Anda di halaman 1dari 18

PERTANGGUNGJAWABAN KORPORASI PENDAHULUAN

TERHADAP KORBAN KEJAHATAN1 A. Latar Belakang Masalah


Oleh: Jimmy Tawalujan2 Suatu kenyataan yang tidak bisa
dipungkiri bahwa peran korporasi saat ini
ABSTRAK menjadi sangat penting dalam kehidupan
Tujuan penelitian ini adalah untuk masyarakat. Tujuan korporasi untuk terus
mengetahui bagaimana sistem meningkatkan keuntungan yang
pertanggungjawaban pidana korporasi dan diperolehnya mengakibatkan sering
bagaimana penerapan sanksi terhadap terjadinya tindakan pelanggaran hukum.
korporasi menurut peraturan perundang- Apapun jenis kejahatan yang dilakukan,
undangan di Indonesia dalam upaya korbanlah yang selalu menderita kerugian
memberikan perlindungan terhadap korban akibat kejahatan yang terjadi. Demikian
kejahatan. Dengan menggunakan metode juga kejahatan yang dilakukan oleh
penelitian kepustakaan dapat disimpulkan: korporasi yang menimbulkan korban
1. Sistem pertanggungjawaban korporasi kejahatan korporasi yang menderita
adalah: Pengurus korporasi sebagai kerugian. Korban kejahatan korporasi
pembuat dan penguruslah yang cakupannya lebih luas daripada korban
bertanggung jawab, korporasi sebagai kejahatan pada umumnya baik dari segi
pembuat dan pengurus bertanggung jawab, jumlah korban maupun kerugian yang
korporasi sebagai pembuat dan juga ditimbulkan, sehingga korban kejahatan
sebagai yang bertanggung jawab, dan korporasi perlu mendapat perhatian khusus
pengurus dan korporasi sebagai pelaku dalam pencegahan dan penanggulangan
tindak pidana dan keduanya pula yang kejahatan korporasi dalam hal ini berupa
bertanggung jawab. Dalam kepustakaan pertanggungjawaban pidana korporasi
hukum pidana dapat dimintainya terhadap korban kejahatan korporasi.
pertanggungjawaban korporasi dikenal Memperhatikan akibat negatif yang
dengan beberapa doktrin, diantaranya ditimbulkan oleh kejahatan korporasi
adalah : identification doctrine, aggregation seperti yang telah diuraikan sebelumnya,
doctrine, reactive corporate fault, vicarious maka dalam hal ini penulis telah menyusun
liability, management failures model, skripsi ini dengan menggunakan judul
corporate mens rea doctrine, specific “Pertanggungjawaban Korporasi Terhadap
corporate offences dan strict liability. 2. Korban Kejahatan”
Penerapan sanksi terhadap korporasi
menurut peraturan perundang – undangan, B. Perumusan Masalah
penulis telah menyimpulkan bahwa sanksi 1. Bagaimana sistem pertanggungjawaban
yang dapat dijatuhkan kepada korporasi pidana korporasi ?
dalam upaya memberikan perlindungan 2. Bagaimana penerapan sanksi terhadap
terhadap korban kejahatan adalah : 1) korporasi menurut peraturan
Pidana pokok meliputi pidana denda. 2) perundang- undangan di Indonesia
Pidana tambahan dan 3) Sanksi Tindakan dalam upaya memberikan perlindungan
Kata kunci: korporasi, pertanggungjawaban terhadap korban kejahatan?

C. Metode Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, penulis
1
hanya menggunakan metode penelitian
Artikel Skripsi. Pembimbing skripsi: Josina E.
kepustakaan dan teknik pengolahan data
Londa, SH, MH, Tonny Rompis, SH, MH, dan Jusuf O.
Sumampouw, SH, MH. yang bertujuan untuk mendapatkan hasil
2
NIM: 0807115641, mahasiswa Fakultas Hukum penelitian yang seobyektif mungkin. Namun
Universitas Sam Ratulangi, Manado.
Lex Crimen Vol.I/No.3/Jul-Sep/2012

karena ruang lingkup penelitian ini hanya Muladi dan Dwidja Priyatno, berbicara
pada disiplin Ilmu Hukum, maka penelitian tentang korporasi maka kita tidak bisa
ini hanya dilakukan dengan cara meneliti melepaskan pengertian tersebut dari
bahan-bahan pustaka, perundang- bidang hukum perdata. Sebab korporasi
undangan dan bahan-bahan tertulis lainnya merupakan terminologi yang erat kaitannya
atau dikenal dengan penelitian hukum dengan badan hukum (rechtsperson) dan
normatif atau penelitian hukum pustaka. badan hukum itu sendiri merupakan
Penelitian hukum normatif atau terminologi yang erat kaitannya dengan
penelitian hukum kepustakaan (Library bidang hukum perdata.5
Research), mencakup “penelitian terhadap
asas-asas hukum, penelitian terhadap B. Pertanggungjawaban Pidana
sistematika hukum, penelitian terhadap Pertanggungjawaban Pidana, dalam
taraf sinkronisasi vertical dan horizontal, istilah asing disebut juga
perbandingan hukum dan sejarah hukum”.3 Teorekenbaardheid atau criminal
Kemudian, data yang terkumpul diolah responbility, yang menjurus pemidanaan
dengan menggunakan metode pengolahan pelaku dengan maksud untuk menentukan
data yang terdiri dari metode yuridisme apakah seseorang terdakwa atau tersangka
normative yaitu metode penambahan dipertanggungjawabkan atas suatu tindak
dengan berpegang pada kaidah-kaidah pidana yang terjadi atau tidak. Untuk dapat
hukum atau norma-norma hukum yang dipidananya si pelaku, disyaratkan bahwa
berlaku. tindak pidana bahwa yang dilakukannya itu
haruslah memenuhi unsur-unsur yang telah
TINJAUAN PUSTAKA ditentukan oleh undang-undang. Dilihat
A. Korporasi dari kemampuan betanggungjawab, maka
Menurut Soetan K. Malikoel Adil, (Dalam seseorang yang mampu bertanggungjawab
buku Muladi dan Dwidja Priyatno), Secara dapat dipertanggungjawabkan atas
6
etimologis tentang kata korporasi (Belanda: perbuatannya.
corporate, Inggris: corparation, Jerman:
korporation) berasal dari kata “corporatio” PEMBAHASAN
dalam bahasa latin. Seperti kata-kata A. Sistem Pertanggungjawaban Pidana
lainnya yang berakhiran dengan “tio”, maka Korporasi
corporatio sebagai kata benda Pertanggungjawaban pidana memiliki
(substanivum), berasal dari kata kerja hubungan yang erat dengan penentuan
corporare, yang banyak dipakai orang pada subyek hukum pidana. Subyek hukum
abad pertengahan atau sesudah itu. pidana dalam ketentuan perundang-
Corporare sendiri berasal dari kata “corpus” undangan merupakan pelaku tindak pidana
(Indonesia: badan), yang berarti yang dapat dipertanggungjawabkan atas
memberikan badan atau membadankan, segala perbuatan hukum yang dilakukannya
atau dengan kata lain, badan yang dijadikan sebagai perwujudan tanggung jawab
orang badan yang diperoleh dengan karena kesalahannya terhadap orang lain
perbuataan manusia sebagai lawan (korban).
terhadap badan manusia yang terjadi Kongres PBB VII pada tahun 1985,
menurut alam.4 diantaranya membicarakan jenis kejahatan
dalam tema “Dimensi Baru Kejahatan
3
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian
Hukum Normatif, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
5
2001, hal. 14 Ibid, hal 23
4 6
Muladi dan Dwidja Priyatno, Op. Cit, hal 23 Ibid, hal 34

