C. Metode Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, penulis
1
hanya menggunakan metode penelitian
Artikel Skripsi. Pembimbing skripsi: Josina E.
kepustakaan dan teknik pengolahan data
Londa, SH, MH, Tonny Rompis, SH, MH, dan Jusuf O.
Sumampouw, SH, MH. yang bertujuan untuk mendapatkan hasil
2
NIM: 0807115641, mahasiswa Fakultas Hukum penelitian yang seobyektif mungkin. Namun
Universitas Sam Ratulangi, Manado.
Lex Crimen Vol.I/No.3/Jul-Sep/2012
karena ruang lingkup penelitian ini hanya Muladi dan Dwidja Priyatno, berbicara
pada disiplin Ilmu Hukum, maka penelitian tentang korporasi maka kita tidak bisa
ini hanya dilakukan dengan cara meneliti melepaskan pengertian tersebut dari
bahan-bahan pustaka, perundang- bidang hukum perdata. Sebab korporasi
undangan dan bahan-bahan tertulis lainnya merupakan terminologi yang erat kaitannya
atau dikenal dengan penelitian hukum dengan badan hukum (rechtsperson) dan
normatif atau penelitian hukum pustaka. badan hukum itu sendiri merupakan
Penelitian hukum normatif atau terminologi yang erat kaitannya dengan
penelitian hukum kepustakaan (Library bidang hukum perdata.5
Research), mencakup “penelitian terhadap
asas-asas hukum, penelitian terhadap B. Pertanggungjawaban Pidana
sistematika hukum, penelitian terhadap Pertanggungjawaban Pidana, dalam
taraf sinkronisasi vertical dan horizontal, istilah asing disebut juga
perbandingan hukum dan sejarah hukum”.3 Teorekenbaardheid atau criminal
Kemudian, data yang terkumpul diolah responbility, yang menjurus pemidanaan
dengan menggunakan metode pengolahan pelaku dengan maksud untuk menentukan
data yang terdiri dari metode yuridisme apakah seseorang terdakwa atau tersangka
normative yaitu metode penambahan dipertanggungjawabkan atas suatu tindak
dengan berpegang pada kaidah-kaidah pidana yang terjadi atau tidak. Untuk dapat
hukum atau norma-norma hukum yang dipidananya si pelaku, disyaratkan bahwa
berlaku. tindak pidana bahwa yang dilakukannya itu
haruslah memenuhi unsur-unsur yang telah
TINJAUAN PUSTAKA ditentukan oleh undang-undang. Dilihat
A. Korporasi dari kemampuan betanggungjawab, maka
Menurut Soetan K. Malikoel Adil, (Dalam seseorang yang mampu bertanggungjawab
buku Muladi dan Dwidja Priyatno), Secara dapat dipertanggungjawabkan atas
6
etimologis tentang kata korporasi (Belanda: perbuatannya.
corporate, Inggris: corparation, Jerman:
korporation) berasal dari kata “corporatio” PEMBAHASAN
dalam bahasa latin. Seperti kata-kata A. Sistem Pertanggungjawaban Pidana
lainnya yang berakhiran dengan “tio”, maka Korporasi
corporatio sebagai kata benda Pertanggungjawaban pidana memiliki
(substanivum), berasal dari kata kerja hubungan yang erat dengan penentuan
corporare, yang banyak dipakai orang pada subyek hukum pidana. Subyek hukum
abad pertengahan atau sesudah itu. pidana dalam ketentuan perundang-
Corporare sendiri berasal dari kata “corpus” undangan merupakan pelaku tindak pidana
(Indonesia: badan), yang berarti yang dapat dipertanggungjawabkan atas
memberikan badan atau membadankan, segala perbuatan hukum yang dilakukannya
atau dengan kata lain, badan yang dijadikan sebagai perwujudan tanggung jawab
orang badan yang diperoleh dengan karena kesalahannya terhadap orang lain
perbuataan manusia sebagai lawan (korban).
