Anda di halaman 1dari 9

Pengaruh Literasi Digital terhadap Kemampuan Berbahasa di Higher

Education
Encik Savira Isnah
Kemampuan literasi digital Indonesia menurut beberapa sumber ternyata berada dalam skala
sedang. Padahal, di era revolusi industri 4.0 mahasiswa sebagai agen perubahan dituntut untuk
memiliki kemampuan literasi digital yang baik dalam menghadapi tantangan dan prospek
multidimensi di masa depan. Penelitian ini sendiri berfokus pada pengaruh eksistensi literasi digital
dalam kemampuan berbahasa Indonesia. Sepuluh responden mahasiswa Perencanaan Wilayah dan
Kota ITS 2021 dijadikan sampel untuk membuktikan hal tersebut melalui penelitian kuantitatif
metode survei dan user test. Responden yang memiliki durasi penggunaan sosial media yang tinggi
sebagai representasi literasi digital menunjukkan hasil uji kemampuan berbahasa Indonesia yang
tinggi. Sementara responden yang memiliki durasi penggunaan sosial media yang sedang
menunjukkan hasil yang lebih fluktuatif karena pengaruh beberapa variabel lain. Secara
keseluruhan, tingkat literasi digital yang tinggi ternyata mampu meningkatkan kemampuan
berbahasa Indonesia seseorang. Dari sini dapat diketahui bahwa implikasi literasi digital di
kalangan mahasiswa memang memiliki prospek yang sangat penting di masa depan terutama dalam
peningkatan kemampuan berbahasa Indonesia mereka.
Keyword: digital literation, kemampuan berbahasa, higher education

Introduction
Di era revolusi industri 4.0, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin cepat dan
canggih sehingga dibutuhkan sumber daya manusia dengan kualitas yang baik dan kompeten terutama di
bidang teknologi. Akan tetapi, seperti yang kita ketahui di Indonesia sendiri, masyarakat belum bisa
memanfaatkan teknologi dengan baik dan sebagaimana mestinya. Masih banyak masyarakat yang hanya
mampu menerima informasi tanpa memahami dan mengelola informasi tersebut. Sehingga masyarakat
cenderung menelan informasi yang diperoleh secara mentah-mentah. Maka dari itu, kemampuan di bidang
teknologi informasi yang baik harus didukung oleh kemampuan berbahasa dan kemampuan literasi digital yang
baik pula. Hal tersebut pun terjadi di kalangan mahasiswa. Walaupun kebanyakan dari mahasiswa dapat
mengoperasionalkan gadget mereka, bukan berarti mahasiswa tersebut memiliki kemampuan literasi digital
yang baik. Maraknya kasus plagiarisme yang terjadi di Indonesia yang dilakukan oleh mahasiswa menjadi
salah satu bukti bahwa mahasiswa tersebut belum memiliki kemampuan berbahasa yang baik.
Menurut survei yang dilakukan oleh Katadata Insight Center (KIC) dan Kementerian Komunikasi dan
Informatika (Kominfo) tentang literasi digital Indonesia pada tahun 2021, menghasilkan indeks literasi digital
Indonesia berada dalam skala 3,49 dari indeks skala 0-5. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan literasi
digital Indonesia masih berada dalam kategori sedang. Berdasarkan data internetworldstats, Indonesia berada di
urutan ke-3 pengguna internet terbanyak di Asia dengan jumlah pengguna sebanyak 212,35 juta jiwa. Jika
kedua data tersebut dibandingkan, maka menunjukkan bahwa sudah cukup banyak masyarakat Indonesia yang
mengenal teknologi dan internet namun kemampuan literasi masyarakat Indonesia tergolong belum cukup baik.
Mahasiswa dituntut untuk memiliki kemampuan literasi digital yang baik karena merupakan generasi
mahasiswa paling mengerti teknologi dibandingkan dengan generasi di atas atau di bawahnya. Mahasiswa yang
memiliki kemampuan literasi digital yang baik akan menyeleksi dan memahami informasi yang penting dan
dapat menyampaikan gagasan-gagasan tersebut ke dunia digital. Maka dari itu, kemampuan literasi digital
dapat menentukan keberhasilan mahasiswa.
Telah banyak definisi tentang “literasi digital’’ diketengahkan oleh para ahli. Dalam buku klasik
Gilster (1997), literasi digital didefinisikan sebagai kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi
dalam berbagai format yang berasal dari sumber yang disajikan melalui komputer. Istilah tersebut mengalami
pengkhususan dan perluasan makna. Definisi mutakhir diketengahkan oleh Hobbs (2017), yang
mengemukakan bahwa literasi digital merupakan konstelasi pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi yang
diperlukan untuk berkembang dalam budaya yang didominasi oleh teknologi. Merujuk pada penelitian yang
sudah dilakukan oleh Hary Harjono (2018) yang merupakan penelitian kualitatif teknik studi literatur dengan
hasil penelitian dapat diketahui bahwa kefleksibelan yang ditawarkan oleh literasi digital dalam konteks
pembelajaran bahasa dapat meningkatkan keterampilan berbahasa seseorang. Istilah tersebut juga merujuk pada
pengetahuan mengenai cara bertindak secara aman dan bertanggung jawab saat berselancar di dunia online.
Secara lebih spesifik, Hague (2011) mengungkapkan bahwa literasi digital merujuk pada keterampilan-
keterampilan, pengetahuan, dan pemahaman dalam menggunakan teknologi baru dan media untuk menciptakan
berbagi pemaknaan.
Oleh karena itu, berdasarkan penjelasan berbagai fenomena di atas, peneliti ingin mengetahui apakah
terdapat pengaruh literasi digital terhadap kemampuan berbahasa Indonesia mahasiswa Perencanaan Wilayah
dan Kota di Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Selain itu, penulis juga ingin mengetahui apakah literasi
digital berdampak buruk atau justru memiliki sisi positif dalam pengembangan kemampuan berbahasa
Indonesia mereka.

