Anda di halaman 1dari 13

INDIVIDUAL ASSIGMENT

FILSAFAT HUKUM

Diajukan Oleh:
Aulia Khoirun Nisa
1220200071

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH

2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillah, puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena
atas rahmat dan karunianya sehingga saya bisa membuat dan menuntaskankarya tulis ini.

Bila mana terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, mohon dimaklumi dan
dimengerti, karena saya menyadari bahwa makalah ini tidak sepenuhnya sempurna. Maka dari
itu saya begitu berharap pembaca dapat memberikan saran yang dapat membangun dan
menjadikan saya ke arah yang lebih baik lagi.

Saya berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi siapapun yang membacanya.
Akhir kata, saya ucapkan terima kasih. Wassalamualaikum Wr.Wb.

Tangerang, 10 Maret 2024

2
1 DAFTAR ISI

1.1.1 Halaman

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................i


DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ii
BAB I ........................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 2
1. Latar Belakang ........................................................................................................... 2
BAB II ....................................................................................................................................... 7
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 7
1. Pengertian Hukum .........................................................................................................7
2. pendapat Ahli Tentang Hukum ...................................................................................... 8
3. Ciri-ciri hukum ..............................................................................................................12
BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 23
1. Kesimpulan ................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................25

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Hukum di Indonesia pada dasarnya diciptakan untuk mengatur dan mengarahkan perilaku
manusia atau masyarakat kearah yang baik, hal ini ditangkan dalam undang undang baik tertulis
maupun yang tidak tertulis. Hukum tersebut memiliki konsekuensi hukuman yang harus diterima
bagi pelanggar undang undang itu sendiri, dari sanksi sosial, sanksi denda bahkan sanksi pidana
yang dapat dipenjaranya pelanggar peraturan tersebut.

Hukum yang berlaku di Indonesia memiliki beberapa sumber yang sebelum merdeka
sudah berlaku, antara lain hukum yang bersumber dari agama, hukum yang bersumber dari adat
atau kebiasaan dan hukum yang bersumber dari negara lain yang menjajah Indonesia.

Ketiga sumber hukum tersebut sangat erat kaitannya dan tidk dapat dipisahkan satu
dengan lain, karena apabila hukum negara ditegakkan di wilayah yang sangat menjunjung tinggi
hukum adat maka keberadaan hukum itu sendiri akan berbenturan dengan masyarakat. Hal ini
sangat berbanding terbalik dengan tujuan hukum itu sendiri yaitu menciptakan mengatur dan
mengarahkan manusia untuk lebih baik. Di dalam Undang undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945 Bab 1 Pasal 1 ayat (3) dijelaskan bahwa “ Negara Indonesia adalah Negara
Hukum”, hal ini menunjukkan bahwa segala sesuatu yang terjadi di Indonesia baik yang
berhubungan dengan negara ataupun masyarakatnya diatur sesuai peraturan hukum yang berlaku.
Hal ini dirumuskan untuk membatasi hak dan kewajiban masyarakat terhadap masyarakat dan
masyarakat terhadap negara agar terjaminnya rasa keadilan bagi masyarakat Indonesia. Dalam
hal penegakan hukum ada tujuan yang diharapkan dari adanya penegakan hukum, menurut
Gustav Radbruch hukum ditegakkan bertujuanan agar tercapainya kepastian hukum, keadilan
hukum dan kemanfaatan hukum terhadap para pihak.

Hal ini sudah sesuai dengan pembukaan Undang undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945 dan juga Pancasila pada sila ke dua yang berbunyi “ kemanusiaan yang
adil dan beradab” hal ini menunjukkan bahwa penegakan hukum juga harus terpenuhinya rasa

