Anda di halaman 1dari 7

Nama : Mavelda Regina

NPM/Kelas : 194301123/ B

Matkul : Kewirausahaan

Dosen : Irwan Sugiarto,S.E.,M.M

Sociopreneur
Berawal dari permasalahan sosial hingga saat ini yang masih banyak ditemui di Indonesia.
Beberapa orang ini tergerak hatinya untuk menjalankan usaha yang tidak hanya untuk
mengambil keuntungan semata, tetapi ada upaya untuk menolong sesama yang membutuhkan
bantuan.

Dari latar belakang belakang yang berbeda mereka punya satu tujuan yang sama yaitu
bermanfaat bagi sesama berkontribusi untuk kemajuan bangsa. Sudah banyak penggerak
sociopreneur Indonesia yang sukses dan pastinya sangat menginspirasi.

Berikut 5 sosok Sociopreneur Indonesia yang buktikan wirausaha dengan membantu sesama
bisa sukses.

1. Gamal Albinsaid

Dilatarbelakangi oleh kisah nyata. Jakarta, 5 Juni 2005 lalu, Dokter Gamal menyaksikan sendiri
seorang anak bernama Khaerunissa tidak bisa pergi berobat dan menghembuskan nafas terakhirnya di
gerobak sampah ayahnya. Bocah tiga tahun itu menderita karena diare berkelanjutan. Khaerunissa
tidak bisa ke dokter hanya karena ayahnya tidak memiliki uang untuk berobat.

Berangkat dari keprihatinan tersebut, ia pun mendirikan Klinik Asuransi Sampah. Masyarakat kurang
mampu bisa mendapatkan fasilitas kesehatan dengan menukarkan sampah. Atas ide inovatifnya
tersebut, ia pun meraih banyak sekali penghargaan baik dari dalam maupun luar negeri.
2. Alfatih Timur

Berawal dari keinginan gotong royong yang memfasilitasi kebutuhan dana masyarakat untuk berobat
maupun sebagai sarana beramal kepada yang terkena musibah. Timi bersama rekannya mendirikan
kitabisa.com.

Pendirian kitabisa.com sendiri terinspirasi saat dirinya melakukan riset terhadap situs-situs
penggalangan dana yang ada di dunia, salah satunya crowdfunding.com. Di tahun 2017, kitabisa.com
berhasil mengumpulkan donasi sebesar Rp 162,8 miliar. Di tahun 2016, ia pun dinobatkan sebagai
salah satu 30 Under 30 Forbes Asia atas inovasinya tersebut.

3. Azalea Ayuningtyas

Masalah malnutrisi yang diidap para ibu dan anak-anak di Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), pada
saat itu sudah sedemikian serius. Sekitar 45 persen anak-anak dan 50 persen ibu-ibu yang tinggal di
wilayah tersebut menderita malnutrisi.

Ayu, lulusan Harvard University, Amerika, ini, bersama 6 orang rekannya membangun
kewirausahaan sosial di Flores. Lewat Du’Anyam, Ayu dan teman-temannya membantu ibu-ibu dan
wanita di 15 desa di Flores untuk lebih banyak menghasilkan produk kerajinan anyaman dari daun
lontar dengan menghasilkan tas, sepatu, dan beragam souvenir serta produk kerajinan berbahan daun
lontar lain. Hingga saat ini, ada 12 hotel di Bali yang telah menjadi mitranya. Du'Anyam juga
menitipkan produknya ke sejumlah mal seperti Pacific Place dan Grand Indonesia.
4. Agis Nur Aulia

Banyak pemuda yang enggan terjun di bidang pertanian karena dianggap tak menjanjikan atau kurang
bergengsi. Tapi hal itu tak berlaku bagi Agis, sarjana muda cumlaude dari Univeritas Gajah Mada
malah serius menggarap pertanian terpadu dan mengajak anak muda lainnya untuk ikut bertani.

