Anda di halaman 1dari 69

STANDAR OPERASIONAL

PROSEDUR
(SOP)
POLSEK NAGREG

Nagreg , Agustus 2022


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
DAN PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS UNIT
KERJA PADA POLSEK NAGREG

I. PENDAHULUAN
1. UMUM
a. Kepolisian adalah alat Negera penegak hukum yang terutama bertugas
mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan
dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum,terselenggaranya
perlindungan ,pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat serta
terbinanya ketentraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak azasi
manusia.
b. Untuk menjadi Polri yang mandiri dan propesional harus terlebih dahulu
mengetahui dan memahami tugas pokok fungsinya masing-masing, di era
globalisasi sistim kehidupan yang selalu menggerakkan tehnis dan taktik
dengan kecanggihan media electronic lewat jaringan sosial ,ini semua
memungkinkan kejahatan timbul dengan sangat pesat dan angka kriminalitas
semakin meningkat serta korban yang muncul semakin bertambah pula
keresahan-kerasahan masyarakat tersebut membuat polri dituntut untuk lebih
propesional dalam memberikan pelayanan dan dapat memberikan keyakinan
kepada masyarakat rasa aman dan tidak merasa dipersulit dalam situasi yang
sulit.
c. Situasi yang komplek inilah motivasi kita bersama-sama menggali kembali
cara bertindak yang lebih spesifik dan efektif dengan memberikan inovasi-
inovasi kerja yang mengedepankan rasa simpatik serta berintegrasi terhadap
masyarakat untuk mengumpulkan informasi dan bersama-sama mencari titik
terang dalam hal pencapaian situasi yang kondusif tanpa menimbulkan kontra
produktif di tengah-tengah masyarakat karena kelalaian oknum itu sendiri.
d. Menyadari bahwa masalah kamtibmas bukanlah semata tanggung jawab Polri
dan dirasa perlu harus bekerja sama dengan Instansi terkait dibantu oleh
masyarakat.
e. Tugas dan Pelayanan Polri saat ini harus Transparans dan Akuntabel dan
dapat langsung dirasakan masyarakat dengan mudah serta terjangkau.
f. Untuk mewujudkan serta mengoptimalkan tugas– tugas pelayanan Kepolisian
diwilayah Hukum Polsek Beringin selaku Pelindung, Pengayom dan Pelayan
Masyarakat serta Penegak Hukum perlu mengeluarkan dan mempedomani
Standar Operasional Prosedur ( SOP ) dalam pelaksanaan tugasnya

2. DASAR
a. Undang – undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
b. Peraturan Kapolri Nomor 23 Tahun 2010 tanggal 30 September 2010 tentang
Susunan Organisasi dan tata cara kerja tingkat Polres dan Polsek.
c. Surat Keputusan Kapolri No. Pol : SKEP / 649 / VIII / 2004 tanggal 25 Agustus
2004 tentang Pedoman pelaksanaan Tugas Bintara Polri di Lapangan.
d. Peraturan Kabinkam Polri No. 09 tahun 2009 tanggal 31 Desember 2009
tentang Penjagaan.
e. Peraturan Kapolri No. 10 tahun 2009 tanggal 31 Desember 2009 tentang
Pengawalan.
f. Peraturan Kapolri No. 11 tahun 2009 tanggal 31 Desember 2009 tentang
Patroli.
g. Peraturan Kapolri No. 12 tahun 2009 tanggal 31 Desember 2009 tentang
TPTKP.
h. Peraturan Kapolri No. 13 tahun 2009 tanggal Desember 2009 tentang
Tipiring.
i. Peraturan Kapolri No. 16 tahun 2006 tanggal 5 Desember 2006 tentang
Pengendalian Massa.
j. Undang - undang No 14 tahun 2008 tentang keterbukaan informasi public.
k. Undang - undang No 24 tahun 2009 tentang Pelayanan public.
l. Surat Keputusan Kapolri No. Pol. : SKEP / 816 / IX / 2003 tanggal 17
September 2003 tentang naskah sementara juklak penerbitan SKCK.
m. Undang – undang No. 08 tahun 1981 tentang KUHAP
n. SKEP / 82 / 12 / 2006 / Bareskrim tanggal 15 Desember 2006 tentang naskah
sementara pedoman penyelenggaraan administrasi penyidikan dan naskah
sementara pedoman penyidikan tindak pidana.
o. Surat Telegram Kapolda Sumut No. Pol : STR / 39 / I / 2009 tanggal 29
Januari 2009 tentang percepatan pembangunan kepercayaan masyarakat
kepada Polri telah ditetapkan program Quick Wins khususnya yang berkaitan
dengan pemberian SP2HP yang diberikan setiap tahap penyidikan.
p. Peraturan Kapolri No. 12 tahun 2009 tentang pengawasan dan pengendalian
perkara pidana dilingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia.
q. Surat Keputuan Kapolri No.Pol : SKEP/ 737 / X /2005 tanggal 13 Oktober
2005 tentang kebijakan dan strategi penerapan model Perpolisian Masyarakat
dan penyelenggaraan tugas Polri.
r. Peraturan Kapolri No. 07 tahun 2008 tentang Pedoman dasar strategi dan
implementasi Pemolisian Masyarakat dalam penyelenggaraan tugas Polri.
s. Pasal 27 ayat ( 2) Undang – undang No. 2 tahun 2002 tentang Peraturan
disiplin anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.
t. Surat Kapolri Nomor : B / 725 / II / 2010 tanggal 25 Pebruari 2010 tentang
pelaksanaan Birokrasi Polri.

3. MAKSUD DAN TUJUAN

a. Maksud
Adalah untuk memberikan gambaran / pedoman kepada para personil Polri
untuk melaksanakan tugasnya sesuai dengan Unitnya masing – masing
dilingkungan Polsek Nagreg.
b. Tujuan
Untuk memudahkan serta sebagai tolak ukur dalam pelaksanaan tugas serta
keberhasilan masing masing unit sesuai dengan Tugas Pokok Masing
masing.

4. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup Standart penyusunan buku pedoman ini mencakup ketentuan


umum dan pelaksanaan tugas masing-masing seksi, unit sentra pelayanan
kepolisian terpadu dan satuan pada Polsek Nagreg.

5. TATA URUT:

BAB I PENDAHULUAN
BAB II KETENTUAN UMUM
BAB III PELAKSANAAN TUGAS MASING-MASING SEKSI,UNIT
DAN SENTRA PELAYANAN KEPOLISIAN TERPADU
BAB IV PENUTUP
BAB II
KETENTUAN UMUM
1. Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disingkat Polri adalah
alat Negera yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat,menegakkan hukum,serta memberikan
perlindungan ,pengayoman dan pelayanan pada masyarakat dalam rangka
terpeliharanya keamanan dalam negeri.
2. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disingkat
Kapolri adalah pimpinan Polri dan penanggungjawab penyelenggaraaan
kepolisian.
3. Kepolisian daerah yang disingkat Polda adalah pelaksana tugas dan
wewenang polri diwilayah provinsi yang berada dibawah kapolri.
4. Kepala polda yang selanjutnya disingkat Kapolda adalah pimpinan polri di
daerah propinsi yang bertanggungjawab kepada kapolri.
5. Kepolisian resor yang selanjutnya disingkat polres adalah pimpinan polri di
wilayah kabupaten/ kota yang bertanggungjawab kepada Kapolda.
6. Kepala Polres yang selanjutnya disingkat Kapolres adalah pimpinan polri di
wilayah kabupaten/ kota yang bertanggungjawab kepada Kapolda.
7. Bagian operasi yang disingkat Bagops adalah unsur pengawas dan pembantu
pimpinan di bidang Operasional pada tingkat Polres yang berada dibawah
Kapolres.
8. Bagian perencanaan yang selanjutnya disingkat Bagren adalah unsur
pengawas dan pembantu pimpinan di bidang perencanaan program dan
anggaran pada tingkat Polres yang berada dibawah Kapolres.
9. Bagian sumberdaya yang selanjutnya disingkat Bag sumda adalah unsur
pengawas dan pembantu pimpinan di bidang personil,sarana dan prasarana
dan hukum pada tingkat Polres yang berada dibawah Kapolres
10. Seksi pengawasan yang selanjutnya disingkat Siwas adalah unsur pengawas
dan pembantu pimpinan dibidang monitoring dan pengawasan umum
ditingkat Polres yang berada dibawah Kapolres.
11. Seksi Profesi pengamanan yang selanjutnya disingkat Sipropam adalah unsur
pengawas dan pembantu pimpinan dibidang provoos dan pengawas internal
ditingkat Polres yang berada dibawah Kapolres.
12. Seksi keuangan yang selanjutnya disingkat Sikeu adalah unsur pengawas
dan pembantu pimpinan dibidang keuangan ditingkat Polres yang berada di
bawah Kapolres.
13. Seksi umum yang selanjutnya disingkat Sium adalah unsur pengawas dan
pembantu pimpinan dibidang Administrasi umumdan pelayanan markas
ditingkat Polres yang berada dibawah Kapolres.
14. Seksi Tehnologi Informatika Polri yang selanjutnya disingkat Sitipol adalah
unsur pengawas dan pembantu pimpinan dibidang pelayanan teknologi dan
informasi Polri, ditingkat Polres yang berada dibawah Kapolres.
15. Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu yang selanjutnya disingkat SPKT
adalah unsur pelaksana tugas pokok dibidang pelayanan Kepolisian pada
tingkat Polres yang berada di bawah Kapolres.
16. Satuan Intelijen yang selanjutnya disingkat Sat intelkam adalah unsur
pelaksana tugas pokok di Fungsi Intelkam pada tingkat polres yang berada
dibawah Kapolres.
17. Satuan Reserse Kriminal yang selanjutnya disingkat Sat Reskrim adalah
unsur pelaksana tugas pokok di Fungsi Reserse Kriminal pada tingkat polres
yang berada dibawah Kapolres.
18. Satuan Narkotika,psikotropika dan obat berbahaya yang selanjutnya
disingkat Sat Narkoba adalah unsur pelaksana tugas pokok di Fungsi
Reserse Narkoba pada tingkat polres yang berada dibawah Kapolres.
19. Satuan Samapta Bhayangkara yang selanjutnya disingkat Sat Shabara
adalah unsur pelaksana tugas pokok di Fungsi Samapta Bhayangkara pada
tingkat polres yang berada dibawah Kapolres.
20. Satuan Lalulintas yang selanjutnya disingkat Sat Lantas adalah unsur
pelaksana tugas pokok di Fungsi Lalu Lintas pada tingkat polres yang berada
dibawah Kapolres.
21. Kepolisian Sektor yang selanjutnya disingkat Polsek adalah pelaksana Tugas
dan wewenang Polri di wilayah Kecamatan yang berada dibawah Kapolres.
22. Kepala Polsek yang selanjutnya di Kapolsek adalah pimpinan Polri di daerah
Kecamatan yang bertanggungjawab kepada Kapolres.
23. Seksi Umum yang disingkat Sium adalah unsur pembantu pimpinan dibidang
administrasi umum, personil,sarana dan prasarana,dan hukum serta
pelayanan markas ditingkat Polsek yang berada dibawah Kapolsek.
24. Seksi Hubungan masyarakat yang disingkat Sihumas adalah unsur pembantu
pimpinan dibidang penyampaian Informasi kepada masyarakat ditingkat
Polsek yang berada dibawah Kapolsek.
25. Unit Pengamanan yang selanjutnya disingkat Unirprovoos adalah unsur
pembantu pimpinan dibidang pengawasan internal ditingkat Polsek yang
berada dibawah Kapolsek.
26. Sentra Pelayanan Kepolisian terpadu yang selanjutnya disingkat SPKT
adalah unsur pelaksana tugas pokok dibidang pelayanan Kepolisian pada
tingkat Polsek yang berada dibawah Kapolsek.
27. Unit Intelijen dan keamanan yang selanjutnya disingkat Unit Intelkam adalah
unsur pelaksana tugas pokok difungsi intelkam pada tingkat polsek yang
berada dibawah Kapolsek.
28. Unit Reserse Kriminal yang selanjutnya disingkat Unit Reskrim adalah unsur
pelaksana tugas pokok difungsi Reserse Kriminal pada tingkat polsek yang
berada dibawah Kapolsek.
29. Unit Samapta Bhayangkara yang selanjutnya disingkat Unit Shabara adalah
unsur pelaksana tugas pokok difungsi Samapta Bhayangkara pada tingkat
polsek yang berada dibawah Kapolsek.
30. Unit Bimbingan masyarakat yang selanjutnya disingkat Unit Binmas adalah
unsur pelaksana tugas pokok difungsi Bimbingan terhadapmasyarakat pada
tingkat polsek yang berada dibawah Kapolsek.

BAB III
PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS MASING-MASING SEKSI,SENTRA PELAYANAN
KEPOLISIAN DAN UNIT UNIT DI POLSEK NAGREG

1. SEKSI UMUM POLSEK NAGREG

Sium Polsek Nagreg yang merupakan unsur pembantu pimpinan dan


pelaksanaan tugas dalam mengemban tugas pokok guna menciptakan hubungan
surat-menyurat antara pimpinan dengan polres, antara pimpinan dengan unit-unit,
antara pimpinan dengan instansi terkait, pembinaan administrasi personil, sarana dan
prasarana, pelatihan fungsi yang dilaksanakan dengan pedoman kelengkapan
administrasi Polri untuk mencapai tujuan organisasi.

Seksi umum (sium) dipimpin oleh Kasium, yang bertanggung jawab kepada
Kapolsek dalam pelaksanan tugas sehari-hari di bawah Kapolsek.

Dalam melaksanakan tugas, Sium dibantu oleh 3 (tiga) sub bagian yang terdiri
dari :
a. Urusan perencanaan dan pelayanan administrasi (Ur renmin) bertugas
merencanakan dan pelayanan bidang administrasi umum, ketata usahaan, dan
kearsifan dilingkungan Polsek.
b. Urusan tata usaha dalam (Ur taud) bertugas melakukan pelayaan urusan dalam
komando / markas di lingkungan Polsek, antara lain melaksanakan pelayanan
fasilitas kantor, rapat, protokoler untuk upacara dan urusan dalam lingkungan
Polsek.
c. Urusan perawatan tahanan dan barang bukti ( Ur Tahti) bertugas merawat tahanan
dan barang bukti di lingkungan Polsek.

A. UR PERENCANAAAN / PELAYANAN ADMINISTRASI ( UR RENMIN)


Ur renmin bertanggung jawab kepada Kasium, perencanaan dan Pelayanan
administrasi yang terdapat pada Ur renmin melaiputi :

1). Pelayanan Administrasi surat masuk dan surat keluar serta tata arsif.

a). SURAT MASUK

Setiap surat / tulisan dinas yang masuk dari kesatuan tingkat


atas (Polres) maupun dari instansi luar, baik yang dialamatkan kepada
pimpinan (Kapolsek) maupun kepada Unit-unit di mapolsek
dikirimkan/diterima melalui sium Polsek, kemudian sium melakukan
tindakan

1).Penyortiran dengan prioritas derajat dan klasifikasi

2).Pencatatan dalam buku agenda dan lembar disposisi.

3).Penyaluran/pendistribusian kepada yang bersangkutan, bagi surat-


surat yang memerlukan kebijaksanaan pimpinan atau yang
memerlukan penilaian pimpinan, diajukan kepada pimpinan untuk
mendapatkan petunjuk / pengarahan lebih lanjut.

4).Apabila isi surat / tulisan dinas tersebut memerlukan penanganan


beberapa badan / unit-unit dan kebijakan pimpinan, kemudian
penanganannya memerlukan waktu yang relatif lancar maka
surat / tulisan dinas tersebut diproses dengan syistem tata naskah.

5).Apabila ternyata isi surat tersebut tidak memerlukan penanganan lebih


lanjut dan dianggap selesai maka surat tersebut diarsifkan.
b). SURAT KELUAR

(1). Setiap surat tulisan dinas yang dialamatkan ke instansi lain dibuat
oleh sium Polsek Nagreg maufun fungsi-fungsi di lingkungan Polsek
menggunakan kop surat, dan cap jabatan pimpinan yang berada di
sium Polsek Nagreg.

(2). Setiap surat / tulisan dinas yang dibuat / dikonsep oleh kesatuan
fungsi di lingkungan Polsek Nagreg yang diajukan / dimintakan
tanda tangan pimpinan, maka sebelumnya konseftor membubuhi
paraf duplikat (yang akan diajukan ) sebagai pertanggung jawaban
serta isi / materinya,kemudian diteruskan ke sium, sium menelitinya
serta membubuhkan paraf sebagai pertanggung jawaban minunya
setelah itu baru diajukan kepada pimpinan untuk dimintakan tanda
tangan.

(3). Hak untuk menanda tangani surat / tulisan dinas yang dikirimkan ke
luar instansi adalah pimpinan (kapolsek).

(4). Tugas-tugas rutin masing-masing fungsi yang merupakan kebijakan


pimpinan yang menyangkut Laporan komando / kesatuan ditanda
tangani oleh pimpinan (kapolsek), tembusan kepada Kapolresta
Bandung.

