Anda di halaman 1dari 6

NAMA : Mavelda Regina Rangkoly

NPM/SEMESTER : 194301123/III

KELAS :B

MATA KULIAH : HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

DOSEN : Marintan L.Sitorus,S.H.,M.H.

SOAL
1. Dalam Negara hukum modern, para pejabat administrasi negara memiliki Freies Ermessen
atau diskresi.
a. Jelaskan mengapa pejabat administrasi negara harus memiliki freies ermessen atau
diskresi ?
b.Bagaimana juga pelaksanaan freies ermessen atau diskresi apakah mutlak atau dibatasi ?
c. Uraikan manfaat atau kegunaan dari freies ermessen atau diskresi ini bagi negara.
2. Seperti kita ketahui bahwa Pejabat atau Administrasi Negara merupakan subjek hukum,
oleh sebab itu pemerintah negara dapat melakukan berbagai tindakan.
a. Jelaskan tindakan hukum pemerintah dianggap merupakan melawan hukum
b. Bandingkan tindakan melawan hukum menurut HAN dengan perbuatan melawan
hukum menurut Pasal 1365 KUHPerdata.
3. Uraikan bagaimana kemungkinannya tindakan para pejabat Administrasi Negara diikat
oleh Hukum Perdata ?
4. a. Mengapa kekuasaan para pejabat negara dibatasi oleh peraturan perundang-undangan ?
b.Uraikan perbandingan antara kekuasaan atau kewenangan yang dimuliki oleh para pejabat
administrasi negara dengan kekuasaan-kekuasaan lain yang bukan pejabat administrasi
negara.
c. Bagaimana para pejabat administrasi negara memperoleh kekuasaan atau kewenangan.
5. a. Bagaimana kita dapat mengetahui organ pemerintah dilihat dari ciri atau
karakteristiknya
b. Siapa saja yang dapat dikategorikan sebagai organ/jabatan pemerintah ?
JAWABAN :
1a.Diskresi bisa dilaksanakan dengan tujuan untuk melancarkan penyelenggaraan
pemerintahan ketika terjadi stagnasi, mengisi kekosongan hukum, memberi kepastian hukum,
serta mengatasi stagnasi pemerintahan dalam keadaan tertentu guna kemanfaatan dan
kepentingan umum.
 
Pejabat pemerintahan yang dimaksud yaitu unsur yang melaksanakan fungsi pemerintahan,
baik di lingkungan pemerintah maupun penyelenggara negara lainnya.
Menurut Pasal 1 Angka 9 UU 30/2014, diskresi adalah keputusan dan/atau tindakan yang
ditetapkan dan/atau dilakukan oleh pejabat pemerintahan untuk mengatasi persoalan konkret
yang dihadapi dalam penyelenggaraan pemerintahan dalam hal peraturan perundang-
undangan yang memberikan pilihan, tidak mengatur, tidak lengkap atau tidak jelas, dan/atau
adanya stagnasi pemerintahan. Menggunakan diskresi sesuai dengan tujuannya merupakan
salah satu hak yang dimiliki oleh pejabat pemerintahan dalam mengambil keputusan dan/atau
tindakan. Demikian yang diatur dalam Pasal 6 ayat (2) huruf e jo ayat (1) UU 30/2014.

Hal-hal penting menyangkut diskresi yang diatur dalam UU 30/2014 antara lain:

1.    Diskresi hanya dapat dilakukan oleh pejabat pemerintahan yang berwenang [Pasal 22
ayat (1)]
2.    Setiap penggunaan diskresi pejabat pemerintahan bertujuan untuk Pasal 22 ayat (2):
a.    melancarkan penyelenggaraan pemerintahan;
b.    mengisi kekosongan hukum;
c.    memberikan kepastian hukum; dan
d.    mengatasi stagnasi pemerintahan dalam keadaan tertentu guna kemanfaatan
dan kepentingan umum. Adapun yang dimaksud dengan stagnasi
pemerintahan adalah tidak dapat dilaksanakannya aktivitas pemerintahan
sebagai akibat kebuntuan atau disfungsi dalam penyelenggaraan pemerintahan,
contohnya: keadaan bencana alam atau gejolak politik.