terhadap badan manusia yang terjadi Kongres PBB VII pada tahun 1985,
menurut alam.4 diantaranya membicarakan jenis kejahatan
dalam tema “Dimensi Baru Kejahatan
3
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian
Hukum Normatif, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
5
2001, hal. 14 Ibid, hal 23
4 6
Muladi dan Dwidja Priyatno, Op. Cit, hal 23 Ibid, hal 34
6
Lex Crimen Vol.I/No.3/Jul-Sep/2012
7
Lex Crimen Vol.I/No.3/Jul-Sep/2012
Umum, baik dari segi Hukum Pidana Formil 1. Untuk menghentikan dan mencegah
maupun dari segi Hukum Pidana kejahatan di masa yang akan datang.
Materiilnya. Hal tersebut diperlukan atas 2. Mengandung unsur penghukuman
dasar kepentingan hukum. “Seperti yang mencerminkan kewajiban
Undang-Undang Darurat No. 7 Drt 1955 masyarakat untuk menghukum
tentang tindak Pidana Ekonomi, Undang- siapapun yang membawa kerugian.
Undang No. 15 Tahun 1985 tentang 3. Untuk merehabilitasi para penjahat
Ketenagalistrikan, Undang-Undang No. 5 korporasi.
Tahun 1997 tentang Psikotropika, Undang- 4. Pemidanaan korporasi harus
Undang No. 22 Tahun 1997 tentang mewujudkan sifat kejelasan, dapat
Narkotika, Undang-Undang No. 23 Tahun diperdiksi dan konsitensi dalam prinsip
1997 tentang lingkungan hidup, Undang- hukum pidana secara umum
Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Tindak 5. Untuk efisiensi, dan
Pidana korupsi”.8 6. Untuk keadilan.9
Perluasan subjek hukum di dalam Pertanggungjawaban pidana korporasi
Undang-Undang ini menjadi salah satu penting untuk dimintakan karena sangat
kekhususan tersendiri dibandingkan tidak adil apabila perusahaan-perusahaaan
dengan tindak pidana lain, yaitu dapat yang mengabaikan regulasi yang ditetapkan
dipidananya korporasi (badan hukum) yang lepas dari jeratan hukum padahal
tidak terdapat dalam KUHP. perbuatan perusahaan tersebut
Penetapan korporasi sebagai pelaku dan menimbulkan kerugian bagi masyarakat.
juga sebagai yang bertanggungjawab Kedudukan korporasi sebagai pembuat
motivasinya adalah dengan memperhatikan tindak pidana dan sifat
perkembangan korporasi itu sendiri, yaitu pertanggungjawaban pidana korporasi,
bahwa ternyata untuk beberapa delik terdapat model pertanggungjawaban
tertentu ditetapkannya pengurus saja korporasi antara lain :
sebagai yang dapat dipidana ternyata tidak 1. Pengurus korporasi sebagai pembuat
cukup. Di dalam delik korupsi bukan dan penguruslah yang bertanggung
mustahil denda yang dijatuhkan sebagai jawab.
hukuman kepada pengurus dibandingkan Model pertanggungjawaban pidana
dengan keuntungan yang telah diterima korporasi dimana pengurus korporasi
oleh korporasi dengan melakukan sebagai pembuat dan sekaligus sebagai
perbuatan pidana itu, adalah lebih besar yang bertanggungjawab, pada
daripada denda yang dijatuhkan sebagai hakikatnya dijiwai oleh asas “societas /
pidana. universitas delinquere non potest”, yaitu
Tujuan dari pertanggungjawaban pidana badan hukum tidak dapat melakukan
korporasi yaitu memberikan suatu dampak tindak pidana.