Tinjauan Pustaka
Penelitian yang dilakukan oleh penulis artikel ilmiah mengambil referensi dari penelitian terdahulu.
Penelitian tersebut merupakan kelanjutan dari penelitian yang sudah dilakukan oleh Hary Harjono (2018)
dengan judul “Literasi Digital: Prospek dan Implikasinya dalam Pembelajaran Bahasa.” Penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif teknik studi literatur. Hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa
kefleksibelan yang ditawarkan oleh literasi digital dalam konteks pembelajaran bahasa dapat memberikan
prospek multidimensi dalam meningkatkan keterampilan berbahasa seseorang (Hary Harjono, 2018).
Perkembangan teknologi yang pesat, secara tidak langsung memaksa setiap orang untuk beradaptasi
dan beralih kiblat dari elemen konvensional menuju segala sesuatu yang berbasis digital dalam segala hal,
termasuk literasi. Dalam perspektif definisi sendiri, literasi digital adalah suatu rasi hubungan antara
pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi-kompetensi seseorang yang memiliki urgensi penting dalam
menjawab tantangan dari lapisan kehidupan yang didominasi oleh teknologi (Hobbs, 2017).

2
Eksistensi literasi digital dalam lingkup pendidikan ternyata memiliki pengaruh dalam kemampuan
berbahasa seseorang. Dalam hal ini, kemampuan bahasa yang baik dan efektif tentunya akan membuat
seseorang mudah untuk mengekspresikan apa yang ingin mereka sampaikan. Jadi, apa yang ingin disampaikan
oleh penulis atau penutur akan memiliki keselarasan dengan apa yang dipahami oleh pembaca atau pendengar
(Badudu, 1995).
Terkait kemampuan berbahasa yang baik, kemampuan berbahasa Indonesia seseorang dewasa ini
memiliki urgensi perhatian yang tidak bisa dihiraukan. Sebagai tolak ukur kemampuan berbahasa Indonesia,
berbagai tes kemahiran berbahasa Indonesia saat ini telah dikembangkan sesuai dengan standar, yang meliputi
tes kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Melalui penilaian tes kemahiran berbahasa
Indonesia ini yang dikorelasikan dengan pengukuran intensitas penggunaan sosial media seseorang sebagai
gambaran literasi digital, kita jadi mengetahui apakah eksistensi literasi digital ini memang memiliki pengaruh
positif dalam meningkatkan kemampuan berbahasa seseorang atau tidak.

Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif dengan metode
user test dan survei. Penelitian kuantitatif merupakan proses menemukan pengetahuan dengan
menggunakan data berupa angka untuk menganalisis keterangan mengenai apa yang ingin diketahui
(Kasiram, 2008). Metode user test dilakukan kepada 10 sampel yang terdiri dari 10 orang
mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota ITS angkatan 2021 dengan mengadakan uji coba kelas
bahasa dan di akhir sesi terdapat tes uji kemampuan berbahasa Indonesia dengan menggunakan 4
indikator penilaian,
yakni kemampuan membaca, menulis, berbicara, dan mendengarkan.
Adapun metode survei yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode pengumpulan
data primer dengan memberikan beberapa pertanyaan kepada responden sesuai target/kriteria yang
ada. Survei dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang dibuat dengan media Google Form, atau
dengan kata lain survei dilakukan secara daring. Penyebaran tautan Google Form dilakukan baik
dengan cara menyebarkan secara langsung kepada 10 responden penelitian. Peneliti menggunakan
metode survei dengan tujuan dapat memaparkan kecenderungan, sikap, dan opini dari suatu populasi
tertentu secara kuantitatif. Sedangkan alasan digunakannya media Google Form adalah
dibutuhkannya variasi data dan kemudahan dalam penyebaran tautannya, sehingga jangkauan sasaran
dari responden dapat lebih jelas dan akurat. Adapun aspek pertanyaan yang diajukan dalam penelitian
adalah kecenderungan responden dalam hal kemampuan berbahasa Indonesia, pendapat responden
terkait permasalahan yang ada, dan pendapat responden terkait solusi dari permasalahan yang ada.
Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y).
Rekapitulasi waktu penggunaan penggunaan media sosial menjadi variabel bebas (X) dan hasil uji
kemampuan berbahasa Indonesia menjadi variabel terikat (Y).
3
Data penelitian ini adalah hasil uji kemampuan Bahasa Indonesia dan waktu penggunaan
sosial media mahasiswa angkatan 2021 Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota Institut
Teknologi Sepuluh Nopember. Sumber data dalam penelitian ini adalah 10 mahasiswa angkatan 2021
Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota.

Hasil Penelitian dan Pembahasan


Untuk mengetahui pengaruh literasi digital terhadap kemampuan berbahasa Indonesia mahasiswa
PWK 2021, penulis melakukan Uji Kemampuan Berbahasa Indonesia. Berdasarkan hasil tes yang telah
dilakukan pada tanggal 16 Maret 2022 yang dilaksanakan dengan menunjang 4 indikator penilaian yakni
kemampuan membaca, menulis, berbicara, dan mendengarkan, terdapat 4 dari 10 sampel yang memperoleh
hasil dengan kategori baik dan sisanya memperoleh hasil dengan kategori cukup. Adapun kategori yang
digunakan adalah nilai 0-45 termasuk dalam kategori kurang, 46-80 termasuk dalam kategori cukup, dan 81-
100 termasuk dalam kategori baik. Berdasarkan analisis data, diperoleh nilai variabel bebas (hasil uji
kemampuan berbahasa Indonesia) dari responden yaitu nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 93,5.