2). TATA ARSIF

Surat / tulisan dinas yang masuk / keluar terutama yang merupakan


kebijakan pimpinan baaik yang dibuat oleh sium maupun yang oleh
Kanit-kanit di lingkungan Polsek Nagreg maupun yang berasal dari
instansi luar selesai penangannya di arsifkan, pengurusan arsif
dilakukan sesuai dengan kebutuhan minu Polri.

a). Disimpan sesuai jenis surat yang akan  diarsifkan

b). Diurutkan sesuai nomor dan tanggal surat

c). Arsif disimpan ditempat yang aman

B. URUSAN TATA USAHA DALAM ( UR TAUD )


Urusan Tata usaha dalam (Ur Taud) Pelayanan markas di lingkungan
Polsek antara lain meliputi :

a). Pelayanan rapat dan kebersihan Mako Polsek

a. Rapat

Menyiapkan dan menyelenggarakan rapat yang diselenggarakan


oleh pimpinan bersama-sama kepada kesatuan fungsi dan para
kanit-kanit di lingkungan Polsek Nagreg.

(1).Menyiapkan ruangan dan menyusun kursi

(2).Membuat Notulen rapat

b. Kebersihan

(1). Membersihkan Lapangan apel

(2). Membersihkan Ruangan kapolsek

(3). Membabat rumpur

(4). Memelihara kebersihan Mako Polsek

A. URUSAN PERAWATAN TAHANAN DAN BARANG BUKTI


a. Panduan besuk tahanan

1).Tamu Tahanan melapor kepada petugas jaga SPKT Polsek dan


menunjukkan identitas diri serta meninggalkan/menitipkan
kepada petugas jaga tahanan.

2). Petugas jaga SPKT memeriksa barang-barang bawaan tamu


Tahanan.

3). Barang yang tidak diperkenankan masuk agar dititipkan kepada


petugas jaga tahanan.

4). Barang bawaan yang berupa makanan agar dicicipi oleh tamu
tahanan untuk menjaga hal-ahal yang tidak diinginkan.

5). Dilarang memakai Narkoba, minuman keras, obat-obatan terlarang


serta barang-barang terlarang lainnya.
6). Petugas jaga agar mengawasi tamu besuk tahanan pada ruangan
yang telah disediakan dan dilarang dibawa ketempat lain.

7). Besuk tahanan gratis, dilarang meminta uang kepada tamu


tahanan.

8). Waktu jam besuk tahanan : selasa s/d kamis jam 10.00 – 14.00
wib, hari libur/minggu jam 09.00 – 11.00 wib.

9). Melaporkan kepada Kaur tahtih pada jam dinas dan diluar jam
dinas melapor kepada KA SPKT.

b. Panduan Jaga Tahanan

1). Petugas SPKT mengontrol tahanan setiap 1 jam sekali dan


dimasukkan kedalam buku mutasi

2). Petugas jaga harus mencek keadaan kesehatan tahanan


didampingi petugas medis setiap hari dari Puskesmas.

3). Bila ada tahanan sakit harus dibawa berobat ke Puskesmas


Kecamatan dan bila harus Opname harus ada surat rujukan dari
petugas Puskesmas ke RSU atau dan dilakukan penjagaan oleh
petugas jaga tahanan secara bergantian.

4). Bila menerima Tersangka yang akan dimasukkan ke dalam tahanan


RTP Polsek Nagreg harus ada surat perintah penahanan dan
harus diperiksa kondisi kesehatannya.

5). Dilarang memasukkan tahanan ke RTP Polsek Nagreg yang belum


ada surat perintah penahanannya.

6). Penahanan di RTP Polsek Nagreg paling lama 20 hari selanjutnya


tahanan harus dititipkan ke rutan / lapas.

7). Melaporkan kepada Ur Tahti pada jam dinas dan diluar dinas
melapor kepada KA SPKT.

c. Panduan perawatan tahanan

1). Tahanan diberikan makan 2x setiap hari

2). Tahanan di cek kesehatannya setiap hari


3). Tahanan di berikan olah raga 2x seminggu setiap hari selasa dan
jum’at

4). Tahanan diberikan bimbingan rohani dan mental 1x seminggu


setiap hari Kamis

. Panduan Perawatan Barang bukti

1). Barang bukti disimpan digudang penyimpanan barang bukti

2). Setiap barang bukti harus diberi label barang bukti

3). Barang Bukti harus di kontrol setiap hari

4). Dilarang mengurangi atau menambah atau menggelapkan atau


memakai barang bukti untuk kepentingan pribadi

5). Keluar masuk barang bukti harus diketahu Kaur tahti

6). Keluar barang bukti gratis tidak dikenakan biaya

7). Semua barang bukti harus didatakan pada buku register barang
bukti

2. SEKSI HUBUNGAN KEMASYARAKATAN (SIHUMAS ) POLSEK NAGREG

Sihumas bertugas menyelenggarakan Komunikasi dan Informasi kepada Masyarakat


meliputi kegiatan komunikasi kepolisian, pengumpulan dan pengolahan serta penyajian data
termasuk informasi kriminal dan pelayanan multi media.

Sihumas menyelenggarakan fungsi :

a. Penyelenggaran penyampaian atensi dan keterangan pimpinan kepada Masyarakat


tentang hal-hal yang menyangkut hasil kinerja Polsek Nagreg.
b. Perpanjangan tangan pimpinan/Kapolsek untuk menyampaikan, menjelaskan kepada
Masyarakat tentang kasus-kasus yang sedang di tangani di Polsek Nagreg.
c. Penyelenggaraan Koordinasi dengan Instansi terkait yang ada di di Wilkum Polsek
Nagreg yang berkaitan dengan tugas-tugas kemasyarakatan.

3. UNIT PROVOOS POLSEK NAGREG

Unit Provoos merupakan unsur pengawas dan pembantu pimpinan yang berada dibawah
Kapolsek
Unit Provos Polsek Nagreg bertugas melaksanakan pembinaan dan pemeliharaan
disiplin, pengamanan internal, pelayanan pengaduan Masyarakat yang diduga dilakukan
oleh anggota Polri dan selanjutnya melaporkan ke Sie Propam Polresta Bandung.

Unit Provos Polsek Nagreg di pimpin seorang Kanit Provoos bertanggung jawab
mengenai penegakan disiplin kepada Kapolsek.

Unit Provos menyelenggarkan fungsi :

1). Penegakan kedisiplinan personil, mengabsen personil setiap melaksanakan apel pagi
dan apel siang.

2). Mengawasi Personil polsek yang melaksanakan Tugas di lapangan atas perintah
Kapolsek, baik kehadiran maupun pelaksanakan Tugas tersebut.

3). Aapabila ada personil yang melanggar disiplin, tidak mengikuti apel, tidak masuk
dinas, tidak melaksanakan tugas atas perintah Kapolsek, maka unit provos membuat
laporan Polisi dan melaporkan ke Sie Propam Polresta atas sepengetahuan Kapolsek.

4). Apa bila ada pengaduan masyarakat mengenai anggota Polsek yang melakukan
tindak kriminal / kekerasan atau kejahatan lainnya terhadap masyarakat, maka Unit
provos menerima pengaduan tersebut dan melaporkan kepada Kapolsek dan
selanjutnya menyerahkan ke sie Propam Polresta untuk penanganan lebih lanjut.

4. SENTRA PELAYANAN KEPOLISIAN TERPADU POLSEK NAGREG

a. Penjagaan adalah salah satu bentuk kegiatan Kepolisian yang bersifat


preventif memberikan perlindungan, pengayoman, pelayanan serta
memelihara keselamatan orang, harta benda atas kepentingan masyarakat
dan kepentingan Negara.

b. Keamanan dan Ketertiban masyarakat adalah suatu kondisi dinamis


masyarakat sebagai salah satu prasyarat terselenggaranya proses
pembangunan nasional dalam rangka tercapainya tujuan nasional yang
ditandai oleh terjaminnya keamanan dan ketertiban dan tegaknya hukum
serta terbinanya ketentraman yang mengandung kemampuan membina serta
mengembangkan potensi dan kekuatan masyarakat dalam menangkal,
mencegah dan menanggulangi segala bentuk pelanggaran hukum dan bentuk
– bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan masyarakat.

TUGAS POKOK PENJAGAAN


Untuk melaksanakan kegiatan Kepolisian yang bersifat preventif memberikan
perlindungan, pengayoman, pelayanan serta memelihara keselamatan orang, harta
benda atas kepentingan masyarakat dan kepentingan Negara.

PELAKSANAAN PENJAGAAN

PENJAGAAN MARKAS
a) Membuat jadwal tugas – tugas penjagaan
(1) Tunjuk Petugas
(2) Buat jadwal sesuai petunjuk
Pada prinsipnya dibawah tanggung jawab Ka SPKT.

b) Melaksanakan dinas jaga sesuai jadwal


(1) Menaikkan bendera merah putih, Pukul 06.00 Wib
(2) Menurunkan bendera merah putih, Pukul 18.00 Wib
(3) Memukul Lonceng setiap jam, selama 1 x 12 Jam dan ditulis dalam
buku Mutasi
(4) Mutasi dengan menggunakan tinta warna hitam ,warna merah dalam
penulisan pemukulan lonceng.

c) Memperhatikan dan meneliti secara khusus hal – hal yang ada diruang jaga

(1) Buku – buku dan formulir / blanko yang harus ada di penjagaan
(2) Isi kotak PPPK/PPGD dan alat pemadam kebakaran
(3) Papan pengumuman turunan / petikan dari peraturan – peraturan dan
Instruksi – instruksi dinas.
(4) Jaga kebersihan dan ketertiban ruang jaga tahanan, kamar mandi dan
WC
(5) Senjata dalam keadaan kosong dan disimpan dalam lemari yang
terkunci, tetapi mudah terjangkau
(6) Jangan menggunakan senjata dan amunisi, jika tidak diperlukan.

d) Menjaga dan memelihara barang – barang inventaris


(1) Buku – buku penjagaan
(2) Senjata api
(3) Amunisi
(4) Pesawat telephone, dan lain – lain.
Anggota jaga bertanggung jawab pada saat pelaksanaan tugas.Jangan
sampai ada yang hilang barang – barang diruang kerja.

e) Memperhatikan ketentuan cara menerima / mengirim berita Telephon sesuai


ketentuan :
(1) Menerima Telephone
 Angkatlah gagang Telephone (bordering untuk yang kedua kalinya)
 Ucapkanlah identitas yang berbicara (Nama Kesatuan/Nomor
Telephonenya, kemudian nama dan pangkatnya sendiri)
 Tanyakan identitas yang berbicara (Dengan Siapa yang berbicara)
 Tanyakan apa yang dapat dibantu
 Tutup pembicaraan (dengan ucapan terima kasih dan salam)
(2) Mengirim berita per Telephone
 Angkat gagang Telephone, kemudian putar nomor yang
dikehendaki dengan ujung jari telunjuk
 Ucapkan salam, dengan menyebutkan nama dan alamat kesatuan
sendiri
 Tanyakan, dapatkah berbicara dengan orang yang dimaksud
 Tutup pembicaraan dengan ucapan terima kasih dan salam.

f) Peralatan / perlengkapan yang digunakan dalam tugas penjagaan terdiri dari :


 Perlengkapan yang bersifat umum, meliputi Gampol, peralatan
perorangan, Senpi dan Kendaraan.
 Perlengkapan yang bersifat khusus, meliputi ; KIT TPTKP, P3K, dan
Blanko – blanko.

Konfigurasi Standart dari Regu Penjagaan.


Konfigurasi standar adalah kekuatan personil yang harus ada pada satu regu
penjagaan. Sesuai ketentuan yang ditentukan konfigurasi standar yang dimaksud
adalah sebagai berikut :
Unit Penjagaan Tk Polsek ;
1. Petugas sebagai Kepala SPK
2. Petugas sebagai Anggota
Dimana petugas Penjagaan harus memiliki kualifikasi kemampuan antara lain :
a. Yanmas
b. TPTKP
c. Proses Tipiring
d. Mengoperasikan Komputer
e. Menembak mahir kelas 2
Kegiatan yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan penjagaan antara lain ;
a. Persiapan diri
b. Persiapan perlengkapan
Persiapan dalam rangka tugas penjagaan perlu dilakukan karena beberapa sebab,
antara lain :
a. Penjagaan adalah ujung tombak pelayanan masyarakat.
b. Dengan persiapan yang memadai petugas akan dapat memberikan
pelayanan kepada masyarakat secara cepat dan tepat.
c. Dengan persiapan yang memadai akan memungkinkan petugas
berpenampilan yang professional dan membanggakan.

PENANGANAN LAPORAN
(1) Laporan Lisan
 Ajukan pertanyaan (SIADIDEMENBABI)
 Buat Catatan (Draft)
 Tuangkan dalam formulir (formulir Laporan Polisi -Model B)
 Dibacakan kembali kepada Pelapor (setelah laporan selesai diketik,
bicarakan dengan pelapor atau dipersilahkan membaca sendiri)
 Minta tanda tangan
 Tawarkan apa yang masih dapat dibantu
 Berikan surat tanda lapor, dengan mencatat dalam buku register, beri
nomor dan serahkan pimpinan.

(2) Laporan Tertulis


 Terima surat laporan
 Baca dan periksa laporan tersebut, diteliti apakah sudah lengkap
keterangan – keterangannya / identitas pelapor serta tanda tangan dari
pelapor. Bila sudah lengkap dituangkan dalam formulir laporan polisi
 Berikan surat tanda lapor.
 Tanyakan apa yang masih dapat dibantu
MELAYANI MASYARAKAT
(1) Menyambut pelapor di penjagaan (sambutlah tamu, jangan biarkan sambil
berdiri , beri salam dengan ucapan : “selamat pagi/siang/malam dengan
ramah dan sopan”
(2) Melayani pelapor (dengan menyilahkan duduk pada kursi yang ada,
perkenalkan diri kemudian tanyakan nama serta identitas, dengarkan
dengan baik maksud dan keperluannya, kemudian menanyakan nama
serta identitas tamu, segera mengambil tindakan cepat, misalkan : Buat
Laporan Tertulis, datangi TKP, mengantarkan tamu).

PENJAGAAN TAHANAN

(a) Persiapan
(1) Cek jumlah tahanan, sesuaikan daftar tahanan pada buku dan
papan tahanan.
(2) Cek kesehatan tahanan, amati keadaan/kondisi dari tiap – tiap
tahanan.
(3) Cek administrasi dari setiap tahanan yang ada
(4) Amati ruang tahanan secara umum, seperti kunci, teralis dan
sebagainya
(5) Cek kelengkapan dan kebersihannya
(6) Cek barang – barang berbahaya, dengan cara mengeluarkan
barang – barang yang dapat dipergunakan untuk bunuh diri,
melarikan diri atau untuk membakar.

(b) Pelaksanaan
(1) Sebelum dimasukkan dalam RTP, tahanan harus dilindungi dengan
Surat Perintah penahanan (SPP)
(2) Periksa tahanan.
(3) Periksa perlengkapan yang dipakai atau barang – barang yang
dibawa oleh tahanan.
(4) Pengurusan barang tahanan
(5) Masukkan / catat tahanan dalam daftar papan tahanan
(6) Memperlakukan tahanan secara manusiawi, bila sakit agar
melaporkan kepada pimpinan, memberikan kegiatan olahraga,
sembahyang, makan, mandi.
(7) Tata cara bezuk tahanan
- Surat ijin bezuk
- Diperhatikan / diamati
- Tentukan batas waktu
Periksa kiriman/makanan, menerima kiriman / makanan atas
seijin pimpinan dan sebelum diserahkan harus diteliti / diperiksa
jumlah maupun faktor keamanannya.
(8) Tata cara Bon Tahanan, mengisi buku bon tahanan
- Bon Tahanan harus dengan Buku Peminjaman
- Yang berhak meminjam tahanan hanya penyidik / penyidik
pembantu.
- Catat berapa lama tahanan dipinjam
(9) Sebelum serah terima, anggota jaga lama/baru bersama – sama
mengadakan pemeriksaan tahanan
(10) Cocokkan yang tercatat dalam buku registrasi barang bukti dengan
jumlah barang yang ada dan diberi label.

5. TUGAS POKOK, FUNGSI DAN KEGIATAN UNIT INTELKAM

Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, Kanit Intelkam Polsek Nagreg


bertanggung jawab langsung kepada Kapolsek Nagreg, dan dibantu oleh Ur
Yanmin, Fungsi dan kegiatan Unit Intelkam adalah sebagai berikut :

1). TUGAS

a. Menyelenggarakan dan membina fungsi intelijen di bidang keamanan,


termasuk perkiraan Intelijen, persandian, pemberian pelayanan dalam
bentuk surat Izin Keramaian, surat keterangan cacatan Kepolisian (SKCK)
kepada masyarakat serta melakukan pengamanan, pengawasan terhadap
pelaksanaannya.

b.Membina dan menyelenggarakan kegiatan Intelijen dalam bidang keamanan,


termasuk persandian produk intelijen, pembentukan dan pembinaan
jaringan intelijen, Kepolisian baik sebagaian dari kegiatan unit intelkam
maupun sebagai bahan masukan penyusunan rencana kegiatan
Operasional dan peringatan dini ( Early warning).
c.Memberikan pelayanan administrasi dan pengawasan senjata api aau bahan
peledak, orang asing dan kegiatan sosial politik masyarakat sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

d. Mengumpulkan dan mengolah data serta menyajikan Informasi dan


dokumentasi kegiatan Unit Intelkam Polsek Nagreg.