6
Lex Crimen Vol.I/No.3/Jul-Sep/2012

Dalam Konteks Pembangunan”, dan mengenal korporasi sebagai subjek tindak


melihat gejala kriminalitas yang merupakan pidana. KUHP yang digunakan sampai saat
suatu kelanjutan dari kegiatan dan ini masih menganut paham bahwa suatu
pertumbuhan ekonomi dimana korporasi delik hanya dapat dilakukan oleh manusia
banyak berperan di dalamnya, seperti (naturalijk person). Pasal 59 KUHP,“ adalah
terjadinya penipuan pajak, kerusakan Dalam hal-hal dimana pelanggaran
lingkungan hidup, penipuan asuransi, ditentukan pidana terhadap pengurus,
penipuan iklan yang dampaknya dapat anggota-anggota badan pengurus atau
merusak sendi-sendi perekonomian suatu komisaris-komisaris, maka pengurus,
negara. Melihat perkembangan dan anggota badan pengurus atau komisaris
pertumbuhan korporasi yang berdampak yang ternyata tidak ikut campur melakukan
negatif tersebut, kedudukan korporasi pelanggaran tindak pidana”.7 Makna
mulai bergeser dari hanya subyek hukum tersebut adalah bahwa tindak pidana tidak
perdata menjadi termasuk juga subyek pernah dilakukan oleh korporasi tetapi
hukum pidana dilakukan oleh pengurusnya. KUHP hanya
Sekarang, zaman sudah semakin mengatur perbuatan-perbuatan pidana
berkembang dan kehidupan masyarakat yang dilakukan oleh orang perorangan yang
sudah sedemikian kompleksnya, oleh pertanggungjawabannya juga dilakukan
karena itu pemahaman tentang suatu secara individu.
kejahatanpun juga harus bergeser dari Pembatasan pengertian inilah yang
pandangan lama (klasik) tersebut. Tidak kemudian telah menutupi atau melindungi
dapat dibayangkan bagaimana mungkin badan hukum dari segala tindak kejahatan
konsep dengan kaca mata klasik digunakan yang telah dilakukan. Dengan
untuk memotret terhadap gejala-gejala mengatasnamakan badan hukum
yang timbul dan terjadi di dalam kehidupan (korporasi) para pelaku menjadi aman dan
masyarakat yang sudah semakin canggih terlindungi dari jerat hukum dan dapat
dan modern ini. Apalagi untuk memotret bebas bertindak. Tidak ada sanksi hukum
pelaku kejahatan yang sekarang pidana yang dapat dijatuhkan terhadap
berkembang sehingga meliputi bukan badan hukum tersebut karena pada saat itu
hanya dalam wujud manusia dalam arti tidak ada pengaturan hukum yang
bukan lagi kejahatan konvensional, mengatur pertanggungjawaban pidana bagi
sekarang sudah bergeser, disamping badan hukum. Tuntutan-tuntutan yang
dilakukan oleh subjek hukum manusia, dapat dimintakan hanya berkaitan dalam
namun juga dapat dilakukan oleh pelaku lingkup keperdataan saja misalnya dengan
yang disamakan dengan manusia yaitu meminta pembayaran ganti kerugian
korporasi. Dengan demikian tentu saja kaca karena tindakan badan hukum keperdataan
mata lama sudah tidak mengena pada yang telah merugikan subjek hukum lain.
sasaran lagi jika tetap bersikukuh untuk Adanya tindak pidana yang tidak diatur
digunakan pada masa sekarang. Maka mau didalam KUHP agar tidak terjadi
tidak mau fokus kajian kriminologi harus kekosongan hukum (rechtvaccum) maka
mengembangkan diri yaitu lewat telaah untuk menghindarinya diberlakukan Hukum
kritis terhadap berbagai bentuk fenomena Pidana Khusus. Hukum Pidana Khusus
dalam kehidupan masyarakat yang serba merupakan Undang-Undang pidana yang
modern. memiliki penyimpangan dari Hukum Pidana
KUHP yang berlaku saat ini belum
mengatur mengenai pertanggungjawaban 7
pidana korporasi dalam arti belum Andi Hamzah, KUHP dan KUHAP, PT Rineka
Cipta, Jakarta, 1990, hal 28

7
Lex Crimen Vol.I/No.3/Jul-Sep/2012

Umum, baik dari segi Hukum Pidana Formil 1. Untuk menghentikan dan mencegah
maupun dari segi Hukum Pidana kejahatan di masa yang akan datang.
Materiilnya. Hal tersebut diperlukan atas 2. Mengandung unsur penghukuman
dasar kepentingan hukum. “Seperti yang mencerminkan kewajiban
Undang-Undang Darurat No. 7 Drt 1955 masyarakat untuk menghukum
tentang tindak Pidana Ekonomi, Undang- siapapun yang membawa kerugian.
Undang No. 15 Tahun 1985 tentang 3. Untuk merehabilitasi para penjahat
Ketenagalistrikan, Undang-Undang No. 5 korporasi.
Tahun 1997 tentang Psikotropika, Undang- 4. Pemidanaan korporasi harus
Undang No. 22 Tahun 1997 tentang mewujudkan sifat kejelasan, dapat
Narkotika, Undang-Undang No. 23 Tahun diperdiksi dan konsitensi dalam prinsip
1997 tentang lingkungan hidup, Undang- hukum pidana secara umum
Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Tindak 5. Untuk efisiensi, dan
Pidana korupsi”.8 6. Untuk keadilan.9
Perluasan subjek hukum di dalam Pertanggungjawaban pidana korporasi
Undang-Undang ini menjadi salah satu penting untuk dimintakan karena sangat
kekhususan tersendiri dibandingkan tidak adil apabila perusahaan-perusahaaan
dengan tindak pidana lain, yaitu dapat yang mengabaikan regulasi yang ditetapkan
dipidananya korporasi (badan hukum) yang lepas dari jeratan hukum padahal
tidak terdapat dalam KUHP. perbuatan perusahaan tersebut
Penetapan korporasi sebagai pelaku dan menimbulkan kerugian bagi masyarakat.
juga sebagai yang bertanggungjawab Kedudukan korporasi sebagai pembuat
motivasinya adalah dengan memperhatikan tindak pidana dan sifat
perkembangan korporasi itu sendiri, yaitu pertanggungjawaban pidana korporasi,
bahwa ternyata untuk beberapa delik terdapat model pertanggungjawaban
tertentu ditetapkannya pengurus saja korporasi antara lain :
sebagai yang dapat dipidana ternyata tidak 1. Pengurus korporasi sebagai pembuat
cukup. Di dalam delik korupsi bukan dan penguruslah yang bertanggung
mustahil denda yang dijatuhkan sebagai jawab.
hukuman kepada pengurus dibandingkan Model pertanggungjawaban pidana
dengan keuntungan yang telah diterima korporasi dimana pengurus korporasi
oleh korporasi dengan melakukan sebagai pembuat dan sekaligus sebagai
perbuatan pidana itu, adalah lebih besar yang bertanggungjawab, pada
daripada denda yang dijatuhkan sebagai hakikatnya dijiwai oleh asas “societas /
pidana. universitas delinquere non potest”, yaitu
Tujuan dari pertanggungjawaban pidana badan hukum tidak dapat melakukan
korporasi yaitu memberikan suatu dampak tindak pidana.
penting bagi direktur untuk mengatur Sistem pertanggungjawaban ini ditandai
manajemen yang efektif agar korporasinya dengan usaha-usaha agar sifat tindak
berjalan sesuai dengan kewajiban korporasi pidana yang dilakukan korporasi dibatasi
tersebut. pada perorangan. Mengenai pengurus
Pemidanaan terhadap korporasi, pada korporasi sebagai pembuat dan yang
dasarnya memiliki tujuan yang sama bertanggungjawab, maka terhadap
dengan hukum pidana pada umumnya,
9
yaitu Alvi Syahrin, Pertanggungjawaban Pidana
Korporasi,
http://alvisyahrin.blog.usu.ac.id/2011/05/21/pertan
8
Chairil Huda, Op.Cit, hal 48 ggungjawaban-pidana-korporasi/

