A. Pendahuluan
Indonesia tidak bisa dipisahkan dari Islam. Islam telah melekat menjadi suatu hal yang
mempengaruhi banyak aspek dalam kehidupan rakyat di Indonesia. Bahkan Pancasila sendiri
merupakan suatu ideologi yang berusaha mempertemukan prinsip Islam dengan perjuangan
persatuan Indonesia pada saat perumusannya.
Pada awalnya, terjadi perdebatan yang cukup sengit dikalangan founding fathers negeri
ini mengenai “The Seven Words”, yakni sila pertama pancasila yang pada mulanya berbunyi
“Kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluk-pemeluknya” (kini “Ketuhanan yang
Maha Esa”) yang termaktub dalam Piagam Jakarta.
Perdebatan ini terjadi antara kalangan sekuler, islam fundamentalis dan mereka yang
menganut paham substantif yang pada akhirnya disepakati “Ketuhanan yang Maha Esa”
sebagai sila pertama Pancasila. Jika ditilik lebih lanjut, sebenarnya disinilah justru letak
kemenangan pihak islam dalam merumuskan dasar negara Indonesia. Islamlah agama yang
justru mengajarkan untuk meng-Esakan Sang Khaliq, yakni Allah saja.
Dzat yang Maha Satu, tidak ada tandingan yang menyetarai-Nya. Islam yang
mengajarkan untuk tidak menyembah selain pada-Nya, bahkan ini akan dinilai dosa besar yang
tidak akan pernah diampuni selama tidak melakukan taubat nasuha.
B. Pembahasan Singkat
Dalam rangka membentuk profil kader yang ideal, yaitu Muslim intelektual
professional. Berikut adalah Lima Kualitas Insan Cita mengandung tujuh belas indikator adalah
sebagai berikut:
Sanggup melihat kemungkinan – kemungkinan lain yang lebih dari sekadar yang ada
dan bergairah besar untuk menciptakan bentuk – bentuk baru yang lebih baik dan
bersikap dengan bertolak dari apa yang ada (yaitu Allah). Berjiwa penuh dengan
gagasan – gagasan mencari perbaikan dan pembaharuan.
Bersifat independen dan terbuka, tidak isolatif, insan yang menyadari dengan sikap
demikian, potensi kreatifnya dapat berkembang dan menentukan bentuk yang indah –
indah.
Dengan ditopang dengan kemampuan akademisnya, dia mampu melaksanakan kerja
kemanusiaan yang disemangati ajaran Islam.
Ikhlas dan sanggup berkarya demi kepentingan orang banyak atau untuk sesame umat.
Sadar membawa tugas insan pengabdi, bukannya hanya membuat dirinya baik, tetapi
juga membuat kondisi sekelilingnya menjadi baik.
Insan akademis, pencipta dan pengabdi adalah yang bersungguh – sungguh
mewujudkan cita – cita dan ikhlas mengamalkan ilmunya untuk kepentingan
sesamanya.
4. Kualitas Insan yang bernapaskan Islam: Insan Akademis, pencipta dan pengabdi yang
bernapaskan Islam
Islam yang telah menjiwai dan member pedoman pada pola piker dan pola lakunya
tanpa memakai merk Islam. Islam akan menjadi pedoman dalam berkarya dan mencipta
sejalan dengan nilai – nilai universal Islam. Dengan demikian, Islam telah menapasi
dan menjiwai karyanya.
Ajaran Islam telah berhasil membentuk unity personality dalam dirinnya. Napas Islam
telah membentuk pribadinya yang utuh tercegah dari spit personality, tidak pernah ada
dilemma pada dirinya sebagai warga negara dan dirinya sebagai Muslim. Insan ini telah
mengintegrasikan masalah suksesnya dalam pembangunan nasional bangsa ke dalam
perjuangan umat Islam Indonesia dan sebaliknya.
Insan akademis, pencipta dan pengabdi yang bernapaskan Islam dan bertanggung jawab
atas terwujudnya masyarakat adil – makmur diridhoi Allah Swt.
Berwatak sanggup memikul akibat – akibat yang dari perbuatannya sadar bahwa
menempuh jalan yang benar dan diperlukan adanya keberanian moral.
Spontan dalam menghadapi tugas, responsive dalam menghadapi persoalan –persoalan
dan jauh dari sikap apatis.
Rasa tanggung jawab, takwa kepada Allah Swt, yang menggugah dan mengambil peran
aktif dalam suatu bidang dalam mewujudkan masyarakat adil dan makmuryang diridhoi
Allah Swt.
Korektif terhadap setiap langkah yang berlawanan dengan usaha mewujudkan
masyarakat yang adil dan makmur.
Percaya pada diri sendiridan sadar akan kedudukannya sebagai “khalifah fil ard” yang
harus melaksanakan tugas – tugas kemanusiaan
C. Komentar / Analisis
Kepemimpinan dalam Islam Indonesia harus didukung oleh individu dan sistem yang
mumpuni baik dalam ranah eksekutif (pemerintah), legistalatif (wakil rakyat), dan yudikatif
(penegak hukum). Kepemimpinan dalam Islam harus mampu mentransformasikan nilai-nilai
kesilaman dalam aspek kehidupan manusia.
Kepemimpinan Islam di negara Indonesia harus bisa mandiri dan tidak bergantung pada
pihak manapun. Namun bukan berarti tidak ada kerja sama terhadap pihak lain. Kerja sama
harus terus diupayakan guna mewujudkan keutuhan dan kepentingan bersama.
D. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa untuk menerapkan kepemimpinan islam yang berbangsa dan
bernegara haruslah berpedoman pada landasan abadi bangsa yakni Pancasila, karena pancasila
sebagai landasan pedoman dan falsafah bangsa tidak bertentangan dengan ajaran Agama Islam.
Untuk itulah jika kita sebagai umat islam hendaknya memegang teguh ajaran agama kemudian
kita harus menjadi seseorang yang memiliki sikap nasionasme.
Selain itu juga untuk membangun karakter pemimpin yang islami saya mengambil dari
kepemimpinan yang diajarkan kepada setiap kader HMI, yakni haruslah diterapkan Keislaman
dan Keindonesiaan, agar bisa menjadi pemimpin yang berkualitas karena karakter insan islami
adalah karakter manusia yang paling sempurna untuk mewujudkan persatuan bangsa. Dalam
Negara yang memiliki masyarakat multikultural seperti Indonesia dibutuhkan sebuah
kepemimpinan nasional yang ideal, yaitu kepemimpinan berasaskan islam dan pancasila
sebagai falsafah negara yang dipetik dari nilai-nilai luhur kepribadian bangsa Indonesia.
Prinsip-prinsip kepemimpinan tersebut menjunjung tinggi nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan,
kesatuan, kebangsaan, kedaulatan, dan keadilan.
DAFTAR PUSTAKA