penting bagi direktur untuk mengatur Sistem pertanggungjawaban ini ditandai
manajemen yang efektif agar korporasinya dengan usaha-usaha agar sifat tindak
berjalan sesuai dengan kewajiban korporasi pidana yang dilakukan korporasi dibatasi
tersebut. pada perorangan. Mengenai pengurus
Pemidanaan terhadap korporasi, pada korporasi sebagai pembuat dan yang
dasarnya memiliki tujuan yang sama bertanggungjawab, maka terhadap
dengan hukum pidana pada umumnya,
9
yaitu Alvi Syahrin, Pertanggungjawaban Pidana
Korporasi,
http://alvisyahrin.blog.usu.ac.id/2011/05/21/pertan
8
Chairil Huda, Op.Cit, hal 48 ggungjawaban-pidana-korporasi/
8
Lex Crimen Vol.I/No.3/Jul-Sep/2012
9
Lex Crimen Vol.I/No.3/Jul-Sep/2012
3. Korporasi sebagai pembuat dan juga tanggung jawab, maka sistem ini akan
sebagai yang bertanggung jawab. dapat memungkinkan pengurus bersikap
Yang menjadi motivasi dari model lempar batu sembunyi tangan.
pertanggungjawaban ini yaitu dengan Korporasi sebagai suatu subyek hukum,
memerhatikan perkembangan korporsi pertanggungjawabannya dapat berasal dari
itu sendiri. Ternyata untuk beberapa perundang-undangan atau ketentuan
delik tertentu, ditetapkannya pengurus umum lainnya, dari tindakan atau kelalaian
saja sebagai yang dapat dipidana para direktur, pekerja atau agennya. Meski
ternyata tidak cukup. Dalam delik demikian, tidak dapat dikatakan bahwa
ekonomi bukan mustahil denda yang pertanggungjawaban seorang direktur atau
dijatuhkan sebagai hukuman kepada agen itu sepenuhnya dilimpahkan pada
pengurus, jika dibandingkan dengan korporasinya, karena secara umum harus
keuntungan yang telah diterima oleh ditemukan terlebih dahulu pelanggaran
korproasi dengan melakukan perbuatan dari peraturan tertentu oleh korporasi
itu, atau kerugian yang ditimbulkan barulah dipertanyakan siapa yang
dalam masyarakat, atau yang diderita melakukan kesalahan atau kelalaian
saingannya, keuntungan dan/atau tersebut untuk dimintakan
kerugian itu lebih besar jumlahnya pertanggungjawaban.
daripada denda yang dijatuhkan sebagai Dalam usaha meminta
pidana. Dipidananya pengurus tidak pertanggungjawaban korporasi, telah lahir
memberikan jaminan yang cukup bahwa sejumlah konsep yang relevan. Doktrin-
korporasi tidak sekali lagi melakukan doktrin tersebut adalah: identification
perbuatan yang telah dilarang oleh doctrine, aggregation doctrine, reactive
undang-undang itu. Karenanya, corporate fault, vicarious liability,
diperlukan pula untuk memidana management failures model, corporate
korporasi dan pengurus atau mens rea doctrine, specific corporate
pengurusnya saja. offences dan strict liability.
4. Pengurus dan korporasi sebagai pelaku 1. Identification Doctrine
tindak pidana dan keduanya pula yang Metode tradisional yang digunakan
bertanggung jawab. untuk pertanggungjawaban pidana
Alasan – alasan pembebanan korporasi menurut hukum Inggris (paling
pertanggungjawaban pidana korporasi tidak untuk kejahatan yang melibatkan
khususnya menyangkut terhadap niat) adalah dengan the identification
pengurus dan korporasi sebagai pelaku doctrine. Menurut doktrin ini, bila
tindak pidana dan pula yang seorang yang cukup senior dalam
bertanggung jawab, dapat diberlakukan struktur korporasi, atau dapat mewakili
terhadap keduanya. Pertama, apabila korporasi melakukan suatu kejahatan
hanya pengurus yang dibebani dalam bidang jabatannya, maka
pertanggungjawaban pidana, maka tidak perbuatan dan niat orang itu dapat
adil bagi masyarakat yang telah dihubungkan dengan korporasi.
