SKRIPSI
Oleh:
RIANTI WULAN DARI
NPM. 18.81.0336
SKRIPSI
Oleh:
RIANTI WULAN DARI
NPM. 18.81.0336
i
PERNYATAAN ORISINALITAS
NPM: 18.81.0336
Yang Menyatakan,
NPM. 18.81.0336
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Hari :
Tanggal :
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
Wakil Dekan 1
Fakultas Hukum Uniska
iii
PENGESAHAN
Tanggal : …………………………
Penguji Utama
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Dekan Fakultas Hukum Uniska
iv
BERITA ACARA
v
ABSTRAK
Rianti Wulan Dari. NPM. 18.81.0336. 2022. Analisis Yuridis Kewenangan Penghentian
Perkara Pembelaan Terpaksa (Noodweer) Sebagai Pembelaan Diri. Pembimbing I : Dadin
Eka Saputra, S.H., M.Hum. Pembimbing II : Dedi Sugiyanto, S.H., M.H.
Kata Kunci : Pembelaan terpaksa (noodweer), Sp3 (Surat Perintah Penghentian
Penyidik), kewenangan hakim
Pembelaan diri merupakan hak yang menjadi naluri setiap orang untuk
mempertahankan dirinya atau orang lain, harta benda dan kehormatannya dari perbuatan jahat
pihak lain, yang ingin merusak atau merugikan secara melawan hukum. Pembelaan terpaksa
(noodweer) terjadi apabila seseorang tidak melakukan pembelaan diri maka suatu hal yang
buruk akan terjadi atau apabila tidak melakukan pembelaan maka seseorang dalam keadaan
yang membahayakan. Pembelaan tepaksa merupakan alasan pembenar dimana ketentuannya di
atur dalam Pasal 49 KUHP.
Penelitian ini difokuskan dengan 2 rumusan masalah, yaitu Bagaimana analisa yuridis
dalam pembelaan terpaksa (noodweer) dan Bagaimana kewenangan penyidik mengeluarkan
SP3 terhadap kasus pembelaan terpaksa (noodweer) sebagaimana ketentuan pasal 49 KUHP.
Penelitian skripsi ini merupakan metode penelitian hukum normatif yang menggunakan
pendekatan kualitatif. Sumber datanya menggunakan bahan hukum primer, sekunder dan
tersier. Teknik pengumpulan dan bahan hukum penelitian menggunakan studi dokumen dan
tulisan yang erat kaitannya dengan permasalahan yang diteliti yang akan dijabarkan secara
deskriptif.
Pembelaan terpaksa (noodweer) adalah sebagai suatu pembelaan yang dilakukan di
dalam keadaan darurat, yang terdapat dalam Pasal 49 ayat (1) KUHP. Syarat-syarat noodweer
(pembelaan terpaksa) yaitu, Harus ada serangan dan Terhadap serangan itu perlu dilakukan
pembelaan diri. Tindakan orang yang diserang dibenarkan oleh undang-undang atau sifat
melawan hukumnya ditiadakan. Kejahatan begal dapat dimasukkan kedalam kategori alasan
pembenar karena korban merasa sangat terancam jiwa dan benda kepunyaannya. Hak penyidik
untuk menerbitkan SP3 (Surat Perintah Penghentian Penyidikan) diatur dalam Pasal 109 ayat
2 KUHAP. Pembuktian unsur-unsur pembelaan terpaksa pada Pasal 49 KUHP diserahkan
kepada Hakim bukan Polisi. Hakim yang akan menguji dan memutuskan apakah perbuatan itu
termasuk unsur-unsur Pasal 49 KUHP atau tidak.
vi
ABSTRACT
Rianti Wulan Dari. NPM. 18.81.0336. 2022. Juridical Analysis of the Authority to Terminate
Cases of Forced Defense (Noodweer) as Self-Defense. Supervisor I : Dadin Eka Saputra, S.H.,
M.Hum. Advisor II : Dedi Sugiyanto, S.H., M.H.