8
Lex Crimen Vol.I/No.3/Jul-Sep/2012

pengurus diberikan kewajiban-kewajiban tanggungjawab untuk itu menjadi beban


yang sebenarnya adalah kewajiban dari pengurus badan usaha (korporasi)
korporasi. Pengurus yang tidak tersebut. Secara perlahan-lahan
memenuhi kewajiban itu diancam tanggungjawab pidana tersebut beralih
dengan pidana. Sistem ini terdapat dari anggota pengurus kepada mereka
alasan yang menghapuskan pidana. yang memerintahkan, atau dengan
Dasar pemikirannya adalah korporasi larangan melakukan apabila melalaikan
tidak dapat dipertanggungjawabkan memimpin secara sesungguhnya. Dalam
terhadap sutau pelanggaran, melainkan sistem pertanggungjawaban ini
selalu penguruslah yang melakukan delik korporasi dapat menjadi pembuat tindak
itu. pidana, akan tetapi yang
Menentukan Pertanggungjawaban bertanggungjawab adalah para anggota
pidana korporasi dengan menggunakan pengurus, asal saja dinyatakan dengan
sistem ini dapat ditentukan beberapa tegas dalam peraturan itu. Sistem
illustrasi : pertanggungjawaban yang kedua ini
1) Berkaitan dengan fungsi, yakni: sejalan dengan sistem
perbuatan yang dilakukan atas pertanggungjawaban yang pertama
diperintahkan oleh pelaku tindak namun perbedaannya disini adalah,
pidana, akan tetapi perbuatan bahwa hal korporasi sebagai badan
tersebut tidak ada kaitannya dengan usaha yang dapat dijadikan pelaku
tugas dan pekerjaan pengurus, maka kejahatan telah dapat diterima, namun
tidak berwenang mengambil dalam hal korporasi melakukan
keputusan yang mengikat untuk kejahatan, tidak mungkin tanpa
korporasi dalam melakukan tindak kehendak dari pengurusnya. Disini
pidana. ditegaskan bahwa korporasi sebagai
2) Pengurus atau pegawai korporasi pembuat, sedangkan pengurus ditunjuk
yang tidak ada kaitannya dengan sebagai yang bertanggung jawab. Hal ini
tugas dan pekerjaan pengurus tidak berkenaan dengan pandangan bahwa
memiliki kewenangan untuk apa yang dilakukan oleh korporasi
mengambil keputusan yang mengikat merupakan apa yang dilakukan oleh alat
korporasi dalam melakukan atau perlengkapan korporasi menurut
tidak melakukan perbuatan itu agar wewenang berdasarkan anggaran
dilakukan oleh orang lain, merupakan dasarnya. Tindak pidana yang dilakukan
yang tidak sesuai dengan tujuan dan korporasi merupakan tindak pidana yang
maksud korporasi sebagaimana yang dilakukan orang tertentu sebagai
ditentukan dalam anggaran dasarnya pengurus dari badan hukum tersebut.
maka korporasi tidak dapat Sifat dari perbuatan yang menjadikan
dibebankan pertanggungjawaban tindak pidana itu yaitu onpersoonlijk.
pidana. Orang yang memimpin korporasi
2. Korporasi sebagai pembuat dan bertanggung jawab secara pidana,
pengurus bertanggung jawab. terlepas dari apakah dia mengetahui
Sistem pertanggungjawaban ini atau tidak mengenai dilakukannya
ditandai dengan pengakuan yang timbul perbuatan itu. Pandangan ini juga
dalam perumusan undang-undang sejalan dengan pandangan Roeslan Saleh
bahwa suatu tindak pidana dapat yang setuju bahwa prinsip ini hanya
dilakukan oleh perserikatan atau badan berlaku untuk pelanggaran saja.
usaha (korporasi), akan tetapi

9
Lex Crimen Vol.I/No.3/Jul-Sep/2012

3. Korporasi sebagai pembuat dan juga tanggung jawab, maka sistem ini akan
sebagai yang bertanggung jawab. dapat memungkinkan pengurus bersikap
Yang menjadi motivasi dari model lempar batu sembunyi tangan.
pertanggungjawaban ini yaitu dengan Korporasi sebagai suatu subyek hukum,
memerhatikan perkembangan korporsi pertanggungjawabannya dapat berasal dari
itu sendiri. Ternyata untuk beberapa perundang-undangan atau ketentuan
delik tertentu, ditetapkannya pengurus umum lainnya, dari tindakan atau kelalaian
saja sebagai yang dapat dipidana para direktur, pekerja atau agennya. Meski
ternyata tidak cukup. Dalam delik demikian, tidak dapat dikatakan bahwa
ekonomi bukan mustahil denda yang pertanggungjawaban seorang direktur atau
dijatuhkan sebagai hukuman kepada agen itu sepenuhnya dilimpahkan pada
pengurus, jika dibandingkan dengan korporasinya, karena secara umum harus
keuntungan yang telah diterima oleh ditemukan terlebih dahulu pelanggaran
korproasi dengan melakukan perbuatan dari peraturan tertentu oleh korporasi
itu, atau kerugian yang ditimbulkan barulah dipertanyakan siapa yang
dalam masyarakat, atau yang diderita melakukan kesalahan atau kelalaian
saingannya, keuntungan dan/atau tersebut untuk dimintakan
kerugian itu lebih besar jumlahnya pertanggungjawaban.
daripada denda yang dijatuhkan sebagai Dalam usaha meminta
pidana. Dipidananya pengurus tidak pertanggungjawaban korporasi, telah lahir
memberikan jaminan yang cukup bahwa sejumlah konsep yang relevan. Doktrin-
korporasi tidak sekali lagi melakukan doktrin tersebut adalah: identification
perbuatan yang telah dilarang oleh doctrine, aggregation doctrine, reactive
undang-undang itu. Karenanya, corporate fault, vicarious liability,
diperlukan pula untuk memidana management failures model, corporate
korporasi dan pengurus atau mens rea doctrine, specific corporate
pengurusnya saja. offences dan strict liability.
4. Pengurus dan korporasi sebagai pelaku 1. Identification Doctrine
tindak pidana dan keduanya pula yang Metode tradisional yang digunakan
bertanggung jawab. untuk pertanggungjawaban pidana
Alasan – alasan pembebanan korporasi menurut hukum Inggris (paling
pertanggungjawaban pidana korporasi tidak untuk kejahatan yang melibatkan
khususnya menyangkut terhadap niat) adalah dengan the identification
pengurus dan korporasi sebagai pelaku doctrine. Menurut doktrin ini, bila
tindak pidana dan pula yang seorang yang cukup senior dalam
bertanggung jawab, dapat diberlakukan struktur korporasi, atau dapat mewakili
terhadap keduanya. Pertama, apabila korporasi melakukan suatu kejahatan
hanya pengurus yang dibebani dalam bidang jabatannya, maka
pertanggungjawaban pidana, maka tidak perbuatan dan niat orang itu dapat
adil bagi masyarakat yang telah dihubungkan dengan korporasi.
menderita kerugian akibat perbuatan Korporasi dapat diidentifikasi dengan
pengurus yang bertindak atas nama perbuatan ini dan dimintai
korporasi serta dimaksudkan untuk pertanggungjawaban secara langsung.
memberikan keuntungan bagi korporasi. Berdasarkan teori ini, kesalahan dari
Kedua, apabila hanya korporasi yang anggota direksi atau organ perusahaan
dibebani pertanggungjawaban pidana yang tidak menerima perintah dari
sedangkan pengurus tidak memikul tingkatan yang lebih tinggi dalam

