Anda di halaman 1dari 192

PERAN BADAN PERMUSYARATAN DESA DALAM

PROSES LEGISLASI PERATURAN DESA TALANG


JARANG KECAMATAN AIR NAPAL KABUPATEN
BENGKULU UTARA PERSPEKTIF
SIYASAH DUSTURIYAH

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh :

YOGI MISANTO
NIM. 1811150093

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) FATMAWATI
SUKARNO BENGKULU
TAHUN 2022 M/ 1443 H
iii
MOTTO

“Menuntut ilmu adalah takwa. Menyampaikan ilmu adalah


ibadah. Mengulang-ulang ilmu adalah zikir. Mencari ilmu adalah
jihad.”

( Abu Hamid Al Ghazali )

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum,


sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.”

( QS Ar Rad 11 )

“Sistem pendidikan yang bijaksana setidaknya akan mengajarkan


kita betapa sedikitnya yang belum diketahui oleh manusia,
seberapa banyak yang masih harus ia pelajari.”

( Sir John Lubbock )

iv
PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil’alamin

Puji dan syukur atas karunia-mu ya allah yang selalu

memberikan ku hidayah dan kekuatan sehinggah aku dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan iringan do‟a yang tulus dan

ikhlas, untuk keberhasilan ini kupersembahkan kepada:

 Kedua orang tua-ku tercinta dan tersayang, ayahku Bambang

suharto dan ibuku Erni Susanti, yang telah membesarkan,

merawat, memeberikan kasih sayang yang tak berbatas,

selalu memeberikan dukungan, rasa semangat yang tidak

pernah pudar sedikit-pun, selalu memotivasiku, selalu

mendo‟akanku di setiap langkah perjalan hidup ini.

Alhamdulillah walaupun tidak bisa membalas jasa ayah dan

ibu yang banyak berkorban untuk anakmu ini, semoga atas

kelulusan ini bisa membahagiakan dan memeberikan senyum

di raut muka ayah dan ibu, terima kasih banyak ayah dan ibu.

 Untuk semua keluarga besarku yang selalu mensuport dan

memeberikan rasa semangat agar selalu fokus agar bisa

v
menyelesaikan kuliah ini, dan selalu memberikan do‟a

kepada saya sampai pendidikan S1 ini,

 Untuk sahabat saya Arif Marli, Fikri, Yogi Yansyah ,

sekaligus teman seperjuangan dalam menempu perjuangan di

bangku kuliah, dari awal masuk kuliah sampai

menyelesaikan perkuliahan ini, terima kasih sudah

memberikan dukungan, rasa semangat, menasehati, yang

selalu ada setiap saat.

 Pembimbing I Bapak Dr. Rohmadi. S.Ag. MA dan

pembimbing II Ibuk Etry Mike, M.H pembimbing ku yang

sangat baik dan bijaksana terima kasih atas bimbinganya,

bantuanya, nasehatnya, dan ilmunya yang selama ini

dilimpahkan kepadaku dengan rasa tulus dan ikhlas

membimbing ku dalam menyelesaikan skripsiku.

 Saya juga berterima kasih kepada bapak ibu, dosen, Ka

Prodi, Staf dan Karyawan Fakultas Syariah, Khususnya Prodi

Hukum Tata Negara yang telah mengajar, membimbing dan

memberikan ilmu dengan keikhlasan.

vi
 Semua teman teman terkhususnya HTN kelas C, dan teman

teman angkatan 2018 Hukum Tata Negara, terima kasih telah

mengukir kenangan selama menempuh pendidikan di

kampus hijau UINFAS Bengkulu .

 Almamaterku Universitas Islam Negeri ( UIN ) Fatmawati

Sukarno Bengkulu.

vii
SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan :

1. Skripsi ini dengan judul “ Peran Badan Permusyawaratan


Desa dalam Proses Legislasi Peraturan Desa Talang
Jarang Kecamatan Air Napal Kabupaten Bengkulu Utara
Perspektif Siyasah Dusturiyah “ . Adalah asli dan belum
pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik, baik
di UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu maupun di
perguruan tinggi lainya.
2. Skripsi ini murni gagasan, pemeikiran dan rumusan saya
sendiri tanpa bantuan yang tidak sah dari pihak lain
kecuali arahan dari tim pembimbing.
3. Di dalam skripsi ini tidak terdapat hasil karya atau
pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain,
kecuali kutipan secara tertulis dengan jelas dan
dicantumkan sebagai acuan di dalam naskah saya dengan
disebutkan nama pengarangnya dan dicantumkan pada
daftar pustaka.
4. Bersedia skripsi ini diterbitkan di jurnal ilmiah fakultas
syariah atas nama dan dosen pembimbing skripsi saya.
5. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, apabila
dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidak
benaran pernyataan, saya bersedia menerima sanksi
akademik berupa pencabutan gelar sarjana, serta sanksi
lainya sesuai dengan norma dan ketentuan yang berlaku .
Bengkulu ,14 Desember 2022
Mengetahui yang bersangkutan

Yogi Misanto
Nim. 1811150093

viii
ABSTRAK

PERAN BPD DALAM PROSES LEGISLASI PERATURAN


DESA TALANG JARANG KECAMATAN AIR NAPAL
KABUPATEN BENGKULU UTARA PERSPEKTIF SIYASAH
DUSTURIYAH oleh Ahmad Yogi Misanto NIM 1811150093
Ada dua persoalan yang dikaji dalam skripsi ini, yaitu: 1.
Bagaimana Peran Badan Permusyawaratan Desa dalam proses Legislasi
Peraturan Desa Talang Jarang Kecamatan Air Napal Kabupaten Utara
2. Bagaimana Kajian Siyasah Dusturiyah terhadap Peran Badan
Permusyawaratan Desa dalam proses Legislasi Peraturan Desa Talang
Jarang Kecamatan Air Napal Kabupaten Utara Jenis penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif berdasarkan studi kasus dengan
peneliltian lapangan, data-data yang didapat melalui wawancara,
catatan lapangan, foto dan dokumen. Tehnik observasi wawancara,
untuk menganalisa data penulis mendeskripsikan melalui hasil
wawaancara pada Badan Permusyawaratan Desa Talang Jarang.
Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan Peran Badan
Permusyawaratan Desa dalam proses Legislasi Peraturan Desa Talang
Jarang Kecamatan Air Napal Kabupaten Utara belum berjalan
sepenuhnya, dimana kurangnya pemahaman anggota BPD terhadap
fungsinya. Dapat disimpulkan bahwa fungsi Badan Permusyawaratan
Desa (BPD) yaitu membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan
Desa, menampung aspirasi masyarakat, serta melakukan pengawasan
kinerja Kepala Desa. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa
fungsi dalam pengawasan lebih terlaksana dan terealisasi, berbeda
dengan fungsi Pembentukan peraturan dan dalam menampung aspirasi
masyarakat dan yang belum maksimal dalam pelaksanaannya
dikarenakan kurangnya pemahaman anggota BPD terhadap tugas dan
fungsinya berdasarkan peraturan yang berlaku. Peran Badan
Permusyawaratan Desa dalam proses Legislasi Peraturan Desa Talang
Jarang Kecamatan Air Napal Kabupaten Utara, BPD Talang Jarang
secara fungsional dapat disebut sebagai as-shultah at-tasyri’iyah.
Dalam realitas sejarah, kekuasaan legislatif ini dilaksanakan oleh
lembaga Ahlu Halli wal Aqdi, Ahlu Halli wal Aqdi dan BPD yaitu
mempunyai kedudukan yang sama dalam sistem pemerintahan,
setingkat dengan lembaga pemerintah lainnya. Sesuai dengan tugas
Ahlu Halli wal Aqdi yang membuat suatu peraturan hukum sama seperti
halnya BPD dan Pemerintah Desa yang membuat Peraturan Desa.

Kata kunci: BPD, Legislasi Desa dan Fiqh Siyasah Dusturiyah

ix
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat allah SWT yang mana telah
memberikan nikmat iman, nikmat ihsan dan nikmat ilmu sehingga
penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini sebagaimana mestinya.
Shalawat teriring salam tak henti-hentinya kita curahkan kepada
baginda besar kita, imam kita, pemimpin umat yakni Nabi Muhammad
SAW, Karena berkat beliau lah kita merasakan kebahagian iman, ilmu
dan indenpendensi dalam berpikir dan berintraksi.
Skripsi dengan judul “ Peran Badan Permusyawaratan Desa
dalam Proses Legislasi Peraturan Desa Talang Jarang Kecamatan
Air Napal Kabupaten Bengkulu Utara Perspektif Siyasah
Dusturiyah “. Ditujukan guna menyelesaikan tugas Akhir Pada
Akademik Peneliti.
Penyusunan Skripsi Ini bertujuan untuk memenuhi salah satu
syarat guna untuk memperoleh gelar sarjana hukum ( SH ) pada
program studi Hukum Tata Negara Fakultas Syariah Universitas Islam
Negeri ( UIN ) Fatmawati Sukarno Bengkulu. Dalam penyusunan ini
mendapatkan bantuan berbagai pihak. Dengan demikian penyusun
ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada :
1. Rektor Universitas Islam Negeri ( UIN ) Fatmawati Sukarno
Bengkulu Bapak Prof. Dr. KH. Zurkanain Dali, M.Pd.
2. Dekan Fakultas Syariah Universitas Isalam Negeri ( UIN )
Famawati sukarno Bengkulu Bapak Dr. Suwarjin, M.A
3. Koordinator Prodi Hukum Tata Negara Fakultas Syariah
Universitas Isalam Negeri ( UIN ) Famawati sukarno Bengkulu
Bapak Ifansyah Putra, M.Sos
4. Dr. H. Khairudin, M.Ag, Pembimbing Akademik Penulis.

x
5. Dr. Rohmadi, S.Ag. MA selaku pembimbing I yang telah
meluangkan waktu dan memberikan arahan serta masukan yang
berarti bagi penulis, sehinggah skripsi ini selesai dengan baik.
6. Etry Mike, M.H. selaku pembimbing II yang telah meluangkan
waktu dan memberikan arahan serta masukan yang berarti bagi
penulis, sehinggah skripsi ini selesai dengan baik.
7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah Universitas Isalam Negeri
(UIN ) Famawati sukarno Bengkulu yang telah memberikan ilmu
yang bermanfaat dalam membina dalam dan mendidik tunas muda.
8. Staf dan karyawan Fakultas Syariah Universitas Isalam Negeri
(UIN ) Famawati sukarno Bengkulu yang senantiasa memberikan
pelayanan terbaik guna kemajuan Fakultas.
9. Kedua orang tua yang selalu memberikan do‟a dan dukungan serta
motivasi demi mencapai segala impin dan cita-cita peneliti.
10. Sahabat seperjuangan Program Studi Hukum Tata Negara
UINFAS Bengkulu yang tak lelah menemani, mendukung dan
mendo‟akan dalam penulisan skripsi ini.
11. Semua pihak yang terlibat dalam membantu dan berperan dalam
penulisan skripsi ini
Dalam penulisan skripsi, peneliti menyadari akan banyak
kekurangan dan kesalahan dari berbagai hal yang ada dalam skripsi ini.
Oleh karena itu, peneliti akan terus berusaha semaksimal mungkin
dalam mencapai hasil akhir yang terbaik dalam penulisan skripsi ini.
Bengkulu, 14 Desember 2022

Yogi Misanto
NIM. 1811150093

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................ iii
HALAMAN MOTTO ........................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................ v
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................ viii
ABSTRAK .......................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ........................................................................ x
DAFTAR ISI ....................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .............................................................................. xiv
DAFTAR BAGAN.............................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 14
C. Tujuan Penelitian ................................................................. 14
D. Kegunaan Penelitian............................................................. 15
E. Penelitian Terdahulu ............................................................ 16
F. Metode Penelitian................................................................. 24
G. Sistematika Penulisan .......................................................... 33

BAB II KAJIAN TEORI


A. Teori Perwakilan .................................................................. 36
B. Teori Perundang-Undangan ................................................. 49
C. Teori Siyasah Dusturiyah ..................................................... 55

xii
BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Sejarah Desa ......................................................................... 65
B. Letak Geografis Desa ........................................................... 77
C. Kondisi Umum Desa ............................................................ 77
D. Keadaan Ekonomi Desa ....................................................... 83
E. Kondisi Pemerintah Desa ..................................................... 83
F. Masalah dan Potensi Desa .................................................... 85
BAB IV PEMBAHASAN
A. Peran Badan Permusyawaratan Desa dalam proses
Legislasi Peraturan Desa Talang Jarang Kecamatan Air
Napal Kabupaten Utara ...................................................... 103
B. Kajian Siyasah Dusturiyah terhadap Peran Badan
Permusyawaratan Desa dalam proses Legislasi Peraturan
Desa Talang Jarang Kecamatan Air Napal Kabupaten
Utara ................................................................................... 129
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................ 144
B. Saran ................................................................................... 145
DAFTAR PUSTAKA

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 ................................................................................. 28


Tabel 3.1 ................................................................................. 70
Tabel 3.2 ................................................................................. 71
Tabel 3.3 ................................................................................. 72
Tabel 3.4 ................................................................................. 80
Tabel 3.5 ................................................................................. 80
Tabel 3.6 ................................................................................. 80
Tabel 3.7 ................................................................................. 81
Tabel 3.8 ................................................................................. 82
Tabel 3.9 ................................................................................. 82
Tabel 3. 10 .............................................................................. 85
Tabel 3.11 ............................................................................... 93

xiv
DAFTAR BAGAN

Bagan 3.1 .................................................................................. 84

xv
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Desa merupakan pemerintahan terkecil yang berada di

Negara Republik Indonesia yang memiliki kebebasan dalam

mengatur peraturan dan sistem pemerintahan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam

menjalankan roda pemerintahan desa dipimpin oleh Kepala

Desa dan Perangkat Desa. Kepala Desa adalah Pejabat

Pemerintah Desa yang mempunyai wewenang, tugas dan

kewajiban untuk menyelenggarakan rumah tangga desanya

dan melaksanakan tugas dari Pemerintah dan Pemerintah

Daerah. Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014, bentuk

pemerintahan desa terdiri atas Pemerintahan Desa dan Badan

Perwakilan Desa dimana Pemerintah Desa terdiri atas Kepala

1
2

Desa dan perangkat desa (sekdes, bendaharawan desa, kepala

seksi dan kepala dusun).1

Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut

dengan nama lain adalah lembaga yang melaksanakan fungsi

pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari

penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan

ditetapkan secara demokratis.2

Kedudukan badan permusyawaratan desa berdasarkan

Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 telah bergeser tidak

sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa hal tersebut di

tegaskan pada Pasal 23 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

tentang Desa, bahwa pemerintahan desa diselenggarakan oleh

pemerintah desa. Dengan demikian badan permusyawaratan

desa berada diluar struktur pemerintahan desa. Badan

permusyawaratan desa menjadi lembaga yang mandiri namun

mempunyai fungsi pemerintahan.3

1
Doni Damara, Implementasi Fungsi Badan Permusyawaratan Desa
(BPD) Di Desa Nerekeh Kecamatan Lingga Kabupaten Lingga Tahun,
Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjung Pinang, 2016, h 2
2
Pasal 1 ayat (4) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang
Desa
3
Pasal 23 undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang Desa
3

Pemerintahan desa terdiri dari pemerintah desa dan

Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Pemerintah desa terdiri

dari Kepala Desa dan Perangkat Desa. Kepala desa dipilih

langsung oleh rakyat dan kepala desa yang terpilih ditetapkan

langsung oleh BPD serta disahkan langsung oleh Bupati.

Sedangkan BPD dipilih dari dan oleh penduduk desa

bersangkutan. Titik tolak pembangunan yang dilaksanakan

ditingkat pedesaan sebaiknya berdasarkan kepemimpinan

kepala desa dengan segenap potensi masyarakat yang ada, ini

hendaknya digalang secara baik besama-sama BPD sehingga

keberhasilan pembangunan dapat dinikmati dan dirasakan

bersama.

Pelaksanakan tugas dan fungsinya tersebut, maka

setiap keputusan atau peraturan yang kemudian diambil oleh

BPD, harus melibatkan aspirasi seluruh masyarakat setempat

serta harus mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat

desa, tidak mengandung unsur kepentingan pribadi atau

kelompok. Kehadiran BPD sangat di harapkan dalam

menjalankan tugas dan fungsinya sehingga dapat mencakup


4

pemerintahan yang baik, agar dapat terjamin terwujudnya

suatu pemerintahan desa Talang Jarang yang demokratis,

berpihak kepada masyarakat, menampung aspirasi masyarakat,

melakukan pengawasan terhadap jalannya pemerintah Desa,

dan membuat peraturan bersama-sama kepala desa, serta lebih

baik lagi.

Berdasarkan Undang-Undang No.6 Tahun 2014

tentang Desa pasal 1 ayat 1 Desa adalah desa dan desa adat

atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya di sebut desa,

adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas

wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus

urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat

berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul dan atau hak

tradisonal yang di akui dan di hormati dalam sistem

pemerintahan negara kesatuan republik Indonesia. Dari konsep

pemerintahan desa dapatlah diketahui bahwa desa sebagai

suatu organisasi pemerintahan yang dikelola oleh Kepala Desa

yang difungsikan sebagai menjalankan pemerintahan,

sedangkan BPD difungsikan sebagai unsur penyelenggaraan


5

pemerintahan desa. BPD merupakan badan legislatif desa yang

akan mengawasi kebijakan yang dilaksanakan oleh Kepala

Desa dalam menciptakan pembangunan desa.

Badan Permusyawaratan Desa merupakan suatu

lembaga legislasi dan wadah yang berfungsi untuk

menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. Lembaga

ini pada hakikatnya adalah mitra kerja Pemerintah Desa yang

memiliki kedudukan sejajar dalam menyelenggarakan urusan

pemerintahan, pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat.

Sebagai lembaga legislatif desa, BPD bertugas membuat

peraturan desa dimana BPD ikut serta dalam merumuskan dan

menetapkan peraturan desa yang akan ditetapkan dan

dijalankan oleh pemerintah desa.

Badan Permusyawaratan Desa memiliki fungsi utama

yakni merumuskan dan menetapkan Peraturan Desa bersama-

sama dengan pemerintah desa serta menampung dan

menyalurkan aspirasi dari masyarakat kepada pemerintah desa.

Proses pembuatan peraturan desa, mencakup tiga bagian yaitu

bagian perencanaan, penyusunan peraturan desa oleh kepala


6

desa dan penyusunan peraturan desa oleh BPD, pembahasan,

penetapan, pengundangan dan penyebarluasan.4 Bagian ini di

atur dalam pasal 5 sampai 13 Permendagri Nomor 111 Tahun

2014 tentang pedoman teknis pembuatan peraturan di desa.

Selain fungsi dalam legislasi dan refresentasi, BPD juga

memiliki fungsi lainnya seperti mengayomi yaitu menjaga

kelestarian adat istiadat yang hidup dan berkembang di desa

yang bersangkutan sepanjang menunjang kelangsungan

pembangunan dan melakukan pengawasan yaitu meliputi

pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa, anggaran

pendapatan dan belanja desa/APBDesa serta keputusan kepala

desa.

Fungsi legislasi adalah salah satu tugas utama BPD

dalam proses penyelenggaraan pemerintahan di desa.

Berbicara tentang legislasi tentunya kita mengarah pada

adanya output yang dihasilkan dalam bentuk peraturan

perundang-undangan. Dilevel desa peraturan perundang-

undangan disebut dengan peraturan desa (Perdes). BPD

4
Pasal 5 sampai Pasal 13 Permendagri Nomor 111 tahun 2014
tentang Pedoman Teknis Pembuatan Peraturan Di Desa
7

melakukan koordinasi dengan pemerintah desa yakni kepala

desa beserta jajarannya dalam merumuskan dan menetapkan

peraturan desa. Badan permusyawaratan desa memiliki hak

untuk menyetujui atau tidak terhadap peraturan desa yang

dibuat oleh pemerintah desa dalam hal ini kepala desa dan

perangkat desa lainnya. Lembaga ini juga dapat membuat

rancangan peraturan desa untuk secara bersama-sama

pemerintah desa untuk ditetapkan menjadi peraturan desa.

Di dalam Permendagri Nomor 110 Tahun 2016 tentang

Badan Permusyawaratan Desa yang mana tugas dan fungsinya

telah diatur dalam Pasal 31 dan Pasal 32, di dalam pasal 31

huruf (a) berbunyi: membahas dan meyepakati Rancangan

Peraturan Desa bersama Kepala Desa. Tahapan-tahapan dalam

membahas dan menyepakati rancangan Perdes diperjelas

kembali dalam Pasal 44, di dalam proses legislasi peraturan

desa umumnya melalui 3 tahapan yaitu tahap inisiasi, tahap

sosio-politis dan tahap yuridis. Tahap-tahap ini mencakup

pengusulan, perumusan, pembahasan, pengesahan dan

pengundangan. Rancangan peraturan desa, dapat diajukan oleh


8

pemerintah desa dan dapat juga oleh BPD. Dalam menyusun

rancangan peraturan desa, pemerintah desa dan atau BPD

harus memperhatikan dengan sungguh-sungguh aspirasi yang

berkembang di masyarakat. Rancangan peraturan desa yang

berasal dari pemerintah desa disampaikan oleh kepala desa

kepada BPD secara tertulis. Setelah menerima rancangan

peraturan desa, BPD melaksanakan rapat paripurna untuk

mendengarkan penjelasan kepala desa. Jika rancangan

peraturan desa berasal dari BPD, maka BPD mengundang

pemerintah desa untuk melakukan pembahasan. Setelah

dilakukan pembahasan, maka BPD menyelenggarakan rapat

paripurna yang dihadiri oleh anggota BPD dan pemerintah

desa dalam acara penetapan persetujuan BPD atas rancangan

peraturan desa menjadi peraturan desa yang dituangkan dalam

keputusan BPD. Setelah mendapatkan persetujuan BPD, maka

kepala desa menetapkan peraturan desa, serta memerintahkan

sekretaris desa atau kepala urusan yang ditunjuk untuk

mengundangkannya dalam lembaran desa.5

5
Permendagri Nomor 110 Tahun 2016 tentang Badan
9

Tahap-tahap penyusunan dan penetapan peraturan desa

yang ada harus dijalankan seluruh desa di Indonesia dengan

memperhatikan tiap tahapan, tidak terkecuali dalam

pembuatan Peraturan Desa di Desa Talang Jarang Kecamatan

Air Napal Kabupaten Bengkulu Utara, BPD merupakan salah

satu Unsur penyelenggara pemerintahan desa yang paling

berperan dalam Pembuatan Perdes, yang mana tugas dan

fungsinya telah di atur dalam peraturan perundang-undangan.