Tabel 1. Hasil Uji Kemampuan Berbahasa Indonesia

No. Nama Mendengar Berbicara Membaca Menulis Rata-Rata Kategori

1. Elen Derby 100 72 70 70 78.5 Cukup

2. Dina Kartika 100 84 100 90 93.5 Baik


Audya Rachma

3. Sigap Prabawa 60 80 50 50 60 Cukup

4. Pindi Dea Juanita 60 76 100 80 79 Cukup

5. Ella Fatmala 80 72 50 70 68 Cukup

6. Andika Nur Habibi 70 80 70 50 67.5 Cukup

7. Siti Nur Kholifah 90 80 80 100 87.5 Baik

8. Fathya Miyagi 80 92 90 80 85.5 Baik

4
9. Setyawan Basuki 90 80 80 90 85 Baik

10. Fauzi Aditya 90 64 100 50 76 Cukup


Pranoto

Keterangan: Tabel berwarna putih merepresentasikan kategori baik, sedangkan tabel berwarna jingga
merepresentasikan kategori cukup.

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa responden bernama Dina Kartika Audya Rachma memperoleh rata-
rata sebesar 93.5 dari 4 indikator yang dinilai sehingga termasuk dalam kategori baik. Begitu juga dengan
responden bernama Siti Nur Kholifah, Fathya Miyagi, dan Setyawan Basuki yang memperoleh rata-rata sebesar
87.5, 85.5, dan 85 sehingga semua responden tersebut termasuk ke dalam kategori baik. Selain responden yang
sudah disebut, mereka semua memperoleh hasil rata-rata kurang dari angka 80 sehingga termasuk ke dalam
kategori cukup.

Tabel 2. Rekapitulasi Waktu Penggunaan Sosial Media Selama Satu Minggu (31 Maret-6 April 2022.

No. Nama Whatsapp Instagram Twitter YouTube Total/minggu

1 Elen Derby 9j,53m 15j 1j9m 1j 8m 27j25m

2 Dina Kartika Audya Rachma 54j 6j7m 8m 3j51m 64j06m

3 Sigap Prabawa 15,1m 1j,48m 20m 4j62m 23j16m

4 Pindi Dea Juanita 9j 0j 5j15m 6j54m 21j9m

5 Ella Fatmala 14j48m 60m 0j 3j31m 18j

6 Andhika Nur Habibi 20j3m 4j,9m 0j 1j,22m 27j1m

7 Siti Nur Kholifah 35j11m 11j5m 1j55m 3j36m 51j47m

8 Fathya Miyagi 18j4m 16j7m 7j33m 5j18m 47j2m

9 Setyawan Basuki 21j1m 5j17m 10j16m 1j5m 37j39m

10 Fauzi Aditya Pranoto 17j30m 28m 3j25m 3j33m 24j56m

5
Keterangan: Tabel berwarna putih merepresentasikan durasi penggunaan kategori tinggi, sedangkan tabel
berwarna jingga merepresentasikan durasi penggunaan kategori sedang.

Selain itu, penulis juga menilai kemampuan berbahasa Indonesia dengan menggunakan durasi
penggunaan media sosial kepada responden dengan tujuan untuk melihat pengaruh dari penggunaan media
sosial terhadap kemampuan berbahasa Indonesia dari setiap individu. Pada penelitian tersebut, penulis
menggunakan beberapa platform media sosial untuk dijadikan sebagai indikator penilaian. Platform-platform
yang dipilih tersebut penulis anggap sebagai platform yang paling sering digunakan di kalangan mahasiswa, di
antaranya adalah WhatsApp, Instagram, Twitter, dan Youtube. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa
responden-responden yang termasuk ke dalam kategori baik pada hasil uji kemampuan berbahasa Indonesia
cenderung menggunakan media sosial dengan waktu yang cukup lama dibandingkan dengan responden-
responden yang termasuk ke dalam kategori cukup. Untuk responden Fathya Miyagi menggunakan media
sosial dengan total 47 jam 2 menit per minggu. Juga untuk responden-responden bernama Setyawan Basuki,
Siti Nur Kholifah, dan Dina Kartika Audya Rachma yang menggunakan media sosial dengan waktu yang
relatif tinggi per minggunya, yaitu dengan total waktu masing-masing sebesar 37 jam 39 menit, 51 jam 47
menit, dan 64 jam 6 menit. Sedangkan untuk responden-responden yang termasuk ke dalam kategori cukup
hanya menggunakan media sosial kurang dari 35 jam per minggu atau rata-rata di bawah 5 jam per hari.