10
Lex Crimen Vol.I/No.3/Jul-Sep/2012

perusahaan dapat dibebankan kepada tanggung jawabnya dalam dalam di


perusahaan. Suatu korporasi adalah dalam struktur korporasi. Namun
sebuah abstraksi. Ia tidak mempunyai demikian doktrin ini juga memiliki
akal pikiran sendiri dan begitu pula sejumlah kelemahan. Sementara
tubuh sendiri. Kehendaknya harus dicari penyatuan tindakan dan kehendak dari
atau ditemukan dalam diri seseorang A, B, C dan D secara keseluruhan dapat
yang untuk tujuan tertentu dapat menjadi suatu kejahatan, dalam
disebut sebagai agen/perantara yang realitasnya tidak ada seorang individu
benar-benar merupakan otak dan pun salah secara personal. Memang,
kehendak untuk mengarahkan (directing korporasi mungkin distrukturkan dan
mind and will) dari korporasi tersebut. Ia dibagi-bagi sedemikian rupa sehingga
bertindak sebagai perusahaan dan akal tidak ada cara yang memadai bagi A
pikirannya yang mengarahkan untuk mengetahui apa yang dilakukan B
tindakannya berarti adalah akal pikiran atau kelemahan yang dilakukannya. Bila
dari persahaan. Jika akal pikirannya A dan B dalam bidang yang berbeda
bersalah, berarti kesalahan itu mereka mungkin memiliki sedikit
merupakan kesalahan perusahaan. kesempatan untuk berkomunikasi.
2. Aggregation Doctrine Meskipun begitu, karena tindakan-
Sebuah alternatif dasar bagi tindakan mereka menjadi bagian
pembentukan tanggung jawab pidana pelengkap dari korporasi, mereka akan
adalah aggregation doctrine yang fall under the shadow of a serious
dikenal di Amerika sebagai The Collective offence dengan kemungkinan menerima
Knowledge Doctrine. Menurut konsekuensi pendisiplinan, jabatan atau
pendekatan ini, tindak pidana tidak bisa hak untuk pensiun.
hanya diketahui atau dilakukan oleh satu Dengan struktur korporasi yang besar
orang. Oleh karena itu, perlu dan kompleks, doktrin ini tidak efektif
mengumpulkan semua tindakan dan niat dalam hal pencegahan. Sebab doktrin ini
dari beragam orang yang relevan dalam gagal memberikan peringatan lebih
korporasi tersebut, untuk memastikan lanjut kepada korporasi mengenai apa
apakah secara keseluruhannya tindakan yang diharapkan akan dilakukan oleh
mereka akan merupakan suatu sekarang di Inggris, jenis tanggung jawab
kejahatan atau senilai dengan apabila ini dianggap sudah ketinggalan jaman.
perbuatan dan niat itu dilakukan oleh Sebagaimana identification doctrine,
satu orang. Sebagai contoh, apabila doktrin ini juga mengabadikan mitos
berbuat atau tidak berbuatnya A, B, C, personifikasi korporasi. Tetapi doktrin ini
dan D secara kumulatif akan bukan menemukan seseorang yang
menimbulkan kerugian dan apabila padanya korporasi diidentifikasi, malah
unsur mental atau kelalaian mereka menemukannya pada beberapa orang.
digabungkan akan menghasilkan niat Aggregation doctrine saat ini digunakan
untuk suatu kejahatan, perusahaan secara luas di Amerika, tetapi ditolak
dapat dimintai pertanggungjawaban. dalam hukum Inggris.
Doktrin ini mengambil keuntungan dari 3. Reactive Corporate Fault
pengakuan bahwa dalam banyak kasus Suatu pendekatan berbeda tentang
tidak mungkin untuk memisahkan tanggung jawab pidana korporasi telah
seseorang yang telah melakukan diusulkan oleh Fisse dan Braithwaite.
kejahatan dengan niat. Doktrin ini dapat Yaitu dengan mengemukakan bahwa
mencegah korporasi dari mengubur suatu perbuatan yang merupakan tindak

11
Lex Crimen Vol.I/No.3/Jul-Sep/2012

pidana dilakukan oleh atau atas nama disiplin seperti apa yang cukup untuk
sebuah korporasi, pengadilan harus menghindari tanggung jawab pidana?
diberi kewenangan untuk Cukupkah teguran secara formal
memerintahkan korporasi untuk kepada seorang karyawan yang
melakukan investigasi sendiri guna dibarengi dengan sirkulasi sebuah
memastikan orang yang bertanggung memorandum internal yang
jawab dan mengambil suatu tindakan menasehati staf tentang sejumlah
disiplin yang sesuai atas kesalahan orang tindakan yang akan dilakukan di masa
tersebut dan mengambil langkah- depan?
langkah perbaikan untuk menjamin Apabila unsur-unsur pembunuhan
kesalahan tersebut tidak akan terulang tanpa direncanakan (manslaugter),
kembali. yaitu dalam hal tindak pidana (actus
Apabila korporasi mengambil langkah reus) dan niat (mens rea) telah
penanganan yang tepat, maka tidak ada terpenuhi. Bagaimana mungkin
tanggung jawab pidana yang dapat kegagalan untuk memberikan sanksi
dijatuhkan terhadap korporasi. disiplin kepada seorang pekerja atau
Tanggung jawab pidana hanya bisa kegagalan untuk menyetujui
diterapkan terhadap korporasi apabila pemasangan peralatan keamanan,
korporasi gagal memenuhi perintah kemudian diadili berdasarkan
pengadilan dengan sungguh-sungguh. pembunuhan tanpa rencana? Akan
Dengan demikian, kesalahan korporasi terdengar sangat aneh apabila satu
bukanlah kesalahan pada saat kejahatan perusahaan bisa menghindari
terjadi tetapi kesalahan karena korporasi pertanggungjawaban manslaugter
gagal melakukan tindakan yang tepat tersebut hanya dengan menyetujui
atas kesalahan yang dilakukan oleh untuk memasang lampu peringatan
pekerjanya. yang tepat pada kapal-kapal feri
Pendekatan ini memiliki kelebihan mereka, sementara perusahaan lain
yaitu mewajibkan korporasi itu sendiri yang mungkin tidak terlalu dapat
melakukan penyelidikan yang sesuai, disalahkan sebagai penyebab kematian
bukannya aparatur negara yang akan dihukum atas kejahatan yang
melakukannya. Hal ini tidak hanya akan serius ini hanya karena tindakan
menghemat waktu dan uang publik, penyelesaiannya dianggap tidak
tetapi seringkali korporasi itu sendiri memadai.
memiliki kemampuan terbaik untuk Bagaimanapun tingkatan
memahami dan menembus struktur pemidanaan dalam kasus semacam ini
organisasinya yang kompleks. Ini juga harus mengacu kepada aturan dasar
merupakan satu pendekatan yang bahwa hukuman secara umum harus
mengakui bahwa satu dari tujuan utama proporsional atas serius atau tidaknya
tanggung jawab pidana korporasi adalah suatu kejahatan. Secara singkat, the
untuk memastikan bahwa korporasi reactive fault doctrine memiliki time
memperbaiki kebijakan-kebijakan dan frame yang seluruhnya keliru.
praktek-praktek mereka yang kurang Perbuatan salah adalah tindakan yang
baik sehingga mencegah kesalahan asli atau kelalaian yang menimbulkan
tersebut berulang. kerugian. Kesalahan harus dinilai
Namun, kekuarangan dari doktrin ini dengan mengacu pada perbuatan atau
juga banyak. Salah satunya adalah kelalaian tersebut.
mengukur tindakak korektif dan sanksi 4. Vicarious Liability