menderita kerugian akibat perbuatan Korporasi dapat diidentifikasi dengan
pengurus yang bertindak atas nama perbuatan ini dan dimintai
korporasi serta dimaksudkan untuk pertanggungjawaban secara langsung.
memberikan keuntungan bagi korporasi. Berdasarkan teori ini, kesalahan dari
Kedua, apabila hanya korporasi yang anggota direksi atau organ perusahaan
dibebani pertanggungjawaban pidana yang tidak menerima perintah dari
sedangkan pengurus tidak memikul tingkatan yang lebih tinggi dalam
10
Lex Crimen Vol.I/No.3/Jul-Sep/2012
11
Lex Crimen Vol.I/No.3/Jul-Sep/2012
pidana dilakukan oleh atau atas nama disiplin seperti apa yang cukup untuk
sebuah korporasi, pengadilan harus menghindari tanggung jawab pidana?
diberi kewenangan untuk Cukupkah teguran secara formal
memerintahkan korporasi untuk kepada seorang karyawan yang
melakukan investigasi sendiri guna dibarengi dengan sirkulasi sebuah
memastikan orang yang bertanggung memorandum internal yang
jawab dan mengambil suatu tindakan menasehati staf tentang sejumlah
disiplin yang sesuai atas kesalahan orang tindakan yang akan dilakukan di masa
tersebut dan mengambil langkah- depan?
langkah perbaikan untuk menjamin Apabila unsur-unsur pembunuhan
kesalahan tersebut tidak akan terulang tanpa direncanakan (manslaugter),
kembali. yaitu dalam hal tindak pidana (actus
Apabila korporasi mengambil langkah reus) dan niat (mens rea) telah
penanganan yang tepat, maka tidak ada terpenuhi. Bagaimana mungkin
tanggung jawab pidana yang dapat kegagalan untuk memberikan sanksi
dijatuhkan terhadap korporasi. disiplin kepada seorang pekerja atau
Tanggung jawab pidana hanya bisa kegagalan untuk menyetujui
diterapkan terhadap korporasi apabila pemasangan peralatan keamanan,
korporasi gagal memenuhi perintah kemudian diadili berdasarkan
pengadilan dengan sungguh-sungguh. pembunuhan tanpa rencana? Akan
Dengan demikian, kesalahan korporasi terdengar sangat aneh apabila satu
bukanlah kesalahan pada saat kejahatan perusahaan bisa menghindari
terjadi tetapi kesalahan karena korporasi pertanggungjawaban manslaugter
gagal melakukan tindakan yang tepat tersebut hanya dengan menyetujui
atas kesalahan yang dilakukan oleh untuk memasang lampu peringatan
pekerjanya. yang tepat pada kapal-kapal feri
Pendekatan ini memiliki kelebihan mereka, sementara perusahaan lain
yaitu mewajibkan korporasi itu sendiri yang mungkin tidak terlalu dapat
melakukan penyelidikan yang sesuai, disalahkan sebagai penyebab kematian
bukannya aparatur negara yang akan dihukum atas kejahatan yang
melakukannya. Hal ini tidak hanya akan serius ini hanya karena tindakan
menghemat waktu dan uang publik, penyelesaiannya dianggap tidak
tetapi seringkali korporasi itu sendiri memadai.
memiliki kemampuan terbaik untuk Bagaimanapun tingkatan
memahami dan menembus struktur pemidanaan dalam kasus semacam ini
organisasinya yang kompleks. Ini juga harus mengacu kepada aturan dasar
merupakan satu pendekatan yang bahwa hukuman secara umum harus
mengakui bahwa satu dari tujuan utama proporsional atas serius atau tidaknya
tanggung jawab pidana korporasi adalah suatu kejahatan. Secara singkat, the
untuk memastikan bahwa korporasi reactive fault doctrine memiliki time
memperbaiki kebijakan-kebijakan dan frame yang seluruhnya keliru.