2). FUNGSI

a. penyelenggaraan kegiatan Intelijen dalam bidang keamanan antara lain


persandian dan produk intelijen dilingkungan Polsek Nagreg.
b. Pelaksanaan kegiatan deteksi dini ( Early warning) dan peringatan dini
c. Pengumpulan, penyimpanan dan pemutakhiran biodata tokoh formal dan
atau informan organisasi sosial masyarakat, politik dan pemerimntah.
d. Peng dokumentasian dan penganalisaan terhadap perkembangan
lingkungan strategi serta penyusunan produk intelijen untuk mendukung
kegiatan Poslek.
e. Penyusunan Prakiraan Intelijen keamanan dan menyajikan hasil analisis
setiap perkembangan yang perlu mendapat perhatian pimpinan.
f. Pemberian pelayanan dalam bentuk surat izin atau keterangan keramaian
dan kegiatan sosial politik masyarakat dan penertiban SKCK.

3). KEGIATAN

1). Urusan Operasional

a. Melaksanakan kegiatan operasional intelijen guna terlaksananya deteksi


dini (Early detection), peringatan dini (Early warning) dan kegiatan / aksi
dini (Early Action).
b. Melaksanakan kegiatan penyelidikan suatu perkara / gangguan
Kamtibmas.
c. Melaksanakan kegiatan penggalangan terhadap kelompok-kelompok
masyarakat.
d. Mengumpulkan data dan informasi dari media massa/sumber terbuka
lainnya.
e. Melakukan analisis terhadap perkembangan keadaan yang dapat
berdampak pada situasi keamanan dan ketertiban masyarakat.
2).Urusan Administrasi
a. Masyarakat yang datang ke Polsek untuk Urusan SKCK diarahkan ke Unit
Reskrim untuk mendapat Rekomendasi catatan Kriminal

b. Setelah mendapat rekomendasi catatan Criminal dari Unit reskrim,


selanjutnya pemohon mengisi daftar Pertanyaan dan kartu tik yang telah
disediakan.
c. Melakukan penerilitian terhadap catatan criminal yang dikelurkan oleh Unit
Reskrim dan daftar isikan kartu tik pemohon.
d. Setelah mendapat kelayakan untuk menerima SKCK selanjutnyan
menerbitkan SKCK yang ditanda tanfani oleh Kapolsek, sedangkan Kanit
Intelkam melegalisir SKCK yang sudah dikeluarkan.
e. Menyerahkan berkas SKCK yang telah diterbitkan kepada Masyarakat
pemohon serta menerima biaya penerbiatan SKCK sesuai dengan PP No.
76 tahun 2020 sebesar Rp 30.000,- (tiga puluh ribu rupiah).
f. Waktu penerbitan SKCK bagi Masyarakat pemohon pada Unit Intelkam
Polsek Nagreg selama 15 s/d 30 menit.

3).Pelayanan penerbitan recomendasi/izin keramaian/hiburan

a. Dasar :

1).Undang-undang Republik Indonesia nomor 2 tahun 2002.

2).Juklap kapolri No.pol : 02 / XII / 1995

b. Persyaratan

1). Surat Permohonan dari Yang bersangkutan.

2). Surat keterangan dari Kades/Lurah/camat.

3). Izin tempat pemakaian gedung / Lapangan / Ruangan.

4).Tata cara penerbitan rekomendasi / izin keramaian / hiburan

(1). Masyarakat pemohon Izin kermaian/hiburan mendatangi ruangan pelayanan


administrasi pada unit Intelkam Polsek Nagreg dan membuat surat
permohonan rekomendasi / izin keramaian/ hiburan.
(2). Petugas pelayanan pada Unit Intelkam Polsek Nagreg memberikan
penjelasan persyaratan yang harus dipenuhi dan dilengkapi oleh
pemohon sebelum diterbitkannya reromendasi/izin kermaian/hiburan.

(3). Setelah Persyaratan telah dilengkap, petugas pelayanan pada Unit


Intelkam Polsek Nagreg menebitkan Recomendasi/izin
keramaian/hiburan yang ditanda tangani oleh Kapolsek Nagreg
dengan ketentuan :

a) Unit Intelkam Polsek Nagreg


menerbitkan recomendasi / izin keramaian/hiburan.
b) Unit Intelkam Polsek Nagreg hanya
menerbitkan surat izin kermaian untuk kegiatan hiburan.
c)  Surat permohonan penerbitan surat izin keramaian dari masyarakat
harus diterima dari unit Intelkam Polsek Nagreg minimal 3 hari
sebelum pelaksanaan kegiatan.

(4). Melakukan Registrasi terhadap surat izin kermaian yang telah diterbitkan

(5). Pihak Panitia penyelenggara diarahkan diarahkan ke Sium untuk


Koordinasi dalam melaksanakan kegiatan pengamanan
terhadap kegiatan yang akan dilaksanakan.

(6).  Penerbitan recomendasi/izin keramaian/hiburan tidak dikutip bayaran

(7). Membuat produk intelijen berupa perkiraan singkat (Kirpat), informasi Khusus,
laporan atensia dll sebagai bahan masukan kepada pimpinan
untuk melakukan langkah pengamanan untuk antisipasi
terjadinya Guan Kamtibmas.

6. UNIT RESKRIM POLSEK NAGREG :


1) PELAYANAN
PELAKSANAAN

a. Sistem Pelayanan penerimaan Laporan / Pengaduan.


Dalam proses penanganan Laporan / Pengaduan yang disampaikan oleh
masyarakat kepada Polri diawali dengan tahapan pembuatan Laporan Polisi baik
Laporan Polisi model “A” , Laporan Polisi Model “B” maupun Laporan Polisi Model
“C”,
Adapun Laporan polisi model “A” adalah yang dibuat oleh anggota Polri yang
mengetahui adanya tindak pidana, Laporan Polisi model “B” dibuat oleh petugas di
SPK berdasarkan Laporan / Pengaduan yang disampaikan oleh seseorang
sedangkan Laporan Polisi model “C” dibuat oleh penyidik yang pada saat melakukan
penyidikan perkara telah menemukan tindak pidana atau tersangka yang belum
termasuk dalam Laporan Polisi yang belum di proses selanjutnya Laporan Polisi
model A,B, dan C yang telah ditanda tangani oleh pembuat Laporan Polisi dapat
dijadikan dasar untuk proses penyidikan pekaranya.

Adapun setiap Laporan dan atau Pengaduan yang disampaikan oleh seseorang
secara lisan / tertulis karena hak atau kewajibannya berdasarkan undang – undang
wajib diterima oleh petugas Polri yang bertugas di SPK, dalam hal tindak pidana
yang dilaporkan / diadukan oleh seseorang yang tempat kejadian nya (locus delicti )
berada di luar wilayah yang menerima Laporan, Petugas SPK wajib menerima
Laporan untuk kemudian diteruskan / dilimpahkan ke Kesatuan yang berwenang
guna proses selanjutnya.

Dalam memerima Laporan / pengaduan SPK wajib memberikan surat tanda


penerimaan laporan (STPL) kepada pelapor / pengadu sebagai bukti telah dibuatnya
Laporan Polisi, dan dalam proses penerimaan Laporan Polisi petugas reserse di
SPK wajib meneliti identitas pelapor / pengadu dan meneliti Informasi yang
disampaikan guna menegaskan keabsahan Informasi petugas meminta kepda
Pelapor / pengadu untuk mengisi formulir / pernyataan bahwa perkaranya belum
pernah dilaporkan / diadukan ke Kantor Polisi yang sama / yang lain, bahwa
perkaranya belum pernah di proses / dihentikan perkaranya, bahwa pelapor
bersedia di tuntut sesuai ketentuan hukum yang berlaku bila mana ketentuan atau
keterangan yang diberikan didalam Laporan Polisi ternyata di palsukan atau tidak
sesuai dengan keadaan sebenarnya atau merupakan tindakan fitnah.

Selanjutnya Laporan Polisi yang dibuat di SPK wajib segera diserahkan dan harus
sudah diterima oleh pejabat reserse yang berwenang untuk selanjutnya
mendistribusikan Laporan Polisi Paling lambat 1 (satu) hari setelah Laporan Polisi
dibuat, Laporan Polisi yang di terima oleh pejabat reserse segera dicatat dalam buku
register B-1 dan Laporan Polisi tersebut selanjutnya harus sudah disalurkan kepada
penyidik yang ditunjuk untuk melaksanakan penyidikan perkara paling lambat 3
(tiga) hari sejak Laporan Polisi dibuat.
Penyidik / Penyidik pembantu dalam melakukan penyidikan tindak pidana
mempunyai batas waktu penyelesaian perkara dihitung mulai diterbitkannya surat
perintah penyidikan.

b. Sistem pelayanan batas waktu Proses Penyidikan.

Adapun batas waktu penyelesaian perkara dihitung mulai diterbitkannya surat


perintah penyidikan meliputi :

 120 (seratus dua puluh ) hari untuk penyidikan perkara sangat sulit
 90 (Sembilan puluh) hari untuk penyidikan perkara sulit.
 60 (enam puluh) hari untuk penyidikan perkara sedang.
 30 (tiga puluh) hari untuk penyidikan perkara mudah.
Dalam hal menetukan tingkat kesulitan penyidikan, ditentukan oleh penjabat yang
berwenang menerbitkan surat perintah penyidikan.

c. Sistem pelayanan dalam Pemanggilan Korban , saksi dan tersangka.

Dalam rangka penyelidikan untuk mendapatkan keterangan terhadap perkara


yang diduga merupakan tindak pidana, petugas penyelidik / penyidik berwenang
untuk memanggil orang guna dimintai keterangan, pemanggilan dapat dilakukan
secara lisan, melalui telepon, atau dengan pengiriman surat.

Pemanggilan Tahap Penyelidikan


 Pemanggilan secara lisan harus dilakukan dengan cara :
 Disampaikan secara sopan.
 Tidak boleh memaksakan kehendak terhadap pihak yang dipanggil.
 Penentuan tentang waktu dan tempat untuk pelaksanaan pemanggilan serta
pemberian keterangan berdasarkan kesepakatan antara petugas dengan
pihak yang dipanggil
 Tidak boleh ada pemaksaan atau ancaman kepada pihak yang dipanggil yang
menolak panggilan
 Sebelum melakukan pemanggilan secara lisan harus meminta ijin kepada
atasan penyelidik / penyidik.
 Pemanggilan secara tertulis dilakukan dengan cara :
 Pengiriman panggilan dalam bentuk surat undangan.
 Materi surat undangan harus memnuhi persyaratan
 Substansi surat undangan atau surat panggilan untuk penyelidikan sekirang –
kurangnya meliputi :
 Dalam bentuk surat biasa
 Mencantumkan nama dan alamat pihak yang diundang.
 Penjelasan singkat perkara yang sedang diselidiki
 Maksud serta tujuan undangan.
 Mencantumkan nama dan alamat yang mengundang.
 Pencantuman tempat dan waktu pelaksanaan pemanggilan dan atau tempat
pemeriksaan
 Pernyataan bahwa apabila pihak yang dipangggil tidak bisa hadir pada waktu
dan tempat yang direncanakan dapat menentukan alternatif tempat dan waktu
pelaksanaannya.
 Pernyataan bahwa pelaksanaan pemeriksaan tergantung kepada kesediaan
pihak yang diundang tanpa disertai catatan sanksi apabila pihak yang
diundang tidak bersedia hadir atau diperiksa.
 Namun apabila yang dipanggil tidak mau datang akan digunakan pasal 216
KUHP.
Pemanggilan Tahap Penyidikan
 Surat panggilan kepada saksi dalam tahap penyidikan merupakan bagian dari
upaya paksa dan hanya dapat dibuat setelah SPDP dikirimkan kepada JPU.
 Surat panggilan dapat dibuat terhadap tersangka yang diperkirakan tidak akan
melarikan diri.
 Surat panggilan kepda tersangka hanya dapat dilakukan setelah penyidik
melakukan pemeriksaan terhadap para saksi dan atau gelar perkara untuk
menentukan tersangka.
 Dalam hal tersangka yang diperkirakan akan melarikan diri, menghilangkan
barang bukti, atau menyulitkan penyidikan, dapat dilakukan penangkapan
tanpa dilakukan pemanggilan terlebih dahulu
 Dalam hal tersangka yang tidak di tahan guna kepentingan pemeriksaan
penyidik hanya dapat melakukan pemanggilan paling banyak 3 (tiga) kali
 Dalam hal masih diperlukan pemeriksaan terhadap tersangka yang telah
dipanggil 3 (tiga) kali, pemanggilan terhadap tersangka harus mendapat
persetujuan dari pejabat yang berwenang / pejabat yang mengeluarkan surat
perintah penyidikan.
 Surat panggilan kepada saksi atau terangka wajib diberikan tenggang waktu
paling singkat 2 (dua) hari setelah panggilan diterima oleh orang yang
dipanggil atau keluarganya
 Dalam hal orang yang dipanggil tidak dapat memenuhi panggilan penyidik
wajib memperhatikan alasan yang patut dan wajar, dari orang yang dipanggil
guna menentukan tindakan selanjutnya.
 Dalam hal tersangka atau saksi yang dipanggil tidak dapat hadir dan
memberikan alasan yang patut / wajar untuk tidak memenuhi panggilan,
penyidik dapat melakukan pemeriksaan dirumah atau ditempat dimana dia
berada setelah mendapat persetujuan tertulis dari atasan penyidik,
 Penyidik yang telah melaksanakan pemeriksaan terhadap tersangka atau
saksi di tempat lain wajib melaporkan kepada perwira pengawas penyidik
paling lambat 2 (dua) hari setelah pelaksanaan pemeriksaan.

d. Sistem pelayanan Pemeriksaan Saksi atau Tersangka

 Pemeriksaan terhadap saksi dilaksanakan di kantor kesatuan penyidik sesuai


dengan yang dinyatakan di dalam surat panggilan.
 Pemeriksaan terhadap saksi dapt dilaksanakan di tempat lain sesuai dengan
kesepakatan antara saksi dengan penyidik sepanjang tidak mengganggu
kelancaran pelaksanaan pemeriksaan.
 Pelaksanaan pemeriksaan saksi ditempat lain harus seijin pengawas penyidik.
 Dalam hal pelaksanaan pemeriksaan saksi dapat di dampingi oleh penasihat
hukum
 Penyidik tidak boleh menolak penasihat hukum yang mendampingi saksi
 Pemeriksaan terhadap tersangka dilaksanakan di kantor kesatuan penyidik
sesuai dengan yang dinyatakan dalam surat panggilan
 Setiap pemeriksaan terhadap tersangka dapat didampingi oleh penasihat
hukumnya.
 Dalam hal tersangka meminta salinan hasil berita acara pemeriksaan,
penyidik dapat memberikan salinan kepada tersangka setelah mendapatkan
persetujuan dari perwira pengawas penyidik.
 Salinan yang diberikan hanya untuk kepentingan tersangka dan tidak
dibenarkan untuk dipublikasikan agar tidak mengganggu kelancaran
penyidikan.
 Memberikan kesempatan terhadap tersangka untuk menghubungi dan
didampingi pengacara sebelum pemeriksaan dimulai.
 Segera melakukan pemeriksaan sesui dengan waktu yang telah direncanakan
 Memulai pemeriksaan dengan menanyakan keadaan dan kesiapan yang akan
diperiksa
 Menjelaskan status keperluan tersangka dan tujuan pemeriksaan
 Mengajukan pernyataan secara jelas, sopan, dan mudah dipahami oleh
tersangka
 Mengajukan pertanyaan – pertanyaan yang relevan dengan tujuan
pemeriksaan
 Memperhatikan dan menghargai hak tersangka untuk memberikan
keterangan secara bebas.
 Menghormati hak tersangka untuk menolak memberikan Informasi mengenai
hal – hal yang berkaitan dengan rahasia jabatannya.
 Melaksanakan pemeriksaan dalam waktu yang secukupnya dengan
memperhatikan kondisi dan kesediaan yang diperiksa
 Memeberikan kesempatan kepada tersangka untuk istirahat melaksanakan
ibadah, makan, dan keperlian pribadi lainnya sesuai peraturan yang berlaku.
 Membuat berita acara pemeriksan semua keterangan yang diberikan oleh
tersangka sesuai dengan tujuan pemeriksaan
 Membacakan kembali hasil pemeriksaan kepada yang diperiksa dengan
bahasa yang dimengerti, sebelum pemeriksaan diakhiri.
 Membubuhkan tanda tangan pemeriksa, terperiksa dan atau orang yang
menyaksikan jalannya pemeriksaan.
 Memberikan kesempatan kepada tersangka untuk memberiksa keterangan
tambahan sekalipun pemeriksaan sudah selesai.

