com adalah salah satu perusahaan jual beli berbasis digital terbesar di
Indonesia. Sejak resmi diluncurkan, PT Tokopedia berhasil menjadi salah satu
perusahaan internet Indonesia dengan pertumbuhan yang sangat pesat.
Tokopedia memiliki visi untuk “Membangun Indonesia yang Lebih Baik Lewat
Internet”, Tokopedia mempunyai program untuk mendukung para pelaku Usaha
Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan perorangan untuk mengembangkan usaha
mereka dengan memasarkan produk secara online.
Lalu pada Oktober 2014, Tokopedia berhasil mencetak sejarah sebagai perusahaan
teknologi pertama di Asia Tenggara, yang menerima investasi sebesar USD 100 juta
atau sekitar Rp 1,2 triliun dari Sequoia Capital dan SoftBank Internet and Media Inc
(SIMI). Pada tanggal April 2016, Tokopedia kembali dikabarkan mendapatkan
investasi sebesar USD 147 juta atau sekitar Rp 1,9 triliun.
Sejauh ini, PT Tokopedia telah beberapa kali dianugerahi penghargaan antara lain:
Marketeers of the Year 2014 untuk sektor E-Commerce pada acara Markplus
Conference 2015 yang digelar oleh Markplus Inc tanggal 11 Desember 2014. Pada
tanggal 12 Mei 2016, Tokopedia terpilih sebagai Best Company in Consumer
Industry dari Indonesia Digital Economy Award 2016.
Tetapi, siapa sangka, William Tanuwijaya, salah seorang pendiri perusahaan
tersebut, mengaku sempat dianggap remeh oleh orang sekitarnya.
Banyak kisah yang mengiringi keberadaan Tokopedia setelah lima tahun berdiri.
William yang kini menjabat sebagai CEO perusahaan tersebut, menuturkan
beberapa cerita menarik yang sarat dengan kerja keras, seperti dikutip dari
cnnindonesia.com.
“Saya dianggap punya mimpi ketinggian. Apa yang mau saya capai dibilang muluk-
muluk,” ujar William Tanuwijaya pada acara Forum Diskusi Investasi di Jakarta,
Rabu (10/12).
Anggapan tersebut bukan datang tanpa sebab. William, tumbuh besar di lingkungan
keluarga yang tidak berpengalaman berbisnis. Ia juga berkarir sebagai seorang
karyawan selama 10 tahun.
Hal paling nyata yang berkaitan dengan internet hanyalah pengalamannya saat kerja
sampingan sebagai penjaga operator warung internet (warnet) semasa kuliah.
Setelah itu, William juga sempat bekerja di sebuah forum jual beli pada tahun 2007,
di mana pada saat itu banyak pengguna yang komplain mengenai penipuan
transaksi.
Dari situ, William melakukan riset mengenai usaha internet mengapa seakan-akan
menjadi ‘sarana’ kriminal. William merasa internet seharusnya menjadi akses
berguna untuk mempermudah segalanya, termasuk kegiatan jual-beli.
Leontinus Alpha Edison, pendiri sekaligus CTO Tokopedia (Dok. Tokopedia) Kala
itu, William melihat ada peluang yang sekiranya bisa mengubah pandangan usaha
internet yang penuh penipuan menjadi kegiatan yang bisa dikembangkan,
mengingat kemajuan teknologi semakin pesat dewasa ini.
“Selain melihat internet sebagai celah, saya juga riset bahwa masyarakat Indonesia
itu banyak yang butuh kerja sampingan. Saya langsung kepikiran ingin membuat
perusahaan semacam eBay,” cerita William.
Namun karena melihat latar belakang yang dirasa belum pas, sejumlah orang
meragukan kesuksesan William. Apalagi untuk memberikan modal.
“Mereka ‘menginvestigasi’ latar belakang saya yang tidak lahir dari keluarga bisnis,
jurusan kuliah juga tentang nusantara Indonesia. Jadi mereka menyarankan agar
saya menghabiskan karir saya untuk hal lain yang lebih ‘realistis’,” kenang William
sembari tertawa kecil.