Keywords: Noodweer, Sp3, judge's decision
Self-defense is a right that is the instinct of every person to defend himself or another person,
property and honor from the evil actions of other parties, who want to damage or harm against
the law. A forced defense (noodweer) occurs when a person does not defend himself then
something bad will happen or if he does not defend himself then a person is in a dangerous
situation. Forced defense is justification where the provisions are regulated in Article 49 of the
Criminal Code.
This research is focused on 2 problem formulations, namely How is the juridical analysis in
forced defense (noodweer) and How is the authority of investigators to issue SP3 for cases of
forced defense (noodweer) as stipulated in Article 49 of the Criminal Code.
This thesis research is a normative legal research method that uses a qualitative approach. The
data sources use primary, secondary and tertiary legal materials. The technique of collecting
and researching legal materials uses the study of documents and writings that are closely
related to the problems being studied which will be described descriptively.
A forced defense (noodweer) is a defense carried out in an emergency, which is contained in
Article 49 paragraph (1) of the Criminal Code. The conditions of noodweer (forced defense)
are, There must be an attack and against that attack it is necessary to defend oneself. The act
of the person being attacked is justified by law or the unlawful nature is eliminated. The crime
of robbery can be included in the category of justification because the victim feels that his life
and property are very threatened. The investigator's right to issue SP3 (Warrant for
Termination of Investigation) is regulated in Article 109 paragraph 2 of the Criminal
Procedure Code. The proof of the elements of the defense is forced in Article 49 of the Criminal
Code to be submitted to the judge, not the police. The judge will examine and decide whether
the act includes elements of Article 49 of the Criminal Code or not.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, akhirnya Skripsi ini dapat
diselesaikan yang berjudul “ANALISIS YURIDIS KEWENANGAN PENGHENTIAN
PERKARA PEMBELAAN TERPAKSA (NOODWEER) SEBAGAI PEMBELAAN
DIRI”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan yang diberikan oleh berbagai pihak. Untuk itu sudah selayaknya apabila pada
kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada yang
terhormat :
1. Bapak Prof. Abdul Malik, S.Pt, M.Si, Ph.D, selaku Rektor UNISKA Muhammad Arsyad
Al Banjari Banjarmasin.
2. Bapak Dr. Afif Khalid, S.H.I., S.H., M.H., Selaku Dekan Fakultas Hukum UNISKA
Muhammad Arsyad Al Banjari Banjarmasin.
3. Ibu Muthia Septarina, S.H., M.H., Selaku Ketua Jurusan Fakultas Hukum UNISKA
Muhammad Arsyad Al Banjari Banjarmasin sekaligus
4. Bapak Dadin Eka Saputra, S.H., M.Hum., Selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak
membantu memberikan petunjuk dan pengarahan kepada penulis selama menyelesaikan
skripsi.
5. Bapak Dedy Sugiyanto, S.H., M.H., Selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak
membantu memberikan petunjuk dan pengarahan kepada penulis selama menyelesaikan
skripsi.
6. Kedua Orang Tua, serta saudara-saudaraku tercinta yang selalu mendorong dan
memberikan do’a restunya dalam pembuatan skripsi ini.
7. Rekan-rekan se-almater, khususnya Habibah, Hikmah, Milan, Salsa, Rina, ka Adis,
Kurniawan, Putri dan teman-teman dikelas Fakultas Hukum UNISKA.
8. Tia Aulia Hesy Noviana, S.H. yang sudah mengantarkan saya konsul ke Banjar dan
Teman-teman saya lainnya yang telah menyemangati menyelesaikan skripsi ini.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kasih sayang dan memberkati usaha
kita semua, Amin.
Peneliti,
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL................................................................................................. i
ABSTRAK ................................................................................................................ vi
F. Sistematika Penulisan................................................................................ 12
ix
e. Jenis-Jenis Tindak Pidana ............................................................... 34
A. Kesimpulan ................................................................................................ 86
B. Saran……………………………………………………………………...87
DAFTAR PUSTAKA
x
BAB I
PENDAHULUAN
berlaku baik itu pelanggaran atau kejahatan yang dapat dituntut dengan
melawan hukum dan tidak ada alasan pembenar dan pemaaf yang dapat
1
Sudarto,. 1990. Hukum Pidana Indonesia, Semarang: Yayasan Sudarto Fakultas
Hukum UNDIP, hlm. 39.