TARGET YANG INGIN DICAPAI

1. Untuk mewujudkan tuntutan dan harapan masyarakat terhadap peningkatan


kualitas pelayanan Unit Reskrim Polsek BERINGIN dengan mereformasi
bidang pelayanan dalam pemeriksaan dan proses penyidikan.
2. Agar para penyidik/ penyidik pembantu melaksanakan tugas penyelidikan dan
penyidikan tindak pidana lebih professional ,proporsional dan transparan
dalam menangani kasus / tindak pidana.
3. Meningkatnya kepercayaan masyarakat terhdap kinerja Polri dalam bentuk
pelayanan dibidang proses penyelidikan dan penyidikan tindak pidana.
4. Memberdayakan pengawasan penyidik dalam rangka pengendalian proses
penyidikan untuk meningkatkan pelayanan prima dalam bidang penyelidikan
dan penyidikan tindak pidana.

2)SITEM MANAJEMEN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA


PENGGOLONGAN.
Kegiatan – kegiatan pokok dalam rangka penyidikan tindak pidana dalam SOP ini
dapat digolongkan sebagai berikut :

A. Penyidikan tindak pidana meliputi :


1. Penyelidikan
2. Penindakan
a) Pemanggilan
b) Penangkapan
c) Penahanan
d) Penggeledahan
e) Penyitaan
3. Pemeriksaan
a) Saksi
b) Ahli
c) Tersangka
4. Penyelesaian dan penyerahan berkas perkara
a) Pembuatan resume
b) Penyusunan berkas perkara
c) Penyerahan berkas perkara
B. Dukungan tehnis penyidikan
C. Administrasi penyidikan
D. Pengawasan dan pengendalian penyidikan.

PELAKSANAAN
1. Penyidikan tindak pidana
a. Penyidikan tindak pidana dilaksanakan setelah diketahui bahwa sesuatu
peristiwa yang terjadi merupakan tindak pidana
b. Suatu peristiwa dan atau tindak pidana dapat diketahui melalui
1) Laporan
Laporan diterima dari seseorang baik tertulis maupun lisan dicatat oleh
penyidik / penyidik pembantu / penyelidik kemudian dituangkan dalam
Laporan polisi yang ditanda tangani oleh pelapor dan penyidik / penyidik
pembantu / penyelidik. Setelah selesai penerimaan Laporan kepada
pelapor diberika surat tanda penerimaan Laporan

2) Pengaduan
Pengaduan bisa dilakukan baik secara lisan atau tertulis kepada Polri
disertai permintaan untuk menindak menurut hukum terhadap seorang
yang melakukan tindak pidana aduan (delik aduan relatif) dari pihak yang
dirugikan.terhadap pengaduan tersebut harus dibuatkan Laporan
pengaduan oleh Pejabat Kepolisian yang berwenang. Setelah selesai
dibuatkan Laporan Pengaduan kepada pengadu diberikan tanda bukti
penerimaan pengaduan

3) Tertangkap tangan
a) Dalam hal tertangkap tangan , setiap petugas Polri tanpa surat
perintah dapat melakukan tindakan :
(1) Penangkapan, penggeledahan, penyitaan dan melakukan
tindakan lain menuruthukum yang bertanggung jawab.
(2) Segera melakukan tindakan pertama di TKP dan setelah itu
memberitahukan dan atau menyerahkan tersangka beserta atau
tanpa barang bukti kepada petugas Polri yang berwenang
melakukan penanganan selanjutnya
b) Petugas Polri yang berwenang apabila menerima penyerahan
tersangka berserta atau tanpa barang bukti baik dari anggota Polri
maupun masyarakat, wajib :
(1) Membuat Laporan Polisi
(2) Mendatangi TKP dan melakukan tindakan yang diperlukan
(3) Membuat berita acara atas setiap tindakan yang dilakukan
(4) Diketahui langsung oleh petugas Polri
Dalam hal suatu tindak pidana diketahui langsung oleh petugas
Polri maka petugas Polri tersebut wajib segera melakukan
tindakan – tindakan sesuai kewenangan masing – masing,
kemudian membuat Laporan Polisi dan atau berita acara tentang
tindakan – tindakan yang dilakukannya guna penyelesaian
selanjutnnya.

c. Kegiatan Penyidikan
Setelah diketahui bahwa suatu peristiwa yang terjadi diduga atau merupakan
tindak pidana, segera dilakukan penyidikan melalui kegiatan – kegiatan
penyelidikan, penindakan, pemeriksaan, serta penyelesaian dan penyerahan
berkas perkara

1) Penyelidikan
a) Yang berwenang melakukan penyelidikan adalah setiap pejabat Polri
yang khusus ditugaskan untuk itu.
b) Penyelidkan dilaksakan dengan mendasarkan pada berbagai Informasi
atau Laporan yang diterima maupun diketahui langsung oleh penyelidik
/ penyidik, Laporan Polisi, berita acara pemeriksaan di TKP dan berita
acara pemeriksaan tersangka dan atau saksi.
c) Penyelidikan dilakukan untuk mencari keterang dan bukti guna
menentukan suatu peristiwa yang dilaporakan atau diadukan,
melengkapi keterangan dan bukti – bukti yang telah diperoleh agar
menjadi jelas sebelum dilakukan penindakan selanjutnya dan
persiapan pelaksanaan penindakan dan atau pemeriksaan.
d) Sasaran penyelidikan adalah orang, benda / barang, dan tempat
(termasuk rumah dan tempat tertutup lainnya)
e) Penyelidikan dilakukan dengan cara terbuka sepanjang hal itu dapat
menghasilkan keterangan yang diperlukan secara tertutup apabila
didapat kesulitan mendapatkannya.
f) Hasil penyelidikan dituangkan dalam bentuk Laporan dan harus benar
– benar diolah sehingga merupakan keterangan – keterangan yang
berguna untuk kepentingan penyidikan.
g) Dalan hal kasus yang memerlukan pengolahan TKP (crime scene
processing) tindakan yang dilakukan adalah mencari keterangan,
petunjuk, bukti, serta identitas tersangka dan korban maupun saksi
untuk kepentingan selanjutnya.pencarian, pengambilan, pengumpulan
dan pengawetan BB dilakukan dengan metode – metode tertentu dan
meminta dukungan tehnis penyidikan seperti Lab. Forensik Polri,
Identifikasi Polri, Kedokteran Forensik dan bidang – bidang keahlian
lainnya.
h) Tindakan yang dilakukan dalam pengolahan TKP tersebut kemudian
dituangkan dalam berita acara pemeriksaan di TKP yang dibuat oleh
penyidik / penyidik pembantu
i) Hal- hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan penyelidikan
secara terbuka penyelidik wajib menunjukkan tanda pengenal serta
menggunakan tehnik wawancara yang benar (mengandung 7KAH) dan
dalam melaksanakan penyelidikan secara tetutup penyelidik
menggunakan tehnik – tehnik observasi, undercover, surveillance yang
benar serta hindarkan sikap dan tindakan yang dapat merugikan
pelaksanakan penyelidikan dan penyidikan selanjunnya.

2) Penindakan
a) Penindakan adalah setiap tindakan hukum yang dilakukan oleh
penyidik / penyidik pembantu terhadap orang maupun benda / barang
yang ada hubungannya dengan tindak pidana yang terjadi.
b) Tindakan hukum tersebut atara lain berupa :
(1) Pemanggilan tersangka dan saksi
(2) Penangkapan
(3) Penahanan
(4) Penggeledahan
(5) Penyitaan

3) Pemeriksaan
a) Pemeriksaan merupakan kegitan untuk mendapatkan keterangan,
kejelasan dan keidentikan tersangka dan atau saksi dan atau barang
bukti maupun tentang unsur – unsur tindak pidana yang telah terjadi,
sehingga kedudukan atau peranan seseorang maupun barang bukti
didalam tindak pidana tersebut menjadi jelas dana dituangkan dalam
berita acara pemeriksaan
b) Yang berwenang melakukan pemeriksaan adalah adalah penyidik /
penyidik pembantu
c) Pemeriksaan dilakukan atas dasar
(1) Laporan Polisi
(2) Laporan hasil penyelidikan yang dibuat oleh petugas atas
perintah penyidik atau penyidik pembantu
(3) Berita acara pemeriksaan di TKP, penangkapan, penahanan,
penggeledahan dan penyitaan.
(4) Petunjuk dari penuntut umum untuk melakukam pemeriksaan
tambahan
(5) Dalam hal saksi atau tersangka berada diluar wilayah hukum
penydik / penyidik pembantu yang melakukan penyidikan, dapat
meminta bantuan penyidik / Penyidik pembantu dari kesatua
dimana saksi atau Tersangka berada
d) Metode pemeriksaan menggunakan tehnik
(1) Interview
(2) Interogasi
(3) Konfrontasi
(4) Rekonstruksi
e) Pemeriksaan tersangka
(1) Sebelum dimulainya pemeriksaan, penyidik wajib
memberitahukan hak tersangka untuk mendapatkan bantuan
hukum atau dalam perkara tersebtu sebagai mana dimaksud
dalam pasal 56 KUHAP Dia wajib didampingi Penasehat hukum.
(2) Memeriksaan terhadap tersangka anak dibawah umur agar
mempedomani UU No.3 Tahun 1997 tentang peradilan anak.
(3) Pada waktu penyidik / penyidik pembantu sedang melakukan
pemeriksaaan terhadap tersangka .penasehat hukum dapat
mengikuti jalannya pemeriksaan dengan cara melihat dan
mendengar pemeriksaan, kecuali dalam hal kejahatan terhadap
keamanan Negara penasehat hukum tidak dapat mendengar
pemeriksaan terhadap saksi.
(4) Tersangka berhak diberitahukan dengan jelas dalam bahasa
yang dimengerti tentang apa yang dipersangkakan kepadanya
pada saat pemeriksaan dimulai
(5) Dalam pemeriksaan dinyatakan pula apakan tersangka
menghendaki didengarnnya saksi menguntungkan (saksi a de
charge) dan bila mana ada, maka penyidik / penyidik pembantu
wajib memanggil dan memeriksa saksi tersebut.
(6) Pada waktu dilakukan pemeriksaaan, dilarang menggunakan
kekerasan atau penekanan dalam bentuk apapun
(7) Berita acara pemeriksaan tersangka ditanda tangani oleh
penyidik / penyidik pembantu, tersangka dan penasehat hukum
dan penterjemah bahasa (bila melibatkan penasehat hukum dan
penterjemah bahasa)

f) Pemeriksaan saksi
(1) Yang dapat diperiksa sebagai saksi orang yang melihat,
mendengar, mengetahui atau mengalami sendiri secara
langsung suatu tindak pidana
(2) Pendapat maupun rekaan yang diperoleh dari hasil pemikiran
seseorang bukan merupakan keterangan saksi
(3) Keterangan saksi yang satu dengan yang lain mempunyai nilai
kebenaran apabila memiliki persesuaian
(4) Didalam pelaksaanaan konfrontasi hindarkan terjadinya konflik
dan timbulkan rasa simpatik agar saksi bersedia memberikan
keterangan yang lebih jelas dan lengkap
(5) Terhadap saksi yang diduga cukup alasan tidak dapat hadir
dalam persidangan dipengadilan dalam dilakukan penyumpahan
/ mengucapkan janji baik sebelum atau sesudah memberikan
keterangan
(6) Pemeriksaan terhadap saksi yang berada di luar negeri agar
mempedomani Juklak dan Juknis tentang pemeriksaan.
(7) Berita acara pemeriksaan saksi ditanda tangani oleh penyidik /
penyidik pembantu dan saksi serta penterjemah bahasa bila
diperlukan

g) Pemeriksaan ahli
(1) Dalam hal penyidik memerlukan keterangan ahli, penyidik dapat
meminta bantuan seseorang yang memiliki keahlian khusus
tentang hal yang diperlikan untuk membuat terang suatu perkara
pidana guna kepentingan pemeriksaan
(2) Sebelum diperiksa seorang ahli wajib mengangkat sumpah atau
mengucapkan janji dimuka penyidik bahwa ia akan memberikan
keterangan menurut pengetahuannya yang sebaik – baiknya
kecuali bila disebabkan karena harkat dan martabat
pekerjaannya atau jabatannya yang mewajibkan ia menyimpan
rahasia dapat menolah untuk memberikan keterangan yang
diminta
(3) Pengambilan sumpa atau janji dilaksanakan oleh penyidik
sesuai dengan peraturan perundang – undangan tentang
sumpah atau janji yang berlaku baik mengenai isinya tata
caranya
(4) Penyidik dapat mengajukan permintaan keterangan ahli kepada
ahli kedokteran kehakiman, atau dokter dan atau ahli lainnya
untuk melakukan pemeriksaan korban yang luka atau keracunan
ataupun mati serta terhadap benda / barang bukti dan hal – hal
lain yang berkaitan dengan keahlianya
(5) Keterangan yang diberikan oleh ahli sebagaimana tersebut
diatas dapat berupa berita acara atau keterangan tertulis.
h) Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan
(1) Disediakan ruangan yang memenuhi persyaratan untuk
pelaksanaan kegiatan pemeriksaan dan dapat menampung
kebutuhan bantuan hukum bagi tersangka tanpa mengganggu
kelancaran jalannya pemeriksaan
(2) Tersangka dan atau saksi yang diperiksa harus dalam keadaan
sehat jasmani dan rohani
(3) Dalam hal tersangka tidak bersedia menanda tangani berita
acara pemeriksaan hal tersebut dicatat dalam BAP dengan
menyebutkan alasannya serta penyidik / penyidik pembantu
membuat berita acara penolakan tanda tangan
(4) Dalam hal pemeriksaan terhadap wanita agar diperhatikan
norma – norma kesusilaan dan agama
(5) Memperhatikan dan melindungi Hak Azasi seseorang dengan
tidak mempublikasikan keterangan tersangka / saksi atau ahli
sesuai azas praduga tak bersalah.
4) Penyelesaian dan penyerahan berksa perkara
a) Penyelesaian dan penyerahan berkas perkara merupakan kegiatan
akhir dari proses penyidikan tindak pidana yang dilakukan oleh
penyidik / penyidik pembantu
b) Kegiatan dalam penyelesaian dan penyerahan berkas perkara meliputi
(1) Pembuatan resume merupakan kegiatan penyidik untuk
menyusun iktisar dan kesimpulan berdasarkan hasil penyidikan
tindak pidana yang terjadi dan harus memenuhi persyaratan
formal, persyaratan materiil serta persyaratan penulisan yang
telah ditentukan

(2) Penyusunan isi berkas perkara


Susunan isi berkas perkara meliputi :

(a) Sampul Berkas Perkara


(b) Daftar isi berkas perkara
(c) Isi berkas perkara meliputi : Resume, Laporan Polisi,
berita acara, Surat biasa, Surat perintah, daftar saksi,
daftar tersangka dan daftar barang bukti.
(3) Pemberkasan
Pemberkasan merupakan kegiatan untuk memberkas isi berkas
perkara dengan susunan dan syarat – syarat pengikatan serta
penyegelan tertentu

(4) Penyerahan berkas perkara


Penyerahan berkas perkara merupakan kegiatan pengiriman
berkas perkara berikut penyerahan tanggung jawab atas
tersangka dan barang buktinya kepada penuntut umum yang
dilakukan dalam dua tahap sebagai berikut :

(a) Pada tahap pertama penyidik hanya menyerahkan berkas


perkara
(b) Tahap berikutnya penyidik menyerahkan tanggung jawab
tersangka dan barang buktinya kepada penuntut umum
setelah berkas perkara dinyatakan lengkap
(c) Apabila dalam waktu 14 (empat belas) hari berkas
perkara tidak dikembalikan oleh penuntut umum maka
penyidikan dianggap selesai dan penyidik menyerahkan
tanggung jawab tersangka dan barang buktinya kepada
penuntut umum.
(5) Penghentian penyidikan
Penghentian penyidikan merupakan salah satu kegiatan
penyelesaian perkara yang dilakukan apabila :

