Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Ilmu-Ilmu Bantu Didalam Mempelajari Ilmu Hukum

Makalah ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah

Pengantar Ilmu Hukum

Dosen pengampu :

Dr. FEBRI HANDAYANI, S.H.I., M.H

Disusun Oleh:

Nama: Maulianda Apriza

Nim: 12320413848

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA (SIYASAH)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM

RIAU

2023 M / 1445 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat tuhan yang maha esa. Atas rahmat dan hidayah-nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang dengan tepat waktu. Makalah disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Hukum Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan bagi para
pembaca dan juga bagi penulis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibuk DR.FEBRI
HANDAYANI, S.H.I., M.H selaku dosen mata kuliah.
Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu Diselesaikannya makalah
ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang
membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru,06 Desember 2023

Maulianda apriza

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................................................ iii

BAB I .................................................................................................................................................. 4

PENDAHULUAN ................................................................................................................................ 4

A. Latar Belakang ............................................................................................................................ 4

B. Rumusan Masalah ...................................................................................................................... 5

C. Tujuan Penulisan ....................................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 6

A. Sejarah Hukum ........................................................................................................................... 6

B. Sosiologi Hukum ......................................................................................................................... 7

C. Perbandingan Hukum ................................................................................................................... 8

D. Antropologi Hukum ………………………………………………………………………………….…………………………………8

E. Psikologi Hukum ............................................................................................................................ 9

F. Logika Hukum .............................................................................................................................. 10

G. Politik Hukum ............................................................................................................................... 11

H. Filsafat Hukum .............................................................................................................................. 12

BAB III PENUTUP ............................................................................................................................... 13

A. Kesimpulan ..................................................................................................................................13

B. Saran ............................................................................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 15

III
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang

Dalam upaya untuk memahami hukum secara menyeluruh, perlu dipahami bahwa
ilmu hukum tidak berdiri sendiri, tetapi saling terkait dengan berbagai disiplin ilmu
lainnya. Ilmu-ilmu bantu, seperti sejarah hukum, sosiologi hukum, perbandingan hukum,
antropologi hukum, psikologi hukum, logika hukum, politik hukum, dan filsafat hukum,
secara bersama-sama memberikan fondasi yang kuat dalam memahami bagaimana
hukum berkembang, diterapkan, dan memengaruhi masyarakat dalam berbagai aspek
kehidupan.
Sejarah hukum memberikan perspektif yang penting terhadap perkembangan
hukum dari masa ke masa. Dengan memahami bagaimana hukum telah berubah dan
berkembang sepanjang sejarah, kita dapat menarik kesimpulan yang lebih baik tentang
asal usul sistem hukum yang kita miliki saat ini. Sosiologi hukum membantu kita
memahami bagaimana hukum dan masyarakat saling mempengaruhi. Dalam konteks
global, perbandingan hukum memungkinkan kita untuk memahami perbedaan dan
persamaan antara sistem hukum di berbagai negara. Antropologi hukum fokus pada
bagaimana hukum tercermin dan diterapkan dalam budaya dan komunitas tertentu.

Psikologi hukum membantu kita memahami perilaku hukum dari sudut pandang
psikologis, sedangkan logika hukum membantu kita memahami dasar-dasar penalaran
dalam sistem hukum. Sementara itu, politik hukum berfokus pada interaksi antara
kekuasaan politik dan sistem hukum, sedangkan filsafat hukum membantu kita dalam
memahami aspek-aspek filosofis dari hukum itu sendiri.
Dalam konteks ini, studi mengenai ilmu-ilmu bantu dalam mempelajari ilmu
hukum menjadi sangat penting. Dengan pemahaman yang lebih mendalam terhadap ilmu-
ilmu ini, akan membantu para akademisi, praktisi hukum, maupun pembuat kebijakan
untuk memiliki perspektif yang lebih komprehensif dalam merumuskan,
menginterpretasikan, dan menerapkan hukum dalam berbagai situasi. Melalui penelitian
yang mendalam tentang ilmu-ilmu bantu, diharapkan dapat membuka wawasan yang
lebih luas terhadap hukum sebagai suatu fenomena sosial, serta menunjukkan hubungan
yang kompleks antara hukum dan masyarakat.

Sehingga, dengan pemahaman yang lebih holistik terhadap hukum dan aspek-aspek yang
mempengaruhinya, diharapkan upaya dalam menerapkan dan mengembangkan sistem
hukum dapat lebih tepat, adil, dan relevan dengan kebutuhan masyarakat. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menyoroti pentingnya ilmu-ilmu bantu dalam konteks studi
ilmu hukum serta menggali lebih dalam kontribusi masing-masing ilmu tersebut dalam
memahami dan menerapkan hukum dalam masyarakat.

