Anda di halaman 1dari 10

PABRIK GULA SRAGI

Disusun Oleh :

Nama : Yuliyana Ningkrum

Kelas : X.2

No. Absen : 36

SMA NEGERI 1 SRAGI

TAHUN PELAJARAN 2022 / 2023


PABRIK GULA

Pabrik gula merujuk kepada sebuah pabrik yang mengolah tebu menjadi gula putih
atau gula coklat. Pabrik gula juga dapat diartikan sebagai tempat untuk
menghancurkan batang gula tebu dan mengekstrak sarinya.

Gula merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat. Semakin meningkatnya


permintaan masyarakat akan kebutuhan gula, maka semakin meningkat pula proses
produksi pada berbagai pabrik gula. Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi, produksi pabrik gula mengalami peningkatan kualitas dan kuantitas.
Penggunaan gula di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya seiring dengan
tumbuhnya berbagai kreasi terhadap makanan maupun minuman serta makanan yang
menggunakan gula sebagai bumbu maupun sebagai bahan pemanis.

Banyak pabrik gula tebu memproduksi gula mentah, yaitu gula yang masih
mengandung molase, memberikan warna (dan kotoran) lebih banyak daripada gula
putih yang biasa dikonsumsi di rumah tangga dan digunakan sebagai bahan minuman
ringan dan makanan. Meskipun gula tebu tidak perlu dimurnikan agar enak, gula dari
bit gula hampir selalu dimurnikan untuk menghilangkan rasa bit yang kuat, biasanya
tidak diinginkan darinya.[1] Gula rafinasi yang dihasilkan lebih dari 99 persen murni
sukrosa.

Banyak pabrik gula hanya beroperasi selama musim panen, sedangkan kilang dapat
bekerja sepanjang tahun. Kilang gula bit cenderung memiliki periode yang lebih
pendek saat memproses bit daripada penyulingan tebu, tetapi dapat menyimpan
produk antara dan memprosesnya di luar musim. Gula mentah diproses dan dijual
secara lokal, atau diekspor dan dimurnikan di tempat lain.
Sejarah

Pabrik gula berasal dari Mesir, Arab pada abad ke-12.[2] Versi artisanal adalah
trapiche, yang kemudian diganti dengan engenho atau ingenio. Industri penyulingan
Inggris dimulai pada tahun 1544 dan berpusat di pelabuhan Glasgow, Liverpool,
Bristol dan London. Risiko yang terlibat dalam kilang besar mendorong
perkembangan industri asuransi. Ada 16 kebakaran di kilang Greenock antara tahun
1859 dan 1895. Tate & Lyle menjadi perusahaan penyulingan yang dominan di
Inggris pada abad ke-20, tetapi menjual bisnis penyulingan gulanya pada tahun 2010
ke American Sugar Refining.[3]

Kilang gula sering berlokasi di daerah konsumen gula berat seperti Amerika Utara,
Eropa, dan Jepang. Sejak tahun 1990-an, banyak kilang gula canggih telah dibangun
di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara, mis. di Dubai, Arab Saudi dan Aljazair.
Perusahaan penyulingan gula terbesar di dunia adalah American Sugar Refining
dengan fasilitas di Amerika Utara dan Eropa.

Pengolahan gula mentah

Gula mentah disimpan di gudang besar dan kemudian diangkut ke kilang gula
melalui sabuk pengangkut. Dalam proses pemurnian tradisional, gula mentah
pertama kali dicampur dengan sirup kental dan disentrifugasi untuk membersihkan
lapisan luar kristal gula mentah, yang kurang murni daripada bagian dalam kristal.
Banyak kilang gula saat ini membeli gula pol tinggi dan dapat melakukannya tanpa
proses afinasi.

Penyimpanan gula mentah di kilang gula

Penyaringan

Gula yang tersisa kemudian dilarutkan untuk membuat sirup (sekitar 70 persen berat
padatan), yang diperjelas dengan penambahan asam fosfat dan kalsium hidroksida
yang bergabung untuk mengendapkan kalsium fosfat. Partikel kalsium fosfat
menjebak beberapa kotoran dan menyerap yang lain, dan kemudian mengapung ke
atas tangki, di mana mereka disaring.

Setelah padatan yang tersisa disaring, sirup yang dijernihkan dihilangkan warnanya
dengan penyaringan melalui penggunaan arang tulang, yang dibuat dari tulang sapi,[4]
lapisan karbon aktif atau, pada tanaman yang lebih modern, resin penukar ion .