(a) Tidak terdapa cukup bukti atau


(b) Peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana atau
(c) Dihentikan demi hukum karena tersangka meninggal
dunia, tuntutan telah kadaluarsa, pengaduan dicabut bagi
delik aduan dan atau tindak pidan tersebut telah
memperoleh putusan hakim yang mempunyai kekuatan
hukum yang tetap dan pasti.
(d) Dalam hal penghentian penyidikan, berkas perkara tidak
diserahkan kepada penuntunt umum tetapi penyidik /
penyidik pembantu wajib mengirimkan surat
pemberitahuan penghentian penyidikan kepada penuntut
umum
(e) Dalam hal penghentian penyidikan dinyatakan tidak sah
oleh putusan pra peradilan dan atau ditemukan bukti baru
maka penyidik harus melanjutkan penyidikan kembali
dengan menerbitkan surat ketetapan tentang pencabutan
penghentian penyidikan dan surat perintah penyidikan
lanjutan
(6) Hal – hal yang harus diperhatikan didalam pelaksanaan
penyidikan tindak pidana :
(a) Dengan tidak adanya ketentuan tentang berapa kali
penuntut umum dapat mengembalikan berkas perkara
kepada penyidik untuk dilengkapi, maka sebelum
penyerahan berkas perkara agar berkas perkara diteliti
secara cermat apakah sudah memenuhi persyaratan
formal, materil dan administrasi penyidikannya
(b) Apabila berkas perkara dikembalikan oleh penuntut
umum maka penyidik berkewajiban melengkapi sesuai
dengan petunjuk penuntut umum
(c) Bila dalam waktu 14 hari sejak berkas perkara diserahkan
tidak dikembalikan oleh Penuntut umu maka penyidikan
dianggap lengkap dan untuk selanjutnya segera
dilakukan penyerahan tanggung jawab atas Tersangka
dan Barang Bukti.
(d) Apabila penyidikan telah dilakukan secara maksimal
maka berkas perkara diserahkan kembali kepada
penuntut umum dengan pernyataan bahwa penyidikan
telah optimal
(e) Sejauh mungkin dihindarkan adanya pengembalian
berkas perkara baik berupa petunjuk P-19 atau pun P-22,
karenanya penyidik / penyidik pembatu harus melakuan
penyidikan secara teliti, cermat serta memperhatikan hal
– hal tehnis yang mengatur tindakan penyidikan serta
memahami secara jelas perkara yang disidik.
(f) Dalam acara pemeriksaan cepat yang merupakan tipiring,
penghinaan ringan dan perkara pelanggaran lalu lintas
maka penyidik atas kuasa penuntut umum demi hukum
menyerahkan berkas perkara, barang bukti, saksi dan
terdakwa ke Pengadilan
(g) Berkas pekara yang dibuat oleh penyidik pegawai negeri
sipil tertentu diserahkan kepada penuntut umum melalui
penyidik Polri.
2. Dukungan tehnis penyidikan
Untuk kepentingan pembuktian dalam rangka pelaksanaan secara ilmiah
diperlikan dukungan tehnis dari ahli tertentu antara lain :

a. Identifikasi
1) Untuk mengenali sesorang melalui sidik jari (dactiloscopy)
2) Untuk mengenali orang atau benda melalui potret dan atau pemotretan
3) Untuk pengenalan seseorang melalui signyalemen portrait parly
4) Untuk pengenalan seseorang melalui identifikasi gigi
5) Syarat – syarat untuk mendapatkan dukungan tehnis agar dikoordinasikan
dengan Inafis setempat.

b. Laboratorium Forensik
1) Usaha pengungkapan tindak pidana yang menggunakan aspek teknologi,
diperlukan peranan laboratorium forensik untuk melaksanakan benda bukti
mati, (phsycal evidence) dengan menggunakan SCI (scientific crime
investigation) yang meliputi
(a) Kimia forensik
(b) Biologi forensik
(c) Fisika forensik
(d) Balistik forensik
(e) Metalurgi forensik
(f) Dokumen forensik
(g) Uang palsu forensik
(h) Photografi forensik
2) Syarat permintaan dukungan pemeriksaan laboratorium forensik agar
dikoordinasikan dengan puslabfor Cabang Polda Sumut
c. Kedokteran Kepolisian (forensik)
Dalam usaha pengungkapan tindak pidana yang berhubungan dengan
pemeriksaan tubuh / badan akibat luka dan pemeriksaan mayat diperlukan
peranan kedokteran forensik untuk menentukan sebab – sebab luka, sebab
kematian, saat kematian. Dan lain – lain yang dituankan dalan bentuk Visum
et repertum (VER)

d. Dinas Psykologi
1) Peranan dinas Psykologi dalam penyidikan tindak pidana adalah untuk
melakukan pemeriksaan psykologi terhadap saksi / tersangka tentang
keadaan jiwanya apakah keterangannya dapat dipertanggung jawabkan
secara hukum atau tidak
2) Hasil pemeriksaan psykologi dapat dipergunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di
pengadilan
3) Disamping sebagai perimbangan dalam penuntuntan dan pengadilan, hasi
pemeriksaan psykologi juga dapat dipergukanan untuk menentukan
metode dan cara penyidik / penyidik pembantu dalam melakukan
pemeriksaan tersangka / saksi.
e. Unit Reskrim Polsek Nagreg tetap bekerja sama dengan Sat Reskrim Polresta
Bandung dalam hal penganganan Tindak Pidana yang berhubungan dengan
Keterangan Ahli.
3. Administrasi penyidikan
a. Administrasi penyidikan merupakan penata usahaan penyelenggaraan
administrasi yang meliputi kegiatan pencatatan, pelaporan, dan pendataan
untuk kepentingan operasional penyidikan
b. Administrasi penyidikan meliputi penata usahaan tentang kelengkapan
administrasi penyidikan yang merupakan isi berkas perkara dan yang tidak
merupakan isi berkas perkara.
c. Hal – hal yang harus diperhatikan
1) Hindarkan kesalahan dalam pengetikan mindik berkas pekara
2) Lakukan pendataan dan pencatatan secara tertib dan teratur setiap
kegiatan administrasi penyidikan
3) Melakukan pendistribusian dan pengarsipan surat – surat yang termasuk
dalam administrasi penyidikan secara tertib dan teratur
4) Melakukan penyimpanan dan pengamanan administrasi penyidikan secara
tertib dan teratur
5) Dalam pelaksaanaannya pengelolaan administrasi penyidikan ini ditunjuk
anggota Polri / PNS yang diberi tugas khusus untuk kepentingan itu.
4. Pengawasan pengendalian penyelidikan
a. Pengawasan dan pengendalian merupakan kegiatan penting untuk
dilaksanakan pada setiap proses penyidikan tindak pidana, mulai dari
penyelidikan, penindakan, pemeriksaan sampai dengan penyelesaian dan
penyerahan berkas perkara.
b. Sarana yang dipergunakan untuk melakukan pengawasan dan pengendalian
adalah :
1) Buku buku register penyidikan tindak pidana
2) Buku penanganan perkara
3) Buku kontrol penyidikan
4) Pelaksanaan gelar perkara
5) Sarana lain yang dapat digunakan untuk dapat mengetahui perkembangan
penanganan perkara seperti :
a) Laporan - Laporan
b) TAKAH (tata naskah)
c) Buku – buku ekspedisi
d) Dan lain – lain
6) Dalam pelaksanaannya agar merujuk kepada Jukmin dalam proses
penyidikan.
c. Dalam hal yang menyangkut hubungan dengan penyidik pegawai negeri sipil
tertentu :
1) Penyidik pegawai negeri sipil tertentu melaksanakan tugasnnya sesuai
wewenang yang diberikan oleh undang – undang yang menjadi dasar
hukumnya masing – masing
2) Dalam pelaksanaannya penyidik pegawai negeri sipil tertentu diberi
petunjuk, diawasi, diberikan bantuan tehnis penyidikan baik diminta
maupun tidak akan di koordinir oleh penyidik Polri
TARGET YANG DICAPAI
a. Untuk mewujudkan tuntutan dan harapan masyarakat terhadap
peningkatan kualitas pelayanan prima Unit Reskrim Polsek Nagreg
dengan mereformasi bidang transparansi penyidikan tindak pidana.
b. Agar para penyidik/ penyidik pembantu Unit Reskrim Polsek Nagreg dapat
menjadian SOP ini sebagai pedoman dalam pelaksaan menejemen
penyidikan tindak pidana

3) Pedoman Pemberitahuan Hasil Penyidikan Tindak Pidana ( SP2HP )


PELAKSANAAN

SP2HP Adalah surat yang diberikan kepada pelapor / pengadu tentang


perkembangan hasil penyelidikan dan penyidikan yang ditandatangani oleh atasan
penyidik dengan melalui tahapan-tahapan :

1) SP2HP pertama kali diberikan adalah pada saat setelah mengeluarkan


surat perintah penyidikan dalam waktu 3 (tiga) hari setelah Laporan Polisi
dibuat.

2) SP2HP yang diberikan kepada pelapor / pengadu berisi pernyataan bahwa


laporan / pengaduannya telah diterima, nama penyidik dan nomor telepon
untuk menghubungi penyidik tersebut.

3) Pada tahap penyelidikan SP2HP diberikan kepada pelapor apabila setelah


dilakukan penyelidikan belum dapat ditindak lanjuti ke proses penyidikan.

a. Tenggang waktu lidik untuk kasus mudah dan sedang ditentukan selama
14 (empat belas) hari, pemberian SP2HP paling lambat pada hari terakhir
pelaksanaan penyelidikan.
b. Tenggang waktu lidik untuk kasus sulit dan sangat sulit 30 (tiga puluh)
hari dan pemberian SP2HP pada hari ke 15 (lima belas) hari dan 30 (tiga
puluh) hari.

4) Waktu pemberian SP2HP :

SP2HP pada tingkat penyidikan untuk kasus :

a) Kasus ringan, SP2HP diberikan pada hari ke-


10, hari ke-20 dan hari ke-30
b) Kasus sedang, SP2HP diberikan pada hari ke-
15, hari ke-30, hari ke-45 dan hari ke-60.
c) Kasus sulit, SP2HP diberikan pada hari ke-15,
hari ke-30, hari ke-45, hari ke-60, hari ke-75 dan hari ke-90.
d) Kasus sangat sulit, SP2HP diberikan pada hari
ke-20, hari ke-40, hari ke-60, hari ke-80, hari ke-100 dan hari ke-120.
e) Tahap penyelesaian dihitung pada saat
penyerahan berkas perkara yang pertama.
TARGET YANG INGIN DICAPAI

1. Untuk mewujudkan tuntutan dan harapan masyarakat terhadap


peningkatan kualitas pelayanan prima Unit Reskrim Polsek Beringin
dengan mereformasi bidang transparansi penyidikan tindak pidana.
2. Agar para penyidik/ penyidik pembantu Sat Unit Reskrim Polsek Beringin
dalam melakukan proses penyidikan tindak pidana secara konsisten
transparan terhadap pelapor/terlapor
3. Meminimalisir komplin dari masyarakat dalam penanganan tindak pidana
dengan mengirimakan Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil
Penyidikan (SP2HP) kepada pelapor / Korban.
4. Memberdayakan pengawasan penyidik dalam rangka pengendalian
penyidik untuk meminimalisir Komplin pelapor/terlapor.
5. Agar penyidik / penyidik pembantu Unit Reskrim Polsek Beringin
menjalankan program tersebut dan mengetahui bahwa ada sanksi yang
tegas dan transparan terhadap penyidik / penyidik pembantu termasuk
pengawas penyidik yang tidak melaksanakan tugas secara Profesional.

4. PENANGANAN KOMPLEN DARI MASYARAKAT


PELAKSANAAN

Dalam proses penyelidikan dan penyidikan suatu tindak pidana yang di tangani Unit
Reskrim Polsek Nagreg ada kalanya mendapatkan Complain dari pihak pelapor
maupun terlapor.

Komplin yang dilakukan pelapor/terlapor dapat secara lansung maupun melalui surat
yang ditujukan ke Presiden, Kompolnas, Mabes Polri, Polda, Polresta, Polsek dan ke
penyidiknya langsung.

Adapun komplin pelapor yang ditujukan ke Polsek Nagreg, maka penyidik


mengambil langkah-langkah antara lain :

1. Pengaduan komplin yang di tujukan ke Presiden, Kompolnas Mabes Polri, Polda


Sumut dan Polresta Bandung oleh pelapor terhadap kinerja penyidik maka Unit
Reskrim Polsek Nagreg menindak lanjuti :

a. Mengecek kebenaran Laporan yang di Komplin ke Penyidik/penyidik


Pembantu
b. Membuat laporan perkembangan perkara.
c. Membuat SP2HP kepada pelapor sesuai tahapan dan menyampaikan
kendala yang dihadapi jika ditemukan.
d. Melaporkan ke Polres Deli Serdang jika ditemukan adanya pelanggaran
kode etik polri maupun pelanggaran disiplin polri yang dilakukan
penyidik/penyidik pembantu.
e. Dalam melakukan gelar perkara jika diperlukan menyertai pelapor.
2. Pengaduan yang ditujukan ke Polsek Nagreg oleh pelapor terhadap kinerja
penyidik Polsek Beringin menindak lanjuti :
Kapolsek langsung melakukan pengecekan kebenaran komplin terhadap
Perkara yang ditangani oleh Penyidik Pembantu Unit Reskrim Polsek
Nagreg dan membuat SP2HP atau memanggil langsung pelapor atau
terlapor dan melaporkan hasil penyidikannya ke Polresta Bandung.

TARGET YANG INGIN DICAPAI

1. Untuk mewujudkan tuntutan dan harapan masyarakat terhadap peningkatan


kualitas pelayanan Unit Reskrim Polsek Nagreg dengan mereformasi bidang
pelayanan dalam pemeriksaan dan proses penyidikan.
2. Agar para penyidik/ penyidik pembantu Unit Reskrim Polsek Nagreg dalam
melakukan proses penyidikan tindak pidana secara konsisten transparan
terhadap pelapor/terlapor
3. Dalam rangka kelancaran komunikasi untuk mengetahui perkembangan
penyidikan perkara setiap penyidik / penyidik pembantu Unit Reskrim Polsek
Nagreg memberikan kontak person kepada pelapor / pengadu / saksi.
4. Memberdayakan pengawasan penyidik dalam rangka pengendalian penyidik
untuk meminimalisir complain pelapor/terlapor.
5. Agar penyidik / penyidik pembantu Unit Reskrim Polsek Nagreg menjalankan
program tersebut dan mengetahui bahwa ada sanksi yang tegas dan
transparan terhadap penyidik / penyidik pembantu termasuk pengawas
penyidik yang tidak melaksanakan tugas secara Profesional.
6. Perkara Tindak Pidana yang melibatkan Tersangka atau Korban, Anak dan
Perempuan diarahkan penanganannya oleh Sat Reskrim Polresta Bandung,
Tindak Pidana Narkoba diserahkan kepada Sat Narkoba Polresta Bandung.

7. UNIT BIMBINGAN KEMASYARAKATAN ( BINMAS) POLSEK NAGREG

1. Melaksanakan Bimbingan dan penyuluhan (Binluh)

a. Binluh adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seorang anggota Polisi
Bhabinkamtibmas untuk memberian penyuluhan / bimbingan /
pencerahan kepada masyarakat, 10 tokoh elemen Masyarakat,Pam
swakarsa (Satuan pengaman/satpam) tentang Hukum, untuk
membantu tugas tugas polisi dalam menciptakan keamanan yang
kondusif di Wilayah Hukum Polsek Beringin.

b. Sasaran

1). Masyarakat

2). 10 (sepuluh) tokoh yang ada ditengah-tengah masyarakat ( Toga,


Tomas,Toda, Todat, Lsm Purnawirawan Dll).

3). Sekolah-sekolah, instansi pemerintah.

4). Pam swakarsa

5). FKPM/BKPM yang ada di setiap Desa.


c. Tugas dan peran

1). Memberikan penyuluhan ke Desa-desa mengenai hukum,


Kamtibmas, penyalah gunaan narkoba, dll demi menciptakan
kesadaran masyarakat tentang pentingnya Kamtibmas yang baik
dan kondussif.

2). Memberikan penyuluhan ke sekolah-sekolah Mengenai bahayanya Narkoba,


menghindari Tawuran antar sekolah/pelajar dll.

3).  Mendatangi dan memberikan penyuluhan kepada Instansi . tokoh


pemerintahan lainnya antara lain, para Kades, Kantor
kecamatan, Kantor Urusan agama (kua).

4). Memberikan penyuluhan kepada Pam Swakarsa yang ada di Wilkum


Polsek Nagreg guna menciptakan situasi Kamtibmas yang
kondusif.

5). Memberikan Penyuluhan kepada FKPM/BKPM yang ada didesa-


desa dalam hal menangani permasalahan yang terjadi di Desa-
desa secara arif dan bijaksana guna membantu tugas-tugas
Polsek Nagreg.

6). Memberikan kesadaran bagi Masyarakat untuk mentaati hukum dan peraturan


perundang-undangan yang berlaku di indonesia dan jangan
sampai melanggarnya.

7). Memberikan Kesadaran kepada para remaja.pemuda tentang bahayanya


menkonsumsi Narkoba dan obat-obatan berbahaya lainnya.

2. Melaksanakan sambang desa/tatap muka

a. sasaran :

1). Daerah-daerah Rawan yang sering terjadi Guantibmas

2). Daerah-daerah yang rawan bencana alam.

b. Tugas dan peran

1). Melaksanakan Sambang /desa tatap muka dengan masyarakat sekitar


daerah rawan Guantibmas dan memberikan bimbingan serta
penyuluhan terhadap masyarajat yang dijumpai saat melaksanakan
sambang desa guna menekan terjadinya Guantibmas di daerah
tersebut.

2).  Melaksanakan sambang desa-tatap muka terhadap masyarakat di daerah


yang rawan terjadinya bencana alam, memberikan penyuluhan
kepada masyarakat sekitar apa bila terjadi bencana hal-hal apa
yang perlu diketahui, guna menekan terjadinya korban jiwa.

