Anda di halaman 1dari 3

UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)

Tahun Akademik : 2021/2022

Mata Kuliah : FILSAFAT HUKUM Nama : Noben Darma Sipangkar


Semester : GANJIL Nim : 2074201141
Prodi : ILMU HUKUM
Dosen Pengampu : Dr. Rudi Pardede S. H, M. H

1. Nilai dan prinsip Filsafat Hukum apa saja yang hendaknya dijadikan sandaran bagi
Pemerintah dan DPR dalam mengubah UU Ciptaker agar perubahan materi muatan
dan pembentukannya tidak kembali bermasalah?
2. Jelaskan Pengertian & kedudukan nilai dlm struktur Piramidis Hukum ?
3. Jelaskan paling sedikit 5 Azas Hukum yg mencerminkan nilai kepastian hukum dalam
Hukum Pidana !
4. Jelaskan apa yang menjadi penyebab timbulnya aliran dalam Filsafat Hukum ?
5. Sebutkan aliran Filsafat Hukum yang sangat berpengaruh terhadap teori hukum positif
serta sebutkan ciri-ciri aliran Filsafat tersebut ?

JAWABAN
1. UU Cipta Kerja belum memenuhi landasan fundamental masyarakat Indonesia seperti
yang disebutkan dalam Pancasila sila ke-5 yakni keadilan bagi seluruh rakyat
Indonesia dan UU Cipta kerja dianggap cacat moral dikarenakan pembentukan UU ini
demi kepentingan pemerintah dan minimnya konsultasi dengan publik luas, dan dalam
UU Cipta kerja terdapat beberapa hal yang dianggap cacat keadilan oleh beberapa
pihak misal dalam perjanjian kerja waktu tertentu (PWKT). Suatu tindakan yang tidak
adil umumnya tidak dianggap sebagai tindakan hukum. Baik pihak rakyat maupun
pihak berkuasa hanya mengakui hukum sebagai hukum, bila hukum itu
sungguhsungguh tergabung dengan prinsip-prinsip keadilan. Hukum yang dipandang
sebagai hukum hanya jika tidak menentang keadilan, konsekuensinya ialah peraturan
yang tidak adil bukanlah hukum yang sebenarnya. Hukum positif harus menurut
norma-norma yang tertentu, yakni prinsip-prinsip keadilan. Apabila tata hukum yang
tidak memenuhi syarat ini, tetap diakui sebagai hukum, maka dengan ini hukum
sebenarnya tidak dapat dibedakan lagi dari kekuasaan. Agar perubahan materi muatan
UU Ciptaker dan pembentukannya tidak kembali bermasalah, maka nilai dan prinsip
filsafat hukum yang hendaknya dijadikan sandaran bagi Pemerintah dan DPR dalam
mengubah UU Ciptaker yaitu diberlakukannya rasa keadilan dalam setiap lini
kehidupan manusia yang terkait dengan masalah hukum, sebab salah satu tujuan
hukum terutama filsafat hukum adalah untuk mewujudkan suatu keadilan. Keadilan
dapat tercapai dan terpenuhi apabila dalam proses pembuatan hukum dan menjalankan
hukum sendiri sesuai dengan normanorma yang ada di masyarakat antara lain: norma
agama, norma kesusilaan, norma kesopanan dan norma hukum. Dalam UU Ciptakerja
proses pembentukannya harus benar sehingga hukum dapat menimbulkan
kebermanfaatan untuk masyarakat umum dan tidak merugikan. Undang-undang Cipta
kerja dipandang dari sisi moral, terdapat beberapa hal yang dapat menjadi celah akan
terjadinya pelanggaran hak asasi manusia dan impunitas, diantaranya: Dihilangkan
peraturan tanggungjawab pemegang izin usaha pemanfaatan hutan atas kebakaran
hutan, izin AMDAL di perindustrian dihilangkan, pengaturan pengupahan dalam UU
cipta kerja dihapuskan dan dilimpahkan kepada PP perlindungan kerja, dll. Cacat
moral lainnnya dalam UU Cipta kerja adalah lahirnya UU ini sendiri berdasarkan
kemauan pemerintah dan minimnya konsultasi dengan publik luas sehingga dianggap
tidak menghormati sistem demokrasi yang berlaku. Adapun Undang-undang Cipta
kerja dipandang dari segi keadilan ada beberapa poin yang menjadi pertimbangan
yakni pada hal perjanjian waktu tertentu (PWKT), dalam UU No 13 tahun 2003
tentang ketenagakerjaan dijelaskan bahwa PWKT hanya untuk pekerjaan tertentu dan
pekerjaan yang berkaitan dengan produk baru dan produk tambahan dalam masa
percobaan dan tidak lebih dari 5 tahun, dan dalam UU Cipta Kerja dihapuskan
sehingga pemberi kerja untuk mempekerjakan pegawainya dengan PWKT selama
tergantung kemauan pemberi kerja dan persoalan PHK dapat dilaksanakan dengan
kesepakatan antara pengusaha dan pekerja dan apabila tidak terjadi kesepakatan maka
diselesaikan dengan undang-undang yang berlaku. Selain itu memang sudah
seharusnya Pemerintah dan DPR harus proaktif melibatkan partisipasi publik dalam
revisi UU Cipta Kerja sehingga dapat melahirkan produk hukum yang adil dan
memberikan rasa kebahagiaan bagi sesama.
2. Tugas utama filsafat hukum adalah menjelaskan nilai-nilai dasar dan kaidah hukum
secara filosofis yang mampu mewujudkan cita-cita keadilan, kebenaran dan ketertiban
di dalam tatanan kehidupan masyarakat. Filsafat hukum sejatinya merupakan cabang
ilmu filsafat yang membicarakan apa hakikat hukum, apa tujuannya dan mengapa
hukum harus ditaati. Setiap nilai yang terdapat dalam hukum memiliki hubungan erat
satu sama lain hingga berbagai pasangan yang ada itu akan Sebutkan dua kelompok
masing-masing pokok akan berisi deretan atau kelompok yang saling berhubungan
dengan masing-masing nilai pasangan yang terdapat dalam kutub berseberangan
seperti contoh yaitu keserasian antara kepastian hukum dan kesebandingan hukum
menghasilkan keadilan nilai terbagi dua yaitu nilai yang diinginkan dan nilai yang
tidak diinginkan yang diinginkan dalam arti menguntungkan pihak yang memperoleh
nya yang tidak diinginkan dalam arti merugikan pihak yang memperolehnya
kesimpulan nilai merupakan hasil perenungan atau penggabungan Cipta Karsa rasa
dari kenyataan kehidupan yang sesungguhnya nilai bersumber dari kodrat manusia
letak nilai dalam struktur hukum dapat dinilai dari piramida hukum yang mencangkup
4 lapisan yaitu sikap tindak norma asas dan nilai-nilai dan asas merupakan bagian
terdalam dari hukum sehingga dapat diletakkan pendalaman terhadap hukum adalah
pendalaman terhadap nilai dan asas.
3. Yang dimaksud dengan "Asas Kepastian Hukum" adalah asas dalam
negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan,
kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan Penyelenggara Negara.
1. Asas Legalitas.
Dalam hukum pidana, dikenal asas legalitas, yakni asas yang menentukan bahwa
tidak ada perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana jika tidak ditentukan
terlebih dahulu dalam undang-undang.