3.    Diskresi pejabat pemerintahan meliputi [Pasal 23]:


a.    pengambilan Keputusan dan/atau Tindakan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang memberikan suatu pilihan Keputusan dan/atau
Tindakan;
b.    pengambilan Keputusan dan/atau Tindakan karena peraturan perundang-
undangan tidak mengatur;
c.    pengambilan Keputusan dan/atau Tindakan karena peraturan perundang-
undangan tidak lengkap atau tidak jelas; dan
d.    pengambilan Keputusan dan/atau Tindakan karena adanya stagnasi
pemerintahan guna kepentingan yang lebih luas.

4. Penggunaan diskresi yang berpotensi mengubah alokasi anggaran wajib


memperoleh persetujuan dari atasan pejabat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Persetujuan dimaksud dilakukan apabila penggunaan
diskresi menimbulkan akibat hukum yang berpotensi membebani keuangan
negara [Pasal 25 ayat (1) dan (2)]

pejabat pemerintahan yang melakukan diskresi di sini adalah unsur yang melaksanakan
fungsi pemerintahan, baik di lingkungan pemerintah maupun penyelenggara negara lainnya.
1b. Diskresi dalam kaitannya dengan pelayanan publik dilatarbelakangi dengan paradigma
administrasi publik yang pada mulanya diatur secara terbatas pada paradigma Old Public
Administration  (OPA). Kemudian, pada New Public Management (NPM) diskresi mulai
diberikan secara luas. namun, terdapat penyalahgunaan akibat adanya diskresi yang diberikan
secara luas tersebut sehingga pada paradigma New Public Service (NPS) diskresi tetap
dibutuhkan, akan tetapi dibatasi dan harus dilakukan secara bertanggung jawab Sehingga
apabila diskresi dilakukan secara tidak bertanggung jawab atau "kebablasan" maka akan
berakibat pada menurunnya kualitas pelayanan publik.

1c. Contoh :
a. seorang polisi lalu lintas yang mengatur lalu lintas di suatu perempatan jalan, yang
mana hal ini sebenarnya sudah diatur oleh lampu pengatur lalu lintas (traffic light).
Menurut Undang Undang Lalu Lintas, polisi dapat menahan kendaraan dari satu ruas
jalan meskipun lampu hijau atau mempersilakan jalan kendaraan meskipun lampu
merah.

b. ketika terjadi bencana alam yang membutuhkan penanganan cepat. Pada posisi ini,
Kepala daerah bisa menggunakan haknya untuk mengambil terobosan kebijakan yang
tidak di atar atau dimungkinkan oleh undang-undang,

2a. Korupsi yang terjadi karena penyalahgunaan wewenang yang dimilikinya, termasuk
didalamnya mempergunakan kewenangan untuk tujuan lain dari tujuan pemberian
kewenangan, dan dengan tindakan tersebut untuk kepentingan memperkaya dirinya, orang
lain kelompok maupun korporasi yang merugikan keuangan negara.termasuk dalam tindakan
Maladministrasi menurut

Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia (“UU


37/2008”)

2b. Contoh Perbuatan Melawan Hukum Menurut KUHPer

Putusan Pengadilan Negeri Jember Nomor: 04/Pdt.G/2010/PN.Jr. Dalam putusan


tersebut diketahui bahwa penggugat merasa dirugikan akibat tower yang dimiliki tergugat
roboh saat hujan disertai angin kencang. Perlu diketahui bahwa tower tersebut juga
dipergunakan untuk menyangga beban antena milik pihak lain beserta perlengkapannya. Hal
ini menyebabkan beban yang disangga oleh tower menjadi jauh lebih berat dan melebihi
kapasitasnya. Sehingga kemudian mengakibatkan tower tersebut miring ke arah barat.
 