praktek-praktek mereka yang kurang Perbuatan salah adalah tindakan yang
baik sehingga mencegah kesalahan asli atau kelalaian yang menimbulkan
tersebut berulang. kerugian. Kesalahan harus dinilai
Namun, kekuarangan dari doktrin ini dengan mengacu pada perbuatan atau
juga banyak. Salah satunya adalah kelalaian tersebut.
mengukur tindakak korektif dan sanksi 4. Vicarious Liability
12
Lex Crimen Vol.I/No.3/Jul-Sep/2012
13
Lex Crimen Vol.I/No.3/Jul-Sep/2012
14
Lex Crimen Vol.I/No.3/Jul-Sep/2012
15
Lex Crimen Vol.I/No.3/Jul-Sep/2012
16
Lex Crimen Vol.I/No.3/Jul-Sep/2012
17
Lex Crimen Vol.I/No.3/Jul-Sep/2012
sanksi pidana yang dapat dijatuhkan pelaku usaha, baik orang perorangan
oleh hakim/pengadilan sekiranya maupun badan usaha/badan hukum.
korporasi diajukan sebagai pelaku Untuk pidana denda, seyogianya ada
tindak pidana. perbedaan antara pelaku perorangan
Korban yang dimaksud dalam (pribadi) dengan badan usaha/badan
undang-undang ini adalah orang-orang hukum, karena dampak timbulnya
yang berinvestasi dengan modal kecil korban (kerugian konsumen) dari
yang dicurangi oleh korporasi yang perbuatan badan usaha/badan hukum
mempunyai modal besar. Yang kemungkinan lebih besar dari pada
mengakibatkann orang-orang yang perbuatan orang-perorangan.
bermodal kecil kalah bersaing dengan Pembedaan pidana denda itu bisa
korporasi yang mempunyai modal ditempuh dengan menentukan
besar. maksimum denda yang berbeda, atau
3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 dengan menentukan jumlah minimum
tentang Perlindungan Konsumen.16 khusus pidana denda untuk badan
Pasal 1 butir 3, pelaku usaha usaha/badan hukum. Namun karena
adalah setiap orang perorangan atau Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
badan usaha, baik yang berbentuk ini sudah disahkan, maka adanya
badan hukum maupun bukan badan pembedaan pidana itu diharapkan
hukum yang didirikan dan mendapat perhatian dalam kebijakan
berkedudukan atau melakukan penerapan/aplikasinya.
kegiatan dalam wilayah hukum negara Korban yang dimaksud dalam
Republik Indonesia, baik sendiri undang-undang ini adalah orang-orang
maupun bersama-sama melalui yang tertipu akibat iklan yang dibuat
perjanjian menyelenggarakan kegiatan oleh produsen. Iklan yang dibuat di
usaha dalam berbagai bidang ekonomi. media cetak/televisi berbanding
Dan sanksi yang dapat dijatuhkan terbalik dengan kenyataan dilapangan.
kepada korporasi adalah : 4. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001
a) Pidana yang dapat dijatuhkan tentang Minyak Dan Gas Bumi.17
terhadap pelaku usaha adalah Pasal 1 butir 17, badan usaha
pidana denda (pasal 62); adalah perusahaan berbentuk badan
b) Pidana tambahan (pasal 63) berupa hukum yang menjalankan jenis usaha
: bersifat tetap, terus menerus dan
(a) Perampasan barang tertentu; didirikan sesuai dengan peraturan
(b) Pengumuman keputusan hakim perundang-undangan yang berlaku
(c) Pembayaran ganti rugi; serta bekerja dan berkedudukan dalam
(d) Perintah penghentian kegiatan wilayah Negara Kesatuan Republik
tertentu yang menyebabkan Indonesia. Dan
timbulnya kerugian konsumen; a) Sanksi yang dapat dijatuhkan
(e) Kewajiban penarikan barang terhadap badan usaha/badan
dan peredaran; hukum adalah pidana denda,
(f) Pencabutan izin usaha. dengan ketentuan paling tinggi
Ancaman pidana dalam pasal 62 pidana denda ditambah
diatas, berlaku sama untuk semua sepertiganya (Pasal 56 ayat 2).