4
B. Rumusan Masalah
• Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang harus dipecahkan dalam
dirumuskan masalah ini adalah bagaimana peranan ilmu bantu dalam penemuan
hukum?.
C. Tujuan Penulisan
• untuk menjelaskan peranan ilmu bantu dalam penemuan hukum dan untuk
mengidentifikasi tantangan serta manfaat yang terkait dengan penggunaannya.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A.Sejarah Hukum
Sejarah hukum merupakan landasan yang penting dalam memahami perkembangan ilmu
hukum secara keseluruhan. Dalam konteks ini, ilmu sejarah memiliki peran yang sangat vital.
Perkembangan hukum sebagai suatu sistem dapat dilihat melalui perubahan-perubahan yang
terjadi dalam masyarakat dan kehidupan manusia dari masa ke masa. Sejarah hukum mencakup
proses pembentukan hukum, perkembangan sistem hukum, serta perubahan-perubahan signifikan
yang terjadi dalam teori dan praktek hukum. Menelusuri sejarah hukum membantu pemahaman
tentang bagaimana hukum telah terbentuk dari masa ke masa, bagaimana perubahan-perubahan
sosial, politik, dan ekonomi memengaruhi evolusi hukum, serta bagaimana pemikiran dan
konsep hukum telah berkembang seiring waktu. Sejarah hukum memungkinkan para peneliti
untuk melacak akar peradaban hukum serta menganalisis dampak perubahan sosial pada sistem
hukum.1
sejarah adalah pencatatan yang berisikan deskriptif dan interpretative mengenai kejadian
yang dialami oleh manusia pada masa lampau, yang ada hubungannya dengan masa kini. Jika
dihubungkan dengan hukum, dapat diterima bahwa hukum dewasa ini merupakan lanjutan atau
pertumbuhan dari hukum yang lampau, sedangkan hukum yang akan datang terbentuk dari
hukum sekarang. Dengan demikian sejarah hukum adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan
yang mempelajari perkembangan dan asal usul sistem hukum dalam salah satu atau beberapa
masyarakat tertentu, dan memperbandingkan anatar hukum yang berbeda karena dibatasi oleh
perbedaan waktu.

Sejarah hukum tidak dapat dilepaskan dari aliran atau mazhab Historical Jurisprudence,
yang dipelopori oleh Friedrich Carl von Savigny. Aliran Historical Jurisprudence muncul sebagai
suatu reaksi terhadap:
1. Rasionalisme abad ke-18 yang didasarkan pada hukum alam, kekuatan akal, dan prinsip-
prinsip dasar pada filsafat hukum.
2. Semangat revolusi Prancis yang menentang wewenang dan tradisi dengan misi
kosmonopolitannya. Adapun ajaran pokok Von Savigny dapat disimpulkan
sebagai berikut:
a. Hukum ditemukan bukan dibuat;
b. Karena hukum berkembang dari hubungan hukum
yang mudah di pahami dalam masyarakat primitif
ke hukum yang lebih kompleks dalam peradaban modern;2
c. Undang-undang tidak berlaku atau dapat diterapkan secara universal.

1 Peter C. Oliver, "The Oxford History of the Laws of England: Volume VI 1483-1558" (Oxford University Press,
2003), 45.
2 Ishaq, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), 231-233.