4
keadilan dan kemanusiaan bagi para pihak yang sedang menjalankan proses penegakan hukum
baik itu korban maupun pelaku. Penegakan hukum yang efektif menurut Lawrance M. Friedman
ada tiga elemen antara lain substansi hukum, struktur hukum dan kultur atau budaya masyarakat.
Substansi hukum berisi tentang peraturan dan undang undang yang digunakan untuk menjerat
pelaku kejahatan. Struktur hukum berisi lembaga lembaga yang berwenang untuk melaksanakan
peraturan dan undang undang yang tentunya harus memiliki sumber daya manusia yang baik.
Kultur atau Budaya Masyarakat mengandung arti sikap dan perilaku masyarakat terhadap adanya
hukum yang ditegakkan di masyarakat, apakah masyarakat tersebut tergolong masyarakat yang
patuh hukum atau tidak.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Hukum

Hukum (serapan dari Arab: ‫ )مكح‬adalah kumpulan peraturan yang terdiri atas norma dan
sanksi-sanksi. Hukum merupakan keseluruhan kaedah-kaedah serta asas-asas yang mengatur
ketertiban yang meliputi lembaga-lembaga dan proses-proses guna mewujudkan berlakunya
kaedah itu sebagai kenyataan dalam masyarakat. Hukum adalah sesuatu yang berkaitan erat
dengan kehidupan manusia merujuk pada sistem yang terpenting dalam pelaksanaan atas
rangkaian kekuasaan penegakan hukum oleh kelembagaan penegak hukum karena segala
kehidupan manusia dibatasi oleh hukum.
Sejarah hukum adalah studi tentang bagaimana hukum telah berkembang dan menggapa
hukum berubah. Sejarah hukum berhubungan erat dengan perkembangan peradaban dan
beroperasi dalam konteks sejarah sosial yang lebih luas. Para ahli hukum dan sejarawan
proses hukum tertentu telah melihat sejarah hukum sebagai rekaman evolusi hukum dan
penjelasan teknis tentang bagaimana hukum-hukum ini telah berevolusi dengan tujuan untuk
lebih memahami asal-usul berbagai konsep hukum; beberapa menganggap sejarah hukum
sebagai cabang dari sejarah intelektual. Sejarawan abad ke-20 memandang sejarah hukum
dengan cara yang lebih kontekstual-lebih sejalan dengan pemikiran sejarawan sosial. Mereka
telah melihat institusi hukum sebagai sistem aturan, pemain, dan simbol yang kompleks, dan
telah melihat elemen-elemen ini berinteraksi dengan masyarakat untuk mengubah,
mengadaptasi, menolak atau mempromosikan aspek-aspek tertentu dari masyarakat sipil.
Sejarawan hukum tersebut cendrung menganalisis sejarah kasus dari parameter penyelidikan
ilmu sosial, menggunakan metode statistik, menganalisis perbedaan kelas di antara pihak-
pihak yang berperkara, pemohon, dan pemain lain dalam berbagai proses hukum. Dengan
menganalisis hasil kasus, biaya transaksi, dan jumlah kasus yang diselesaikan, mereka telah
memulai analisis lembaga hukum, praktik, prosedur, dan risalah yang memberikan gambaran
yang lebih kompleks tentang hukum dan masyarakat daripada yang dapat dicapai oleh studi
yurisprudensi, hukum kasus, dan kode perdata.

6
Hukum mengatur sanksi bagi penyalahgunaan kekuasaan dalam bidang politik, ekonomi,
dan masyarakat dalam berbagai cara dan bertindak sebagai perantara utama dalam hubungan
sosial antar masyarakat terhadap pelanggaran hak individu dalam hukum perdata, dan hukum
pidana yang mengupayakan cara negara untuk menuntut pelaku pelanggaran hukum publik.

Administratif hukum digunakan untuk meninjau kembali dari pemerintah, sementara


hukum internasional mengatur persoalan antara berdaulat negara dalam kegiatan mulai dari
perdagangan, lingkungan, peraturan atau tindakan militer. Filsuf Aristotles menyatakan
bahwa "sebuah supremasi hukum akan jauh lebih baik dibandingkan dengan peraturan tirani
yang merajalela."
Kata hukum berasal dari bahasa Arab al-hukmu yang berarti putusan, ketetapan, perintah,
pemerintahan, kekuasaan, dan hukuman.
Para ahli dan sarjana hukum mencoba untuk memberikan pengertian atau definisi hukum,
tetapi belum ada satupun ahli atau sarjana hukum yang mampu memberikan pengertian
hukum yang dapat diterima oleh semua pihak. Ketiadaan definisi hukum yang dapat diterima
oleh seluruh pakar dan ahli hukum pada gilirannya memutasi adanya permasalahan mengenai
ketidaksepahaman dalam definisi hukum menjadi mungkinkah hukum didefinisikan atau
mungkinkah kita membuat definisi hukum? Lalu berkembang lagi menjadi perlukah kita
mendefinisikan hukum?