Hakim dalam putusannya menyatakan robohnya tower adalah akibat dari kelalaian Para
Tergugat dalam melakukan perawatan terhadap tower tersebut. Untuk itu, tergugat
dinyatakan melakukan PMH dan dihukum untuk membayar kerugian materiil dan immateriil
yang menimpa penggugat.
Sama hal dengan Korupsi juga merupakan perbuatan melawan Hukum HAN dengan
menyalahgunakan Wewenang mereka sebagai Pejabat Administrasi Negara
3. Berdasarkan Teori Hukum Yang Berkembang Saat Ini, Dapat Dibedakan Antara
“Wewenang” Sebagai Landasan Suatu Subjek Hukum Untuk Melakukan Suatu Tindakan
Berdasar Hukum Publik, Serta “Hak” Sebagai Landasan Suatu Subjek Hukum Untuk
Melakukan Suatu Tindakan Berdasar Hukum Perdata. Hadjon Membaginya Menjadi
“Kewenangan” Dan “Kecakapan” (Bekwaamheid)[2] Sedangkan Penulis Lebih Suka
Melihatnya Sebagai Pendekatan “Hak” Bukan “Kecakapan”. Kewenangan Diperoleh
Berdasarkan Peraturan-Peraturan Di Dalam Hukum Publik. Penyebutannya Pun Spesifik
Sebagai Suatu Kewenangan Tertentu Yang Diberikan Untuk Badan/Pejabat Pemerintahan
Tertentu. Sedangkan Hak Diperoleh Berdasarkan Peraturan-Peraturan Di Dalam Hukum
Keperdataan. Penyebutannya Pun Spesifik Sebagai Suatu Hak Tertentu Yang Diberikan
Untuk Subjek Hukum Tertentu.
Kewenangan (Bevogheid) Diberikan Dalam Rangka Menjalankan Tugas-Tugas
Pemerintahan (Bestuurzorg) Untuk Kepentingan Pelayanan Administrasi Pemerintahan.
Sedangkan Hak (Recht) Diberikan Dalam Rangka Menikmati Kebendaan Atau Menikmati
Hal Keperdataan Tertentu. Oleh Karena Itu Jelas Dalam Hal Ini Ketika Pemerintah Bertindak
Dalam Rangka Mempertahankan Hak-Haknya Maka Ia Tunduk Pada Hukum Keperdataan
Dan Menjadi Subjek Pada Hukum Perdata. Namun Jika Ia Bertindak Atas Nama
Kewenangan Maka Ia Tunduk Pada Hukum Publik Dan Menjadi Subjek Pada Hukum
Administrasi.
Menurut Indroharto, Ketika Pemerintah Sedang Mempertahankan Hak-Haknya Maka Ia
Sedang Berlaku Sebagai Badan Hukum Perdata, Bukan Lagi Sebagai Badan Hukum Publik.
Sebagai Contoh, Dalam Hukum Pertanahan Ia Dapat Memiliki Hak Atas Tanah Seperti Hak
Pengelolaan (HPL – Vide Pasal 67 Ayat (1) Peraturan Menteri Agraria No. 9 Tahun 1999
Tentang Tata Cara Pemberian Dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara Dan Hak
Pengelolaan Jo. Pasal 2 Undang-Undang Pengaturan Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960).
Berikut Penjelasan Dari Indroharto Mengenai Status Badan Pemerintah Sebagai Badan
Hukum Publik Sekaligus Sebagai Badan Hukum Perdata:
Dalam Kenyataan Sehari-Hari Kita Lihat Bahwa Pemerintahan Umum Itu Terdiri Dari
Berbagai Macam Organisasi Dan Instansi-Instansi, Yang Kebanyakan Organisasi-Organisasi
Demikian Itu Selain Memiliki Wewenang Pemerintahan Menurut Hukum Publik Juga
Memiliki Kemandirian Menurut Hukum Perdata (Dual Function), Seperti Badan-Badan
Teritorial : Negara, Propinsi, Kabupaten Dan Sebagainya. Akibat Dari Kedudukannya
Sebagai Badan Hukum Perdata Tersebut Adalah:
 Dapat Memiliki Hak-Hak Keperdataan;
 Dapat Menjadi Pihak Dalam Proses Perdata.
Oleh Karenanya Dapat Disimpulkan Badan Pemerintahan Dapat Menjadi Badan Hukum
Perdata Dan Melakukan Tindakan Hukum Perdata Ketika Mendudukkan Dirinya Sebagai
Pihak Yang Melindungi Hak Keperdataannya