6
B. Sosiologi hukum

Sosiologi Hukum Istilah sosiologi hukum untuk pertama kalinya diper kenalkan oleh
seorang yang berrnama Anzilotti pada tahun 1882. Dari sudut perkembangannya dapat dijelaskan
bahwa sosiologi hukum pada hakikatnya lahir dari hasil-hasil pemikiran para ahli filsafat hukum,
ilmu hukum serta sosiologi hukum. Semenjak Anzilotti mengemukakan istilah sosiologi hukum,
timbul berbagai pendapat yang berkisar pada ruang lingkup sosiologi hukum dan perspektif
penelitiannya.
Sosiologi hukum adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang secara empiris dan analitis,
mempelajari hubungan timbal balik antar hukum sebagai gejala sosial, dengan gejala-gejala
sosial lain.
Sosiologi hukum adalah ilmu yang mempelajari fenomena hukum dari sisinya. Berikut
merupakan karakteristik studi hukum: 3
1. Sosiologi hukum bertujuan untuk memberikan penjelasan terhadap praktek-praktek
hukum. Apabila praktek itu dibeda-bedakan ke dalam pembuatan undang-undang,
penerapan dan pengadilan, maka ia juga mempelajari bagaimana praktek yang terjadi
pada masing-masing bidang kegiatan hukum tersebut. Sosiologi hukum berusaha untuk
menjelaskan, mengapa praktek yang demikian itu terjadi, sebab-sebabnya, faktor-
faktor apa yang berpengaruh, latar belakangnya dan
sebagainya.
2. Sosiologi hukum senantiasa menguji kesahihan empiris, dengan usaha mengetahui antara
isi kaidah dan di dalam kenyataannya, baik dengan data empiris maupun non empiris.
3. Sosiologi hukum tidak melakukan penilaian terhadap hukum. Tingkah laku yang
mentaati hukum dan yang menyimpang dari hukum sama-sama merupakan objek
pengamatan yang setaraf. Perhatiannya yang utama
hanyalah pada memberikan penjelasan terhadap objek yang dipelajarinya.

Menurut Satjipto Raharja ketiga karakteristik studi hukum tersebut secara sosiologi tersebut
sekaligus juga merupakan kunci bagi orang yang berminat untuk melakukan penyelidikan dalam
bidang sosiologi hukum.
Maka penekanannya adalah bahwa sosiologi hukum tidak memberikan penilaian melainkan
mendekati hukum dari segi obyektivitas semata dan bertujuan untuk memberikan penilaian
terhadapfenomena hukum yang nyata.Sosiologi hukum tidak menetapkan penilaian kepatutan.
Ciri-ciri khas diatas menurut satijipto Rahardjo dalam “Ilmu Hukum”(1982), sekaligus
merupakan kunci bagi orang yang berminat untuk melakukan penyelidikan dalam bidang
sosiologi hukum. Dengan cara-cara menyelidiki hukum yang demikian itu orang lansung berada
ditengah-tengah sosiologi hukum.
Demikia bahwa sosiologi hukum memiliki ciri-cir khas yang sedemikian rupa sehingga ia
mengemban tugas yang khas pula bagi amalan hukum dalam masyarakat, terutama masyarakat
yang sedang membangun dan hukum diharapkan peranannya didalam proses pembangunan
tersebut.

3 Karena sifat sosiologi mempelajari masyarakat bagaimana adanya secara obyektivitas . Rumainah, Ani
Yuliani, dkk. "Pengaruh Nilai Budaya Lokal terhadap Praktik Hukum di Masyarakat: Studi Kasus Masyarakat
Adat Suku XYZ." Jurnal Sosiologi Hukum Indonesia 5, no. 2 (2019): 45-58.

7
C.Perbandingan hukum,

Menurut Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto menjelaskan bahwa perbandingan hukum
merupakan ca bang ilmu pengetahuan yang memperbandingkan sistem-sistem hukum yang
berlaku di dalam satu atau beberapa masyarakat. Kemudian Soedjono Dirdjosisworo telah
menjelaskan bahwa perbandingan hukum adalah metode studi yang mempelajari perbedaan
sistem hukum antara negara yang satu dengan negara yang lain. Romli Atmasasmita berpendapat
bahwa perbandingan hukum adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari seecara sistematis
tentang hukum dari dua atau lebih sistem hukum dengan menggunakan metode perbandingan. 4
Berdasarkan dari beberapa pendapat maka dapat disimpulkan bahwa perbandingan
hukum adalah cabang ilmu pengetahuan hukum yang membandingkan dengan cara mencari
perbedaan dan persamaan antara sistem hukum yang berlaku dalam satu atau beberapa negara
atau masyarakat.
Tujuan mempelajari perbandingan hukum dapat dibedakan berdasarkan asal usul dan
perkembangannya. Jika kita bertitik tolak pada teori hukum alam, maka tujuan perbandingan
hukum adalah membandingkan sistem-sistem hukum guna dapat mengembangkan hukum alam
itu sendiri, sehingga tampak adanya persamaan dan perbedaan.
Adapun manfaat mempelajari perbandingan hukum adalah untuk:
1. Unifikasi hukum;
2. Harmonisasi hukum;
3. Mencegah adanya chauvinism hukum nasional (secara
negative) dan menempuh kerja sama internasional
(secara positif);
4. Memahami hukum asing;
5. Pembaruan hukum nasional.