Pasca mengikuti program Indonesia Bangun Desa (IBD), Agis memutuskan kembali ke kampung
halaman untuk mengembangkan potensi di desanya. Keinginannya untuk berkontribusi mewujudkan
swasembada pangan, mendorong Agis merintis usaha peternakan sapi perah, kambing etawa, dan
domba. Lewat model pertanian dan peternakan yang ia gagas, sudah lebih dari 500 petani belajar di
Jawara Banten Farm. Ini menurutnya berlum termasuk petani-petani yang setiap bulannya datang dari
berbagai daerah mulai dari Aceh, Yogyakarta, Jawa Barat bahkan petani dari NTT. Mereka
kebanyakan ingin mencontoh model pertanian yang dibangun oleh Jawara Banten Farm.

5. Dea Valencia

Wanita lulusan Universitas Multimedia Nusantara, Tanggerang ini. Memang selalu memiliki cita-cita
untuk menjadi social culture entrepreneur yang mampu membawa batik ke pasar internasional.

Dea tidak bekerja sendiri. Kepekaannya terhadap kaum difabel membuat Dea ingin pula
memberdayakan mereka. Di bisnis yang ia jalani, Dea dibantu dan didukung penuh oleh 80 orang
karyawan, 40 orang di antaranya merupakan kaum difabel yang memiliki semangat dan kerja keras.
Batik Kultur Dea pun semakin sukses bukan hanya di dalam negeri namun juga di luar negeri seperti
Australia, Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Belanda, Jerman, dan beberapa negara lainnya. Dan kini
meski usianya masih muda, Dea mampu meraup omset hingga milyaran rupiah dari usaha batiknya.
Technopreneur
berasal dari penggabungan dua kata yaitu teknologi dan entrepreneur. Sehingga dapat diartikan
sebagai teknologi yang berkembang secara pesat dimanfaatkan dan dijadikan sebagai peluang usaha.
Perkembangan teknologi yang begitu cepat memaksa perusahaan untuk berubah menjadi lebih
canggih, modern dan sesuai dengan tuntutan pasar. Teknologi memudahkan manusia dalam
kehidupan sehari-hari seperti berbelanja, berkendara dan lain sebagainya.

Berikut adalah beberapa nama yang telah sukses berkecimpung di dunia technopreneur. Beberapa
nama di bawah ini mungkin terdengar asing di telinga kita, tetapi saya yakin kalian tidak asing dengan
website / aplikasi yang mereka jalankan.

1. Andrew Darwis – Kaskus

Pria kelahiran tahun 1979 ini merupakan pendiri dari forum online terbesar di Indonesia
yakni Kaskus. Kaskus dikelola oleh PT Darta Media Indonesia. Andrew sekarang menjabat
sebagai Chief Technology Officer (CTO) PT Darta Media Indonesia sekaligus pemilik
Kaskus Network. Andrew awalnya berkuliah di Universitas Bina Nusantara dengan jurusan
Sistem Informasi.

Andrew melanjutkan pendidikannya di Art Institute of Seattle, Amerika dan mengambil


jurusan Multimedia & Web Design karena ia merasa kesulitan menemukan universitas yang
cocok di Indonesia. Kemudian ia melanjutkan masternya di jurusan Master of Computer
Science, masih di universitas yang sama yaitu Seattle University. Andrew mendirikan Kaskus
pada 6 November 1999. Saat sedang menimba ilmu di universitasnya itu, ia ditugaskan oleh
dosen untuk membuat program dari free software, dari situlah mulai muncul ide membuat
website dengan nama Kaskus.
2. Nadiem Markarim – GO-JEK

GO-JEK adalah sebuah perusahaan teknologi yang memberikan jasa angkutan. Perusahaan ini berasal
dari Indonesia dan didirikan pada tahun 2010 di Jakarta oleh Nadiem Makarim. Aplikasi GO-JEK
telah diunduh sebanyak lebih dari 750 ribu kali di Google Play yang tersedia pada sistem Android.