12
Lex Crimen Vol.I/No.3/Jul-Sep/2012

Di Amerika Serikat, cara yang sangat seseorang tersebut bertindak dalam


umum dalam meminta korporasi bidang pekerjaannya dan telah
beranggung jawab secara pidana adalah melakukan suatu kejahatan maka
melalui doktrin respondeat superior atau perusahaan dapat dimintai
vicarious liability. Menurut doktrin ini, pertanggungjawaban pidana. Hal ini
bila seorang agen atau pekerja akan mencegah perusahaan melindungi
korporasi, bertindak dalam lingkup dirinya dari tanggung jawab kriminal
pekerjaannya dan dengan maksud untuk dengan melimpahkan kegiatan illegal
menguntungkan korporasi, melakukan tersebut hanya kepada pekerjanya saja.
suatu kejahatan, tanggung jawab Dalam teori,satu korporasi dapat
pidananya dapat dibebankan kepada dikatakan telah menyerahkan kekuasaan
perusahaan. untuk bertindak di dalam bidangnya
Doktrin ini telah berjalan dengan baik masing-masing kepada seluruh staf-nya
di dalam hukum Inggris, dalam dan berdasarkan itu, korporasi harus
hubungannya dengan kejahatan strict dimintai pertanggungjawaban atas
liability berkaitan dengan masalah- perbuatan jahat mereka. Ini juga yang
masalah seperti pencemaran, makanan dijadikan alasan bahwa pencegahan
dan obat-obatan, kesehatan dan yang optimal dapat tercapai dengan
keamanan kerja. Ini juga telah menerapkan vicarious liability pada
diterapkan untuk kejahatan campuran korporasi tersebut. Namun ada sejumlah
(hybrid) yang kejahatan utamanya strict problem besar terkait dengan doktrin
liability tetapi mengijinkan pembelaan ini, khususnya ketika diterapkan untuk
due dilligence. Namun demikian, jelas kejahatan-kejahatan yang melibatkan
bahwa vicarious liability tidak harus mens rea. Pertama, tidak ada bukti
diterapkan untuk seluruh kejahatan dari empirik yang mendukung pernyataan
strict liability. Apakah akan diterapkan bahwa cara ini merupakan cara yang
atau tidak adalah masalah dalam paling efektif dalam mencapai
interpretasi terhadap undang-undang pencegahan. Ini sama dengan klaim
berhubungan dengan kebijakan atas bahwa kejahatan strict liability dapat
keberadaan undang-undang tersebut dibenarkan dalam hal pencegahan.
dan apakah penggunaan vicarious Untuk merespon klaim ini, telah
liability akan membantu pelaksanaan ditunjukkan bahwa perusahaan akan
undang-undang. atau setidaknya hanya melakukan apa
Sangat sulit untuk dipastikan apakah yang masuk di akal untuk mencegah
vicarious liability dapat diterapkan kerugian dan strict dan vicarious liability
dalam setiap kasus. Pertanyaannya dapat benar-benar beroperasi sebagai
adalah apakah vicarious liability memiliki sebuah dis-insentif bagi perusahaan
dasar yang kuat untuk meminta untuk ikut serta dalam kegiatan yang
pertanggungjawaban korporasi. Alasan- secara sosial menguntungkan.
alasan yang mendukung vicarious Kedua, vicarious liability boleh jadi
liability sebagian besar bersifat terlalu inclusive dalam hal suatu
pragmatis. Dengan melintasi semua perusahaan dapat dipidana untuk
masalah yang ada hubungannya dengan kesalahan dari seorang pekerja yang
doktrin lain seperti menemukan orang kepadanya korporasi tersebut
yang cukup penting di dalam korporasi seharusnya tidak
yang telah melakukan kejahatan. dipertanggungjawabkan. Dalam hal
Dengan doktrin ini, maka sepanjang korporasi bisa jadi telah melakukan

13
Lex Crimen Vol.I/No.3/Jul-Sep/2012

seglanya di dalam bidang kekuasaannya yang menyebabkan seseorang


untuk mencegah terjadinya kejahatan. meninggal dunia dan kegagalan tersebut
Korporasi boleh jadi telah membuat merupakan perilaku yang secara rasional
kebijakan yang jelsa dan menetapkan berada jauh dari yang diharapkan
perintah secara luas untuk menghindari dilakukan oleh suatu korporasi.
kesalahan. Bila seorang pekerja Kejahatan ini didefinisikan dengan
korporasi memutuskan untuk mengacu ke kegagalan manajemen
melakukannya sendiri itu, kelihatannya (sebagai lawan dari kegagalan
sulit untuk memproses kesalahan korporasi), sebab secara implisit Komisi
korporasi dalm berbuat atau tidak Hukum Inggris melihat orang-orang
berbuat. dalam korporasi yang melakukan
Ketiga, doktrin ini malah bisa jadi kejahatan dan prasyarat dari kejahatan
sangat tidak inclusive dalam hal yang mereka usulkan adalah
kebijakan dan praktek suatu perusahaan pembunuhan akibat
mungkin buruk dan barangkali kesembronoan/kelalaian, tidak tepat
mendorong tingkah laku jahat. Namun diterapkan kepada korporasi.
bukan tidak mungkin untuk pin point Berdasarkan hal ini, kejahatan didesain
bagi pekerja tertentu yang telah tanpa mengacu ke konsep klasik mens
melakukan unsur-unsur kejahatan yang rea dalam rangka memastikan
diperlukan, Memang, mengutip putusan perbedaan sifat perbuatan salah oleh
dari Amerika dimana perusahaan telah korporasi.
dituntut dan dihukum, walaupun ada 6. Corporate Mens Rea Doctrine
fakta yang menunjukkan seluruh pekerja Sudah sering dikemukakan bahwa
korporasi telah dibebaskan dari perusahaan itu sendiri tidak dapat
tuduhan. melakukan kejahatan, mereka tidak
Sementara masih sulit untuk dapat berpikir atau memiliki kemauan.
mendukung doktrin vicarious liability Hanya orang-orang yang ada dalam
untuk seluruh kejahatan, khususnya perusahaan yang dapat melakukan suatu
yang serius seperti manslaughter. Tentu kejahatan. Namun demikian, orang
saja tidak sulit untuk membenarkan dapat menerima bahwa seluruh gagasan
doktrin ini ketika diterapkan untuk tentang personalitas korporasi adalah
kejahatan strict liability. Kejahatan fiksi tetapi dibuat dengan baik dan
semacam ini berhubungan dengan sangat berguna, kelihatannya tidak ada
masalah yang berkaitan dengan polusi, alasan mengaa hukum tidak harus
perlindungan terhadap konsumen, mengembangkan suatu yang cocok
makanan, obat-obatan, kesehatan dan mengenai mens rea korporasi yang fiksi.
keselamatan. Dan tidak diragukan lagi ini Sebagian besar doktrin-doktrin lainnya
yang kemungkinan besar dilakukan oleh yang telah disebutkan diatas melibatkan
korporasi. Untuk kejahatan semacam ini, fictitious impultations of responsibility.
menemukan kesalahan pada pihak Gagasan tanggung jawab langsung
pelaku tidak diperlukan. korporasi semacam ini (sebagai lawan
5. Management Failure Model dari attribution doctrines) telah
Komisi Hukum di Inggris telah diadvokasi dengan besar-besaran di AS
mengusulkan satu kejahatan dengan menggunakan berbahai nama
pembunuhan tanpa rencana yang seperti the corporate ethos standard
dilakukan oleh korporasi ketika ada atau strategic mens rea. Gagasan ini juga
kesalahan manajemen oleh korporasi diperkenalkan di Australia dan diusulkan

14
Lex Crimen Vol.I/No.3/Jul-Sep/2012

di Inggris. Doktrin ini dikenal dengan 8. Strict liability


istilah corporate mens rea doctrine. Ide Menurut doktrin ini seseorang sudah
dasar doktrin ini ada karena seluruh dapat dipertanggungjawabkan untuk
doktrin yang lainnya telah mengabaikan tindak pidana tertentu walaupun pada
realitas kompleksnya organisasi diri orang itu tidak ada kesalahan (mens
korporasi dan dinamika proses secara rea). Secara singkat, strict liability
organisasional, struktur, tujuan, diartikan sebagai liability without fault
kebudayaan dan hirarki yang dapat (pertanggungjawaban pidana tanpa
bersenyawa dan berkontribusi untuk kesalahan)
suatu etos yang mengijinkan atau Menurut L. B. Curson, dokrtin strict
bahkan mendorong dilakukannya liability ini didasarkan pada alasan-
sebuah kejahatan. alasan sebagai berikut :
Berdasarkan pandangan ini, maka 1. Adalah sangat esensial untuk
korporasi dapat diyakini sebagai agen menjamin dipatuhinya peraturan
yang melakukan kesalahan yang penting tertentu yang diperlukan
bertindak melalui staf mereka dan untuk kesejahteraan sosial.
pekerja dan mens rea nya dapat 2. Pembuktian adanya mens rea akan
ditemukan dalam praktek dan menjadi sangat sulit untuk
kebijakan korporasi. Sebagai contoh, pelanggaran yang berhubungan
untuk pembunuhan tanpa rencana, bila dengan kesejahteraan sosial.
satu korporasi gagal mengadakan 3. Tingginya tingkat bahaya sosial yang
prosedur keamanan yang nyata dan ditimbulkan oleh perbuatan yang
perlu, pra syarat pengabaian yang bersangkutan.10
berat untuk kejahatan dapat Argumentasi yang hampir serupa
ditemukan dalam praktek korporasi ini dikemukakan pula dalam bukunya Ted
dan kelemahan dari kebijakan Honderich. alasan yang bisa
keselamatan. dikemukakan untuk strict liability
7. Specific Corporate Offences adalah :
Saat ini banyak perusahaan yang 1. Sulitnya membuktikan
membunuh pekerjanya atau anggota pertanggungjawaban untuk tindak
masyarakat, menemukan dirinya pidana tertentu.
dituntut berdasarkan Undang-Undang 2. Sangat perlunya mencegah jenis-
Kesehatan dan Keselamatan Kerja. jenis tindak pidana tertentu untuk
Struktur yang berbeda dari kejahatan menghindari bahaya yang sangat
ini telah menimbulkan persepsi bahwa luas.
ini lebih kecil daripada kejahatan 3. Pidana yang dijatuhkan sebagai
administratif. Kejahatan korporasi tidak akibat dari stricr liability adalah
sejahat kejahatan yang sebenarnya. ringan.11
Untuk alasan yang sama, usulan untuk
membuat kejahatan korporasi yang B. PENERAPAN SANKSI TERHADAP
memfokuskan pada resiko yang KORPORASI MENURUT PERATURAN
ditimbulkannya yang kemungkinan PERUNDANG-UNDANGAN INDONESIA
akan memnimbulkan kerugian yang DALAM UPAYA MEMBERIKAN
serius akan mengalami kegagalan
dalam memberi label kejahatan secara
fair dan mengkomunikasikan seriusnya 10
kejahatan korporasi. Muladi dan Dwidja Priyatno, Op. Cit, hal 108
11
Ibid, hal 108