2
Waluyo, Bambamg. 2011. Victimologi Perlindungan Hukum Terhadap Korban
Kejahatan, Jakarta: Sinar Grafika, hlm. 41.
1
2
Dalam asas hukum pidana yang diatur dalam Pasal 1 ayat (1) Kitab
asas legalitas. Asas legalitas adalah suatu jaminan dasar bagi kebebasan
individu dengan memberi batas aktivitas dari apa yang dilarang secara tepat
saja melainkan juga menyangkut soal nilai- nilai moral atau kesusilaan
tidak melakukan pembelaan diri maka suatu hal yang buruk akan terjadi atau
3
Cessio, Rima Nur 2020. “Tinjauan Yuridis Terhadap Perlindungan Korban Tindak
Pidana Penusukan Dalam Peradilan Pidana”, Jurnal Hukum, Vol. 2, Diponegoro: Fakultas Hukum
Universitas, hlm. 83.
4
Amrani Hanafi, dan Mahrus Ali. 2015. Sistem Pertanggungjawaban Pidana, Jakarta:
Rajawali Pers, hlm. 16.
3
membahayakan.5
tersebut. Pada dasarnya pembelaan diri merupakan hak yang menjadi naluri
setiap orang untuk mempertahankan dirinya atau orang lain, harta benda dan
kehormatannya dari perbuatan jahat pihak lain, yang ingin merusak atau
pidana ini tidak jarang akan menjadi boomerang bagi mereka dan berbalik
5
Schaffmeister, Keijzer, dan Sutoris. 1995. Hukum Pidana, Yogyakarta: Cetakan
Pertama, Liberty, hlm. 59.
6
Julaiddin dan Rangga Prayitno. 2020. “Penegakan Hukum Bagi Pelaku Tindak Pidana
Pembunuhan Dalam Pembelaan Terpaksa”, UNES Journal of Swara Justisia, Vol. 4, hlm.45.
4
mudah, oleh karena itu hakim harus memahami suatu perkara untuk
suatu pembelaan terpaksa atau tidak. Dalam buku kesatu bab III KUHP
tindak pidana yang sebenarnya telah memenuhi unsur dalam delik pidana,
dimana ketentuannya di atur dalam Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) KUHP,
hakim meskipun tidak melihat dengan mata kepala sendiri kejadian yang
memang tidak mudah, oleh karena itu hakim harus memahami suatu perkara
didasarkan pada kenyakinan hakim itu sendiri dan ditambah dengan alat-
memiliki dasar kuat dan tepat dalam memutus perkara pidana yang
diadilinya. Maka dari itu pentingya pertimbangan hakim yang kuat tepat
agar asas tersebut bisa digunakan untuk ranah peradilan, yaitu dengan alasan
bukti atau peristiwa tersebut ternyata bukan merupakan tindak pidana atau
SP3 yaitu, Tidak cukup bukti, bukan tindak pidana, dan dihentikan demi
hukum.
17.00 WIB sampai dengan pukul 18.00 WIB saksi korban akan mengikuti
aerobik dan pada pukul 18.30 WIB sampai dengan pukul 19.30 WIB akan
mengikuti yoga di tempat itu setelah olahraga aerobik selesai, sekitar pukul
18.15 WIB saksi WIKAN dari Managemen Hotel Jogyakarta Plaza datang
ke tempat itu dan menyuruh para member aerobik untuk segera keluar dari
ruangan Kirana Health Club di Hotel Jogyakarta Plaza karena ruangan akan
ISWARA) dan para member Yoga yang ikut masuk ke dalam ruangan
aerobik dengan maksud agar keluar ruangan, namun Instruktur Yoga (Dr.
IMA ISWARA) dan para member yoga tidak mau keluar ruangan dan tetap
menggelar matras di lantai untuk persiapan yoga, dan saksi korban pada
saat itu membuka sepatu dan menaruh di pinggir ruangan dekat tas yang
kamu mau lawan saya, jika mau lawan saja General Manager, karena
hingga jatuh terlentang di lantai, pada saat saksi korban jatuh terlentang,
diberi obat oleh Dokter, selanjutnya pada tanggal 5 Oktober 2013 saksi
yaitu agar segera pergi meninggalkan ruangan aerobik Kirana Health Club
rechtvervolging).
remaja bernama Mohamad Irfan Bahri yang berusia 19 tahun yang berani
handphone mereka. Posisi AS telah turun dari motornya dan Rafiki pada
7
https://putusan3.mahkamahagung.go.id/search.html/?q=pembelaan Diakses tanggal 20
Agustus 2022 Pukul 14.00.