3. Melaksanakan Binbingan dan kerjasama (Binkerma) antar  interdeparteman dan


Tokoh Masyarkat.

a. Sasaran
1). Pemerintahan Kecamatan dan kades serta perangkat                  desa

2). Toga, Tomas, Toda, Todat, Todik, Tokoh Politik,    Organisasi


kemasyarakatn, Lsm Purnawiran dll

b. Tugas dan peran :

1). Mengundang Unsur-unsur masyarakat yang ada di kec. Nagreg dan


membicakan hal-hal yang menyangkut kemasyarakatan dan tugas-
tugas polri serta menjalin kerjasama / menggalangan untuk
menciptakan situasi Kamtibmas yang kondussif di Wilkum Polsek
Nagreg.

2). Mengundang Tokoh pemerintahan yang ada di Kec. Nagreg untuk


membahas dan mebicakan serta mencari solusi dan menjalin
kerjasama untuk menyelesaikan permasalahan apa bila ada di
Wilkum Polsek Nagreg guna terciptanya Kamtibmas yang semakin
Kondussif.

4.  Melaksanakan penanganan kasus tipiring/permasalahan-


permasalahan/perselisihan antara warga di Desa-desa :

a. Pelaksanaan nya :

1. Menerima laporan/pengaduan masyarakat tentang permasalahan yang


menimpanya.

2. Menangani dan menindak lanjuti permasalahan tersebut


3. Mengupayakan untuk mendamaikan kedua belah pihak yang

bertikai/bersengketa dengan bersama-sama aparat Desa/unsur-unsur


masyarakat dan BKPM yang ada didesa.

4. Mencarikan solusi yang terbaik apabila ada    permasalahan di Desa


yang sedang di hadapi    masyarakat.

5. Apa bila kedua belah pihak yang betikai sudah sepakat berdamai
kemudian membuat surat pernyataan perdamaian yang ditanda
tangani kedua belah pihak dan saksi-saksi.
6. Melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya kepada pimpinan .

8. UNIT SAMAPTA POLSEK NAGREG

1) PENGATURAN
Pengaturan Adalah merupakan Salah satu bentuk kegiatan Kepolisian yang
dilakukan oleh 2 orang anggota Polisi atau lebih dengan cara mengatur,
mengawasi dan memperhatikan situasi dan kondisi yang diperkirakan
padat/rawan lalu lintas.
2. Melaksanakan Penjagan
1. Umum

a. Penjagaan adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh angota


Polri yang bersifat pencegahan (preventif) dengan memberikan
perlindungan, pengayoman, pelayanan dan memelihara
keselamatan jiwa dan harta benda untuk kepentingan masyarakat
dan negeri.
b. Penjagaan perkantoran adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan
untuk menjaga keamanan perkantoran yang menjadi tanggung
jawab.
c. Penjagaan objek tertentu adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan
oleh anggota Polri untuk memberikan perlindungan dan pengayoman
terhadap objek tertentu.

2. Tugas dan peran penjagaan


a. Tugas penjagaan :
1). Mencegah / menangkal segala bentuk tindak kejahatan /
pelanggaran didaerah tanggung jawabnya masing-masing,
baik bersifat Pos tetap, pos sementara dan pos bergerak
(Mobile).

2). Memberikan pelayanan Kepada Masyarakat yang mendatangi pos /


tempat jaga untuk menerima Laporan / pengaduan dari
masyarakat.

3). Memonitor secara aktif segala bentuk gangguan Kamtibmas yang


terjadi pada seluruh areal / lokasi / tempat yang menjadi
jagaannya.

4). Melaporkan secara cepat dan tepat setiap segala bentuk kejadian /
gangguan / Kamtibmas yang terjadi di wilayahnya kepada
Kanit samapta dan diteruskan kepada Kapolsek guna
mendapatkan petunjuk lebih lanjut.

b. Peran Pejagaan :

1). Penjagaan berperan sebagai pintu gerbang pertama dalam


memberikan pelayanan Polisi kepada warga masyarakat
yang membutuhkan bantuan Polisi, dalam bentuk :

a. Penerimaan dan penanganan laporan /pengaduan

b. Pelayanan permintaan bantuan / pertolongan Polisi

c. Perjagaan markas termasuk penjagaan tahanan       dan


pengamanan barang bukti.

d. Penyelesaian perkara ringan / perselisihan antar warga


sesuai ketentuan Hukum / peraturan perundang-
undangan dan norma yang berlaku / kebijakan dalam
organisasi Polri.

3). PENGAWALAN
a. Pengawalan adalah salah satu bentuk kegiatan fisik Kepolisian
untuk mengamankan / melindungi orang / benda ditempat awal dan
di tempat tujuan yang memerlukan pelayanan pihak kepolisian.
b. Pengawalan rutin adalah tugas pengawalan yang dilaksanakan
setiap waktu secara rutin.
c. Pengawalan insidentil adalah tugas pengawalan yang ditujukan
pada sasaran terbatas dan dilaksanakan sewaktu – waktu.
d. Tahanan adalah orang – orang yang telah ditangkap dan ditahan
oleh Polri secara sah menurut Peraturan Hukum Acara Pidana
sesuai Pasal 16 sampai dengan 19 KUHAP (mengenai
penangkapan), serta pasal 20 sampai dengan 31 KUHAP
(mengenai Penahanan).

TUGAS POKOK PENGAWALAN


Untuk menyelenggarakan penghantaran, perlindungan, dan pengamanan terhadap
orang dan barang yang dilakukan oleh pasukan / satuan Polri untuk diserahkan /
dipindahkan dari suatu tempat ke tempat lain.
PELAKSANAAN PENGAWALAN
PERSIAPAN
Untuk melaksanakan tugas pengawalan, petugas dibekali dengan perlengkapan
sebagai berikut :

1. Perlengkapan administrasi seperti surat tugas, KTA, KTP, Buku Saku, dan
Alat Tulis.
2. Borgol
3. Tongkat “T”
4. Senjata Pribadi beserta Amunisi
5. Senjata Laras Panjang beserta Amunisi
6. Kendaraan beserta kelengkapan
PENGAWALAN TAHANAN
a. Pengawalan Berjalan Kaki
(1) Pengamatan terhadap tahanan
(2) Lakukan pemborgolan
(3) Posisi petugas berada di belakang tahanan
(4) Jika jumlah tahanan lebih dari satu, sebelum berangkat ikat hubungan
dengan tali yang kuat setiap tahanan berturut – turut dengan bentuk
berbanjar dimulai dari yang paling depan sampai terakhir
(5) Hindari komunikasi dengan tahanan selama pengawalan berlangsung
b. Pengawalan Bersepeda / Motor
(1) Pengamatan terhadap tahanan
(2) Lakukan pemborgolan
(3) Posisi petugas berada di belakang tahanan dengan menuntun sepeda
(4) Hindari komunikasi dengan tahanan selama pengawalan berlangsung
(5) Jangan sekali – kali membawa tahanan dengan cara diboncengi
sepeda
(6) Setibanya ditempat tjuan serahkan pada petugas yang menerima /
komandan, buat tanda terima penyerahan dan tanda tangani.
c. Pengawalan Bermobil
(1) Apabila tempat duduknya berhadap – hadapan, tahanan dibelenggu /
diborgol, dicek jumlah tahanan, kondisi umum tahanan, perintahkan
naik kendaraan satu persatu dan duduk dilantai bak mobil, tahanan
menghadap kedepan, kaki dibuka lebar / berjongkok.
(2) Bila jumlah tahanan lebih dari satu orang, perintahkan sesuai cara
nomor satu di atas, dengan posisi berbanjar kebelakang
(3) Pengawal duduk pada posisi berhadapan dan waspada.
(4) Bila tempat duduk bertolak punggung, perintahkan tahanan untuk
duduk bersandar ke dinding dengan kedua kaki dimasukkan /
diletakkan di bawah tempat pengawal.
(5) Petugas pengawal duduk saling bertolak punggung dan menghadap
tahanan dengan waspada.
(6) Atur Jarak Tempuh dengan kecepatan kendaraan dan kedudukan
kepala pengawalan berada pada bagian depan disamping pengemudi
sebagai pengendali selama perjalanan.
(7) Untuk lebih menjamin kelancaran adakan apel tahanan terlebih dahulu
untuk mengecek apakah sesuai dengan daftar nama tahanan.
(8) Adakan serah terima kepada petugas yang berhak menerima dengan
terlebih dahulu di adakan apel tahanan, penyerahan disertai dengan
barang – barang milik tahanan, dibuat tanda terima yang ditanda
tangani.
PENGAWALAN UANG / BARANG BERHARGA
(1) Dengan Berjalan Kaki
(a) Periksa keadaan umum barang / uang yang akan dikawal antar lain
jumlah, pembungkus, label/lak, dokumen pendukung lainnya.
(b) Bagi tugas dengan jelas siapa yang berada di depan, disamping,
serta dibelakang.
(c) Atur kecepatan langkah
(d) Hindari perjalanan malam hari, laporkan posisi dan situasi bila
membawa radio
(e) Periksa keadaan umum barang / uang tersebut dan lakukan serah
terima petugas yang berhak menerima di dalam berita acara
penyerahan barang – barang tersebut.

(2) Dengan Bersepeda / Motor


(a) Periksa keadaan umum barang / uang yang akan dikawal anatar lain
jumlah, pembungkus, label/lak, dokumen pendukung lainnya.
(b) Bagi tugas dengan jelas siapa yang berada di depan, disamping,
serta dibelakang.
(c) Perhatikan jarak antara satu dengan yang lain, pengawal yang
berada di depan bertindak sebagai pembuka jalan.
(d) Jangan berhenti disembarang tempat (Gunakan Pos Pol) hindari
jalan yang sulit, cari route terdekat.
(e) Periksa keadaan umum barang / uang tersebut dan lakukan serah
terima petugas yang berhak menerima di dalam berita acara
penyerahan barang – barang tersebut.
(3) Dengan Mobil
(a) Adakan apel petugas
(b) Periksa kelengkapan
(c) Periksa keamanan kendaraan
(d) Periksa keadaan umum barang / uang yang akan dikawal anatar
lain jumlah, pembungkus, label/lak, dokumen pendukung lainnya.
(e) Bagi tugas dengan jelas siapa yang berada di depan, disamping,
serta dibelakang.
(f) Jangan berhenti disembarang tempat (Gunakan Pos Pol) hindari
jalan yang sulit, cari route terdekat.
(g) Periksa keadaan umum barang / uang tersebut dan lakukan serah
terima petugas yang berhak menerima di dalam berita acara
penyerahan barang – barang tersebut.

4). PATROLI
a. Patroli adalah salah satu bentuk kegiatan Kepolisian yang dilakukan
oleh 2 orang anggota Polisi atau lebih dengan cara mendatangi,
menjelajahi, mengamati, mengawasi, memperhatikan situasi dan
kondisi yang diperkirakan akan menimbulkan segala bentuk
kejahatan/gangguan kamtibmas, pelanggaran hukum yang
memerlukan kehadiran Polisi untuk melakukan tindakan Kepolisian
guna memelihara ketertiban dan menjamin keamanan masyarakat.
b. Keamanan dan Ketertiban masyarakat adalah suatu kondisi dinamis
masyarakat sebagai salah satu prasyarat terselenggaranya proses
pembangunan nasional dalam rangka tercapainya tujuan nasional
yang ditandai oleh terjaminnya keamanan dan ketertiban dan
tegaknya hukum serta terbinanya ketentraman yang mengandung
kemampuan membina serta mengembangkan potensi dan kekuatan
masyarakat dalam menangkal, mencegah dan menanggulangi segala
bentuk pelanggaran hukum dan bentuk – bentuk gangguan lainnya
yang dapat meresahkan masyarakat.
c. Potensi gangguan adalah kondisi / situasi yang merupakan faktor
pencetus gangguan keamanan yang berpotensi besar akan tumbuh
terjadinya gangguan nyata keamanan.

d. Ambang Gangguan adalah kondisi gangguan kamtibmas skala


menengah yang jika dibiarkan tidak ada tindakan Kepolisian dapat
meningkat menjadi gangguan nyata.
Gangguan Nyata adalah gangguan keamanan berupa kejahatan atau
pelanggaran yang terjadi dan menimbulkan kerugian bagi masyarakat
berupa kerugian harta benda ataupun jiwa raga.

TUGAS POKOK PATROLI

Untuk meningkatkan kehadiran Polisi ditengah – tengah masyarakat, mencegah


bertemunya niat dan kesempatan yang memungkinkan timbulnya kriminalitas,
mencegah terjadinya gangguan kamtibmas, memberikan perlindungan,
pengayoman, dan rasa aman serta rasa tenteram kepada masyarakat, menjalin
hubungan sebagai mitra masyarakat untuk mendapatkan informasi dan partisipasi
masyarakat serta pembatasan gerak provokator dan separatis ditengah masyarakat
baik dengan berdialog maupun berwawancara dengan masyarakat dalam
pelaksanaan tugas.
PELAKSANAAN PATROLI
SASARAN UMUM PATROLI
Sasaran Umum Patroli antara lain meliputi :
a. Menjelajahi daerah, rute dan sasaran yang telah ditentukan serta melihat
kemungkinan adanya kerawanan dalam masyarakat.
a. Menyambangi Pos Pam Swakarsa atau Pos lainnya untuk saling tukar
informasi
b. Mendatangi Sentra – sentra kegiatan masyarakat / pemerintah
c. Melakukan komunikasi / wawancara / dialog dengan masyarakat
d. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat
e. Melakukan tindakan terhadap pelanggaran tindak pidana ringan
f. Mencatat segala info yang di dapat dari masyarakat maupun yang ditemukan
sendiri ke dalam buku catatan / mutasi
g. Melaporkan perkembangan situasi selama melakukan kegiatan Patroli

BENTUK BENTUK PATROLI


Bentuk – bentuk Patroli terdiri dari :
1) Patroli Jalan Kaki
2) Patroli Bersepeda
3) Patroli R2
4) Patroli R4
HAL – HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN
Hal – Hal Yang Harus Diperhatikan Patroli Jalan Kaki :
a. Berjalan dengan tegap, berwibawa, ramah, sopan dan humanis dengan
mengutamakan senyum, sapa dan salam dan melakukan Wawancara /
Dialog dengan masyarakat.
b. Senjata Api dimasukkan dalam sarung Pistol dan dalam posisi terkunci
c. Petugas patroli jalan kaki berjalan di tepi jalan berlawanan arah dengan
arus kendaraan.
d. Mengikuti Route yang telah ditetapkan
e. Mengenali segala hal terhadap wilayah / daerah yang dilakukan patroli
f. Melaporkan ke pusat pengendali apabila ditemukan kejanggalan dan
memerlukan bantuan lebih lanjut.
Hal – Hal Yang Harus Diperhatikan Patroli Bersepeda :
a. Mengendarai sepeda dengan sikap tegap, berwibawa, ramah, sopan dan
humanis dengan mengutamakan senyum, sapa dan salam serta
melakukan wawancara / dialog dengan masyarakat.
b. Senjata Api dimasukkan dalam sarung Pistol dan dalam posisi terkunci
c. Petugas bersepeda dengan cara berbanjar berada di sebelah kiri jalan
dengan kecepatan sedang / tidak terlalu kencang.
d. Mengikuti Route yang telah ditetapkan
e. Menyalakan lampu pada saat malam hari
f. Memberikan bantuan kepada petugas Patroli jalan kaki apabila diperlukan
g. Segera melaporkan kepusat pengendali apabila ditemukan kejanggalan
dan memerlukan bantuan lebih lanjut.
Hal – Hal Yang Harus Diperhatikan Patroli Sepeda Motor
a. Mengendarai Motor dengan sikap tegap, berwibawa, ramah, sopan dan
humanis dengan mengutamakan senyum, sapa dan salam serta
melakukan wawancara / dialog dengan masyarakat.
b. Senjata Api dimasukkan dalam sarung Pistol dan dalam posisi terkunci
c. Bertindak sebagai penghubung dan memberikan bantuan kepada petugas
Patroli sepeda dan patroli jalan kaki melalui wawancara / dialog dengan
masyarakat
d. Berjalan mengendarai kendaraan dengan kecepatan sedang untuk dapat
melakukan pengamatan
e. Mengikuti Route yang telah ditetapkan
f. Mengenali segala hal terhadap wilayah / daerah yang dilakukan patroli
g. Melaporkan kepusat pengendali apabila ditemukan kejanggalan dan
memerlukan bantuan lebih lanjut.
Hal – Hal Yang Harus Diperhatikan Patroli Roda Empat :
a. Mengendarai Mobil dengan sikap tegap, berwibawa, ramah, sopan dan
humanis dengan mengutamakan senyum, sapa dan salam serta
melakukan wawancara / dialog dengan masyarakat.
b. Bertindak sebagai penghubung dan memberikan bantuan kepada petugas
Patroli sepeda, patroli sepeda motor dan patroli jalan kaki
c. Berjalan mengendarai kendaraan dengan kecepatan sedang untuk dapat
melakukan pengamatan melalui wawancara / dialog dengan masyarakat
d. Mengikuti Route yang telah ditetapkan
e. Mengenali segala hal terhadap wilayah / daerah yang dilakukan patroli
f. Melaporkan kepusat pengendali apabila ditemukan kejanggalan dan
memerlukan bantuan lebih lanjut.
Peralatan dan perlengkapan yang digunakan dalam pelaksanaan Patroli,
terdiri dari :

a. Gampol sesuai dengan ketentuan


b. Peralatan perorangan antara lain ; pistol, peluit, pisau lipat, borgol,
Tongkat T dan sebagainya.
c. Kendaraan (sepeda, motor dan mobil)
d. Perlengkapan administrasi yang meliputi; surat perintah tugas, nama –
nama petugas
e. Alat Komunikasi

