Disusun Oleh :
Kelas : X.2
No. Absen : 36
Pabrik gula merujuk kepada sebuah pabrik yang mengolah tebu menjadi gula putih
atau gula coklat. Pabrik gula juga dapat diartikan sebagai tempat untuk
menghancurkan batang gula tebu dan mengekstrak sarinya.
Banyak pabrik gula tebu memproduksi gula mentah, yaitu gula yang masih
mengandung molase, memberikan warna (dan kotoran) lebih banyak daripada gula
putih yang biasa dikonsumsi di rumah tangga dan digunakan sebagai bahan minuman
ringan dan makanan. Meskipun gula tebu tidak perlu dimurnikan agar enak, gula dari
bit gula hampir selalu dimurnikan untuk menghilangkan rasa bit yang kuat, biasanya
tidak diinginkan darinya.[1] Gula rafinasi yang dihasilkan lebih dari 99 persen murni
sukrosa.
Banyak pabrik gula hanya beroperasi selama musim panen, sedangkan kilang dapat
bekerja sepanjang tahun. Kilang gula bit cenderung memiliki periode yang lebih
pendek saat memproses bit daripada penyulingan tebu, tetapi dapat menyimpan
produk antara dan memprosesnya di luar musim. Gula mentah diproses dan dijual
secara lokal, atau diekspor dan dimurnikan di tempat lain.
Sejarah
Pabrik gula berasal dari Mesir, Arab pada abad ke-12.[2] Versi artisanal adalah
trapiche, yang kemudian diganti dengan engenho atau ingenio. Industri penyulingan
Inggris dimulai pada tahun 1544 dan berpusat di pelabuhan Glasgow, Liverpool,
Bristol dan London. Risiko yang terlibat dalam kilang besar mendorong
perkembangan industri asuransi. Ada 16 kebakaran di kilang Greenock antara tahun
1859 dan 1895. Tate & Lyle menjadi perusahaan penyulingan yang dominan di
Inggris pada abad ke-20, tetapi menjual bisnis penyulingan gulanya pada tahun 2010
ke American Sugar Refining.[3]
Kilang gula sering berlokasi di daerah konsumen gula berat seperti Amerika Utara,
Eropa, dan Jepang. Sejak tahun 1990-an, banyak kilang gula canggih telah dibangun
di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara, mis. di Dubai, Arab Saudi dan Aljazair.
Perusahaan penyulingan gula terbesar di dunia adalah American Sugar Refining
dengan fasilitas di Amerika Utara dan Eropa.
Gula mentah disimpan di gudang besar dan kemudian diangkut ke kilang gula
melalui sabuk pengangkut. Dalam proses pemurnian tradisional, gula mentah
pertama kali dicampur dengan sirup kental dan disentrifugasi untuk membersihkan
lapisan luar kristal gula mentah, yang kurang murni daripada bagian dalam kristal.
Banyak kilang gula saat ini membeli gula pol tinggi dan dapat melakukannya tanpa
proses afinasi.
Penyaringan
Gula yang tersisa kemudian dilarutkan untuk membuat sirup (sekitar 70 persen berat
padatan), yang diperjelas dengan penambahan asam fosfat dan kalsium hidroksida
yang bergabung untuk mengendapkan kalsium fosfat. Partikel kalsium fosfat
menjebak beberapa kotoran dan menyerap yang lain, dan kemudian mengapung ke
atas tangki, di mana mereka disaring.
Setelah padatan yang tersisa disaring, sirup yang dijernihkan dihilangkan warnanya
dengan penyaringan melalui penggunaan arang tulang, yang dibuat dari tulang sapi,[4]
lapisan karbon aktif atau, pada tanaman yang lebih modern, resin penukar ion .
Rumah gula
Sirup yang dimurnikan kemudian dipekatkan hingga jenuh dan berulang kali
dikristalkan di bawah vakum untuk menghasilkan gula rafinasi putih. Seperti di
pabrik gula, kristal gula dipisahkan dari larutan induk dengan sentrifugasi. Untuk
menghasilkan gula pasir, di mana butiran gula individu tidak menggumpal, gula
harus dikeringkan.
Panci vakum
Gula kering harus ditangani dengan hati-hati, karena ledakan debu gula mungkin
terjadi. Misalnya, ledakan debu gula yang menyebabkan 13 kematian adalah ledakan
kilang gula Georgia tahun 2008 di Port Wentworth, GA.
Struktur Organisasi
Struktur organisasi pada Pabrik Gula dipimpin oleh seorang manajer umum yang
bertanggung jawab kepada direksi. Dalam menjalankan tugasnya, General Manager
dibantu oleh empat orang manager, yaitu:
Proses pembuatan gula dari tebu pada hakikatnya hanya memisahkan gula melalui
proses ekstrasi sari, filtrasi (penyaringan), penguapan (evaporasi), pemasakan, dan
pemutaran (sentrifugasi). Dalam proses pembuatan ini, air dan kotoran (bukan gula)
akan dipisahkan dari tebu. Pemisahan gula menggunakan proses pemurnian nira
(sulfitalis) alkalis.[6] Proses sulfitasi alkalis menggunakan kapur tohor dan belerang
sebagai bahan pembantu. Pelaksanaannya meliputi tujuh stasiun yaitu:
Stasiun Persiapan
Stasiun Gilingan
Stasiun Pemurnian
Stasiun Penguapan
Stasiun Pemasakan
Stasiun Puteran
Stasiun Penyelesaian
Biasanya pabrik gula sendiri beroperasi menggiling tebu dari bulan Maret hingga
April atau biasa disebut (Gilingan) dan setelah adanya gilingan itu semua warga
menggelar acara tasyakuran seperti pasar malam selama satu bulan lamanya atau
biasa disebut Pasar Tiban.