Rumah gula

Sirup yang dimurnikan kemudian dipekatkan hingga jenuh dan berulang kali
dikristalkan di bawah vakum untuk menghasilkan gula rafinasi putih. Seperti di
pabrik gula, kristal gula dipisahkan dari larutan induk dengan sentrifugasi. Untuk
menghasilkan gula pasir, di mana butiran gula individu tidak menggumpal, gula
harus dikeringkan.

Panci vakum

Pengeringan dan penyimpanan gula

Pengeringan dilakukan pertama-tama dengan mengeringkan gula dalam pengering


putar panas, dan kemudian dengan meniupkan udara dingin melaluinya selama
beberapa hari dalam silo pengkondisian. Produk jadi disimpan dalam beton besar
atau silo baja. Ini dikirim dalam jumlah besar, tas besar atau tas 25-50 kg (55-110
pon) ke pelanggan industri atau dikemas dalam paket ukuran konsumen ke pengecer.

Gula kering harus ditangani dengan hati-hati, karena ledakan debu gula mungkin
terjadi. Misalnya, ledakan debu gula yang menyebabkan 13 kematian adalah ledakan
kilang gula Georgia tahun 2008 di Port Wentworth, GA.

Otomatisasi pabrik di kilang gula

Seperti di banyak industri lainnya, otomatisasi pabrik telah dipromosikan secara


besar-besaran di kilang gula dalam beberapa dekade terakhir. Proses produksi
umumnya dikendalikan oleh sistem kontrol proses pusat, yang secara langsung
mengontrol sebagian besar mesin dan komponen. Hanya untuk mesin khusus tertentu
seperti sentrifugal di rumah gula, PLC desentralisasi digunakan untuk alasan
keamanan.[5]

Sentrifugal gula berkelanjutan untuk produk pemulihan

Struktur Organisasi

Struktur organisasi pada Pabrik Gula dipimpin oleh seorang manajer umum yang
bertanggung jawab kepada direksi. Dalam menjalankan tugasnya, General Manager
dibantu oleh empat orang manager, yaitu:

 Engineering Manager (Manager Instalasi)


 Processing manager (Manager Proses Produksi)
 Financial and Administration Manager (Manajer Keuangan dan
Administrasi)
 Plantation Manager (Manager Tanaman)
 Human Resources Development

Setiap manajer memiliki tanggung jawab masing-masing dalam mengatur dan


menjalankan usaha pengolahan pada pabrik gula.

Stasiun Pengolahan Pabrik Gula

Proses pembuatan gula dari tebu pada hakikatnya hanya memisahkan gula melalui
proses ekstrasi sari, filtrasi (penyaringan), penguapan (evaporasi), pemasakan, dan
pemutaran (sentrifugasi). Dalam proses pembuatan ini, air dan kotoran (bukan gula)
akan dipisahkan dari tebu. Pemisahan gula menggunakan proses pemurnian nira
(sulfitalis) alkalis.[6] Proses sulfitasi alkalis menggunakan kapur tohor dan belerang
sebagai bahan pembantu. Pelaksanaannya meliputi tujuh stasiun yaitu:

 Stasiun Persiapan
 Stasiun Gilingan
 Stasiun Pemurnian
 Stasiun Penguapan
 Stasiun Pemasakan
 Stasiun Puteran
 Stasiun Penyelesaian

Pabrik Gula Sragi


Pabrik gula Sragi adalah pabrik gula termuda yang terletak di Desa Sragi Kecamatan
Sragi Kabupaten Pekalongan berdiri sejak tahun 1837-1838 hingga sekarang namun
pengoperasian pabrik di masa sekarang tak selancar dulu dikarenakan adanya
pandemi.

Biasanya pabrik gula sendiri beroperasi menggiling tebu dari bulan Maret hingga
April atau biasa disebut (Gilingan) dan setelah adanya gilingan itu semua warga
menggelar acara tasyakuran seperti pasar malam selama satu bulan lamanya atau
biasa disebut Pasar Tiban.

Yang konon katanya pasar tiban itu sendiri mengandung mitos, mitos tersebut
mengatakan "jika tradisi ini tidak dijalankan maka akan terjadi suatu hal yang
menimpa Desa Sragi" lain maksud mungkin Pasar Tiban itu sendiri bisa menjadi
sesembahan untuk para roh roh pengantin yang di masa itu dijadikan korban oleh
tentara Belanda.

Biasanya disebut (Penganten glepung) sejarah penganten glepung sendiri tidak lepas
dari sejarah pabrik gula sragi berdiri karena pembangunan pabrik gula di zaman
dahulu tidak bisa berjalan secara baik dikarenakan kurangnya bahan bahan
pembangunan. 