Ketiadaan definisi hukum jelas menjadi kendala bagi mereka yang baru saja ingin
mempelajari ilmu hukum. Tentu saja dibutuhkan pemahaman awal atau pengertian hukum
secara umum sebelum memulai untuk mempelajari apa itu hukum dengan berbagai macam
aspeknya. Bagi masyarakat awam pengertian hukum itu tidak begitu penting. Lebih penting
penegakannya dan perlindungan hukum yang diberikan kepada masyarakat. Namun, bagi
mereka yang ingin mendalami lebih lanjut soal hukum, tentu saja perlu untuk mengetahui
pengertian hukum. Secara umum, rumusan pengertian hukum setidaknya mengandung
beberapa unsur sebagai berikut:
Hukum mengatur tingkah laku atau tindakan manusia dalam masyarakat. Peraturan
berisikan perintah dan larangan untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Hal
ini dimaksudkan untuk mengatur perilaku manusia agar tidak bersinggungan dan merugikan

7
kepentingan umum.
Peraturan hukum ditetapkan oleh lembaga atau badan yang berwenang untuk itu.
Peraturan hukum tidak dibuat oleh setiap orang melainkan oleh lembaga atau badan yang
memang memiliki kewenangan untuk menetapkan suatu aturan yang bersifat mengikat bagi
masyarakat luas.
Penegakan aturan hukum bersifat memaksa. Peraturan hukum dibuat bukan untuk
dilanggar namun untuk dipatuhi. Untuk menegakkannya diatur pula mengenai aparat yang
berwenang untuk mengawasi dan menegakkannya sekalipun dengan tindakan yang represif.
Meski demikian, terdapat pula norma hukum yang bersifat fakultatif/melengkapi. Hukum
memliki sanksi dan setiap pelanggaran atau perbuatan melawan hukum akan dikenakan
sanksi yang tegas. Sanksi juga diatur dalam peraturan hukum.

2.2. Pendapat Ahli Tentang Hukum

Pengertian hukum tidaklah mudah didefinisikan. Secara leksikal, hukum adalah peraturan
atau adat yang secara resmi dianggap mengikat yang dikukuhkan oleh penguasa atau
pemerintah. Hukum juga meliputi aturan berupa undang-undang serta peraturan terkait,
kaidah dalam masyarakat, dan keputusan yang ditetapkan oleh penegak hukum.

Terkait pendefinisian hukum, Yunasril Ali dalam Dasar-Dasar Ilmu Hukum menerangkan
bahwa pengertian hukum yang dapat memadai kenyataan sulit ditemukan. Para ahli hukum
umumnya memberikan definisi sesuai selera masing-masing atau sesuai dengan objek
penelitiannya saja. Hal ini tentu tidak terlepas dari kebudayaan dan situasi dalam penelitian.
Menurut Yunasril Ali, mendefinisikan hukum secara menyeluruh sulit dilakukan karena
alasan berikut.
 Lapangan hukum sangat luas.
 Ada kemungkinan untuk meninjau hukum dari berbagai sisi (filsafat, politik,
sosiologi, sejarah, dll) sehingga hasilnya akan berlainan dan definisi yang diambil
hanya mengakomodir satu sisi saja.
 Objek hukum adalah masyarakat yang berubah dan berkembang; definisi hukum
pun akan terus berubah dan berkembang pula.

8
Masih soal sulitnya pendefinisian hukum, W.L.G Lemaire dalam Het Recht in Indonesia
menerangkan bahwa hukum sulit diberikan definisi yang tepat karena memiliki segi dan
bentuk yang sangat banyak, sehingga tidak mungkin mencakup keseluruhan segi dan bentuk
hukum dalam suatu definisi.