2. Asas Keseimbangan.
Asas keseimbangan adalah suatu asas yang menghendaki pertukaran hak dan
kewajiban sesuai proporsi para pihak yang membuat perjanjian.

3. Asas Praduga tak bersalah.


Setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut, atau dihadapkan di
pengadilan wajib dianggap tidak bersalah. Ketentuan ini menjadi jaminan bagi
seseorang yang sedang dalam proses peradilan pidana dan disebut dengan asas
praduga tak bersalah (presumption of innocence).
4. Asas Ganti Rugi dan Rehabilitasi.
Ganti rugi dan rehabilitasi merupakan suatu bentuk nyata pemerintah dalam
memberikan perlindungan terhadap hak asasi terpidana dalam membela hak-
haknya yang telah dirampas secara tidak adil.
5. Penggabungan Pidana dengan Tuntutan Ganti Rugi.
Adanya penggabungan perkara gugatan ganti rugi yaitu karena adanya
penyelesaian kasus dalam suatu perkara yang terdapat dua aspek, yaitu aspek
perdata dan juga aspek pidana. Adanya kedua aspek tersebut dalam suatu perkara
yang sama dapat menimbulkan adanya perkara pidana dengan gugatan ganti
kerugian.
6. Asas Unifikasi.
7. Asas Diferensiasi Fungsional.
8. Asas Saling Koordinasi.
09. Asas Peradilan Sederhana, Cepat dan Biaya Ringan.
10. Asas Peradilan Terbuka Untuk Umum.
11. Asas Pembatasan Penahanan.
4. Aliran Hukum Alam timbul karena kegagalan umat manusia dalam mencari keadilan yang
absolut. Menurut para penganut aliran ini, Hukum Alam bersifat universal dan abadi,
berlaku sepanjang masa dan berlaku bagi semua bangsa. Menurut Friedman, aliran ini
timbul karena kegagalan manusia dalam mencari keadilan yang absolut, sehingga hukum
alam dipandang sebagai hukum yang berlaku secara universal dan abadi.
5. Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya
sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisik.
Tidak mengenal adanya spekulasi, semua didasarkan pada data empiris. Northrop
membagi aliran atau madzhab filsafat hukum ke dalam 5 (lima) aliran, yaitu:
 Legal Positivism.
 Pragmatic Legal Realism.
 Neo Kantian and Kelsenian Ethical Jurisprudence.
 Functional Anthropological or Sociological Jurisprudence.
 Naturalistic Jurisprudence.

Anda mungkin juga menyukai