BPD di Desa Talang Jarang dalam pembentukan peraturan

desa kurang maksimal dalam menjalankan peranannya karena

Peraturan Desa yang telah dibuat BPD hanya mengetahui dan

menyepakati saya tanpa terlibat dalam penyusunan dan

pembahasan peraturan desa tersebut, perlu untuk diketahui

sebagai contoh ada beberapa peraturan Desa Talang Jarang

salah satunya Peraturan Desa tentang larangan keluar malam

diatas jam 11 malam, dimana peraturan desa tersebut dalam

rancangan pembentukannya BPD hanya menyepakati dan

mensetujui saja Perdes tersebut tanpa terlibat dalam

Permusyawaratan Desa
10

penyusunannya, hal ini bagi penulis menjadi pertanyaan

tentang kemampuan BPD dalam proses legislasi peraturan

desa. Kemudian permasalahan selanjutnya yaitu kurangnya

sosialisasi peraturan yang dibuat oleh perangkat desa dengan

BPD yang menjadi permasalahan dalam proses penyusunan

dan penetapan peraturan tidak sesuai dengan apa yang

diinginkan dengan masyarakat sehingga masih banyak yang

melanggar peraturan desa.

Siyasah Dusturiyah adalah aturan-aturan yang

membahas tentang kekuasaan yang meliputi hukum tata

negara, administrasi negara, hukum internasional dan hukum

ekonomi. Siyasah Dusturiyah pun berbicara tentang hubungan

masyarakat dan pemimpinnya atau pemerintah. Sebagai

Pemerintahan yang mempunyai hak-hak dalam melaksanakan

tugas dan fungsinya. Dalam hal yang menjadi hak-hak

pemerintahan desa adalah sebagai ulil amri dimana warga

masyarakat mempunyai kewajiban menaati ulil amri agar

terealisasinya Pelaksanaan fungsi Badan Permusywaratan


11

Desa sebagai pemerintah desa yang menjadi kewenangannya

dalam melaksanakan fungsinya pemerintahan desa.6

Pemikiran ulama fiqih dalam merumuskan istilah Ahlul

Halli Wal Aqdi oleh ulama fiqih sebagai Ahlu Halli Wal Aqdi

yang bertindak sebagai wakil umat. Mereka menyetujui

pendapat wakil-wakil itu karena ikhlas, konsekuen, taqwa, adil

dan kegigihan mereka didalam memperjuangkan kepentingan

rakyatnya. Karena Ahlu Halli Wal Aqdi merupakan suatu

lembaga pemilih orang-orangnya berkedudukan sebagai wakil

rakyat dan salah tugasnya memilih khalifah dalam pemikiran

ulama fiqih secara tidak langsung melalui perwakilan.7 Dilihat

dari segi fungsional, sama seperti Dewan Perwakilan Rakyat

(DPR) ditingkat pusat, dan Dewan perwakilan Rakyat Daerah

(DPRD) ditingkat daerah dan sampai pemerintahan terendah

diIndonesia yaitu ditingkat desa yang dikenal dengan Badan

Permusyawaratan Desa (BPD).

6
Dahlia, Analisis Siyasah Dusturiyah Terhadap Peraturan Daerah
Bernuansa Syariah Dalam Sistem Hukum Di Indonesia, Skripsi, Universitas
Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2020, h 49
7
H. Kadenun, Pedoman Teknis Pembuatan Peraturan Di Desa, Jurnal
Qalamuna, Vol. 11, No. 2, Juli-Desember 2019
12

Dasar pembentukan Ahlu halli wal Aqdi itu mengacu

berdasarkan Al-Qur‟an, yaitu terlihat dalam surat Asy-Syura

Ayat 38:8

َّ‫َّواَقَ ُامواَّالص ٰلوةَََّّۖ َواَ ْم ُرُه ْمَّ ُش ْو ٰرى‬ ِ ِ


َ ‫َّاستَ َجابُ ْواَّل َربِّ ِه ْم‬
ْ ‫َوالَّذيْ َن‬
َّۖ‫اَّرَزقْ ٰن ُه ْمَّيُ ْن ِف ُق ْو َن‬ ِ
َ ‫بَ ْي نَ ُه َّْمَّۖ َومم‬
Artinya: dan (bagi) orang-orang yang menerima
(mematuhi) seruan Tuhan dan melaksanakan
salat, sedang urusan mereka (diputuskan)
dengan musyawarah antara mereka; dan mereka
menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami
berikan kepada mereka

Lembaga Ahlu halli wal Aqdi dalam sistem

ketatanegraaan Islam menurut Abu a‟la al-Maududi, memiliki

beberapa tugas diantaranya:9

a. Menegakkan aturan yang ditentukan secara tegas dalam

syariat dan merumuskan suatu perundangan-undangan yang

mengikat kepada seluruh umat tentang hal-hal yang tidak

diatur secara tegas oleh Al-Qur‟an dan Al-Sunnah;

8
Surat Asy-Syura Ayat 38
9
Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara, Ajaran, Sejarah dan
Pemikiran, (Jakarta:Universitas Press, 1993), h 169
13

b. Jika pedoman-pedoman dalam Al-Qur‟an dan As-Sunnah

mempunyai kemungkinan interprestasi lebih dari satu,

maka lembaga legislatiflah yang berhak memutuskan

penafsiran terhadap mana yang harus ditempatkan dalam

kitab undang-undang;

c. Jika tidak ada isyarat yang jelas dalam Al-Qur‟an dan As-

Sunnah, fungsi lembaga legislatif ini adalah menegakkan

hukum-hukum yang berkaitan dengan masalah yang sama,

tentunya dengan selalu menjaga jiwa hukum Islam. Dan

jika sudah ada hukum-hukum dalam bidang yang sama

yang telah tercantum dalam kitab-kitab fikih, maka dia

bertugas untuk menganut salah satu diantaranya.

Jika dalam masalah apapun Al-Qur‟an dan As-Sunnah

tidak memberikan pedoman yang sifatnya dasar sekalipun,

atau masalah ini juga tidak ada dalam konfensi Khulafa

Rasiyydin, maka kita harus mengartikan bahwa Tuhan telah

memberikan kita kebebasan melakukan legislasi mengenai

masalah ini menurut apa yang terbaik. Oleh karenanya, dalam

kasus semacam ini, lembaga legislatif dapat melakukan


14

perumusan hukum tanpa batasan, sepanjang tidak bertentangan

dengan jiwa semangat syari‟ah.

Berdasarkan permasalahan di atas penulis tertarik

untuk mengangkat judul “Peranan Badan Permusyaratan

Desa Dalam Proses Legislasi Peraturan Desa Talang

Jarang Kecamatan Air Napal Kabupaten Bengkulu Utara

Perspektif Siyasah Dusturiyah”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Peran Badan Permusyawaratan Desa dalam

proses Legislasi Peraturan Desa Talang Jarang Kecamatan

Air Napal Kabupaten Utara?

2. Bagaimana Kajian Siyasah Dusturiyah terhadap Peran

Badan Permusyawaratan Desa dalam proses Legislasi

Peraturan Desa Talang Jarang Kecamatan Air Napal

Kabupaten Utara?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk Mengetahui Peran Badan Permusyawaratan Desa

dalam proses Legislasi Peraturan Desa Talang Jarang

Kecamatan Air Napal Kabupaten Utara


15

2. Untuk Mengetahui Kajian Siyasah Dusturiyah terhadap

Peran Badan Permusyawaratan Desa dalam proses Legislasi

Peraturan Desa Talang Jarang Kecamatan Air Napal

Kabupaten Utara

D. Kegunaan Penelitian

1. Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi dan sumbangan pemikiran dalam pengembangan

Ilmu Hukum Tata Negara (siyasah) yang berkaitan dengan

Peran Badan Permusyawaratan Desa dalam proses Legislasi

Peraturan Desa Talang Jarang Kecamatan Air Napal

Kabupaten Utara.

2. Praktis

a. Memberikan informasi kepada masyarakat dan kalangan

akademisi khususnya mahasiswa Fakultas Syari‟ah

mengenai Peran Badan Permusyawaratan Desa dalam

proses Legislasi Peraturan Desa Talang Jarang

Kecamatan Air Napal Kabupaten Utara.


16

b. Menjadi salah satu referensi bagi pemerintah Indonesia

dalam menetapkan kebijakan tentang hal-hal yang

berkaitan dengan Peran Badan Permusyawaratan Desa

dalam proses Legislasi Peraturan Desa Talang Jarang

Kecamatan Air Napal Kabupaten Utara.

E. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan sudut pandang penulisan skripsi serta

untuk menghindari kesamaan dengan penyusun sebelumnya,

maka dari itu penyusun melakukan penelusuran terhadap

penelitin-penelitian yang telah ada sebelumnya yang berkaitan

dengan penelitian yang dilakukan oleh penyusun terhadap

tema skripsi yang setara. Berikut penelitian terdahulu:

1. Skripsi Istiyani Universitas Negeri Yogyakarta, dengan

judu Pembentukan Peraturan Desa (Perdes) Di Desa

Kaligintung Kecamatan Temon Kabupaten Kulon Progo,

skripsi membahas tentang bagaimana pembentukan

Peraturan Desa (Perdes) di Desa Kaligintung, hambatan-

hambatan yang dihadapi Kepala Desa Kaligintung dan

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Kaligintung dalam


17

pembentukan Peraturan Desa (Perdes), serta untuk

mengetahui upaya yang dilakukan Kepala Desa Kaligintung

dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Kaligintung

untuk mengatasi hambatan tersebut. Penelitian ini

merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan

kualitatif. Penentuan subjek penelitian menggunakan teknik

purposive, yaitu berdasar pertimbangan, kriteria atau ciri

tertentu. Peneliti menentukan subjek penelitian berdasarkan

atas tujuan bahwa subjek penelitian dapat memberikan

informasi mengenai bagaimana pembentukan Peraturan

Desa (Perdes) di Desa Kaligintung, hambatan-hambatan

yang dihadapi, dan upaya-upaya yang dilakukan untuk

mengatasinya oleh Kepala Desa dan Badan

Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Kaligintung

Kecamatan Temon Kabupaten Kulon Progo. Sedangkan

penulis membahas tentang Peran Badan Permusyawaratan

Desa dalam proses Legislasi Peraturan Desa Talang Jarang

Kecamatan Air Napal Kabupaten Utara, yang mana dalam

pembahasan ini penulis lebih condong kearah proses-proses


18

pembentukan peraturan desa oleh BPD, perbedaanya ialah

penelitian terdahulu lembih membahas hambatan-hambatan

dalam pembentukan peraturan desa.10

2. Skripsi Chendryta Rikeresia Fakultas Hukum Universitas

Islam Indonesia Yogyakarta tahun 2020, skripsi dengan

judul Peranan Badan Permusyawaratan Desa (Bpd) Dalam

Pembentukan Peraturan Desa Periode 2017-2019 Di Desa

Kemiri, Kecamatan Gebang, Kabupaten Purworejo, skripsi

ini membahas tentang Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

merupakan lembaga legislatif tingkat desa memiliki salah

satu fungsi pembentukan peraturan desa, di mana Badan

Permusyawaratan Desa (BPD) di Desa Kemiri, Kecamatan

Gebang, Kabupaten Purworejo dalam menjalankan fungsi

tersebut tidak berjalan sesuai dengan Pasal 31 huruf a

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia

Nomor 110 tentang Badan Perusyawaratan Desa (BPD)

yang berhubungan dengan materi dalam penyusunan

peraturan desa. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui

10
Istiyani, Peraturan Desa (Perdes) Di Desa Kaligintung Kecamatan
Temon Kabupaten Kulon Progo, Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta, 2019
19

penyebab dari belum berjalan secara optimal fungsi Badan

Permusyawaratan Desa (BPD) di Desa Kemiri dalam

pembentukan peraturan desa pada periode 2017-2019,

mengetahui faktor-faktor penghambat kinerja Badan

Permusyawaratan Desa (BPD) dalam pembentukan

peraturan desa di Desa Kemiri, serta mengetahui cara untuk

meningkatkan kinerja Badan Pemusyawaratan Desa (BPD)

dalam pembentukan peraturan desa di Desa Kemiri untuk

menjadi lebih baik kedepannya. Sedangkan penulis

membahas tentang Peran Badan Permusyawaratan Desa

dalam proses Legislasi Peraturan Desa Talang Jarang

Kecamatan Air Napal Kabupaten Utara, yang mana dalam

pembahasan ini penulis lebih condong kearah proses-proses

pembentukan peraturan desa oleh BPD, perbedaanya ialah

penelitian terdahulu lembih membahas hambatan-hambatan

dalam pembentukan peraturan desa.11

11
Chendryta Rikeresia, Peranan Badan Permusyawaratan Desa
(Bpd) Dalam Pembentukan Peraturan Desa Periode 2017-2019 Di Desa
Kemiri, Kecamatan Gebang, Kabupaten Purworejo, Skripsi Fakultas Hukum
Universitas Islam Indonesia Yogyakarta tahun 2020
20

3. Skripsi Dwi Wahyudi Fakultas Syariah Universitas Islam

Negeri raden Intan Lampung, skripsi ini dengan judul

Mekanisme Pelaksanaan Pembuatan Peraturan Desa

Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang

Desa Dalam Perspektif Fiqh Siyasah (Studi di Desa

Sukoharjo 03 Barat, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten

Pringsewu), skripsi ini membahas tentang Di dalam UU

Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Desa adalah kesatuan

masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah tertentu

dan memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan

adat istiadat setempat yang diakui Negara. Keberadaan desa

sendiri saat ini diatur secara khusus dalam Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Lahirnya UU Nomor 6

Tahun 2014 juga mengatur tentang kedudukan dan jenis

desa; penataan desa; kewenangan desa; penyelenggaraan

pemerintahan desa; hak dan kewajiban desa dan masyarakat

desa; keuangan desa dan aset desa; serta pembangunan desa

dan pembangunan kawasan perdesaan. Peraturan Desa juga


21

merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan

perundangundangan yang lebih tinggi dengan

memperhatikan kondisi sosial budaya masyarakat desa

setempat. Pembentukan peraturan desa dilakukan Oleh

Pemerintah Desa (Kepala Desa dan Perangkat Desa) dan

BHP (Badan Himpun Pemekonan) selaku legislasi. Dalam

pembuatan Peraturan Desa, Kepala Desa wajib melibatkan

Badan Himpun Pemekonan sesuai dengan Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa. Sedangkan penulis

membahas tentang Peran Badan Permusyawaratan Desa

dalam proses Legislasi Peraturan Desa Talang Jarang

Kecamatan Air Napal Kabupaten Utara, yang mana dalam

pembahasan ini penulis lebih condong kearah proses-proses

pembentukan peraturan desa oleh BPD, perbedaanya ialah

penelitian terdahulu lembih membahas hambatan-hambatan

dalam pembentukan peraturan desa.12

12
Dwi Wahyudi, Mekanisme Pelaksanaan Pembuatan Peraturan
Desa Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa Dalam
Perspektif Fiqh Siyasah (Studi di Desa Sukoharjo 03 Barat, Kecamatan
Sukoharjo, Kabupaten Pringsewu), Skripsi Fakultas Syariah Universitas Islam
Negeri raden Intan Lampung 2020
22

4. Jurnal Ahdi Fajrin Prasetya, Jurnal Fiat Justista Volume 3

Nomor 1 Juli-September 2016, dengan judul Peran Badan

Permusyawaratan Desa Dalam Mewujudkan Pembentukan

Peraturan Desa Yang Partisipatif di Kabupaten Lampung

Timur, jurnal ini membahas mengenai peraturan desa yang

digagas dan dirancang oleh Kepala Desa. BPD

kurangnya pengetahuan yang berkaitan dengan tugas

dan fungsi mereka dalam undang-undang desa,

mekanisme dan proses pembuatan peraturan desa

partisipatif, dan BPD kurang optimal dalam membuat

sinergi dengan masyarakat terkait partisipatif pembuatan

peraturan desa. Hak-hak masyarakat di Desa Bojong telah

partisipatif dalam membuat peraturan desa tetapi tidak

optimal seperti yang diatur Pasal 96 UU Nomor 12 Tahun

2011 tentang undang-undang yang berkaitan dengan

hak-hak partisipasi publik. Pembuatan peraturan desa di

Bojong sejauh dilakukan dengan desa musyawarah

publik oleh tokoh-tokoh masyarakat sebagai perwakilan

masyarakat dari masing-masing sub desa untuk


23

menyampaikan aspirasi masyarakat dalam membuat

peraturan desa di Desa Bojong. Hasil wawancara

dengan ketua BPD di Desa Bojong menyarankan

bahwa musyawarah desa dalam membuat peraturan desa

hanya formalitas, karena mayoritas peserta seperti tokoh

masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda, dan anggota

BPD hampir selalu setuju dengan rancangan peraturan

desa diusulkan oleh pemerintah desa. Sedangkan penulis

membahas tentang Peran Badan Permusyawaratan Desa

dalam proses Legislasi Peraturan Desa Talang Jarang

Kecamatan Air Napal Kabupaten Utara, yang mana dalam

pembahasan ini penulis lebih condong kearah proses-proses

pembentukan peraturan desa oleh BPD, perbedaanya ialah

penelitian terdahulu lembih membahas hambatan-hambatan

dalam pembentukan peraturan desa.13

13
Ahdi Fajrin Prasetya, Peran Badan Permusyawaratan Desa Dalam
Mewujudkan Pembentukan Peraturan Desa Yang Partisipatif di Kabupaten
Lampung Timur, Jurnal Fiat Justista Volume 3 Nomor 1 Juli-September 2016
24

F. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

a. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis

penelitian lapangan (field research), yaitu objek

penelitian langsung pada Badan Permusyawaratan Desa

dengan menggunakan pendekatan kualitatif, penelitian

kualitatif merupakan salah satu prosedur penelitian yang

mengasilkan data deskriptif berupa ucapan dari orang-

orang yang diamati.14 Semua data yang telah berhasil

digali dan dikumpulkan bersumber dari lapangan yaitu

dari pihak-pihak terkait dengan Peran Badan

Permusyawaratan Desa dalam proses Legislasi Peraturan

Desa Talang Jarang Kecamatan Air Napal Kabupaten

Utara.

b. Pendekatan Penelitian

penelitian dalam emecahkan isu hukumUntuk m

pendekatan tertentu -hukum memerlukan pendekatan

14
Basrowi dan Swandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2008), h 1
25

sebagai dasar pijakan untuk menyusun argumen yang

Menurut Peter Mahmud Mar uki pendekatan yang .tepat

lah sebagai digunakan dalam penelitian hukum ada

:berikut15

1) )htatuteAApproach( Undangan-Pendekatan Perundang

2) )historicalAApproach( Pendekatan Sejarah

3) )homparativeAApproach( Pendekatan Perbandingan

4) )honceptualAApproach( Pendekatan Konseptual

Adapun pendekatan penelitian yang digunakan

alam penelitian yang dilakukan dari beberapa penulis d

-pendekatan diatas adalah pendekatan Perundang

Pendekatan ini dilakukan .)htatuteAApproach( Undangan

Undangan -dengan cara mengkaji peraturan Perundang

yang berhubungan dengan )isu hukum( permasalahan

Undangan -dihadapi. Pendekatan Perundang yang sedang

ini contohnya dilakukan dengan memahami kesesuaian

Undang, -Undang Dasar dengan Undang-antara Undang

15
menelitianA hunum ,Mar uki Peter Mahmud, (Jakarata:
Prenadamedia iroup, 2005), h 133
26

-Undang yang satu dengan Undang-atau antara Undang

.Undang yang lain16

Undangan adalah -Pendekatan Perundangan

an yang dilakukan dengan menganalisis semuapendekat

dan regulasi anundang-ndangperu ketentuan peraturan

yang berhubungan dengan isu hukum yang akan diteliti.

Pendekatan perbandingan adalah pendekatan yang

dilakukan dengan cara melakukan perbandingan

peraturan yang berhubungan dengan -uranterhadap perat

isu yang dihadapi yang telah di -tema/masalah dan isu

.undangkan dan telah mempunyai kekuatan hukum tetap

2. kaWtu dan Lokasi Penelitian

Waktu Pelaksanaan dalam Penelitian ini

diperkirakan akan berlangsung selama 1 bulan dan

dilakukan di Kabupaten Bengkulu Utara, alasan mengapa

penulis mengambil lokasi penelitian ini karena sesuai

dengan obsrvasi awal, bahwa Peran Badan

Permusyawaratan Desa dalam proses Legislasi Peraturan

16
munuhAitianlenme ,iku arM dumahM eterP,… 24 h
27

Desa Talang Jarang Kecamatan Air Napal Kabupaten Utara

Karena masih lemah, karena itulah penulis mengambil

daerah ini sebagai lokasi atau tempat penelitian.