Namun, meski sulit dirumuskan, para ahli hukum telah melakukan sejumlah penelitian
tentang pengertian hukum. Adapun 15 pengertian hukum menurut para ahli yang telah
dirangkum adalah sebagai berikut.

 Pengertian hukum menurut Utrecht: hukum adalah himpunan petunjuk hidup


(baik perintah atau larangan) yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat
yang seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat dan jika dilanggar dapat
menimbulkan tindakan dari pihak pemerintah dari masyarakat itu.
 Pengertian hukum menurut Van Apeldoorn: hukum adalah suatu gejala sosial;
tidak ada masyarakat yang tidak mengenal hukum maka hukum menjadi suatu
aspek dari kebudayaan seperti agama, kesusilaan, adat istiadat, dan kebiasaan.
 Pengertian hukum menurut Immanuel Kant: hukum adalah keseluruhan syarat
berkehendak bebas dari orang untuk dapat menyesuaikan diri dengan kehendak
bebas dari orang lain, dengan mengikuti peraturan tentang kemerdekaan.
 Pengertian hukum menurut Thomas Hobbes: hukum adalah perintah-perintah dari
orang yang memiliki kekuasaan untuk memerintah dan memaksakan perintahnya
kepada orang lain.
 Pengertian hukum menurut John Austin: hukum adalah peraturan yang diadakan
untuk memberikan bimbingan kepada makhluk yang berakal oleh makhluk yang
berakal yang berkuasa atasnya.
 Pengertian hukum menurut Bellefroid: hukum yang berlaku di suatu masyarakat
adalah aturan tata tertib masyarakat yang didasarkan atas kekuasaan yang ada
pada masyarakat.
 Pengertian hukum menurut Vant Kant: hukum adalah serumpunan peraturan yang
bersifat memaksa yang diadakan untuk mengatur dan melindungi kepentingan
orang dalam masyarakat.

9
 Pengertian hukum menurut E.M. Meyers: hukum adalah semua peraturan yang
mengandung pertimbangan kesusilaan ditujukan pada tingkah laku manusia dalam
masyarakat dan menjadi pedoman pemimpin atau penguasa negara dalam
melakukan tugasnya.
 Pengertian hukum menurut Leon Duguit: hukum adalah aturan tingkah laku pada
anggota masyarakat, aturan yang daya penggunaannya pada saat tertentu
diindahkan oleh suatu masyarakat sebagai jaminan dari kepentingan bersama
terhadap orang yang melanggar peraturan itu.
 Pengertian hukum menurut S.M. Amin: hukum adalah kumpulan peraturan yang
terdiri atas norma dan sanksi-sanksi.
 Pengertian hukum menurut M.H. Tirtaamidjaja: hukum adalah norma atau semua
aturan yang harus dituruti dalam tingkah laku dan tindakan dalam pergaulan
hidup dengan ancaman mesti mengganti kerugian jika melanggar aturan itu yang
akan membahayakan diri sendiri atau harta, umpamanya orang akan kehilangan
kemerdekaannya, didenda, dan lain sebagainya.
 Pengertian hukum menurut J.C.T Simorangkir dan Woerjono Sastropranoto:
hukum adalah peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah laku
manusia dalam lingkungan masyarakat yang dibuat oleh badan resmi yang
berwajib, pelanggaran mana terhadap peraturan ini berakibat diambilnya tindakan,
yaitu dengan hukuman.
 Pengertian hukum menurut Phillip S. James: hukum adalah tubuh untuk aturan
agar menjadi arahan bagi perilaku manusia dan memiliki sifat yang memaksa.
 Pengertian hukum menurut Hugo de Groot (Grotius): hukum adalah peraturan
tentang perbuatan moral yang menjamin nilai-nilai keadilan.
 Pengertian hukum menurut Rudolf von Jhering: hukum adalah keseluruhan
kaidah yang memaksa dan berlaku dalam sebuah negara.