Yang konon katanya pasar tiban itu sendiri mengandung mitos, mitos tersebut
mengatakan "jika tradisi ini tidak dijalankan maka akan terjadi suatu hal yang
menimpa Desa Sragi" lain maksud mungkin Pasar Tiban itu sendiri bisa menjadi
sesembahan untuk para roh roh pengantin yang di masa itu dijadikan korban oleh
tentara Belanda.
Biasanya disebut (Penganten glepung) sejarah penganten glepung sendiri tidak lepas
dari sejarah pabrik gula sragi berdiri karena pembangunan pabrik gula di zaman
dahulu tidak bisa berjalan secara baik dikarenakan kurangnya bahan bahan
pembangunan.
Kurangnya bahan bahan pembangunan membuat para tentara belanda kehabisan ide
dan melakukan pesta minum bersama dan mengundang tari ronggeng beserta
gamelan.
Dan arwah tersebut meminta orang yang dikorbankan kepada orang orang disekitar,
yang dikorbankan tersebut adalah sepasang pengantin baru yang mana harus digiling
seperti dirinya. Namun tradisi itu tidak lanjut dikarenakan ketakutan warga sekitar.
Alhasil sesembahan yang dikirim ke arwah tersebut adalah pengantin glepung yang
mana pembuatan nya seperti namanya yaitu terbuat dari glepung atau tepung yang
dibentuk pengantin yang dibuat oleh sesepuh desa sragi sendiri dan ketika sesepuh
itu meninggal pembuatan manten glepung itu diteruskan oleh anak cucunya tidak
boleh orang lain.
Dan sebelum pengantin diarak mengelilingi Desa Sragi sepasang pengantin harus
melaksanakan akad nikah pada pernikahannya pada umumnya, akad nikah dilakukan
di alat timbang tebu kemudian dibawa ke gedung pertemuan sragi.
Setelah itu sepasang pengantin diarak oleh masyarakat mengelilingi Desa Sragi
dengan menggunakan becak mini pengantin tersebut juga memiliki nama seperti
pengantin pada umumnya, finish dari arak-arakan tersebut adalah pabrik gulanya
kemudian dimasukan kedalam pondasi penggilingan tebu diikuti dengan sesembahan
yang lainnya.
Dengan adanya arak-arakan pengantin glepung ini bertanda bahwa pabrik siap di
produksi.
Pabrik Gula (PG) Sragi yang memiliki kapasitas terbesar di Jateng kembali
beroperasi. Pabrik di Pekalongan tersebut tahun ini memproduksi 16.100 ton gula
meningkat pesat jika dibandingkan dengan tahun 2017 yang hanya bisa memproduksi
4.000 ton gula.
"Produksi gula sedang kami pacu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Jateng.
Tahun ini produksi cukup berhasil dari 3.300 hektare lahan yang dimiliki mampu
memproduksi 16.100 ton gula," kata Widodo, Rabu (10/10/2018).
Kendati demikian, PG Sragi sempat berhenti beroperasi pada tahun 2016. Sebab, saat
ini petani tebu memilih menjual tebu miliknya ke beberapa pengepul maupun pabrik
gula swasta. Sehingga, sempat membuat PG Sragi tidak beroperasi selama satu
tahun.
Namun, pada 2017 setelah alat produksi sudah siap, maka produksi gula dapat dipacu
kembali, meskipun pada saat itu produksi belum sepenuhnya normal.
"Kami tahun 2016 memang sempat berhenti karena petani memilih menjual tebu ke
swasta. Tapi setelah semua alat sudah siap pada 2017 produksi kembali dipacu
meskipun belum sepenuhnya normal.
Disisi lain, dia menargetkan pada tahun 2020 nanti PG Sragi dapat memproduksi
gula sebanyak 4.000 ton gula setiap harinya. Namun, untuk mencapai target tersebut
diperlukan perluasan lahan dan adanya beberapa alat baru yang didatangkan
langsung dari luar negeri.
Menurutnya, untuk memproduksi 4.000 ton gula per hari memerlukan lahan tebu
seluas 7.000 hektare. Hal ini yang coba diupayakan oleh PG Sragi, untuk perluasan
lahan tebu karena sampai saat ini lahan yang dimiliki hanya 3.300 hektare.
"Target produksi 4.000 ton per hari memang cukup berat. Namun, kami sedang
berusaha melakukan maintenance alat dan perluasan lahan tebu untuk mencapai
target 4.000 ton gula per harinya," katanya.