3. Informan Penelitian

Informan adalah orang yang memberikan

informasi tentang keadaan yang terjadi pada

permasalahan yang akan diteliti.17 Pemilihan

informan dalam penelitian ini menggunakan teknik

purposive sampling, yakni pengambilan informan

secara tidak acak, tetapi melalui pertimbangan dan

kriteria yang ditentukan sendiri oleh peneliti sehingga

layak dijadikan informan dalam penelitian ini.

Informan yang akan peneliti wawancara adalah

17
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:
Rosdakarya, cet: XVII, 2002), h 90
28

Tabel 1.1

No Instansi/Masyarakat

1 Badan Permusyawaran Desa Talang Jarang

2 Pemerintah Desa Talang Jarang

3 Masyarakat Desa talang Jarang

4. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

a. Sumber Data

Sumber-sumber penelitian hukum dapat

dibedakan menjadi dua sumber yaitu penelitian

yang berupa bahan-bahan hukum primer dan

bahan-bahan hukum sekunder.18 Jenis bahan

hukum dapat dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu

bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan

bahan hukum tersier. Dalam penelitian ini, sumber

bahan hukum terdiri atas:

18
mmenelitianAhunu ,Peter Mahmud Mar uki,… h 181
29

1) Data Primer

Data primer adalah data yang diambil

dari sumber pertama yang diperoleh melalui

wawancara terhadap informan yang ditemui

dilapangan. Dalam hal ini, berupa data dan

informasi hasil wawancara dengan pihak yang

bersangkutan dengan penelitian penulis. Data

primer diperoleh dari informan melalui

wawancara yang diharapkan informan tersebut

dapat memberikan data serta informasi yang

jelas dan akurat tentang Peran Badan

Permusyawaratan Desa dalam proses Legislasi

Peraturan Desa Talang Jarang Kecamatan Air

Napal Kabupaten Utara.

2) Data Sekunder

Bahan hukum sekunder yang utama adalah

-buku teks karena buku teks berisi mengenai prinsip

pandangan -prinsip dasar ilmu hukum dan pandangan

ng mempunyai kualifikasi klasik para sarjana ya


30

.tinggi19Dalam penelitian ini bahan hukum sekunder

:yang digunakan meliputi

(1) buku ilmiah dibidang hukum-Buku

(2) .Jurnal ilmiah

(3) Artikel ilmiah

3) Data Tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan yang

adap memberikan petunjuk maupun penjelasan terh

:yaitu ,bahan hukum primer dan sekunder

1) Kamus dan Kamus Besar Bahasa Indonesia

.kumuh

2) situs di Internet seperti ensiklopedia, -Situs

wikipedia dan yang berkaitan dengan Tema

.Penelitian yang dikaji

b. Teknik Pengumpulan Data

Dalam Penelitian ini menggunakan teknik

pengumpulan data dokumentasi, wawancara dan

dokumrntasi.

19
h. 182 ,...menelitianAhunum ,Peter Mahmud Mar uki
31

1. Observasi

Observasi, yaitu proses pengambilan

data dalam penelitian di mana peneliti dengan

mengamati kondisi yang berkaitan dengan objek

penelitian.

2. Wawancara

Metode wawancara digunakan untuk

memperoleh informasi tentang hal-hal yang

tidak diperoleh lewat pengamatan. Wawancara

adalah teknik tanya jawab secara langsung

mengenai masalah Peran Badan

Permusyawaratan Desa dalam proses Legislasi

Peraturan Desa Talang Jarang Kecamatan Air

Napal Kabupaten Utara, (intervewer) yang

memberikan pertanyaan dan yang diwawancarai

(interviewee) sebagai pemberi jawaban atas

pertanyaan itu.20 Peneliti dengan informan yang

dilakukan secara terbuka berdasarkan pedoman

20
Basrowi dan Swandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2008), h 127
32

yang telah diusulkan sebelumnya. Penulis

membuat pedoman wawancara yang berisi

pertanyaan-pertanyaan dan tersusun dalam

interview guide.

Para informan dipilih dengan sengaja,

yaitu mereka yang diperkirakan mampu

memberikan jawaban lengkap sesuai dengan

penelitian ini.

3. Dokumentasi

Dokumen berupa studi kepustakaan

yakni mencari, menelusuri, mengumpulkan, dan

mencatat data tertulis mengenai keterangan

ilmiah dari buku-buku, jurnal-jurnal dan

dokumen yang berisikan peraturan, hukum,

pendapat-pendapat, teori-teori dari para ahli

yang berkaitan dengan penelitian yang

dilakukan.21 Dokumentasi dalam penelitian ini

tentang Peran Badan Pertanahan Nasional

21
Bambang Suggono, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2016), h 184
33

Dalam Menanggulangi Penyelesaian Konflik

Lahan.

5. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah menguraikan data dalam

bentuk kalimat yang tersusun secara sistematis, jelas

dan terperinci yang kemudian diinterpretasikan untuk

memperoleh suatu kesimpulan.22 Analisis data yang

dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis

kualitatif dengan menggunakan metode penalaran

berfikir secara deduktif yaitu menguraikan hal-hal

yang bersifat umum kemudian menarik suatu

kesimpulan yang bersifat khusus sesuai dengan

permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penyusunan skripsi

ini penulis akan menguraikan secara umum setiap bab

yang meliputi beberapa sub bab yaitu sebagai berikut:

22
Djam‟an Satori, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:
Alfabeta, Cetakan ke-7, 2017), h 97
34

Bab I. bab Pendahuluan yang terdiri dari Latar

Belakang, Rumusan Masalah, Batasan Masalah,

Tujuan Penelitian, dan Kegunaan Penelitian, Penelitian

Terdahulu, Landasan Teori, Metode Penelitian dan

Sistematika Penelitian. Hal ini merupakan dasar untuk

menyusun bab-bab berikutnya, agar yang satu dengan

yang lain saling terkait dan sistematis.

Bab II. bab ini mencakup Teori Perwakilan,

Teori Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan

dan Teori Fiqh Siyasah Dusturiyah.

Bab III. bab ini akan membahas Gambaran

Umum Objek Penelitian.

Bab IV. bab ini membahas tentang inti dari

pembahasan dan hasil dari penelitian. Penulis akan

menguraikan secara sistem matis tentang Peran Badan

Permusyawaratan Desa dalam proses Legislasi

Peraturan Desa Talang Jarang Kecamatan Air Napal

Kabupaten Utara.
35

Bab V. bab ini penulis membuat Kesimpulan dan

Saran.
36

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Teori Perwakilan

Menurut Rousseau, Teori Perwakilan muncul karena

asas demokrasi langsung tidak mungkin lagi dapat dijalankan,

disebabkan bertambahnya penduduk, luasnya wilayah negara

dan bertambah rumitnya urusan kenegaraan. Adanya

penyerahan kekuasaan rakyat pada Caesar yang secara mutlak

diletakkan dalam Lex Regian, dapat dianggap Caesar sebagai

suatu perwakilan. Bila raja memerlukan segala sesuatu dari

rakyat yang dikuasai oleh Lord maka Raja cukup memanggil

para Lord itu, sehingga Lord merupakan wakil rakyatnya. Raja

kemudian membentuk badan yang anggotanya terdiri dari pada

Lord dan pendeta yang berfungsi sebagai penasehat Raja.

Badan inilah yang kemudian disebut curiaregis yang kemudian

menjadi House of Lords. Kekuasan House of Lords terhadap

raja makin besar, mengakibatkan terjadi sengketa, dan yang

menang House of Lords. Akan tetapi yang menjadi korban

tetap rakyat dan golongan menengah, maka rakyat

36
37

menyarankan, bahwa wakil rakyat golongan menengah harus

dimintai pendapat jika House of Lord merundingkan anggaran

belanja negara.23

Sebab mereka yang memikul beban itu, maka golongan

rakyat menengah muncul pula sebagai wakil yang disebut

magnum consilium, akhirnya menjadi apa yang dikenal House

of Commons. House of Lord dan House of Commons ini

disebut Parliament yang dianggap sebagai lembaga perwakilan

modern yang pertama. Dengan demikian timbulnya konstruksi

lembaga perwakilan dikarenakan adanya pengaruh hukum

perdata Romawi, adanya sistem feodal di abad pertengahan,

dan situasi abad pertengahan itu sendiri.24

Menurut Gilbert Abcarian ada 4 tipe mengenai hubungan

antara si wakil dengan yang diwakilinya yaitu:25

a. Si wakil bertindak sebagai “wali” )trustee), Di sini si wakil

bebas bertindak atau mengambil keputusan menurut

23
I Bagus Suryawan, Fungsi dan Wewenang Dewan Perwakilan
Daerah Perspektif Ius Constituendum suatu sumbangan pemikiran mengenai
model ideal pengaturan fungsi dan wewenang DPD secara konstitusional,
(Yogyakarta:Publika Global Media, 2020), h 11
24
I Bagus Suryawan, Fungsi dan Wewenang…, h 11
25
I Bagus Suryawan, Fungsi dan Wewenang…, h 12
38

pertimbangannya sendiri tanpa perlu berkonsultasi dengan

yang diwakilinya.

b. Si wakil bertindak sebagai “utusan” )delegate), Di sini si

wakil bertindak sebagai utusan atau duta dari yang

diwakilinya, si wakil selalu mengikuti instruksi dan

petunjuk dan yang diwakilinya dalam melaksanakan

tugasnya.

c. Si wakil bertindak sebagai “politico”, Di sini si wakil

kadang-kadang bertindak sebagai wali (trustee, dan ada

kalanya bertindak sebagai utusan (delegate). Tindakannya

tergantung dari assue (materi) yang dibahas.

d. Si wakil bertindak sebagai “partisan”, Di sini si wakil

bertindak sesuai dengan keinginan atau program dari Partai

(Organisasi) si wakil. Setelah si wakil dipilih oleh

pemilihnya (yang diwakilinya) maka lepaslah hubungannya

dengan pemiliknya tersebut, dan mulailah hubungannya

dengan partai (organisasi) yang mencalonkannya dalam

pemilihan tersebut.
39

Perwakilan merupakan salah satu prinsip dasar dari

demokrasi. Prinsip-prinsip dasar demokrasi sebagaimana

dikemukakan oleh Couwenberg itu meliputi:26

a. Het beginsel van de politieke grondrechten;

b. Het meerderheidsbeginsel;

c. Het representatiebeginsel;

d. Het verantwoordingsbeginsel;

e. Het openbaarheidsbeginsel.

Couwenberg mengasumsikan bahwa hal yang mungkin

terjadi dalam suatu demokrasi adalah dilaksanakannya fungsi

legislatif oleh parlemen yang dipilih oleh rakyat, demikian

juga fungsi eksekutif dan yudikatif melalui pemilihan umum

yang legitimate. Pada kondisi ini, Hans Kelsen menyatakan

bahwa suatu pemerintahan adalah sebuah perwakilan karena

sepanjang pejabat-pejabatnya dipilih oleh rakyat, maka pejabat

tersebut bertanggung jawab penuh terhadap pemilihnya.

Apabila pemerintah tidak bisa bertanggung jawab terhadap

26
I Bagus Suryawan, Fungsi dan Wewenang…, h 12
40

pemilihnya, maka hal ini tidak bisa disebut sebagai perwakilan

yang sesungguhnya.27

Pada aspek lain, demokrasi diasumsikan secara

substansial tidak hanya berlandaskan kepada konsep

perwakilan secara kausal, tetapi juga harus diasumsikan dalam

makna persamaan serta kebebasan. Perkembangan hak atas

Persamaan di Eropa menurut Philipus M. Hadjon adalah

sebagai berikut:28

Pada abad XVII mengedepan konsep „equality before


law‟. Equality before law pada awalnya hanya
merupakan suatu konsep persamaan abstrak formal;
dalam perkembangan kemudian (abad XX) meluas
menjadi suatu konsep persamaan riil kemasyarakatan.
Perkembangan konsep persamaan ini pun menandai
munculnya konsep „social rechtstaat‟. Konsep
persamaan abad ini melarang diskriminasi atas dasar
agama ataupun kebangsawanan. Pada abad XIX
mengedepan konsep „equal opportunity‟ dan „civil
equality‟. ierakan anti diskriminasi terutama
diarahkan kepada anti diskriminasi berdasarkan ras,
bahasa, etnis dan kebangsaan. Pada abad XX konsep
„equality before law‟ yang abstrak formal berkembang
menjadi riil kemasyarakatan. Gerakan anti diskriminasi
terutama diarahkan kepada larangan diskriminasi
berdasarkan sex, umur, intelektua1itas dan kekayaan.

27
I Bagus Suryawan, Fungsi dan Wewenang…, h 13
28
I Bagus Suryawan, Fungsi dan Wewenang…, h 13
41

Lebih jauh dikemukakan pula oleh Philipus M. Hadjon

bahwa ada tiga pemikir terkenal dari landasan kebebasan ini,

yaitu:29

Tiga pemikir tentang kebebasan adalah Rousseau,


Kant, Hegel. Rosseau mengetengahkan konsep
kebebasan alamiah yang dibawa ke dalam hidup
bermasyarakat melalui perjanjian kemasyarakatan.
Dengan konsep ini, Rosseau mengetengahkan
kebebasan dalam pengertian „zelfbepaling‟ atau
„zelwetgefing‟ )otonomi(. Konsep „zelfbepaling„
dikembangkan lebih lanjut oleh Kant, beliau
mengetengahkan asas universal (universali
seringbeginsel). Dengan asas ini maka terhadap setiap
orang berlaku undang-undang yang sama dipandang
sebagai suatu kewajiban. Asas ini disebut juga „de
algemene wetmatigheid‟. Konsep kebebasan dari Hegel
menghendaki agar dilakukan juga suatu analisis
berdasarkan kebutuhan-kebutuhan konkrit.

Berdasarkan atas landasan persamaan dan kebebasan ini

gagasan tujuan minimum asas demokrasi di Eropa sebagai

berikut:30

a. Pada dasarnya setiap orang mempunyai hak yang sama


dalam pemilihan yang bebas dan rahasia;
b. Pada dasarnya setiap orang mempunyai hak untuk dipilih;
c. Setiap orang berhak untuk memperjuangkan kekuasaan
politik;
d. Setiap orang mempunyai hak-hak politik berupa hak atas
kebebasan berkumpul dan berpendapat;

29
I Bagus Suryawan, Fungsi dan Wewenang…, h 13
30
I Bagus Suryawan, Fungsi dan Wewenang…, h14
42

e. Badan perwakilan rakyat berperan dalam pengambilan


keputusan;
f. Diakuinya asas mayoritas dalam pengambilan keputusan;
g. Asas keterbukaan dalam pengambilan keputusan dan
h. Sifat keputusan yang terbuka;
i. Hak kaum minoritas yang dihormati.

Dengan dikemukakan gagasan tujuan minimum asas

demokrasi Barat ini, tidaklah berarti bahwa negara Indonesia

menganut pola itu, tetapi bahwa landasan dari demokrasi

Indonesia itu hendaknya berlandaskan kepada asas kebebasan

dan persamaan. Tidak ada demokrasi tanpa diakuinya kedua

asas ini, apapun tipe demokrasi yang dianut oleh suatu

negara.31

Kedudukan rakyat dalam perwakilan dalam konteks

gagasan kebebasan dan persamaan dalam demokrasi, menurut

Boedisoesetyo adalah sebagai berikut:32

Bahwa yang dimaksudkan dengan rakyat itu adalah


pengertian abstrak, yang menunjuk kepada rakyat
sebagai suatu keseluruhan, suatu keutuhan tanpa
memperhitungkan kepribadian dari perseorangan yang
merupakan isi keutuhan itu, sebab apabila
diperhitungkan kepribadian perseorangan, isinya maka
nyatalah bahwa rakyat Indonesia hari ini bukan rakyat
Indonesia kemarin dan bukan rakyat Indonesia besok,

31
I Bagus Suryawan, Fungsi dan Wewenang…, h 14
32
I Bagus Suryawan, Fungsi dan Wewenang…, h 14
43

karena di dalamnya setiap detik telah silih berganti


orang-orangnya, disebabkan kematian dan kelahiran.
Maka rakyat Indonesia adalah tetap rakyat Indonesia
sekalipun sudah berlainlah orang-orangnya yang
bersama-sama mewujudkan rakyat Indonesia. Tiadanya
kejumbuhan dalam perseorangannya, tidak merintangi
adanya kejumbuhan antara rakyat Indonesia kemarin
dan rakyat Indonesia sekarang sebagai suatu
pengertian.

Philipus M. Hadjon mengemukakan pendapatnya

tentang rakyat sebagai berikut:33

Istilah rakyat sudah mengandung pengertian sebagai


lawan dari istilah „pemerintah‟. Istilah rakyat pada
hakikatnya berarti yang diperintah (the governed,
geregeerde). Dengan demikian, istilah rakyat
mengandung arti yang lebih spesifik dibandingkan
dengan istilah-istilah dalam bahasa asing seperti: volks,
people, peuple.

Menurut Hanna Pitkin sebagaimana dikutip Kacung

Marijan konsep perwakilan adalah, “represaentare maent

simply to make present or manifest or to present again, and it

was applied almost exclusively to inanimate objects”.

Perwakilan termasuk konsep yang sering diperdebatkan

33
I Bagus Suryawan, Fungsi dan Wewenang…, h 15
44

maknanya dalam ilmu politik, bahkan perdebatan itu terus

berlangsung di awal abad ke-21.34

Perdebatan itu hanya pada apa yang harus dilakukan

oleh wakil dengan terwakili yaitu apakah mereka akan

bertindak sebagai delegates ataukah sebagai trustees. Sebagai

delegates para wakil hanya mengikuti apa yang menjadi

pilihan dari para konstituennya, sementara itu sebagai trustees

berarti para wakil mencoba untuk bertindak atas nama para

wakil sebagaimana para wakil itu mencoba memahami

permasalahan yang dihadapi oleh konstituennya. Diantara

kedua pandangan itu terdapat pandangan yang lain yakni

ketika para wakil bertindak sebagai politico, di mana para

wakil bergerak secara kontinum antara delegates dan trustees.

Menurut pandangan Hanna Pitkin yang terpenting

adalah bagaimana membangun relasi yang baik antara para

wakil dan terwakil sehingga para wakil tidak saja mendengar

para konsituennya melainkan juga dapat melaksanakan

aspirasi konstituennya.

34
I Bagus Suryawan, Fungsi dan Wewenang…, h 15
45

Perdebatan mengenai paradigma perwakilan

sebenarnya tidak hanya relasi antara kelompok wakil dan

terwakili. Paradigma lainnya adalah adanya sekelompok orang

yang mewakili dalam bentuk lembaga perwakilan, kedua yaitu

adanya kelompok orang yang diwakili, dan ketiga ialah adanya

sesuatu yang diwakili seperti pendapat, kepentingan, harapan

dan berbagai perspektif politik dan kekuasaan.

Dalam konteks fungsi perwakilan ini Michael Mezey

berpendapat sebagai berikut:35

If legislatures were not central to law making yet


continued to exist, they had to be performing some
other functions for the political systems in which they
persisted. Such a line of inquiry yielded several
alternative non law making functions, the most
important of which centered on the legitimizing effects
of the legislation institution and on the
representational activities of individual legislator.

Michael Mezey menunjukkan bahwa aktivitas

perwakilan dari anggota-anggota badan legislatif sebagai

fungsi penting selain fungsi pembuatan undang-undang.

Dalam fungsi perwakilan ini badan legislatif memfokuskan

perhatiannya sesuai dengan kapasitasnya untuk

35
I Bagus Suryawan, Fungsi dan Wewenang…, h 16
46

menghubungkan rakyat dengan pejabat pemerintah, dimana

hubungan ini memungkinkan sistem politik untuk memberikan

tanggapan atas kepentingan rakyat.

Keberadaan lembaga perwakilan rakyat dalam negara

demokrasi adalah salah satu pilar yang sangat pokok, karena

lembaga ini berfungsi untuk mewakili kepentingan-

kepentingan rakyat dan sebagai wahana dan sarana untuk

mengagregasikan dan mengartikulasikan aspirasi rakyat.

Secara historis lembaga perwakilan rakyat merupakan bentuk

kongkrit dari demokrasi modern atau demokrasi tidak

langsung. Sistem perwakilan rakyat ini kemudian berkembang

dalam praktik kenegaraan di seluruh dunia.36

Perkembangan mutakhir konsep demokrasi mengenai

teori perwakilan modern menginsyafi adanya tiga karakter

yang dapat secara penuh mewujudkan rakyat yaitu:37

1. Perwakilan Politik (political refresentation); Perwakilan

Politik atau Perwakilan Rakyat dimaksudkan untuk

mewakili rakyat, dengan orientasi kepentingan nasional.

36
Ade Kosasih, Imam Mahdi, Hubungan Kewengan…, h 27
37
Ade Kosasih, Imam Mahdi, Hubungan Kewengan…, h 27
47

2. Perwakilan Daerah (regional refresentation); Sesuai dengan

namanya, Dewan Perwakilan Daerah akan mewakili rakyat

dalam konteks kedaerahan dan dengan orientasi

kepentingan daerah.

3. Perwakilan Golongan (fungctional refresentation).

Konsep Perwakilan Golongan ini mencerminkan

diadopsinya pengertian sistem perwakilan fungsional.