D.Antropologi hukum

Istilah antropologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu antropos dan logos. Antropos berarti
manusia dan logos berarti ilmu atau studi. Jadi antropologi adalah ilmu atau studi tentang
manusia. Menurut Hilman Hadikusumah, 5 antropologi adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari manusia. Antropologi melihat hukum hanya sebagai aspek dari kebudayaan, yaitu
suatu aspek yang digunakan oleh kekuasaan masyarakat yang teratur dalam mengatur perilaku
manusia dan masyarakat, agar tidak terjadi penyimpangan yang terjadi dari norma-norma sosial
yang ditentukan dapat diperbaiki Pada hakikatnya studi antropologis terhadap hukum didasarkan
pada premis-premis sebagai berikut:

4 Soedjono Dirdjosisworo, Pengantar Ilmu Hukum, (jakarta:Pt Rajagrfindo Persada)2001 hlm.51-54


5 Hilman Hadikusumah, Antropologi Hukum: Dari Kajian Sejarah dan Konsepsi hingga Konsekuensi
Implementatifnya (Jakarta: Penerbit Buku Pendidikan, 2016), halaman 30.

8
1. Hukum suatu rakyat, atau sistem hukum suatu masyarakat harus diselidiki dalam konteks
sistem-sistem politik, ekonomi dan agamanya, dan juga dalam ke rangka struktur sosial
dari hubungan-hubungan antar orang dan kelompok.
2. Hukum paling banyak dipelajari melalui analisa terhadap prosedur-prosedur yang
berhubungan dengan penyelesaian sengketa atau dalam prespektif yang lebih luas melalui
menejemen konflik.
3. Prosedur-prosedur akan menjadi penting manakala penelitian dipusatkan pada sengketa
sebagai unit deskripsi, analisa dan perbandingan
4. Agar dapat dibuat suatu laporan yang sah mengenai hukum suatu rakyat.

E. Psikologi hukum

Ilmu bantu hukum yang mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan, pelaksanaan
dan penegakan hukum. Psikologi hukum Merupakan suatu cabang pengetahuan yang
mempelajari hukum sebagai suatu perwujudan dari perkembangan jiwa manusia. Psikologi
adalah ilmu pengetahuan tentang prilaku manusia ( human behavior ) maka kaitannya dalam
studi hukum, ia akan melihat hukum sebagai salah satu dari pencerminan perilaku manusia.

Mengenai perkembangan ilmu hukum dengan dimanfaatkannya studi ilmu hukum tentang
kenyataan telah dikemukakan. Sedangkan dari segi psikologi dapat ditegaskan bahwa
perkembangan dalam psikologi yang membawa perhatian terhadap studi hukum adalah semakin
pesatnya perkembangan di dalam cabang psikologi khusus. Perlu diketahui bahwa ada dua jenis
psikologi yaitu :

1) Psikologi umum

Psikologi yang menyelidiki dan mempelajari kegiatan atau aktivitas psychis


manusia pada umumnya yaitu yang dewasa, normal dan beradab. Psikologi hukum
mencari dalil-dalil yang bersifat daripada kegiatan atau aktivitas psychis yang
kemudian dapat merupakan teori-teori dan psikologi.

2) Psikologi khusus

Psikologi yang menyelidiki dan mempelajari segi-segi kekhususan dari


aktivitas phsycis manusia. Hal-hal khusus yang menyimpang dari hal-hal yang
umum dibicarakan dalam psikologi khusus. Bermacam-macam psikologi khusus di
antaranya yang terkenal adalah :

Psychologi perkembangan, atau juga disebut dengan psychologi


genetis psychologi yang membicarakan psyche manusia dari kecil sampai
tua. Psychologi ini mencakup :

a) Psychologi anak

b) Psychologi puber dan adolesensi (pemuda)

9
c) Psychologi orang dewasa

d) Psychologi orang tua

Ditinjau dari segi psikologi dan perkembangannya, maka psikologi hukum merupakan psikologi
khusus, yang secara serasi mengalami keseiringan perkembangan dengan perkembangan ilmu
hukum yang telah berkembang, karena pengaruh ilmu-ilmu metajuridis, di mana psikologi
termasuk di dalamnya. Sebagai ilmu bantu yang merupakan ilmu kenyataan psikologi hukum
memiliki tujuan sebagai berikut6 :

a) Hukum sebagai norma dibuat, di terapkan dan di tegakan apabila dalam


pembuatannya tidak melihat kepada kehidupan masyarakat maka hukum itu akan
bersifat ansih yang mana hukum dalam perundang-undangan tidak ditaati, tidak
diterapkan dan tidak di tegakan, semata-mata hanya di lihat sebagai hukum. Maka
dari itu di butuhkan ilmu bantu hukum yang dapat digunakan sebagai alat untuk
mencapai tujuan-tujuan yang di kehendaki. Dengan demikian sadar atau tidak
sadar, hukum telah menggarap tingkah laku manusia. Proses demikian
menunjukan bahwa hukum telah memasuki bidang psikologi terutama psikologi
sosial.