TAHAP PERSIAPAN
1. Pimpinan Kesatuan / Pimpinan lapangan :
1) Memberikan APP kepada seluruh petugas patroli
2) Menyiapkan Sprint pelaksanaan tugas
3) Memberikan gambaran karakteristik daerah sasaran, bentuk sasaran yang
akan dilakukan patroli
4) Menyiapkan kekuatan petugas sesuai dengan kegiatan yang akan
dilaksanakan
5) Batas waktu pelaksanaan patroli
2. Kemampuan Petugas Patroli :
a. Kemampuan Polisi Tugas Umum
b. Polisi Patroli Dialogis
c. Kemampuan sebagai penyidik
d. Kemampuan bantuan pertolongan dan penyelamatan korban bencana.
Aturan Perizinan dalam pelaksanaan kegiatan masyarakat / Instansi
Pemerintah :
1) Masyarakat / Instansi Pemerintah yang akan melaksanakan kegiatan yang
memerlukan pengaturan kepolisian wajib mengajukan perizinan kepada
Kepolisian setempat.
2) Batas waktu mengajukan perizinan paling lambat 14 (empat belas) hari
sebelum pelaksanaan kegiatan sudah harus mengajukan perizinan secara
tertulis kepada Kepolisian setempat.
3) Kepolisian setempat wajib menjawab perizinan selambat – lambatnya 7
(tujuh) hari sebelum kegiatan dilaksanakan.
4) Kepolisian setempat berhak menolak perizinan berdasarkan analisa dan
penilaian kegiatan yang akan dilaksanakan akan berdampak kerusuhan
yang dapat menimbulkan gangguan Kamtibmas.
5) Perizinan harus memuat ; lokasi kegiatan, lama kegiatan, macam / jenis
kegiatan dan massa / pengunjung yang akan dilibatkan.
Kewajiban bagi Petugas Patroli :
1) Berpenampilan dan bersikap ramah, tanggap, tegas, peduli, etis, humanis,
korek dan tidak sewenang – wenang.
2) Bersikap responsive terhadap situasi dan kondisi lingkungan sekelilingnya
3) Menjaga keamanan diri pada saat melaksanakan tugas
4) Menguasai daerah, rute dan wilayah yang dilalui petugas patroli
5) Mematuhi rambu – rambu lalu lintas dan peraturan perundang – undangan
yang berlaku
6) Mencatat hasil pelaksanaan tugas patroli
Larangan bagi petugas Patroli
1) Menerima segala bentuk imbalan / pemberian yang di duga berhubungan
dengan pelaksanaan tugas
2) Melakukan perbuatan yang dapat mencemarkan kehormatan diri, orang
lain dan kesatuan
3) Melakukan perbuatan yang dapat mengurangi sikap kewaspadaan.
4) Menyimpang dari rute yang ditentukan kecuali dalam keadaan darurat
5) Melepaskan salah satu kelengkapan perorangan patroli pada saat
melakukan tugas patroli.

TAHAP PELAKSANAAN
Pada tahap ini yang dilakukan petugas antara lain ;
- melakukan pemantauan terhadap kondisi kamtibmas
- melakukan kegiatan – kegiatan perlindungan, pengayoman dan pelayanan
kepada masyarakat, diantaranya ;
a. melakukan pemantauan lokasi
b. membantu orang yang kesulitan mencari alamat,
c. memberi penyuluhan hukum kepada masyarakat.
d. menertibkan pengguna jalan.
Jenis – Jenis Kegiatan selama pelaksanaan Patroli
a. Penanganan Laka Lantas.
Dalam hal ini petugas dituntut untuk mampu memberikan layanan
pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)atau menyelamatkan jiwa
korban.
Yang tidak kalah pentingnya dilakukan oleh petugas dalam hal ini adalah
penanganan kasus Laka Lantas itu sesuai ketentuan yang berlaku sebagai
bahan untuk proses hukum dan selanjutnya diteruskan ke Unit Laka Polresta
Bandung.
b. Memantau tempat – tempat yang diperkirakan rawan terhadap terjadinya
gangguan Kamtibmas seperti tempat hiburan, lokalisasi WTS, dan lain
sebagainya.
Yang harus diperhatikan dan diindahkan oleh petugas dalam hal ini adalah
bertindak terhormat dan tidak mengambil keuntungan dari kegiatan yang
dilakukan.
c. Melakukan kunjungan dan koordinasi dengan satuan penyelenggara
keamanan lingkungan. Hal ini dilakukan dalam rangka koordinasi dan
pembinaan terhadap penyelenggara keamanan lingkungan agar dapat lebih
meningkatkan kemampuannya.
Pada saat pelaksanaan kegiatan Patroli dapat dilaksanakan dengan dibarengi
kegiatan :
a. Pengawalan
b. TPTKP
c. Bantuan Pertolongan
d. Tindakan Hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.
e. Patroli Dialogis dalam rangka memberikan perlindungan, pengayoman,
dan pelayanan kegiatan masyarakat / instansi agar terlaksana dengan
aman tertib dan lancar.
Penugasan Patroli dapat dilakukan oleh satu atau lebih fungsi Kepolisian dan
dapat juga melibatkan instansi terkait lainnya yang diatur sebagai berikut :
1) Patroli terpadu antar fungsi kepolisian dimana Patroli dilaksanakan oleh
lebih dari satu fungsi kepolisian pimpinan dan kendali dibawah Kasatwil
atau Perwira yang ditunjuk oleh Kasatwil, jumlah kekuatan dan waktunya
disesuaikan dengan kebutuhan atau perkembangan situasi dan kondisi
berkaitan dengan ancaman gangguan kamtibmas yang dihadapi.
2) Patroli Rutin yang dilaksanakan oleh fungsi Samapta merupakan kegiatan
Patroli yang dilakukan, dipimpin dan dikendalikan oleh anggota Samapta
Polri dengan jumlah kekuatan dan waktunya disesuaikan dengan
kebutuhan atau perkembangan situasi dan kondisi berkaitan dengan
ancaman gangguan Kamtibmas yang dihadapi.

5)TINDAKAN PERTAMA TEMPAT KEJADIAN PERKARA (TPTKP)


TPTKP adalah salah satu bentuk kegiatan yang harus dilaksanakan oleh anggota
Polri yang pertama kali melihat / secara langsung menemukan suatu kejadian
untuk segera mengamankan korban, saksi, barang bukti dan Tempat Kejadian
Perkara (TKP) sampai petugas Polisi yang berwenang dating dan melaksanakan
olah TKP guna proses hukum selanjutnya.
TUGAS POKOK TPTKP
Untuk mengamankan korban, saksi, barang bukti dan Tempat Kejadian Perkara
(TKP) sampai petugas Polisi yang berwenang datang dan melaksanakan olah TKP
guna proses hukum selanjutnya.
PELAKSANAAN TPTKP
Peralatan yang digunakan untuk pelaksanaan tugas TPTKP adalah :
- TKP KIT
- Senter
- Alat Tali Temali
- Plastik Pembungkus Barang Bukti dan sebagainya
Garis–garis besar ketentuan dan prosedur pelaksanaan TPTKP adalah :
- Menutup TKP
- Menandai Jejak Sendiri
- Memeriksa korban dan menyelamatkan korban
- Mengamankan barang bukti
- Menandai barang bukti
- Mencari keterangan saksi
1. Tindakan Pertama di TKP Kriminalitas
(a) Lakukan pertolongan terhadap korban
(b) Pasang Police Line atau peralatan tali lainnya
(c) Mengamati secara umum tentang situasi, baik orang maupun barang atau
benda – benda.
(d) Catat tempat, waktu kejadian dan keadaan cuaca
(e) Catat orang – orang yang berada di TKP terutama yang mengetahui
tentang kejadian dan diperintahkan untuk tidak meninggalkan tempat.
(f) Tangkap pelaku apabila masih beradadi sekitar TKP
(g) Mengamankan barang bukti dengan memberikan tanda – tanda
(h) Membuat gambar / Sket TKP
(i) Membuat berita acara pendapatan TKP
(j) Menyiapkan permintaan visum et repertum (VER)
(k) Menyerahkan hasil pengamanan TKP kepada petugas penyidik beserta
tersangka, barang bukti dan saksi yang ditemukan
(l) Membuat laporan pelaksanaan tugas
2. Tindakan Pertama di TKP Kecelakaan Lalu Lintas
a. Lakukan pertolongan terhadap korban sesuai dengan ketentuan P3K serta
segera kirim ke rumah sakit terdekat
b. Amankan TKP dan pertahankan status quo
c. Atur lalu lintas di sekitar TKP
d. Beri tanda posisi korban dan kendaraan di TKP
e. Amankan pengemudi dan awak kendaraan
f. Periksa dan amankan surat – surat kendaraan seperti SIM, STNK dan surat
lainnya.
g. Catat Identitas saksi, membuat Sket TKP, menghubungi kantor Polisi
terdekat dan buat berita acara pendapatan TKP
h. Bila petugas yang berwenang datang segera berikan keterangan sejelas –
jelasnya dan serahkan kepada petugas penyidik untuk dilakukan penyidikan
selanjutnya
i. Membuat laporan pelaksanaan tugas
3. Tindakan Pertama di TKP Barang Temuan
a. Barang – barang temuan yang diserahkan baik oleh masyarakat maupun oleh
anggota Polri (Petugas Jaga) hars dicatat dalam buku mutasi
b. Membuat laporan dalam formulir barang temuan yang telah disediakan
pelapor diberikan tanda penerimaan laporan.
c. Barang temuan diberi tanda / label seperti barang bukti kemudian diserahkan
kepada Ka Jaga selanjutnya diteruskan ke petugas yang berwenang
d. Membuat laporan pelaksanaan tugas
4. Tindakan Pertama di TKP Kemacetan Lalu Lintas
a. Mencari penyebab kemacetan
b. Apabila penyebab kemacetan adalah kendaraan mogok, usahakan untuk
memindahkan kendaraan tersebut ke tempat yang aman dan tidak
mengganggu kelancaran lalu lintas
c. Segera atur lalu lintas
d. Cari jalan alternative untuk pengalihan arus lalin
e. Bantu untuk mencari Derek atau bengkel
f. Apabila kemacetan disebabkan tidak berfungsinya lampu pengatur lalu lintas
segera lakukan pengaturan dan hubungi petugas Dinas Perhubungan /
LLAJR
g. Membuat laporan pelaksanaan tugas
5. Tindakan Pertama di TKP Orang Mengamuk
a. Mengadakan pendekatan untuk meredakan kemarahannya
b. Berikan peringatan keras dan tegas agar orang tersebut menghentikan
perbuatannya
c. Hentikan perbuatannya dengan beladiri Polri / Tongkat Polri
d. Bila bersenjata dan membahayakan orang lain lakukan tembakan peringatan
3 kali
e. Apabila tidak diindahkan juga maka dapat dilakukan penembakan untuk
melumpuhkan.

6. Tindakan Pertama di TKP Perkelahian Massal


a. Melerai dan memisahkan para pelaku
b. Adakan pendekatan kedua pihak melalui pimpinannya untuk dilakukan
negosiasi
c. Tolong korban
d. Amankan barang bukti
e. Libatkan tokoh masyarakat, tokoh agama yang berpengaruh dari kedua belah
pihak yang berkelahi untuk menemukan penyelesaian terbaik
f. Apabila tercapai kesepakatan perintahkan kelompok yang berkelahi segera
membubarkan diri
g. Apabila tidak tercapai kesepakatan segera siapkan satuan Dalmas untuk
membubarkan massa
h. Cari dan tangkap provokator / pencetus kerusuhan
i. Membuat laporan pelaksanaan tugas

KOORDINASI DAN PENGENDALIAN


Koordinasi Pengawalan adalah sebagai berikut :
1. Pimpinan kesatuan / pimpinan lapangan dalam pelaksanaan tugas TPTKP dapat
melakukan koordinasi dengan satuan fungsi kepolisian dan instansi lainnya.
2. Dalam pelaksanaan TPTKP, masing – masing pimpinan melakukan koordinasi
untuk mencapai hasil yang maksimal.
3. Dalam tugas TPTKP kendali taktis dan teknis berada pada pimpinan lapangan /
pimpinan kesatuan
4. Setiap perkembangan eskalasi selama TPTKP, wajib dilaporkan secara lisan dari
petugas pengawalan kepada operator pengendali / atasannya
5. Ketua tim TPTKP membuat laporan tertulis secara berjenjang tentang
pelaksanaan tugas TPTKP.

6) TINDAK PIDANA RINGAN ( TIPIRING )


Tindak Pidana Ringan adalah Perkara :
(1) Yang diancam dengan Pidana Penjara atau Kurungan paling lama 3
bulan atau denda sebanyak – banyaknya Rp. 7.500,-.
(2) Penghinaan Ringan
(3) Kecuali yang ditentukan dalam Acara Pemeriksaan Perkara Lalu Lintas
Peraturan Daerah adalah suatu Peraturan yang dibuat oleh Kepala Daerah atas
persetujuan DPRD dalam rangka penyelenggaraan Otonomi Daerah untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa
sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan Peraturan Perundang –
undangan yang berlaku hanya diwilayah setempat. Sanksi Perda sesuai UU
Nomor 22 Tahun 1999, ancaman hukuman 6 bulan kurungan / denda Rp.
5.000.000,-.

TUGAS POKOK PENANGANAN TIPIRING


Untuk menyelenggarakan Penanganan Kasus – kasus yang dinilai sederhana /
ringan dengan tindakan hukum yang tegas sesuai ketentuan yang berlaku.

PELAKSANAAN PENANGANAN TIPIRING


Macam pemeriksaan sidang pengadilan
 Pemeriksaan singkat

 Pemeriksaan cepat

Ciri Ciri Acara Pemeriksaan Cepat


 Pasal Tindak Pidana Ringan& Bertingkat Sangat Sederhana

 Dipimpin Oleh Hakim Tunggal


 Cukup dengan satu alat bukti yang sah

 Tidak dibuatkan surat dakwaan

 Penuntut umum tidak hadir

 Tdk Dapat Dimintakan Banding, Kecuali:

(1) Kuputusannya Dijatuhkan Pidana Perampasan Kemerdekaan

(2) Tidak Dibuatkan BAP Pengadilan

(3) PASAL 205 S/D 210

Kriteria Acara Pemeriksaan Tipiring


 Ancaman hukuman pidana penjara atau kurungan paling lama 3 (tiga)bulan

 Denda sebanyak-banyaknya Rp 7.500,-

 Termasuk penghinaan ringan

 Perkara pelanggaran tertentu terhadap peraturan perundang-undangan lalu lintas


jalan, tidak termasuk dalam tipiring.

 BAP oleh penyidik atas kuasa penuntut umum diserahkan ke sidang Pengadilan

 Tidak dihadiri oleh penuntut umum

 Tidak dibuat surat dakwaan

 Sidang dipimpin oleh hakim tunggal

 Tata cara penindakan tipiring, khususnya terhadap pelanggaran perda,


menggunakan blangko acara pemeriksaan cepat model tilang

 Proses penyidikan tipiring dapat dilaksanakan di kantor atau diluar kantor (esensinya
ditangani dengan cepat & tuntas)

 Setelah Penyidik/PP/PPNS terima laporan/pengaduan atau ketahui lansung adanya


tipiring, maka segera mencari saksi,Tsk & BB yang berkitan dengan kasusnya

 Setelah diadakan pemeriksaan singkat dan temukan unsur-unsur pasal yang


dilanggar, serta sudah ada pengakuan dari Tsk dan didukung dengan Ket Saksi,
Penyidik/PP/PPNS segera menulis lansung di blangko tipiring

 Penyidik/PP/PPNS membubuhkan tanda tangan di blangko tipiring


 BB yang disita dicatat

 Bila Tsk tidak mau tanda tangani, maka Penyidik/PP/PPNS cukup catat uraian
singkat alasan-alasannya (di lembar balik)

 Ingatkan kembali kepada terdakwa atau kuasa hukumnya untuk datang ke


pengadilan sesuai dengan waktu yang ditetapkan sebagai jadwal sidang tipiring

PEMERIKSAAN DAN PEMBUATAN BAP


(1) Untuk Kasus Tipiring yang melanggar KUHP Buku II dan III agar
menggunakan BAP singkat.
(2) Penyusunan berkas perkara (BP) berisi :
- Sampul berkas
- Resume
- Laporan Polisi
- Berita Acara Pemeriksaan Saksi dan Tersangka
- Berita Acara Penangkapan, Penggeledahan dan Penyitaan
- Daftar Saksi dan Daftar Barang Bukti
- Keterangan Ahli dan Surat Perintah Persetujuan Penyitaan dari
Pengadilan
(3) Khusus penindakan terhadap pelanggaran Perda agar digunakan Blanko
BAP Cepat Model Tilang.