10
2.3. Ciri-ciri hukum

Hukum adalah sebuah sistem yang terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian
kekuasaan kelembagaan dari bentuk penyalahgunaan kekuasaan dalam bidang politik,
ekonomi dan masyarakat dalam berbagai cara dan masyarakat dalam berbagai cara dan
bertindak.

Menurut Karl Max, hukum adalah suatu cerminan dari hubungan hukum ekonomis
suatu mesyarakat dalam suatu tahap perkembangan tertentu. Menurut Aristoteles, pengertian
hukum yaitu sebagai kumpulan yang idak mengikat tetapi juga hakim bagi masyarakat,
dimana undang-undang yang mengawasi hakim dalam melaksanakan tugasnya untuk
menghukum orang yang bersalah.
1. Mengatur setiap perilaku masyarakat

Ciri-ciri hukum yang pertama adalah mengatur tingkah laku masyarakat. Baik hukum
nasional maupun hukum internasional. Hukum harus memiliki sifat yang mengatur. Hal
yang diatur dalam hukum tersebut adalah mengatur manusia di dalam lingkungan
masyarakat, pergaulan dan etika dalam bersosialisasi.

2. Hukum bersifat memaksa

Ciri-ciri hukum yang fundamental adalah memiliki sifat yang memaksa serta mengikat.
Maksudnya adalah hukum yang berlaku harus dipatuhi dan ditaati oleh semua orang.
Sifatnya wajib bagi semua lapisan masyarakat.

3. Mengandung sebuah larangan dan perintah

Berisi aturan larangan dan/atau perintah merupakan salah satu ciri-ciri hukum. Di
dalam hukum berisi beberapa hal perintah dan larangan yang harus dipatuhi serta
dilaksanakan bagi seluruh manusia.

11
4. Memiliki unsur perlindungan atau melindungi

Ciri-ciri hukum tak hanya memberikan perintah maupun larangan bagi semua orang,
namun juga harus memiliki sifat yang melindungi. Hukum dibuat dengan alasan agar
masyarakat tidak melakukan hal serta tindakan yang tidak sesuai dengan aturan dan
norma yang berlaku. Sehingga hukum harus memiliki sisi yang melindungi.

5. Adanya sanksi bagi pelanggar hukum

Hukum juga meliputi sanksi dan hukuman bagi para pelanggarnya. Ciri-ciri hukum satu
ini memberikan ketegasan bagi masyarakat agar tidak melanggar hukum karena dapat
diberi sanksi serta dijatuhi hukuman. Sanksi yang diberikan pun juga diatur oleh hukum
yang berlaku.

6. Hukum dibuat oleh pihak yang berwenang

Ciri-ciri hukum selanjutnya adalah hukum dibuat oleh pihak yang memang memiliki
wewenang dan kuasa dalam membuat, menyusun serta menetapkan hukum tersebut.
Aturan hukum yang boleh berlaku hanya hukum yang dibuat oleh lembaga atau badan
resmi sesuai dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan.

12
BAB III
KESIMPULAN

Ilmu Hukum pada hakekatnya adalah preskriptif atau mengharuskan. Karena


mengharuskan maka sifat hukum adalah normatif. Sifat normatifitas dari tidak bergantung
pada bentuk formal, kekuasaan dan sanksi, akan tetapi dari koherensinya dengan kaidah
dan prinsip yang bersumber dari moral yaitu Keadilan dan Kebenaran. Hukum adalah
Norma, dalam tindakan reason for action. Sanction not constitutif law. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa Sanksi bukan unsur utama dari hukum.Sanksi ada akibat tuntutan
kepastian hukum dalam paradigma positivisme hukum, yang memandang ilmu hukum
sebagai ilmu empirik aturanaturan tingkahlaku yang mengatur perbuatan manusia secara
lahiriah belaka. Dimana hukum dituntut untuk berkorespondensi dengan fakta. Dalam
penerapan hukum agar hukum dapat diterapkan hukum harus dipaksakan. Dengan
demikian kedudukan sanksi dalam hukum adalah sanksi ada pada penerapan hukum.

13

Anda mungkin juga menyukai