9
Kombes Indarto yang menjabat sebagai Kapolres Metro Bekasi Kota dan
karena membela diri. Pada 31 Mei 2018 dia diberi penghargaan oleh polisi
siur, maka perlu dilakukan analisis lebih mendalam pada kasus begal
karena untuk membela diri. Oleh karena itu, maka peneliti tertarik untuk
B. Rumusan Masalah
(Noodweer)?
8
Ramadhan, Ardito. Cerita Irfan: Remaja yang Melawan hingga Menewaskan Begal di
Bekasi,https://megapolitan.kompas.com/read/2018/05/31/12183801/cerita-irfan-remaja-yang-
melawan-hingga-menewaskan-begal-di-bekasi?page=all Diakses tanggal 25 Juni 2022 Pukul 13.00.
10
KUHP?
C. Tujuan Penelitian
(Noodweer).
KUHP.
C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
D. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
atau data sekunder. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengkaji isi
2. Pendekatan Penelitian
3. Sumber Data
terdiri atas bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan
1945.
bahan hukum primer atau bahan hukum sekunder yang berasal dari
kamus.
diteliti.
D. Sistematika Penulisan
peneliti ini, maka secara garis besar dapat digambarkan sistematika skripsi
mengenai isi skripsi yang terdiri dari Latar Belakang Masalah, Rumusan
Sistematika Penulisan.
beberapa hal yang menjadi acuan mengenai dasar hukum yang digunakan
unsur pidana.
Tinjauan Pustaka
A. Landasan Konseptual
dilarang oleh suatu aturan hukum yang disertai ancaman (sanksi) berupa
tindak pidana tertentu bagi siapa yang melanggar larangan tersebut.9 Istilah
dilarang oleh aturan hukum yang berlaku dengan mana disertai dengan
yang dari bahasa latin yakni kata delictum.10 Tindak pidana dapat diartikan
9
Moeljatno. 2018. Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: Ctk. Kesembilan, Rineka Cipta, hlm.
59.
10
Andi Hamzah, (2012), Asas-Asas Hukum Pidana Di Indoneisa Dan Perkembangannya,
Jakarta: PT SOFMEDIA, hlm. 118.
11
J Scharavendijk,Van H. 1996. Hukum Pidana di Indonesia. J.B, Jakarta: Wolters, hlm.
87.
14
15
tentu itu merupakan tindak pidana, bila perbuatan itu dilarang oleh undang-
pidana. Hukum pidana mengatur beberapa alasan yang dapat dijadikan dasar
menimbulkan perhatian dari masyarakat secara umum dan bagi para pihak
12
Simons. 1995. Hukum Pidana (Asas Hukum Pidana Sampai Dengan Alasan Peniadaan
Pidana), Bandung: Amico, hal.113.
16
benda sendiri maupun oang lain, karena ada serangan atau ancaman
13
Moeljatno. 1985. Fungsi dan Tujuan Hukum Pidana Indonesia dan Rancangan Undang-
Undang tentang Asas-Asas dan Dasar-Dasar Pokok Tata Hukum Indonesia, Jakarta: Cet. Ketiga
Bina Aksara, hlm. 47.
17
hukum.
14
Sudarto. 1974. Suatu Dilema Pembaharuan Sistem Pidana Indonesia, Semarang, hlm.
34.
18
Disamping kedua syarat pokok itu, juga harus disebut syarat yang
terhadap diri sendiri atau diri orang lain, kehormatan atau benda.
lain.
15
J.E.Jonkers. 1987. dalam Handbook van het Nederlandsch-Indische Strafrecht, Tim
Penerjemah Bina Aksara berjudul Buku Pedoman Hukum Pidana Hindia Belanda, Cetakan 1,
Jakarta: PT Bina Aksara, hlm 267-270.