15
Lex Crimen Vol.I/No.3/Jul-Sep/2012

PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN Meskipun sulit mengukur secara tepat


KEJAHATAN jumlah kerugian yang ditimbulkan
Bentuk-bentuk kerugian dan juga korban kejahatan korporasi, namun dalam
akibat kejahatan korporasi, tidak seketika berbagai peristiwa yang ditimbulkan
itu dapat dirasakan (korban aktual), akan menunjukan tingkat kerugian ekonomi
tetapi baru terasa dan terlihat pada saat yang luar biasa besarnya.
kemudian (korban potensial). 2. Kerugian dibidang kesehatan dan
Menurut Clinard dan Yeager, ada enam keselamatan jiwa.
jenis korban kejahatn korporasi Melalui studi di Amerika, banyaknya
berdasarkan studi yang dilakukannya korban kematian dan catat sebagai
terhadaap kejahatan korporasi, yaitu ; akibat perbuatan korporasi baik dari
1. Konsumen (keamanan atau kualitas produk yang dihasilkan oleh korporasi
produk). Bilamana resiko keamanan maupun dalam proses produksi,
dan kesehatan dihubungkan dengan sehingga yang menjadi korban adalah
penggunaan produk, maka konsumen masyarakat luas, konsumen dan
telah menjadi korban dari produk pekerja korporasi itu sendiri.
tersebut. 3. Kerugian dibidang sosial dan moral.
2. Konsumen (kekuasaan ekonomi). Dampak yang ditimbulkan korporasi
Pelanggaran kredit yakni, yakni adalah merusak kepercayaan
memberikan informasi yang salah masyarakat perilaku bisnis. Bahwa
dalam periklanan denga tujuan untuk kejahatan korporasi merupakan
mempengaruhi konsumen. kejahatan yang paling mencemaskan,
3. Sebaian besar sistem ekonomi telah bukan saja kerugian yang
terpengarruh oleh praktik-praktik ditimbulkannya melainkan merusak
perdagangan yang tidak jujur secara terhadap ukuran-ukuran moral
13
langsung (pelanggaran terhadap perilaku bisnis.
ketentuan anti monopoli dan Dengan melihat banyaknya korban yang
pelanggaran-pelanggaran terhadaap ditimbulkan oleh korporasi, maka sangatlah
peraturan persaingan lainnya) dan wajar jika korporasi juga harus
kebanyakan pelanggaran keuangan bertanggungjawab atas semua
kecuali yang berkaitan dengan belanja perbuatannya.
konsumen. Di sini penulis menguraikan kebijakan
4. Pelanggaran lingkuangan (Pencemaran legislasi dalam peraturan perundang-
udara dan air) yang menjadi korban undangan yang berlaku di Indonesia, yang
yakni lingkungan fisik. mengatur tentang jenis-jenis sanksi pidana
5. Tenaga kerja menjadi korban dalam terhadap korporasi dalam upaya
pelanggaran terhadap ketentuan upah. memberikan perlindungan terhadap korban
6. Pemerintah menjadi korban, karena kejahatan.
adanya pelanggaran-pelanggaran atau 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997
administrasi atau perintah pengadilan tentang Psikotropika.14
dan kasus-kasus penipuan pajak.12 Pasal 1 butir 13, korporasi adalah
Secara Garis besar kerugian yang kumpulan terorganisir dari orang
ditimbulkan kejahatan korporasi meliputi ;
1. Kerugian dibidang ekonomi.
13
Mahmud Mulyadi dan Feri Antoni Surbakti,
Op.Cit hal. 28
12 14
http://www.scribd.com/doc/60799942/4- Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5
Korban-Kejahatan-Korporasi Tahun 1997 Tentang Psikotropika

16
Lex Crimen Vol.I/No.3/Jul-Sep/2012

dan/atau kekayaan, baik merupakan b) Larangan kepada pelaku usaha


badan hukum maupun bukan. yang telah terbukti melakukan
Dan sanksi yang dapat dikenakan pelanggaran terhadap undang-
kepada korporasi adalah : undang ini untuk menduduki
a) Menurut pasal 59 ayat (3), jabatan direksi atau komisaris
korporasi yang melakukan tindak sekurang-kurangnya 2 tahun dan
pidana dalam pasal 59 hanya selama-lamanya 5 tahun; atau
dikenakan dengan Rp c) Penghentian kegiatan atau
5.000.000.000,- (lima miliar tindakan tertentu yang
rupiah). menyebabkan timbulnya kerugian
b) Menurut Pasal 70, korporasi yang pada pihak lain.
melakukan tindak pidana dalam Khusus untuk tindakan
Pasal 60 sampai dengan pasal 64 administratif dalam pasal 47 ayat (2)
dikenakan : terdapat kejanggalan kebijakan legislasi
(a) Pidana denda sebesar dua kali dalam merumuskan tindakan
yang diancamkan; dan administratif berupa :
(b) Dapat dijatuhi pidana a) Penetapan pembatalan perjanjian;
tambahan berupa pencabutan b) Perintah menghentikan integrasi
izin usaha. vertikal;
Korban yang dimaksud dalam c) Perintah menghentikan kegiatan
undang-undang ini merupakan self- yang menimbulkan praktik
victimizing, yaitu seseorang yang monopoli, persaingan usaha tidak
menjadi korban karena perbuatannya sehat, atau merugikan masyarakat;
sendiri. d) Perintah menghentikan
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 penyalahgunaan posisi dominan;
tentang Larangan Praktik Monopoli e) Penetapan pembatalan atas
Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.15 penggabungan/peleburan badan
Pasal 1 butir 5, pelaku usaha usaha dan pengambil alihan
adalah setiap orang perorangan atau saham;
badan usaha, baik yang berbentuk f) Penetapan ganti rugi; dan/atau
badan hukum atau bukan badan g) Pengenaan denda minimal Rp
hukum yang didirikan dan 1.000.000.000 (satu miliar rupiah)
berkedudukan atau melakukan dan maksimal Rp 25.000.000.000
kegiatan dalam wilayah hukum negara (dua puluh lima miliar rupiah)
Republik Indonesia, baik sendiri Tindakan administratif tersebut di
maupun bersama-sama melalui atas seharusnya dapat diterapkan pada
perjanjian, menyelenggarakan berbagai korporasi, akan tetapi dalam undang-
kegiatan usaha dalam bidang ekonomi. undang tersebut sanksi itu tidak
Dan sanksi yang dapat dikenakan merupakan salah satu jenis sanksi
kepada korporasi adalah denda (Pasal 48). pidana yang dapat dijatuhkan oleh
Disamping itu dapat dijatuhkan pidana hakim/pengadilan apabila korporasi
tambahan (Pasal 49), berupa : diajukan sebagai pelaku tindak pidana.
a) Pencabutan izin usaha; atau Namun, sangat disayangkan tindakan
admistratif ini tidak diintegrasikan ke
dalam sistem pertanggungjawaban
15
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 pidana untuk korporasi. Artinya, sanksi
Tahun 1999 Tentang Laranagn Praktik Monopoli Dan itu tidak merupakan salah satu jenis
Persaingan Usaha Tidak Sehat