Asumsinya adalah bahwa kepentingan seluruh rakyat tidak

cukup hanya diwakili secara politik melalui pemilihan umum

yang mengutamakan peran partai politik. Selain partai politik,

dalam masyarakat juga ada kelompok-kelompok,

perkumpulan-perkumpulan dan gerakan-gerakan ekonomi

yang lebih mencerminkan berdaulat tidaknya rakyat di bidang

ekonomi.38

Ketiga karakter (jenis) perwakilan inilah yang dapat

secara sosiologis dan etis merefleksikan kehendak damokrasi

partisipatoris. Sedangkan mengenai hubungan antara seorang

wakil dengan yang diwakilinya dapat dilihat dalam teori-teori:

38
Ade Kosasih, Imam Mahdi, Hubungan Kewengan…, h 27
48

Teori Mandat Teori ini menerangkan bahwa seorang wakil

dianggap duduk di lembaga perwakilan karena mendapat

mandat dari rakyat sehingga disebut mandataris. Teori ini

dipelopori oleh Rousseau dan diperkuat oleh Petion. Teori ini

lahir dan berproses sebagai berikut:39

a. Mandat Imperatif yaitu bahwa seorang wakil yang berindak

di lembaga perwakilan harus sesuai dengan perintah yang

diberikan oleh yang diwakilinya.

b. Mandat Bebas yaitu bahwa sang wakil dapat bertindak

tanpa tergantung akan perintah dari yang diwakilinya.

Menurut teori ini sang wakil adalah merupakan, orang-

orang yang terpercaya dan terpilih serta memiliki kesadaran

hukum dari masyarakat yang diwakilinya sehingga sang

wakil dimungkinkan dapat bertindak atas nama mereka

yang diwakilinya. Teori ini dipelopori oleh Abbe Sieyes di

Prancis dan Block Stone di Inggris.

c. Mandat Refresentatif, teori ini berpendapat bahwa sang

wakil dianggap bergabung dalam lembaga perwakilan, di

39
Ade Kosasih, Imam Mahdi, Hubungan Kewengan…, h 28
49

mana yang diwakili memilih dan memberikan mandat

kepada lembaga perwakilan, sehingga sang wakil tidak ada

hubungan dengan pemilihnya apa lagi untuk minta

pertanggungjawabannya. Yang sertanggungjawab justru

lembaga perwakilan kepada rakyat pemilihnya.

B. Teori Perundang-Undangan

Peraturan Perundang-undangan sebagai produk hukum,

bukan merupakan produk politik semestinya ditempatkan

sebagai norma yang digali bersumber pada kemajemukan

bangsa Indonesia, kaya akan budaya, nilai dan pluralisme

hukum. Legislatif yang merupakan representasi dari rakyat

bukan lagi mempertimbangkan untung rugi atau kepentingan

elite penguasa dalam menjalankan fungsinya, apakah dalam

setiap fungsi pengawasan, budgeting atau legislasi.

Karakteristik tersebut merupakan wujud dari negara hukum

pancasila dimana pembentuk peraturan perundang-undangan

memahami spirit atau filosofi yang terkandung didalamnya.

Bingkai Indonesia sebagai negara hukum mensyaratkan

adanya partisipasi masyarakat dalam mengawal proses


50

pembuatan peraturan perundang-undangan setiap sidangnya di

ranah legislatif menghendaki para wakil rakyat di parlemen

untuk berdialog, berkomunikasi dengan rakyatnya sebagai

bahan pertimbangan dalam keputusan pembuatan hukum,

sehingga mencapai suatu konsensus bersama, bukan keputusan

politik dan kepentingan penguasa, tanpa membuka ruang-

ruang publik yang merupakan tipologi hukum responsif.

Kegagalan legislasi dalam menciptakan produk hukum yang

responsif dan partisipatif akan mengakibatkan pula hilangnya

makna filosofi dari cita hukum pancasila yang sebenarnya

sumbernya dari akar budaya Indonesia asli. Norma hukum

yang dikristalkan menjadi peraturan perundang-undangan pada

akhirnya memiliki tujuan hukum yang membahagiakan

rakyatnya, sehingga mampu menghadirkan produk hukum

yang mengandung nilai keadilan sosial (social

justice/substantial justice).40

40
Wahyu Nugroho, Menyusun Undang-Undang yang Responsif dan
Partisipatif Berdasarkan Cita Hukum Pancasila, Jurnal Legislasi Indonesia,
Vol. 10, No. 3
51

Indonesia sebagai negara hukum yang mengikuti

tradisi hukum kontinental, menjadikan peraturan perundang-

undangan sebagai salah satu sendi utama dalam sistem hukum

nasionalnya, oleh karena itu, pembangunan nasional selalu

diiringi dengan pembangunan sistem hukum yang

berkelanjutan dan terintegrasi, hal ini sesuai dengan kebutuhan

akan perkembangan struktur hukum dengan budaya hukum.

Peraturan perundang-undangan sebagai komponen penting

dalam kesatuan sistem hukum nasional harus dibangun dan

dibentuk secara terintegrasi untuk memberikan jaminan bahwa

pembangunan sistem hukum nasional dapat berjalan dengan

teratur, ada kepastian hukum dan memberikan kemanfaatan

bagi terpenuhinya kebutuhan rasa keadilan dan kemakmuran

masyarakat sesuai dengan amanat pembukaan UUD 1945.41

Peraturan perundang-undangan dimaknai sebagai

peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat

secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga

41
Ade Kosasih, John Kenedi, Imam Mahdi, DINAMIKA HUKUM
ADMINISTRASI INDONESIA Mengenal Konstruksi Baru Hukum Administrasi
Pasca Terbitnya Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan, (Bengkulu: Vanda, 2017), h 180
52

negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang

ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.42

Menurut Prof. Bagir Manan, Peraturan perundang-

undangan adalah setiap putusan tertulis yang dibuat,

ditetapkan dan dikeluarkan oleh Lembaga dan atau Pejabat

Negara yang mempunyai (menjalankan) fungsi legislatif sesuai

dengan tata cara yang berlaku. Berdasarkan Undang-Undang

Nomor 10 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan, pengertian peraturan perundang-

undangan adalah peraturan tertulis yang dibentuk oleh

lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat

secara umum, adapun unsur-unsurnya yaitu:43

1) Peraturan Tertulis

Apa yang dimaksud dengan peraturan tertulis

sampai saat ini belum ada definisi yang pasti. Peraturan

yang tertulis tidak sama dengan peraturan yang ditulis.

Yurisprudensi misalnya, adalah bukan peraturan tertulis,

42
BAB I Ketentuan Umum, Bagian Kedua, Pasal 1 ayat 2 Undang-
Undang Nomor12Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan
43
Bagir Manan, PerananPeraturan Perundang-undangan Dalam
Pembinaan hukum Nasional, (Bandung:Armico, 1987), h 13
53

walaupun bentuk fisiknya ditulis. Peraturan tertulis

mengandung ciri-ciri sebagai berikut:

a) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 tahun 2004

tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

adalah segala peraturan yang tercantum di dalam Pasal 7

ayat (1) mengenai jenis dan hierarki perundang-

undangan yakni Undang Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang/Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang, Peraturan

Pemerintah, Peraturan Presiden dan Peraturan Daerah;

b) Peraturan tersebut dibentuk oleh lembaga negara atau

pejabat negara yang berwenang;

c) Pembuatan peraturannya melalui prosedur tentu;

d) Apabila dicermati maka baik Undang Undang Dasar

Negara Republik Indonesiua Tahun 1945, Undang-

Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

Undang, Peraturan Pemerintah, maupun Peraturan

Presiden tersebut ditempatkan di dalam lembaran negara,

dan Peraturan Daerah ditempatkan dalam lembaran


54

daerah. Dengan demikian peraturan tersebut ditempatkan

di lembaran resmi.

2) Dibentuk Oleh Lembaga Negara Atau Pejabat Negara

Peraturan perundang-undang dibentuk oleh lembaga

negara atau pejabat negara. Hal ini berbeda dengan norma

agama misalnya, yang merupakan wahyu dari Allah swt.

Disamping dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat

negara, peraturan perundang-undangan juga dapat memuat

sanksi bagi pelanggarnya, dan sanksi tersebut dapat

dipaksakan pelaksanaannya oleh alat negara. Dengan

demikian kepatuhan terhadap peraturan perundang-

undangan datangnya dari luar, yakni dipaksakan dengan

sanksi. Sedangkan kepatuhan terhadap norma agama

datangnya dari dalam, yakni kesadaran diri sendiri untuk

mematuhinya.

Pengertian peraturan perundang-undangan di dalam

UU PPP (uu no.12 tahun 2011 tentang pembentukan peraturan

perundang-undangan) dirumuskan secara lebih utuh, memuat

norma hukum yang mengikat, dan terintegrasi dengan sistem


55

perencanaan maupun prosedur pembentukan peraturan

perundang-undangan.

C. Teori Siyasah Dusturiyah

1. Pengertian Siyasah Dusturiyah

Siyasah dusturiyah merupakan bagian fiqh siyasah

yang membahas masalah perundang-undangan negara.

Dalam bagian ini dibahas antara lain konsep-konsep

konstitusi (undang-undang dasar negara dan sejarah

lahirnya perundang-undangan dalam suatu negara), legislasi

(bagaimana cara perumusan undang-undang), lembaga

demokrasi dan syura yang merupakan pilar penting dalam

perundang-undangan tersebut.44 Tujuan dibuatnya peraturan

perundang-undangan adalah untuk mewujudkan

kemaslahatan manusia dan untuk memenuhi kebutuhan

manusia.

Permasalahan di dalam fiqh siyasah dusturiyah

adalah hubungan antara pemimpin di satu pihak dan

rakyatnya di pihak lain serta kelembagaan-kelembagaan

44
Muhammad Iqbal, Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, (Jakarta:
Kencana, 2014), h 47
56

yang ada di dalam masyarakatnya. Oleh karena itu, di

dalam fiqh siyasah dusturiyah biasanya dibatasi hanya

membahas pengaturan dan perundang-undangan yang

dituntut oleh hal ihwal kenegaraan dari segi persesuaian

dengan prinsip-prinsip agama dan merupakan realisasi

kemaslahatan manusia serta memenuhi kebutuhannya.45

Abul A‟la al-Maududi mendefenisikan dustur

dengan: “Suatu dokumen yang memuat prinsip-prinsip

pokok yang menjadi landasan pengaturan suatu negara”.46

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

kata-kata dustur sama dengan constitution dalam bahasa

Inggris, atau Undang-Undang Dasar dalam bahasa

Indonesia, kata-kata “dasar” dalam bahasa Indonesia

tersebut tidaklah mustahil berasal dari kata dustur tersebut

di atas.

Bila dipahami penggunaan istilah fiqh dusturi, untuk

nama satu ilmu yang membahas masalah-masalah

45
H.A.Djazuli, Fiqh Siyasah Implementasi Kemaslahatan Umat
dalam Rambu-RambuAhyari’ah, (Jakarta: Kencana, 2003), h 51
46
H.A.Djazuli, Fiqh Siyasah Implementasi …, h 52
57

pemerintahan dalam arti luas, karena di dalam dustur itulah

tercantum sekumpulan prinsip-prinsip pengaturan

kekuasaan di dalam pemerintahan suatu negara, sebagai

dustur dalam satu negara sudah tentu perundang-undangan

dan aturan-aturan lainnya yang lebih rendah tidak boleh

bertentangan dengan dustur tersebut.47

Dalam fiqh siyasah, konstitusi disebut juga dengan

“dusturi”. Kata ini berasal dari bahasa Persia. Semula

artinya adalah “seseorang yang memiliki otoritas, baik

dalam bidang politik maupun agama.” Dalam

perkembangan selanjutnya, kata ini digunakan untuk

menunjukkan anggota kependetaan (pemuka agama)

Zoroaster (Majusi). Setelah mengalami penyerapan ke

dalam bahasa Arab, kata dustur berkembang pengertiannya

menjadi asas, dasar, atau pembinaan. Menurut istilah,

dustur berarti kumpulan kaidah yang mengatur dasar dan

hubungan kerja sama antara sesama anggota masyarakat

dalam sebuah negara, baik yang tidak tertulis (konvensi)

47
H.A.Djazuli, Fiqh Siyasah Implementasi …, h 53
58

maupun tertulis (konstitusi). Kata dustur juga sudah diserap

ke dalam bahasa Indonesia yang salah satu artinya adalah

undang-undang dasar suatu negara.48

Menurut Abdul Wahhab Khallaf, prinsip-prinsip

yang diletakkan Islam dalam perumusan undang-undang

dasar ini adalah jaminan atas hak asasi manusia, setiap

anggota masyarakat dan persamaan kedudukan semua

orang di mata hukum, tanpa membeda-bedakan stratifikasi

sosial, kekayaan, pendidikan, dan agama.49

Pembahasan tentang konstitusi ini juga berkaitan

dengan sumber-sumber dan kaidah perundang-undangan di

suatu negara, baik sumber material, sumber sejarah, sumber

perundangan, maupun sumber penafsirannya. Sumber

material adalah hal-hal yang berkenaan dengan materi

pokok undang-undang dasar. Inti persoalan dalam sumber

konstitusi ini adalah peraturan tentang hubungan antara

pemerintah dan rakyat yang diperintah. Perumusan

konstitusi tersebut tidak dapat dilepaskan dari latar

48
Muhammad Iqbal, Kontekstualisasi Doktrin …, h 177-178
49
Muhammad Iqbal, Kontekstualisasi Doktrin …, h 177-178
59

belakang sejarah negara yang bersangkutan, baik

masyarakatnya, politik maupun kebudayaannya. Dengan

demikian, materi dalam konstitusi itu sejalan dengan

aspirasi dan jiwa masyarakat dalam negara tersebut.

2. Ruang Lingkup dan Kajian Siyasah Dusturiyah

Fiqh siyasah dusturiyah mencakup bidang

kehidupan yang sangat luas dan kompleks. Sekalipun

demikian, secara umum disiplin ini meliputi hal-hal sebagai

berikut:50

(1) Persoalan dan ruang lingkup pembahasan


(2) Persoalan imamah, hak dan kewajibannya
(3) Persoalan rakyat, statusnya dan hak-haknya
(4) Persoalan bai’at
(5) Persoalan waliyul ahdi
(6) Persoalan perwakilan
(7) Persoalan ahlul halli wal aqdi
(8) Persoalan wizarah dan perbandingannya

Persoalan fiqh siyasah dusturiyah umumnya tidak

dapat dilepaskan dari dua hal pokok: pertama, dalil-dalil

kulliy, baik ayat-ayat Al-Qur‟an maupun Hadis, maqosidu

syariah, dan semangat ajaran Islam di dalam mengatur

masyarakat, yang tidak akan berubah bagaimanapun

50
H.A.Djazuli, Fiqh Siyasah Implementasi …, h 47
60

perubahan masyarakat. Karena dalil-dalil kulliy tersebut

menjadi unsur dinamisator di dalam mengubah masyarakat.

Kedua, aturan-aturan yang dapat berubah karena perubahan

situasi dan kondisi, termasuk di dalamnya hasil ijtihad

ulama, meskipun tidak seluruhnya.51

Apabila dilihat dari sisi lain fiqh siyasah dusturiyah

dapat dibagi kepada:52

(1) Bidang siyasahA tasyri’iyah, termasuk di dalamnya


persoalan ahl al-hallAwaAalA‘aqd, perwakilan persoalan
rakyat. Hubungan muslimin dan non-muslim di dalam
suatu negara, seperti Undang-Undang Dasar, undang-
undang, peraturan pelaksanaan, peraturan daerah dan
sebagainya.
(2) Bidang siyasah tanfidhiyah, termasuk di dalamnya
persoalan imamah, persoalan bai’ah, wuzarah, waliy
al-ahdi, dan lain-lain.
(3) Bidang siyasahA qadha’iyah, termasuk di dalamnya
masalah-masalah peradilan.
(4) Bidang siyasah idariyah, termasuk di dalamnya
masalah-masalah administratif dan kepegawaian.

Sesuai dengan tujuan negara menciptakan

kemaslahatan bagi seluruh manusia, maka negara

mempunyai tugas-tugas penting untuk merealisasikan

51
H.A.Djazuli, Fiqh Siyasah Implementasi …, h 47-48
52
H.A.Djazuli, Fiqh Siyasah Implementasi …, h 48
61

tujuan tersebut. Ada tiga tugas utama yang dimainkan oleh

negara dalam hal ini.

Pertama, tugas menciptakan perundang-undangan

yang sesuai dengan ajaran Islam. Untuk melaksanakan

tugas ini, maka negara memiliki kekuasaan legislatif (al-

sulthah al-tasyri’iyyah). Dalam hal ini, negara memiliki

kewenangan untuk melakukan interpretasi, analogi dan

inferensi atas nash-nash Al-Qur‟an dan Hadis. Interpretasi

adalah usaha negara unttuk memahami dan mencari maksud

sebenarnya tuntutan hukum yang dijelaskan nash. Adapun

analogi adalah melakukan metode Qiyas suatu hukum yang

ada nash-nya, terhadap masalah yang berkembang

berdasarkan persamaan sebab hukum. Sementara inferensi

adalah metode membuat perundang-undangan dengan

memahami prinsip-prinsip syari’ah dan kehendak syar’i

(Allah). Bila tidak ada nash sama sekali, maka wilayah

kekuasaan legislatif lebih luas dan besar, sejauh tidak

menyimpang dari prinsip-prinsip ajaran Islam tersebut.


62

Dalam realitas sejarah, kekuasaan legislatif ini

pernah dilaksanakan oleh lembaga ahl al-hall wa alA ‘aqd.

Kemudian dalam bahasa modern sekarang, lembaga ini

biasanya mengambil bentuk sebagai majelis syura

(parlemen).

Kedua, tugas melaksanakan undang-undang. Untuk

melaksanakannya, negara memiliki kekuasaan eksekutif

(al-sulthah al-tanfidziyah). Di sini negara memiliki

kewenangan untuk menjabarkan dan mengaktualisasikan

perundang-undangan yang telah dirumuskan tersebut.

Dalam hal ini, negara melakukan kebijakan baik yang

berhubungan dengan dalam negeri, maupun yang

menyangkut dengan hubungan dengan negara lain

(hubungan internasional). Pelaksana tertinggi kekuasaan ini

adalah pemerintah (kepala negara) dibantu oleh para

pembantunya (kabinet atau dewan menteri) yang dibentuk

sesuai kebutuhan dan tuntutan situasi yang berbeda antara

satu negara dengan negara Islam lainnya. Sebagaimana

halnya kebijaksanaan legislatif yang tidak boleh


63

menyimpang dari semangat nilai-nilai ajaran Islam,

kebijaksanaan politik kekuasaan eksekutif juga harus sesuai

dengan semangat nash dan kemaslahatan.

Ketiga, tugas mempertahankan hukum dan

perundang-undangan yang telah diciptakan oleh lembaga

legislatif. Tugas ini dilakukan oleh lembaga yudikatif (al-

sulthah al-qadha’iyah). Dalam sejarah Islam, kekuasaan

lembaga ini biasanya meliputi wilayah al-hisbah (lembaga

peradilan untuk menyelesaikan perkara-perkara

pelanggaran ringan seperti kecurangan dan penipuan dalam

bisnis, wilayah al-qadha’ (lembaga peradilan yang

memutuskan perkara-perkara antara sesama warganya, baik

perdata maupun pidana) dan wilayah al-mazhalim (lembaga

peradilan yang menyelesaikan perkara penyelewengan

pejabat negara dalam melaksanakan tugasnya, seperti

pembuatan keputusan politik yang merugikan dan

melanggar kepentingan atau hak-hak rakyat serta perbuatan

pejabat negara yang melanggar HAM rakyat).53

53
Muhammad Iqbal, Kontekstualisasi Doktrin …, h 157-158
64

Berdasarkan teori siyasah duturiyah di atas, penulis

ingin menilai Peranan Badan Permusyaratan Desa Dalam

Proses Legislasi Peraturan Desa Talang Jarang Kecamatan

Air Napal Kabupaten Bengkulu Utara Perspektif Siyasah

Dusturiyah, tentang sejauh mana kinerja dari Badan

Permusyaratan Desa Dalam Proses Legislasi Peraturan

Desa serta dapat diajuhkan sebagai solusi yang baik

mengenai tugas, fungsi dan wewenang dalam menjalankan

tugas-tugas yang telah diamanahkan.


65

BAB III

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

A. Sejarah Desa

Desa Talang Jarang adalah nama suatu wilayah di

Kecamatan Air Napal Kabupaten Bengkulu Utara yang

menurut beberapa tokoh masyarakat setempat dikenal karena

adanya padang durian lebar di wilayah tersebut yang

merupakan bagian dari Marga Kerkap (marga/kecamatan pada

saat sekarang) yang konon padang durian lebar tersebut pada

masa itu dipimpin oleh seorang Pembarab yang merupakan

bawahan dari seorang yang disebut Pesireak (Pasirah).

Masyarakat Desa Talang Jarang pada masa itu tinggal

berkelompok dibeberapa tempat yakni kelompok sadei

kelompok Saweak (sekarang disebut genting pulai) kelompok

Talang Ai, dan kelompok Talang. Masing-masing kelompok

ini merupakan satu ikatan keluaga, selain didaerah talang ada

juga kelompok masyarakat yang tinggal diareal perkebunan

65
66

durian diseberang air (padang durian lebar) dan tempat inilah

yang sekarang menjadi Desa Talang Jarang.54

Masyarakat Padang Durian Lebar pada masa itu

bermata pencaharian sebagai petani padi darat, beternak hewan

dan berkebun. Pola bercocok tanam pada masa itu tergantung

musim penghujan sehingga hanya dapat dilakukan sekali

dalam setahun. Tanah yang subur makmur membuahkan hasil

pertanian yang melimpah.

Berkisar pada tahun 1870-an Belanda mulai melakukan

exspansi wilayah kedaerah pesisir (lais) untuk memudahkan

transportasi maka pada masa itu oleh penjajah dibukalah badan

jalan yang melintasi Padang Durian Lebar. Pada zaman

penjajahan belanda dan penjajahan jepang wilayah tersebut

terbagi dua ± 500 m masuk kedesa Talang Kering dan ± 500 m

masuk kedesa Air Napal berserta penduduknya. Dan selama

penjajahan jepang wilayah tersebut keseluruhannya masuk ke

Desa Talang Kering. Penduduknya pada zaman penjajahan

belanda berjumlah ± 25 Kepala Keluarga (KK), rakyatnya

54
Profil Desa Talang Jarang Kecamatan Air Napal Kabupaten
Bengkulu Utara Tahun 2022
67

100% beragama islam, oleh karena rumah penduduk yang

masih jarang maka disebut Talang Jarang.