KOORDINASI DAN PENGENDALIAN


Koordinasi Penanganan Tipiring adalah sebagai berikut :
1. Koordinasi dengan Kejaksaan Negeri dengan pengiriman tembusan berkas
perkara / Blanko Berita Acara Pemeriksaan Cepat.
2. Koordinasi dengan Pengadilan Negeri untuk menetapkan hari sidang.
3. Koordinasi dengan Pemda cq. Tibum Sat Pol PP dalam rangka tehnis penyidikan
Perda.
Pengendalian Penanganan Tipiring :
1. Pengendalian Operasional Tipiring dan Perda menjadi tanggung jawab
Kapolresta
2. Pengendalian tehnis Operasional sehari – hari berada pada Kapolsek Nagreg
3. Pengendalian tehnis Penyidikan berada pada Kapolsek Nagreg
( UNTUK PENANGANAN TINDAK PIDANA RINGAN DI POLSEK NAGREG DITANGANI
OLEH UNIT RESKRIM DAN JUGA BHABINKAMTIBMAS )
8.UNIT LALU LINTAS
MELAKSANAKAN PENGATURAN
Pengaturan Adalah merupakan Salah satu bentuk kegiatan Kepolisian yang
dilakukan oleh 2 orang anggota Polisi atau lebih dengan cara mengatur,
mengawasi dan memperhatikan situasi dan kondisi yang diperkirakan
padat/rawan lalu lintas.
Metode Pengaturan
1) Mengatur Lalu Lintas dengan Gerakan Tangan
2) Mengatur Lalu Lintas dengan Sempritan
3) Mengatur Lalu Lintas dengan Isyarat Cahaya
4) Mengatur Lalu Lintas dengan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APIL)

TUGAS POKOK PENGATURAN


Untuk meningkatkan kehadiran Polisi ditengah – tengah masyarakat, mengatur dan
mengawasi serta memperhatikan situasi dan kondisi yang diperkirakan padat/rawan
kecelakaan lalu lintas.

PELAKSANAAN PENGATURAN
1. CARA PENGATURAN LALU LINTAS

a. Tata cara berlalu lintas di jalan yang dianut di Indonesia ialah prinsip lalu
lintas kiri. Hal ini dengan jelas tercantum pada pasal 21 ayat (1) dan (2)
UULAJ No 14/1992 dan Pasal 5 (1) dan (2) PP 43/ 1993 yang berbunyi
sebagai berikut :
(2) Tata cara berlalu lintas di jalan adalah dengan mengambil jalur jalan
sebelah kiri.
(3) Penggunaan jalan selain jalur sebelah kiri hanya dapat dilakukan
apabila :
(a) Pengemudi bermaksud akan melewati kendaraan di depannya.
(b) Ditunjuk atau ditetapkan oleh petugas yang berwenang untuk
digunakan sebagai jalur kiri yang bersifat sementara.
b. Cara mengambil posisi :
(1) Sikap dasar memulai pengaturan lalu lintas dalam keadaan sikap
sempurna
(2) Posisi mudah melakukan gerakan pengaturan lalu lintas
(3) Memperhatikan faktor keamanan
(4) Pada waktu pengaturan lalu lintas, sikap istirahat tetap dalam waspada
(5) Bila perlu dapat mengambil posisi ditempat ketinggian agar mudah
dilihat oleh pemakai jalan.

2. PERLENGKAPAN PETUGAS DALAM PENGATURAN LALU LINTAS


1) Peluit
2) Megaphone
3) Lampu Senter
4) Barikade – barikade, Traffic Cone (Kerucut) untuk situasi khusus
5) Papan Portable, lampu hazard untuk pengaturan pada saat terjadi Laka
Lantas atau Bencana Alam
6) Alat Komunikasi (Handy Talky & Hand Phone)
7) Surat Perintah Tugas
8) Rompi dan Jas Hujan

3. MACAM – MACAM PENGATURAN LALU LINTAS


Kegiatan – kegiatan yang dilaksanakan pelaksanaan pengaturan:
a. Mengawasi dan mengecek kesiapan petugas Pos Beat sesuai jumlah, tempat
danperalatan.
b. Memberikan informasi tentang sesuatu yang menonjol kepada petugas
possehingga petugas pos Beat dapat lebih siagaterhadap sesuatu
gangguanberdasarkan informasi yang didapat.
c. Mengamati kejadian-kejadian yang terjadi dan dalam hal yang luar
biasaberwenang mengambil tindakan yang diperlukan, serta segera
melaporkanke Komando.
d. Mencatat kejadian-kejadian yang penting dalam buku harian,sebagai
bahanlaporan kepada Komando.
e. Menjaga dan mengatur arus lalu lintas di daerah rawan macet / rawan laka.
Pelaksanaan Pengaturan Lalu Lintas disesuaikan dengan Perundang –
undangan Lalu Lintas serta Peraturan Pelaksanaan, perkembangan teknologi
Lalu Lintas serta kemampuan yang dimiliki Petugas yang diperinci dalam
berbagai cara mengatur Lalu Lintas sebagai berikut :
a. Mengatur Lalu Lintas dengan Gerakan Tangan
(1) Agar Instruksi yang diberikan mudah dan dapat dimengerti oleh
pemakai jalan, maka perlu diperhatikan hal – hal sebagai berikut :
(a) Sikap dan penampilan yang berwibawa
(b) Menguasai cara pengaturan Lalu Lintas dengan isyarat tangan
dan peluit
(c) Mengatur posisi yang strategis sesuai kondisi ditempat
(d) Mengenal situasi arus lalu lintas di lokasi yang akan diatur.
(2) Menguasai 12 Macam Gerakan Tangan, memberhentikan,
mempercepat jalan dan memperlambat jalan dalam kegiatan
pokoknya.
b. Mengatur Lalu Lintas dengan sempritan
Penggunaan sempritan yang telah dilaksanakan sejak tahun 1953 dan
terbukti efektif serta sangat besar efeknya jika dibandingkan dengan teguran
atau gerakan tangan saja.
Adapun dasar penggunaan sempritan adalah : “Order Kepala Kepolisian
Negara/Menteri Ex. OFFICIO Tanggal 18 Januari 1960 No 1/5/BO (Order No.
1/VII/60)”.
Isyarat – Isyarat yang dapat diberikan dengan sempritan adalah :
(1) Tiupan panjang 1 x (Priiiit) berarti “Berhenti”
(2) Tiupan Pendek 2 x ( Prit Prit) berarti “Jalan”
(3) Tiupan Pendek berulang – ulang lebih dari 2 x (Prit Prit Prit Prit) berarti
“Untuk meminta perhatian”.
c. Pengaturan Lalu Lintas dengan Isyarat Cahaya diberikan dengan cara
menggunakan lampu senter warna merah yaitu :
(1) Sinar Panjang berarti berhenti.
(2) Sinar Pendek 2 x berarti jalan
(3) Sinar Pendek berulang – ulang lebih dari 2 x berarti Untuk meminta
perhatian terhadap pemakai jalan untuk tidak memenuhi isyarat yang
diberikan petugas.
d. Mengatur Lalu Lintas dengan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APIL) sesuai
Skep Menhub No 62 Tahun 1993 yaitu :
(1) Dengan APIL 3 warna (Merah, Kuning Hijau) digunakan untuk
pengaturan kendaraan bermotor.
(2) Dengan APIL 2 Warna (Merah dan Hijau) digunakan untuk pengaturan
kendaraan bermotor dengan pejalan kaki seperti pada tempat
penyebrangan jalan (Zebra Cross)
(3) Dengan APIL 1 warna (Merah atau Kuning) digunakan untuk
memberikan peringatan bahaya.

4. MENGATUR LALU LINTAS DIPERSIMPANGAN

a. Arus Lalu Lintas yang belok ke kiri :


Kendaraan – kendaraan yang akan membelok ke kiri, harus sudah
mengambil jalur jalan yang paling kiri, dalam kecepatan lambat dan
senantiasa siap untuk berhenti kalau diperlukan (atas permintaan petugas
pengatur lalu lintas).
b. Arus Lalu Lintas yang membelok ke kanan :
1) Apabila arus lalu lintas yang membelok ke kanan frekuensinya kecil,
petugas pengatur lalu lintas memberikan prioritas kepadanya dengan cara
menahan arus lalu lintas yang berlawanan.
2) Apabila arus lalu lintas yang membelok ke kanan frekuensinya besar,
maka digunakan “Prinsip tiga fase” :
(a) Arus lalu lintas yang datang dari timur, utara dan selatan
diberhentikan dan arus lalu lintas yang dating dari barat diminta
jalan.
(b) Arus lalu lintas yang datang dari barat dan timur diberhentikan,
demikian pula arus lalu lintas dari utara tetap berhenti, arus dari
selatan diminta jalan
(c) Arus lalu lintas dari barat, timur dan selatan diberhentikan dan arus
dari utara diminta jalan.
Namun apabila tiga prinsip ini tidak dapat mengatasi, maka dapat
dilakukan dengan cara – cara yang lebih keras yaitu :

(a) Mengharuskan kendaraan yang akan membelok ke kanan berjalan


lurus dan berbelok ke kiri sampai pada persimpangan berikutnya.
(b) Melarang sama sekali kendaraan untuk berbelok ke kanan
(c) Menentukan bahwa jalan tersebut digunakan satu arah.

5. MENGATUR LALU LINTAS DI TEMPAT – TEMPAT ARUSNYA KURANG


PADAT
Hal ini biasanya terjadi dikota – kota kecil, bila perlu petugas cukup mengadakan
pengawasan lalu lintas dengan memperhatikan tugas – tugas sebagai pengatur
lalu lintas yang secara umum melaksanakan kegiatan – kegiatan sebagai berikut
a. memberikan pelayanan masyarakat
b. melakukan pengaturan lalu lintas
c. melakukan tindakan pertama di TKP (Laka/bencana alam)
d. melaksanakan tugas – tugas umum kepolisian.

6. MENGATUR LALU LINTAS DALAM USAHA MEMECAHKAN DAN MENCARI


KEMACETAN LALU LINTAS
a) Petugas Pengatur lalu lintas dapat melakukan tindakan darurat guna
kelancaran lalu lintas, misalnya mengambil fungsi Traffic Light apabila lampu
pengatur Lalu Lintas tersebut kurang atau tidak berfungsi lagi dalam
menjamin kelancaran lalu lintas
b) Tidak memberikan kesempatan kepada calon penumpang menunggu
kendaraan dipersimpangan jalan sehingga kendaraan tidak saling menyalip
mendekati persimpangan.
c) Mengatur dan mengendalikan pada penyebrang jalan
d) Melarang kendaraan parkir tidak pada tempatnya
e) Bila perlu tidak hanya terpaku pada pemecahan setempat, mungkin
diperlukan pemeriksaan yang teliti untuk menentukan sumber kemacetan
tersebut
f) Apabila terjadi kemacetan total sisuatu simpang empat, dapat diatasi dengan
memerintahkan kepada dua barisan kendaraan yang akan lurus untuk
membelok ke kiri.
g) Kemacetan disimpang empat yang disebabkan oleh kendaraan memenuhi
seluruh jalur jalan dapat di atasi dengan cara :
(1) Barisan kendaraan yang berada dijalur kiri dipotong dan barisan
kendaraan – kendaraan yang dipotong tersebut dibelokkan ke kiri
(2) Selanjutnya kendaraan – kendaraan yang berada di jalur kanan
diperintahkan pula untuk membelokkan ke kiri
h) Kemacetan dipersimpangan yang ada tempat pemutaran, dapat diatasi
dengan cara memperbesar sebagian dari lingkungan arus lalu lintas
(misalnya : diputar melalui putaran tertentu)
7. MELAKUKAN PENGATURAN LALU LINTAS DALAM KEADAAN TERTENTU /
KHUSUS
Yang dimaksud dengan keadaan tertentu :
(1) Pada saat perayaan – perayaan
(2) Pada saat pertandingan – pertandingan olah raga, upacara, adat dan
sebagainya
(3) Pada saat situasi darurat (bencana alam, kebakaran, demontrasi dan lain
– lain).

8. KONSOLIDASI
a. Konsolidasi dilakukan oleh para petugas pengaturan dalam rangka
mengakhiri kegiatan dengan melakukan pengecekan kekuatan personil dan
peralatan
b. Konsolidasi dilakukan oleh Pimpinan tertinggi Pelaksana Petugas pengaturan
c. Melaporkan Pelaksanaan kegiatan pengaturan secara lisan dan tertulis
kepada atasan langsung atau kepada yang memberikan tugas.
Hal – hal yang dilaporkan yaitu :
- Temuan – temuan kejadian di lapangan
- Kejadian – kejadian yang ditangani di lapangan

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kegiatan Rutin Kepolisian diselenggarakan dalam rangka menjaga dan


mempertahankan situasi keamanan dan ketertiban masyarakat yang telah
dicapai melalui kegiatan yang bersifat Pre-entif, preventif,

1. Sium Polsek Nagreg bertugas merencanakan dan mengendalikan Administrasi


Kepolisian Polsek Nagreg, mengendalikan pengamanan kegiatan masyarakat
dan atau instansi pemerintah, menyajikan informasi dan dokumentasi
kegiatan Polsek serta mengendalikan pengamanan Mako Polsek.

2. Sihumas selaku perpanjangan tangan pimpinan (kapolsek) untuk hubungan


kemasyarakatan, menyampaikan informasi, penjelasan kepada masyarakat
tentang hasil kinerja, atau perihal sejauh mana penanganan permasalahan
yang sedang ditangani, dan penyampaian informasi lain-lainnya yang
berkaitan dengan tugas-tugas kepolsian, agar masyarakat mengerti dan
mengetahui sejelas-sejelasnya.

3. Unit Provos merupakan pengawasan terhadap personil di dalam


melaksanakan tugas, penegakan disiplin terhadap personil yang melanggar
peraturan dan undang-undang yang berlaku, serta pemberian pembinaan
kepada personil yang bermasalah.

4. SPKT melaksanakan tugas Pelayanan kepada masyarakat yang datang ke


Polsek untuk melaporkan/mengadukan permasalahan yang ia hadapi/alami,
memberikan bantuan, konsultasi, bertamu dsbnya.

5. Unit Intelkam melaksanakan Tugas untuk mengumpulkan informasi, bahan


keterangan, perkembangan situasi di Wilayah hukum Polsek Nagreg,
membuat kirka intelijen guna untuk mengetaui dan mengantisifasi dan dapat
segera di antisifasi dan diambil langkah-langkah apa selanjutnya demi
terciptanya Kamtibmas yang kondusif.

6. Unit reskrim menyelenggarkan segala usaha kegiatan perkejaan Kepolisian


dalam rangka penyidikan tindak pidana yang terjadi, menangani hingga
tuntas, menekan kejahatan tindak pidana yang terjadi diwilayah hukum
Polsek Nagreg, penegakan hukum yang tegas dan profesional.

7. Unit samapta melaksanakan tugas Preventif (pencegahan) dengan


melaksanakan patroli kedaerah-daerah rawan Guantibmas (Strong Point
patroli) guna mengurangi/mencegah adanya kesempataan untuk melakukan
tindak pidana, agar masyarakat merasa aman, nyaman dan tentram.

8.   Unit Binmas menyelenggarakan pembinaan penyuluhan/penggalangan terhadap
Masyarakat, unsur-unsur masyarakat/potensi masyarakat, antar insatansi
guna menjalin kerjasama yang baik dalam menjaga dan menciptakan situasi
Kamtibmas yang kondussif di wilayah hukum Polsek Nagreg.

9. Unit Lalulintas menyelenggaraan pengaturan, penjagaan dan patroli serta


melakukan pembinaan penyuluhan/penggalangan terhadap masyarakat guna
terciptanya Kamtibcar lantas diwilayah hukum Polsek Nagreg

B SARAN
Reformasi menuju Polri yang fropesional secara bertahap dan berlanjut
dapat diwujudkan sesuai tuntutan dan harapan masyarakat, reformasi Polri
tidak akan mungkin berhasil tanpa adanya bantuan dan dukungan dari
masyarakat, pemerintah, Organinasi kemasyarakatan serta para tokoh dan
pakar termasuk media massa, oleh sebab itu, pelaksanaan tugas pokok
masing-masing fungsi Kepolisian dapat terlaksana sesuai dengan Standar
operasional prosedur (SOP) yang dituangkan dalam buku pedoman ini
sehingga pencapaian Kamtibmas dapat tercapai secara optimal dengan
dukungan administrasi yang baik pula.

Demikianlah penyusunan buku panduan standar operasional prosedur (SOP)


Polsek Nagreg ini disusun untuk sebagai panduan bagi personil dalam rangka
melaksanakan tugas sesuai dengan fungsi dan tugas pokoknya masing-
masing, sehingga pesonil mengerti demi tercapainya kinerja Polri yang baik
dan optimal, profesional sehingga tercapai Kamtibmas yang kondusif di
wilayah hukum Polsek Nagreg.

Dikeluarkan di :Nagreg
Pada tanggal : 31 Agustus 2022
PS. KEPALA KEPOLISIAN SEKTOR NAGREG

HIMA RAWALASI PRTAMA,SE,MM


AJUN KOMISARIS POLISI NRP 84071820

Anda mungkin juga menyukai