20
kurang lengkap.
pidana.
dengan tindak pidana terhadap tubuh dan nyawa yakni pada tindak
16
Moeljatno. 2009. Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: Rineka Cipta, hal.160.
22
yang hebat.
atau tidak ada lagi. Tapi dalam pembelaan yang melampaui batas,
pembenar.
b. Pertanggungjawaban Pidana
17
Chazawi, Adami. 2002. Pelajaran Hukum Pidana II, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada Cet. ke-1, hlm, 51.
24
atas terjadinya suatu perbuatan atau tindak pidana yang telah terjadi
18
Atmasasmita, Romi. 2001. Reformasi Hukum, Hak Asasi Manusia, Dan Penegakan
Hukum, Bandung: Cetakan Pertama, Mandar Maju, hlm. 54.
19
Kanter, E. Y., & Sianturi, S. R., (2002), Asas-asas hukum pidana di Indonesia dan
penerapannya. Jakarta: Storia Grafika.
25
menjelaskan mengenai:
20
Rusianto Agus, (2016), Tindak Pidana & Pertanggungjawaban Pidana Tinjauan Kritis
Melalui Konsistensi Antara Asas, Teori, dan Penerapannya Edisi Pertama, Jakarta: Prenadamedia
Group, hlm. 14.
27
Pengertian dari Unsur Subjektif itu adalah unsur yang melekat pada
21
P.A.F Lamintang & Franciscus Theojunior Lamintang, Op. cit.., hlm. 192.
22
Ibid.
28
akibat.23
1. Adanya subjek.
23
Ibid
29
diancam pidana.
jika dua orang atau lebih melakukan suatu perbuatan pidana dan
24
Sianturi, S.R. 1966. Loc.cit., hal. 208.
30
pemaaf.
25
Prasetyo, Teguh. 2010. Hukum Pidana. Jakarta: Rajawali Pers, hlm. 84.
31
a. Tidak dipertanggungjawabkan.
26
Ibid, hlm. 85.
32
yaitu:
(Pasal 44 KUHP).
27
Agung, Dewa, Ari Aprillya, d a n Devita Cahyani Anak Agung Sagung Laksmi
Dewi Dkk. 2019. “Analisis Pembuktian Alasan Pembelaan Terpaksa Yang Melampaui Batas
Dalam Tindak Pidana Yang Menyebabkan Kematia”, Jurnal Analogi Hukum, Vol.1 No.2. CC-BY-
SA 4.0 License, Universitas Warmadewa, Hal. 150.
28
Di Praja, R. Achmad Soema. 1982. Asas-Asas Hukum Pidana, Bandung: Alumni, hlm.
249.
34
menyatakan demikian.
kejahatan.
penelusan.
sendiri- sendiri.
undang.29
29
P.A.F Lamintang & Franciscus Theojunior Lamintang, Op. cit.., hlm. 78.
BAB III
PEMBAHASAN
kematian.
sehingga masyarakat menjadi cemas dan takut, karena tidak jarang para
1) Asas Subsidiaritas, asas ini adalah jika ada hal yang dapat
37
38
berlebihan.
30
Hamzah, Andi. 2010. Asas-Asas Hukum Pidana Edisi Revisi,Jakarta: Rineka Cipta,
hal. 213.
39
demi keselamatan atau korban bisa saja melawan saat terjadi pembegalan
tetapi hal tersebut dapat merugikan kedua belah pihak, yang mana hal
kesusilaan atau harta benda sendiri maupun orang lain, karena ada
serangan atau ancaman serangan yang sangat dekat pada saat itu
karena nyawa atau kehormatan kesusilaannya atau juga harta benda telah
van Toelichting, bahwa untuk dapat disebut noodweer bukan hanya harus
ada suatu serangan yang bersifat melawan hukum, tetapi juga harus ada
bahaya yang yang bersifat seketika bagi tubuh, kehormatan, benda baik
peristiwa yaitu:
boleh melebihi nilai hukum yang dibela, bisa disimpulkan bahwa hanya
karena perasaan takut atau merasa dilanggar haknya oleh orang lain, tidak
31
D. Schaffmeister. Hukum Pidana, Op. Cit., hlm. 55.
41
hukum.32
pembelaan terpaksa untuk diri atau orang lain, kehormatan kesusilaan atau
harta benda sendiri maupun orang lain, karena adanya serangan atau
ancaman serangan yang melawan hukum pada ketika itu juga.” Contoh :
32
P.A.F. Lamintang. 2014. Ibid, hlm. 495.