17
Lex Crimen Vol.I/No.3/Jul-Sep/2012

sanksi pidana yang dapat dijatuhkan pelaku usaha, baik orang perorangan
oleh hakim/pengadilan sekiranya maupun badan usaha/badan hukum.
korporasi diajukan sebagai pelaku Untuk pidana denda, seyogianya ada
tindak pidana. perbedaan antara pelaku perorangan
Korban yang dimaksud dalam (pribadi) dengan badan usaha/badan
undang-undang ini adalah orang-orang hukum, karena dampak timbulnya
yang berinvestasi dengan modal kecil korban (kerugian konsumen) dari
yang dicurangi oleh korporasi yang perbuatan badan usaha/badan hukum
mempunyai modal besar. Yang kemungkinan lebih besar dari pada
mengakibatkann orang-orang yang perbuatan orang-perorangan.
bermodal kecil kalah bersaing dengan Pembedaan pidana denda itu bisa
korporasi yang mempunyai modal ditempuh dengan menentukan
besar. maksimum denda yang berbeda, atau
3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 dengan menentukan jumlah minimum
tentang Perlindungan Konsumen.16 khusus pidana denda untuk badan
Pasal 1 butir 3, pelaku usaha usaha/badan hukum. Namun karena
adalah setiap orang perorangan atau Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
badan usaha, baik yang berbentuk ini sudah disahkan, maka adanya
badan hukum maupun bukan badan pembedaan pidana itu diharapkan
hukum yang didirikan dan mendapat perhatian dalam kebijakan
berkedudukan atau melakukan penerapan/aplikasinya.
kegiatan dalam wilayah hukum negara Korban yang dimaksud dalam
Republik Indonesia, baik sendiri undang-undang ini adalah orang-orang
maupun bersama-sama melalui yang tertipu akibat iklan yang dibuat
perjanjian menyelenggarakan kegiatan oleh produsen. Iklan yang dibuat di
usaha dalam berbagai bidang ekonomi. media cetak/televisi berbanding
Dan sanksi yang dapat dijatuhkan terbalik dengan kenyataan dilapangan.
kepada korporasi adalah : 4. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001
a) Pidana yang dapat dijatuhkan tentang Minyak Dan Gas Bumi.17
terhadap pelaku usaha adalah Pasal 1 butir 17, badan usaha
pidana denda (pasal 62); adalah perusahaan berbentuk badan
b) Pidana tambahan (pasal 63) berupa hukum yang menjalankan jenis usaha
: bersifat tetap, terus menerus dan
(a) Perampasan barang tertentu; didirikan sesuai dengan peraturan
(b) Pengumuman keputusan hakim perundang-undangan yang berlaku
(c) Pembayaran ganti rugi; serta bekerja dan berkedudukan dalam
(d) Perintah penghentian kegiatan wilayah Negara Kesatuan Republik
tertentu yang menyebabkan Indonesia. Dan
timbulnya kerugian konsumen; a) Sanksi yang dapat dijatuhkan
(e) Kewajiban penarikan barang terhadap badan usaha/badan
dan peredaran; hukum adalah pidana denda,
(f) Pencabutan izin usaha. dengan ketentuan paling tinggi
Ancaman pidana dalam pasal 62 pidana denda ditambah
diatas, berlaku sama untuk semua sepertiganya (Pasal 56 ayat 2).

16 17
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22
Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Tahun 2001 Tentang Minyak Dan Gas Bumi

18
Lex Crimen Vol.I/No.3/Jul-Sep/2012

Dalam undang-undang tersebut pembubaran korporasi yang diikuti


pidana denda yang diancamkan dengan likuidasi (Pasal 5 ayat 2).
paling tinggi Rp 60.000.000.000 Korban yang dimaksud dalam
(enam puluh miliar rupiah) (Pasal undang-undang ini adalah orang-orang
52, 54, dan 55). yang menderita kerugian akibat
b) Pidana tambahan berupa perbuatan dari korporasi yang
pencabutan hak atau perampasan memproses uang haram menjadi uang
barang yang digunakan untuk atau halal.
yang diperoleh dari hasil tindak 6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
pidana (Pasal 58). Tentang Perlindungan Anak.19
Korban yang dimaksud dalam Pasal 1 butir 16, setiap orang
undang-undang ini adalah orang-orang adalah orang perseorangan atau korporasi.
yang berada di daerah tempat Pidana yang dapat dijatuhkan kepada
eksploitasi minyak dan gas bumi. korporasi adalah : Pidana denda (Pasal
Dimana prosedur tentang ekspoitasi 90 ayat 2).
minyak dan gas bumi tidak Korban yang dimaksudkan dalam
dilaksanakan sepenuhnya oleh undang-undang ini adalah anak-anak
korporasi yang mengakibtkan yang menjadi korban kekerasan,
lingkungan alam disekitarnya menjadi penganiayaan bahkan korban
rusak. Mengakibtakan orang-orang perdagangan dari korporasi.
yang bermukim didaerah tersebut 7. Undang-Undang nomor 21 tahun 2007
menjadi korban akibat eksploitasi tentang Pemberantasan Tindak Pidana
minyak dan gas bumi. Perdagangan Orang.20
5. Undang-Undang nomor 15 Tahun 2002 Pasal 1 butir 4, setiap orang adalah
jo. Undang-Undang nomor 25 tahun orang perseorangan atau korporasi
2003 tentang Tindak Pidana Pencucian yang melakukan tindak pidana
Uang.18 perdagangan orang. Pasal 1 butir 6
Pasal 1 butir 2, setiap orang adalah korporasi adalah kumpulan orang dan
perseorangan atau korporasi. Pasal 1 atau kekayaan yang terorganisasi baik
butir 3 adalah korporasi adalah merupakan badan hukum maupun
kumpulan orang dan atau kekayaan bukan badan hukum.
yang terorganisasi baik merupakan Dan, pidana yang dapat dijatuhkan
badan hukum maupun bukan badan kepda korporasi adalah :
hukum. a) Pidana denda (Pasal 15 ayat 1)
Pidana yang dapat dijatuhkan b) Pidana Tambahan, berupa
dalam Undang-Undang Tindak Pidana pencabutan izin usaha,
Pencuaian Uang adalah: perampasan kekayaan hasil tindak
a) Pidana denda, denga ketentuan pidana, pencabutan status badan
maksimum pedana denda hukum, pemecatan pengurus dan
ditambah satu pertiga (pasal 5 ayat atau pelarangan kepada pengurus
1) tersebut untuk mendirikan
b) Pidana tambahan berupa
pencabutan izin usaha dan/atau
19
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
20
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21
18
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Tahun 2002 Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang Perdagangan Orang

