

Efek Kehadiran Media Massa The medium is the message”, pendapat McLuhan
tersebut menjelaskan bahwa bentuk media saja sudah mempengaruhi kita. Dia
berpendapat bahwa media adalah perluasan dari alat indra manusia; telepon adalah
perpanjangan telinga dan televisi adalah perpanjangan mata. Ada beberapa efek dari
kehadiran media massa di masyarakat, seperti efek sosial berupa kehadiran televisi

24
RAHASIA

meningkatkan status sosial pemiliknya. Lalu kehadiran media massa juga


menimbulkan penjadwalan kembali kegiatan sehari-hari. Scramm, Lyle, dan Parker
(1961) menunjukkan dengan cermat bagaimana kehadiran televise telah mengurangi
waktu bermain, tidur, membaca, dan menonton film pada sebuah kota di Amerika.
Efek lainnya adalah hilangnya perasaan tidak enak dan tumbuhnya perasaan
tertentu pada media massa. Orang seringkali menggunakan media untuk
memuaskan kebutuhan psikologis. Sering terjadi juga orang menggunakan media
massa untuk mengatasi perasaan tidak enak, misalnya kesepian, marah, kecewa,
dan sebagainya. Tidak hanya menghilangkan perasaan, ia pun menumbuhkan
perasaan tertentu. Kita memiliki perasaan positif atau negatif pada media tertentu.

a. Efek Kognitif Komunikasi Massa

Dampak kognitif atau penerimaan informasi terjadi apabila


seseorang atau khalayak mengalami perubahan yang diketahui, dipahami,
atau dipersepsi oleh khalayak. Wilbur Schram (dalam Rakhmat,2011:221)
mendefinisikan informasi sebagai segala sesuatu yang mengurangi
ketidakpastian atau mengurangi jumlah kemungkinan alternatif dalam
situasi. Seseorang menjadi lebih mengerti bagaimana harus bertindak
ketika mengahadapi suatu hal yang pernah iya dapati setidaknya
informasi yang berkaitan dengan hal yang dialaminya. Seseorang tersebut
telah berhadapan dengan realitas yang tampak sebagai gambaran dan
memiliki makna. Gambaran tersebut lazim disebut sebagai citra, yang
menurut Roberts menunjukan kesuluruhan informasi tentang dunia ini
yang telah diolah, diorganisasikan, dan disimpan individu.
Citra adalah peta seseorang tentang dunia. Citra adalah gambaran
tentang realitas dunia berdasarkan perspektif pribadi. Pembahasan
mengenai dampak kognitif yang disebutkan oleh Jalaludin Rakhmat
banyak mengulas citra sebelum masuk lebih jauh ke dalam dampak
kognitif itu. Menurut Roberts komunikasi tidak langsung menimbulkan
perilaku tertentu tetapi cenderung mempengaruhi cara seseorang dalam
mengorganisasikan citranya terhadap lingkungan, dan citra inilah yang
akan mempengaruhi perilaku.

25
RAHASIA

Citra terbentuk berdasarkan informasi yang diterima. Media massa


bekerja menyampaikan informasi kepada khalayak sehingga dapat
membentuk, mempertahankan, atau mendefinisikan citra.
Media massa adalah perpanjangan alat indera manusia. Manusia
memperoleh informasi tentang benda, orang, dan lingkungannya melalui
media massa, televisi menjadi jendela kecil untuk menyaksikan berbagai
peristiwa yang jauh dari jangkauan alat indera manusia, dengan begitu
media manampilakn realitas yang diambil dari realitas yang ada di
masyarakat.
Realitas yang ditampilkan media adalah realitas yang sudah diseleksi
atau realitas tangan kedua. Televisi memilih tokoh-tokoh tertentu untuk
ditampilkan dan mengesampingkan tokoh-tokoh yang lain sehingga
seseorang membentuk citra tentang lingkungan sosial berdasarkan realitas
tangan kedua, karena media massa melaporkan dunia nyata secara selektif.

b. Efek Afektif Komunikasi Massa

Dampak afektif komunikasi massa terjadi apabila terdapat perubahan


emosi yang dialami oleh khalayak, seperti marah, senang, sedih, atau benci.
Joseph Klapper dalam Rakhmat (2011:229) menyimpulkan sebuah hasil
penelititan, bahwa pembentukan dan perubahan sikap pengaruh media massa
terjadi karena lima prinsip umum berikut ini :

a) Pengaruh komunikasi massa diantaranya oleh faktor-faktor


seperti predisposisi personal, proses selektif, keanggotaan kelompok
atau yang disebut juga sebagai faktor personal.
b) Faktor-faktor tersebut memfungsikan media massa untuk
memperkokoh sikap dan pendapat yang ada, walaupun kadang-
kadang berfungsi sebagai media pengubah (agent of change).
c) Bila komunikasi massa menimbulkan perubahan sikap,
perubaahan sikap kecil pada intensitas sikap lebih umum terjadi

26
RAHASIA

daripada konversi (perubahan seluruh sikap) dari satu sisi masalah ke


sisi yang lain.
d) Komunikasi massa cukup efektif dalam mengubah sikap pada
bidang-bidang dimana pendapat orang lemah, misalnya pada iklan
komersial.
e) Komunikasi massa cukup efektif dalam menciptakan pebdapat
tentang masalah-masalah baru bila tidak ada presisposisi yang harus
diperteguh.