b) Psikologi hukum bergerak atau beroperasi sejak hukum itu di bentuk (kebiasaan
yang menjadi hukum : hukum adat ), ketika hukum di bentuk sudah ada suasana
kebatinan atau tekanan psikologis. Untuk itu dalam tahap pembentukan hukum
diperlukan banyak pertimbangan dari masyarakat dengan tujuan sampai pada saat
hukum itu dapat berlaku dalam tahap pelaksanaanya dan penerapannya dalam
masyarakat .

c) Pelanggaranya sendiri diberlakukan asas “egalite before the law” yakni,


perlakuan yang sama atas diri setiap orang di muka hukum dengan tidak
membedakan perlakuan. Dalam artian tidak ada peraturan khusus yang mengatur
tentang sanksi khusus bagi penegak hukum yang melakukan tindak pidana.
Dengan tujuan memeberikan hak-hak dan kewajiban seseorang yang memiliki arti
sosial, tidak hanya menjadi hal yang ada di dalam pikiran manusia.

F.Logika hukum

Logika hukum adalah suatu jalan pemikiran tentang bagamana peraturan itu dibuat, dan
ditemukan dalam bentuk peraturan dan penemuan hukum. Kelsen memandang ilmu hukum
adalah pengalaman logikal suatu bahan di dalamnya sendiri adalah logikal. Ilmu hukum adalah
semata-mata hanya ilmu logikal. Ilmu hukium adalah bersifat logikal sistematikal dan historikal

6 Soerjono Soekanto, Psikologi Hukum (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hlm. 67.
10
dan juga sosiologikal. Logika hukum berfungsi sebagai suatu metode untuk meneliti kebenaran
atau ketepatan dari suatu penalaran, sedangkan penalaran adalah suatu bentuk dari pemikiran.
Penalaran
tersebut bergerak dari suatu proses yang dimulai dari penciptaan konsep (conceptus),
diikuti oleh pembuatan pernyataan (propositio),kemudian diikuti oleh penalaran (rasiocinium,
reasoning). Logika hukum (legal reasoning) mempunyai dua arti, yakni arti luas dan arti sempit.
Dalam arti luas, logika hukum berhubungan dengan aspek psikologis yang dialami hakim dalam
membuat suatu penalaran dan putusan hukum. Logika hukum dalam arti sempit, berhubungan
dengan kajian logika terhadap suatu putusan hukum, yakni dengan melakukan penelaahan
terhadap model argumentasi, ketepatan dan kesahihan alasan pendukung putusan

Logika hukum adalah suatu hasil proses berpikir yang dibutuhkan oleh setiap ahli hukum,
calon ahli hukum atau penegak hukum. Mempunyai kompetensi untuk menerapkan atau
pembentuk hukum selalu memperhatikan antara pertimbangan hukum dan amar putusan.
Melakukan perumpamaan selama melakukan proses olah pikir dengan berargumentasi hukum
akan memudahkan pemahaman. 7

G.Politik hukum

Hukum dan politik merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain dan
saling mempengaruhi. Antara politik dan hukum di dalam Kehidupan
sehari-hari menurut Arbi Sanit terdapat tiga titik temu, yaitu:
1. Pada waktu penentuan penjabat hukum;
2. Proses pembuatan hukum itu sendiri;
3. Proses pelaksanaan hukum dimana pihak yang berkepentingan berusaha mempengaruhi
pelaksanaan kebijakan yang sudah berbentuk hukum tersebut.

Dapat dijelaskan bahwa politik hukum adalah suatu kegiatan untuk membuat kaedah yang akan
menentukan bagaimana seharusnya manusia bertindak. Menurut Soedjono Dirdjosisworo politik
hukum adalah disiplin hukum yang mengharuskan dirinya pada usaha memerankan hukum
dalam mencapai tujuan yang dicita-citakan oleh masyarakat tertentu.
Politik pembentukan hukum mencakup:
a. Kebijaksanaan (pembentukan) perundang-undangan.
b. Kebijaksanaan (pembentukan) hukum yurisprudensi atau putusan hakim.
c. Kebijaksanaan terhadap peraturan tidak tertulis lainya.8

7Adityo Ariwibowo. 2014. Logika


Hukum. https://adityoariwibowo.wordpress.com/2014/03/27/logika-hukum/.
8 Ishaq, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), 234-237.
11
H.Filsafat hukum

Filsafat Hukum mempersoalkan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat dasar dari hukum.