19
Lex Crimen Vol.I/No.3/Jul-Sep/2012

korporasi dalam bidang yang sama a) Pidana pokok berupa pidana denda
(Pasal 15 ayat 2). diperberat dengan sepertiga (Pasal
Korban yang dimaksud dalam 117);
undang-undang adalah seseorang yang b) Tindakan tata tertib (Pasal 119)
mengalami penderitaan psikis, mental, berupa :
fisik, seksual, ekonomi, dan atau sosial, (a) Perampasan keuntungan yang
yang diakibatkan tindak pidana diperoleh dari tindak pidana;
perdagangan orang. (b) Penutupan seluruh atau
8. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 sebagian tempat usaha
tentang Pornografi.21 dan/atau kegiatan;
Pasal 1 butir 3, setiap orang adalah (c) Perbaikan akibat tindak
orang perseorangan atau korporasi, pidana;
baik yang berbadan hukum maupun (d) Pewajiban mengerjakan apa
yang tidak berbadan hukum. yang dilakukan tanpa hak;
Pidana yang dapat dijatuhkan kepada dan/atau
korporasi adalah: (e) Penempatkan perusahaan
a) Pidana denda (Pasal 40 ayat 7) dibawah pengampuan paling
b) Pidana tambahan berupa, lama 3 (tiga) tahun.23
pembekuan izin usaha, pencabutan Korban yang dimaksud dalam
izin usaha, perampasan kekayaan undang-undang ini, khusus untuk
hasil tindak pidana, dan korban manusia akibat yang
pencabutan status badan hukum ditimbulkan dari adanya pengelolaan
(Pasal 41). lingkungan hidup yang tidak
Korban dalam undang-undang ini, bertanggungjawab bisa berwujud
adaalah masyarakat yang karena ulah cacad sementara, cacad permanen
dari korporasi telah memperbanyak atau meninggal dunia.
vcd-vcd porno. Dan yang paling parah, 10. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
apabila anak-anak dibawah umur Tentang Narkotika.24
menonton film porno. Pasal 1 butir 21, korporasi adalah
9. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 kumpulan terorganisasi dari orang dan
tentang Perlindungan dan Pengelolaan atau kekayaan baik merupakan badan
Lingkungan Hidup. hukum maupun bukan badan hukum.
Pasal 1 butir 32, setiap orang Dan sanksi yang dapat dikenakan
adalah orang perseorangan atau badan kepada korporasi adalah :
usaha, baik yang berbadan hukum a) Pidana denda (Pasal 130 ayat1)
maupun yang tidak berbadaan b) Pidana tambahan berupa,
hukum.22 pencabutan izin usaha dan atau
Dan sanksi yang dapat dikenakan pencabutan status badan hukum
kepada korporasi adalah : (Pasal 130 ayat 2).
Korban yang dimaksud dalam
undang-undang ini merupakan self-
victimizing, yaitu seseorang yang
21
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44
menjadi korban karena perbuatannya
Tahun 2008 Tentang Pornografi sendiri
22
Alvi Syahrin, Ketentuan Pidana dalam UU
23
No.32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Ibid, hal 141
24
Pengelolaan Lingkungan Hidup, PT. Sofmedia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35
Jakarta, 2011, hal 95 Tahun 2009 Tentang Narkotika

20
Lex Crimen Vol.I/No.3/Jul-Sep/2012

kejahatan yang dilakukan korporasi


PENUTUP harus diatur secara tegas, agar supaya
A. Kesimpulan korporasi tidak dapat mengelak atas
1. Sistem pertanggungjawaban korporasi kejahatan yang dilakukannya dengan
adalah : Pengurus korporasi sebagai berlindung dibalik pengurus korporasi.
pembuat dan penguruslah yang
bertanggung jawab, korporasi sebagai
pembuat dan pengurus bertanggung DAFTAR PUSTAKA
jawab, korporasi sebagai pembuat dan Abidin. A. Z, Bunga Rampai Hukum Pidana,
juga sebagai yang bertanggung jawab, Pradnya Paramita, Jakarta, 1983
dan pengurus dan korporasi sebagai Ali. Chidir, Badan Hukum, PT Alumni,
pelaku tindak pidana dan keduanya pula Banudung, 2005
yang bertanggung jawab. Dan Dalam Arief. Barda Nawawi, Masalah Penegakan
kepustakaan hukum pidana dapat Hukum Dan Kebijakan Hukum Pidana
dimintainya pertanggungjawaban Dalam Penanggulangan Kejahatan,
korporasi dikenal dengan beberapa Kencana, Jakarta, 2008
doktrin, diantaranya adalah : Hamzah. Andi, KUHP dan KUHAP, PT Rineka
identification doctrine, aggregation Cipta, Jakarta, 1990
doctrine, reactive corporate fault, Huda. Chairil, Dari Tiada Pidana Tanpa
vicarious liability, management failures Kesalahan Menuju Kepada Tiada
model, corporate mens rea doctrine, Pertanggungjawaban Pidana Tanpa
specific corporate offences dan strict Kesalahan, Kencana, Jakarta
liability Manstur. Didik M, Arief dan Gultom
2. Penerapan sanksi terhadap korporasi Elisatris, Urgensi Perlindungan Korban
menurut peraturan perundang – Kejahatan Antara Norrma dan Realita,
undangan, penulis telah menyimpulkan PT Grafindo Persada, Jakarta, 2007
bahwa sanksi yang dapat dijatuhkan Muladi dan Priyatno Dwidja,
kepada korporasi dalam upaya Pertanggungjawaban Pidana Korporasi,
memberikan perlindungan terhadap Kencana, Jakarta, 2010
korban kejahatan adalah : 1) Pidana Mulyadi Mahmud dan Surbakti Feri
pokok meliputi pidana denda. 2) Pidana Antono, Politik Hukum Pidana Terhadap
tambahan dan 3) Sanksi Tindakan Kejahatan Korporasi, PT Sofmedia,
Jakarta, 2010
B. Saran Sahetapy. J. E, Kejahatan Korporasi, PT
1. Sanksi yang diberikan kepada korporasi Refika Aditama, Bandung, 2002
harus memperhatikan pemenuhan dan Soekanto. Soerjono dan Mamudji Sri,
pemulihan hak-hak korban berupa Penelitian Hukum Normatif, Raja
pembayaran ganti kerugian atas Grafindo Persada, Jakarta, 2001
kejahatan yang dilakukan oleh korporasi. Subekti dan Tjitrosoedibio. R, Kamus
2. Harus diatur secara rinci dalam Hukum, Pradnya Paramita, Jakarta, 2003
peraturan perundang-undangan yang Supanto, Kejahatan Ekonomi Global Dan
menentukan korporasi sebagai subjek Kebijakan Hukum Pidana, Alumni,
tindak pidana mengenai kapan suatu Bandung, tahun 2010
korporasi dapat dikatakan melakukan Supramono. Gatot, Kedudukan Perusahaan,
tindak pidana. Demikian juga halnya Rineka Cipta, Jakarta, 2007
dengan ketentuan mengenai siapa yang Syahrin. Alvi, Ketentuan Pidana dalam UU
dapat dituntut dan dijatuhi pidana atas No.32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan

21
Lex Crimen Vol.I/No.3/Jul-Sep/2012

dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, PT. terhadap-lingkungan-dan-desakannya-


Sofmedia, Jakarta, 2011 terhadap-eksistensi-masyarakat-adat/
Susanti sihotang, Unit 5 Bentuk-Bentuk
Kepemilikan/Badan Usaha Untuk
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Membangun Usaha Baru
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor http://susantisihotang.blogspot.com/2012/
5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika 02/unit-5-bentuk-bentuk-
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor kepemilikanbadan.html/
8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Zul Akrial, Kejahatan Korporasi dalam
Konsumen Perspektif Hukum Pidana dan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor Kriminologi
5 Tahun 1999 Tentang Laranagn Praktik http://zulakrial.blogspot.com/2012/03/keja
Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak hatan-korporasi-dalam-perspektif.html
Sehat http://www.hukum.ub.ac.id/newsdetail.ph
Undang–Undang No. 31 Tahun 1999 p/id=143
tentang Pemberantasan Tindak Pidana http://www.scribd.com/doc/60799942/4-
Korupsi Korban-Kejahatan-Korporasi
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor http://yeremiaindonesia.wordpress.com/ta
22 Tahun 2001 Tentang Minyak Dan Gas g/hukum-perusahaan/
Bumi
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor ooo0ooo
15 Tahun 2002 Tentang Tindak Pidana
Pencucian Uang
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor Selingan:
23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
Culpam poena premit comes - Punishment
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
closely follows crime as its companion –
21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan
Hukuman dekat menyusul kejahatan sebagai
Tindak Pidana Perdagangan Orang rekannya (Horace)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
44 Tahun 2008 Tentang Pornografi Cuiusvis hominis est errare; nullius nisi
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor insipientis in errore perseverare - Any man can
35 Tahun 2009 Tentang Narkotika make a mistake; only a fool keeps making the
same one – Setiap orang dapat melakukan
INTERNET kekeliruan, tapi hanya orang bodoh yang
Chandra Kirana, Definisi Kejahatan melakukan kekeliruan yang sama.
http://gubuklajang.blogspot.com/2011/04/
definisi-kejahatan.html
Hasanudin Noor, Karakteristik Korban Pada
kejahatan Korporasi,
http://hasanudinnoor.blogspot.com/201
0/05/karakteristik-korban-pada-
kejahatan.html
Setyo Pamungkas, Kejahatan Korporasi
Terhadap Lingkunagn Dan Desakannya
terhadap eksistensi Masyarakat Adat.
https://setyopamungkas.wordpress.com
/2010/07/07/kejahatan-korporasi-

22

Anda mungkin juga menyukai