Dampak afektif dan kognitif media massa berjalan saling beriringan.


Dalam hal ini, media massa tidak mengubah sikap seseorang secara
langsung tetapi melalui informasi yang diperoleh seseorang menjadi dasar
pembentukan dan perubahan sikap seseorang terhadap objek yang
disifatinya. Atau dengan kata lain, sikap seseorang ditentukan oleh citra benda
atau objek yang diinformasikan, sedangkan citra itu sendiri ditentukan oleh
sumber- sumber informasi. Jadi, dapat dikatakan bahwa media massa tidak
memiliki dampak langusng pada sikap seseorang tetapi media massa
mengubah citra dan citra menjadi dasar sikap seseorang.

c. Efek Behavioral Komunikasi Massa

1. Prososial Behavioral

Perilaku prososial ialah memiliki keterampilan yang bermanfaat


bagi dirinya dan orang lain. Keterampilan tersebut diperoleh dari media
massa karena media massa bisa dijadikan sebagai media pendidikan.
Dampak prososial behavioral dapat dijelaskan dengan meminjam teori
dari disiplin ilmu psikologi yakni teori belajar sosial dari Bandura.
Menurut Bandura (dalam Rakhmat, 2011:238), seseorang belajar
bukan hanya dari pengalaman langsung tetapi dari peniruan atau
peneladanan (modellig). Perilaku merupakan hasil faktor-faktor kognitif
dan lingkungan. Artinya, seseorang mampu memiliki keterampilan
tertentu bila terdapat jalinan positif antara stimulus yang diamati dan

27
RAHASIA

karakteristik pribadi seseorang. Proses belajar yang dikenalkan oleh


Bandura dibagi ke dalam empat tahap yaitu proses perhatian, proses
pengingatan, proses produksi motoris, dan proses motivational. Proses
belajar diawali dari munculnya peristiwa yang dapat diamati secara
langsung atau tidak langsung oleh seseorang. Peristiwa ini dapat
berupa tindakan tertentu atau gambaran pola pemikiran, yang disebut
oleh Bandura sebagai abstract modeling (misalnya sikap, nilai, atau
persepsi realitass sosial). Bila peristiwa itu sudah diaamati, terjadilah
tahap pertama belajar sosial yaitu perhatian. Tahap berikutnya yaitu
proses pengingatan atau retention. Setelah melewati tahap perhatian,
untuk menghasilkan dampak prososial khalayak harus sanggup
menyimpan hasil pengamatan dalam benaknya dan memanggil kembali
tatkala mereka akan bertindak sesuai dengan teladan yang diberikan.
Peneladanan tertangguh (delayed modelling) hanya terjadi bila
khalayak sanggup mengingat peristiwa yang diamatinya.

Pada tahap mengingat ini, seseorang harus dapat merekam


peristiwa yang diamaatinya dalam bentuk imaginal dan verbal. Imaginal
merupakan kemampuan seseorang dalam membuat gambaran mental
tentang peristiwa yang diamati dan menyimpan gambaran itu pada
memorinya atau disebut sebagai proses visual imagery. Selanjutnya
yaitu, seseorang dapat menunjukan representasi peristiwa yang
diamatinya dalam bentuk bahasa. Menurut Bandura, agar peristiwa itu
dapat diteladani, seseorang tidak hanya mampu mereka dalam memori
tetapi juga harus mampu membayangkan secara mental bagaimana ia
dapat menjalankan timdakan yang diteladani. Memvisualisasikan berarti
seseorang sedang melakukan sesuatu yang disebut sebagai rehearsal.

Tahap yang berikutnya dari proses belajar sosial yaitu reproduksi


motoris. Pada tahap ini khalayak akan menghasilkan perilaku atau
tindakan yang diamatinya. Tetapi, perilaku atau tindakan yang
dihasilkan tidaklah semata mata dihasilkan begitu saja, tindakan yang
akan dihasilkan akan bergantung pada motivasi. Motivasi bergantung

28
RAHASIA

pada peneguhan. Ada tiga macam peneguhan yang mendorong


seseorang untuk melakukan tindakan, yaitu peneguhan eksternal,
peneguhan gantian (vicarious reinforcement), dan peneguhan diri (self
reinforcement).