Layanan yang disediakan oleh GO-JEK pun beragam, mulai dari GO-RIDE, GO-CAR, GO-FOOD,
GO-MART, GO-SEND, GO-BOX, GO-TIX, dan GO-MED. Jasa GO-JEK dapat dinikmati di
berbagai wilayah di Indonesia. Layanan GO-JEK tersebar di 25 kota besar di Indonesia, antara lain:
Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta dan Surabaya.

3 Achmad Zaky – Bukalapak

Pria kelahiran Sragen, Jawa Tengah, 24 Agustus 1984 ini merupakan CEO sekaligus pendiri dari
website marketplace bernama Bukalapak. Ia merupakan lulusan teknik informatika dari Institut
Teknologi Bandung. Selepas lulus dari ITB, Achmad Zaky membangun Suitmedia, perusahaan
jasa konsultasi teknologi. Zaky juga membuat sebuah website yang merupakan proyek internal
dari sebuah perusahaan. Proyek itulah yang menjadi asal muasal bukalapak.com.

Bukalapak sendiri berdiri sejak tahun 2010. Bukalapak awalnya didanai dari dana pribadi para
pendirinya karena hampir semua investor yang ditemuinya menolak penawaran yang diajukan
oleh Zaky. Namun seiring berjalannya waktu, Bukalapak mulai dilirik beberapa investor hingga
sekarang ada lebih dari 500 startups yang mau menjadi investor di Bukalapak. Penghasilan bersih
Bukalapak pun sekarang mencapai Rp 20 miliar untuk setiap bulannya.
4. Ferry Unardi – Traveloka

Traveloka merupakan perusahaan yang menyediakan layanan untuk pemesanan tiket pesawat
dan hotel secara online. Ferry Unardi, merupakan salah satu pendiri traveloka yang juga
menjabat sebagai CEO. Ferry mendirikan Traveloka bersama dua rekannya yaitu: Derianto
Kusuma, dan Albert pada tahun 2012. Ide untuk membangun Traveloka muncul disaat Ferry
merasa kerepotan ketika harus membeli tiket pesawat untuk pulang ke Padang dari Amerika
Serikat.

Pada mulanya, traveloka hanyalah alat untuk membandingkan harga tiket pesawat sehingga
memudahkan orang untuk mendapatkan tiket pesawat yang paling murah. Pada tahun 2013,
Traveloka menyediakan jasa pemesan tiket melalui webnya. Mulai tahun 2014, Traveloka
semakin berkembang dengan memberikan pelayanan pemesanan kamar hotel.
5. William Tanuwijaya dan Leontinus Alpha Edison – Tokopedia

William Tanuwijaya merupakan pria kelahiran Pematang Siantar, 18 November 1981. Ia


adalah seorang pengusaha Indonesia. Ia merupakan lulusan Universitas Bina Nusantara
(BINUS). Ia bersama Leontinus Alpha Edison merupakan pendiri dari situs Tokopedia.
Sebelum mendirikan Tokopedia, William bekerja sebagai software developer di beberapa
perusahaan selama 10 tahun. Kemudian terbesit di pikirannya untuk mempunyai perusahaan
sendiri.

Pada tahun 2007, William Tanuwijaya menjadi moderator dalam forum online Kafegaul yang
mempunyai fasilitas jual beli. Ia kemudian mengajak temannya yang bernama Leontinus
Alpha Edison untuk mendirikan Tokopedia. Untuk membangun Tokopedia dibutuhkan modal
yang besar. Oleh karena itu, mereka kesana kemari memperkenalkan ide bisnis tersebut.
Banyak yang meragukan kemampuan William dan prospek dari Tokopedia. Tapi beberapa
orang mempercayainya. 2 tahun kemudian, tepatnya tahun 2009, Tokopedia pun resmi
berdiri.

Anda mungkin juga menyukai