4a. Negara perlu membatasi kekuasaan agar penyelenggara tidak sewenang-wenang dalam
mengambil kebijakan.dalam konsep modern, konstitusi dan negara memiliki hubungan erat.
Negara dan konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat dipisahkan. Konstitusi
adalah hukum yang mengatur negara, bukan hukum mengenai bagaimana negara mengatur.
4b. Pasal 8
Setiap Keputusan dan/atau Tindakan harus ditetapkan dan/atau dilakukan oleh Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan yang berwenang.
2. Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dalam menggunakan Wewenang wajib berdasarkan:
a. peraturan perundang-undangan; dan
b. AUPB.
Pejabat Administrasi Pemerintahan dilarang menyalahgunakan Kewenangan dalam
menetapkan dan/atau melakukan Keputusan dan/atau Tindakan.
4c. Pejabat administrasi bertindak dan mengambil keputusan atas dasar kewenangan yang
dimilikinya. Kedua, kewenangan yang dipergunakan harus dapat dipertanggungjawabkan dan
diuji baik oleh norma hukum atau pun azas hukum. Kewenangan (authority) adalah
kekuasaan formal yang dimiliki oleh Badan dan atau pejabat administrasi atau penyelenggara
negara lainnya untuk bertindak dalam laporan hukum publik yang meliputi beberapa
wewenang.
Sumber Kewenangan Kewenangan pejabat administrasi berasal dari undang undang yang
dibuat oleh legislatif melalui suatu legitimasi yang demokratis. Hukum menyebabkan bahwa
apabila penguasa ingin memberikan kewajibankewajiban kepada masyarakat, maka
kewenangan itu harus diatur dalam undangundang.Sengketa Kewenangan: klaim penggunaan
kewenangan wewenang yang dilakukan olehdua pejabat pemerintahan atau lebih yang
disebabkan oleh tumpang tindih atau tidak jelasnya pejabat pemerintahan yang berwenang
menangani suatu urusan pemerintahan.Sengketa itu sendiri mencakup
3 hal, yakni Lokus (tempat), Tempus (waktu), dan materi.
Cara Diperolehnya Kewenangan : Pertama, melalui atribusi, yaitu pemberiankewenangan
yang baru berasal dari konstitusi dan atau undangundang. Kedua, melalui delegasi, yaitu
pemindahan atau pengalihan suatu kewenangan yang ada. Ketiga, melaluipemberian mandat,
yaitu kewenangan yang diberikan oleh suatu organisasi pemerintahankepada orang lain untuk
mengambil keputusan atas nama pemberi mandat.

5a. ada beberapa ciri yang terdapat pada jabatan atau organ pemerintahan yaitu :
1)Organ pemerintah menjalankan wewenang atas nama dan tanggung jawab sendiri, yang
dalam pengertian modern, diletakkan sebagai pertanggung jawaban politik dan kepegawaian
atau tanggung jawab pemerintah sendiri di hadapan hakim. Organ pemerintah adalah pemikul
kewajiban tanggung jawab.
2)Pelaksanaan wewenang dalam rangka menjaga dan mempertahankan norma hukum
administrasi, organ pemerintahan dapat bertindak sebagai pihak tergugat dalam proses
peradilan, yaitu alam hal ada keberatan, banding, atau perlawanan.
3)Disamping sebagai pihak tergugat, organ pemerintahan juga dapat tampil menjadi pihak
yang tidak puas, artinya sebagai pengugat.

5b.Orang-Orang yang diberikan wewenang untuk mengatur jalannya Pemerintahan

Anda mungkin juga menyukai