Tapi penolakan tersebut tidak membuatnya berhenti, William terus mencari alternatif
dan coba menyakinkan sejumlah orang agar mau memberinya bantuan.
“Selama dua tahun saya mencari modal, akhirnya bos saya sendiri yang memberi
modal 10 persen,” lanjutnya.
Setelah berdiri tahun 2009, William berjerih payah membangun Tokopedia dengan
modal seadanya. Kemudian tak lama investor mulai berdatangan, salah satunya
East Ventures.
Namun kini, Tokopedia banyak mendapat suntikan dana dari asing. Setiap tahun
sejak tahun 2010, Tokopedia selalu mendapat investasi dari East Ventures (pada
2010), CyberAgent Ventures (2011), Beenos (2012), dan SoftBank (2013).
“Bahasa Inggris saya dulu masih kacau sekali. Lucunya, awal-awal investor kami
kebanyakan dari Jepang. Jadi kemampuan bahasa Inggris saya tidak terlalu terlihat
buruk di depan mereka,” tutur William sambil tertawa.
Terakhir, Tokopedia mendapat investasi lagi dari SoftBank dan Sequoia Capital
pada Oktober 2014 senilai US$ 100 juta atau sekitar Rp 1,2 triliun. William
mengklaim, investasi kepada perusahaannya ini merupakan yang terbesar bagi
perusahaan internet Indonesia dan Asia Tenggara.
Selama lima tahun berdiri, Tokopedia berhasil menjadi mal online sukses yang
membantu UKM mengembangkan usaha mereka.
“Bukan tidak mungkin jika Tokopedia akan membangun Googleplex di masa depan.
Indonesia juga harus bisa ciptakan Silicon Valley-nya sendiri,” serunya, saat
membicarakan mimpi jangka panjang Tokopedia.
Setelah lulus dari kampusnya yaitu BINUS, ia kemudian bekerja di kantoran yang
bergerak dibidang pengembangan software komputer. Namun lama kelamaan mulai
terbesit ide dipikiran William Tauwijaya untuk mendirikan perusahaan sendiri.
Dimana mimpinya adalah mempunyai perusahaan Internet sendiri. Kemudian pada
tahun 2007, dari idenya ia kemudian mulai membangun Tokopedia. Ide William
Tanuwijaya mengenai tokopedia datang ketika ia menjadi moderator dalam forum
online Kafegaul yang mempunyai fasilitas jual beli, hingga ia kemudian mulai
terinpirasi dari hal tersebut untuk menciptakan startup baru yang kemudian ia
namakan dengan tokopedia.
Munculnya Ide Mengenai Tokopedia
William Tanuwijaya kemudian mendatangi satu persatu orang yang ia kenal untuk
memodali idenya tersebut. Dari bos di tempat kerjanya hingga kenalan teman-teman
bosnya. Ia kemudian mulai menceritakan mengenai Tokopedia, sebuah pasar online
atau e-commerce tempat bertemunya penjual dan pembeli dari seluruh Indonesia,
dimana orang-orang dapat memasarkan produk-produk mereka keseluruh Indonesia
melalu Tokopedia. Tokopedia juga menjadi perantara jual beli online yang aman
bagi penggunanya. Sehingga idenya tersebut dapat memecahkan masalah
marketplace yang dialami di Indonesia.
Selama dua tahun, ia bekerja keras terus menerus mencari investor untuk
membiayai ide ‘Tokopedia’ nya tersebut. Banyak investor yang menanyakan
pengalaman William Tanuwijaya dalam berbisnis. Banyak juga yang menganggap
bahwa mimpinya terlalu tinggi. Disinilah modal mengenai kepercayaan menurutnya
itu sangat penting sebab sangat sulit menurutnya untuk mendapatkan kepercayaan
orang lain apalagi untuk memulai bisnisnya tersebut. Semua ia lakukan dari Nol
untuk membangun bisnisnya tersebut