Pertanyaan-pertanyaan tentang hakikat hukum, tentang dasar-dasar bagi kekuatan mengikat dari
hukum, merupakan contoh-contoh pertanyaan yang bersifat mendasar.
Filsafat hukum hingga saat ini terdapat berbagai perumusan yang dikemukakan oleh para ahli
hukum, antara lain:
1. Soedjono Dirdjosiswo merumuskan bahwa filsafat hukum adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari pertanyaan mendasar dari hukum.
2. Satjipto Rahardjo mengemukakan bahwa filsafat hukum mempersoalkan pertanyaan yang
bersifat dasar dari hukum.
3. J.B Daliyo menjelaskan bahwa filsafat hukum adalah refleksi tentang hukum yang
memasalahkan hukum dari berbagai pertanyaan yang mendasar.
4. . Lilii Raasjidi berpendapat bahwa filsafat hukum adalah suatu ilmu yang merupakan
bagian dari filafat.9

9 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti,


2012),
12
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Sejarah hukum memberikan pemahaman tentang perkembangan sistem hukum dari masa lampau
hingga saat ini, sementara sosiologi hukum memungkinkan kita untuk melihat bagaimana norma-norma
hukum berinteraksi dengan masyarakat dalam konteks sosial.
Perbandingan hukum memungkinkan kita untuk memahami perbedaan dan persamaan antara sistem
hukum yang berbeda di berbagai negara, serta implikasinya terhadap praktik hukum. Antropologi hukum
menyoroti hubungan antara budaya dan hukum, sekaligus bagaimana nilai-nilai budaya dapat memengaruhi
sistem hukum.
Psikologi hukum menggali cara pikiran dan perilaku individu dalam konteks hukum, sedangkan
logika hukum membantu dalam menganalisis argumen-argumen hukum dan kesesuaiannya dengan prinsip-
prinsip logika. Politik hukum berkaitan dengan pengaruh kebijakan publik dan kekuasaan politik terhadap
proses pembuatan serta implementasi hukum.
Terakhir, filsafat hukum membantu dalam merumuskan pandangan mendasar tentang hak dan
keadilan serta prinsip-prinsip moral yang menjadi landasan dari sistem hukum.

Kesimpulannya, ilmu-ilmu tersebut saling melengkapi dan memberikan wawasan yang luas dan mendalam
dalam memahami sistem hukum, serta memberikan perspektif multidimensi terkait dengan bagaimana
sistem hukum tersebut beroperasi dalam masyarakat dan budaya.

13
B.SARAN

Ilmu hukum juga harus diperkenalkan kepada masyarakat, agar masyarakat mengatahui sejarah, cakupan,
peran serta mampu membandingkannya dengan sistem hukum lainnya. Dengan itu Ilmu hukum sebagai
kenyataan di harapkan juga dapat mengajak masyarakat untuk menilai dan berfikir secara rasional tentang
hukum yang diterapkan dalam kehidupan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku
Dirdjosisworo, Soedjono. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Rajawali Pers, 2001.
Hadikusumah, Hilman. Antropologi Hukum: Dari Kajian Sejarah dan Konsepsi hingga
Konsekuensi Implementatifnya. Jakarta: Penerbit Buku Pendidikan, 2016.
Ishaq, Dasar-Dasar Ilmu Hukum. Jakarta: Sinar Grafika, 2012.
Oliver, Peter C. "The Oxford History of the Laws of England: Volume VI 1483-1558." Oxford
University Press, 2003.

Sumber Artikel/Jurnal
Rumainah, Ani Yuliani, dkk. "Pengaruh Nilai Budaya Lokal terhadap Praktik Hukum di
Masyarakat: Studi Kasus Masyarakat Adat Suku XYZ." Jurnal Sosiologi Hukum
Indonesia 5, no. 2 (2019).

Sumber Website
Adityo Ariwibowo. 2014. Logika Hukum. https://adityoariwibowo.wordpress.com/2014/03/27/logika-
hukum/.

15

Anda mungkin juga menyukai