42
sebatang besi agar revolver atau pisaunya itu dapat terlepas dari
KUHP itu bukan merupakan suatu pembelaan yang dapat dilakukan oleh
33
Chazawi, Adami. 2002. Pelajaran Hukum Pidana II, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, Cet. ke1, hlm. 43.
34
P.A.F Lamintang. 2014. Ibid, hlm. 471.
43
dalam Pasal 49 ayat (1) KUHP itu dengan demikian rupa, sehingga
darurat” yaitu :
akan dilakukan.
diri sendiri, kehormatan diri orang lain, harta benda sendiri, dan
setimpal.35
35
Dumgair,Wenlly. 2016. “Pembelaan Terpaksa (Noodweer) Dan Pembelaan Terpaksa
YangMelampaui Batas (Noodweer Axces) Sebagai Alasan Penghapus Pidana”, Jurnal Vol. V,
hal.64.
44
dibenarkan diberi batasan atau dengan kata lain pembelaan yang dapat
ialah:36
orang lain.
36
Chazawi, Adami op. cit, hal. 51.
37
Ibid.
45
ancama serangan.
pembuat.
ini yang diserang adalah untuk membela diri dari sipenyerang. Oleh karena
itu tindakan orang yang diserang dibenarkan oleh undang-undang atau sifat
46
pada KUHAP, maka tentang SP3 ini hanya diatur dalam 1 pasal dan 1 ayat
syah. Lalu jika alasan tidak cukup bukti yang dijadikan dasar,
maka artinya ada alat bukti yang dianulir oleh penyidik sebagai alat
3. Demi hukum.
dua alasan di atas. Hal ini disebabkan sudah masuk pada alasan
(3) daluarsa.
KUHP yang mengatur tentang orang tidak boleh dituntut dua kali atas
mau menunt orang tersebut jika ternyata untuk perkara yang sama
orang yang sama dengan perkara yang sama yang pernah dijatuhi
KUHP. Dalam hal ini cukup jelas jika dijadikan pertimbangan terbitnya
dari 3 tahun.
Jika alasannya karena tidak cukup bukti maka tentu pemohon mengajukan
2019 tentang Penyidikan Tindak Pidana, maka Gelar Perkara tersebut juga
patut dipertanyakan. Karena salah satu fungsi gelar perkara adalah untuk
Jika yang menjadi alasan SP3 adalah demi hukum, maka juga harus
a. Kewenangan Kepolisian
38
https://business-law.binus.ac.id/2021/06/21/terbitnya-sp3-surat-perintah-penghentian-
penyidikan-dan-praperadilan/ Diakses tanggal 08 Juni 2022 Pukul 15.00.
51
pidana telah dilakukan dan apakah orang yang didakwa itu dapat
oleh Polri.
jika aparat tidak menguji dahulu informasi yang ada sehingga tidak
KUHAP.
39
Yahya, Harahap S.H,. 1988. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP,
Cetakan kedua, Jakarta: Pustaka Kartini, hal. 210.
55
keduanya.
penyidikan”.
tersebut.
dan penyitaan.
dengan bukti itu membuat titik terang tindak pidana yang terjadi dan untuk
menemukan tersangkanya.
dalam penegakan dan pengawasan agar fungsi hukum itu dapat berjalan
dengan baik. Salah satu elemen yang menjadi tonggak utama demi
40
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002, Pasal 1Tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia, http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_2_02.htm Diakses tanggal 20 Juni
2022 Pukul 14.25.
59
negeri.
penyelidikan.
penyidikan.
11. Penyidik Pegawai Negeri Sipil adalah pejabat pegawai negeri sipil
undang-undang.
61
tersangkanya.
kepolisian.
b. Kewenangan Hakim
memaafkan pembuat.
apapun.