Grafik 1. Hubungan Hasil Rekapitulasi Penggunaan Sosial Media Selama Satu Minggu dengan Skor
Hasil Uji Kemampuan Berbahasa Indonesia

Keterangan: Diagram berwarna biru merupakan kategori baik sedangkan diagram berwarna merah merupakan
kategori cukup.

Grafik hubungan hasil rekapitulasi penggunaan sosial media selama satu minggu dengan skor hasil uji
kemampuan berbahasa Indonesia menunjukkan terdapat 4 responden yang masuk ke dalam kategori baik. Dina
Kartika dengan nilai sebesar 93,5 memiliki total durasi penggunaan sosial media sebesar 64 jam 6 menit per
minggu, Siti Nur Kholifah dengan nilai sebesar 87,5 memiliki total durasi penggunaan sosial media sebesar 51
jam 47 menit per minggu, Fathya Miyagi dengan nilai sebesar 85,5 memiliki total durasi penggunaan sosial
media sebesar 47 jam 2 menit per minggu, serta Setyawan Basuki dengan nilai sebesar 85 memiliki total durasi

6
penggunaan sosial media sebesar 37 jam 39 menit per minggu. Berdasarkan hasil data, semakin tinggi
intensitas penggunaan sosial media (sebagai indikator literasi digital) maka semakin tinggi pula hasil skor yang
diperoleh pada saat uji kemampuan berbahasa Indonesia. Hal tersebut menunjukkan bahwa literasi digital
berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan berbahasa Indonesia responden. Maka dari itu, berdasarkan
penelitian ini, hasil yang telah diperoleh penulis sudah sesuai dengan teori dari tinjauan pustaka yang
digunakan, yaitu penelitian Hary Harjono (2018) dengan judul “Literasi Digital: Prospek dan Implikasinya
dalam Pembelajaran Bahasa.” Di mana menurut penelitian tersebut, kefleksibelan yang ditawarkan oleh literasi
digital dalam konteks pembelajaran bahasa dapat memberikan prospek multidimensi dalam meningkatkan
keterampilan berbahasa seseorang.

Sedangkan pada grafik hubungan hasil rekapitulasi penggunaan sosial media selama satu minggu
dengan skor hasil uji kemampuan berbahasa Indonesia yang masuk ke dalam kategori cukup terdapat 6
responden. Elen Derby dengan nilai sebesar 78,5 memiliki total durasi penggunaan sosial media sebesar 27 jam
25 menit per minggu, Sigap Prabawa dengan nilai sebesar 60 memiliki total durasi penggunaan sosial media
sebesar 23 jam 16 menit per minggu, Pindi Dea Juanita dengan nilai sebesar 79 memiliki total durasi
penggunaan sosial media sebesar 21 jam 9 menit per minggu, Ella Fatmala dengan nilai sebesar 68 memiliki
total durasi penggunaan sosial media sebesar 18 jam per minggu, Andika Nur Habibi dengan nilai sebesar 67,5
memiliki total durasi penggunaan sosial media sebesar 27 jam 2 menit per minggu, serta Fauzi Aditya Pranoto
dengan nilai sebesar 76 memiliki total durasi penggunaan sosial media sebesar 24 jam 56 menit per minggu.
Berdasarkan hasil data pada kategori cukup, perbandingan skor antara responden satu dengan responden lebih
fluktuatif dibandingkan dengan hasil pada kategori baik. Ketika penulis melakukan konfirmasi, para responden
kategori cukup, rata-rata menyebutkan penyebabnya karena ada faktor lain saat pengerjaan uji kemampuan
bahasa Indonesia seperti kurangnya konsentrasi dan adanya kendala jaringan sehingga menyebabkan hasil yang
diperoleh kurang maksimal.