16 17
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22
Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Tahun 2001 Tentang Minyak Dan Gas Bumi
18
Lex Crimen Vol.I/No.3/Jul-Sep/2012
19
Lex Crimen Vol.I/No.3/Jul-Sep/2012
korporasi dalam bidang yang sama a) Pidana pokok berupa pidana denda
(Pasal 15 ayat 2). diperberat dengan sepertiga (Pasal
Korban yang dimaksud dalam 117);
undang-undang adalah seseorang yang b) Tindakan tata tertib (Pasal 119)
mengalami penderitaan psikis, mental, berupa :
fisik, seksual, ekonomi, dan atau sosial, (a) Perampasan keuntungan yang
yang diakibatkan tindak pidana diperoleh dari tindak pidana;
perdagangan orang. (b) Penutupan seluruh atau
8. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 sebagian tempat usaha
tentang Pornografi.21 dan/atau kegiatan;
Pasal 1 butir 3, setiap orang adalah (c) Perbaikan akibat tindak
orang perseorangan atau korporasi, pidana;
baik yang berbadan hukum maupun (d) Pewajiban mengerjakan apa
yang tidak berbadan hukum. yang dilakukan tanpa hak;
Pidana yang dapat dijatuhkan kepada dan/atau
korporasi adalah: (e) Penempatkan perusahaan
a) Pidana denda (Pasal 40 ayat 7) dibawah pengampuan paling
b) Pidana tambahan berupa, lama 3 (tiga) tahun.23
pembekuan izin usaha, pencabutan Korban yang dimaksud dalam
izin usaha, perampasan kekayaan undang-undang ini, khusus untuk
hasil tindak pidana, dan korban manusia akibat yang
pencabutan status badan hukum ditimbulkan dari adanya pengelolaan
(Pasal 41). lingkungan hidup yang tidak
Korban dalam undang-undang ini, bertanggungjawab bisa berwujud
adaalah masyarakat yang karena ulah cacad sementara, cacad permanen
dari korporasi telah memperbanyak atau meninggal dunia.
vcd-vcd porno. Dan yang paling parah, 10. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
apabila anak-anak dibawah umur Tentang Narkotika.24
menonton film porno. Pasal 1 butir 21, korporasi adalah
9. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 kumpulan terorganisasi dari orang dan
tentang Perlindungan dan Pengelolaan atau kekayaan baik merupakan badan
Lingkungan Hidup. hukum maupun bukan badan hukum.
Pasal 1 butir 32, setiap orang Dan sanksi yang dapat dikenakan
adalah orang perseorangan atau badan kepada korporasi adalah :
usaha, baik yang berbadan hukum a) Pidana denda (Pasal 130 ayat1)
maupun yang tidak berbadaan b) Pidana tambahan berupa,
hukum.22 pencabutan izin usaha dan atau
Dan sanksi yang dapat dikenakan pencabutan status badan hukum
kepada korporasi adalah : (Pasal 130 ayat 2).
Korban yang dimaksud dalam
undang-undang ini merupakan self-
victimizing, yaitu seseorang yang
21
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44
menjadi korban karena perbuatannya
Tahun 2008 Tentang Pornografi sendiri
22
Alvi Syahrin, Ketentuan Pidana dalam UU
23
No.32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Ibid, hal 141
24
Pengelolaan Lingkungan Hidup, PT. Sofmedia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35
Jakarta, 2011, hal 95 Tahun 2009 Tentang Narkotika
20
Lex Crimen Vol.I/No.3/Jul-Sep/2012
21
Lex Crimen Vol.I/No.3/Jul-Sep/2012
22