41
Prof.Dr. Astawa, I Gde Pantja S.H. M.H. dan Dr. Suprin Na’a, S.H. M.H,. 2012.
Memahami Ilmu Negara & Teori Negara, Bandung: Refika Aditama, hal. 114.
64
perkaranya.43
42
Respationo, Soerya, dan Guntur Hamzah. 2013. “Putusan Hakim: Menuju Rasionalitas
Hukum Refleksif Dalam Penegakan Hukum”, Yustisia Vol.2 No.2 Mei-Agustus 2013, hlm. 102.
43
Mulyadi, Lilik. 2010. Seraut Wajah Putusan Hakim dalam Hukum Acara Pidana
Indonesia, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, hlm. 131.
65
alternatif antara isi rumusan dakwaan yang satu dengan yang lain
jenis tindak pidana yang sangat berat dan berakibat pada kematian
hukum dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-
dunia mulai dulu kala sampai dengan sekarang tentnag apa yang
44
Prakosos, Djoko. 1998. Alat Bukti dan Kekuatan Pembuktian di Dakam Proses Pidana,
Yogyakarta: Liberty, hlm. 39.
45
Ibid
68
(berwijsvoering).
46
Hamzah, Andi. Hukum Acara Pidana Indonesia Edisi Revisi, Sinar Grafika, Jakarta,
2000, hlm. 248.
69
47
Harahap, M. Yahya. 2006. Pembahaasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP
Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi dan Peninjauan Kembali, Ctk. Kesembilan, Edisi
Kedua, Jakarta: Sinar Grafika, hlm. 319.
48
Agung, Nanda 1987. Masalah Kebebasan Hakim Dalam Menangani Suatu Perkara
Pidana, Jakarta: Aksara Persada Indonesia, hlm. 47.
70
mengikuti dan memahami nilai nilai hukum dan rasa keadilan yang
beberapa aspek:49
pidana.
berbunyi:
49
Barda Nawawi Arief. 2001. Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan
PenanggulanganKejahatan, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, hlm. 23.
71
bersidang.
lain bahwa seorang hakim harus membuat keputusan yang adil dan
undang-undang ini.
terbuka, yang dapat berupa pemidanaan atau bebas atau lepas dari
1. Putusan bebas
KUHP bahwa:
50
Arief, Barda Nawawi. 2001. Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan
PenanggulanganKejahata,. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, hlm. 77.
51
Hamzah, Andi. 2010. Hukum Acara Pidana Indonesia Edisi Kedua, Jakarta: Sinar
Grafika, hlm. 285.
74
vrijspaak”.
doelmatigheid overwegigen”.
vrijkspaak”.
52
Mulyadi, Lilik (2014), Seraut Wajah Putusan Hakim Dalam Hukum Acara Pidana
Indonesia Prespektif, Teoritis, Teknik Membuat Dan Permaslahan, Bandung: PT Citra Aditya Bakti,
hlm. 178-180.
75
pembenar.
76
menyatakan bahwa:
bersalah melakukannya”.
alasan pemaaf).
3. Putusan pemidanaan
surat dakwaaan.
dipidana”.53
MAHA ESA”:
a. Identitas terdakwa.
53
Hamzah, Andi. op.cit, hlm. 286.
79
dakwaan.
tunggal.
panitera.
ruang GYM dan sempat dikejar oleh Terdakwa, saksi melihat ada
luka di tangan kanan dan kiri korban, begitu pula saksi Imma
serangan.
kesusilaan atau harta benda sendiri maupun orang lain, karena ada
serangan atau ancaman serangan yang sangat dekat pada saat itu
karena:
sehingga dia bebas dari jeratan pidana. Kasusunya itu tidak dapat
meninggal dan IY (17) terluka bacok, adalah sebuah upaya bela diri
83
terpaksa dan itu dibenarkan oleh KUHP pasal 49 ayat 1 dan tidak
mengehentikannya.
dengan SP3, seperti yang ada dalam Pasal 109 ayat (2):
tidak dipidana.
85
pengadilan.
BAB IV
PENUTUP
a. Kesimpulan
1. Pembelaan terpaksa (noodweer) adalah sebagai suatu pembelaan
kepemilikan korban.