Pada tahun 1952 oleh rombongan Haji Abdul Rani

mengusulkan pemekaran desa Talang Jarang dari Desa Talang

Kering. Setelah diadakan musyawarah antara Desa Talang

Jarang dengan pemerintahan Talang Kering yang diketuai oleh

Depati Talang Kering yang bernama M. Yunus (Depati Tua)

yang dilanjutkan penyerahannya oleh Kepala Desa Talang

Kering yang bernama Z. Kabri (Mboa) dan diresmikan oleh

camat kecamatan kerkap (M. Suar H.R). Desa Talang Jarang

mulai terbentuk pada tahun 1980 sebagai desa persiapan dan

PJS kepala Desa Kesatu pada saat itu Bapak Adjminur, dan

tidak berapa lama menjabat Bapak Adjminur mengundurkan

diriselanjutnya pada Tahun 1982 diadakan musyawarah

LKMD, yang mana dalam musyawarah tersebut bersepakat

untuk mengangkat Bapak Wannun sebagai PJS Kedua. Pada

masa pemerintahan Pjs kepala Desa Kedua ini kegiatan Desa

Talang Jarang banyak digunakan untuk menata kelembagaan

kelompok masyarakat walaupun masih bersifat sederhana, dan


68

penataan kelompok-kelompok pertanian. Pada saat itu

kegiatan kelompok masyarakat ini banyak bekerja pada sektor

pertanian dan pada kelompok kecil pada sektor perkebunan.

Namun karena para pendatang waktu itu berasal dari Desa

maka banyak juga yang membawa hewan ternak dan sebagian

mengembangkannya di Desa Talang Jarang ini. Pada masa PJS

Kepala Desa Wannun Tanggal ….. Bulan Mei Tahun 1983,

turun SK Menteri Dalam Negeri Tentang Desa Talang Jarang

menjadi Desa Depenitif.

Selanjutnya setelah akhir periode masa pemerintahan

Bapak Wannun pada tahun 1984 masyarakat Desa Talang

Jarang mengadakan pemilihan Kepala Desa yang pertama,

pemilihan kepala Desa dilakukan secara langsung yang diikuti

oleh dua orang calon. Dan akhirnya terpilihlah Bapak Zairul.

Selanjutnya pada tahun 1991 masyarakat Desa Talang

Jarang untuk keduakalinya melakukan pemilihan kepala Desa.

Pada pemilihan kepala Desa tahun 1991 ini yang terpilih

menjadi kepala Desa adalah Bapak Syahril. Dan pada tahun

2002 bapak Syahril mengundurkan diri dari Jabatan Kepala


69

Desa sehingga ditunjuk bapak Ansar sebagai Penjabat Kepala

Desa. Selanjutnya pada tahun 2003 dibentuklah panitia

penyaringan kepala desa, yang mana saat itu ada dua calon

kepala desa yang memenuhi syarat yaitu Bapak Ahsanil

Takwim dan Bapak M. Iwan. Setelah diadakan pemilihan

secara langsung oleh masyarakat akhirnya terpilih Bapak

Ahsanil Takwim. Dan kisaran bulan februari 2006 Kepala

Desa mengundurkan diri sehingga pada bulan April tahun

2006 ditunjuk Bapak Rodimansyah sebagai Penjabat Kepala

Desa. Setelah satu tahun menjabat akhirnya diadakan

pemilihan kepala desa dengan empat orang calon, yaitu

1.Bapak Muhammad Edi, 2. Bapak Idaman, 3. Bapak Hamidi

dan 4. Bapak Rodimansyah dan akhirnya yang terpilih Bapak

Rodimansyah untuk masa jabatan periode 2008 s/d 2014 dan

karena telah habisnya masa jabatan kepala desa periode 2008-

2014 maka pada tanggal 14 Agustus 2014 telah dilantik

Penjabat Kepala Desa yang baru yaitu Bapak Ahyansyah. Pada

tahun 2015 di desa Talang Jarang terjadi lagi pergantian

Kepala Desa karena Pejabat kepala desa yang lama sudah


70

habis masa jabatannya dan mau mencalonkan diri di Pilkades

2016,dan sebagai Pejabat Kepala esa yang baru yaitu bapak

Marzianto yang sekaligus sebagai Sekretaris Desa Talang

Jarang danpada Tanggal 25 Juli 2016 dilaksanakan Pemilihan

Kepala Desa Talang Jarang periode 2016-2022 dan yang

terpilih Bapak Rodimansyah. Adapun perkembangan sejarah

Desa Talang Jarang adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1
Nama-Nama Pasirahsebelum Dan Sesudah Berdirinya Desa
Talang Jarang
Pembara
No Periode Pasirah Depati Pemangku
b
…….
Poyang
1 s/d - - -
Semer
……
…….
Poyang
2 s/d - - -
karang
……
……. Abdul
3 s/d Khadir/Te - - -
…… hal
…….
A. Khalik
4 s/d Zulkipli - Khalik mud
Kata
……
…….
Abd.
5 s/d Usman - -
Rahman
……
…….
Abu Bukraw
6 s/d Sabri Khalik mud
Khasim ani/Nini
……
7 1957 H. Muh. Khalik/N A. -
71

s/d Adam ini Khalik


1967
Juru
1967
Umar Tulis Sabirin
8 s/d Abd. Sani
Taim (Apandi Taib
1973
S)
Juru
1973
Abdullah Tulis
9 s/d Sabirin Abd. Sani
Tamsil (Apandi
1979
S)
Sumber profil Desa Talang Jarang Tahun 2022

Tabel 3.2
Nama-Nama Kepala Desa Sesudah Berdirinya Desa Talang
Jarang
No Periode Nama Kepala Desa Keterangan
1 1981 s/d 1982 Adjminur Pjs
2 1982 s/d 1983 Wannun Pjs
3 1984 s/d 1991 Zairul Kades
4 1991 s/d 2002 Syahril Kades
5 2002 s/d 2003 Ansar Pjs
6 2003 s/d 2006 Ahsanil Takwim Kades
7 2006 s/d 2008 Rodimansyah Pjs
8 2008 s/d 2014 Rodimansyah Kades
9 2014s/d 2015 Ahyansyah Penjabat
10 2015 s/d 2016 Marzianto Pjs
11 2016s/d 2022 Rodimansyah Kades

Sumber profil Desa Talang Jarang Tahun 2022


72

Tabel 3.3
Sejarah Perkembangan Desa Talang Jarang
Tahun Kejadian Yang Baik Kejadian Yang
Buruk
1980 Terbentuknya Desa Talang Jarang
Persiapan yang dipimpin PJS Kepala
Desa yang bernama Adjminur
1981 Dibangun Balai Desa Semi -
Permanen
1981 Pembangunan Gedung SMP
1982 Menjadi Juara III Lomba Desa Tk.
Kabupaten
1983 Pemilihan Kepala Desa pertama dan
terpilih Zairul sebagai Kepala Desa
Talang Jarang
1983 Pembangunan Balai Desa -
TalangJarang
1983 Pembukaan Jalan Desa tembus -
Talang Leteng
1984 PembangunanMasjid Al- -
IkhsanDesaTalangJarang
1986 Pembangunan Gedung MDA -
Pemilihan Kepala Desa dan terpilih -
Syahril sebagai kepala Desa Talang
Jarang yang ke dua
73

2001 Renovasi Masjid Al-Ikhsan -


2000 - Terjadi musibah
Gempa Bumi 7,2
SR yang cukup
meluluh
lantakkan rumah-
rumah penduduk
dan prasarana
Desa yang ada
2002 Terjadi pergantian kepala Desa dan
terpilih Ansar menjadi PJS. Kepala
Desa Talang Jarang.
2002 Pelantikan anggota BPD se Provinsi -
Bengkulu, yang dilakukan oleh
Bupati Bengkulu Utara.
2003 Pemilhan Kepala Desa dan Terpilih
Ahsanil Takwim
2003 Dibangun Penambahan Gedung -
Sekolah SMP Negeri Desa Talang
Jarang ( 2 lokal)
2006 Terjadi pergantian kepala Desa dan Terjadinya Kasus
terpilih Rodimansyah menjadi PJS. Raskin
Kepala Desa Talang Jarang.
2006 Dibangun Kantor Desa -
2006 Pengoralan Jalan Desa ke Talang
74

Leteng
2006 Masuknya Program Penanggulangan
Kemiskinan Pedesaan Dan Perkotaan
(P2KP) dan mendapat bantuan dana
untuk Rehab Rumah Untuk Keluarga
Miskin dan Pembuatan WC tiap
Rumah Penduduk yang belum
memiliki WC
2006 Sunatan Massal Untuk Anak-Anak
KK Miskin dan Santunan Untuk
Orang-orang Jompo Melalui Dana
P2KP
2007 Penambahan Sarana Bermain TK
Melalui Dana P2KP
2007 Pembuatan Sumur Umum Melalui
Dana P2KP
2007 Terjadinya gempa
bumi yang
membuat rumah
penduduk
prasarana Desa
rusak
2008 Masuknya Program Nasional -
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
Perdesaan (PNPM-MPd) dan
75

mendapatkan bantuan dana untuk


Renovasi Balai Desa dan
Peningkatan Jalan Usaha Tani
2008 Pemilihan Kepala Desa yang terpilih -
Rodimansyah
2009 Renovasi Gedung TK Melalui Dana -
PNPM-MP
2009 Pembukaan Badan Jalan Usaha Tani
Melalui dana PNPM-MP
2010 Pengoralan Jalan Usaha Tani melalui -
dana PNPM-MP
2011 Pembangunan Irigasi Lubuk Siro
melalui dana PNPM-MP Pola
Integrasi
2012 Pembangunan Irigasi Imbo Lumang
Melalui Dana PNPM-MP
2013 Pembangunan Gedung MDTA
Melalui Dana PNPM-MP
2014 Pembangunan Rabat Beton melalui
dana PNPN-MP
2014 Penunjukan Penjabat Kepala Desa
dan Pelantikan Penjabat Kepala Desa
2015 Masuknya Perusahaan Tambak
Udang CV.Kimberly Raider
2015 Pergantian Perangkat Desa
76

2015 Penunjukkan Pejabat Kepala Desa


danPelantikan Pejabat Kepala Desa
2015 Pembangunan Pagar Depan Kantor
Desa Melalui Dana Desa Tahun 2015
2015 Pembangunan Pagar Depan MDTA
Melalui Dana Desa tahun 2015
2015 Pembangunan WC Kantor Desa
melalui Dana Desa Tahun 2015
2015 Perehapan Kantor Desa Melalui
Dana Dana Desa Tahun 2015
2015 Penambahan Papan Perlengkapan
Panggung Desa Sumber Dana
Bagian Hasil Pajak Dan Retribusi
Daerah Tahun 2015
2016 Pemilihan Kepala Desa dan Terpilih
Rodimansyah sebagai Kades
2016 Kelanjutan Pembangunan Rabat
Beton melalui Dana Desa tahun 2016
2016 Perehapan Masjid Al-IKSAN
Melalui Dana Desa Tahun 2016
2016 Kelanjutan Pembangunan Pagar
Kantor Desa Melalui Dana Desa
2016 Kelanjutan Pembangunan Pagar
MDTA melalui Dana Desa
2016 Penambahan Sarana Bermain TK
77

2016 Pembangunan Pos Ronda Malam


Melalui Dana Desa Tahun 2016
2016 Adanya Rumah Singgah Untuk Ibu
Melahirkan

Sumber profil Desa Talang Jarang Tahun 2022

B. Letak Geografis Desa

C. Kondisi Umum Desa

Desa Talang Jarang terletak di dalam wilayah

Kecamatan Air Napal Kabupaten Bengkulu Utara Provinsi

Bengkulu yang berbatasan dengan:55

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sawang Lebar Ilir

55
Profil Desa Talang Jarang Kecamatan Air Napal Kabupaten
Bengkulu Utara Tahun 2022
78

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Air Napal

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Lautan Hindia/Samudra

Indonesia

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Talang Kering

Luas wilayah Desa Talang Jarang adalah 400 Ha

dimana 90 Ha berupa daratan yang bertopografi berbukit-

bukit, dan 310 Ha daratan yang dimanfaatkan sebagai lahan

pertanian, perkebunan,pertambakan dan untuk persawahan

tadah hujan.

Iklim Desa Talang Jarang, sebagaimana Desa-Desa lain

di wilayah Indonesia mempunyai iklim Kemarau dan

Penghujan, Hal tersebut mempunyai pengaruh langsung

terhadap pola tanam pada lahan pertanian yang ada di Desa

Talang Jarang Kecamatan Air Napal. Adapun kondisi

geograpis:

a. tinggi dari permukaan laut berkisar ± 1600 m

b. Curah hujan rata-rata pertahun ± 2500 m dan

c. Keadaan suhu rata-rata 32°C


79

1. Keadaan Sosial

Penduduk Desa talang jarang berasal dari berbagai

daerah yang berbeda-beda, namun mayoritas penduduk

yang paling dominan asli pribumi yaitu suku Rejang dan

penduduk pendatang seperti suku jawa, suku minang, suku

serawai. Dari berbagai macam suku bangsa yang berbaur di

masyarakat Desa Talang Jarang tradisi-tradisi musyawarah

untuk mencapai mufakat, gorong royong dan keakripan

lokal lain sudah dilakukan oleh masyarakat sejak adanya

Desa Talang Jarang dan hal tersebut efektif dapat

menghindari adanya benturan-benturan antar kelompok

masyarakat.

Desa Talang jarang mempuyai jumlah penduduk

508 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 250 orang, perempuan

258 orang dan 130 KK, yang terbagi dalam tiga wilayah

dusun dengan dikepalai oleh masing-masing kepala dusun.


80

Tabel 3.4
Jumlah Penduduk
No Nama Laki- Perempuan Jumlah
Laki
1 Dusun 1 103 88 191
2 Dusun 2 64 83 147
3 Dusun 3 83 87 170
Jumlah 250 258 508
Sumber profil Desa Talang Jarang Tahun 2022

Tabel 3.5
Jumlah Rumah Tangga Miskin Per Dusun
No Dusun RTM (KK) Jumlah Jiwa
1 I 23 KK 91
2 II 17 KK 67
3 III 15 KK 68
Sumber profil Desa Talang Jarang Tahun 2022

Tabel 3.6
Tingkat Pendidikan
No Jenjang Pendidikan Jumlah
1 Tidak/Belum Sekolah 75
2 Belum Tamat SD 70
3 Tidak Tamat SD 14
4 Tamat SD/Sederajat 38
5 Tamat SLTP/Sederajat 71
6 Tamat SLTA/Sederajat 73
7 Diploma I/II 11
8 Akademi/diploma 11
III/Sarjana Muda
9 Diploma IV/Strata I 25
Sumber profil Desa Talang Jarang Tahun 2022
81

Tabel 3.7
Mata Pencaharian Penduduk Desa Talang Jarang
No Jenis pekerjaan Laki- Laki Perempaun
1 Petani 58 Orang 40 Orang
2 Buruh Tani 20 Orang 17 Orang
3 PNS 7 Orang 4 Orang
4 Pedagang keliling 2 Orang - Orang
5 Peternak 51 Orang 21 Orang
6 Nelayan 5 Orang - Orang
7 Pensiunan 1 Orang - Orang
PNS/TNI/POLRI
8 Pengusaha Kecil dan 6 Orang 13 Orang
Menengah
9 Karyawan 33 Orang 4 Orang
perusahaan Swasta
10 Karyawan 1 Orang - Orang
Perusahaan
Pemerintah
11 Sopir 9 Orang - Orang
12 Honorer 3 Orang 10 Orang
13 Penyuluh Agama - Orang 1 Orang
Islam Non PNS
14 Tukang 10 Orang - Orang
15 Montir 2 Orang - Orang
Sumber profil Desa Talang Jarang Tahun 2022
82

Tabel 3.8
Kepemilikan Hewan Ternak

Ayam/Itik Kambing Sapi Kerbau Lain-


lain
50 10 60 1
orang Orang Orang Orang
Sumber profil Desa Talang Jarang Tahun 2022

Tabel 3.9
Sarana Dan Prasarana Desa
No Sarana/Prasarana Jumlah Volume Keterangan
1 Kantor Desa 1 Unit Layak pakai
2 Balai Pertemuan 1 Unit Layak pakai
Desa
3 Masjid 1 Unit Layak pakai
4 TK 1 Unit Layak pakai
5 SMP Negeri 1 Unit Layak pakai
6 Poskamling 3 Unit Kurang layak
7 Rumah Singgah 1 Unit Layak pakai
Melahirkan
8 Jalan Tambak 1 Unit Layak pakai
9 Lapangan Voly 1 Buah Kurang Layak
10 Jalan Rabat Beton 1 Unit Layak Pakai
11 Jalan Padat Karya 1 Unit Kurang Layak
12 Irigasi 4 Unit Kurang Layak
13 MDTA 1 Unit Kurang Layak

Sumber profil Desa Talang Jarang Tahun 2022


83

D. Keadaan Ekonomi Desa

Jumlah penduduk Desa Talang Jarang sebanyak 508

jiwa dengan penduduk usia produktif 310 jiwa, sedangkan

penduduk yang dikategorikan miskin 55 KK. Mata

pencaharian sebagian penduduk adalah petani sedangkan hasil

produksi ekonomis desa yang menonjol adalah padi.56

E. Kondisi Pemerintahan Desa

a. Pembagian Wilayah Desa

Pembagian wilayah Desa Talang Jarang dibagi

menjadi 3 ( Tiga ) dusun, dan masing-masing dusun tidak

ada pembagian wilayah secara khusus, jadi di setiap dusun

ada yang mempunyai wilayah pertanian dan perkebunan,

sementara pusat Desa berada di dusun 2 (Dua ), setiap

dusun dipimpin oleh seorang Kepala Dusun.57

b. Struktur Organisasi Pemerintah Desa (SOPD)

56
Profil Desa Talang Jarang Kecamatan Air Napal Kabupaten
Bengkulu Utara Tahun 2022
57
Profil Desa Talang Jarang Kecamatan Air Napal Kabupaten
Bengkulu Utara Tahun 2022
84

Struktur Organisasi Desa Talang Jarang Kecamatan

Air Napal menganut Sistem Kelembagaan Pemerintahan

Desa dengan Pola Minimal, selengkapnya disajikan dalam

gambar sebagai berikut:58

Bagan 3.1

58
Profil Desa Talang Jarang Kecamatan Air Napal Kabupaten
Bengkulu Utara Tahun 2022
85

Masalah dan Potensi Desa

c. Potensi Desa Talang Jarang

Berdasarkan pengkajian keadaan desa di Desa

Talang Jarang ini, didapati Potensi Desa sebagai berikut:59

Tabel 3.10
Potensi Desa

NO BIDANG POTENSI LOKASI


1 Penyelengaraan  Ada penghasilan Desa
Pemerintahan tetap dan tunjangan
Desa aparat desa dan
BPD
 Ada kendaraan
dinas roda dua
 Struktur aparatur
desa Lengkap
 Ada kepengurusan
BPD lengkap
 Ada oprasional
perkantoran
 Ada operasional
BPD
 Ada
pengklapikasian
dan pendataan
penduduk desa
 Ada balai desa
 Ada kantor desa
 Ada fasilitas kantor
desa

59
Profil Desa Talang Jarang Kecamatan Air Napal Kabupaten
Bengkulu Utara Tahun 2022
86

 Ada batas desa


 Ada papan
informasi desa
 Ada RPJMDesa
dan RKPDesa
 Ada pendataan dan
peyusunan profil
desa
 Peyusunan
perencanaan
pembangunan desa
 Ada pengangkatan
perangkat desa
 Ada pemilihan
BPD
 Ada APBDesa
 Ada Peraturan
Desa, Peraturan
Bersama Kepala
Desa dan
Keputusan Kepala
Desa
2 Pelaksanaan
Pembangunan
Desa
Pemeliharaaan jalan  Adanya jalan desa Desa
 Adanya jalan
propinsi
 Adanya jalan
kabupaten
 Adanya jalan
padat karya yang
menghubungkan
desa Talang
Jarang dengan
desa Sawang lebar
Ilir
87

 Adnya jalan sentar


pertanian rabat
beton dusun 2

Pembangunan rabat  Adanya jalan Desa
beton sentra pertanian
dusun I,II,III
 Adanya gang desa
Pembukaan dan  Adanya jalan Desa
pengoralan jalan sentra pertanian
yang masih tanah
di dusun I,II,II
 Jalan lingkungan
desa masih tanah
Pemeliharaan  Adanya kantor Desa
kantor desa dan desa dan balai
balai desa desa
Pembangunan pagar  Adanya Desa
desa lingkungan desa
 Ada gedung SMP
Pembangunan dan  Ada sumur gali Desa
pengelolaan air  Banyak penduduk
bersih berskala desa
Pembangunan balai  Ada Gedung TK Desa
pelatihan /kegiatan  Ada proses belajar
belajar masyarakat mengajar di TK
 Ada murid Tk
 Ada SMP
 Ada proses belajar
mengajar di SMP
 Ada MDTA
 Ada proses belajar
mengajar di MDTA
 Ada guru honorer
TK, SDN, SMP
dan sebagian PNS
88

 Ada murid SD,SMP,


SMA dan
mahasiswa
Pemeliharaan pagar  Ada pagar Desa
masjid,MDTA
Pembangunan  Ada TPT di jalan Desa
pelapis Tebing usaha tani dan
lingkungan warga
Pembangunan  Ada drainase Desa
sanitasi lingkungan  Ada limbah rumah
desa tangga
Pembangunan  Ada lahan dan Desa
gedung untuk produk unggulan
produk unggulan desa
desa
Pembangunan  Ada posyandu Desa
gedung posyandu  ada bidan Desa
 ada Kader
Posyandu
 ada balita
 ada ibu hamil
 ada rumah
singgah ibu
melahirkan
 ada lansia

Jambanisasi  Ada MCK Desa


Perbaikan rumah  Ada KK miskin
sehat untuk fakir  Ada rumah
miskin
Pembangunan  Adanya Desa
elektrifikasi desa pengembangan
desa
 Adan jaringan
89

listrik
 Ada lampu jalan
 Ada
perlengkapan
dan peralatan
listrik
Pemeliharaan  Ada masjid Desa
sarana ibadah
Bangunan  Ada lahan Desa
pengolahan hasil  Ada persawahan
pertanian/perikanan dan perkebunan
 Ada hama
persawahan dan
perkebunan
Pembangunan dan  Ada lahan Desa
pengolahan kios pertanian dan
desa perkebunan
 Ada pemakain gas
elpiji
Pembangunan  Adanya Desa
irigasi desa persawahan
Pemeliharaan  Ada irigasi Desa
irigasi desa
Penghijauan  Ada pekarangan Desa
rumah
Sarana dan  Ada teknologi tepat Desa
prasarana teknologi guna
tepat guna
Pengadaan sarana  Ada lapangan voli Desa
dan prasarana  Ada grup voli
olahraga  Ada lapangan
badminton
3 Bidang Pembinaan  Ada bidan desa Desa
Masyarakat  Ada lahan
pekarangan untuk
90

apotek hidup
 Adanya karang
taruna
 Adanya risma
 Adanya kartu Kis
 Adanya Listrik
4 Bidang  Ada kios Desa
Pemberdayaan Celluler/ponsel
Masyarakat  Ada warung
bakso/mie
ayam/gorengan/lote
k
 Ada ternak
itik/bebek/ayam
skala rumah tangga
 Ada ternak
kambing/sapi
 Ada penjualan hasil
pertanian dan
perkebunan sawit
dan karet serta
palawija.
 Ada kegiatan ibu-
ibu penjual sayuran
 Ada masyarakat
usaha pedagang
pengumpul hasil
tani
 Ada steam
motor/mobil
 Ada usaha galon
 Ada bengkel motor
 Ada bengkel las
 Ada jasa pangkas
rambut pria wanita
 Adanya persawahan
 Adanya pertanian
91

palawija
 Adanya kebun
sawit, karet
 Adanya usaha
Tambak Udang
 Adanya nelayan
 Ada usaha
peyewaan kursi dan
perlengkapan pesta
 Adanya KUBE
PKH
 Ada perangkat
agama yaitu imam,
bilal,khotib, gharim,
dan guru ngaji, serta
penyuluh agama
honorer
 Ada anggota
perlindungan
masyarakat (
hansip)
 Ada kepengurusan
karang taruna
 Ada kepengurusan
Risma
 Ada kepengurusan
PKK
 Ada lapangan
olahraga
 Ada kepengurusan
pengajian majlis
ta‟lim
 Ada Lembaga
Pembedayaan
Masyarakat (LPM)
 Ada kelompok
pemberdayaan
92

masyarakat (KPM)
 Ada Lembaga Adat
 Ada Lembaga
syarak
 Ada guru PAUD
dan MDTA
 Ada kesenian
rebana ibu-ibu
 Ada kegiatan
gotong royong
 Ada kegiatan arisan
ibu-ibu
 Ada kegiatan
siskamling
 Ada kegiatan
hajatan
 Ada kegiatan sara
pal anam
 Ada kelompok tani
 Ada Gapoktan
 Ada kader desa
 Ada kegiatan
perekonomian,
pertanian dan
perdagangan
 Ada teknologi tepat
guna
 Ada karang taruna
 Ada kolam ikan
 Ada tempat
pendidikan
 Ada lansia
 Ada nelayan
 Adanya kolam
 Ada lahan
pertanian/
perkebunan
93

 Ada bengkel
motor,mobil,las
 Ada usaha galon
 Ada jasa salon
 Ada usaha rumah
tangga
 Ada bibit ayam
entok
 Ada potensi
BUMDes

Sumber profil Desa Talang Jarang Tahun 2022

d. Masalah Desa Talang Jarang

Berdasarkan pengkajian keadaan desa di Desa

Talang Jarang didapati masalah sebagai berikut:60

Tabel 3.11

Permasalahan Desa

No Bidang Masalah Lokasi


1 Penyelengaraan  Belumnya adanya Desa
Pemerintahan pelatihan Aparat Desa
Desa dan BPD yang
memadai
 Penghasilan tetap
(siltap)Aparat Desa
dan BPD belum
memadai
 Lemahnya
pemahaman Aparat

60
Profil Desa Talang Jarang Kecamatan Air Napal Kabupaten
Bengkulu Utara Tahun 2022
94

Desa dan BPD


terhadap tupoksi
 Belum ada seragam
Aparat Desa dan BPD
 Balai Desa rusak
ringan
 Belum ada WC balai
pertemuan desa
 Kantor desa rusak
ringan
 Penambahan ruang
kantor desa
 Penambahan ruang
balai pertemuan desa
untuk inventaris desa
 Belum adanya kantor
BPD
 Belum lengkapnya
sarana dan prasarana
penunjang kegiatan
kantor
 Belum lengkapnya
profil desa
 Sistem pengarsipan
desa/ administrasi
termasuk perdes
belum memadai
 Biaya operasional
kantor yang rendah
dan tidak mencukupi
 Belum memiliki
sumber pendapatan
desa
 Pemungutan pajak di
desa belum optimal
 Belum memiliki tanah
kas desa
95

 Minimnya teknologi
komputer
 Belum adanya
jaringan internet
 Minimya biaya
pemilihan kades
 Belum ada biaya
Pemilihan Kades
BPD
 Belum ada asuransi
aparat desa dan BPD
 Lemahnya
pemahaman Aparat
Desa dan BPD dalam
penyusunan RPJM
Desa, RKP Desa dan
APB Desa
 Belum maksimalnya
fungsi papan
informasi desa
2 Pelaksanaan
Pembangunan
Desa
Pemeliharaan jalan  Jalan usaha tani rabat Desa
Desa beton banyak rusak
 Jalan padat karya
belum aspal
Pembangunan  Jalan usaha tani ke Desa
rabat beton arah pantai masih
tanah
 Jalan lingkungan
masih tanah
Pembangunan dan  Jalan usaha tani ke Desa
pengoralan jalan arah pantai masih
tanah
 Jalan lingkungan
96

masih tanah
Pemeliharaan  Ruang kantor desa Desa
kantor desa dan masih kurang
balai desa  Kantor desa rusak
 Balai pertemuan
rusak
 Ruang balai
pertemuan masih
kurang
 Halaman kantor desa
dan balai desa masih
tanah
Pembangunan  Belum adanya pagar Desa
pagar keamanan desa
(rumah)
 Masih kurangnya
pagar keamanan
sekolah (SMP)
Pembangunan dan  Sumur umum rusak Desa
pengelolaan air berat
bersihberskal desa  Musim kemarau
terjadi kekurangan air
Pembangunan  Gedung PAUD rusak Desa
balai  Sarana bermain
pelatihan/kegiatan PAUD belum
belajar masyarakat memadai
 Gedung MDTA rusak
 Sarana bermain
MDTA belum
memadai
 Gedung SMP rusak
Pemeliharaan  Pagar masjid dan Desa
pagar pagar MDTA rusak
Pembangunan  Abrasinya lingkungan Desa
pelapis tebing rumah warga
Dan jalan usaha tani
97

Pembngunan  Belum ada tempat Desa


gedung untuk penampungan produk
produk unggulan unggulan desa
desa
Pembangunan  Belum adanya gedung Desa
gedung posyandu posyandu beserta
sarana dan prasarana
posyandu
Jambanisasi  Jambanisasi belum Desa
layak
 Masih ada yang
belum memiliki
jamban
Perbaikan rumah  Rumah tidak layak Desa
sehat untuk fakir huni
miskin  Jumlah anggota
keluarga banyak
Pembangunan  Belum adanya Desa
elektrifikasi desa pengembangan desa
 Kurangnya lampu
penerang depan
rumah
 Belum adanya
jaringan listrik
Pemeliharaan  Rusaknya sarana Desa
sarana ibadah ibadah (masjid)
Bangunan  Belum adanya mesin Desa
pengolahan hasil perontok padi,rice
pertanian miling,hantraktor
/perikanan  Kurangnya alat
penanganan hama
pertanian dan
perikanan
Pembngunan dan  Belum adanya kios Desa
pengolaaan kios tani
desa  Sulitnya mendapat
98

pupuk,obat –
obatan,peralatan
pertanian dan bibit
 Menirunnya hasil
panen
 Sulitnya mendapat
gas elpiji 3kg
 Mahalnya harga gas
elpiji 3kg
Pembangunan  Sulit mendapatkan Desa
irigasi pengairan sawah
Pemeliharaan  Sulitnya mendapat air Desa
irigasi untuk pengairan
sawah
Penghijauan  Kurang penghijauan Desa
depan rumah
masyarakat
Sarana dan  Banyak hama tikus Desa
prasarana yang membuat gagal
teknologi tepat panen sawah
guna
Pembangunan  Belum adanya saluran Desa
sanitasi drinase limbah rumah
lingkungan desa tangga
 Belum adanya bak
penampungan limbah
rumah tangga
Pengadaan saran  Lapangan bola voli Desa
dan prasarana masih tanah
olahraga  Kurangnya kostum
grup voli
 Kurangnya peralatan
voli
 Belum adanya
lapangan dan
peralatan badminton
99

dan tenis meja


Pembinaan  Kurangnya bidan desa Desa
masyarakat  Belum adanya apotek
hudup dilingkungan
warga
 Nilai sosila budaya
mulai menurun
 Banyak masyarakat
yang belum memiliki
kartu KIS
 Banyak masyarakat
yang belum mendapat
subsidi listrik

Bidang  Kesenian rebana Desa


Pemberdayaan Kurang Pembinaan
Masyarakat Pelatih
 Kesenian rebana
Belum ada regenerasi
pemain
 Kesenian rebana
Belum ada seragam
pemain
 Sekarang rendahnya
kesadaran warga
untuk bergotong
royong
 Peralatan gotong
royong masih manual
 Masih kurangnya
kesadaran masyarakat
untuk datang ke
pengajian
 Peralatan dan
perlengkapan majlis
taklim belum ada
 Seragam majelis
100

taklim belum
memadai
 Operasional majlis
taklim masih minim
 Perlunya pembinaan
majelis taklim
 Tidak adanya
operasional lembaga
adat,syarak,LPM,KP
M
 Peyediaan sarana dan
prasarana kegiatan
sarapal anam
 Perlunya bimbingan
sara pal anam
 Belum adanya
seragam kelompok
sarapal anam
 Perlunya pembinaan
karang taruna dan
risma
 Kurangnya kegiatan
risma
 Sarana pengajian
masih kurang
 Sound
system/Pengeras
suara kurang
memadai
 Belum ada Jen Set
 Masih rendahnya
SDM di kelompok
tani, Gapoktan dan
karang taruna
 Kurangnya
penggunaan
Teknologi Tepat
101

Guna
 Kurangnya
keterampilan/skill
Masyarakat
 Minimnya peralatan
bengkel
bengkel
motor,mobil,las
 Kurang pengetahuan
perbengkelan
 Kurannya bibit sawit,
karet
 Minimnya peralatan
nelayan
 Kurannya modal
untuk usaha
 Belum adanya
peyemprotan bibit
peyakit
 Kurangya bibit ayam
entok
 Kurannya bibit ikan
 Belum ada BUMDes
 Banyak anak yang
belum sunatan
 Kurangnya bibit sapi
unggul
 Kurangnya bibit
sayuran
 Minimnya peralatan
berburu babi
 Ada anak kurang gizi
 Kuranya pengetahuan
menjahit
 Tidak adanya
operasional guru
PAUD dan MDTA
102

 Minimnya peralatan
PKK
Sumber profil Desa Talang Jarang Tahun 2022
103

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Peran Badan Permusyawaratan Desa dalam proses

Legislasi Peraturan Desa Talang Jarang Kecamatan Air

Napal Kabupaten Utara

Dalam menjalankan peran Badan Permusyawaratan

Desa (BPD), maka BPD mengharuskan 4 hal yang dipenuhi

yaitu fungsi, tugas, wewenang, dan hak, serta kewajiban dari

BPD. Jika dilihat dari fungsi BPD berdasarkan Pasal 26

Peraturan Daerah Nomor 06 Tahun 2017 Tentang Badan

Permusyawatan Desa yaitu, membahas dan meyepakati

rancangan pembentukan peraturan desa bersama Kepala

Desa.61 Dari pasal tersebut dalam penetapan peraturan desa

harus sesuai dengan aspirasi masyarakat. Maka dari itu untuk

menciptakan peran anggota BPD yang lebih maksimal, harus

melalui peraturan-peraturan Perundang-Undangan yang telah

di amanakan sesuai dengan aturan yang berlaku.

61
Pasal 26 Peraturan Daerah Nomor 06 Tahun 2017 Tentang Badan
Permusyawatan Desa

103
104

Untuk memberikan gambaran tentang pelaksanaan

fungsi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) di Desa Talang

Jarang Kecamatan Air Napal Kabupaten Bengkulu Utara,

sebagai salah satu unsur penyelenggara Pemerintahan Desa

terbentuk sebagai pelaksanaan demokrasi di Desa telah

menunjukkan peran penting dalam mendukung perwujudan

tata penyelenggaraan pemerintahan Desa yang baik. Sejauh ini

BPD di Desa Talang Jarang telah memiliki paradigma yang

jelas berpegang teguh pada konstitusi, serta independen dalam

melakukan tugas dan fungsinya. Sampai saat ini keberadaan

BPD Desa Talang Jarang Kecamatan Air Napal Kabupaten

Bengkulu Utara telah mulai menampakkan tugas dan

fungsinya selama 2 tahun ini, antara Pemerintah Desa dan

masyarakat Desa Talang Jarang. Pemerintahan Desa dan BPD

di Desa Talang Jarang dapat berperan dan berfungsi untuk

membahas dan menyepakati rancangan peraturan Desa,

menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa, dan

melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa, hal ini sesuai


105

dengan Peraturan Daerah Nomor 06 Tahun 2017 Tentang

Badan Permusyawaratan Desa.

Namun dalam wawancara dengan Rodi Imansyah

selaku Kepala Desa Talang Jarang mengatakan:

Keberadaan BPD sudah sesuai dengan Perda. Selain itu

kinerja dari anggota BPD selama ini tidak pernah

terjadi kekeliruan dan setiap anggota sudah memahami

tugas dan fungsi masing-masing.62

Berdasarkan hasil wawancara tersebut diketahui kinerja

anggota BPD dan hubungan anggota BPD dengan para

masyarakat berjalan dengan baik. Kemudian Rodi Imansyah

mengatakan bahwa:

Anggota BPD selama ini dalam menjalankan fungsi

dan tugasnya sudah sesuai dengan Perda yang ada,

semua anggotanya sudah memahami fungsi masing-

masing, dan terkhususnya dalam menerima dan

menyalurkan aspirasi masyarakat di setiap Dusun.63

62
Wawancara dengan Rodi Imansyah selaku Kepala Desa Talang
Jarang, pada 25 Oktober 2022
63
Wawancara dengan Rodi Imansyah selaku Kepala Desa Talang
Jarang, pada 25 Oktober 2022
106

Untuk mencapai pemerintahan desa yang lebih

professional terdapat hubungan dan kerjasama yang harmonis

antara BPD dan kepala desa, agar bertujuan terciptanya

pelayanan pemerintahan yang baik. Hubungan antara BPD

dengan Kepala Desa bersifat timbal balik dimana keduanya

saling membutuhkan satu sama lain agar terciptanya

pemerintahan yang baik, keterkaitan antara BPD dengan

Pemerintahan Desa akan mempengaruhi daya tampung dari

aspirasi masyarakat sebagai objek dalam pelaksanaan

pemerintahan di lingkup pemerintahan desa.

Salah satu fungsi BPD yaitu sebagai fungsi legislatif

dimana dari penjelasan Perda tersebut BPD memiliki peran

sentral dalam membahas dan menyepakati rancangan

peraturan desa bersama Kepala Desa, selain itu BPD juga

berfungsi sebagai penampung dan penyalur aspirasi

masyarakat Desa.

Untuk memahami fungsi yang ada pada BPD seperti

yang diamanatkan dalam Peraturan Daerah Nomor 06 Tahun


107

2017 tentang Badan Permusyawaratan Desa, berikut akan

dijelaskan secara jelas:64

1. Fungsi Legislasi

Fungsi legislasi yang dimaksud adalah fungsi BPD

yang berkaitan dengan perumusan dan penetapann

peraturan desa. Fungsi BPD dalam membahas dan

menyepakati Ranancangan Peraturan Desa bersama Kepala

Desa diatur dalam Peraturan Daerah Pasal 26 huruf (h)

Nomor 06 Tahun 2017 yang berbunyi:65

Membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan

Desa bersama Kepala Desa.

Dalam Perumuskan dan Penetapkan Peraturan Desa,

Badan Permusyawaratan Desa berpedoman pada Peraturan

Mentri dalam Negeri Nomor 110 Tahun 2016 tentang

Badan Permusyawaratan Desa bersama dengan pemerintah

Desa melalui beberapa Tahap yaitu:66

64
Peraturan Daerah Nomor 06 Tahun 2017 tentang Badan
Permusyawaratan Desa
65
Pasal 26 huruf (h) Peraturan Daerah Nomor 06 Tahun 2017 tentang
Badan Permusyawaratan Desa, pada 25 Oktober 2022
66
Peraturan Mentri dalam Negeri Nomor 110 Tahun 2016 tentang
Badan Permusyawaratan Desa
108

a. Pemerintah Desa mengundang anggota BPD untuk


menyampaikan maksudnya membentuk peraturan desa
dengan menyampaikan pokok-pokok peraturan desa
yang diajukan.
b. BPD terlebih dahulu mengajukan rancangan Peraturan
Desa, demikian halnya dengan pemerintah Desa yang
juga mengajukan rancangan Peraturan Desa.
c. BPD memberikan masukan atau usul untuk melengkapi
atau menyempurnakan rancangan Peraturan Desa.
d. Ketua BPD menyampaikan usulan tersebut kepada
pemerintah desa untuk diagendakan.
e. BPD mengadakan rapat dengan pemerintah desa kurang
lebih satu sampai dua kali untuk memperoleh
kesepakatan bersama.

Dalam penyelenggaraan pemerintahan desa

terdapat hubungan antara Kepala Desa dengan BPD yang

saling membutuhkan satu sama lain, agar nantinya

hubungan tersebut berjalan dengan baik dalam penetapkan

Peraturan Desa bersama dengan Pemerintah Desa. BPD dan

Kepala Desa mengajukan rancangan Peraturan Desa

kemudian akan dibahas bersama dalam rapat BPD dan

setelah mengalami penambahan dan perubahan, kemudian

rancangan Peraturan Desa tersebut disahkan dan disetujui

serta ditetapkan sebagai Peraturan Desa dan dalam proses

pengambilan keputusan di desa tersebut terdapat keputusan

yang dilakukan yaitu, yang pertama, keputusan yang


109

beraspek sosial, meningkatkan masyarakat, dengan sukarela

yang dimana di jumpai dalam kehidupan masyarakat

dengan keputusan melalui proses persetujuan bersama-

sama, yang kedua keputusan yang di buat dengan BPD.

Tetapi dalam menjalankan fungsi BPD dan pemerintahan

desa Talang Jarang dalam dalam rangka menjalankan

fungsi legislasi yaitu, merumuskan dan menetapkan

peraturan desa bersama-sama dengan pemerintahan desa

namun belum mencapai tahap perumusan sebagai lembaga

penyalur aspirasi masyarakat belum berjalan semestinya.

Dalam konteks penelitian yang dilakukan di Desa

Talang Jarang di temukan fakta lain dari apa yang

dinyatakan oleh Sekertaris Desa bahwa pelaksanaan fungsi

BPD. Badan Permusyawaratan Desa yang dulunya

terbentuk ini tidak pernah berjalan semestinya, hal ini

membuktikan bahwa selama adanya anggota BPD, kinerja

BPD tidak berjalan dengan baik dan dalam hal penetapan

peraturan Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang


110

disampaikan oleh Marzianto selaku sekretaris Desa Talang

Jarang mengatakan:

Selama BPD terbentuk belum ada terlihat jelas


pelaksanaan fungsi dan tugas BPD. BPD yang
terbentuk kurang memahami tugas dan fungsinya,
sehingga dulunya keberadaan BPD dalam
penyelenggaraan pemerintahan desa terkhusus pada
menerima dan menyalurkan aspirasi masyarakat
sebagian dari masyarakat tidak mengetahui peran
dari BPD. Pada tahun 2018 peran BPD mulai
terlihat walaupun belum maksimal, dan juga dalam
pelaksanaan penetapan peraturan.67

Hal ini senada dengan Yuli Sujarti ketua BPD

Talang Jarang mengatakan bahwa:

BPD terbentuk semenjak adanya desa tetapi kinerja


BPD tidak terlihat jelas dalam pelaksanaan tugas
dan fungsinya, tetapi semenjak penetapan ulang
anggota BPD sudah ada perubahan lebih baik dari
Priode sebelumnya, Kami biasanya melakukan
kegiatan yang dilakukan dengan Pemerintah Desa
seperti Musrenbang Desa yang juga biasanya
dihadiri oleh Pemerintah Daerah, jika dalam
pembentukan peraturan desa belum pernah selama
saya menjabat.68

Berdasarkan hasil penelitian penulis, dapat

disimpulkan bahwa fungsi Badan Permusyawaratan Desa

67
Wawancara dengan Marzianto selaku sekretaris Desa Talang
Jarang, pada 25 Oktober 2022
68
Wawacara dengan Yuli Sujarti ketua BPD Talang Jarang
111

dalam menetapkan Peraturan Desa bersama dengan Kepala

Desa yaitu dimulai dari Tahap perancangan, perumusan,

dan penyusunan Peraturan Desa belum pernah dilaksanakan

pada periode 2018 sampai sekarang, tetapi terdapat fakta

dari data-data yang dikumpulkan berupa Peraturan Desa

Talang jarang yaitu Peraturan Desa Nomor 04 Tahun 2016

tentang Pungutan Desa, Peraturan Desa Nomor 02 Tahun

2021 tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa. Hal

ini membuktikan bahwa peran BPD dalam membahas dan

menyepakati rancangan peraturan desa belum memenuhi

tugas dan fungsinya. Dimana dalam Peraturan Daerah

Nomor 06 Tahun 2017 tentang Badan Permusywaratan

Desa mengamanahkan untuk bersinergi antara Kades

dengan BPD dalam menetapkan peraturan desa dan dalam

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan perangkat desa

yaitu sekretaris desa, pelaksanaan wilayah, dan pelaksana

teknis. Selain itu, ada BPD yang mempunyai fungsi

membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa


112

bersama kepala desa, tetapi BPD tidak terlibat dalam hal

tersebut.

Dari hal tersebut dapat disimpulkan BPD selaku

lembaga yang menjalankan fungsi pemerintahan di desa

yang seharusnya bekerjasama dengan perangkat desa dalam

hal menetapkan peraturan desa dengan menampung aspirasi

masyarakat desa dalam kebutuhan masyarakat desa Talang

Jarang.

2. Fungsi Mengayomi

Fungsi mengayomi yang dimaksud adalah

menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. Dimana

BPD bertanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan

menampung aspirasi masyarakat seperti yang di jelaskan

dalam Pasal 26 Peraturan Daerah Nomor 06 Tahun 2017

tentang Badan Permusyawaratan Desa. Menampung

aspirasi masyarakat yaitu menangani dan menyalurkan

aspirasi yang diterima dari masyarakat yang dilakukan di

secretariat BPD, diadministrasikan dan disampaikan dalam


113

musyawarah Desa.69 Secara umum ada 3 cara bagi

masyarakat dalam menyampaikan aspirasinya yaitu:

1) Meyampaikan langsung ke BPD

Penyampaian aspirasi dari masyarakat kepada

BPD tidak jarang pula dilakukan baik secara individu

maupun bersama-sama dengan menyampaikan langsung

kepada anggota BPD yang ada di lingkungannya.

2) Menyampaikan melalui forum warga

Setiap wilayah sebulan sekali mengadakan

pertemuan dalam perkumpulan dan di perhatikan oleh

BPD di setiap forum-forum yang di adakan di wilayah.

c. Melalui pertemuan tingkat desa

Menyampaikan aspirasi melalui forum rapat

koordinasi yang di selenggarakan oleh pemerintah desa

dan mengudang perwakilan dari masyarakat yaitu ketua

RT/TW, tokoh agama, masyarakat, adat, dan BPD dalam

membahas permasalahan apapun dan program yang

sedang di lakukan maupun yang akan dilakukan oleh

69
Pasal 26 Peraturan Daerah Nomor 06 Tahun 2017 tentang Badan
Permusyawaratan Desa
114

pemerintah desa. Selain itu, menyampaikan aspirasi oleh

masyarakat dalam rapat musyawarah desa.

Dalam penelitian lapangan bahwa peran BPD dalam

pelaksanaan fungsinya dalam menyampaikan aspirasi

masyarakat desa sudah baik, walapun belum makasimal di

karenakan masih ada sebagian masyarakat yang kurang

mengetahui apa itu BPD.

Hal ini di perkuat dengan wawancara dengan

Marzianto sebagai Sekretaris BPD Talang Jarang yang

mengatakan bahwa:

Sejauh ini selama saya menjabat sebagai anggota

BPD dalam melaksanakan tugas terutama dalam

menyampaikan aspirasi masyarakat sudah

terlaksanakan dengan baik, dimana peran BPD

sangat penting sebagai wakil dari masyarakat.70

Berdasarkan hasil wawancara diatas bahwa BPD

dalam melaksanakan fungsinya sudah berjalan semestinya.

70
wawancara dengan Marzianto sebagai Sekretaris BPD Talang
Jarang, pada 25 Oktober 2022
115

Senada dengan Feri Haryanto selaku Kepala Urusan

Pemerintahan mengatakan bahwa:

BPD sangat berperan penting dalam perkembangan


desa, dan selama ini kinerja dari BPD sudah terlihat
dan terlaksanakan dengan baik sesuai dengan
fungsinya selama periode, dan dalam penyampaian
aspirasi masyarakat di lakukan dalam rapat
MusrembangDes dengan melibat perwakilan dari 2
masyarakat perdusun.71
Berbeda pendapat dengan masyarakat beberapa

respon mayarakat kurang baik terhadap pelaksanaan fungsi

BPD, sebagaimana yang di kemukakan Ferdi selaku

masyarakat Desa Talang Jarang mengatakan:

Beberapa dari anggota BPD kurang komunikasinya

dengan masyarakat, sehingga masyarakat

mengetahui BPD hanya sebagian saja.72

Senada dengan Lahumin warga Desa Talang Jarang

mengatakan bahwa:

BPD jarang mengunjungi masyarakat, akibatnya

pola komunikasi yang terbangun kurang efektif.73

71
Wawancara dengan Feri Haryanto selaku Kepala Urusan
Pemerintahan, pada 25 Oktober 2022
72
Wawancara dengan Ferdi selaku masyarakat desa Talang jarang,
pada 25 Oktober 2022
116

Berbeda dengan pelaksananaan fungsi BPD

sebelumnya dalam menyepakati rancangan Peraturan Desa

bersama Kepala Desa, dilihat dari beberapa hasil

wawancara yang dilakukan diatas dengan masyarakat

bahwa dalam pelaksanaan fungsi BPD menyampaikan

aspirasi masyarakat belum maksimal dalam pelaksanaannya

dikarenakan jarang melakukan musyawarah seperti halnya

dalam menyampaikan aspirasi melalui forum warga yang

dapat mengumpulkan keluhan-keluhan dari masyarakat.

Berdasarkan wawancara dengan Marzianto selaku

sekretaris desa mengatakan bahwa:

Kegiatan seperti musyawarah desa memang biasa di

laksanakan, namum masyarakat yang di beri

peluang dalam menyampaikan aspirasinya dalam hal

pembangunan desa kadang tidak hadir dalam

rapat.74

73
Wawancara dengan Lahumin selaku masyarakat desa Talang
jarang, pada 25 Oktober 2022
74
Wawancara dengan Marzianto selaku sekretaris desa, pada 25
Oktober 2022
117

Melihat hal tersebut peneliti menyimpulkan bahwa

pemahaman anggota BPD terhadap pelaksanaan fungsi

BPD dalam menampung dan menyalurkan aspirasi

masyarakat sudah terlaksana, walaupun belum maksimal.

Kurang maksimalnya dikarenakan dapat dilihat dalam hasil

wawancara bersama masyarakat, dimana BPD sudah

melaksanakan penyampaian aspirasi melalui forum warga

tetapi tidak secara menyeluruh dan jarang melakukan

komunikasi sebagian masyarakat. Dimana BPD bersama

dalam menampung keluhan-keluhan dari masyarakat terkait

pembangunan di Desa. Tetapi dari penyataan sehingga

dapat dikatakan BPD belum optimal dalam melaksanakan

fungsinya.

3. Fungsi Pengawasan

Pengawasan merupakan salah satu fungsi Badan

Permusyawaratan Desa, pegawasan yang dimaksud adalah

pengawasan yang dilakukan BPD terkait dengan

pelaksanaan peraturan desa, penggunaan anggaran, dan

juga belanja daerah, dan keputusan kepala desa.


118

BPD merupakan lembaga yang memiliki hak

pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan desa

oleh kepala desa seperti yang tertera dalam Undang-

Undang Nomor 06 Tahum 2014 tentang Desa pada Pasal 55

ayat (c) yang menyatakan melakukan pengawasan kinerja

kepala desa.75 Pengawasan yang dilakukan BPD bertujuan

untuk mengetahui apakah pelaksanaan kinerja kepala desa

sesuai dengan rancangan yang telah ditetapkan atau tidak,

dan untuk mengetahui kesulitan apa saja yang dijumpai

oleh parah pelaksana.

BPD memiliki fungsi membuat dan menetapkan

Peraturan Desa bersama dengan pemerintah desa, BPD juga

berfungsi mengawasi jalannya pemerintah desa. Fungsi

dalam bidang pengawasan ini meliputi pengawasan

terhadap pelaksanaan Peraturan Desa, pengawasan terhadap

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes), dan

pengawasan terhadap keputusan Kepala Desa. Dalam

pelaksanaan fungsi pengawasan ini, BPD berhak meminta

75
Pasal 55 ayat (c) Undang-Undang Nomor 06 Tahun 2014 tentang
Desa
119

pertanggung jawaban Kepala Desa dan meminta keterangan

kepada pemerinta desa. Dimana pelaksanaan fungsi

pengawasan yang dilakukan BPD yaitu:

a. Pengawasan Terhadap Pelaksanaan Kegiatan

Perencanaan Pemerintah Desa Badan Permusyawaratan

Desa (BPD) menjalankan fungsinya yaitu mengawasi

segala tindakan yang dilakukan Kepala Desa maupun

Perangkat Desa. Adapun beberapa cara pengawasan

yang dilakukan BPD terhadap kegiatan pemerintahan

desa seperti berikut:

1) Mengawasi semua yang menjadi perencanaan

kegiatan Pemerintah Desa serta yang

bertanggungjawab dalam pelaksanaannya seperti

Kepala Desa, Sekretaris Desa dan aparat desa lainnya.

2) Dalam hal penyelewengan, biasanya BPD melakukan

teguran.

b. Pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan. Pengawasan

Pelaksanan Kegiatan yang dilaksanakan oleh Pemerintah

Desa Talang Jarang dilihat dari laporan


120

pertanggungjawaban Kepala Desa setiap akhir tahun

anggaran. Bentuk pengawasan yang dilakukan oleh BPD

Desa yaitu:

1) Melakukan evaluasi laporan keterangan

penyelenggaraan kegiatan Pemerintahan Desa.

2) Evaluasi laporan yang dimaksud merupakan evaluasi

atas kinerja Kepala Desa selama 1 (satu) tahun

anggaran yang dilakukan berdasarkan demokratis,

responsive, transparansi, akuntabilitas dan objektif.

c. Pengawasan terhadap keputusan Kepala Desa. Kepala

Desa dalam melaksanakan Pemerintah Desa juga berhak

membuat keputusan Kepala Desa. Keputusan Kepala

Desa dapat mempermudah jalan Peraturan Desa. Adapun

pengawasan yang dilakukan oleh BPD Desa terhadap

keputusan Kepala Desa yaitu :

1) Melihat proses pembuatan keputusan dan isi

keputusan tersebut.

2) Melihat apakah isi keputusan tersebut sudah sesuai

untuk dijadikan pedoman penyusunan RAPBDes.


121

3) Mengawasi apakah keputusan tersebut benar-benar

dijalankan atau tidak.

4) Mengawasi apakah dalam menjalankan keputusan

tersebut ada penyelewengan.

Fungsi BPD dalam pengawasan dituntun lebih

professional dan lebih memahami sistem pemerintah

dan alur organisasi dalam desa tersebut, dalam hal

penelitian ini fungsi sebagai pengawas di lakukan di

Desa Talang Jarang. Pengawasan yang dilakukan BPD

di Desa Talang Jarang sudah berjalan dengan baik dan

hubungan kerja antara BPD dengan Pemerintah Desa

sangat baik. Hal ini dibenarkan oleh Rodi Imansyah

selaku Kepala Desa mengatakan bahwa:

Hubungan kami dengan BPD tak lain sudah

seperti keluarga dan tidak ada kerenggangan

sedikit pun, hubungan pola kerja menjadi lebih

mudah dan berjalan dengan baik.76

76
Wawancara dengan Rodi Imansyah selaku Kepala Desa, pada 25
Oktober 2022
122

Dari hasil wawancara diatas dimana

menggambarkan bahwa keterlibatan kekeluargaan antara

BPD dengan Pemerintah Desa menimbulkan manfaat

dan kemudahan dalam menjalankan tugas dari BPD itu

sendiri dan pengawasan berlangsung secara baik.

Dalam penetapan peraturan desa ada beberapa

faktor yang menghambati Badan Permusyawaran Desa

Talang Jarang dalam menjalankan tugas dalam

penetapan peraturan desa ialah:

1. Faktor penghambat

Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan

ada beberapa faktor yang menjadi penghambat kinerja

BPD dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, yaitu:

1) Sarana

Tugas BPD sangat dibutuhkan wadah

sebagai sekretariat yang digunakan dalam

melakukan kegiatan yang berkenaan dengan

kegiatan BPD mulai dari perencanaan dan

pengadministrasian. Wadah dan tempat berupa


123

kantor sangatlah dibutuhkan BPD demi

terorganisasian seluruh kegiatan BPD dan

memudahkan jalur komunikasi dan koordinasi

anggota BPD lainnya.

Sehubungan dengan hal ini Yuli Suharti

selaku Ketua Badan Permusyawaratan Desa

mengatakan:

Kurangnya sarana seperti sekretariat yang


sangat dibutuhkan sebagai wadah oleh BPD dalam
melakukan segala kegiatan yang berkenaan dengan
perencanaan dan pengadministrasian, dan hal ini
juga dapat memudahkan hubungan pola kerja sama
dalam penyampaian aspirasi antara anggota BPD
dengan masyarakat dan lebih dekat dari kantor
desa.77

2) Tidak memahami fungsinya

Anggota BPD tidak memahami fungsinya

sebagai anggota BPD berdasarkan Peraturan yang

berlaku. salah satu faktor penghambat fungsi dari

Badan Permusyawaratan Desa yaitu anggota BPD

tidak memahami fungsinya sendiri, karena anggota

77
Wawancara dengan Yuli Suharti selaku Ketua Badan
Permusyawaratan Desa, pada 25 Oktober 2022
124

BPD yang berjumlahkan 5 orang yang diantaranya

2 anggota BPD yang pertama kali menjabat,

sehingga pengalaman dalam menjalankan

perannya sebagai anggota BPD kurang karena

minimnya pengalaman. Berbeda dengan yang

sudah memiliki pengalaman yang paham

bagaimana memebrikan pemahaman ke

masyarakat dan memberi pengaru yang baik dalam

hal menjalankan tugas dan fungsinya. Dimana

fakta yang ditemukan dilapangan mengenai hal

tersebut Yuliana selaku sekdes menanggapi hal

tersebut yang meyatakan bahwa:

Selama saya menjabat sebagai Sekdes dari

tahun 2019 berjalannya BPD belum pernah di

adakan rancangan dan penetapan peraturan desa

selama priode sekarang.

3) Masyarakat Kurang Memahami Fungsi BPD

Mendengarkan aspirasi dari masyarakat

merupakan salah satu fungsi BPD yang sangat


125

penting, dimana yang dibutuhkan masyarakat

harus tersampaikan kepada Pemerintah Desa,

disinilah peran BPD untuk mendengarkan aspirasi

masyarakat begitupun masyarakat sangat

diharapkan untuk menyampaikan aspirasinya.

Menurut Yuli Sujarti selaku Ketua BPD

yang mengatakan bahwa:

Partisipasi dan kerjasama masyarakat sangat


diperlukan, dimana masyarakat harus memahami
fungsi dari BPD agar dapat terjalin sinergi antara
masyarakat dengan anggota BPD dalam
menjalankan tugas dan fungsinya, dimana
masyarakat kurang tertarik dengan adanya
kegiatan desa seperti musywarah desa, dilihat dari
kurangnya masyarakat yang hadir dalam kegiatan-
kegiatan tersebut.78

Mendengarkan aspirasi masyarakat sangat

dibutuhkan peran penting anggota BPD sebagai

penyalur ke Pemerintah Desa, namun yang

terjadi dilapangan anggota BPD yang kurang

memahami fungsi mereka dan begitupun dengan

masyarakat tidak paham apa fungsi BPD itu,

78
Wawancara dengan Yuli Sujarti selaku Ketua BPD, pada 25
Oktober 2022
126

dilihat dari beberapa hasil wawancara dengan

responden diatas bahwa kurangnya partisipasi

masyarakat.

4) Masyarakat

Masyarakat merupakan salah satu faktor

yang menentukan keberhasilan BPD dalam

melaksanakan fungsinya. Dukungan dari

masyarakat tidak hanya dari aspirasi yang di ambil

tetapi masuk juga dari pelaksanaan suatu Peraturan

Desa. Kemauan dari masyarakat dan partisipasi

masyarakat sangatlah kurang, sehingga

menjadikan keputusan dari BPD sangat

menentukan efektivitas fungsi dan tugas BPD

tidak maksimal.

Adapun tanggapan dari Yuli Sujarti selaku

Ketua BPD yang mengatakan bahwa:

BPD merupakan wadah untuk menampung


dan menyalurkan aspirasi masyarakat, kemauan
dan kehadiran masyarakat dalam memberikan
dukungan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi
BPD sangatlah berperan penting, maka diharapkan
kerja sama yang baik antara anggota BPD dengan
127

masyarakat, tetapi nyatanya masyarakat kurang


berpartisipasi dalam menghadiri rapat yang di
laksanakan, dikarena kurangnya minat masyarakat
dan kurangnya pengetahuan dikarenakan
Lemahnya partisipasi masyarakat dan pendidikan
masyarakat di desa Talang Jarang adalah sisi lain
dari lemahnya praktik demokrasi ditingkat desa
tersebut maka dari itu terkait peran masyarakat
dalam musyawarah tersebut di wakili di setiap
dusun oleh tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh
adat.79

Dari hasil penelitian penulis, Masyarakat

dalam setiap pertemuan atau musyawarah yang

dilakukan oleh BPD, masyarakat seharusya

mendukung dan hadir disetiap kegiatan yang

dilakukan oleh BPD dan Pemerintah Desa.

Ketertarikan masyarakat dalam beberapa kegiatan

desa juga menjadi salah satu penghambat, sehingga

dalam pelaksanaan fungsi dalam hal mendengar dan

menyalurkan aspirasi masyarakat tidak berjalan

sebagaimana yang terdapat dalam undang-undang.

Dalam hal ini harus ada kesadaran bersama

79
Wawancara dengan Yuli Sujarti selaku Ketua BPD, pada 25
Oktober 2022
128

masyarakat bahwa semua yang di kegiatankan adalah

demi kepentingan bersama.

b. Faktor pendukung

Berdasarkan hasil penelitian dilapangan,

adapun beberapa faktor pendukung fungsi BPD di

Desa Talang Jarang yaitu:

1) Hubungan kerjasama dengan Pemerintahan Desa

Salah satu faktor pendukung fungsi dan

tugas BPD yaitu terciptanya hubungan yang baik

antara BPD dengan pemerintahan desa dengan

sama-sama saling menghormati dan menghargai

satu sama lain, serta adanya niat saling membantu

satu sama lain dan saling mengingatkan sehingga

tujuan dan kepentingan bersama yang ingin di

capai untuk mensejahterakat masyarakat.

2) Sistem pemilihan anggota BPD

Pemilihan anggota BPD menggunakan

system pemilihan langsung oleh masyarakat


129

menjadikan tingginya kepercayaan masyarakat

terhadap orang-orang yang menjadi anggota BPD.

3) Pendapatan/insentif

Adanya pemberian insentif dari pemerintah

sehingga kinerja BPD untuk menjadi lebih baik.

Walaupun bagi anggota BPD insentif tersebut

belum memadai terhadap mereka, tetapi adanya

insentif merupakan wujud penghargaan dan

kepedulian Pemerintah terhadap BPD.

B. Kajian Siyasah Dusturiyah terhadap Peran Badan

Permusyawaratan Desa dalam proses Legislasi Peraturan

Desa Talang Jarang Kecamatan Air Napal Kabupaten

Utara

Kajian fiqh siyasah yang membahas tentang

perundang-ndangan yaitu, hiyasahA DusturiyyahA hyar’iyyah

(Politik Pembuatan Perundang-undangan). Dengan demikian,

Siyasah Dusturiyah adalah bagian Fiqh Siyasah yang

membahas masalah perundang-undangan Negara agar sejalan

dengan nilai-nilai syari‟at. Artinya, undang-undang itu


130

mengacu terhadap konstitusinya yang tercermin dalam prinsip-

prinsip Islam dalam hukum-hukum syari‟at yang disebutkan di

dalam al-Qur‟an dan yang dijelaskan sunnah Nabi, baik

mengenai akidah, ibadah, akhlak, muamalah maupun berbagai

macam hubungan yang lain.80

Prinsip-prinsip yang diletakkan dalam perumusan

undang-undang dasar adalah jaminan atas hak asasi manusia

setiap anggota masyarakat dan persamaan kedudukan semua

orang di mata hukum, tanpa membeda-bedakan stratifikasi

sosial, kekayaan, pendidikan dan agama. Sehingga tujuan

dibuatnya peraturan perundang-undangan untuk

merealisasikan kemaslahatan manusia dan untuk memenuhi

kebutuhan manusia yang merupakan prinsip Fiqh Siyasah

akan tercapai.81

Atas hal-hal di ataslah siyasah dusturiyah dikatakan

sebagai bagian dari Fiqh Siyasah yang membahas masalah

perundang-undangan Negara. Yang lebih spesifik lingkup

pembahasannya mengenai prinsip dasar yang berkaitan dengan

80
A. Djazuli, Fiqh Siyasah …, h 47
81
A. Djazuli, Fiqh Siyasah …, h 47
131

bentuk pemerintahan, aturan yang berkaitan dengan hak-hak

rakyat dan mengenai pembagian kekuasaan.

Wancana fiqh siyasah mengenai istilah kekuasaan

legislatif yaitu as-shultah at-tasyri’iyah yang digunakan untuk

menunjukan salah satu kewenangan atau kekuasaan

pemerintah Islam dalam mengatur masalah kenegaraan, dan

lembaga eksekutif (as-shultah at-tanfidhiyah), dan kekuasaan

yudikatif (as-shultah al-qadhaiyah). Dalam konteks ini,

kekuasaan legislatif (as-shultah at-tasyri’iyah) berati

kekuasaan atau kewenangan pemerintah Islam untuk

menetapkan hukum yang akan diberlakukan dan dilaksanakan

oleh masyarakatnya berdasarkan ketentuan yang telah

diturunkan oleh Allah SWT dalam syari‟at Islam. Dengan

demikian unsur-unsur legislasi dalam Islam meliputi:

pemerintah sebagai pemegang kekuasaan untuk menetapkan

hukum yang akan diberlakukan dalam masyarakat Islam,

masyarakat Islam yang akan melaksanaknnya, isi peraturan


132

atau hukum itu sendiri yang harus sesuai dengan nilai-nilai

dasar shari‟at Islam.82

Dalam hal, pembahasan mengenai sistem pemerintahan

islam sebagaimana telah dipaparkan diatas, maka

hubungannya dengan penggunaan hak inisiatif yang menjadi

tema penelitian dalam tesis penulis belum begitu terlihat.

Namun, secara tidak langsung jika ditelaah secara seksama,

BPD Talang Jarang secara fungsional dapat disebut sebagai

as-shultah at-tasyri’iyah. Dalam realitas sejarah, kekuasaan

legislatif ini dilaksanakan oleh lembaga Ahlu Halli wal Aqdi,

kemudian dalam masa modern sekarang lembaga ini biasanya

mengambil bentuk sebagai majelis syura (parlemen). Dalam

sistem pemerintahan Islam lembaga perwakilan rakyat

dijalankan oleh Ahl Al-hall wa Al-Aqd lembaga perwakilan

yang menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.

Mereka adalah sekelompok orang dari kalangan kaum

muslimin yang dipandang paling baik agamanya, akhlaknya,

82
Muhammad Iqbal, Fiqh siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik
Islam, (Jakarta: Kencana, 2016), h 187-188
133

kecermelangan idenya dan pengaturannya, mereka terdiri dari

para ulama, khalifah dan pembimbing umat.

Ahlul halli wal Aqdi secara bahasa ialah “orang-orang

yang dapat melepas dan mengikat”. Disebut “mengikat”

karena keputusannya mengikat orang-orang yang mengangkat

Ahlu al-halli; dan disebut “melepas” karena mereka yang

duduk disitu bisa melepaskan dan tidak memilih orang-orang

tertentu yang tidak disepakati. Sedangkan menurut istilah para

ahli fiqih siyasah merumuskan pengertian Ahlu halli wal Aqdi

sebagai orang yang memiliki kewenangan untuk memutuskan

dan menentukan sesuatu atas nama umat, dengan kata lain

Ahlu halli wal Aqdi adalah lembaga perwakilan yang

menampung dan menyalurkan aspirasi atau suara

masyarakat.83

Dasar pembentukan Ahlu halli wal Aqdi itu mengacu

berdasarkan Al-Qur‟an, yaitu terlihat dalam surat Asy-Syura

Ayat 38:84

83
Muhammad Iqbal, Fiqh siyasah Kontekstualisasi,… h 138
84
Surat Asy-Syura Ayat 38
134

َّ‫َّواَقَ ُامواَّالص ٰلوةَََّّۖ َواَ ْم ُرُه ْمَّ ُش ْو ٰرى‬ ِ ِ


َ ‫َّاستَ َجابُ ْواَّل َربِّ ِه ْم‬
ْ ‫َوالذيْ َن‬
َّۖ‫اَّرَزقْ ٰن ُه ْمَّيُ ْن ِف ُق ْو َن‬ ِ
َ ‫بَ ْي نَ ُه َّْمَّۖ َومم‬
Artinya: dan (bagi) orang-orang yang menerima
(mematuhi) seruan Tuhan dan melaksanakan
salat, sedang urusan mereka (diputuskan)
dengan musyawarah antara mereka; dan mereka
menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami
berikan kepada mereka

Lembaga Ahlu halli wal Aqdi dalam sistem

ketatanegraaan Islam menurut Abu a‟la al-Maududi, memiliki

beberapa tugas diantaranya:85

a. Menegakkan aturan yang ditentukan secara tegas dalam

syariat dan merumuskan suatu perundangan-undangan yang

mengikat kepada seluruh umat tentang hal-hal yang tidak

diatur secara tegas oleh Al-Qur‟an dan Al-Sunnah;

b. Jika pedoman-pedoman dalam Al-Qur‟an dan As-Sunnah

mempunyai kemungkinan interprestasi lebih dari satu,

maka lembaga legislatiflah yang berhak memutuskan

penafsiran terhadap mana yang harus ditempatkan dalam

kitab undang-undang;

85
Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara, Ajaran, Sejarah dan
Pemikiran, (Jakarta:Universitas Press, 1993), h 169
135

c. Jika tidak ada isyarat yang jelas dalam Al-Qur‟an dan As-

Sunnah, fungsi lembaga legislatif ini adalah menegakkan

hukum-hukum yang berkaitan dengan masalah yang sama,

tentunya dengan selalu menjaga jiwa hukum Islam. Dan

jika sudah ada hukum-hukum dalam bidang yang sama

yang telah tercantum dalam kitab-kitab fikih, maka dia

bertugas untuk menganut salah satu diantaranya;

d. Jika dalam masalah apapun Al-Qur‟an dan As-Sunnah tidak

memberikan pedoman yang sifatnya dasar sekalipun, atau

masalah ini juga tidak ada dalam konfensi Khulafa

Rasiyydin, maka kita harus mengartikan bahwa Tuhan telah

memberikan kita kebebasan melakukan legislasi mengenai

masalah ini menurut apa yang terbaik. Oleh karenanya,

dalam kasus semacam ini, lembaga legislatif dapat

melakukan perumusan hukum tanpa batasan, sepanjang

tidak bertentangan dengan jiwa semangat syari‟ah.

Selain tugas tersebut Ahlu halli wal Aqdi juga memiliki

beberapa kewenangan sebagaimana berikut:86

86
Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara,… h 64
136

a. Memberikan masukan kepada khalifah dalam berbagai

aktifitas dan masalah praktis, semisal masalah

pemerintahan, pendidikan, kesehatan, ekonomi,

perdagangan dll. Dalam hal ini pendapatnya besifat

mengikat;

b. Mengenai masalah pemikiran yang memerlukan

penelitian dan analisa, serta masalah kedisiplinan,

finansial, pasukan, politik luar negeri, khalifah berhak

merujuk pada pandangan Majelis umat, namun dalam hal

ini pandangan Majelis umat tidak mengikat;

c. Khalifah berhak menyodorkan undang-undang atau

hukum yang hendak di adopsi kepada Majelis, Majelis

berhak memberikan saran atau masukan serta menilai

dan mengevaluasi meskipun tidak bersifat mengikat.

d. Majelis mempunyai hak untuk mengoreksi tindakan riil

yang dilakukan oleh khalifah. Dalam hal ini, koreksi

majelis dapat bersifat mengikat manakala dalam Majelis

terdapat konsensus. Namun sebaliknya, koreksi tersebut

tidak tidak bersifat mengikat manakalah di dalam


137

Majelis belum atau tidak terjadi konsensus. Jika di antara

Majelis dan khalifah terjadi silang pendapat dalam

masalah yang riil berdasarkan hukum syara‟ maka dalam

kondisi yang seperti ini nantinya keputusan yang

dihasilkan bersifat mengikat;

e. Majelis juga berhak membatasi kandidat calon khalifah

sebagai wujud dari suksesi kekuasaan atau

pemerintahan;

f. Majelis memiliki hak interplasi, yaitu hak untuk meminta

keterangan kepada khalifah mengenai kebijakan-kebijakan

strategis yang berkenaan dengan kemaslahatan umat dan

peritmbangan syara‟. Hak angket, yaitu Majelis berhak

melakukan penyelidikan terhadap berbagai kebijakan

khalifah yang dirasa bertentangan dengan syara‟, Selain itu

juga punya hak untuk menyatakan pendapat.

Dalam Fiqh Siyasah juga mengatakan tugas yang

terpenting dari BPD adalah membuat Undang-Undang yang

berkaitan dengan kemaslahatan umat dan meningkatkan hidup

masyarakat. Selain itu dalam menjalankan tugasnya BPD juga


138

harus mempunyai kekuatan dalam menyampaikan pendapat

demi kebenaran guna kepentingan membela yang lemah,

kemudian berlaku adil kepada seluruh lapisan masyarakat,

serta kewajiban untuk menegakkan keadilan dan

menghancurkan yang bathil, serta istiqomah dalam

melaksanakan perintah Allah, jika prinsip ini dipegang teguh

oleh BPD maka akan berdampak baik untuk masyarakat.

Mengamati tugas dan fungsi seperti tersebut diatas,

lembaga Ahlu halli wal Aqdi memiliki kekuasaan yang sangat

luas dalam membentuk undang-undang jika tidak adanya

sebuah aturan hukum yang mengatur baik dalam al-Quran

maupun As-Sunnah. Lembaga Ahlu halli wal Aqdi

diperbolehkan melakukan ijtihad hukum terhadap suatu

permasalahan yang tidak ditemukan pengaturanya, sepanjang

tidak bertentangan dengan jiwa dan semangat syari‟ah.

Secara keseluruhan persoalan di atas tidak dapat

dilepaskan dari dua hal pokok: pertama, dalil-dalil kully, baik

ayat-ayat al-Qur‟an maupun hadits, maqosid al-Syariah; dan

semangat ajaran Islam di dalam mengatur masyarakat. Kedua,


139

aturan-aturan yang dapat berubah karena perubahan situasi dan

kondisi, temasuk di dalamnya hasil ijtihad para ulama,

meskipun tidak seluruhnya.87

Sebagai suatu petunjuk bagi manusia, al-Qur‟an

menyediakan suatu dasar yang kukuh dan tidak berubah bagi

semua prinsip-prinsip etik dan moral yang perlu bagi

kehidupan ini. Menurut Muhammad Asad, al-Qur‟an

memberikan suatu jawaban komprehensif untuk persoalan

tingkah laku yang baik bagi manusia sebagai anggota

masyarakat dalam rangka menciptakan suatu kehidupan

berimbang di dunia ini dengan tujuan terakhir kebahagiaan di

akhirat.88

Ini berarti penerapan nilai-nilai universal al-Qur‟an dan

hadist adalah faktor penentu keselamatan umat manusia di

bumi sampai di akhirat, seperti peraturan yang pernah

diperaktekkan Rasulullah SAW dalam negara Islam pertama

87
Muhammad Iqbal, Fiqh siyasah …, h 48
88
Ahmad Syafi‟i Ma‟arif, Studi Tentang Peraturan dalam Konstitusi
Islam dan Masalah Kenegaraan, h 11
140

yang disebut dengan “Konstitusi Madinah” atau “Piagam

Madinah”.89

Isi penting dari prinsip Piagam Madinah adalah

membentuk suatu masyarakat yang harmonis, mengatur

sebuah umat dan menegakkan pemerintahan atas dasar

persamaan hak. Piagam Madinah ini juga merupakan suatu

konstitusi yang telah meletakkan dasar-dasar sosial politik

bagi masyarakat Madinah dalam sebuah pemerintahan di

bawah kepemimpinan Nabi Muhammad. Piagam Madinah

dianggap oleh para pakar politik sebagai Undang-undang

Dasar pertama dalam negara Islam yang didirikan oleh Nabi

Muhammad.90

Penyusunan Peraturan Desa Oleh BPD jika ditinjau

dari fiqh siyasah memiliki beberapa persamaan dan perbedaan,

dimana perbedaan tersebut terlihat dari sumber-sumber yang

dijadikan rujukan untuk menetapkan peraturan. Dalam

penyusunan Peraturan Desa Oleh BPD, yang menjadi rujukan

yaitu UUD 1945, Undang-Undang serta peraturan-peraturan di

89
Abdul Qodir Djailani, Negara Ideal Menurut Konsepsi Islam, h 119
90
Muhammad Iqbal, Fiqh siyasah …, h 157
141

atas nya. Namun, dalam Islam yang menjadi rujukan yaitu Al-

Qur‟an dan Hadits. Kaidah pembentukan hukum Islam ini,

oleh para ulama ushul diambil berdasarkan penelitian terhadap

hukum-hukum syara‟, illat-illatnya, dan hikmah (filsafat)

pembentukannya. Diantara nash-nash itu pula ada yang

menetapkan dasar-dasar pembentukan hukum secara umum,

dan pokok-pokok pembentukannya secara keseluruhan. Seperti

halnya wajib memelihara dasar-dasar dan pokok-pokok itu

dalam mengistinbath hukum dari nash-nash nya, maka wajib

pula memelihara dasar-dasar dan pokok-pokok itu dalam hal

yang tidak ada nashnya, supaya pembentukan hukum dapat

menetralisir apa yang menjadi tujuan hukum dan dapat

menghantarkan kepada kemaslahatan manusia serta

menegakan keadilan diantara mereka.

Lebih lanjut mengenai tujuan dari pembentukan hukum

atau peraturan, memiliki persamaan, dimana tujuannya untuk

memberikan kemaslahatan seluruh masyarakat. Hal ini sesuai

dengan tujuan umum pembentukan syariat dalam

pembentukan hukumnya yaitu merealisasikan kemaslahatan


142

manusia, memberikan manfaat kepada mereka dan menolak

kemudharatan dengan menjamin kebutuhan pokok

(dharuriyat), dan memenuhi kebutuhan sekunder (hajiyat)

serta kebutuhan pelengkap (tahsiniyat) mereka.

Dalam hal ini yang berkaitan dengan relevansi Ahlu

halli wal Aqdi danBPD. Pertama, mempunyai persamaan

dalam kedudukan yaitu setingkat dengan lembaga pemerintah

lainnya, dengan menjalankan sesuai dengan tugas pokok dan

fungsi masing-masing. Kedua, bermusyawarah, Ahlu halli wal

Aqdi dan BPD menyelesaikan suatu permasalahan umat

mereka membahasnya secara bersama-sama untuk

menemukan cara untuk menyelesaikan suatu permasalahan

demi kemaslahatan umat. Ketiga, mempunyai kesamaan

mengawasi segala kebijakan yang berkaitan dengan

pemerintahan, sebagai kontrol atas tindakan oleh kepala

negara agar tidak terjadi penyelewangan dalam suatu membuat

kebijakan untuk umat. Keempat, dalam menjalankan tugas dan

fungsinya tanpa ada intervensi dari kepala negara, sehingga

dapat menjalankannya dengan sebaik mungkin untuk


143

kepentingan umat. Kelima, sebagai wadah masyarakat untuk

menyampaikan aspirasi, dengan begitu akan memudahkan

rakyat untuk menyalurkan aspirasi mereka atau sebagai

lembaga perwakilan untuk mewakili rakyatnya. Keenam,

membuat peraturan hal ini sama-sama dimiliki oleh lembaga

perwakilan Ahlu halli wal Aqdi dan BPD, dalam hal ini Ahlu

halli wal Aqdi membuat hukum untuk mengatur umat agar

menciptakan suatu kedamaian dan keamanan dalam kehidupan

bernegara, sedangkan BPD membuat peraturan berupa

undang-undang sebagai bentuk tertulis untuk mengatur warga

negara dalam suatu negara. Ketujuh Ahlu halli wal Aqdi

menegakkan aturan yang ditentukan secara tegas dalam syariat

dan merumuskan suatu perundang-undangan yang mengikat

kepada seluruh umat tentang hal-hal yang tidak diatur secara

tegas oleh Al-Quran dan Hadits, sedangkan BPD menegakkan

Peraturan Desa yang mengikat kepada seluruh masyarakat

untuk mentaati segala peraturan berdasarkan peraturan yang

telah ditetapkan.
144

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Peran Badan Permusyawaratan Desa dalam proses Legislasi

Peraturan Desa Talang Jarang Kecamatan Air Napal

Kabupaten Utara belum berjalan sepenuhnya, dimana

kurangnya pemahaman anggota BPD terhadap fungsinya.

Dapat disimpulkan bahwa fungsi Badan Permusyawaratan

Desa (BPD) yaitu membahas dan menyepakati Rancangan

Peraturan Desa, menampung aspirasi masyarakat, serta

melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa. Berdasarkan

hasil penelitian menunjukan bahwa fungsi dalam

pengawasan lebih terlaksana dan terealisasi, berbeda

dengan fungsi Pembentukan peraturan dan dalam

menampung aspirasi masyarakat dan yang belum maksimal

dalam pelaksanaannya dikarenakan kurangnya pemahaman

anggota BPD terhadap tugas dan fungsinya berdasarkan

peraturan yang berlaku.

144
145

2. Peran Badan Permusyawaratan Desa dalam proses Legislasi

Peraturan Desa Talang Jarang Kecamatan Air Napal

Kabupaten Utara, BPD Talang Jarang secara fungsional

dapat disebut sebagai as-shultah at-tasyri’iyah. Dalam

realitas sejarah, kekuasaan legislatif ini dilaksanakan oleh

lembaga Ahlu Halli wal Aqdi, Ahlu Halli wal Aqdi dan BPD

yaitu mempunyai kedudukan yang sama dalam sistem

pemerintahan, setingkat dengan lembaga pemerintah

lainnya. Sesuai dengan tugas Ahlu Halli wal Aqdi yang

membuat suatu peraturan hukum sama seperti halnya BPD

dan Pemerintah Desa yang membuat Peraturan Desa.

B. Saran

1. Kepada para anggota BPD supaya dapat lebih

memaksimalkan fungsinya, terutama dalam bidang legislasi

peraturan desa.

2. Dalam pelaksanaan peran wakil rakyat hendaknya BPD

dapat mengambil nilai-nilai yang terdapat dalam fiqh

siyasah sebagai bahan pertimbangan.


DAFTAR PUSTAKA

D. Buku-Buku

Basrowi dan Swandi, Memahami Penelitian Kualitatif, Jakarta:


Rineka Cipta, 2008

Djailani Abdul Qodir, Negara Ideal Menurut Konsepsi Islam

Djazuli A., Fiqh Siyasah, Implementasi Kemaslahatan Umat


dalam Rambu-Rambu Syari‟ah, Jakarta: Prenada
Media Group, 2007

hendra Nurtjahjo, ilmu Negara, Jakarta:PT raja grafindo


persada, 2005

Iqbal Muhammad, Fiqh Siyasah Kontekstualisasi Doktrin


Politik Islam, Jakarta:Prenadamedia Group, 2016

Juanda, Hukum Pemerintahan Daerah,Bandung:PT


Alumni,2004

Kosasih Ade dan Imam Mahdi, Hubungan Kewenangan antara


DPD dan DPR dalam system parlemen Bikameral,
Bengkulu:Vanda,2016

Kosasih Ade, John Kenedi, Imam Mahdi, DINAMIKA


HUKUM ADMINISTRASI INDONESIA Mengenal
Konstruksi Baru Hukum Administrasi Pasca Terbitnya
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang
Administrasi Pemerintahan, Bengkulu: Vanda, 2017

Ma‟arif Ahmad Syafi‟i, Studi Tentang Peraturan dalam


Konstitusi Islam dan Masalah Kenegaraan

Marzuki Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Jakarata:


Prenadamedia Group, 2005
Moleong Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung:
Rosdakarya, cet: XVII, 2002

Satori Djam‟an, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung:


Alfabeta, Cetakan ke-7, 2017

Sjadzali Munawir, Islam dan Tata Negara, Ajaran, Sejarah dan


Pemikiran, Jakarta: Universitas Press, 1993

Suggono Bambang, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT


Raja Grafindo Persada, 2016

E. Jurnal dan Internet

Dahlia, Analisis Siyasah Dusturiyah Terhadap Peraturan


Daerah Bernuansa Syariah Dalam Sistem Hukum Di
Indonesia, Skripsi, Universitas Islam Negeri Raden
Intan Lampung, 2020

Doni Damara, Implementasi Fungsi Badan Permusyawaratan


Desa (BPD) Di Desa Nerekeh Kecamatan Lingga
Kabupaten Lingga Tahun, Universitas Maritim Raja
Ali Haji Tanjung Pinang, 2016

H. Kadenun, Kedudukan Ahlu Al-Halli Wa Al-„Aqdi Dalam


Pemerintahan Islam, Qalamuna, Vol. 11, No. 2, Juli -
Desember 2019

Wahyu Nugroho, Menyusun Undang-Undang yang Responsif


dan Partisipatif Berdasarkan Cita Hukum Pancasila,
Jurnal Legislasi Indonesia, Vol. 10, No. 3

Zaky Ismail, Penegakan Supremasi Hukum Dalam Al‐


Qur‟an, AL-RISALAH, Jurnal Hukum Islam dan
Sosial Kemasyarakatan I, Vol. 11, No.1, juni 2011
F. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 111 Tahun 2014


tentang Pedoman Pembentukan Peraturan Desa

Peraturan Menteri Dalam Negeri 110 Tahun 2016 tentang


Badan Permusyawaratan Desa

Peraturan Daerah Nomor 06 Tahun 2017 Tentang Badan


Permusyawatan Desa
L
A
M
P
I
R
A
N

Anda mungkin juga menyukai