Selain mengadakan Uji Kemampuan Bahasa, penulis juga menyebarkan kuesioner dengan tujuan untuk
memperkuat hasil penelitian. Keseluruhan responden menjawab telah mengenal literasi digital serta literasi
digital dianggap memiliki pengaruh yang efektif dalam meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia.

Diagram 1. Hasil Pengetahuan Responden terhadap Literasi Digital

7
Diagram 2. Hasil Pandangan Responden Mengenai Pengaruh Literasi Digital terhadap Kemampuan
Berbahasa Indonesia

Berdasarkan hasil survei, responden memaparkan terdapat beberapa manfaat yang diperoleh setelah
menerapkan literasi digital, diantaranya yakni meningkatkan kemampuan untuk lebih kritis dalam berpikir serta
memahami informasi, menambah penguasaan kosakata dari berbagai sumber informasi yang dibaca,
meningkatkan produktivitas dalam memanfaatkan waktu yang ada, meningkatkan kemampuan dalam
memanfaatkan perangkat digital, lebih mudah dan cepat dalam hal memperoleh dan mengetahui informasi yang
dibutuhkan maupun yang terbaru, serta meningkatkan kemampuan dalam berbahasa yang sesuai dengan kaidah
kebahasaan yang telah ditetapkan.

Di akhir kuesioner yang penulis sebarkan, penulis menanyakan pendapat responden mengenai solusi
apa yang dapat ditawarkan dalam optimalisasi budaya literasi digital terhadap peningkatan kemampuan
berbahasa Indonesia masing-masing individu. Mayoritas dari mereka menyebutkan bahwa optimalisasi budaya
literasi digital terhadap peningkatan kemampuan berbahasa Indonesia dapat dicapai dengan meningkatkan
kesadaran akan pentingnya literasi digital pada masing-masing individu. Solusi lain yang dipaparkan yakni
memanfaatkan media sosial sebagai media sosialisasi dengan membuat konten yang menarik dalam penyajian
bacaan, materi literasi, serta melakukan pengembangan aplikasi digital supaya masyarakat tertarik belajar
menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.

Kesimpulan
Melalui penelitian yang dilaksanakan, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa literasi digital
memiliki pengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan berbahasa Indonesia pada mahasiswa
Perencanaan Wilayah dan Kota, ITS 2021. Dari hasil tersebut, responden yang mendapatkan hasil kategori
baik ternyata diketahui memiliki durasi penggunaan sosial media yang cukup tinggi, di mana penggunaan
sosial media tersebut mewakili kuantitas penerapan literasi digital responden. Sementara itu, responden yang
lain memperoleh hasil dengan kategori cukup dengan durasi penggunaan sosial media yang sedang dengan
rentang nilai yang fluktuatif. Dari sini dapat kita ketahui jika responden yang memiliki hasil dengan kategori
baik cenderung memiliki intensitas penerapan literasi digital yang tinggi sesuai dengan teori yang
dikemukakan Hary Harjono (2018). Implikasi dari penelitian ini, diharapkan melalui penelitian ini literasi

8
digital dapat dioptimalkan pada setiap individu guna peningkatan kemampuan berbahasa Indonesia
dalam prospek multidimensi.
Selain itu, dalam penelitian ini juga masih terdapat kekurangan dalam lemahnya pengkajian
variabel lain yang menyebabkan hasil fluktuatif pada responden yang mendapatkan nilai cukup.
Saran untuk penelitian selanjutnya mengenai penyebab fluktuasi hasil uji kemampuan berbahasa
Indonesia harus mempertimbangkan variabel lain yang mempengaruhi hasil akhir tes guna
mendapatkan hasil yang kredibel.

Anda mungkin juga menyukai