86
87
b. Saran
keputusannya.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Agung, Nanda. 1987. Masalah Kebebasan Hakim Dalam Menangani Suatu Perkara Pidana,
Aksara Persada Indonesia, Jakarta
Amrani, Hanafi dan Mahrus Ali. 2015. Sistem Pertanggungjawaban Pidana, Rajawali Pers,
Jakarta
Arief, Barda Nawawi. 2001. Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan
Chazawi, Adami. 2002. Pelajaran Hukum Pidana II, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
Cet. ke-1
Hamzah, Andi. 2000. Hukum Acara Pidana Indonesia Edisi Revisi, Sinar Grafika,Jakarta
___________. 2010. Asas-Asas Hukum Pidana, Edisi Revisi. Rineka Cipta. Jakarta
___________. 2012. Asas-Asas Hukum Pidana Di Indoneisa Dan Perkembangannya,
Jakarta: PT SOFMEDIA
___________.2010. Hukum Acara Pidana Indonesia Edisi Kedua, Jakarta: Sinar Grafika
Harahap, M. Yahya. 2006. Pembahaasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP
Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi dan Peninjauan Kembali, Ctk.
Kesembilan, Edisi Kedua, Sinar Grafika, Jakarta
J.E.Jonkers. 1987. dalam Handbook van het Nederlandsch-Indische Strafrecht, Tim
Kanter, E. Y., & Sianturi, S. R,. 2002. Asas-asas hukum pidana di Indonesia dan
penerapannya, Jakarta : Storia Grafika
Kejahatan, PT. Citra Aditya Bakti. Bandung
Moeljatno. 1985. Fungsi dan Tujuan Hukum Pidana Indonesia dan Rancangan Undang-
Undang tentang Asas-Asas dan Dasar-Dasar Pokok Tata Hukum Indonesia, Cet.
Ketiga, Bina Aksara, Jakarta
Moeljatno. 2009. Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: Rineka Cipta
Mulyadi. Lilik .2010. Seraut Wajah Putusan Hakim dalam Hukum Acara Pidana Indonesia,
PT Citra Aditya Bakti, Bandung
Mulyadi, Lilik. 2014. Seraut Wajah Putusan Hakim Dalam Hukum Acara Pidana Indonesia
Prespektif, Teoritis, Teknik Membuat Dan Permaslahan, PT Citra Aditya Bakti,
Bandung
P.A.F. Lamintang. Franciscus Theojunior Lamintang. 2014. Dasar-Dasar Hukum Pidana di
Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika
Penerjemah Bina Aksara berjudul Buku Pedoman Hukum Pidana Hindia Belanda, Cetakan
89
JURNAL
Agung, Dewa, Ari Aprillya, Dkk. 2019. “Analisis Pembuktian Alasan Pembelaan Terpaksa
Yang Melampaui Batas Dalam Tindak Pidana Yang Menyebabkan Kematian”, Jurnal
Analogi Hukum , Vol.1 No.2. CC-BY-SA 4.0 License, Universitas Warmadewa
Cessio, Rima Nur. 2020. “Tinjauan Yuridis Terhadap Perlindungan Korban Tindak Pidana
Penusukan Dalam Peradilan Pidana”, Jurnal Hukum, Vol. 2, Fakultas Hukum
Universitas Diponegoro
90
Dumgair, Wenlly. 2016. “Pembelaan Terpaksa (Noodweer) Dan Pembelaan Terpaksa Yang
Melampaui Batas (Noodweer Axces) Sebagai Alasan Penghapus Pidana”, Jurnal,
Vol. V
Julaiddin dan Rangga Prayitno. 2020. “Penegakan Hukum Bagi Pelaku Tindak Pidana
Pembunuhan Dalam Pembelaan Terpaksa”, UNES Journal of Swara Justisia, Vol. 4
INTERNET
http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_2_02.htm
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/05/31/12183801/cerita-irfan-remaja-yang
melawan-hingga-menewaskan-begal-di-bekasi?page=all
https://business-law.binus.ac.id/2021/06/21/terbitnya-sp3-surat-perintah-penghentian-
penyidikan-dan-praperadilan/
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002, Pasal 1 Tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia