Anda di halaman 1dari 3

korporasi

. konsep pertanggungjawaban korporasi


Konsep pertanggungjawaban korporasi lebih menekankan pada pemahaman prinsip pembebanan
sanksi pidana yang dapat diberikan.
Korporasi dalam hal pembebanan sanksi pidana sebenarnya memiliki beberapa konsep yang sudah
mengalami perkembangan. Perubahan ini semakin hari semakin mengakui keberadaan korporasi
sebagai pelaku kejahatan yang kepadanya dapat dikenakan sanksi pidana. Beberapa tahap
perkembangan tersebut juga tidak dapat dilepaskan dari pengaruh kondisi sosial ekonomi
masyarakat yang menuntut ketentuan hukum dalam memberikan pengaturan.
Konsep pertanggungjawaban pidana korporasi dalam hukum pidana telah mengalami
perkembangan. Mardjono Reksodiputro sebagaimana dikutip oleh Hamzah Hatrik23 yaitu (1)
pengurus korporasi sebagai pembuat maka penguruslah yang bertanggung jawab, (2) korporasi
sebagai pembuat maka pengurus yang bertanggung jawab dan (3) Korporasi sebagai pembuat dan
yang bertanggung jawab. Ketiga konsep tersebut menunjukkan bahwa hukum pidana telah
mengakui pemahaman korporasi sebagai pelaku tindak pidana walaupun dengan pemahaman yang
berbeda. Senada dengan pemahaman tersebut, Dwidja Priyatno24 menjelaskan ada 3 (tiga) model
pertanggungjawaban pidana korporasi antara lain Pengurus korporasi sebagai pembuat dan
penguruslah yang bertanggung jawab, Korporasi sebagai pembuat dan pengurus bertanggung
jawab dan Korporasi sebagai pembuat dan juga sebagai yang bertanggung jawab. Tiap model
pertanggungjawaban pidana tersebut diuraikan sebagai berikut:

a. Pengurus Korporasi sebagai Pembuat dan Penguruslah Yang Bertanggung Jawab.


Dasar pemikirannya adalah korporasi itu sendiri tidak dapat dipertanggungjawabkan terhadap suatu
pelanggaran, tetapi penguruslah yang melakukan delik itu. Dan karenanya penguruslah yang
diancam pidana dan dipidana.

b. Korporasi sebagai Pembuat dan Pengurus Bertanggung Jawab.


Dalam model ini korporasi sebagai pembuat dan pengurus bertanggung jawab, maka ditegaskan
bahwa korporasi mungkin sebagai pembuat. Pengurus ditunjuk sebagai yang bertanggung jawab;
yang dipandang dilakukan oleh korporasi adalah apa yang dilakukan oleh alat perlengkapan
korporasi menurut wewenang berdasarkan anggaran dasarnya. Tindak pidana yang dilakukan oleh
korporasi adalah tindak pidana yang dilakukan seseorang tertentu sebagai pengurus dari badan
hukum tersebut.

c. Korporasi sebagai Pembuat dan Korporasi yang Bertanggung Jawab.


Dalam model ini, korporasi sebagai pembuat dan juga sebagai yang bertanggung jawab motivasinya
adalah dengan memperhatikan perkembangan korporasi itu sendiri, yaitu bahwa ternyata untuk
beberapa delik tertentu ditetapkannya pengurus saja sebagai dapat dipidana ternyata tidak cukup.
1
Dipidananya pengurus tidak memberikan jaminan yang cukup bahwa korporasi tidak sekali lagi
melakukan perbuatan yang telah dilarang oleh undang-undang itu. Ternyata dipidananya pengurus
saja tidak cukup untuk mengadakan represi terhadap delik-delik yang dilakukan oleh atau dengan
suatu korporasi. Karenanya diperlukan pula untuk dimungkinkan memidana korporasi, dan pengurus
atau pengurus saja.

. teori korporasi
a. Vicarious Liability Theory/ Respondeat Superior
Setiap orang dewasa pada dasarnya bertanggung jawab penuh atas tindakan yang dilakukan oleh
anak-anak yang berada di bawah pengawasannya/pemeliharaannya. Pemahaman ini sudah berlaku
begitu lama sebagai suatu kebiasaan ketika seseorang belum dewasa (minderjarig) memperoleh
perlindungan dari orang yang bertindak sebagai wali/orangtuanya. Pemahaman dasar dari teori
vicarious liability ditekankan pada tanggung jawab seorang pemilik korporasi atas segala tindakan
yang dilakukan oleh karyawannya. Sanford H Kadish sebagaimana dikutip oleh Sigid Soeseno29
menjelaskan 3 (tiga) parameter adanya tanggung jawab korporasi atas tindakan karyawannya antara
lain Pertama, agen korporasi melakukan kejahatan, Kedua, Kejahatan tersebut dilakukan dalam
lingkup kewenangannya dan Ketiga, dengan tujuan untuk keuntungan korporasi. Selama tindakan
karyawan tersebut dilakukan untuk kepentingan korporasi maka korporasi wajib bertanggungjawab
atas tindakan dan dampak dari tindakan itu. Pemahaman serupa juga ditegaskan Yudi Krismen30
oleh bahwa respondeat superior diberlakukan jika agen korporasi melakukan kejahatan dalam
lingkup pekerjaannya dengan maksud memberi keuntungan bagi korporasi. Hal yang patut
digarisbawahi dalam memahami teori vicarious liability bahwa pada pelaku dari tindakan itu tidak
terbatas pada siapapun orang tersebut asalkan orang tersebut memiliki hubungan kerja dalam
korporasi tersebut.

b. Identification Theory/ Alter Ego Theory


Dalam teori identifikasi hal yang paling ditekankan adalah pelaku haruslah orang yang benar-benar
mewakili suatu korporasi. Sigid Soeseno31 menjelaskan bahwa tindakan pengurus atau pegawai
resmi dari korporasi dipahami sebagai tindakan korporasi. Semua tindakan atau tindak pidana yang
dilakukan oleh orang yang dapat diidentifikasikan dengan " who constitue its directing mind.
Pemahaman ini senada dengan pandangan Rudy Prasetya saat menjelaskan tanggungjawab dalam
Perseroan bahwa "pengurus perseroan sebagai organ tidak bertanggungjawab atas perbuatannya,
melainkan menjadi tanggungjawab yang diwakilinya yaitu perseroan terbatas. Lebih daripada itu
bahkan dalam prinsip dan atau sistemnya ia bukan pemegang saham melainkan pengurus yang
profesional"
Pelaku yang dimaksudkan misalnya pejabat, pengurus, pegawai yang memiliki tingkatan manajer
yang tugasnya tidak dibawah perintah atau arahan dari orang lain. Artinya pemilik kekuasaan dalam
korporasi ini memiliki wewenang untuk mewakiili korporasi.
c. Delegation Theory
Teori ini sebenarnya merupakan modifikasi dari teori identifikasi dan vicarious liability. Teori tersebut
menekankan bahwa cakupan individu yang dianggap mewakili korporasi diperluas sampai kepada
mreka yang bertugas pada fungsi direktur (boards of directors). Pemikiran teori delegasi muncul
karena korporasi tersebut sangat besar dengan pusat pengambilan keputusan yang fragmented.
Kondisi tersebut menilai perbuatan korporasi dapat dianggap diwakili orang lain asalkan berada dari
satu "directing mind"

Anda mungkin juga menyukai