Peneguhan eksternal merupakan dorongan yang berasal dari luar


diri khalayak untuk melakukan suatu tindakan. Hal tersebut dijelaskan
oleh Jalaludin Rakhmat dengan contoh sebuah peristiwa sederhana
tentnag penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Pelajaran
berbahasa Indonesia yang baik dan benar telah dipelajari sejaak lama,
dalam hal ini berarti telah disimpan dalam memori seseorang.
Seseorang bermaksud mempraktikannya dalam percakapan dengan
orang lainnya dan hal itu hanya akan dilakukan apabila ia mengetahui
orang lain tidak akan mencemooh dirinya, atau bila ia yakin orang lain
akan menghargai tindakannya. Inilah yang disebut sebagai peneguhan
eksternal.

Seseorang juga akan terdorong untuk melakukan perilaku teladan


bila melihat orang lain berbuat hal yang sama mendapat ganjaran
karena perbuatannya. Seseorang memerlukan peneguhan gantian
untuk mendorong ia tetap melakukan perilaku teladan. Walaupun tidak
mendapatkan ganjaran (pujian, penghargaan, status, dan sebagainya).
Tetapi melihat orang lain mendapat ganjaran karena perbuaatannya
yang ingin diteladani akan membantu terjadinya proses reproduksi
motorik.

Tindakan teladan akan dilakukan oleh seseorang apabila dirinya


sendiri mendorong tindakan itu. Dorongan dari diri sendiri itu mungkin
timbul dari perasaan puas, senang, atau dipenuhinya citra diri ang
ideal. Seseorang akan mengikuti anjuran bahasa Indonesia yang baik
dan benar bila ia yakin bahwa dengan cara itu ia dapat memberikan
kontribusi bagi kelestarian bahasa Indonesia.

29
RAHASIA

b) Agresi sebagai dampak komunikasi massa

Menurut teori proses belajar sosial Bandura, seseorang cenderung


meniru perilaku yang diamatinya dengan menempatkan stimulus
sebagai teladan untuk perilakunya. Selain penggunaan bahasa
Indonesia yang bail dan benar, media massa juga dimungkinkan dapat
menyebabkan seseorang melakukan kekerasan atau dengan kata lain
media massa dapat mendorong orang menjadi agresif.
Definisi agresi itu sendiri dijelaskan sebagai bentuk perilaku yang
diarahkan untuk merusak atau melukai orang yang menghindari
perlakuan seperti itu (Baron dan Byrne dalam Rakhmat, 2011:240).
Dalam hal ini, sejumlah studi menemukan bahwa media tidak
menciptakan dorongan agresif, melainka merangsang (simuli) potensi
agresi individu. Menonton adegan-adegan agresif justru dapat
menyingkirkan perasaan-perasaan agresif individu. Bila melihat
beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh pakar-pakar dibidangnya
menunjukan bahwa agresi sebagai dampak komunikasi massa yaitu
lebih cenderung pada adegan-adegan kekerasan yang ditayangkan
melalui televisi.

Sedangkan menurut David Giles dalam bukunya yang berjudul “Media


Psychology” ada tiga dampak dari komunikasi massa melalui media, yaitu
(David, 2003: 52-58) :

a. Imitation

Apa yang dimaksud dengan Imitation adalah penonton suka meniru


apa yang mereka lihat di TV atau media-media lainnya. Hal ini biasa terjadi
terutama pada anak-anak dan remaja.

30
RAHASIA

b. Excitation

Dampak Excitation adalah tayangan-tayangan di televise menimbulkan


rangsangan terhadap pemirsanya. Contohnya seperti program yang
menayangkan hal-hal yang mengandung unsure pornografi.

c. Desensitisation

Tayangan dengan isi yang sama dan ditonton secara terus-menerus


akan mempengaruhi persepsi dan pola piker penontonnya terhadap hal yang
terdapat atau isi dalam tayangan tersebut.

31
RAHASIA

BAB III

EVALUASI

11. Evaluasi akhir

a. Jelaskan pengertian komunikasi!


b. Jelaskan pengertian psikologi komunikasi!
c. Jelaskan pengertian proses komunikasi!
d. Jelaskan tahapan proses komunikasi!
e. Jelaskan aspek-aspek komunikasi menurut dan Jalaluddin!
f. Jelaskan aspek-aspek komunikasi menurut Mulyana!
g. Jelaskan pengertian komunikasi empatik!
h. Jelaskan ciri-ciri komunikasi massa!
i. Jelaskan dampak dari komunikasi massa melalui media

32
RAHASIA

Lampiran III Keputusan Kadispsiad


Nomor Kep / 2 / III / 2019
Tanggal 4 Maret 2019

BAB IV

PENUTUP

12. Penutup
Demikian Naskah Sekolah Sementara ini disusun sebagai Bahan Ajaran untuk
dipedomani oleh para Perwira Siswa dan Guru Militer dalam Proses Belajar
dan Mengajar materi pelajaran Psikologi Komunikasi pada Pendidikan
Lanjutan Perwira I TNI AD.

33

Anda mungkin juga menyukai