Kurangnya bahan bahan pembangunan membuat para tentara belanda kehabisan ide
dan melakukan pesta minum bersama dan mengundang tari ronggeng beserta
gamelan.

Penari ronggeng tersebut menari di sekitar pondasi yang belum diselesaikan


pengerjaannya dan dengan sengaja tentara belanda mendorong paksa ke belakang
agar si penari jatuh kedalam pondasi itu, hingga akhirnya si penari terjatuh ke
belakang dan tergiling secara bersamaan bersama adonan pondasi itu sendiri dan
arwah dari penari ronggeng itu sendiri bergentayang mengentayangi orang orang
yang ada di sekitar situ.

Dan arwah tersebut meminta orang yang dikorbankan kepada orang orang disekitar,
yang dikorbankan tersebut adalah sepasang pengantin baru yang mana harus digiling
seperti dirinya. Namun tradisi itu tidak lanjut dikarenakan ketakutan warga sekitar.

Alhasil sesembahan yang dikirim ke arwah tersebut adalah pengantin glepung yang
mana pembuatan nya seperti namanya yaitu terbuat dari glepung atau tepung yang
dibentuk pengantin yang dibuat oleh sesepuh desa sragi sendiri dan ketika sesepuh
itu meninggal pembuatan manten glepung itu diteruskan oleh anak cucunya tidak
boleh orang lain.

Dan sebelum pengantin diarak mengelilingi Desa Sragi sepasang pengantin harus
melaksanakan akad nikah pada pernikahannya pada umumnya, akad nikah dilakukan
di alat timbang tebu kemudian dibawa ke gedung pertemuan sragi.

Setelah itu sepasang pengantin diarak oleh masyarakat mengelilingi Desa Sragi
dengan menggunakan becak mini pengantin tersebut juga memiliki nama seperti
pengantin pada umumnya, finish dari arak-arakan tersebut adalah pabrik gulanya
kemudian dimasukan kedalam pondasi penggilingan tebu diikuti dengan sesembahan
yang lainnya.

Dengan adanya arak-arakan pengantin glepung ini bertanda bahwa pabrik siap di
produksi.

Pabrik Gula (PG) Sragi yang memiliki kapasitas terbesar di Jateng kembali
beroperasi. Pabrik di Pekalongan tersebut tahun ini memproduksi 16.100 ton gula
meningkat pesat jika dibandingkan dengan tahun 2017 yang hanya bisa memproduksi
4.000 ton gula.

Manager PG Sragi Widodo Sudarmodjo menuturkan, produksi gula terus dipacu.


Pasalnya, PG Sragi menyumbangkan 47% gula yang diproduksi oleh PT Perkebunan
Nusantara IX. Sementara untuk jumlah pabrik gula di Jateng saat ini hanya tersisa 5.

"Produksi gula sedang kami pacu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Jateng.
Tahun ini produksi cukup berhasil dari 3.300 hektare lahan yang dimiliki mampu
memproduksi 16.100 ton gula," kata Widodo, Rabu (10/10/2018).

Kendati demikian, PG Sragi sempat berhenti beroperasi pada tahun 2016. Sebab, saat
ini petani tebu memilih menjual tebu miliknya ke beberapa pengepul maupun pabrik
gula swasta. Sehingga, sempat membuat PG Sragi tidak beroperasi selama satu
tahun.

Namun, pada 2017 setelah alat produksi sudah siap, maka produksi gula dapat dipacu
kembali, meskipun pada saat itu produksi belum sepenuhnya normal.
"Kami tahun 2016 memang sempat berhenti karena petani memilih menjual tebu ke
swasta. Tapi setelah semua alat sudah siap pada 2017 produksi kembali dipacu
meskipun belum sepenuhnya normal.

Disisi lain, dia menargetkan pada tahun 2020 nanti PG Sragi dapat memproduksi
gula sebanyak 4.000 ton gula setiap harinya. Namun, untuk mencapai target tersebut
diperlukan perluasan lahan dan adanya beberapa alat baru yang didatangkan
langsung dari luar negeri.

Menurutnya, untuk memproduksi 4.000 ton gula per hari memerlukan lahan tebu
seluas 7.000 hektare. Hal ini yang coba diupayakan oleh PG Sragi, untuk perluasan
lahan tebu karena sampai saat ini lahan yang dimiliki hanya 3.300 hektare.

"Target produksi 4.000 ton per hari memang cukup berat. Namun, kami sedang
berusaha melakukan maintenance alat dan perluasan lahan tebu untuk mencapai
target 4.000 ton gula per harinya," katanya.

Anda mungkin juga menyukai